Evaluasi Proses KebijakanPemenuhan Guru SD dan SMP dalam Meningkatkan Layanan Pendidikan di Kecamatan SogaeAdu-Kabupaten Nias

(1)

EVALUASI PROSES KEBIJAKAN PEMENUHAN GURU SD DAN SMP DALAM MENINGKATKAN LAYANAN PENDIDIKAN

Studi di Kecamatan Sogae Adu Kabupaten Nias

(Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik- Universitas Sumatera Utara)

Oleh

BERNADSARO NAZARA 100903006

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsiinidisetujuiuntukdiperbanyakdandipertahankanoleh: Nama : BernadsaroNazara

NIM : 100903006

Departemen : IlmuAdministrasi Negara

Judul : Evaluasi Proses KebijakanPemenuhan Guru SD dan SMP dalammeningkatkanLayananPendidikan di

KecamatanSogaeAdu-KabupatenNias

Medan, Maret 2014

DosenPembimbing, KetuaDepartemen

IlmuAdministrasi Negara,

Drs. M. RidwanRangkuti,M.S Drs.M.HusniThamrinNst,M.Si NIP. 196110041986011001 NIP. 196401081991021001

Dekan

FISIP USU MEDAN

Prof.Dr. Badaruddin, M.Si NIP: 196805251992031002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsiinitelahdipertahankan di depanpanitiapengujiskripsiDepartemenIlmuAdministrasi Negara

FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitikUniversitas Sumatera Utara oleh :

Nama : BernadsaroNazara NIM : 100903006

Departemen : IlmuAdministrasi Negara

Judul : Evaluasi Proses KebijakanPemenuhan Guru SD dan SMP dalammeningkatkanLayananPendidikan di

KecamatanSogaeAdu-KabupatenNias

Yang dilaksanakanpada : Hari :

Tanggal : Pukul : Tempat :

PanitiaPenguji

Ketua :Drs.M. HusniThamrinNst,M.Si (... NIP. 196401081991021001

) Anggota I :Drs. M. RidwanRangkuti,M.S (...

NIP. 196110041986011001

)

Anggota II :DadangDarmawan, S.Sos.,M.Si (... NIP. 197305112010121001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat pribadi penulis atas kasihnya yang melimpah dalam hidup penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini dengan baik yang berjudul: “Evaluasi Proses Kebijakan Pemenuhan Guru SD dan SMP dalam Meningkatkan Layanan Pendidikan di Kecamatan Sogae Adu-Kabupaten Nias”. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan Sarjana (S1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dari segi redaksi maupun dari substansi penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan dan membutuhkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini ke depan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yakni:

1. Orangtua penulis, kepada Papa dan Mama tercinta yang terlebih dahulu memberikan cinta dan kasih kepada penulis tanpa syarat, sejak penulis lahir hingga saat ini. Keduanya telah membantu mengusahakan keperluan penulis memberikan motivasi sejak duduk di bangku sekolah, kuliah dan hingga penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, memberikan dorongan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Dadang Darmawan, S.Sos.,M.Si selaku dosen penguji yang juga telah memberikan saran demi kebaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Badarudin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Semua dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan, memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.


(5)

8. Seluruh Staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terkhusus buat Kak Mega dan Kak Dian yang membantu proses pengurusan keperluan administrasi penulis.

9. Teman-teman terkhusus buat: Erap dan Benny yang telah memberikan pendapat dan saran-saran dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini. Kepada Windy, Chyntia, Hanna, Reina, Riri, Ester, dan Feby yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis. Ada banyak kisah-kisah unik, lucu dan bahagia yang kita lalui bersama selama kita kuliah. Semoga kita tetap bersahabat selamanya.

10.Bapak Ma’ato Sokhi Zendrato, S. PAK, M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Dinas Pendidikan Kabupaten Nias hingga kesediaan untuk memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca skripsi ini, dan semoga bermanfaat.

Medan, April 2014


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR BAGAN ...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

ABSTRAK...x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2Fokus Masalah...6

1.3Perumusan Masalah...6

1.4Tujuan Penelitian...7

1.5Manfaat Penelitian...7

1.6Kerangka Teori...8

1.6.1 Kebijakan Publik 1.6.1.1Pengertian Kebijakan Publik...8

1.6.1.2Proses Kebijakan Publik...11

1.6.2 Implelentasi Kebijakan 1.6.2.1Pengertian Implementasi Kebijakan...12

1.6.2.2Model Implelentasi Kebijakan...13

1.6.3 Evaluasi Kebijakan 1.6.3.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan...17

1.6.3.2Tujuan Evaluasi...18

1.6.3.3Pendekatan Terhadap Evaluasi...19

1.6.3.4Indikator Evaluasi...20

1.6.3.5Metode Evaluasi...20


(7)

1.6.4 Layanan Pendidikan

1.6.4.1Pengertian Pelayanan...21

1.6.4.2Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan...23

1.7Definisi Konsep...24

1.8Definisi Operasional...26

1.9Sistematika Penulisan...27

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian...28

2.2 Lokasi Penelitian...28

2.3 Populasi dan Sampel...28

2.4 Informan Penelitian...31

2.5 Teknik Pengumpulan Data...31

2.6 Teknik Analisis Data...32

BAB III. Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1 Sejarah Kabupaten Nias...34

3.2 Potensi Wilayah...42

3.3 Gambaran umum Dinas Pendidikan Kabupaten Nias 3.3.1 Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias...43

3.3.2 Tugas Pokok Dan Fungsi...44

3.3.3 Susunan Organisasi...45

3.4 Keadaan guru di tiap wilayah kecamatan Kabupaten Nias...46

3.5 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias...48

BAB IV. Penyajian Data 4.1 Pengumpulan data melalui kuesioner...49

4.1.1 Distribusi jawaban responden Sekolah Dasar...50

4.1.2 Distribusi jawaban responden Sekolah Menengah Pertama...61

4.2 Kategorisasi hasil wawancara...72

4.3 Data Sekunder yang mendukung Variabel Penelitian...78

4.3.1 Data mengenai Standar dan Sasaran Kebijakan...78

4.3.2 Data mengenai Sumber Daya (Tenaga Pendidik)...80

4.3.3 Data mengenai Sumber Daya (Sarana Prasarana Sekolah)...87


(8)

BAB V. Analisis Data

5.1Pemahaman responden terhadap kebijakan pemenuhan guru...93

5.2 Analisis variabel yang mempengaruhi Kebijakan Kebijakan Pemenuhan Guru SD dan SMP 5.2.1 Standar Sasaran Kebijakan...95

5.2.2 Sumber Daya...98

5.2.3 Hubungan antar organisasi...103

5.2.4 Disposisi...104

5.3 Kendala yang dihadapi dalam Implementasi Kebijakan...106

BAB VI. Penutup 6.1 Kesimpulan...109

6.2 Saran...112

Daftar Pustaka...114 Lampiran


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Guru SD, SMP, SMA, dan SMK se-Kabupaten Nias...46 Tabel 3.2 Jumlah Guru dan Siswa SD dan SMP Kecamatan Sogae Adu- Kabupaten Nias....47 Tabel 4.33 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Jangka Menengah Daerah


(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Model Implementasi Grindle...14

Bagan 1.2 Model Implelentasi Van Meter dan Van Horn...16

Bagan 2.1 Skema Multistage Cluster Sampling...30

Bagan 3.1 Struktur Organisasi di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Nias...48


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Rekapitulasi Daftar Hadir Para Guru di SDN 071058 Sogae Adu...80

Gambar 4.2 Rekapitulasi Daftar Hadir Guru Tidak Tetap SDN 071058 Sogae Adu...81

Gambar 4.3 Rekapitulasi Daftar Hadir Para Guru SDN 074052 Tulumbaho- Kec. Sogae Adu...82

Gambar 4.4 Rekapitulasi Daftar Hadir Para Guru SMPN 1 Sogae Adu...83

Gambar 4.5 Rekapitulasi Daftar Hadir Pegawai Negeri Sipil (SMPN 2 Sogae Adu)...84

Gambar 4.6 Rekapitulasi Daftar Hadir Guru Tidak Tetap dan Pegawai Tidak Tetap (SMPN 2 Sogae Adu)...85

Gambar 4.7 Rekapitulasi Daftar Hadir Guru SM-3T...86

Gambar 4.8 Keadaan Sekolah SDN 071058 Sogae Adu...87

Gambar 4.9 Gedung Sekolah SDN 071058 Sogae Adu...87

Gambar 4.10 Halaman Sekolah SDN 071058 Sogae Adu...88

Gambar 4.11 Kondisi ruang kelas (Meja, kursi dan lemari)...88

Gambar 4.12 Tabel keadaan guru di SDN 071058 Sogae Adu...89

Gambar 4.13 Gedung sekolah sementara SMPN 2 Sogae Adu...89

Gambar 4.14 Kondisi ruang kelas sementara SMPN 2 Sogae Adu...90


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Pengajuan Judul Skripsi

Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Rancangan Usul Penelitian Berita Acara Seminar Proposal Rencana Usulan Penelitian

Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Surat Izin penelitian

Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Daftar Pertanyaan Kuesioner

Pedoman Wawancara

Laporan Bulanan SDN 071058 Sogae Adu Laporan Bulanan SDN 074052 Tulumbaho

Laporan Bulanan SMPN 3 Gido (Sekarang menjadi SMPN 1 Sogae Adu) Laporan Bulanan SMPN2 Sogae Adu

Transkip Hasil Wawancara

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 20013 tentang: Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang: Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota


(13)

ABSTRAK

EVALUASI KEBIJAKAN PEMENUHAN GURU SD DAN SMP DALAM MENINGKATKAN LAYANAN PENDIDIKAN

DI KECAMAAN SOGAE ADU- KABUPATEN NIAS Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Bernadsaro Nazara

NIM : 100903006

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik-Universitas Sumatera Utara Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S.

