HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP SOSIAL SISWA SD NEGERI SE-DESA SUKAMAJU KECAMATAN SUNGGAL T.A 2015/2016.

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP

SOSIAL SISWA SD NEGERI Se-DESA SUKAMAJU

KECAMATAN SUNGGAL T.A 2015/2016

SKRIPSI

NURHIDAYAH LESTARI SUPIANTO

NIM : 1123111063

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

NURHIDAYAH LESTARI SUPIANTO. NIM 1123111063. Hubungan PolaAsuh Orang Tua Terhadap Sikap Sosial Siswa SD Negeri Se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 2016.

Masalah dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa sekolah dasar kurang baik. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016. Dengan jumlah populasi sebanyak 422 orang dan sampel sebanyak 42 siswa beserta dengan orang tuanya. Teknik penarikan sampel menggunakan Proportionate Stratified Random

Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data variable

pola asuh orang tua dan sikap social siswa adalah dengan menggunakan angket dalam bentuk pilihan berganda. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah dengan menyebarkan angket kepada orang tua dan siswa secara langsung.

Analisis data dan uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Pearson

Product Moment. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa sebesar 0,749 sedangkan pada taraf signifikan 95% sebesar 0,312. Dengan demikian diketahui lebih besar dari . Maknanya adalah terdapat hubungan yang kuat antara pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa sebesar 7,149 sedangkan pada taraf signifikan 95% sebesar 1,992. Dengan demikian diketahui lebih besar dari . Maknanya adalah Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016” dapat diterima.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT serta Shalawat dan Salam kepada Rasulullah SAW, seluruh keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya. Syukur tak terhingga peneliti ucapkan atas terselesainya penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap Sosial Siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu yang diperoleh selama di bangku perkuliahan dan menambah pengalaman, khususnya yang berhubungan dengan ilmu pendidikan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Untuk itu setiap kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaannya akan peneliti terima dengan senang hati.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari pihak-pihak yang membantu sebelum dan selama pengerjaannya. Dalam prosesnya pun peneliti memperoleh banyak sekali bantuan baik secara moril maupun materil dari pihak yang tentunya tak ternilai harganya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat langsung


(8)

iii

maupun tidak. Ucapan terima kasih terutama peneliti tujukan kepada kedua orang tua yang sangat dicintai dan sayangi yaitu Bapak Rusmanto dan Ibu Supiani yang telah memberikan dukungan moril maupun materil yang tidak ternilai harganya. Atas semua jerih payah, kasih sayang, perhatian, dukungan serta do’a yang selalu membuat peneliti bersemangat sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik. Semoga semua yang peneliti kerjakan dapat membahagiakan dan membanggakan Bapak dan Ibu.

Selanjutnya ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Dr. Nasrun, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan dan sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan masukan dan arahan yang membangun bagi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Khairul Anwar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Drs. Effendi Manalu, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan, serta menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan ilmu yang berharga bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Drs. Rahim Sitompul, M.S selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan yang membangun bagi peneliti dalam


(9)

iv

penyelesaian skripsi ini di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

6. Ibu Dra. Mastiana Ritonga, M.Pd selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan masukan dan arahan yang membangun bagi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

7. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Terima kasih yang tulus peneliti sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan selama perkuliahan.

8. Kepala Sekolah, seluruh guru, dan staf SD Negeri 105265 Sukamaju yang telah memberikan izin serta membantu peneliti selama melaksanakan penelitian di sekolah.

9. Kepala Sekolah, seluruh guru, dan staf SD Negeri 106143 Sukamaju yang telah memberikan izin serta membantu peneliti selama melaksanakan penelitian di sekolah.

10. Kepala Sekolah, seluruh guru, dan staf SD Negeri 106787 Sukamaju yang telah memberikan izin serta membantu peneliti selama melaksanakan penelitian di sekolah.

11. Saudara peneliti yaitu Waris Supianto S.E, Nur Hafizah S.E, Septio Hadi Supianto, Dewi Trisna Wati, dan Indana Zahrani Supianto yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, masukan, arahan, serta do’a yang tidak ternilai harganya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(10)

v

12. Tunangan peneliti yaitu Hendri Lestari, S.T yang telah banyak memberikan dukungan, kritik, saran, perhatian, serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan sekaligus menjadi tim dalam pelaksanaan penelitian.

13. Sepupu peneliti yaitu Lisma Yeni Pandia S.Sos, M.Ikom, Nur Imania, Sukarniati S.E, dan Munawir Prayetno S.T yang selalu setia membantu peneliti dalam penelitian skripsi ini.

14. Sahabat peneliti yaitu Siti Kurniatay Sukma, Sangkot Sri Rezeki Nst, dan Rini Novita Sari yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan perhatian dalam melakukan aktivitas perkuliahan.

15. Teman-teman diskusi yaitu Dewi Puspita Sary, Widya Syahfitri, Elma Nainggolan, Maryati Manurung, Afda Lila, Santa H Sinaga, dan Siti Nuraisyah yang telah memberikan masukan dan saran yang baik selama proses penyelesaian skripsi ini. Terkhusus kepada Dewi dan Widya yang telah menjadi tim pengolahan data penelitian.

16. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PGSD kelas C-Reguler 2012 di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Terima kasih atas dukungan dan motivasi selama perkuliahan.

17. Semua pihak yang turut serta membantu peneliti selama mengikuti perkuliahan yang maaf tidak dapat disebutkan satu persatu namanya.


(11)

vi

Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini sangat peneliti harapkan. Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan pengetahuan dan dapat menjadi sumber inspirasi dengan cara apapun.

