Pendekatan Penelitian D ADP 049756 Chapter3

155 maupun dalam menyusun rekomendasi yang terkait dengan kebijakan sertifikasi pendidik.

B. Pendekatan Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan di muka bahwa penelitian kebijakan ini dilakukan dengan mengacu kepada prinsip-prinsip: multidimensional, induktif- empiris, berorientasi tindakan praktis, berbasis aktor kebijakan, dan bermuatan nilai. Sehubungan dengan prinsip-prinsip tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif qualitative approach atau metode penelitian kualitatif qualitative research method. Para pakar seringkali tidak membedakan penggunaan istilah “pendekatan” dan “metode” ini sebagaimana tercermin dalam penulisan literatur. Pakar yang menggunakan istilah pendekatan, antara lain: Creswell 1994, Maxwell 1996, dan McMillan dan Schumacher 2001. Adapun pakar yang menggunakan istilah metode diantaranya adalah: Bogdan dan Biklen 1982, Cohen dan Manion 1989, Burns 1990, Krathwohl 1993, dan Berg 2007. Pendekatan approach secara leksikal memiliki definisi antara lain sebagai “a means adopted in tackling a problem, job of work, etc.”, atau suatu peralatan yang diadopsi dalam menyelesaikan permasalahan, atau tugas pekerjaan Collins dan Brash, 1983: 50. Pengertian yang lebih kurang sama ditulis dalam The American Heritage Dictionary 2003 http:www.thefreedictionary.com approach , yang menyebutkan salah satu definisi pendekatan sebagai “the method used in dealing with or accomplishing: a logical approach to the problem”, yang berarti bahwa pendekatan adalah metode yang digunakan dalam rangka atau penyelesaian; suatu pendekatan logis terhadap permasalahan. Sementara itu Tim 156 Ohio State University http:cio.osu.eduprojectsframeworkglossary.html menyatakan bahwa pendekatan adalah “A way of doing things”, atau cara untuk mengerjakan sesuatu. Beberapa pengertian itu menunjukkan bahwa istilah pendekatan merujuk kepada perangkat, metode, atau cara yang digunakan untuk memecahkan masalah atau melakukan sesuatu pekerjaan. Dalam konteks penelitian maka pendekatan dapat diartikan sebagai perangkat, metode, atau cara- cara untuk mengerjakan suatu penelitian. Sementara itu “metode” dapat diartikan sebagai “A means or manner of procedure, especially a regular and systematic way of accomplishing something”, atau sebagai “The procedures and techniques characteristic of a particular discipline or field of knowledge”. Definisi dari The American Heritage Dictionary 2003 tersebut dapat diterjemahkan bahwa metode merupakan peralatan, prosedur, dan teknik, khususnya yang dilakukan secara konsisten, atau terus menerus reguler dan sistematik untuk mencapai sesuatu, biasanya dalam suatu disiplin ilmu atau lapangan pengetahuan. Dalam kaitan penelitian, Silverman 1993: 2 mengartikan metode sebagai “... specific research technique” atau teknik penelitian yang spesifik. Adapun menurut Cohen dan Manion 1989: 41 metode adalah “.. range of approaches used in educational research to gather data which are to be used as a basis for inference and interpretation, for explanation and prediction”, yang dapat diterjemahkan bahwa metode adalah berbagai pendekatan yang digunakan dalam penelitian pendidikan untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai dasar untuk menyimpulkan dan menginterpretasikan, menjelaskan dan memprediksi. Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan oleh Koentjaraningrat 1980: 16, metode menyangkut 157 masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dari uraian di atas tampak bahwa sebagian pakar memberikan makna dari istilah pendekatan lebih luas daripada metode; dan sebagian yang lain mengartikan metode lebih luas daripada pendekatan. Menurut hemat peneliti istilah pendekatan dan metode lebih kurang sama, sebagai perangkat untuk melakukan penelitian atau menyelesaikan permasalahan. Namun demikian istilah pendekatan memiliki makna lebih bersifat filosofis konseptual karena dalam konsep pendekatan tersebut mencakup alasan-alasan