Dinas Pendidikan Kabupaten Nias merupakan suatu lembaga yang berada di lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Nias, yang bertugas untuk menyelenggarakan pendidikan di Kabupaten Nias. Karena itu Dinas Pendidikan memiliki tugas tersendiri yakni membantu Bupati Nias dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Umum di Dinas Pendidikan. Di tingkat kecamatan, Dinas Pendidikan di bantu oleh Unit Pelayanan Teknis yang melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan di setiap kecamatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses kebijakan pemenuhan guru SD dan SMP di Kecamatan Sogae Adu serta mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam Pemenuhan Guru tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi para akademisi dan juga pelaksana dari penyelenggara Pendidikan di daerah-daerah yang mengalami masalah-masalah dalam bidang Pendidikan. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah Penelitian Deskriptif dengan menggunakan Pendekatan Kualitatif. Peneliti mencoba menggambarkan fakta-fakta di lapangan dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaran berdasarkan data di lapangan. Data yang diperoleh kemudian di analisis secara kualitatif atau menggunakan kata-kata. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Pemenuhan Guru SD dan SMP masih belum mencapai standar Pelayanan Minimal. Namun penempatan guru-guru di sekolah-sekolah sudah dapat dilihat dampaknya. Di mana jumlah guru sedikit demi sedikit bertambah dan kualitas pembelajaran semakin meningkat. Kendala-kendala yang ditemukan ialah keterbatasan Sumber Daya baik itu dalam hal Sumber Dana maupun kualifikasi tenaga pendidik, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan guru yang masih belum memenuhi standar. Dan berbagai kriteria kriteria Pendidikan lainnya yang masih belum mampu dicapai oleh sekolah-sekolah di Kabupaten Nias.

Kata Kunci: Evaluasi, Pemenuhan Guru, Pendidikan Dasar dan Menengah, Kecamatan Sogae Adu.


(14)

ABSTRAK

EVALUASI KEBIJAKAN PEMENUHAN GURU SD DAN SMP DALAM MENINGKATKAN LAYANAN PENDIDIKAN

DI KECAMAAN SOGAE ADU- KABUPATEN NIAS Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Bernadsaro Nazara

NIM : 100903006

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik-Universitas Sumatera Utara Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S.

Dinas Pendidikan Kabupaten Nias merupakan suatu lembaga yang berada di lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Nias, yang bertugas untuk menyelenggarakan pendidikan di Kabupaten Nias. Karena itu Dinas Pendidikan memiliki tugas tersendiri yakni membantu Bupati Nias dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Umum di Dinas Pendidikan. Di tingkat kecamatan, Dinas Pendidikan di bantu oleh Unit Pelayanan Teknis yang melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan di setiap kecamatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses kebijakan pemenuhan guru SD dan SMP di Kecamatan Sogae Adu serta mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam Pemenuhan Guru tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi para akademisi dan juga pelaksana dari penyelenggara Pendidikan di daerah-daerah yang mengalami masalah-masalah dalam bidang Pendidikan. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah Penelitian Deskriptif dengan menggunakan Pendekatan Kualitatif. Peneliti mencoba menggambarkan fakta-fakta di lapangan dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaran berdasarkan data di lapangan. Data yang diperoleh kemudian di analisis secara kualitatif atau menggunakan kata-kata. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Pemenuhan Guru SD dan SMP masih belum mencapai standar Pelayanan Minimal. Namun penempatan guru-guru di sekolah-sekolah sudah dapat dilihat dampaknya. Di mana jumlah guru sedikit demi sedikit bertambah dan kualitas pembelajaran semakin meningkat. Kendala-kendala yang ditemukan ialah keterbatasan Sumber Daya baik itu dalam hal Sumber Dana maupun kualifikasi tenaga pendidik, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan guru yang masih belum memenuhi standar. Dan berbagai kriteria kriteria Pendidikan lainnya yang masih belum mampu dicapai oleh sekolah-sekolah di Kabupaten Nias.

Kata Kunci: Evaluasi, Pemenuhan Guru, Pendidikan Dasar dan Menengah, Kecamatan Sogae Adu.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan tuntutan zaman dewasa ini menempatkan pendidikan pada suatu posisi yang sangat penting dan harus dipenuhi. Dengan adanya pendidikan, akan terbentuk manusia yang berkepribadian dewasa dan menghasilkan manusia-manusia yang cerdas. Terlebih-lebih dalam menghadapi tuntutan globalisasi, manusia dituntut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidup umat manusia.

Pendidikan juga membentuk mental dan watak manusia itu sendiri. Manusia menjadi mengerti etika dan moral, tahu apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang menjadi hak dan kewajiban, serta taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sehingga manusia yang mendapatkan pendidikan akan menjadi manusia yang baik.

Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Negara untuk menjamin pendidikan bagi warga negaranya. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Indonesia berkewajiban untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itu merupakan tanggung jawab Negara untuk menjamin pendidikan bagi warganya, maka Negara harus menjamin sebuah pemerataan pendidikan.


(16)

Sistem Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan (Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas)

Realitanya meskipun pendidikan disadari sebagai sesuatu kebutuhan di dalam masyarakat namun masih banyak masyarakat yang masih belum menyadari pentingnya pendidikan tersebut. Akibatnya kondisi pendidikan di Indonesia begitu memprihatinkan. Hasil survei Political and Economic Risk Consultacy (PERC) menyebutkan bahwa Sistem Pendidikan di Indonesia merupakan sistem pendidikan yang terburuk di kawasan Asia dari 12 negara yang di survei oleh lembaga yang berpusat di Hongkong tersebut.

Keadaan yang demikian erat kaitannya dengan pencapaian prestasi yang tidak memuaskan. Misalnya dalam bidang sains, pencapaian prestasi siswa Indonesia sangat rendah. siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara (Trends in Mathematic and Science Study-TIMSS. 2004)

Penyebab umum rendahnya mutu pendidikan antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Selain itu, beberapa permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu: rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa,


(17)

rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.

Di Kabupaten Nias yang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara sekaligus sebagai kabupaten induk dari empat wilayah pemekaran baru, kini memiliki beberapa persoalan dalam hal pemenuhan tenaga guru. Beberapa faktor yang menyebabkan minimnya tenaga guru di sekolah-sekolah khususnya SD (Sekolah Dasar) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kabupaten Nias diantaranya adalah para guru yang telah pensiun sudah pasti tidak bisa lagi mengajar, sehingga mengurangi jumlah tenaga guru. Ada juga yang beralih pada jenjang struktural karena pengangkatan atau dipindah tugaskan. Misalnya menjadi pengawas atau menjadi pejabat di instansi tertentu.

Kurangnya tenaga guru juga disebabkan oleh dibukanya sekolah-sekolah baru tanpa memperhatikan jumlah tenaga guru yang tersedia. Sehingga satu sekolah memiliki jumlah guru yang sangat minim. Dan faktor terbesar yang menyebabkan kurangnya tenaga guru di kabupaten Nias ialah dampak dari pemekaran yang dilakukan beberapa tahun yang lalu. Akibat dari pemekaran tersebut, banyak guru yang dimutasikan di wilayah pemekaran kabupaten/kota yang baru. Dan juga karena ada guru-guru yang memilih untuk mengajar di kota, karena alasan tertentu, sehingga mengurangi jumlah guru yang ada di Kabupaten Nias.

Ada beberapa program-program yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nias dalam menangani masalah ini salah satunya menampung calon guru yang telah menjalani pendidikan guru dan diangkat


(18)

menjadi tenaga honorer serta ditempatkan di sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Nias. Dengan adanya program tersebut diharapkan tenaga guru dapat memadai demi kemajuan pelayanan pendidikan di Kabupaten Nias.

Pertanyaan yang akan muncul apakah imbalan yang akan dijanjikan kepada para guru tersebut? Fenomena seperti ini tentu amat memprihatinkan. Jika ada keinginan pemerintah menaikkan gaji guru, karena harga-harga kebutuhan telah melambung tinggi mendahului kenaikan sesungguhnya masih saja tetap tidak memadai. Ditambah lagi dengan efek berita kenaikkan gaji yang disebabkan karena meningkatnya kenaikan harga. Alhasil, kadang-kadang justru dengan kenaikan gajinya, kesejateraan guru bukan semakin membaik malah semakin memburuk.