Medan, Maret2016 Penulis

Nurhidayah Lestari Supianto


(12)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 13

C. BatasanMasalah ... 14

D. RumusanMasalah ... 14

E. TujuanPenelitian ... 15

F. ManfaatPenelitian ... 15

BAB II KAJIANPUSTAKA ... 17

A. Konsep Pola Asuh Orang Tua ... 17

1. Pengertian Pola Asuh ... 17

2. Pengertian Orang Tua ... 20

3. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 22

B. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua ... 26

1. Pola Asuh Otoriter ... 31

2. Pola Asuh Demokratis ... 33

3. Pola Asuh Permisif ... 34

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua ... 38

D. Konsep Sikap Sosial ... 41

1. Pengertian Sikap... 41

2. Pengertian Sosial ... 44

3. Pengertian Sikap Sosial ... 45

E. Macam-macam Sikap Sosial ... 49

F. PembentukandanPerubahanSikap ... 52

G. Faktor-faktor Perubahan Sikap ... 56

H. Kerangka Berpikir ... 59

I. Hipotesis Penelitian ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62

A. JenisPenelitian ... 62

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 62


(13)

viii

D. Teknik Penarikan Sampel ... 64

E. Definisi Operasional Variabel ... 66

F. Konsep dan Pengukuran Variabel ... 66

G. Desain Penelitian ... 68

H. Teknik pengumpulan data ... 68

1. Kuesioner atau angket ... 68

2. Uji Intrumen Penelitian ... 71

a. UjiValiditasAngket ... 72

b. Uji Reliabilitas Angket ... 73

I. Uji Prasyarat Analisis Data ... 74

1. Uji Normalitas ... 74

2. Uji Homogenitas ... 76

3. Uji Linearitas ... 76

J. Uji Korelasi ... 78

K. Uji Keberartian Hipotesis ... 79

L. Jadwal Penelitian ... 81

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 82

A. HasilPenelitian ... 82

1. DeskripsiLokasiPenelitian ... 82

a. SD Negeri 105265 Sukamaju Kecamatan Sunggal .... 82

b. SD Negeri 106243 Sukamaju Kecamatan Sunggal .... 83

c. SD Negeri 106787 Sukamaju Kecamatan Sunggal .... 84

2. Teknik Pengolahan Data ... 86

3. DeskripsiData Penelitian ... 86

a. Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 89

b. Variabel Sikap Sosial Siswa ... 90

4. UjiKecenderungan ... 91

a. Uji Kecenderungan Variabel Pola Asuh Orang Tua .. 91

b. Uji Kecenderungan Variabel Sikap Sosial Siswa ... 96

5. UjiPrasyaratAnalisis Data ... 100

a. Uji Normalitas ... 100

b. Uji Homogenitas ... 101

c. Uji Linearitas ... 102

6. UjiKorelasi ... 103

7. UjiDeterminasi ... 103

8. PengujianHipotesis ... 104

B. PembahasanPenelitian ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115


(14)

ix

DAFTAR TABEL

1. Populasi Penelitian ... 60

2. Proportionate Stratified Random Sampling ... 63

3. Skala Likert ... 65

4. Kisi-kisiInstrumenKuesionerVariabel X (PolaAsuhOrang Tua) ... 67

5. Kisi-kisiInstrumenKuesionerVariabel Y (SikapSosial) ... 68

6. Tingkat Reliabilitas ... 72

7. InterpretasiKoefisienKorelasi ... 75

8. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua ... 89

9. Distribusi Frekuensi Sikap Sosial Siswa ... 90

10. Tingkat kecenderungan Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 92

11. Tingkat kecenderungan Variabel Sikap Sosial Siswa ... 93

12. Hasil Uji Normalitas Variabel... 95


(15)

x

DAFTAR GAMBAR

1. Skema Pemahaman Nilai Moral ... 2

2. SkemaKerangkaBerpikir ... 58

3. Desain Penelitian ... 66

4. Histogram VariabelPolaAsuh Orang Tua (X) ... 89

5. Histogram VariabelSikapSosialSiswa... 88

6. Histogram UjiKecenderunganVariabelPolaAsuh Orang Tua ... 89


(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Pola Asuh Orang Tua ... 106

2. Angket Sikap Sosial Siswa ... 115

3. Tabel Validitas Pola Asuh Orang Tua (Uji Coba 1) ... 123

4. Tabel Validitas Sikap Sosial Siswa (Uji Coba 1) ... 125

5. Tabel Validitas Pola Asuh Orang Tua (Uji Coba 2) ... 127

6. Tabel Validitas Sikap Sosial Siswa (Uji Coba 2) ... 129

7. Tabel Data Penelitian Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 131

8. Tabel Data Penelitian Variabel Sikap Sosial Siswa ... 133

9. Perhitungan Uji Validitas Angket Pola Asuh Orang Tua ... 135

10. Perhitungan Uji Validitas Angket Sikap Sosial Siswa ... 137

11. Perhitungan Reliabilitas Angket Pola Asuh Orang Tua... 139

12. Perhitungan Reliabilitas Angket Sikap Sosial Siswa ... 142

13. Perhitungan Statistik Deskriptif Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 145

14. Perhitungan Statistik Deskriptif Variabel Sikap Sosial Siswa ... 149

15. Uji Kecenderungan Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 153

16. Uji Kecenderungan Variabel Sikap Sosial Siswa ... 155

17. Pengujian Normalitas Angket Pola Asuh Orang Tua ... 157

18. Pengujian Normalitas Angket Sikap Sosial Siswa ... 158

19. Perhitungan Uji Homogenitas Data Penelitian ... 160

20. Perhitungan Uji Lineritas Regresi ... 161

21. Perhitungan Uji Korelasi Variabel X dan Y ... 164


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi anak. Tujuannya adalah untuk mencapai kepribadian yang sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pengasuhan orang tua pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu. Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 2010: 46) menyatakan bahwa, “Pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya”. Dengan demikian, pola asuhan orang tua sangat penting karena mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak secara berkesinambungan.

Pola asuh orang tua terdapat dalam keluarga dan merupakan tanggung jawab utama kedua orang tua. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai makluk sosial. Keluarga yang memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan bagi anak. Keluarga merupakan tempat pertama dan


(18)

2

yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian. Oleh karena itu peran orang tua sangatlah penting. Undang-Undang No 23 tahun 2002 pasal 26 Tentang Perlindungan Anak

menyatakan bahwa, “Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya adalah kewajiban orang tua sepenuhnya”. Orang tua berkewajiban untuk menjaga anaknya dari perubahan iklim lingkungan dengan menanamkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, pola asuh orang tua adalah hal utama yang merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Hal ini sangat penting bagi kehidupan anak karena perkembangan anak berawal dari pola asuh kedua orang tua. Anak yang mendapatkan pola asuh yang tepat, akan tumbuh dengan sikap dan kepribadian yang baik. Sebaliknya, anak yang mendapat pola asuh yang kurang tepat, akan mengalami kesulitan dalam perkembangan sikap sosialnya.

