Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi
KEANEKARAGAMAN SPESIES RAYAP PADA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET MILIK
RAKYAT DI JAMBI
TRI UTAMI NINGSIH
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Tri Utami Ningsih
NIM A34100047
ABSTRAK
TRI UTAMI NINGSIH. Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi. Dibimbing oleh IDHAM SAKTI
HARAHAP.
Kelapa sawit dan karet merupakan komoditas potensial untuk perdagangan
internasional dan sumber devisa bagi Indonesia. Komoditas perkebunan tersebut
sering diserang oleh rayap. Keanekaragaman spesies rayap di dua perkebunan
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui keanekaragaman spesies rayap pada perkebunan kelapa sawit dan
karet serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan pada
perkebunan kelapa sawit dan karet yang masing-masing terdiri dari 4 plot di
Kabupaten Sarolangun, Jambi. Setiap plot berukuran 50 m x 50 m, transek (50 m
x 10 m) dilakukan di bagian tengah plot dengan mengoleksi rayap yang
ditemukan. Selain itu, umpan kayu yang terbuat dari kayu karet dipasang pada
subplot, kemudian rayap yang ditemukan menyerang umpan kayu tersebut
dikoleksi. Hasil yang diperoleh yaitu indeks keanekaragaman rayap lebih tinggi
pada kebun karet dibandingkan kebun kelapa sawit. Hal yang mempengaruhi
keanekaragaman rayap adalah persentase naungan dan tipe vegetasi penutup
tanah. Spesies yang ditemukan pada kelapa sawit berjumlah 9 spesies diantaranya
C. mohri, M. gilvus, M. insperatus, N. longinasoides, N. proatripennis, P. setiger,
S. javanicus, S. medioobscurus dan T. propinquus. Sedangkan spesies yang
ditemukan pada karet berjumlah 12 spesies diantaranya B. flavicans, C. mohri, H.
hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N. javanicus, P. aequalis, P. setiger,
S. longirostris, S. medioobscurus, S. tarakensis dan T. propinquus.
Kata kunci: Indeks keanekaragaman, tipe habitat, transek, umpan kayu.
ABSTRACT
TRI UTAMI NINGSIH. Diversity of Termite Species on Oil Palm and Rubber
Plantation in Jambi. Supervised by IDHAM SAKTI HARAHAP.
Oil palm and rubber are potential commodities for international trade and
source of income for Indonesia. In the field, these commodities frequently
attacked by termites. The diversity of termite species in those two plantation can
be influenced by many factors. The aim of this research was to asses the diversity
of termites species in oil palm and rubber plantations and factor affecting.
Research was conducted on 4 plots (50 m x 50 m) on each plantation in
Kabupaten Sarolangun, Jambi. Transects (50 m x 10 m) were set in the midlle of
the plots and termite found were collected and identified. In addition, wooden
stakes made of rubber wood were driven into the ground inside the subplots and
termites attacked those wooden stakes were also collected. The result showed
that diversity index were higher on rubber plantation than oil palm. Canopy
coverage and type of vegetation affect the diversity of termite. Termite species
found on oil palm were to 9 species: C. mohri, M. gilvus, M. insperatus, N.
longinasoides, N. proatripennis, P. setiger, S. javanicus, S. medioobscurus and T.
propinquus. Meanwhile termite species found on rubber plantation were 12
species: B. flavicans, C. mohri, H. hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N.
javanicus, P. aequalis, P. setiger, S. longirostris, S. medioobscurus, S. tarakensis
and T. propinquus.
Key word : Diversity index, habitat type, transect, wooden stakes.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
KEANEKARAGAMAN SPESIES RAYAP PADA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET MILIK
RAKYAT DI JAMBI
TRI UTAMI NINGSIH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Usulan
: Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa
Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi
Nama Mahasiswa : Tri Utami Ningsih
NIM
: A34100047
Disetujui oleh
Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi
Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Spesies Rayap pada
Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi”. Skripsi ini dibuat
untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk memenuhi gelar Sarjana
Pertanian di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Proteksi
Tanaman.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibunda Suwarsih, Ayahanda
Ubaidillah, A Heri, A Yudi, Mba Mega, Mba Rini dan keluarga yang selalu
memberikan doa, dukungan serta motivasi kepada penulis. Kepada Dr. Ir. Idham
Sakti Harahap, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
banyak ilmu, pengetahuan, saran, dan motivasi. Kepada Dr. Ir. Supramana, MSi
selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji tamu yang telah
memberikan banyak motivasi dan saran terhadap penulis. Kepada Prof. Dr. Ir.
Damayanti Buchori, Msc dan Dr. Ir Akhmad Rizali, Msi yang selalu memberikan
banyak motivasi dan saran selama penelitian. Ucapan terimakasih juga penulis
ucapkan kepada beasiswa BIDIK MISI yang telah membiayai seluruh biaya
perkuliahan. Kepada Ka Ria, Azru, Lena, Deri, Ka Bayu, Ka Huda dan Ka Fahmi
yang telah membantu selama penelitian di Jambi. Kepada Bu Adha, Bu Aisyah,
Ka nadzir, Mba Ratna, Supriyanto, KC dan teman-teman proteksi tanaman
angkatan 47 yang telah membantu dan memberikan semangat selama penelitian
dan penulisan tugas akhir ini.