memilih atau menggunakan suatu perangkat metodologi, metode, prosedur, atau teknik tertentu dalam menyelesaikan permasalahan atau melakukan penelitian. Untuk itu pendekatan dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan kajian atau penelitian tentang suatu fenomena yang terkait dengan permasalahan sosial. Adapun istilah metode lebih bersifat praktis teknikal, menyangkut langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan atau melakukan penelitian. Dalam hal ini metode adalah cara kerja untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data, menjelaskan dan memprediksi berbagai fenomena berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut. Suatu pendekatan atau metode, pada dasarnya dilandasi oleh suatu paradigma tertentu. Paradigma adalah “A set of assumptions, concepts, values, and practices that constitutes a way of viewing reality for the community that shares them, especially in an intellectual discipline”, atau seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktek yang menunjukkan suatu cara pandang tentang realitas yang diyakini oleh suatu komunitas, khususnya dalam disiplin keilmuan tertentu The American Heritage Dictionary, 2003. Sementara itu Nasution 1988: 2 158 mengartikan paradigma sebagai “suatu perangkat kepercayaan, nilai-nilai, suatu pandangan tentang dunia sekitar”. Adapun Guba dan Lincoln mendefinisikan paradigma sebagai “a set of basic beliefs or metaphysics that deals with ultimates or first principles dalam Denzin dan Lincoln, 1994: 107. Dari berbagai pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa paradigma merepresentasikan suatu “worldview” komunitas ilmu tertentu dalam mendefinisikan berbagai fenomena dunia, termasuk karakteritik dasarnya dan rangkaian kemungkinan hubungan antar berbagai fenomena tersebut. Dengan perangkat asumsi, konsep, nilai-nilai, dan praktek-praktek yang diyakini kebenarannya itulah suatu komunitas disiplin ilmu tertentu melakukan kajian dan pengembangan bidang ilmunya. Penelitian kualitatif mendasarkan pada paradigma berbasis “concept of verstehen, a form of subjective understanding Burn, 1990: 221, yang berarti dilakukan berdasarkan konsep untuk mendapatkan makna data yang bersifat subyektif dari perspektif pelaku atau sumber data. Dalam konteks ini dapat dikatakan mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia fenomena, pen. dari segi pendiriannya Nasution, 1988: 10. Dengan memahami makna dari perspektif pelaku tersebut maka kita dapat memahami suatu fenomena sesuai dengan konteks lingkungannya. Adapun menurut Creswell 1994: 4, paradigma penelitian kualitatif dimaknai sebagai pendekatan konstruktivisme atau naturalistik, pendekatan interpretatif, atau perspektif post-positivisme, atau perspektif post-modern. Asumsi-asumsi yang digunakan paradigma kualitatif itu semakin jelas jika diperbandingkan dengan paradigma kuantitatif sebagaimana dalam Tabel 3.5 di halaman berikut. 159 Tabel 3.5. Asumsi-asumsi Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif Ontologis Apakah hakekat realitas? Realitas adalah obyektif dan tunggal, terpisah dari peneliti. Realitas adalah subyektif dan banyak ragam seperti yang dilihat oleh para partisipan yang diteliti. Epistemologi Bagaimanakah hubungan antara peneliti dengan yang diteliti? Peneliti terpisah lepas dari yang diteliti. Peneliti berinteraksi dengan yang diteliti. Aksiologi Bagaimanakan peran dari nilai-nilai? Bebas-nilai dan tidak bias. Bermuatan-nilai dan bias. Retorikal Bagaimanakah bahasa penelitiannya? § Formal § Berbasis pada seperangkat definisi. § Bentuk impersonal § Menggunakan kata-kata bernuansa kuantitatif. § Informal § Mengembangkan keputusan-keputusan. § Bentuk personal. § Kata-kata yang bernuansa kualitatif. Metodologi Bagaimanakah proses penelitiannya? § Proses deduktif. § Sebab dan akibat. § Disain statis – kategori- kategori dibatasi sebelum penelitian. § Bebas konteks. § Generalisasi mengarah kepada prediksi, eksplanasi, dan pemahaman. § Akurasi dan kepercayaan