Rendahnya tingkat kesejahteraan guru tersebut turut mempengaruhi kualitas pendidikan pada umumnya. Keadaan guru di Indonesia sekarang ini cukup memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar.

Syarat terpenting dalam upaya pembangunan di Indonesia ialah ketersediaan guru yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas. Ada dua permasalahan pokok yang dihadapi dalam hal ketersediaan guru di Indonesia, yang pertama ialah pemenuhan kebutuhan tenaga guru yang masih belum sesuai


(19)

dengan kebutuhan daerah, dan yang kedua ialah peningkatan kualitas profesional guru yang belum memenuhi standar minimal. Kedua permasalahan tersebut yang pada akhirnya menimbulkan disparitas kualitas guru di berbagai tanah air. Di lain pihak, pemenuhan kebutuhan guru ini secara nasional akan sangat dipengaruhi oleh sistem kebijakan pendidikan sebagai institusi pendidikan tenaga pendidik yang berkompeten dalam memproduksi guru yang memenuhi persyaratan yang baik.

Terjadinya ketimpangan antara program pemerintah dengan realita yang terjadi di lapangan disebabkan oleh minimnya tenaga guru yang tidak sebanding dengan jumlah murid dan hal ini merupakan masalah yang sangat serius. Dimana dalam satu sekolah, terutama sekolah yang berada di daerah terpencil ketersediaan guru sangat minim. Para guru harus mengajar enam kelas setiap harinya, padahal tenaga guru yang tersedia hanya dua orang. Berbicara mengenai efektivitas sangat jauh dari harapan. Namun itulah tuntutan yang harus mereka alami. Itu adalah bagian kecil yang menggambarkan masalah rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Idealnya dalam satu sekolah, contohnya di SD, enam orang guru kelas, dua guru bidang studi, satu kepala sekolah, dan satu pesuruh paling tidak sepuluh orang. Kebanyakan di pedesaan, jumlah guru sekolah hanya ada sekitar 3-4 orang. Sementara itu, di daerah perkotaan yang sarana dan prasarananya lengkap, terjadi penumpukan guru. Sampai saat ini sekolah yang berada diperkotaan dapat terus bertahan dengan kemajuannya, sementara sekolah yang kekurangan guru di pedesaan semakin terisolasi dan menurun kualitasnya.


(20)

Berdasarakan pemaparan diatas maka Penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang “Evaluasi Kebijakan Pemenuhan Guru SD dan SMP dalam Meningkatkan Layanan Pendidikan di Kecamatan Sogae Adu-Kabupaten Nias”

1.2 Fokus Masalah

Dalam penelitian kualitatif, batasan masalah penelitian disebut fokus masalah. Fokus masalah ditentukan agar ada batasan yang jelas di dalam melaksanakan penelitian. Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat proses pemenuhan guru SD dan SMP dalam meningkatkan layanan pendidikan di kecamatan Sogae Adu dan bagaimana menjamin kesejahteraan guru. Serta untuk mengetahui proses dalam mencapai standar dalam pelayanan pendidikan.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:

“Bagaimana proses pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Nias dalam pemenuhan guru SD dan SMP untuk meningkatkan Layanan Pendidikan di Kecamatan Sogae Adu Kabupaten Nias?”


(21)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pemenuhan guru SD dan SMP dalam meningkatkan Layanan Pendidikan di Kecamatan Sogae Adu Kabupaten Nias.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pemenuhan guru SD dan SMP di Kecamatan Sogae Adu Kabupaten Nias.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Subyektif: sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir secara ilmiah dan sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan, melalui sebuah kajian literatur sehingga diperoleh kesimpulan yang teruji dan bermanfaat.

2. Secara Praktis: Dalam hal ini memberikan referensi bagi semua kalangan terutama bagi mereka yang secara teknis bergelut dalam dunia pendidikan. 3. Secara Akademis: Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan

kontribusi bagi konsentrasi Kebijakan di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai Penelitian Evaluasi.


(22)

1.6 Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsepsi, konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1989:37).

Dengan adanya teori, peneliti dapat memahami secara jelas masalah yang akan diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1.6.1 Kebijakan Publik

1.6.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy yang berasal dari

bahasa Inggirs. Kebijakan (Policy) adalah istilah yang tampaknya banyak disepakati bersama. Dalam penggunaannya yang umum, istilah Kebijakan dianggap berlaku untuk sesuatu yang “lebih besar” ketimbag keputusan tertentu, tetapi “lebih kecil” ketimbang gerakan sosial. Jadi kebijakan dari sudut pandang tingkat analisis, adalah sebuah konsep yang kurang lebih berada di tengah-tengah (Parsons, 2005:14).

Menurut Wilson (Parsons, 2005:15) makna modern dari gagasan “kebijakan” dalam Bahasa Iggris ini adalah seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan poitik-yang berbeda dengan makna “administration” . Sejak periode pasca Perang dunia II, kata policy mengandung makna kebijakan sebagai

sebuah rationale, sebuah manifestasi dari penilaian yang penuh pertimbangan. Jadi sebuah kebijakan adalah usaha untuk mendefinisikan dan menyusun basis rasional untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Publik itu sendiri


(23)

berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama. Ide kebijakan publik mengandung anggapan bahwa ada suatu ruang atau dominan dalam kehidupan yang bukan privat atau murni milik individual, tetapi milik bersama atau milik umum.

Menurut Thomas Dye (Subarsono, 2009) Kebijakan Publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan ataupun tidak melakukan. Definisi kebijakan publik dari Dye tersebut mengandung makna bahwa kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah bukan organisasi swasta dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah .

David Easton (Hesel Nogi, 2003:2) memberikan pengertian kebijakan Publik sebagai pegalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

James E. Anderson (Tangkisilan, 2003:2) mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan – badan dan aparat pemerintah. Dalam hal ini, kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya pendidikan, pertanian, dan lain sebagainya.


(24)

Anderson memberikan definisi kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah:

1. Kebijakan Publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan Publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

3. Kebijakan Publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan

4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat dan memaksa. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut dapat diperoleh gambaran awal mengenai konsep kebijakan publik yakni adalah sesuatu yang dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara dengan cara pemanfaatan sumber daya yang tersedia.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kebijakan publik adalah setiap keputusan yang dibuat oleh negara, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada


(25)

masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan (Nugroho, 2012:123)

1.6.1.2 Proses Kebijakan Publik

Adapun proses pembuatan kebijakan publik menurut Anderson (Subarsono, 2009:12) yaitu:

a. Formulasi masalah (Problem Formulation) / Agenda Setting

Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah? Proses ini juga berkaitan dengan cara suatu masalah bisa mendapat perhatian pemerintah.

b. Formulasi kebijakan (Formulation)

Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berartisipasi dalam formulasi kebijakan? Hal ini berkaitan dengan proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah.

c. Penentuan Kebijakan (Adoption)

Bagaimana Alternatif ditetapkan? Persyaratan atau kriteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan? Hal ini berkaitan dengan proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.


(26)

d. Implementasi (Implementation)

Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Hal ini berkaitan dengan proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil

e. Evaluasi (evaluation)

Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan? Hal ini berkaitan dengan proses memonitorir atau menilai hasil atau kinerja kebijakan melibatkan upaya-upaya policy makers untuk mempengaruhi birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

1.6.2 Implementasi Kebijakan

1.6.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi Kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia. Oleh karena itulah implementasi Kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik. Menurut Jones (1996), mungkin tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan.

Menurut Lineberry (Fadillah Putra, 2001:81) menyatakan bahwa setidaknya, proses implementasi setidak-tidaknya memiliki beberapa elemen sebagai berikut:


(27)

1. Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana

2. Penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana (Standard Operating Proceduress/ SOP)

3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok sasaran; pembagian tugas di dalam dan diantara dinas-dinas/ badan pelaksana 4. Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan.

1.6.2.2Model Implementasi Kebijakan

Adapun dalam mengimplemetasikan suatu kebijakan dikenal beberapa model (Subarsono, 2009:93) sebagai berikut:

a. Teori Merilee S. Grindle (1980)

Keberhasilan implementasi menurut merilee S. Grindle dipengaruhi dua variabel besar, yakni:

1. Variabel isi kebijakan (content of policy) mencakup:

1) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan

2) Jenis manfaat yang diterima oleh target group

3) Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari suatu kebijakan 4) Apakah letak suatu program sudah tepat

5) Apakah suatu kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci


(28)

2. Variabel lingkungan kebijakan mencakup:

1) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementsi kebijakan

2) Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa 3) Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran

Bagan 1.1 Model Implementasi Grindle


(29)

b. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)

Menurut Meter dan Horn, ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni :

1. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah menimbulkan konflik antara para agen implementasi.

2. Sumber daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia (human resource) maupun sumber daya non manusia (non human resource).

3. Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.