Semoga kebaikan dan perhatian yang telah diberikan memperoleh balasan
yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap karya ini dapat bermanfaat.
Bogor, September 2014
Tri Utami Ningsih
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Penentuan Plot Penelitian
Pengambilan Sampel Rayap
Transek Rayap
Pemasangan Umpan kayu
Identifikasi Rayap
Pengamatan Tipe Habitat
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Spesies Rayap di Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet
Indeks Keanekaragaman Rayap
Keanekaragaman Spesies Rayap yang diperoleh dengan Metode
Pemasangan Umpan Kayu
Hubungan Keanekaragaman Rayap dengan Beberapa Tipe Habitat
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
viii
1
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
6
7
8
9
10
12
13
15
20
DAFTAR TABEL
1
2
Nilai indeks keanekaragaman rayap
Spesies rayap yang menyerang umpan kayu dan persentase
kerusakannya
4
5
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Plot pengamatan, area transek dan pola penempatan subplot untuk
pengamatan rayap
Transek rayap pada mikrosite-nya, (a) permukaan tanah dan serasah,
(b) pohon yang tumbang dan (c) pohon dengan ketinggian ± 1 m.
(a) Cara pemasangan umpan kayu, (b) pengumpanan di lapang
Rayap yang ditemukan dari famili Termitidae (a) C. mohri, (b) P.
setiger, (c) T. propinquus, (d) M. gilvus (minor), (e) M. insperatus, (f)
B. flavicans, (g) H. hospitalis, (h) N. longinasoides, (i) N.
proatripennis, (j) N. javanicus
Rayap yang ditemukan dari famili Rhinotemitidae (a) P. aequalis, (b)
S. javanicus (minor), (c) S. longirostris (minor), (d) S. medioobscurus
(minor), (e) S. tarakensis (minor)
Hubungan persentase naungan dengan jumlah prajurit rayap yang
ditemukan
Diagram venn keanekaragam rayap dan gulma yang ditemukan pada
perkebunan kelapa sawit dan karet
3
4
4
7
8
10
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan alam semakin berkurang luas lahannya, salah satunya akibat
pembukaan lahan untuk pemukiman dan pertanian. Lahan hutan banyak yang
dialihgunakan oleh masyarakat diantaranya yaitu menjadi kebun kelapa sawit dan
kebun karet. Kelapa sawit dan karet merupakan komoditi perkebunan potensial
yang menjadi sumber devisa negara. Menurut kategori luas areal perkebunan
rakyat, komoditi kelapa sawit lebih mendominasi dibandingkan dengan komoditi
karet (BPS 2013). Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil bahan
baku minyak goreng, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Tanaman
karet merupakan tanaman penghasil lateks yang digunakan untuk bahan baku
industri. Komoditi perkebunan kelapa sawit dan karet yang ditanam secara
monokultur tentunya memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda.
Rayap (Blattodea : Termitoidea) (Inward et al 2007) merupakan salah satu
serangga yang sering ditemukan menyerang komoditas perkebunan. Rayap
merupakan serangga berukuran kecil yang hidup dalam kelompok-kelompok
sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Kasta rayap terbagi
menjadi 3 kasta yaitu kasta prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduktif (Borror et
al 1996). Setiap kasta rayap memiliki tugas yang berbeda-beda dalam koloninya.
Kasta reproduktif pada rayap merupakan individu-individu seksual yang terdiri
dari betina (Ratu) yang bertugas bertelur dan jantan (Raja) yang bertugas
membuahi betina. Kasta prajurit mempunyai ciri khas tidak kawin, mata tereduksi,
dan tugasnya hanya mempertahankan atau melindungi koloni jika terjadi serangan
dari musuh. Kasta ini dicirikan dengan berkembangnya mandibel yang maju ke
depan yang biasa digunakan untuk menyerang musuh alaminya. Kasta pekerja
memiliki persentase jumlah rayap pekerja tidak kurang dari 80% pada suatu
koloni (Supriana 1994). Rayap kasta pekerja memiliki tugas mencari makanan
untuk ratu rayap, membuat sarang dan memindahkan makanan saat sarang
terancam, serta melindungi dan memelihara ratu rayap. Nandika et al (2003)
menyatakan bahwa kasta pekerja pula yang memperbaiki sarang bila terjadi
kerusakan. Serangga ini memiliki keragaman jenis dan populasi yang tinggi.
Telah tercatat lebih dari 2000 jenis rayap yang tersebar di dunia dan hampir 10%
dari keseluruhan rayap di dunia ditemukan di Indonesia yaitu 200 jenis yang
terdiri dari 3 famili (Kalotermitidae, Rhinotermitidae, Termitidae) (Prasetyo
2005). Secara umum makanan rayap adalah semua bahan yang mengandung
selulosa seperti kayu atau tanaman yang mati (Nandika 2003). Lahan perkebunan
kelapa sawit dan karet berpotensi menjadi habitat rayap.