Perkembangan sikap sosial anak ditentukan oleh pola asuh kedua orang tua di rumah. Apakah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik atau tidak, tergantung pada dasar penanaman nilai moral yang diberikan oleh orang tua. Skema penanaman nilai moral dapat digambarkan sebgi berikut :

Pola Asuh Orang Penanaman nilai moral

Tidak baik (tidak sesuai norma masyarakat) Baik (sesuai norma

masyarakat) Internalisasi nilai moral Anak Sikap Positif Sikap Negatif


(19)

3

Orang tua yang memberikan penanaman nilai moral yang baik, akan menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, orang tua yang memberikan penanaman nilai moral yang tidak baik, akan menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang buruk. Kepribadian tersebut dapat dilihat dari sikap yang ditunjukkan oleh anak. Apakah sikap yang ditunjukkan adalah sikap yang positif atau negatif. Sebagai contoh, orang tua yang suka memaki, maka kemungkinan besar anaknya akan suka memaki. Sebaliknya orang tua yang bertutur kata sopan, maka kemungkinan besar anaknya akan bersikap sopan.

Saat ini banyak orang tua yang keliru dalam menerapkan pola asuh pada anaknya. Mereka menganggap telah memberikan yang terbaik pada anaknya. Akan tetapi, tanpa disadari pada kenyataannya telah melakukan kesalahan dalam mengasuh anaknya. Banyak orang tua yang menuntut anaknya untuk melakukan apa yang mereka inginkan sehingga membuat anak kehilangan waktu bermainnya. Para orang tua menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang berlebihan yang seharusnya belum mereka lakukan. Ada orang tua yang meminta anaknya untuk bekerja baik sebelum maupun setelah pulang sekolah. Anak diminta untuk bangun pagi, mempersiapkan segala kebutuhan keluarga untuk pagi hari seperti sarapan, menimba air, dan sebagainya. Setelah pulang sekolah, mereka juga diminta untuk bekerja seperti berjualan, ikut ke sawah, membersihkan rumah, dalan lain-lain. Memang hal ini tidak terlepas dari faktor ekonomi keluarga. Tapi


(20)

4

bagaimanapun keadaannnya, anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tidak boleh dieksploitasi dan dituntut secara berlebihan.

Keadaan ekonomi keluarga menentukan pola asuh yang diterapkan orang tua di dalam rumah. Keadaan ekonomi setiap keluarga berbeda-beda. Ada keluarga yang kaya dan sangat berkecukupan dan ada keluarga yang miskin dan sangat membutuhkan bantuan. Anak yang terlahir dalam keluarga yang kaya dan berkecukupan umumnya mendapatkan fasilitas-fasilitas yang lengkap. Anak dapat bersekolah tanpa harus bersusah payah mencari uang untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Anak mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tua. Sehingga orang tua dapat menjaga komunikasi yang baik dengan anak dan senantiasa mengontrol perkembangan anaknya. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang cukup memberikan perhatian dan bimbingan akan tumbuh menjadi anak yang baik dan memiliki sikap sosial yang baik dan begitu juga sebaliknya. Berbeda dengan anak yang terlahir dari keluarga miskin. Anak yang terlahir dari keluarga yang miskin umumnya tidak memiliki cukup biaya dan biasanya terpaksa ikut membantu kedua orang tuanya bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tidak jarang anak memiliki kebiasaan buruk seperti mencuri. Semua tidak terlepas dari tuntutan kebutuhan hidup. Kesibukan orang tua di luar rumah membuat anak kekurangan perhatian dan bimbingan. Sehingga anak berkembang dengan sendirinya karena faktor lingkungan. Perkembangan yang dialami dapat berupa perkembangan yang positif dan negatif. Bergantung pada lingkungan yang ada di sekitar anak.


(21)

5

Bentuk pola pengasuhan orang tua pada anak berpengaruh pada kebiasaan-kebiasaan anak. Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan anak sehari-hari. Kebiasaan tertentu yang dimiliki anak adalah sesuatu yang lumrah. Akibatnya, banyak orang tua yang cenderung abai dengan kebiasaan tersebut. Padahal, ada beberapa kebiasaan yang sebenarnya berbahaya bagi kesehatan anak, baik secara fisik ataupun mental. Kebiasaan tersebut seperti anak hiperaktif, suka merokok, suka melawan dan keras kepala, suka berkata kotor, dan lain-lain.Menurut Shocib (2010:2) menyatakan bahwa, “Tugas dan tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi yang memuat iklim yang dapat dihayati anak-anak untuk memperdalam dan memperluas makna-makna essensial”. Dengan demikian, adanya kebiasaan-kebiasaan anak merupakan hasil yang diperoleh dari internalisasi nilai dalam keluarga. Hal ini mengindikasikan bahwa anak yang memiliki kebiasaan buruk adalah anak yang kurang mendapat pemahaman moral yang baik dari orang tua.

Penerapan pola asuh yang salah dapat mengakibatkan terjadinya kebiasaan-kebiasaan buruk pada anak. Salah satunya adalah hiperaktif. Hiperaktif merupakan salah satu kebiasaan buruk pada anak. Setiap pengalaman sensorik yang mereka peroleh dalam perkembangananya akan mereka respon dengan berbagai cara agar kepuasaan dirinya itu terpenuhi. Menurut Zaviera, Ferdinand (dalam Bunda Novi, 2015:15) menyatakan bahwa, “Faktor penyebab anak Hiperaktif yaitu anak sedang mengalami disfungsi minimal dan karena gangguan psikologis (emosi negatif yang


(22)

