Profil Keluarga Dampingan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

2 Alm Tamat SD 4. Kadek Dharma Anak 48 Belum Tamat SD Petani Menikah 5. Wayan Kutang Anak 45 Belum Tamat SD Petani Menikah 6. Wayan Duduk Anak 42 Belum Tamat SD Petani Menikah 7. Gede Wisnu Anak 40 Belum Tamat SD Petani Menikah 8. I Nyoman Wiskan Anak 39 Belum Tamat SD Petani Menikah 9. Luh Luweng Anak 37 Belum Tamat SD Petani Menikah 10. Nyoman Sentini Alm Anak 35 Belum Tamat SD Petani Menikah 11. Nyoman Suatana Alm Anak 32 Belum Tamat SD Petani Menikah Keluarga Men Siram merupakan salah satu keluarga kurang mampu atau RTM Rumah Tangga Miskin di banjar Madan. Ibu Men Siram tinggal bersama anak ke-enam yang menempati sebuah rumah di Desa Musi, Banjar Madan Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Keluarga tersebut tinggal di satu rumah kecil dengan anggota keluarga yang tinggal di dalamnya sebanyak enam orang. Suami dari ibu Men Siram telah meninggal dunia empat tahun yang lalu pada tahun 2012 yang telah meninggalkan seorang istri yaitu Ibu Men Siram dan 9 orang anak yaitu 6 laki-laki dan 3 perempuan. Saat ini keenam anak ibu men siram telah menikah sementara ketiga anak dari ibu men siram telah meninggal dunia sehingga men siram tinggal bersama salah satu anak yang masih tetap tinggal di rumah tersebut. Anak yang pertama bernama I Wayan Nistya yang telah meninggal dunia, anak yang kedua bernama Kadek Dharma yang saat ini sedang bekerja sebagai seorang petani, anak ketiga bernama Wayan Kutang bekerja sebagai seorang petani, anak keempat bernama Wayan Duduk bekerja sebagai seorang petani, anak kelima bernama Gede Wisnubekerja sebagai seorang petani, anak keenam bernama I Nyoman Wiskan bekerja 3 sebagai seorang petani dan membagi waktunya sebagai buruh aspal, anak ketujuh bernama Luh Luweng bekerja sebagai seorang petani sementara anak kedelapan dan ke- sembilan bernama Nyoman Sentini dan Nyoman Suatana yang telah meninggal dunia. Kesulitan hidup masih tetap ditemui oleh keluarga ibu men siram untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ibu men siram membuat sapu lidi yang di asah menggunakan pisau untuk mengumpulkan uang yang digunakan agar memenuhi kebutuhanya sehari-hari. Walaupun Kondisi Men Siram yang sudah tidak produktif lagi mengingat umur yang sudah cukup tua dan kondisi kesehatan yang sering mengalami nyeri tulang tetapi beliau masih tetap ingin bekerja membuat sapu lidi yang akan dijualnya agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari.

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan

Aspek ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga yang bersangkutan. Ada dua bagian penting dalam aspek ekonomi yang dibahas dalam sirkulasi dana dari keluarga dampingan yakni tentang pendapatan dan pengeluaran keluarga Men Siram.

1.2.1 Pendapatan Keluarga

Keluarga Men Siram tinggal di Desa Musi lingkungan banjar Madan. Keluarga Men Siram merupakan salah satu keluarga yang kurang mampu. Hal tersebut diakibatkan oleh rendahnya pendidikan karena ketidakmampuan keluarga men siram dalam menjalani pendidikan anggota keluarga hingga selesai pada tingkat Sekolah Dasar SD sehingga tidak ada banyaknya pilihan pekerjaan yang dapat mereka lakukan. Empat tahun yang lalu sekitar tahun 2012, suami dari ibu men siram meninggal dunia karena sakit keras. Ibu Men Siram pun merasa hidupnya semakin berat karena hanya ia seorang diri sebagai tulang punggung keluarga. Sumber penghasilan utama Men Siram adalah dari pendapatannya membuat sapu lidi. Namun, Penghasilan yang di dapatkan sangat tidak menentu tergantung dari hasil pembuatan sapu lidi yang dapat dibuat dan ada atau tidaknya pemesanan dari konsumen. Selain membuat sapu lidi, penghasilan lainya didapatkan dari seorang anaknya yang bekerja sebagai seorang petani dan buruh aspal. Namun penghasilan sebagai seorang petani dan seorang buruh aspal yang tidak menentu tidak dapat dijadikan pegangan dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. 4

1.2.2 Pengeluaran Keluarga

Adapun rincian pengeluaran Men Siram adalah sebagai berikut: A. Kebutuhan sehari- hari Sebagian besar dari penghasilan yang diperoleh oleh ibu men siram digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama untuk membeli bahan pangan, uang saku dan bahan untuk keperluan sembahyang. Rata-rata pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari keluarga ini mencapai Rp. 50.000.Rincian diantaranya : Makan Sehari-hari : Rp 10.000 Sembahyang : Rp 5.000 Bumbu Masakan : Rp 15.000 Beras : Rp 7.000 Kopi : Rp 5.000 Kebutuhan MCK : Rp 8.000 B. Listrik dan Air Untuk pengeluaran listrik dan air Ibu Men Siram mengeluarkan biaya sebesar Rp. 100.000 C. Pendidikan  Bapak Pan Cina, Suami ibu Men Siram memiliki latar belakang pendidikan tidak bersekolah.  Ibu men siram memiliki latar belakang pendidikan tidak bersekolah.  Anak pertama bernama I Wayan Nistya, berumur 50 tahun memiliki latar belakang pendidikan tidak bersekolah  Anak kedua bernama Kadek Dharma, berumur 48 tahun tidak melanjutkan pendidikan sekolah tingkat Sekolah Dasar SD yang berakhir sampai dengan kelas 3 SD.  Anak ketiga bernama Wayan Kutang, berumur 45 tahun memiliki latar belakang pendidikan tidak bersekolah  Anak keempat Wayan Duduk, berumur 42 tahun tidak melanjutkan pendidikan sekolah yang berakhir sampai dengan kelas 4 SD  Anak kelima bernama Gede Wisnu, berumur 40 tahun tidak melanjutkan pendidikan sekolah yang berakhir sampai dengan kelas 3 SD