Nandika (2014) menyatakan bahwa serangan rayap tanah terhadap tanaman
kelapa sawit terutama terjadi di areal kebun sawit baru yang lahannya semula
merupakan hutan primer atau hutan sekunder. Spesies rayap yang berpotensi
menjadi hama pada kelapa sawit yaitu Coptotermes curvignathus, Macrotermes
gilvus, Capritermes mohri, Schedorhinotermes javanicus dan Nasutitermes
javanicus. Handru (2012) menyebutkan pada perkebunan kelapa sawit di Solok
Selatan terdapat rayap Termes rostratus dan Procapritermes sp. Penelitian pada
pertanaman karet di Bukit Batu, Riau menemukan 8 spesies rayap (Saputra et al.
2013). Penelitian yang telah dilakukan menunjukan terdapat keanekaragaman
2
spesies rayap yang berbeda-beda. Jones et al (2003) menyebutkan bahwa tipe dan
intensitas penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman dan
biomassa rayap. Sebagian kecil spesies rayap dikenal sebagai hama tanaman yang
dapat menyebabkan kerusakan dan merugikan secara ekonomis (Kalsholven
1981). Penelitian mengenai keanekaragaman rayap pada perkebunan kelapa sawit
dan perkebunan karet di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi belum banyak
dilaporkan, oleh karena itu penelitian ini dilakukan.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman spesies
rayap pada perkebunan kelapa sawit dan karet serta mengetahui faktor yang
mempengaruhinya.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
keanekaragaman spesies rayap yang ada pada perkebunan kelapa sawit dan karet.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perkebunan kelapa sawit dan karet milik rakyat
yang terletak di Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Plot
penelitian yang digunakan merupakan plot penelitian milik CRC 990
(Colaboration Research Program) yaitu lembaga penelitian kerjasama antara IPB,
Universitas Jambi, Universitas Tadulako dan Universitas Goettingen- Jerman.
Identifikasi spesies rayap dilaksanakan di Laboratorium Biosistematika Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini berlangsung mulai bulan Februari sampai Juli 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alkohol 70%. Alat-alat
yang digunakan dalam penelitian adalah tabung film, mikroskop stereo, cawan
petri, kamera digital dan buku identifikasi.
Metode Penelitian
Penentuan Plot Penelitian
Pada masing-masing lahan pengamatan yaitu kelapa sawit (KS) dan Karet
(KR) terdapat 4 plot pengamatan yang berada di daerah berbeda. Ukuran setiap
plot yaitu 50 m x 50 m. Pada setiap plot terdapat 5 subplot dengan pola yang sama
pada setiap plotnya. Subplot diberi nama sesuai abjad (a, b, c, d, e). Pada setiap
plot terdapat area transek berukuran 50 m x 10 m (Gambar 1).
Gambar 1 Plot pengamatan, area transek dan pola penempatan subplot untuk
pengamatan rayap
Pengambilan Sampel Rayap
Transek rayap. Metode yang digunakan untuk mengamati keberadaan
rayap yaitu metode transect surveys (Jones dan Eggleton 2000). Pada area transek
4
dilakukan pengamatan, pencarian rayap secara manual dan pengoleksian terhadap
rayap yang ditemukan pada mikrosite-nya. Mikrosite yang dieksplorasi adalah
bagian permukaan tanah, serasah, batang kayu, dan pohon (Gambar 2).
a
b
c
Gambar 2 Transek rayap pada mikrosite-nya, (a) permukaan tanah dan serasah,
(b) pohon yang tumbang dan (c) pohon dengan ketinggian ± 1 m
Pemasangan umpan kayu. Kayu yang digunakan sebagai umpan dibuat
dari kayu karet (Nandika 2014) dengan ukuran 3 cm x 3 cm x 50 cm. Pemasangan
umpan kayu dilakukan pada masing-masing subplot sebanyak 2 kayu. Cara
pemasangan umpan kayu yaitu dibenamkan secara vertikal kedalam tanah dengan
perkiraan 1/2 bagian berada dipermukaan tanah dan 1/2 berada didalam tanah
(Gambar 3).
Kayu umpan
Permukaan
tanah
50 cm
½
bagian
½ bagian
3cm
3cm
a
b
Gambar 3 (a) Cara pemasangan umpan kay, (b) pengumpanan di lapang
Pengamatan terhadap umpan kayu dilakukan setelah 4 minggu kayu ditanam
dengan mengoleksi rayap yang menyerang umpan kayu dan menghitung
5
persentase kerusakan umpan kayu. Rayap yang sudah diperoleh dari transek dan
pemasangan umpan kayu dimasukkan ke dalam botol film yang berisi alkohol
70%, kemudian dilakukan pemilahan dan diberi label pembeda yaitu tanggal dan
lokasi pengambilan.
Identifikasi Rayap
Identifikasi rayap dilakukan pada kasta prajurit. Kasta prajurit mempunyai
karakteristik pembeda yaitu bentuk dan ukuran mandibel dan kepala. Rata-rata
bentuk mandibel antar spesies berbeda.