6

terpendam). Akibatnya dalam kondisi apapun, anak tidak mampu mengontrol tingkah lakunya, perhatiannya sangat mudah teralihkan, dan tingkah lakunya susah diatur”. Dalam hal ini, peran orang tua sangatlah penting dalam memberikan pola asuh pada anak. Bersikap bijak dalam menghadapi anak hiperaktif bukanlah dengan melarang atau membiarkan anak melakukan hal yang disukainya. Melainkan secara perlahan-lahan memberikan pemahaman kepada anak bahwa apa yang mereka lakukan itu berbahaya atau tidak.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit anak yang menirukan kebiasaan buruk orang dewasa. Kebiasaan tersebut bahkan berbahaya bagi anak misalnya kebiasaan merokok. Proses peniruan ini umumnya tidak terjadi secara spontan melainkan terus-menerus. Anak terbiasa melihat anggota keluarga dan orang-orang disekelilingnya merokok. Sehingga anak beranggapan bahwa merokok adalah sesuatu yang biasa. Seperti yang telah diketahui, rokok mengandung racun dan nikotin yang membahayakan tubuh. Hal ini tentu berdampak buruk bagi kesehatan anak dan orang-orang disekitarnya. Oleh sebab itu, orang tua bertanggung jawab atas pemahaman nilai moral yang diperoleh anak dari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga. Menjalin hubungan dan komunikasi yang baik guna memberikan penjelasan tentang nilai-nilai moral adalah tugas utama orang tua. Menurut Wayson (1982:29) menyatakan bahwa, “Disiplin diri merupakan perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan karena dikontrol oleh nilai-nilai moral yang terinternalisasi”. Dalam hal ini, orang tua dituntut untuk membantu


(23)

7

anakmembaca perilaku-perilakunya, apakah perilakunya menyimpang atau tidak dari nilai-nilai moral.

Sepulang sekolah siswa tidak langsung pulang ke rumah. Seperti diberitakan harian Metro 24 (24 Maret 2015:4) yang menyebutkan bahwa, “Terdapat sejumlah siswa berseragam sekolah bermain di jalanan pada sore hari”. Peristiwa ini umumnya terjadi karena belum tertanamnya rasa disiplin dalam diri anak. Anak lebih mengikuti keinginannya dan mengabaikan nasehat orang tua. Hingga akhirnya, hasil yang diterima anak adalah hukuman dari orang tua. Hukuman yang diberikan pun beragam seperti dimarahi, dipukul, tidak diberi uang saku, dan lain-lain. Menurut Robert Agnew (1985:19) menyatakan bahwa, “Pengaruh negatif yang timbul jika orang tua menggunakan hukuman badan terhadap anak adalah kenakalan

remaja yang semakin menjadi”. Hukuman pun dapat menjadi pemicu

kenakalan remaja jika orang tua memberikan hukuman yang kurang tepat kepada anak. Hukuman yang hanya ditekankan dari segi hukuman dan bukan tujuannya, oleh anak tidak akan dihayati sebagai bantuan tetapi penyiksaan. Untuk meminimalkan bahaya yang ditimbulkan, perlu upaya orang tua untuk menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak berdialog dengan mereka sejak dini. Tujuannya adalah agar komunikasi antara orang tua dan anak tetap terjalin dengan baik dan anak dapat menyadari bahwa moral sebagai landasan keteraturan disiplin dirinya.

Siswa memiliki kebiasaan mencuri. Mencuri adalah mengambil suatu barang milik orang lain tanpa persetujuan dari si pemilik barang. Mencuria


(24)

8

dalah suatu kebiasaan yang dilakukan jika ada kesempatan. Kebiasaan mencuri ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor dalam diri. Seperti kesalahan dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral yang telah diajarkan. Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri anak. Faktor eksternal yang dominan adalah keadaan ekonomi keluarga yang sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu.

Lingkungan teman-teman yang berkecukupan membuat anak merasa tersisihkan. Terlebih anak sering diejek oleh teman-temannya. Anak ingin membeli sesuatu seperti teman yang lainnya tapi tidak memiliki cukup uang. Seperti diliput Muchlisa, Choiriah (dalam Merdeka.com, 2015) yang

menyebutkan bahwa, “Bocah kelas VI SD hoby mencuri uang kepala

sekolah”. Kejahatan tersebut tidak dilakukan siswa sendirian. Siswa mengajak siswa yang lain untuk membantunya. Beberapa siswa masuk untuk mengambil uang dan yang lainnya memantau situasi. Akibatnya para siswa dikeluarkan dari sekolah. Peristiwa tersebut juga terjadi di daerah Sunggal. Siswa sekolah dasar mencuri barang-barang di sekolahnya. Tak hanya itu, mereka juga mencuri barang-barang milik warga sekitar di lingkungan rumahnya. Sebagian besar orang tua tidak mau disalahkan. Mereka menganggap bahwa mereka sudah memberikan nasehat yang baik kepada anak-anaknya. Mereka mengganggap bahwa kebiasaan anaknya tersebut adalah pengaruh dari luar. Sangat disayangkan tidak adanya koordinasi yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua membuat siswa harus putus


(25)

9

sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa menurut orang tua memberikan pemahaman moral kepada anak telah cukup hanya dengan menasehatinya saja. Sehingga para orang tua berpikir bahwa dengan sering menasehati anak, mereka telah melakukan tugasnya. Namun, perlu diketahui oleh para orang tua bahwa anak harus diberikan pemahaman dan contoh langsung agar anak dapat memahami nilai moral yang diberikan dengan baik.

Siswa suka memukul teman dan guru. Kebiasaan ini umumnya terjadi karena anak sering melihat perilaku kekerasan dalam keluarga. Seperti anak sering dihukum jika melakukan kesalahan. Dengan demikian anak menjadi terbiasa melakukan hal yang sama. Umumnya hal ini terjadi pada anak yang mendapatkan pola asuh dimana kebutuhan dan keinginan anak selalu dipenuhi. Akhirnya anak menjadi manja. Akibatnya, jika suatu ketika keinginannya tidak terpenuhi, maka anak akan melawan. Seperti diberitakan News (27 Maret 2015) yang menyebutkan bahwa, “Diperintah masuk ke dalam kelas, siswa SD pukuli guru”. Hal ini mencerminkan bahwa anak memiliki kebiasaan yang buruk yaitu suka memukul. Kebiasaan suka memukul menjadi ciri-ciri kepribadian anak yang keras. Hal tersebut juga mencerminkan kurangnya sikap sosial yang baik dan rasa hormat siswa terhadap gurunya. Di lain hal, siswa yang memiliki keberanian juga suka menindas teman-temannya. Siswa tersebut membully teman-temannya karena merasa memiliki kekuatan yang lebih. Peristiwa tersebut juga terjadi di daerah Sunggal. Dimana siswa sekolah dasar membully siswa lain yang seusianya. Mereka memukul dan mengejek teman-temannya yang kurang


(26)

10

pintar dan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa memberikan kebebasan sepenuhnya tanpa pengawasan dan bimbingan tidak baik bagi anak. Anak harus diberikan pola asuh dimana anak dapat berdemokrasi namun tetap dalam bimbingan.