(30)

5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahamannya terhadap kebijakan,intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Bagan 1.2 Model Impelementasi Van Meter and Van Horn


(31)

1.6.3 Evaluasi Kebijakan

1.6.3.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu. Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan sebuah kebijakan harus dievaluasi. Untuk dapat mengetahui out-come dan dampak suatu kebijakan sudah tentu diperlukan waktu tertentu, misalnya 5 tahun semenjak kebijakan tersebut diimplementasikan. Sebab apabila Evaluasi dilakukan terlalu dini, maka outcome dan dampak dari suatu kebijakan belum tampak.

Menurut Badjuri dan Yuwono (Tangkisilan, 2003:25) evaluasi kebijakan merupakan tahapan yang cukup penting dan sering terlupakan efektivitasnya dalam konteks kebijakan publik Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar kebijakan publik di Indonesia secara formal telah dilakukan evaluasi dengan baik, namun demikian, substansi kebijakan tersebut ternyata tidak tercapai secara efektif, bahkan sebagian lagi mengalami kegagalan. Oleh karenanya studi evaluasi ini penting, khususnya dalam rangka penanaman urgensi pencapaian tujuan substansial dari sebuah kebijakan, dan bukan formalitas semu semata. Berbicara mengenai jenis atau tipe kebijakan, Heath (Tangkisilan, 2003:27) membedakan evaluasi kebijakan Publik atas tiga bagian yaitu sebagai berikut:

1. Tipe Evaluasi Proses (Process Evaluation), dimana evaluasi dilakukan dengan memusatkan perhatian pada pertanyaan bagaimana program dilaksanakan?


(32)

2. Tipe Evaluasi Dampak, dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah dicapai dari program?

3. Tipe Evaluasi Strategi, dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana program dapat dilaksanakan secara efektif, untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat dibanding program-program lain yang ditujukan pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan publik.

Semakin strategis suatu kebijakan, maka diperlukan tenggang waktu yang lebih panjang untuk melakukan evaluasi. Sebaliknya, semakin teknis sifat dari suatu kebijakan atau program, maka evaluasi dapat dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lebih cepat semenjak diterapkannya kebijakan yang bersangkutan.

1.6.3.2 Tujuan Evaluasi

Evaluasi memiliki beberapa tujuan (Subarsono, 2009:120) yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui beberapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur beberapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.


(33)

4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.

6. Sebagai bahan masukan untuk kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar menghasilkan kebijakan yang lebih baik.

1.6.3.3 Pendekatan terhadap Evaluasi

Menurut William N. Dunn (Subarsono, 2009:611:612) ada tiga jenis pendekatan terhadap evaluasi yakni:

1. Evaluasi Semu: adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan, tanpa menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu, kelompok atau masyarakat.

2. Evaluasi formal: adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh pembuat kebijakan.

3. Evaluasi Proses Keputusan Teoritis adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat


(34)

dipercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai stake holders.

1.6.3.4 Indikator Evaluasi

Menurut Subarsono (2005), untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator, karena penggunaan indikator yang tunggal akan membahayakan, dalam arti hasil penilaiannya dapat bias dari yang sesungguhnya. Indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan oleh Dunn mencakup lima indikator sebagai berikut:

a. Efektivitas : Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai ?

b. Kecukupan : Seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah ?

c. Pemerataan : Apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok yang berbeda ?

d. Responsivitas : Apakah hasil kebijakan memuat preferensi / nilai kelompok dan dapat memuaskan mereka ?

e. Ketepatan : Apakah hasil yang dicapai bermanfaat ?

1.6.3.5 Metode Evaluasi

Finsterbusch dan Motz (Subarsono, 2005:28) untuk melakukan evaluasi terhadap program yang telah diimplementasikan, ada beberapa metode evaluasi yang dapat dipilih yakni:


(35)

a. Single program after-only yaitu informasi diperoleh berdasarkan keadaan

kelompok sasaran sesudah program dijalankan

b. Single program before-after yaitu informasi yang diperoleh berdasarkan perubahan keadaan sasaran sebelum dan sesudah program dijalankan

c. Comparative after-only yaitu informasi yang diperoleh berdasarkan keadaan sasaran dan bukan sasaran program dijalanakan

d. Comparative before-after yaitu informasi yang diperoleh berdasarkan efek

program terhadap kelompok sasaran sebelum dan sesudah program dijalankan.

1.6.3.6 Model evaluasi yang digunakan peneliti

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan evaluasi proses dengan menggunakan model Single program before-after. Peneliti hendak melihat

perubahan keadaan kelompok sasaran sebelum dan sesudah program Kebijakan Pemenuhan guru SD dan SMP diimplementasikan.

1.6.4 Layanan Pendidikan 1.6.4.1 Pengertian Pelayanan

Menurut Munir, pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya. Hal ini menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang lain dalam hal ini pelanggan agar kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan


(36)

harapan mereka.

Sedangkan menurut Siagian pelayanan secara umum adalah rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dengan demikian pelayanan merupakan upaya memberikan kesenangan-kesenangan kepada pelanggan dengan kemudahan-kemudahan agar pelanggan dapat memenuhi kebutuhannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Kep. MenPan No. 81/93 menyatakan bahwa pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pusat / daerah, BUMN /BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Servis berasal dari orang-orang bukan dari perusahaan. Tanpa memberi nilai pada diri sendiri, tidak akan mempunyai arti apa-apa. Demikian halnya pada organisasi atau perusahaan yang secara esensial merupakan kumpulan orang-orang. Oleh karena itu, harga diri yang tinggi adalah unsur yang paling mendasar bagi keberhasilan organisasi yang menyediakan jasa pelayanan yang berkualitas.


(37)

1.6.4.2 Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan

Salah satu langkah kongkrit peningkatan mutu pendidikan adalah pemberdayaan sekolah agar mampu berperan sebagai subyek penyelenggara pendidikan dengan menyajikan pendidikan yang bermutu. Sekolah diberi kewenangan dan peran yang luas untuk merancang dan melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisinya masing-masing dengan tetap mengacu pada standar minimal yang ditetapkan pemerintah melalui Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu yang bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pemerintah menetapkan standar nasional pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan meliputi: 1) standar isi, 2) standar kompetensi lulusan, 3) standar proses 4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, 5) standar sarana dan prasarana, 6) standar pengelolaan, 7) standar pembiayaan, dan 8) standar penilaian pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


(38)

Nasional Pendidikan pasal 11 menyatakan bahwa dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan, maka pemerintah memiliki kepentingan untuk memetakan sekolah/madrasah menjadi sekolah/madrasah yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Salah satu upaya untuk membantu sekolah agar dapat memenuhi Standar Nasional Pendidikan, diperlukan pemahaman yang menyeluruh tentang pemenuhan standar nasional pendidikan.

1.7 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya (Singarimbun, 1995:33)

Untuk menentukan batasan yang lebih jelas, dalam rangka menyederhanakan pemikiran atas masalah yang diteliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain:

1. Kebijakan Publik adalah sesuatu yang dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara dengan cara pemanfaatan sumber daya yang tersedia.

2. Implementasi Kebijakan adalah tahapan penting dalam proses kebijakan publik dalam rangka untuk melaksanakan keluaran kebijakan (peraturan perundang-undangan) oleh organisasi pelaksana kebijakan demi pencapaian tujuan kebijakan.


(39)

Adapun model implementasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni: Impelementasi Kebijakan yang dirumuskan oleh Van Meter dan Van Horn. Model ini menjelaskan bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan. Variabel-variabel tersebut yaitu:

a) Standar dan Sasaran Kebijakan merupakan ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja suatu kebijakan dan tingkat keberhasilannya.

b) Sumber daya: Merupakan energi yang dimiliki suatu organisasi baik itu manusia, waktu dan uang yang dipakai untuk mengejar tujuan sebuah implementasi kebijakan.

c) Hubungan antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksana. Komunikasi merupakan proses penyampaian standar dan tujuan yang harus dipahami oleh para pelaksana.

d) Disposisi atau sikap para pelaksana merupakan sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik.

3. Pelayanan: adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya.

4. Standar Nasional Pendidikan: adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,


(40)

dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

1.8 Definisi Operasional

Adapun operasionalisasi konsep yang digunakan peneliti dalam rangka mempermudah pengumpulan data yang akan dibutuhkan peneliti lewat penyusunan daftar wawancara adalah sebagai berikut:

1. Standar dan sasaran kebijakan

Adapun fenomena yang diamati adalah:

a) Jumlah Guru pada kondisi awal dan kondisi akhir kebijakan b) Kompetensi Guru

c) Kesejahteraan Guru

d) Pemerataan terhadap akses pendidikan 2. Sumber Daya

Adapun fenomena yang diamati

a) Kemampuan Sumber Daya Manusia dan dana dalam pelaksanaan kebijakan

b) Penyediaan fasilitas-fasilitas yang mendukung kebijakan 3. Hubungan antar organisasi

a) Sosialisasi teknis pelaksanaan kebijakan b) Batas-batas kewenangan organisasi 4. Disposisi atau sikap para pelaksana

a) Pemahaman para pelaksana terhadap kebijakan b) Intensitas terhadap kebijakan


(41)

1.9 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri dari

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi sejarah singkat, potensi wilayah, visi misi, tugas dan fungsi serta struktur kelembagaan.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini membahas tentang hasil data – data yang diperoleh di lapangan.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini membahas analisis data – data yang diperoleh saat penelitian dilakukan dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diajukan.