Langkah awal yang dilakukan dalam melakukan identifikasi secara umum
untuk mengetahui jenis-jenis rayap yaitu berdasarkan kriteria ukuran tubuh rayap
kasta prajurit, kemudian melihat bentuk mandibel pada kasta prajurit. Hasil
koleksi rayap dari lapang diidentifikasi dari tingkat famili sampai tingkat spesies
menggunakan kunci identifikasi Ahmad (1959), Tho (1992) dan Syaukani (2006).
Pengamatan Tipe Habitat
Parameter tipe habitat yang diamati yaitu persentase naungan dan tipe
vegetasi penutup tanah. Persentasi naungan diamati dengan cara mengamati tajuk
pohon yang menutupi lokasi pengamatan rayap dengan memberikan persen
penutupan tajuk dengan persentase rendah (0-25%), sedang (26-50%), tinggi (5175%), dan sangat tinggi (76-100%) (Mubin 2013). Sedangkan tipe vegetasi
penutup tanah diamati pada lokasi transek rayap kemudian diidentifikasi dan
dilihat dominansinya.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan perhitungan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran 1988) yang menitik beratkan pada
kekayaan spesies (richness) dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
∑
H = indeks Shannon Wiener
pi = proporsi spesies rayap ke i dalam komunitas
Pengolahan data menggunakan program R Statistics versi 3.0.2 dan hasil
analisis data disajikan dalam bentuk grafik dan tabel yang diolah dengan
menggunakan program Microsoft excel 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Spesies Rayap di Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet
Berdasarkan hasil identifikasi rayap yang ditemukan pada kedua lahan
dengan komoditas yang berbeda diperoleh 15 spesies, 10 genus dari 4 subfamili
yang diklasifikasikkan kedalam 2 famili rayap yaitu famili Termitidae dan
Rhinotermitidae. Spesies rayap yang ditemukan dari famili Termitidae subfamili
Termitinae yaitu Capritermes mohri, Procapritermes setiger dan Termes
propinquus; subfamili Macrotermitinae terdiri dari Macrotermes gilvus dan
Microtermes insperatus; sedangkan subfamili Nasutitermitinae terdiri dari
Bulbitermes flavicans, Hospitalitermes hospitalis, Nasutitermes longinasoides, N.
proatripennis dan N. javanicus (Gambar 4). Famili Termitidae merupakan
kelompok rayap tingkat tinggi yang mempunyai jumlah 75% dari jumlah spesies
rayap yang dikenal di dunia (Tho 1992).
a
d
g
2 mm
b
2 mm
2 mm
e
h
j
2 mm
2 mm
2 mm
c
f
i
2 mm
2 mm
2 mm
2 mm
Gambar 4 Rayap yang ditemukan dari famili Termitidae (a) C. mohri, (b) P.
setiger, (c) T. propinquus, (d) M. gilvus (minor), (e) M. insperatus,
(f) B. flavicans (g) H. hospitalis, (h) N. longinasoides, (i) N.
proatripennis, (j) N. javanicus
Rayap famili Rhinotermitidae yang ditemukan pada penelitian ini yaitu
subfamili Rhinotermitinae yang terdiri dari 5 spesies diantaranya Parrhinotermes
aequalis, Schedorhinotermes javanicus, S. longirostris, S. medioobscurus dan S.
7
tarakensis (Gambar 5). Famili Rhinotermitidae termasuk rayap tingkat rendah
yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan rayap tingkat tinggi.
a
2 mm
2 mm
b
2 mm
d
c
2 mm
2 mm
e
Gambar 5 Rayap yang ditemukan dari famili Rhinotemitidae (a) P. aequalis, (b)
S. javanicus (minor), (c) S. longirostris (minor), (d) S. medioobscurus
(minor), (e) S. tarakensis (minor)
Spesies rayap yang ditemukan merupakan hasil dari dua metode
pengambilan rayap di lapangan yaitu transek survei dan pemasangan umpan kayu.
Rayap famili Termitidae lebih mendominasi dibandingkan rayap Rhinotermitidae
yaitu 10 spesies berbanding 5 spesies. Berdasarkan lokasi bersarangnya famili
Termitidae merupakan jenis rayap yang bersarang di dalam tanah terutama yang
berdekatan dengan bahan organik yang mengandung selulosa (Tarumingkeng
1971). Famili Rhinotermitidae merupakan jenis rayap yang umumnya hidup di
dalam tanah yang banyak mengandung senyawa organik seperti kayu yang telah
mati atau membusuk.
Indeks Keanekaragaman Rayap
Perbedaan tipe lahan pada umumnya mempengaruhi tingkat
keanekaragaman spesies rayap. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener pada kedua tipe lahan pengamatan diperoleh nilai
keanekaragaman rayap lebih tinggi pada lahan karet (H=2.18), dibandingkan
nilai keanekaragaman rayap di plot lahan kelapa sawit (H=1.81) (Tabel 1). Hal ini
menunjukan bahwa perbedaan struktur jenis pertanaman dapat mempengaruhi
keanekaragaman jenis rayap yang ditemukan.