melalui validitas dan reliabilitas. § Proses induktif. § Secara simultan saling mempertajam berbagai faktor. § Disain berkembang – kategori-kategori diidentifikasi selama proses penelitian. § Terikat konteks. § Pola-pola dan teori-teori dikembangkan untuk pemahaman. § Akurasi dan kepercayaan melalui verifikasi. Sumber: diolah dari Creswell 1994: 5. Dari Tabel 3.5 tersebut dapat dicermati berbagai pandangan yang mendasari pendekatan penelitian kualitatif. Dari segi ontologis, realitas dipandang sebagai sesuatu yang bersifat subyektif dan banyak ragam seperti yang dilihat dan dimaknai oleh para partisipan yang diteliti. Dari segi epistemologi, peneliti kualitatif berinteraksi atau melakukan kontak langsung dengan yang diteliti. Selanjutnya dari segi aksiologi diyakini bahwa suatu fenomena sosial selalu bermuatan-nilai dan bias. Dari segi bahasa penelitian retorikal, paparan penelitian kualitatif lebih bersifat informal, berbentuk ungkapan personal, dan kata-kata yang bernuansa kualitatif. Terakhir, dari segi metodologi, proses 160 penelitian dilakukan secara induktif, simultan saling mempertajam berbagai faktor, disain berkembang dalam arti kategori-kategori diidentifikasi selama proses penelitian, terikat konteks, pola-pola dan teori-teori dikembangkan untuk pemahaman, dan akurasi dan kepercayaan dibangun melalui verifikasi. Menurut McMillan dan Schumacher 2001: 396 penelitian kualitatif “... is first concerned with understanding the social phenomena from participants’ perspective”, atau terutama berkenaan dengan pemahaman terhadap fenomena sosial dari perspektif partisipan. Adapun menurut Fraenkel dan Wallen 1990: 368, penelitian kualitatif adalah “research studies that investigate the quality of relationships, activities, situations, or materials”. Dalam hal ini, penelitian kualitatif lebih menekankan pada deskripsi menyeluruh wholistic description, yakni tentang penggambaran secara rinci semua hal yang terjadi dalam suatu aktivitas atau situasi. Sementara itu Krathwohl 1993: 311 mengemukakan konsepsi penelitian kualitatif sebagai berikut. “Qualitative research methods permit the description of phenomena and events in an attempt to understand and explain them. Such descriptions may be used to seek principles and explanations that generalize. Qualitative methods are inductive: they let the problem emerge from the data or remain open to interpretations of the problem different from those held initially. The data are accounts of careful observations, including detailed descriptions of context and nearly verbatim records of conversation. They may also include analysis of documents and records”. Dari beberapa pendapat tersebut tampak bahwa penelitian kualitatif terutama berkenaan dengan pemahaman tentang fenomena sosial dari perspektif pelaku, dengan menggambarkan suatu fenomena, peristiwa atau situasi secara rinci dan komprehensif. Deskripsi rinci berguna untuk mencari prinsip-prinsip dan penjelasan-penjelasan umum. Dalam pada itu, penelitian kualitatif ini menggunakan metode induktif yang memungkinkan permasalahan muncul dari 161 data yang dikumpulkan dan tetap terbuka terhadap interpretasi-interpretasi yang berbeda dari yang diyakini pada tahap awal. Datanya adalah laporan observasi yang cermat, termasuk deskripsi-deskripsi rinci tentang konteks dan catatan- catatan percakapan kata demi kata yang teliti. Metode ini mencakup pula analisis dokumen dan catatan. Dari pendapat tersebut tampak bahwa penelitian kualitatif menggunakan metode induktif dan dapat dilakukan melalui analisis dokumen dan catatan. Penelitian kualitatif mempunyai beberapa karakteristik, seperti dikemukakan Bogdan dan Biklen 1982: 27 - 30 antara lain: a has the natural setting as the direct source of data and the researcher is the key instrument; b descriptive, c concerned with process rather than simply with outcomes or products; d researchers tend to analyze their data inductively; dan e “Meaning” is of essential concern. Artinya bahwa penelitian