(42)

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi kebijakan.


(43)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun data, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. (Singarimbun dan Effendi 1989:4)

Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaran berdasarkan data di lapangan.

2.2 Lokasi Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan penelitian untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan penulis dalam membahas proposal ini, maka sebagai lokasi penelitian dilakukan di Dinas Pendidikan Kabupaten Nias, Kantor Unit Pelayanan Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Sogae Adu Kabupaten Nias, SMP Negeri 1 Sogae Adu, SMP Negeri 2 Sogae Adu, SDN 071058 Sogae Adu dan SDN 074052 Tulumbaho.

2.3 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan sekolah di lingkungan kecamatan Sogae Adu, yakni 11 Unit SD dan


(44)

SMP. Peneliti terlebih dahulu menentukan sampel dengan menggunakan teknik Cluster. Menurut Singarimbun dan Effendi (Singarimbun 1995:166) bahwa jika kerangka sample (sampling frame) yang akan digunakan sebagai dasar pemilihan sample tidak tersedia atau tidak lengkap, maka perlu menetapkan unit-unit analisa dalam populasi yang digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut cluster dan inilah yang menjadi satuan-satuan dari mana sampel akan diambil. Setelah peneliti menentukan sample dengan teknik cluster berdasarkan area sampling dan

responden sampling, selanjutnya peneliti menggunakan teknik Multistage cluster sampling. Multistage cluster sampling adalah pengambilan sampel gugus bertahap

(dua atau lebih). Adapun penentuan wilayah di setiap tingkat dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang lebih

mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi (Burhan 2011:125)

Bagan 2.1 Skema Multistage Cluster Sampling

Dinas Pendidkan Kabupaten Nias

Kantor Unit Pelayanan Teknis

Kecamatan Sogae Adu

SDN 074052 Tulu Mbaho SMPN 1. Sogae Adu

SDN 071058 Sogae Adu

SMPN 2. Sogae Adu Cluster 1 Cluster 2


(45)

Alasan peneliti memilih ke empat sekolah tersebut sebagai sampel ialah karena sejauh pengamatan peneliti bahwa ke empat sekolah tersebut sudah menggambarkan masalah yang terjadi di lapangan yakni sangat kurangnya tenaga guru di daerah tersebut.

2.4 Informan Penelitian

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan/permasalahan.

Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias dan Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sogae Adu. Sedangkan yang menjadi informan utama adalah para murid SD dan para pelajar SMP di kecamatan Sogae Adu- Kabupaten Nias.

2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh langsung ke

lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan melalui :

a. Wawancara (interview): Dimana penulis melakukan Tanya jawab dengan responden untuk mendapatkan keterangan atau informasi yang berguna untuk melengkapi bahan yang dianggap perlu dalam penelitian ini.


(46)

b. Daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya dan disebarkan ke responden agar memperoleh data yang lebih lengkap.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah dengan masalah yang akan diteliti.

2.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.


(47)

Dalam Kuesioner, skala yang umum digunakan ialah skala likert. dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti diakses pada 09.32 WIB) :

Skor 1. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali) Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang

Skor 3. Netral / Cukup Skor 4. (Setuju/Baik/suka)

Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka)

Skala Likert juga adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti.


(48)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Kabupaten Nias a. Zaman Penjajahan Belanda

Dimulai pada tahun 1864, Daerah Nias adalah bagian dari Residentil Tapanuli dan merupakan lingkungan dari Government Sumatera Wesiklet. Dapat dianggap bahwa pada saat itu Wilayah Nias adalah bagian dari daerah Hindia Belanda. Dan secara efektif bahwa yang mengatur pemerintahan di Nias ialah Pemerintahan Hindia Belanda. Sejak tahun 1919, Residentil Tapanuli menjadi empat Afdeeling dimana masing-masing afdeeling dipimpin oleh seorang Assisten Residen. Keempat afdeeling itu ialah diakses pada tanggal 2 April 2014 pukul 17.38 wib) :

1. Afdeeling Sibolga dan sekitarnya dengan Ibukota Sibolga

2. Afdeeling Padang Sidempuan dengan Ibukota Padang Sidempuan 3. Afdeeling Batak Landen dengan Ibukota Tarutung

4. Afdeeling Nias termasuk pulau-pulau sekitarnya (kecuali Pulau-Pulau Batu) yang merupakan Afdeeling yang baru dibentuk pada tahun 1919 dengan Ibukota Pembentukan daerah Nias sebagai satu Afdeeling. Keputusan ini didasarkan atas pertimbangan antropologis, namundemikian sebelumnya itu tidak ada pemerintahan yang meliputi keseluruhan daerah Nias yang didiami oleh Suku Nias.


(49)

Afdeeling Nias terdiri dari dua Onderafdeeling yaitu Onderafdeeling Nias Selatan dengan Ibu Kota Teluk Dalam dan Onderafdeeling Nias Utara dengan Ibu Kota Gunungsitoli yang masing-masing dipimpin oleh seorang Controleur atau Gezeghebber.

Dibawah Onderafdeeling terdapat lagi satu tingkat pemerintahan yang disebut Distrik dan Onderdistrik yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang dan Asisten Demang. Batas antara masing-masing wilayah tersebut tidak ditentukan secara tegas. Onderafdeeling Nord Nias terbagi atas satu distrik, yaitu Distrik Gunungsitoli dan empat Onderdistrik, yaitu Onderdistrik Idano Gawo, Onderdistrik Hiliguigui, Onderdistrik Lahewa, dan Onderdistrik Lahagu. Onderdistrik Zuid Nias terbagi atas satu distrik, yaitu : Distrik Teluk Dalam dan dua Onderdistrik, yaitu : Onderdistrik Balaekha dan Onderdistrik Lolowau.

Pulau-Pulau Batu pada bulan Desember 1928 dimasukkan ke dalam Wilayah Afdeeling Nias yang sebelumnya termasuk dalam wilayah Residentie Sumatera Barat dengan status sebagai Onderafdeeling, sehingga sejak saat itu Afdeeling Nias terdiri dari tiga Onderafdeeling yaitu : Onderafdeeling Nord Nias, Onderafdeeling Zuid Nias dan Onderafdeeling der Batu Eilanden. . Tingkat pemerintahan yang berada dibawah Distrik dan Onderdistrik ialah Banua (Kampung) yang masing-masing dipimpin oleh seorang Salawa (di Nias Utara) dan si Ulu (di Nias Selatan), yang merupakan pemerintahan asli di Nias, yang keberadaannya itu dikokohkan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai tingkat pemerintahan yang paling bawah.


(50)

b. Zaman Penjajahan Jepang

Di zaman Pendudukan Jepang, berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1942, Daerah Nias tidak mengalami perubahan sama halnya dengan seluruh wilayah Indonesia pada waktu itu. Dan pembagian wilayah pemerintahannya sama seperti pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Onderafdeeling dihilangkan, yang mengalami perubahan, hanya namanya saja yaitu :

1. Afdeeling diganti dengan nama Gunsu Sibu yang dipimpin oleh seorang Setyotyo.

2. Distrik diganti dengan nama Gun yang dipimpin oleh seorang Guntyo. 3. Onderdistrik diganti dengan nama Fuku Gu yang dipimpin oleh seorang

Fuku Guntyo.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1942, badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum serta undang-undang dari Pemerintahan Hindia Belanda untuk sementara diakui dan sah asalkan tidak bertentangan dengan aturan Pemerintahan Jepang.

c. Zaman Kemerdekaan

Di awal zaman kemerdekaan pembagian wilayah pemerintahan di daerah Nias tidak mengalami perubahan, demikian juga struktur pemerintahan, yang berubah hanya nama wilayah dan nama pimpinannya sebagai berikut :

1. Nias Gunsu Sibu diganti Nama Pemerintahan Nias yang dipimpin oleh Kepala Luhak.


(51)

2. Gun diganti dengan nama Urung yang dipimpin oleh seorang Asisten Kepala Urung (Demang)

3. Fuku Gun diganti dengan nama Urung Kecil yang dipimpin oleh Kepala Urung Kecil (Asisten Demang).

Sesuai dengan jumlah distrik dan onderdistrik pada zaman Belanda, pembagian nama tetap berlaku pada zaman Jepang, maka pada awal kemerdekaan terdapat sembilan kecamatan. Hanya saja diantara kecamatan itu terdapat tiga kecamatan yang mengalami perubahan nama dan lokasi Ibukota yaitu :

1. Onderdistrik Hiliguigui menjadi Kecamatan Tuhemberua dengan Ibukota Tuhemberua

2. Onderdistrik Lahagu menjadi Kecamatan Mandrehe dengan Ibu Kota Mandrehe

3. Onderdistrik Balaekha menjadi Kecamatan Lahusa dengan Ibu Kota Lahusa.

Sejak tahun 1946 Daerah Nias berubah dari Pemerintahan Nias menjadi Kabupaten Nias dengan dipimpin oleh seorang Bupati. Pada tahun 1945 KND dihapuskan dan dibentuk suatu lembaga baru yaitu Dewan Perwakilan Rakyat. Pada tahun 1953 dibentuk tiga kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Gido yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan Gunungsitoli dan sebagian diambil dari kecamatan Idano Gawo, dengan Ibu Kota Lahemo.