Tabel 1 Nilai indeks keanekaragaman rayap
Tipe lahan dan plot Amatan
Kelapa Sawit
Karet
Nilai keanekaragaman rayap
Subfamili
4
4
Genus
7
9
Spesies
9
12
H
1.81
2.18
Pada tabel nilai indeks keanekaragaman rayap (Tabel 1) terlihat bahwa pada
plot penelitian karet spesies rayap yang ditemukan lebih banyak, dibandingkan
8
dengan spesies rayap yang ditemukan pada lahan kelapa sawit. Pada lahan karet
spesies rayap yang ditemukan yaitu sebanyak 12 spesies yang terdiri dari B.
flavicans, C. mohri, H. hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N. javanicus,
P. setiger, T. propinquus, P. aequalis, S. longirostris, S. medioobscurus dan S.
tarakensis. Hasil identifikasi spesies rayap yang ditemukan berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Saputra et al. (2013) pada pertanaman karet di Bukit
Batu, Riau yang hanya menemukan 8 spesies. Sedangkan pada perkebunan kelapa
sawit ditemukan 9 spesies diantaranya C. Mohri, M. gilvus, M. insperatus, N.
longinasoides, N. proatripennis, P. Setiger, T. Propinquus S. Javanicus, dan S.
medioobscurus. Berbeda dengan penelitian Purnashari et al. (2013) yang hanya
menemukan 3 spesies rayap pada pertanaman kelapa sawit di Bukit Batu, Riau
yang terdiri dari P. inaequalis, S. sarawakensis dan C. curvignathus. Spesies
rayap yang ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukan
bahwa spesies yang ditemukan pada lahan karet lebih banyak dibandingkan pada
lahan kelapa sawit.
Keanekaragaman Spesies Rayap yang diperoleh dengan Metode Pemasangan
Umpan Kayu
Spesies rayap yang ditemukan menyerang umpan kayu di lahan karet lebih
banyak dibandingkan pada lahan kelapa sawit. Pada lahan kelapa sawit umpan
kayu diserang oleh rayap S. medioobscurus, S. longirostris, dan S. tarakensis.
Umpan kayu yang dipasang pada lahan karet diserang oleh 4 spesies rayap dimana
3 spesies rayap diantaranya sama dengan rayap yang menyerang umpan kayu di
lahan kelapa sawit dan satu spesies dari subfamili Nasutitermitinae yaitu B.
flavicans (Tabel 2). Berbeda dengan penelitian (Kahar 2012) yang memasang
umpan kayu di areal perkebunan kelapa sawit di Bogor ditemukan 3 spesies yang
menyerang umpan kayu yaitu M. gilvus, C. curvignathus dan N. javanicus. Rayap
dari famili Rhinotermitidae mendominasi serangan pada umpan kayu, hal ini
terjadi karena famili ini memiliki habitat di dalam tanah atau di dalam kayu mati
(Collins 1984). Sedangkan B. flavicans yang berasal dari famili Termitidae
ditemukan hanya menyerang umpan kayu yang dipasang pada lahan karet.
Persentase kerusakan paling tinggi (22.28 %) pada umpan kayu yang diamati
setelah 4 minggu umpan kayu dipasang disebabkan oleh S. medioobscurus.
Menurut Nandika (2014) rayap ini merupakan jenis rayap yang luas
penyebarannya, sebab bisa hidup sampe ketinggian 1000 m dari permukaan laut.
Tabel 2 Spesies rayap yang menyerang umpan kayu dan persentase kerusakannya
Persentase kerusakan
Tipe lahan
Spesies rayap
umpan kayu (%)
Kelapa sawit
S. medioobscurus
5
S. longirostris
10
S. tarakensis
5
Karet
S. medioobscurus
S. longirostris
S. tarakensis
B. flavicans
22.28
10
5
15
9
Hubungan Keanekaragaman Rayap dengan beberapa Tipe Habitat
Setiap spesies rayap mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Aktivitas
rayap sangat tergantung pada habitat yang ditempatinya karena perilaku dasar
rayap dalam mencari makan untuk koloninya. Keberadaan rayap juga dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu seperti tipe vegetasi gulma dan persentase
tajuk pohon sebagai naungan (Mubin 2013). Pengamatan di lapangan menunjukan
bahwa banyaknya cahaya yang masuk pada kebun kelapa sawit lebih banyak, hal
ini karena persentase penutupan tajuk di kebun kelapa sawit tidak sangat tinggi.
Sedangkan cahaya matahari yang masuk pada kebun karet tidak begitu banyak
sehingga keadaan di kebun karet lebih sejuk dibandingkan dengan kebun kelapa
sawit. Hasil penelitian menujukan bahwa semakin tinggi persentase naungan
maka semakin banyak jenis rayap yang ditemukan.