Siswa memiliki kelompok kriminal. Kelompok kriminal yang dimaksudkan adalah sekumpulan anak yang suka menindas dan melakukan kejahatan terhadap orang lain. Dalam dunia pelajar umumnya sudah menjadi hal yang biasa jika siswa memiliki kelompok atau biasa disebut „Geng‟. Kelompok dibentuk akibat persamaan pendapat antar anggota kelompok. Namun yang menjadi masalah adalah jika kelompok tersebut merugikan orang lain. Seperti diberitakan BatamPos (3 Mei 2015) yang menyebutkan bahwa, “Astaga siswa SD sudah punya geng IBLIS”. Geng Iblis adalah singkatan dari Ikatan Bocah Lali Sekolah. Kelompok ini dibentuk oleh para siswa SD yang lupa untuk belajar dan lebih sering berkumpul bersama teman satu kelompoknya. Tujuannya adalah untuk berkeliling kampung dan memalak anak-anak lain seusianya. Mereka bercita-cita kelak jika telah dewasa akan bergabung dengan geng motor dan memalak orang dewasa. Peristiwa serupa juga terjadi di daerah Sunggal dimana siswa SD mempunyai kelompok „Geng Sepeda‟. Kelompok ini terdiri dari anak-anak yang menggunakan sepeda saat berkeliling kampung. Tujuannya untuk menganiaya anak-anak lain seperti memukul dan menabrak anak-anak yang sedang melintasi jalan. Hingga akhirnya, anak yang dianiaya mengalami luka-luka ringan. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai-nilai moral yang diperoleh


(27)

11

tidak dihayati oleh anak. Anak selalu melakukan apa yang dia suka tanpa menimbang baik buruknya dampak perilakunya terhadap orang lain. Anak tidak perduli apakah perilakunya merugikan orang lain atau tidak. Kejadian ini tentu sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Orang tua, pihak sekolah, dan lingkungan tempat tinggal harus bekerjasama dalam melakukan tindakan pencegahan guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

Kecanggihan teknologi memberikan pengaruh buruk bagi perkembangan sikap anak. Pada masa ini dunia sudah dikuasai oleh teknologi. Teknologi dengan segala keanggunan dan kecanggihannya berhasil memikat berbagai kalangan usia mulai usia manula, dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Orang tua kerap memfasilitasi putra-putri mereka yang masih belia dengan gadget atau barang-barang berbau teknologi lainnya. Tujuannya adalah untuk memanjakan putra-putri mereka seperti komputer dan

handphone. Namun orang tua patut waspada terhadap fasilitas teknologi

canggih yang mereka berikan kepada putra-putriny. Hal ini disebabkan karena ternyata teknologi mampu membawa dampak negatif pada sang buah hati. Teknologi dapat disalahgunakan fungsinya. Banyak anak yang menggunakan teknologi seperti handphoneuntuk berpacaran dan menonton video porno. Kemudian komputer digunakan anak bukan untuk belajar melainkan untuk bermain game online. Tidak tanggung-tanggung, kebiasaan ini terjadi setiap hari. Akibatnya, anak menjadi lupa belajar dan keras kepala. Pengawasan dan bimbingan dari orang tua sangat penting guna menjadi filter untuk dampak negatif dari lingkungan. Anak boleh diberikan fasilitas namun


(28)

12

dengan pengawasan dan arahan dari orang tua sehingga anak tidak menyalahgunakan fasilitas yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di SD Negeri 105265 Sukamaju, ada kecenderungan hasil penerapan pola asuh oleh orang tua masing-masing. Kecenderungan ini dapat dilihat dari keadaan fisik, sikap, dan nilai tugas siswa sehari-hari. Keadaan fisik yang dimaksud adalah kebersihan dan kerapian siswa saat masuk kelas. Pakaian siswa sangat kusut dan kotor dengan rambut yang sudah mengenai telinga. Selanjutnya siswa tidak sopan saat berada di kelas. Siswa tidak mau menyapa guru dan suka membuat keributan. Kemudian terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya dan selalu mendapatkan hukuman dari guru. Selama menjalani hukuman atas kesalahannya, siswa merasa sangat senang. Sebagian siswa mengatakan bahwa mereka lebih suka dihukum daripada belajar di dalam kelas. Bahkan mereka suka mengganggu kelas-kelas lain saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini mengindikasikan bahwa disiplin diri tidak ditanamkan dalam keluarga. Rasa hormat anak juga sudah berkurang kepada guru.

Tugas orang tua dalam mendidik anak mempunyai banyak tantangan yang sangat kompleks. Namun demikian, tugas mendidik anak adalah tugas yang mulia dan luar biasa yang dipercayakan Tuhan kepada para orang tua. Karenanya orang tua yang baik adalah mereka yang mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Hal ini merupakan amanah yang diberikan kepada orang tua dan bukan orang lain. Peran orang tua dalam mendidik anak ini


(29)

13

sangat terlihat jelas dalam keluarga karena keluarga merupakan elemen masyarakat pertama bagi anak. Keluarga adalah masyarakat terkecil yang paling inti. Dari keluargalah anak mulai memperoleh pendidikan pertama sebelum memasuki pendidikan secara formal di sekolah. Dari keluarga juga anak mengalami proses pembentukan kepribadian yang pertama. Anak adalah tunas bangsa yang akan menerima tongkat estafet perjuangan dan cita-cita bangsa. Untuk itu, anak memerlukan bimbingan, arahan, dan didikan dari orang tua sejak dini sebagai persiapan untuk menghadapi masa yang akan datang.