kualitatif mempunyai karakteristik antara lain: memiliki latar alami sebagai sumber data dan peneliti sebagai instrumen kunci, bersifat deskriptif, peduli terhadap proses daripada sekedar hasil, peneliti cenderung melakukan analisis induktif terhadap datanya, dan makna menjadi perhatian utama. Pendapat yang lebih kurang sama sepert di atas dikemukakan oleh McMillan 2008: 272 yang memeri karakteristik utama penelitian kualitatif dalam Tabel 3.6 sebagaimana disajikan pada halaman berikut. Pada tabel tersebut tampak terdapat tambahan karakteristik, yakni bahwa dalam penelitian kualitatif berlaku disain “emergent”, yang berarti rancangan penelitian dapat diubah atau dikembangkan sesuai perkembangan pelaksanaan penelitian yang dilakukan. 162 Tabel 3.6. Karakteristik Utama Penelitian Kualitatif Karakteristik Deskripsi Latar alami Mengkaji perilaku sebagaimana terjadi secara alami Pengumpulan data langsung Peneliti mengumpulkan data secara langsung dari narasumber. Kaya deskripsi naratif Narasi terperinci yang menggambarkan pemahaman mendalam tentang konteks dan perilaku. Beorientasi proses Berfokus pada mengapa dan bagaimana suatu perilaku terjadi. Analisis Data Induktif Generalisasi ditetapkan dari sintesis informasi yang dikumpulkan. Perspektif partisipan Berfokus pada pemahaman partisipan dan makna. Disain penelitian “emergent” Disain penelitian berkembang dan berubah sepanjang diperlukan selama pelaksanaan penelitian Sumber: diolah dari McMillan 2008: 272. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dalam situasi lapangan yang wajar, apa adanya, atau tanpa perlakuan. Dalam pengumpulan data itu, peneliti bertindak sebagai instrumen utama yang mengumpulkan data dalam bentuk uraian yang kaya narasi, meskipun tidak menolak kemungkinan data dalam bentuk angka- angka. Data yang bersifat deskriptif tersebut pada umumnya berupa gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena terjadi dalam konteks lingkungannya. Setiap data tidak dipandang sebagai sesuatu yang lepas atau terpisah, akan tetapi saling berkaitan dengan yang lain dalam suatu pola, struktur, atau tema tertentu. Karakteristik berikutnya bahwa peneliti kualitatif mementingkan proses daripada hasil, jadi memperhatikan perkembangan terjadinya sesuatu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana seperti dikemukakan di muka. Selanjutnya peneliti kualitatif melakukan analisis 163 semenjak awal data terkumpul. Analisis yang bersifat induktif ini berjalan terus menerus sepanjang penelitian berlangsung. Dalam hal ini peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu fenomena yang terjadi, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Pada akhirnya penelitan kualitatif lebih mengutamakan makna dalam perspektif subyek peneliti, atau peneliti berusaha mencari pandangan, asumsi- asumsi, dan nilai-nilai yang mendasari suatu fenomena. Proses penelitian kualitatif dengan mekanisme pengumpulan dan analisis data secara induktif yang berjalan sepanjang penelitian diilustrasikan oleh McMillan dan Schumacher 2001: 405 seperti Gambar 3.2 di bawah. Namun demikian untuk menghindari kerancuan antara data lapangan dari perspektif narasumber emic data dengan hasil analisis dan interpretasi dari perspektif peneliti etic data, maka pada penulisan laporan penelitian ini keduanya dipisah sebagaimana disajikan pada Bab IV. Phase 1 Planning Phase 2 Begining Data Collection Phase 3 Basic Data Collection Phase 4 Closing Data Collection Phase 5 Completion Planning Data Collection Period Data Recording During Initial Data Analisys and Diagrams Closing During Closing Formal Analisys And Diagrams Tentative Interpretations During Closing _____ primary process ----- secondary process Gambar 3.2. Tahap-tahap Penelitian Kualitatif Sumber: McMillan dan Schumacher, 2001: 405 164 Dalam konteks penelitian kebijakan sertifikasi guru, berbagai karakteristik di atas dipenuhi dengan penelitian ini dilakukan pada situasi dan kondisi lapangan sebagaimana adanya, atau tidak