140
Jumlah prajurit rayap
120
100
80
60
40
20
0
0-25
26-50
51-75
Persentase naungan (%)
Bulbitermes flavicans
Hospitalitermes hospitalis
Microtermes insperatus
Nasutitermes proatripennis
Parrhinotermes aequalis
Schedorhinotermes javanicus
Schedorhinotermes medioobscurus
Termes propinquus
76-100
Capritermes mohri
Macrotermes gilvus
Nasutitermes longinasoides
Nasutitermes javanicus
Procapritermes setiger
Schedorhinotermes longirostris
Schedorhinotermes tarakensis
Gambar 6 Hubungan persentase naungan dengan prajurit rayap yang ditemukan
Jenis rayap yang ditemukan sebagian besar berada pada lokasi dengan
tingkat persentase naungan 76-100% atau termasuk tingkat naungan yang sangat
tinggi (Gambar 6). Spesies rayap yang ditemukan dibawah naungan dengan
kisaran sangat tinggi yaitu sebanyak 12 spesies sedangkan pada tingkat naungan
tinggi (51-75%) ditemukan 9 spesies rayap. Persentase naungan berpengaruh
terhadap keanekaragaman jenis spesies rayap yang ditemukan. Variasi dalam
pencahayaan dapat mempengaruhi sebaran spesies rayap dalam sebuah habitat
(Bignel dan Eggleton 2000). Tutupan tajuk tanaman mempengaruhi iklim mikro,
ketersediaan sumber makanan dan mikrohabitat yang diperlukan oleh rayap tanah
10
(Donovan et al. 2007). Jumlah individu prajurit yang ditemukan pada persentase
naungan yang sangat tinggi didominansi oleh C. mohri sedangkan pada persentase
naungan yang tinggi didominansi oleh T. propinquus. Jumlah individu rayap yang
ditemukan tidak stabil pada persentase naungan tinggi maupun pada persentase
naungan sangat tinggi. Tempat terbuka dimana sinar matahari langsung
menembus permukaan tanah pada tengah hari hingga awal sore hari ketika suhu
berada pada puncaknya, rayap sering berada dibawah tanah atau berada di dalam
sarang akan tetapi rayap tetap dapat berada di permukaan tanah bila terdapat
naungan yang besar yang menciptakan suhu optimum. Naungan dengan dimensi
yang besar paling menarik bagi rayap karena dapat menciptakan suhu dan
kelembaban yang baik. Rayap pada umumnya menyukai tempat yang lembab
untuk dijadikan sarang. Rayap biasanya membuat sarang pada naungan yang luas
karena cahaya matahari tidak langsung menyinari lahan atau tanah. Sedikitnya
cahaya matahari yang masuk mengakibatkan suhu dalam tanah tetap lembab dan
umumnya rayap menyukai tempat tersebut untuk mencari makan atau untuk
dijadikan sarang. Semakin besar persentase naungan yang menutupi lahan maka
semakin banyak terdapat keanekaragaman rayap yang terdapat didalamnya.
KS
KR
Rayap
M. gilvus
N. longinasoides
S. javanicus
Rayap
C. mohri
M. insperatus
N. proatripennis
P. setiger
S. medioobscurus
T. propinquus
Centotheca lappacea
Gulma
Ageratum conyzoides
Clidemia hirta
Asystasia intrusa
Cyclosorus aridus
Axonopus compressus
Gleichenia linearis
Borreria alata
Chromolaena odorata
Clibadium surinamenses
B. flavicans
H. hospitalis
N. javanicus
P. aequalis
S. longirostris
S. tarakensis
Gulma
Digitaria adscendens
Imperata cylindrica
Ottochloa nodosa
Gambar 7 Diagram venn keanekaragaman rayap dan gulma pada pertanaman
kelapa sawit dan karet
Jenis vegetasi gulma yang tumbuh pada kebun kelapa sawit lebih beragam
apabila dibandingkan dengan vegetasi gulma yang tumbuh di kebun karet
(Gambar 7), namun keanekaragaman rayap yang ditemukan tidak berbanding
lurus dengan banyaknya jenis gulma. Hal ini dapat dipengaruhi oleh dominansi
vegetasi gulma yang tumbuh pada plot pengamatan. Pada kebun kelapa sawit
dominansi gulma yang tumbuh berasal dari daun lebar dan rumput-rumputan,
sedangkan dominansi vegetasi gulma pada kebun karet berasal dari jenis daun
11
lebar yaitu paku-pakuan. Gulma jenis paku-pakuan yang terdapat pada salah satu
plot kebun karet berjumlah sangat banyak sehingga menutupi hampir seluruh
permukaan tanah pada plot tersebut. Kondisi habitat seperti ini dapat berpengaruh
terhadap banyaknya jenis rayap yang ditemukan. Selain itu kondisi habitat
disekitar plot penelitian juga dapat mempengaruhi seperti jumlah serasah. Plotplot pada tipe penggunaan lahan kebun karet permukaan tanah lebih banyak
ditutupi oleh serasah dibandingkan dengan vegetasi gulma. Serasah yang banyak
pada perkebunan karet dapat menjadi sumber makanan bagi rayap.