Atas dasar pemikiran di atas, peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian khususnya yang berkenaan dengan penerapan pola asuh orang tua dalam lingkungan keluarga serta dampaknya. Untuk itu, peneliti

mengajukan skripsi dengan judul penelitian “Hubungan Pola Asuh Orang

Tua Terhadap Sikap Sosial Siswa SD Negeri Se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan adalah :

1. Penerapan pola asuh orang tua mempengaruhi sikap sosial anak.

2. Banyak orang tua yang keliru dalam menerapkan pola asuh pada anaknya.


(30)

14

3. Penerapan pola asuh yang salah dapat mengakibatkan terjadinya kebiasaan-kebiasaan buruk pada anak.

4. Sepulang sekolah siswa tidak langsung pulang ke rumah. 5. Siswa memiliki kebiasaan mencuri.

6. Kecanggihan teknologi dapat memberikan pengaruh buruk bagi perkembangan sikap anak.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, peneliti merasa perlu membatasi masalah dalam penelitian. Tujuannya adalah agar hasil penelitian nantinya dapat dijelaskan secara lebih spesifik dan mendalam. Oleh sebab itu, batasan masalah pada penelitian ini adalah hubungan pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan batasan masalah di atas maka, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran penerapan pola asuh orang tua siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?


(31)

15

2. Bagaimana gambaran sikap sosial siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri Se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara hubungan pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas maka, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran penerapan pola asuh orang tua siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?

2. Untuk mengetahui gambaran sikap sosial siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa kelas IV, V, VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi guru, sebagai bahan kajian untuk lebih memahami sikap sosial siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.


(32)

16

2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan karya ilmiah.

3. Bagi peneliti-peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian – penelitian yang selanjutnya. 4. Bagi para pembaca, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk

menambah khasanah pengetahuan. Khususnya tentang pola asuh orang tua dalam keluarga serta hubungannya dengan sikap sosial anak di lingkungan rumah dan sekolah. Karena pembaca nantinya akan menjadi orang tua yang akan menerapkan pola asuh kepada anak dalam keluarga.


(33)

107

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah membahas teori maupun hasil temuan penelitian dari lapangan, maka akan ditarik kesimpulan yang dapat digunakan sebagai saran untuk penelitian selanjutnya. Adapun kesimpulan dan saran yang dapat diberikan peneliti adalah :

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan intrepretasi yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang pola asuh orang tua otoriter adalah skor tertinggi berada pada item nomor 3 dengan total skor 159 dan sebanyak 52% (22 responden) memberikan jawaban terbaik yaitu orang tua akan marah namun tidak langsung menghukum melainkan menasehati anak. Skor terendah berada pada item nomor 4 dengan total skor 127 dan sebanyak 43% (18 responden) memberikan jawaban bahwa orang tua membenci teman sepergaulan anak jika teman tersebut memberikan pengaruh buruk. Rata-rata skor yang diperoleh dari jawaban responden tentang pola asuh otoriter adalah sebesar 145 dari total responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang tua menerapkan pola asuh otoriter di rumah dengan baik. 2. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang

pola asuh orang tua demokratis adalah skor tertinggi berada pada item


(34)

108

nomor 10 dengan total skor 160 dan sebesar 55% (23 responden) memberikan jawaban terbaik yaitu orang tua selalu memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapatnya. Skor terendah berada pada item nomor 8 dengan total skor 152 dan sebesar 36%(15) responden memberikan jawaban yaitu jika anak membantah perintah maka orang tua akan marah namun tetap menasehatinya. Skor rata-rata yang diperoleh dari jawaban responden tentang pola asuh demokratis adalah sebesar 156,4 dari total responden. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa orang tua telah menerapkan pola asuh demokratis di rumah dengan sangat baik.

3. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang pola asuh orang tua permisif adalah skor tertinggi berada pada item nomor 21 dengan total skor 143 dan sebanyak 52% (22 responden) memberikan jawaban terbaik yaitu jika anak dapat kompak dengan temannya maka orang tua memuji anak dan tetap mengawasinya. Skor terendah berada pada item nomor 23 dengan total skor 126 dan sebanyak 48% (20 responden) memberikan jawaban jika anak ketahuan mencuri di sekolah maka orang tua akan marah dan menasehatinya. Skor rata-rata yang diperoleh dari jawaban responden tentang pola asuh permisif adalah sebesar 135,4 dari total responden. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa orang tua menerapkan pola asuh permisif di rumah dengan kurang baik.


(35)

109

4. Berdasarkan hasil kecenderungan jawaban responden tentang pola asuh orang tua maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata pola asuh otoriter dan permisif lebih rendah dari nilai rata-rata pola asuh demokratis. Orang tua kurang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif. Dengan skor rata-rata untuk pola asuh otoriter sebesar 145 dan skor rata-rata untuk pola asuh permisif sebesar 135,4 dari total responden. Orang tua memberikan jawaban terbaik pada item soal pola asuh orang tua otoriter dan permisif yang berlawanan dengan karakteristik pola asuh tersebut. Sebaliknya, orang tua menerapkan pola asuh demokratis dengan sangat baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 150,4. Orang tua yang memberikan skor terbaik pada pilihan jawaban yang menjadi karakteristik pola asuh tersebut. Berdasarkan akumulasi nilai rata pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif diperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar 143,6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang tua menerapkan dua pola asuh yaitu otoriter dan demokratis. Namun penerapan pola asuh demokratis lebih dominan dibandingkan pola asuh otoriter.

5. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang sikap sosial positif adalah skor tertinggi berada pada item nomor 21 dengan total skor 164 dan sebesar 83% (35 responden) memberikan jawaban terbaik yaitu jika Bapak/Ibu guru berhalangan hadir maka siswa akan membaca buku dan mengerjakan soal-soal tetap dengan tertib. Skor terendah berada pada item soal nomor 25 dengan total skor 142 dan


(36)

110

sebesar 67% (28 responden) memberikan jawaban jika anak dihukum karena tidak mengerjakan tugas maka anak akan meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Rata-rata skor yang diperoleh dari jawaban responden tentang sikap sosial positif adalah sebesar 157,7 dari total responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap sosial positif yang ditunjukkan oleh siswa sangat baik.

6. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang sikap sosial negatif adalah skor tertinggi berada pada item nomor 4 dengan total skor 159 dan sebesar 67% (28 responden) memberikan jawaban terbaik yaitu jika dibohongi oleh teman maka siswa akan cuek dan memilih untuk berteman dengan teman yang lain. Skor terendah berada pada item soal nomor 1 dengan total skor 143 dan sebesar 74% (31 responden) memberikan jawaban jika teman hanya mau berteman dengan teman-teman yang kaya saja maka siswa akan menasehati temannya agar tidak membeda-bedakan teman yang kaya dan yang miskin. Rata-rata skor yang diperoleh dari jawaban responden tentang sikap sosial negatif adalah sebesar 152,3 dari total responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap sosial negatif yang ditunjukkan oleh siswa sudah kurang baik.

7. Berdasarkan hasil kecenderungan jawaban responden tentang sikap sosial siswa maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata sikap sosial positif lebih tinggi rata-rata sikap sosial negatif. Dengan skor rata-rata untuk sikap sosial positif sebesar 157,7 di atas skor rata-rata total. Siswa


(37)

111

memberikan jawaban terbaik pada item soal sikap sosial positif yang sesuai dengan karakteristik sikap tersebut. Sebaliknya, siswa menunjukkan sikap sosial negatif yang kurang baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 152,3 di bawah skor rata-rata total. Siswa memberikan skor terbaik pada pilihan jawaban yang sesuai dengan karakteristik sikap tersebut. Berdasarkan akumulasi nilai rata-rata sikap sosial positif dan negatif diperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar 155. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa cenderung menunjukkan sikap sosial positif saat berada di rumah maupun di sekolah.

8. Berdasarkan hasil perhitungan uji linearitas yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi antara X dan Y adalah y = 22,79 + 0,823X. Berdasarkan persamaan tersebut dapat diartikan bahwa setiap data X bertambah satu satuan maka data Y akan bertambah 0,823. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel X dan Y.

9. Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan analisis korelasi

Pearson Product Moment diperoleh sebesar 0,749 sedangkan dengan n = 42 adalah 0,312. Maka > yaitu 0,749 > 0,312. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang antara pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.


(38)

112

10.Berdasarkan hasil perhitungan koefisien Korelasi yaitu = 0,749, maka diperoleh koefisien Determinasi yaitu = = 0,561. Hal ini berarti varians yang terjadi pada variabel sikap sosial siswa 56% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel pola asuh orang tua, dan 44% oleh faktor lain atau perubahan yang terjadi pada sikap sosial siswa sebesar 56% dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.

11.Berdasarkan perhitungan uji t yang telah dilakukan diperoleh nilai

= 7,149 sedangkan nilai = 2,021. Karena >

yaitu 7,149 > 2,021, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

12.Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan bahwa ditotak dan diterima yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan :

1. Bagi orang tua, sebaiknya tidak membenci teman-teman anak melainkan memberikan masukan kepada anak mengenai teman yang baik dan yang tidak baik. Sehingga anak dapat mengerti karakteristik teman yang baik. Jika anak membantah, orang tua dapat marah namun harus tetap


(39)

113

mengontrol emosi dan tetap memberikan penjelasan bahwa apa yang dilakukannya tidak baik. Jika anak ketahuan mencuri di sekolah, sebaiknya orang tua lebih memperhatikan anak, mencari tahu perkembangan anak adalah hal yang sangat penting untuk menghindari sikap buruk yang akan dilakukan anak. Tingkatkan komunikasi dengan anak agar anak merasakan kasih sayang dari orang tua sehingga anak dapat menghargai orang lain lebih baik lagi.

2. Bagi guru, berilah ruang untuk anak dapat menunjukkan kemampuannya sehingga anak merasa nyaman selama proses kegiatan belajar berlangsung. Berikan perhatian kepada anak saat anak bersosialisasi dengan teman untuk menghindari terjadinya sikap sosial yang negatif. Berilah aturan yang diperoleh dari hasil mufakat dengan siswa agar siswa merasa bahwa dirinya ada dan dihargai. Dengan menanamkan hal ini, secara tidak langsung guru telah memberikan pendidikan karakter dan konsep yang baik kepada siswa.

3. Bagi siswa, pertahankan sikap sosial positif yang sudah dimiliki dan perbaiki sikap sosial negatif Anda. Ingatkan teman yang melakukan sikap sosial negatif agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi.

4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini sebaiknya dilanjutkan pada daerah lain. Mengingat saat ini banyak sekali permasalahan yang terjadi di kalangan siswa khususnya mengenai sikap sosial siswa seperti tawuran dan perkelahian. Sehingga penelitian yang dilakukan nantinya dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait untuk dapat


(40)

114

memperbaiki sistem yang kurang tepat dalam menumbuhkan sikap sosial positif yang dimiliki anak.


(41)

115

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu.2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Aisyah. 2010. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Aliah, Rohan. 2011. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta Bunda Novi. 2015. Kebiasaan-kebiasaan Buruk Anak Sehari-hari. Jakarta :

Flashbook

Danny. 2011. Menjadi Orang Tua Yang Lebih Baik. Jakarta : Binarupa Aksara. Hadi, Sutrisno. 2015. Statistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hauck, Paul. 2015. Rahasia Tpe-Tipe Kepribadian Anak. Yogyakarta : Diva Press Jamal,Lisma. 2011. Asih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak agar

Cerdas. Semarang: Dahara Prize.

Khon. 2012. Psikologi Keluarga. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Kristinawaty, Taty. 2010. Psikologi Keluarga. Jakarta : Griya Pustaka Marini, Adriani. 1991. Kepribadian Keluarga. Jakarta: Arcan.