(52)

2. Kecamatan Gomo yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan Idano Gawo dan sebagian dari wilayah Kecamatan Lahusa, dengan Ibu Kota Gomo.

3. Kecamatan Alasa yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan Lahewa, sebagian dari wilayah Kecamatan Tuhemberua dan sebagian dari wilayah Kecamatan Mandrehe dengan Ibu Kota Ombolata. Pada tahun 1956 dibentuk satu kecamatan baru yaitu kecamatan Sirombu yang wilayahnya sebagian dari wilayah Kecamatan Mandrehe dan sebagian dari wilayah Kecamatan Lolowau. Pada tahun yang sama dengan Undang-Undang No.7 tahun 1956 Kabupaten Nias ditetapkan sebagai daerah otonom yang disebut Daerah Swatantra Kabupaten Daerah Tingkat II Nias, yang dipimpin oleh Bupati Kepala Daerah. Disamping Bupati Kepala Daerah dibentuk Dewan Pemerintahan Daerah yang dipilih dari anggota DPRD.

Pada tahun 1961 sampai dengan tahun 1969 Ketua DPRD langsung dirangkap oleh Bupati Kepala Daerah. Untuk membantu Bupati Kepala Daerah dalam menjalankan roda pemerintahan sehari-sehari dibentuk Badan Pemerintahan Harian yang dikatakan sebagai ganti DPD yang telah dihapuskan. Akan tetapi kemudian sejak tahun 1969 sampai dengan saat berlakunya Undang-undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Lembaga BPH sebagai Pembantu Kepala daerah dalam menjalankan Pemerintahan sehari-hari tidak pernah diadakan lagi.Dapat dikatakan bahwa perubahan pemerintahan di Kabupaten Nias,mengikuti perubahan-perubahan tentang Pemerintahan di daerah yang berlaku secara nasional.


(53)

Desa/Kelurahan sebagai tingkat pemerintahan yang paling bawah, di Kabupaten Nias terdapat sebanyak 657 buah. Desa/Kelurahan tersebut karena persekutuan masyarakat menurut hukum setempat, yang dahulunya masing-masing berdiri sendiri-sendiri tanpa ada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi yang mencakup beberapa atau keseluruhan desa/kelurahan itu. Sejak awal kemerdekaan sampai tahun 1967 terdapat satu tingkat pemerintahan lagi diantara Kecamatan dengan Desa/kelurahan yang disebut ” Ö R I ” yang meliputi beberapa desa.

Memang ÖRI ini sejak dahulu telah ada yang dibentuk karena perserikatan beberapa desa yang menyangkut Pesta, sedang asalah-masalah pemerintahan desa langsung diatur oleh masing-masing desa. ÖRI sebagai salah satu tingkat pemerintahan di Daerah Tingkat II Nias dihapuskan pada tahun 1965 dengan surat Keputusan Gubernur pada tanggal 26 Juli 1965 Nomor : 222/V/GSU dengan tidak menyebutkan alasan-alasan yang jelas.

Kemudian berdasarkan PP. No.35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 terbentuk dua Kecamatan baru yaitu Kecamatan Lolofitu Moi yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Gido dan Kecamatan Mandrehe, dan Kecamatan Hiliduho yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Gunungsitoli.

Berdasarkan PP. No.1 tahun 1996 tanggal 3 Januari 1996 terbentuk dua kecamatan baru yaitu :

1. Kecamatan Amandraya yang wilayahnya sebagian dari kecamatan Teluk Dalam, kecamatan Gomo, dan kecamatan Lahusa.


(54)

2. Kecamatan Lolomatua yang wilayahnya sebagian dari kecamatan Lolowa’u

Terakhir dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dengan mempedomani Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Kecamatan maka melalui Perda Kabupaten Nias No.6 tahun 2000 tanggal 24 Nopember 2000 tentang Pembentukan 5 (lima) Kecamatan di Kabupaten Nias. lima Kecamatan Pembantu yang masih tersisa selama ini akhirnya ditetapkan sebagai Kecamatan yang defenitif, masing-masing :

1. Kecamatan Hibala yang wilayahnya berasal dari Kecamatan Pulau-Pulau Batu.

2. Kecamatan Bawolato yang wilayahnya berasal dari Kecamatan Idanogawo 3. Kecamatan Namohalu Esiwa, wilayahnya sebagian dari Kecamatan Alasa

dan Kecamatan Tuhemberua

4. Kecamatan Lotu yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Tuhemberua dan Kecamatan Lahewa

5. Kecamatan Afulu yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Lahewa dan Kecamatan Alasa

Selanjutnya berdasarkan keputusan DPRD Kabupaten Nias Nomor : 02/KPTS/2000 tanggal 1 Mei 2000 tentang persetujuan pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten, Keputusan DPRD Propinsi Sumatera Utara Nomor : 19/K/2002 tanggal 25 Agustus 2002, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


(55)

9 tahun 2002 tanggal 25 Februari 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2002 tanggal 28 Juli 2003, maka Kabupaten Nias resmi dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

Dengan demikian wilayah Kabupaten Nias yang tadinya terdiri dari 22 kecamatan, menjadi 14 kecamatan karena 8 kecamatan telah masuk ke wilayah Kabupaten Nias Selatan. Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Nias sebagai berikut:

Kemudian sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Nias Nomor 05 Tahun 2005 tanggal 14 Desember 2005 tentang Pembentukan Kecamatan di Kabupaten Nias, Kabupaten Nias dimekarkan menjadi 32 Kecamatan, yaitu :

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Nias Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Tugala Oyo dan Kecamatan Gunungsitoli Barat di Kabupaten Nias, Kabupaten Nias mengalami pemekaran menjadi 34 Kecamatan dengan bertambahnya 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Tugala Oyo dan Kecamatan Gunungsitoli Barat.

Pada tahun 2009 sesuai dengan Pasal 4 masing-masing Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2008 tentang pembentukkan Kabupaten Nias Utara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukkan Kabupaten Nias Barat, Undang-Undang Republik Indonesia


(56)

Nomor 47 Tahun 2008 tentang pembentukkan Kota Gunungsitoli maka wilayah Kabupaten Nias dikurangi dengan 3 wilayah Kabupaten/Kota tersebut diatas.

Kini wilayah Kabupaten Nias setelah pemekaran menjadi 9 Kecamatan, yaitu :

1. Idanogawo 2. Bawolato 3. Ulugawo 4. G i d o 5. Ma’u

6. Somolo-molo 7. Hiliduho 8. Hili Serangkai 9. Botomuzoi

3.2 Potensi Wilayah

Sejak Pemekaran mulai tahun 2002 hingga 2008, Wilayah Kepulauan Nias menjadi lima daerah otonom yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli. Dengan demikian wilayah Kabupaten Nias yang sebelumnya terdiri dari 34 Kecamatan secara bertahap berkurang hingga menjadi 9 Kecamatan.


(57)

Kecamatan Sogae Adu pada awalnya merupakan desa yang termasuk wilayah Kecamatan Gido Kabupaten Nias. Pada tahun 2012, daerah Sogae Adu diresmikan sebagai Kecamatan Baru oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Nias. Namun masih belum disetujui oleh Pemerintah pusat hingga sekarang. Wilayah Kecamatan Sogae Adu terdiri dari daerah Pegunungan dan dataran rendah. Mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Potensi wilayah yang dimiliki di daerah ini ialah bentangan sawah yang luas sebagai sumber produksi padi dan area perkebunan rakyat dengan komoditi karet dan kakao serta buah-buahan.

3.3 Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Nias

Pada awalnya Dinas Pendidikan merupakan merger dari Departemen Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Pembangunan fisiknya mulai dilaksanakan pada tahun 2001 yang beralamat di jalan Karet No 30 Gunungsitoli. Kemudian Dinas Pendidikan menjadi milik Pemerintah Daerah yang bertugas menyelenggarakan pendidikan di daerah Kabupten Nias sampai sekarang. Dinas Pendidikan Kabupten Nias adalah salah satu dinas yang berada di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Nias. Beralamat di Jalan Karet Nomor 30. Telp. (0639)22459 Kota Gunungsitoli.

3.3.1 Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias

Visi adalah cita-cita atau impian sebuah organisasi yang ingin dicapai di masa depan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang. Adapun Visi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias adalah: “Terwujudnya Masyarakat Nias yang Berpendidikan, Bermutu Tinggi Dan Berakhlak Mulia”


(58)

Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi. Adapun Misi dinas Pendidikan Kabupaten Nias adalah:

1. Meningkatkan Profesionalisme tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya sehingga mampu melakukan pengelolaan dan pelayanan pendidikan di masing-masing unit sekolah.