ada “perlakuan” treatment apapun terhadap fenomena atau peristiwa di lapangan; artinya program sertifikasi guru tersebut dikaji dan diamati sebagaimana adanya. Fenomena atau peristiwa sertifikasi guru tersebut akan dideskripsikan dan dijelaskan dalam konteks lapangan, berdasarkan perspektif dari pihak-pihak yang langsung berperan-serta atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kebijakan tersebut data emic. Selanjutnya data emic yang ditemukan dianalisis dengan cara mengidentifikasi tema, kategori, dan kecenderungan, sehingga dapat ditemukan hubungan di antara berbagai tema, kategori dan kecenderungan tersebut yang mengarah kepada generalisasi, pola, model atau kesimpulan data etic. Dengan substansi dan tujuan kajian sebagaimana dikemukakan di atas, maka pemilihan pendekatan penelitian kualitatif ini sejalan dengan kekuatan-kekuatan dari metode ini, sebagaimana dikemukakan oleh Maxwell 1996: 17-20 antara lain dalam hal-hal berikut ini. 1 Memahami makna dari pandangan partisipan penelitian tentang berbagai peristiwa, situasi, dan tindakan dimana mereka terlibat di dalamnya dan laporan-laporan tentang kehidupan dan berbagai pengalaman mereka. Makna disini mencakup kognisi, pengaruh, intensi-intensi, dan segala sesuatu yang dapat dikategorikan dalam perspektif partisipan. Fokus pada makna ini menjadi sentral dalam apa yang disebut pendekatan interpretif interpretive approach. 2 Memahami konteks khusus dalam mana partisipan bertindak, dan pengaruh konteks tersebut terhadap tindakan mereka. Penelitian kualitatif pada 165 umumnya dilakukan pada individu atau situasi yang relatif sedikit, sehingga dapat memahami bagaimana peristiwa-peristiwa, tindakan-tindakan, dan berbagai makna dipertajam melalui keadaan sekitar yang unik dimana hal-hal tersebut terjadi. 3 Menemu-kenali fenomena dan pengaruh-pengaruh yang tak-terantisipasi, dan mengembangkan teori-teori dasar grounded yang baru. Dalam hal ini penelitian kualitatif seringkali melakukan eksploratori yang dapat membantu merancang pertanyaan-pertanyaan dan mengidentifikasi variabel-variabel untuk investigasi lebih lanjut. 4 Memahami proses dimana peristiwa-peristiwa dan tindakan-tindakan terjadi. Dalam hal ini bukan berarti penelitian kualitatif mengabaikan hasil atau dampak. Penekanan lebih kepada proses pada dasarnya dapat mengarah kepada hasil dan dampak tersebut. 5 Mengembangkan penjelasan kausal. Ketidak-kesepakatan terhadap hal ini seringkali terjadi karena kegagalan untuk mengenali bahwa peneliti kuantitatif dan kualitatif cenderung mengkaji jenis pertanyaan kausal yang berbeda. Peneliti kuantitatif cenderung tertarik pada apakah dan sampai sejauhmana varian dalam x menyebabkan varian dalam y. Adapun peneliti kualitatif cenderung mencari bagaimana x berperan menyebabkan y, dan proses seperti apakah yang menghubungkan x dan y. Dengan kekuatan-kekuatan untuk memahami makna dan konteks, menemu- kenali fenomena dan pengaruh yang tidak diantisipasi, untuk mengembangkan teori-teori dasar, dan memahami proses, serta memberikan penjelasan kausal; maka penelitian kebijakan tentang sertifikasi pendidik untuk guru dalam jabatan ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif eksplanatori. Dengan 166 demikian penelitian ini berfokus pada konteks penetapan kebijakan sertifikasi pendidik untuk guru dalam jabatan, bagaimana proses perumusan kebijakan tersebut, dan bagaimana kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan tersebut mempengaruhi pengelolaan guru, pendidikan guru, dan asosiasi guru sebagai pihak yang terkait dengan sertifikasi pendidik tersebut. Untuk memahami tujuan penelitian deskriptif dan pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicari jawabannya maka dapat dicermati pendapat dari McMillan dan Schumacher 2001: 397 sebagaimana dipaparkan dalam Tabel 3.7 berikut. Tabel 3.7. Tujuan Penelitian dan Ilustrasi Pertanyaan-Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Ilustrasi Pertanyaan Penelitian Deskriptif Eksploratori Untuk