Mulyono. 2011. Pola Asuh Orang Tua dalam http://www.orangtua.org/2011/1/21/ pola-asuh-orangtua-menurutbeberapa-ahli-1 diakses pada 16 Oktober 2015 Rohimah. 2012. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sardiman. 2012. Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Multi Presindo Shochib, Muhammad. 2010. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka cipta


(42)

116

Singgih. 2011. Pola Asuh Orang Tua dalam http://pangeranrajawawo.blogspot.co. id/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html diakses pada 15 Oktober 2015

Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sukardi, Dewi. 2010. Kecerdasan Sosio-Emosional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Syaifuddin,Azwar. 2013. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Takdir,Muhammad. 2013. Quantum Parenting, Kiat Sukses Mengasuh Anak

Secara Efektif dan Cerdas. Yogyakarta : Ar-ruzz Media

Zahrah. 2014. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : Asli Mahasatya


(1)

memberikan jawaban terbaik pada item soal sikap sosial positif yang sesuai dengan karakteristik sikap tersebut. Sebaliknya, siswa menunjukkan sikap sosial negatif yang kurang baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 152,3 di bawah skor rata-rata total. Siswa memberikan skor terbaik pada pilihan jawaban yang sesuai dengan karakteristik sikap tersebut. Berdasarkan akumulasi nilai rata-rata sikap sosial positif dan negatif diperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar 155. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa cenderung menunjukkan sikap sosial positif saat berada di rumah maupun di sekolah.

8. Berdasarkan hasil perhitungan uji linearitas yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi antara X dan Y adalah y = 22,79 + 0,823X. Berdasarkan persamaan tersebut dapat diartikan bahwa setiap data X bertambah satu satuan maka data Y akan bertambah 0,823. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel X dan Y.

9. Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment diperoleh sebesar 0,749 sedangkan dengan n = 42 adalah 0,312. Maka > yaitu 0,749 > 0,312. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang antara pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.


(2)

10.Berdasarkan hasil perhitungan koefisien Korelasi yaitu = 0,749, maka diperoleh koefisien Determinasi yaitu = = 0,561. Hal ini berarti varians yang terjadi pada variabel sikap sosial siswa 56% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel pola asuh orang tua, dan 44% oleh faktor lain atau perubahan yang terjadi pada sikap sosial siswa sebesar 56% dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.

11.Berdasarkan perhitungan uji t yang telah dilakukan diperoleh nilai = 7,149 sedangkan nilai = 2,021. Karena > yaitu 7,149 > 2,021, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

12.Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan bahwa ditotak dan diterima yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan :

1. Bagi orang tua, sebaiknya tidak membenci teman-teman anak melainkan memberikan masukan kepada anak mengenai teman yang baik dan yang tidak baik. Sehingga anak dapat mengerti karakteristik teman yang baik. Jika anak membantah, orang tua dapat marah namun harus tetap


(3)

mengontrol emosi dan tetap memberikan penjelasan bahwa apa yang dilakukannya tidak baik. Jika anak ketahuan mencuri di sekolah, sebaiknya orang tua lebih memperhatikan anak, mencari tahu perkembangan anak adalah hal yang sangat penting untuk menghindari sikap buruk yang akan dilakukan anak. Tingkatkan komunikasi dengan anak agar anak merasakan kasih sayang dari orang tua sehingga anak dapat menghargai orang lain lebih baik lagi.

2. Bagi guru, berilah ruang untuk anak dapat menunjukkan kemampuannya sehingga anak merasa nyaman selama proses kegiatan belajar berlangsung. Berikan perhatian kepada anak saat anak bersosialisasi dengan teman untuk menghindari terjadinya sikap sosial yang negatif. Berilah aturan yang diperoleh dari hasil mufakat dengan siswa agar siswa merasa bahwa dirinya ada dan dihargai. Dengan menanamkan hal ini, secara tidak langsung guru telah memberikan pendidikan karakter dan konsep yang baik kepada siswa.

3. Bagi siswa, pertahankan sikap sosial positif yang sudah dimiliki dan perbaiki sikap sosial negatif Anda. Ingatkan teman yang melakukan sikap sosial negatif agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi.

4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini sebaiknya dilanjutkan pada daerah lain. Mengingat saat ini banyak sekali permasalahan yang terjadi di kalangan siswa khususnya mengenai sikap sosial siswa seperti tawuran dan perkelahian. Sehingga penelitian yang dilakukan nantinya dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait untuk dapat


(4)

memperbaiki sistem yang kurang tepat dalam menumbuhkan sikap sosial positif yang dimiliki anak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu.2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Aisyah. 2010. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Aliah, Rohan. 2011. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta Bunda Novi. 2015. Kebiasaan-kebiasaan Buruk Anak Sehari-hari. Jakarta :

Flashbook

Danny. 2011. Menjadi Orang Tua Yang Lebih Baik. Jakarta : Binarupa Aksara. Hadi, Sutrisno. 2015. Statistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hauck, Paul. 2015. Rahasia Tpe-Tipe Kepribadian Anak. Yogyakarta : Diva Press Jamal,Lisma. 2011. Asih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak agar

Cerdas. Semarang: Dahara Prize.

Khon. 2012. Psikologi Keluarga. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Kristinawaty, Taty. 2010. Psikologi Keluarga. Jakarta : Griya Pustaka Marini, Adriani. 1991. Kepribadian Keluarga. Jakarta: Arcan.

Mulyono. 2011. Pola Asuh Orang Tua dalam http://www.orangtua.org/2011/1/21/ pola-asuh-orangtua-menurutbeberapa-ahli-1 diakses pada 16 Oktober 2015 Rohimah. 2012. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sardiman. 2012. Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Multi Presindo Shochib, Muhammad. 2010. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka cipta


(6)

Singgih. 2011. Pola Asuh Orang Tua dalam http://pangeranrajawawo.blogspot.co. id/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html diakses pada 15 Oktober 2015

Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sukardi, Dewi. 2010. Kecerdasan Sosio-Emosional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Syaifuddin,Azwar. 2013. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Takdir,Muhammad. 2013. Quantum Parenting, Kiat Sukses Mengasuh Anak Secara Efektif dan Cerdas. Yogyakarta : Ar-ruzz Media

Zahrah. 2014. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : Asli Mahasatya