2. Menambah tenaga kependidikan, melakukan pemerataan sesuai kebutuhan berdasarkan rasio rombongan belajar dan mata pelajaran.

3. Menambah/memperbaiki gedung sekolah, sarana dan prasarana baik fisik maupun non fisik.

4. Meningkatkan kualitas lulusan sekolah.

3.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok Dinas Pendidikan Kabupten Nias, yaitu: “Dinas Pendidikan Kabupaten Nias membantu Bupati Nias dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Umum di Dinas Pendidikan.” Adapun yang menjadi fungsi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias yaitu:

1. Perumusan kebijakan teknis bidang pendidikan.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum bidang pendidikan.

3. Pembinaan dan melaksanakan tugas di bidang pendidikan.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati Nias sesuai tugas dan fungsi di bidang pendidikan.


(59)

3.3.3 Susunan Organisasi

Adapun susunan organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias dipimpin oleh Kepala Dinas dengan membawahi:

1. Sekretariat

a. Sub Bagian Umum/Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Program Evaluasi dan Pelaporan 2. Bidang Perencanaan Operasional Pendidikan

a. Seksi Pendidikan Anak Usia Dini b. Seksi Pendidikan Menengah dan Formal c. Seksi Pendidikan Menengah dan Informal 3. Bidang Kurikulum

a. Seksi Evaluasi dan Akreditasi b. Seksi Kurikulum

c. Seksi Supervisi

4. Bidang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan a. Seksi Kebutuhan dan Distribusi Pendidik

b. Seksi Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan c. Seksi Pengawasan dan Pembinaan


(60)

5. Bidang Sarana dan Prasarana

a. Seksi Sarana Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar b. Seksi Prasarana Pendidikan Menengah dan Non Formal

c. Seksi Pengawasan Pendayagunaan Bantuan Sarana Transportasi

3.4 Keadaan Guru di Tiap Wilayah Kecamatan Kabupaten Nias Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Guru SD, SMP, SMA dan SMK Kab. Nias

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Nias 2013

Tabel di atas memaparkan jumlah guru PNS di tiap Kecamatan di Kabupaten Nias di tingkat SD,SMP,SMA dan SMK. Di tiap kecamatan jumlah Guru SD paling banyak di bandingkan SMP, SMA dan SMK. Hal ini karena di tiap kecamatan, jumlah Sekolah Dasar lebih banyak.

No

Kecamatan

Jumlah Guru

SD

SMP

SMA

SMK

1.

Idano Gawo

114

27

15

12

2.

Gido

226

34

18

5

3.

Hiliduho

105

20

16

8

4.

Bawolato

69

15

8

4

5.

Bulu Gawo

29

9

0

2

6.

Ma’u

33

6

0

1

7.

Somolo-molo

14

5

0

3

8.

Hiliserangkai

70

28

0

19

9.

Boto Muzoi

43

17

5

7

10.

Sogae Adu

65

6

0

12


(61)

Tabel 3.2 Jumlah guru dan siswa se-kecamatan Sogae Adu-Kab. Nias

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Nias 2013 No Nama Sekolah Desa alamat

sekolah Jumlah Guru Pegawai Negeri Sipil Jumlah Murid

1. SDN 071058- Sogae Adu

Sogae Adu 7 299

2. SDN 071059- Hili Badalu

Hilibadalu 8 282

3. SDN 071069- Sihare’o Berua

Sihare’o Berua 4 325

4. SDN 074051- Sisarahili

Sisarahili 9 296

5. SDN 074052- Tulumbaho

Tulumbaho 12 395

6. SDN 075051- We’a-We’a

We’a-We’a 8 160

7. SDN 076695- Saitagaramba

Saitagaramba 7 264

8. SDN 077785- Tuhembuasi

Tuhembuasi 10 286

9. SMPN 2 Sogae Adu Sogae Adu 1 103

10. SMPN 1 Sogae Adu Sogae Adu 6 168

11. SMPS BNKP Simon Sogae Adu - 112


(62)

3.5 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias

Bagan 3.1 Sturuktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias

KEPALA DINAS

Ma’ato sokhi Zendrato

SEKRETARIS Fabualasa Laoli KASUBAG UMUM Totona Lombu KASUBAG KEU. Sabariani Harefa

KASUBAG Prog & Ev

Amoni Lase KABID P.O.P Anotona Gulo KABID PTKP Odaligo Bate’e KABID SARPRASI Viktor Waruwu KABID KURIKULUM Arozatulo Nazara KASI PAUD Faozanolo Hura

KASI PEND. Menengah

Ian Makmur Harefa

KASI PEND. Dasar

Fasa aro Lahagu

KASI Evaluasi Akreditasi

Lenyn Telaumbanua

KASI Kurikulum

Sokhiniwa’o Mendrofa

KASI Supervisi

Fatizatulo Zendrato

KASI Kebutuhan distribusi Pendidik

Saba’aro Telaumbanua

KASI Peningkatan Kualitas tenaga Pendidik

Arosokhi Lombu

KASI pengawasan Pembinaan

Yuniaro Lase

KASI Sarana Prasarana PAUD dan Dasar

Nisrini Lawolo KASI Prasarana Pendidikan

Menengah

Sadarman Lahagu

KASI Pendayagunaan

Edison Zega


(63)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini, penulis menyajikan data-data yang diperoleh selama penelitian di Kantor Dinas Pendidikan dan Kantor Uniit Pelayanan teknis Kabupaten Nias. Penulis juga menyajikan hasil wawancara dengan para informan sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui bagaimana proses implementasi kebijakan pemenuhan guru SD dan SMP di Kabupaten Nias, serta mengetahui kendala-kendala yang dialami dalam pelaksanaannya.

Penyajian data didapatkan melalui pengisian angket atau kuesioner dan melalui wawancara. Kuesioner diberikan kepada murid-murid SDN 071058 Sogae Adu dan SDN 074052 Tulumbaho serta para pelajar SMPN 1 Sogae Adu dan SMPN 2 Sogae Adu. Sedangkan pihak-pihak yang diwawancarai yaitu: Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias dan Kepala Unit Pelayanan Teknis Kecamatan Sogae Adu.

Penyajian data melalui kuesioner terdiri dari informasi responden berisikan tentang variabel penelitian untuk menjawab masalah penelitian. Sedangkan pertanyaan wawancara yang diajukan kepada informan kunci dimana pertanyaannya dari panduan wawancara yang disusun oleh penulis sebagai instrumen dalam penelitian ini.

4.1Pengumpulan Data melalui Kuesioner

Dalam penelitian ini peneliti membagikan angket atau kuesioner kepada murid SD dan pelajar SMP masing-masing 30 angket. Angket tersebut dibagikan di dua unit Sekolah Dasar (SD) yakni SDN 074052 Tulumbaho dan SDN 071058


(64)

Sogae Adu. Serta di dua unit Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni SMPN 1. Sogae Adu dan SMPN 2. Sogae Adu.

4.1.1 Distribusi Jawaban responden Sekolah Dasar (SD) 1. Program Kebijakan Pemenuhan Guru

Tabel 4.1 Distribusi jawaban responden mengenai adanya program

Kebijakan Pemenuhan Guru yang dilaksanakan di Kecamatan Sogae Adu.

Sumber: Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban responden terbanyak adalah yang menyatakan bahwa mereka kurang tahu bahwa kebijakan pemenuhan guru diberikan di sekolah sebanyak 15 orang (50%). Sedangkan yang tahu tentang adanya kebijakan pemenuhan guru sebanyak 5 orang (16.5%). Jadi dapat disimpulkan bahwa murid SD di Kecamatan Sogae Adu kurang tahu tentang adanya kebijakan pemenuhan guru di sekolah mereka.

No Kategori Jumlah

(Responden)

Frekuensi (%)

1. Sangat Tahu 0 00.00

2. Tahu 5 16.50

3. Ragu-Ragu 2 06.50

4. Kurang Tahu 15 50.00

5. Tidak Tahu 8 27.00


(65)

Tabel 4.2 Distribusi jawaban responden mengenai keadaan jumlah guru di sekolah.

Sumber: Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jawaban responden terbanyak adalah yang menyatakan bahwa jumlah guru di sekolah mereka cukup memadai sebanyak 16 orang (53.4%). Sedangkan yang menyatakan bahwa jumlah guru sangat memadai sebanyak 3 orang (10%). Jadi dapat disimpulkan bahwa Jumlah Guru di Sekolah Dasar Cukup memadai.