Gulma berperan sebagai vegetasi penutup tanah. Perbedaan struktur vegetasi
penutup tanah berpengaruh terhadap kenekaragaman jenis rayap. Vegetasi
penutup tanah akan membuat iklim mikro yang lebih stabil di atas tanah, sehingga
kelembaban tetap terjaga. Rayap menyukai kondisi habitat yang suhu dan
kelembabannya stabil jika dibandingkan dengan kondisi lahan terbuka dengan
iklim mikro ekstrim yang akan mempengaruhi mikrohabitat di sekitarnya (Mubin
2013). Perilaku masing-masing rayap berbeda-beda dalam mencari makan dan
membuat sarang sehingga tidak semua subfamili rayap dapat beradaptasi dengan
baik dengan jenis-jenis gulma yang tumbuh pada habitatnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Nilai indeks keanekaragaman rayap yang diperoleh pada perkebunan karet
lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa sawit. Hal yang mempenaruhi
kenaekragaman rayap yaitu persentase naungan dan tipe vegetasi penutup tanah.
Keanekaragaman rayap yang diperoleh dari kebun karet yaitu 12 spesies rayap
diantaranya B. flavicans, C. mohri, H. Hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis,
N. javanicus, P. aequalis, P. setiger, S. longirostris, S. medioobscurus, S.
tarakensis dan T. propinquus. Sedangkan pada kebun kelapa sawit diperoleh 9
spesies yang terdiri dari C. mohri, M. gilvus, M. insperatus, N. longinasoides, N.
proatripennis, P. setiger, S. javanicus, S. medioobscurus, dan T. propinquus.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menghitung bobot serasah
pada setiap plot untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keanekaragaman rayap.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad M. 1959. Key to the Indomalayan Termites. Lahore (PK): University of
the Punjabi.
Borror DJ, Triphelehorn A, Johnson NF. 1996. Pengenalan Serangga.
Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Ed ke-6.
Yogyakarta (ID): UGM Press. Terjemahan dari: An Intoduction to The Study
of Insects.
Bignell DE, P Eggleton P. 2000. Termites in Ecosystems dalam Abe, T., M.
Higashi & D.E. Bignell (eds.). Termites: Evolution, Sociality, Symbioses,
Ecology. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht. Hal. 363-387.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi perkebunan rakyat menurut jenis
tanaman 2000-2012 [Internet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia: [diunduh 2014 Mei 23]. Tersedia pada:http://bps.go.id/tab_sub/
view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=54¬ab=6
Collins NM. 1984. The Termite (Isoptera) of The Gunung Mulu National Park,
with a Key to The Genera from Sarawak. Sarawak Museum Journal 30: 6587.
Donovan SE, Griffiths GJK, Homathevi R, Winder L. 2007. The Spatial Pattern
of Soil-dwelling Termites in Primary and Logged Forest in Sabah,
Malaysia. Ecological Entomology 32: 1-10.
Handru A, Herwina H, Dahelmi. 2012. Jenis-jenis rayap (Isoptera) di kawasan
hutan Bukit Tengah Pulau dan areal Perkebunan Kelapa Sawit, Solok
Selatan. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 1 (1): 69-77.
Inward D, Beccaloni G, Eggleton P. 2007. Death of an order: a comprehensive
molecular phylogenetic study confirms that termites are eusosial
cockroaches. Biol Lett. 3:331-335.
Jones DT, Eggleton P. 2000. Sampling termite assemblages in tropical forest:
testing a rapid biodiversity assessment protocol. J Appl Ecol 37: 191-203.
Jones DT, Susilo FX, Bignell DE, Hardiwinoto S, Gillison AN, Eggleton P. 2003.
Termites assemblage collapse along a land-use intensification gradient in
lowland central Sumatra, Indonesia. J App Ecol. 40: 380-391.
Kahar TP. 2012. Identifikasi dan sebaran jenis rayap tanah di PTPN VIII unit
Cikasungka, Cigudeg, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID) : Ichtiar Baruvan Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New Jersey (US):
Princeton University Press.
Mubin N. 2013. Keanekaragaman spesies rayap dan bakteri simbionnya: studi
kasus di kampus IPB Dramaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nandika D. 2014. Rayap Hama Baru di Kebun Kelapa Sawit. Bogor (ID):
SEAMEO BIOTROP.
Prasetyo KW, Yusuf S. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah
Lingkungan dan Kimiawi. Jakarta (ID): PT AgroMedia Puataka.
14
Purnasari T, Muhammad A, Salbiah D. 2003. Keanekaragaman dan biomassa
rayap tanah di kebun kelapa sawit dan kebun pekarangan pada lahan gambut
di kawasan Bukit Batu, Riau [Internet]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau:
[diunduh 2014 Mei 23]. Tersedia pada http://repository.unri.ac.id/
Saputra A, Muhammad A, Yus Y. 2013. Keanekaragaman dan biomassa rayap
tanah di dua sistem budidaya karet pada lahan gambut di kawasan Bukit
Batu, Riau [Internet]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau: [diunduh 2014 Mei
23]. Tersedia pada http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/12345
6789/4093/KARYA%20ILMIAH%20ANDI%20SAPUTRA.pdf?sequence1
Supriana E. 1994. Perilaku Rayap. Bogor (ID) : Badan Pengembangan dan
Penelitian Kehutanan.