mengkaji fenomena “baru” atau kecil. Untuk menemukan tema-tema berbagai makna menurut partisipan subyek penelitian. Untuk mengembangkan secara rinci suatu konsep, model, atau hipotesis untuk penelitian berikutnya. Apakah yang terjadi dalam situasi sosial kini? Apa sajakah kategori-kategori dan tema-tema dari berbagai makna partisipan? Bagaimanakah pola-pola yang terjadi dikaitkan dengan pernyataan- pernyataan berbagai preposisi? Deskriptif Eksplanatori Untuk menggambarkan dan menjelaskan pola-pola hubungan di antara fenomena. Untuk menemu-kenali hubungan- hubungan yang mempengaruhi fenomena. Apakah berbagai peristiwa, keyakinan, sikap, danatau kebijakan berakibat pada fenomena tersebut? Bagaimanakah cara partisipan menjelaskan fenomena? Emansipatori Untuk menciptakan berbagai kesempatan dan kemauan untuk menginisiasi tindakan sosial. Bagaimanakah cara partisipan menggambarkan dan menjelaskan berbagai permasalahan dan mengambil tindakan positip? Sumber: diolah dari McMillan and Schumacher 2001: 397. 167 Dari paparan tabel di atas dapat dipetik pengertian bahwa penelitian deskriptif dapat bersifat eksploratori, eksplanatori, dan emansipatori. Dalam penelitian ini, jenis deskriptif ekplanatori dipilih karena sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa penelitian kualitatif ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana yang terkait dengan perumusan kebijakan sertifikasi pendidik untuk guru dalam jabatan. Selanjutnya dikemukakan oleh McMillan dan Schumacher 2001: 283, bahwa penelitian deskriptif berkaitan dengan “status sesuatu yang sedang berjalan atau sudah lewat” atau dalam kalimat aslinya bahwa “descriptive research is concerned with the current or past status of something”. Penelitian deskriptif ini menyediakan data yang sangat berharga, khususnya apabila pertama kali dilakukan untuk suatu bidang. Dalam konteks ini, penelitian kebijakan sertifikasi pendidikan ini dapat dipandang sangat berharga karena kebijakan sertifikasi pendidik untuk guru dalam jabatan ini relatif baru dijalankan. Sementara itu Best dalam Cohen dan Manion, 1989: 70 mengemukakan bahwa penelitian deskriptif berkaitan dengan: “Conditions or relationships that exist; practices that prevail; beliefs, point of views, or attitudes that are held; processes that are going on; effects that are being felt; or trends that are developing”, atau dalam kalimat lain diungkapkan bahwa “At time descriptive research is concerned with how ‘what is’ or ‘what exist’ is related to some preceding event that has influenced or affected a present condition or event”. Pendapat tersebut mengandung pengertian lebih kurang bahwa penelitian deskriptif mempunyai perhatian terhadap berbagai kondisi dan hubungan yang terjadi, praktek-praktek yang berlaku, keyakinan-keyakinan, sudut pandang, atau perilaku yang dijalankan, proses yang berlangsung; dampak yang dirasakan, atau 168 kecenderungan yang berkembang. Penelitian deskriptif berkaitan dengan bagaimana ‘sesuatu’ atau ‘yang terjadiada’ berhubungan dengan beberapa peristiwa terdahulu yang memiliki pengaruh atau berakibat pada kondisi dan peristiwa saat ini. Adapun Isaac and Michael 1997: 50 mengemukakan tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematik berbagai fakta dan karakteristik suatu populasi atau bidang kajian area of interest tertentu secara faktual dan akurat “to describe systematically the facts and characteristics of given population or area of interest, factually and accurately”. Berdasarkan uraian dan pendapat tersebut maka penelitian kebijakan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang bagaimana proses perumusan kebijakan sertifikasi pendidik bagi dalam jabatan tersebut berlangsung, praktek atau implementasi kebijakan tersebut, dan kaitannya dengan pihak-pihak yang berperan dalam proses sertifikasi tersebut. Menurut McMillan dan Schumacher 2001: 395, “Qualitative studies are important for theory generation, policy development, educational practice improvement, illumination