Tabel 4.3 Distribusi jawaban responden mengenai dukungan terhadap penambahan jumlah guru

Sumber: Kuesioner 2013

No Kategori Jumlah (Responden) Frekuensi (%)

1. Sangat memadai 3 10.00

2. Memadai 1 03.30

3. Cukup 16 53.40

4. Kurang memadai 9 30.00

5. Tidak memadai 1 03.30

Jumlah 30 100.00

No Kategori Jumlah

(Responden)

Frekuensi (%)

1. Sangat Setuju 23 76.70

2. Setuju 6 20.00

3. Ragu-ragu 0 00.00

4. Kurang Setuju 1 03.30

5. Tidak Setuju 0 00.00


(66)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jawaban responden terbanyak adalah yang sangat setuju dengan penambahan jumlah guru di sekolah sebanyak 23 orang (76.7%). Sedangkan yang kurang setuju sebanyak 1 orang (3.3%). Jadi dapat disimpulkan bahwa murid SD di Sogae Adu sangat setuju apabila jumlah guru di sekolah mereka ditambah.

2. Standar Pendidikan dan Kompetensi Guru/Kepala Sekolah

Tabel 4.4 Distribusi jawaban mengenai kemampuan guru dalam mengajar.

Sumber: Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban responden terbanyak adalah yang menyatakan bahwa guru-guru di sekolah tersebut mampu mengajar dengan baik, sebanyak 18 orang (60%). Sedangkan yang menyatakan bahwa guru-guru kurang mampu dalam mengajar sebanyak 1 orang (3.3%). Jadi dapat disimpulkan bahwa guru-guru Sekolah Dasar di Kecamatan Sogae Adu mampu mengajar dengan baik kepada murid-muridnya.

No Kategori Jumlah (Responden) Frekuensi (%)

1. Sangat mampu 5 16.70

2. Mampu 18 60.00

3. Cukup Mampu 6 20.00

4. Kurang Mampu 1 03.30

5. Tidak Mampu 0 00.00


(1)

di Kabupaten Nias. Di tingkat Kecamatan Dinas Pendidikan dibantu oleh Unit Pelayanan Teknis yang mengetahui secara langsung masalah-masalah yang ada di sekolah-sekolah dan mengerahkan para pengawas untuk menilik sekolah-sekolah tersebut. Namun kenyataannya hasil yang dicapai masih belum maksimal untuk meningkatkan taraf Pelayanan Pendidikan yang memenuhi Standar.

Dari penjelasan pada bab sebelumnya adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini, yakni sebagai berikut:

1. Berdasarkan Standar dan Sasaran Kebijakan: Pemenuhan Guru SD dan SMP hasilnya sudah hampir mendekati Standar Pelayanan Minimal namun masih jauh untuk dikatakan Mencapai Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan oleh BSNP

2. Berdasarkan Sumber Daya: Dalam Standar Pelayanan Minimal diuraikan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum yaitu D-IV hingga S-1 sebanyak 2 orang di tingkat SD/MI dan 70% di tingkat SMP/MTs dan separuh telah mendapat Sertifikat Pendidik. Sekolah Dasar (SD) di kecamatan Sogae Adu sudah hampir memenuhi kriteria tersebut dimana guru-guru yang berkualifikasi akademik S1 dan D-IV sudah memadai di tiap sekolah.

Dilihat dari segi kompetensi memang kemampuan para guru sudah hampir mencapai Standar Pelayanan Minmal. Guru-guru di Kabupaten Nias terutama di kecamatan Sogae Adu dapat dilihat usaha-usaha mereka yang cukup baik dalam menyelenggarakan pendidikan bagi para siswa. Hal ini karena Dinas Pendidikan memberi perhatian yang cukup dalam melakukan pelatihan dan bimbingan bagi para guru.


(2)

Dalam meningkatkan kesejahteraan guru, terutama guru honorer atau bukan PNS harus mendapat perhatian yang lebih. Dan itu sudah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nias. Dalam meningkatkan kesejahteraan guru, Dinas Pendidikan telah melakukan langkah yang ideal. Mulai dari pemberian tunjangan profesi bagi guru yang telah memenuhi standar sebesar gaji pokok atau satu kali gaji, semuanya ditujukan untuk kesejahteraan guru. Namun dibeberapa sekolah tenaga guru di Kabupaten Nias masih kurang hal ini karena dana untuk menggaji para guru terbatas, kendala transportasi dan kesulitan dalam menjangkau daerah terpencil. Rata-rata keadaan sekolah di kecamatan Sogae Adu pembangunan fisiknya masih dalam proses. Data Laporan bulanan menunjukkan fasilitas yang tersedia seperti ruangan kelas, buku perpustakaan dan mobeler masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan bahkan mengalami kerusakan. Di beberapa sekolah masih ada yang belum memiliki laboratorium dan gedung yang tetap untuk kegiatan belajar mengajar.

3. Berdasarkan Hubungan Antar Organisasi: Dalam mencapai tujuan dan sasaran kebijakan yang telah dirumuskan maka perlu dijalin hubungan antar organisasi yang baik. Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Nias hubungan Dinas Pendidikan cukup baik terutama dalam program pemenuhan guru. Permintaan akan kebutuhan guru langsung dilaporkan kepada Bupati dan Bupati mengambil kebijakan untuk segera menambah jumlah guru yang ada di kabupaten Nias melalui proses seleksi. Dinas Pendidikan berfungsi sebagai perpanjangan tangan Bupati dalam mengerjakan urusan-urusan yang berkaitan dengan pelayanan pendidikan.


(3)

Hubungan Dinas Pendidikan dengan UPT (Unit Pelayanan Teknis) yang merupakan cabang dari Dinas Pendidikan di kecamatan juga terbina dengan baik. UPT lebih banyak berperan dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dilapangan.

4. Berdasarkan Disposisi atau Sikap Para pelaksana: sangat mendukung program kebijakan pemenuhan guru. Semua pihak menyadari bahwa guru merupakan kebutuhan utama dalam proses pendidika. Oleh sebab itu guru-guru harus ditambah jumlahnya agar memadai sehingga pelayanan pendidikan menjadi lebih baik. Ada kooridinasi yang baik antara Pejabat Dinas Pendidikan, Pengawas atau Penilik Sekolah di tingkat UPT serta Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. Yang kesemuanya itu merupakan pelaksana yang bekerja dan berupaya menyukseskan program-program kebijakan pendidikan. Walaupun dalam pelaksanaannya cenderung juga mengalami kejenuhan. Terkadang sekolah jarang didatangi oleh pengawas dan pihak Dinas Pendidikan. Padahal kehadiran mereka sangat dibutuhkan disekolah-sekolah untuk melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar disekolah. Oleh sebab itu perlu ada pemahaman yang lebih mendalam akan pentingnya tugas tersebut.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan untuk proses pemenuhan kebutuhan tenaga guru di Kabupaten Nias sekaligus untuk meningkatkan layanan pendidikan ialah:

1. Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia adalah tanggungjawab kita semua terutama masyarakat


(4)

Nias. Mari kita bersama-sama membangun Nias dari keterbelakangan terutama dalam kualitas Sumber Daya Manusia. Pembangunan Non fisik harus menjadi prioritas yakni membangun masyarakat Nias menjadi masyarakat yang unggul dan cerdas tentu melalui proses pendidikan. Oleh sebab itu Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus dalam hal pendidikan.

2. Guru merupakan kebutuhan terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan maka secepat mungkin dilaksanakan penambahan guru terutama di sekolah-sekolah yang jumlah tenaga gurunya sangat minim. Diharapkan kepada Pimpinan Daerah beserta jajarannya termasuk Dinas Pendidikan Kabupaten Nias dapat membangun koordinasi, melakukan pengawasan di kecamatan-kecamatan secara efektif sehingga kebijakan Pemenuhan Guru mulai dari proses perumusan masalah, hingga nanti pada Evaluasi Kebijakan dapat berjalan dengan baik dan dampaknya dapat dirasakan demi tercapainya pendidikan yang baik di Kabupaten Nias. Kesejahteraan Guru juga harus diperhatikan.

3. Kepada Kementrian Pendidikan Nasional agar tidak menyama-ratakan Standar untuk sekolah-sekolah di daerah yang maju dengan daerah yang masih tertinggal. Karena bagaimanapun kualitas pendidikan di daerah tertinggal akan sangat jauh untuk mengimbangi kualitas sekolah di perkotaan, baik dari segi kualifikasi tenaga pendidik maupun ketersediaan sarana prasarana yang lengkap. Diharapkan agar ada penurunan Standar Pelayanan minimal untuk daerah tertinggal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2011: Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Nogi, Hesel 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset & YPAPI

Nugroho, Riant 2012. Public Policy, Jakarta: Elex Media Komputindo Parsons, Wayne. 2005. Public Policy Pengantar Teori dan Prakatik Analisis

Kebijakan. Jakarta: Kencana

Putra, Fadillah.2001.Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik.Surabaya:Pustaka Pelajar Offset

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi.1989.Metode Penelitian Survey.Jakarta:LP3ES

Subarsono, AG.2009.Analisis Kebijakan Publik.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Proposal Penelitian Magang Kelompok II Ilmu Administrasi Negara Fisip USU.

2013. Evaluasi Dampak kebijakan pemerintah dalam Penyaluran subsidi bibit dan pupuk sawit dan karet untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Desa Ujung Bandar Kecamatan Bahorok. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sumber Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota


(6)

Sumber Internet

http://niaskab.go.id/sejarah-kabupaten-nias/