of social issues, and action stimulus”. Pendapat ini mengindikasikan bahwa kajian kualitatif penting dalam pengembangan kebijakan. Penelitian kualitatif memiliki kontribusi dalam formulasi, implementasi, dan modifikasi kebijakan sebagaimana dikemukakan sebagai berikut. “Qualitative research can analyze community economic and political influentials’ perceptions of an issue, the attitude of policy makers toward a proposed policy and views of those who implement policy. These studies frequently identify issues that suggest the need to modify statutes or regulations and help policy makers anticipate future issues” McMillan dan Schumacher, 2001: 400. 169 Pendapat tersebut lebih kurang mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dapat menganalisis komunitas ekonomi dan persepsi-persepsi tentang suatu isu yang secara politis berpengaruh, pendirian pengambil kebijakan terhadap kebijakan yang diusulkan dan pandangan-pandangan para pelaksana kebijakan. Kajian-kajian kualitatif tersebut seringkali dapat menemu-kenali permasalahan- permasalahan yang mendorong untuk memodifikasi undang-undang atau peraturan-peraturan, dan membantu pengambil kebijakan mengantisipasi isu-isu mendatang. Dari pendapat ini dapat disarikan bahwa penelitian kualitatif paling tidak dapat memberikan kontribusi dalam proses formulasi maupun implementasi dalam bentuk penyediaan informasi-infromasi penting untuk menangani isu-isu kebijakan, dan memperbaiki peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaanya, serta untuk mengantisipasi isu-isu yang mungkin berkembang di masa mendatang. Pentingnya penelitian kualitatif dalam proses kebijakan juga dikemukakan oleh Ray C. Rist dalam Denzin dan Lincoln, 1994: 545-557 yang membagi siklus kebijakan menjadi tahap formulasi kebijakan, implementasi kebijakan, dan tahap penjaminan akuntabilitas kebijakan. Dalam kaitan itu dikatakan bahwa “the opportunities for qualitative research within the policy cycle are thus defined and differentiated by information reqirements at each phase” 1994: 547. Dengan demikian penelitian kualitatif sangat relevan untuk menyediakan berbagai informasi yang diperlukan untuk setiap siklus kebijakan. Pada tahap formulasi, kerja kualitatif dapat memberikan kontribusi dengan mengkaji konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan dari berbagai ragam instrumen atau perangkat kebijakan yang telah dipilih untuk melaksanakan kebijakan. Sebagaimana diketahui kunci aktivitas 170 pada tahap formulasi kebijakan adalah seleksi strategi kebijakan yang paling memadai untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sehubungan dengan itu, jenis informasi yang disediakan melalui penelitian kualitatif secara signifikan dapat membantu dalam pengambilan keputusan tentang strategi yang paling memadai tersebut. Pada tahap implementasi, kerja kualitatif dapat menginformasikan kepada manajer program yang bertanggungjawab terhadap implementasi kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitan ini kerja kualitatif dapat memberikan fokus perhatian terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti tingkat sejauhmana suatu program dapat menjangkau sasaran kebijakan, kesamaan dan perbedaan strategi implementasi antar daerah, aspek-aspek dari program yang dapat berjalan dan yang tidak dapat berjalan, layanan-layanan yang disediakan benar-benar dikerjakan, dan hambatan-hambatan operasional pada institusi atau organisasi yang bertanggungjawab dalam mengimplementasikan kebijakan. Dengan kata lain fokusnya adalah realitas keseharian dalam mengupayakan kebijakan menjadi kenyataan. Informasi yang diperlukan dalam keseharian pelaksanaan kebijakan ini paling baik diperoleh melalui penelitian kualitatif, sebagaimana pernyataan yang dikemukakn Rist dalam Denzin dan Lincoln, 1994: 550 bahwa, “this ‘ground- level’ view of implementation is best done through qualitative research”. Selanjutnya apabila suatu kebijakan atau program sudah cukup waktu implementasinya, maka kita dapat membahas pertanyaan tentang akuntabilitas, hasil, atau dampak dari kebijakan tersebut. Informasi yang diperlukan untuk tahapan ini tentu berbeda dari dua tahap siklus kebijakan di muka. Dalam hal ini kontribusi penelitian kualitatif menjadi sangat penting dalam menakar konsekuensi-konsekuensi dari kebijakan dan program yang dilaksanakan. 171 Sehubungan dengan itu penelitian kualitatif dapat berfokus, antara lain pada aspek-aspek mana dari suatu kebijakan dan program yang sudah tercapai atau belum tercapai. Apabila sudah tercapai, maka selanjutnya layak untuk mendiskusikan dan mengases berbagai hasil dan dampaknya. Dalam hal ini penelitian kualitatif memungkinkan untuk mengkaji dampak-dampak yang diantisipasi maupun yang tidak diantisipasi, perubahan-perubahan dalam pemahaman dan persepsi subyek yang menjadi sasaran kebijakan dan program, dan berbagai kekuatan serta kelemahan administratif atau struktur organisasi yang digunakan untuk mendukung operasionalisasi program. Untuk melakukan ini, pejabat pengambil kebijakan tidak memiliki sarana untuk mempelajari informasi yang benar-benar menggambarkan kondisi lapangan kecuali dari hasil-hasil penelitian kualitatif, sebagaimana ungkapan Rist dalam Denzin dan Lincoln, 1994: 551 bahwa “Policy makers have no equally grounded means of learning about program impacts and outcomes as they do with qualitative research findings”. Berdasarkan pemikiran tersebut maka penelitian kebijakan ini lebih tepat menggunakan penelitian kualitatif karena informasi yang dihasilkan potensial dapat memberikan kontribusi dalam mendukung operasionalisasi kebijakan sertifikasi pendidik yang telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah. Selanjutnya dengan memperhatikan bahwa sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan telah berlangsung sejak tahun 2007, maka penelitian ini menggunakan strategi yang dikenal dalam analisis kebijakan sebagai “restrospective ex post analysis” Dunn, 2004: 13 atau “backward mapping” Marshall dan Gerstl-Pepin, 2005: 61. Retrospektif analisis pada dasarnya merupakan analisis berorientasi keilmuan dan berorientasi masalah yang dapat 172 memberikan kerangka kerja baru bagi pemahaman tentang proses pengambilan kebijakan, menantang berbagai perumusan masalah yang konvensional, mempertanyakan berbagai mitos sosial dan ekonomis, dan membentuk iklim pendapat opini dalam suatu komunitas atau masyarakat. Atau menurut Weiss Dunn, 2004: 13 bahwa analisis retrospektif paling penting dampaknya pada berbagai prioritas intelektual dan pemahaman. Analisis retrosepektif ini tampak sejalan dengan tujuan penelitian kebijakan, yakni mencari pemahaman yang mendalam tentang suatu kebijakan dalam setting akademis. Untuk itu penelitian kebijakan ini dapat dipandang sebagai perangkat untuk melakukan analisis kebijakan retrospektif, yang bermanfaat secara teoritik untuk meningkatkan pemahaman keilmuan, dan secara praktis bagi peningkatan kualitas pembuatan kebijakan pendidikan. Sementara itu dalam “backward mapping”, yang selanjutnya diterjemahkan menjadi “Pemetaan Terbalik”, merupakan kerangka kerja untuk merumuskan kebijakan yang dimulai dengan mendeskripsikan perilaku spesifik atau outcome yang diinginkan pada level terendah dari proses implementasi. Pendekatan ini dapat digunakan untuk penelitian kebijakan sebagaimana dikemukakan oleh Marshall dan Gerstl-Pepin 2005: 62 bahwa “We can use backward mapping for policy studies and also for implementation analysis”. Sejalan dengan kerangka kerja tersebut, strategi pemetaan terbalik ini digunakan dalam penelitian kebijakan dengan cara memetakan kondisi, fakta, atau informasi di lapangan yang terkait dengan implementasi program sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan. Dari kondisi lapangan tersebut selanjutnya ditelusur ke belakang retrospektif proses perumusan kebijakan sertifikasi tersebut, sehingga dapat menjelaskan berbagai hal yang menjadi penyebab terjadi fenomena di lapangan. 173

C. Lokasi Penelitian