Syaukani. 2006. A Guide to the Nasus Termites (Nasutitermitinae, Termitidae) of
Kerinci Seblat National Park Sumatra. Yogyakarta (ID): Mitra Barokah
Abadi.
Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan Pengendalian Rayap Perusak Kayu
Indonesia. Bogor (ID): LPPK.
Tho YP. 1992. Termite of Peninsular Malaysia. Kepong, Kuala Lumpur (MY):
Malaya Forest Records.
LAMPIRAN
16
Lampiran 1 Jenis-jenis rayap dari lapangan dan deskripsinya berdasarkan kunci
identifikasi
No
Rayap yang ditemukan
Deskripsi
1A
Kepala berwarna coklat kemerahan,sedikit
L1
berambut; fontanel yang berbeda, yang terletak
2 mm
di ujung kepala; antena dengan 17 ruas, ruas
L2
antena ketiga dan setengah kali panjang ruas
antena kedua; panjang kepala dengan mandibel
4.81-5.48 mm; panjang kepala tanpa mandibel
L3
3.46–3.65 mm; lebar kepala 2.30-2.68 mm.
M. gilvus Hagen (prajurit mayor)
L1 ± 5,39 mm
L2 ± 3,89 mm
L3 ± 3,5 mm
1B
L3
L2
L1
L1 ± 3,13 mm
L2 ± 1,86 mm
2mm
L3 ± 1,77 mm
2
L3
L2
L1
L1 ± 1,25 mm
L2 ± 0,75 mm
2 mm
L3 ± 0,91 mm
3
L1
L2
L3
L1 ± 3,51 mm
L2 ± 1,64 mm
1 mm
L3 ± 0,97 mm
4
L3
L2
L1
L1 ±3,41 mm
L2 ± 1,45 mm
1 mm
L3 ±1,11 mm
Bagian ujung labrum pendek; ruas antena
ketiga lebih panjang daripada ruas kedua, sama
panjang dengan ruas keempat; panjang kepala
dengan mandibel 3.07-3.43 mm; panjang
kepala tanpa mandibel 2.08-2.29 mm; lebar
kepala 1.52-1.62 mm.
M. gilvus Hagen (prajurit minor)
Mandibel dengan denticle; kepala berbentuk
membulat; berwarna kekuningan; sedikit
berambut (jarang); antena 14 ruas; labrum
berbentuk lidah; denticle pada mandibel berada
sedikit di depan tengah, posisi denticle pada
mandibel kiri sedikit lebih di depan daripada
mandibel kanan; panjang kepala dengan
mandibel 1.14-1.52 mm; tanpa mandibel 0.800.95 mm; lebar kepala 0.78-0.91 mm.
M. insperatus Kemner
Panjang kepala dengan mandibel 3.34 mm;
tanpa mandibel 1.60-1.69 mm; kepala
berwarna kuning; sedikit berbulu; fontanelle
terlihat; antena 14 ruas, panjang ruas kedua
sama dengan ruas ketiga, ruas keempat agak
lebih pendek; pronotum sedikit menorehkan
anterior; lebar kepala 0.88-0.93 mm.
P. setiger Haviland
Sudut anterolateral labrum tidak jelas, kepala
dengan rambut yang menyebar; antena 14 ruas;
batas anterior labrum agak cembung; mandibel
dengan titik di bagian ujung; panjang kepala
dengan mandibel 3.36-3.65 mm; tanpa
mandibel 1.84-2.08 mm; lebar kepala 1.16 1.23 mm.
C. mohri Kemner
17
5
L3
L2
L1
L1 ± 2,20 mm
L2 ± 1,11 mm
1 mm
L3 ± 0,77 mm
6
L3
L2
L1
L1 ± 1,27 mm
L2 ± 0,88 mm
1 mm
L3 ± 0,44 mm
7
L1
L2
L3
L1 ± 1,72 mm
L2 ± 1,12 mm
1 mm
L3 ± 0,59 mm
8
L1
L2
L1 ± 1,96 mm
L2 ± 1,17 mm
1 mm
L3
L3 ± 1,22 mm
Rasio panjang kapsul kepala dengan lebar
kepala 1.75 mm; kepala berbentuk silinder,
berwarna kuning muda; ruas ketiga antena
sedikit lebih pendek dari ruas kedua, ruas
terpendek yaitu ruas keempat; panjang kepala
dengan mandibel 2.28 mm; tanpa mandibel
1.33 mm; lebar kepala 0.76 mm.
T. propinquus Holmgren
Kepala berwarna coklat kemerahan, rostrum
berwarna coklat dengan ujung coklat muda
kemerahan; pada bagian belakang antena
kepala sedikit mengerut; rostrum pendek,
kurang dari setengah panjang kepala; antena
berwarna coklat kekuningan, antena dengan 12
ruas; panjang kepala dengan rostrum 1.22-1.40
mm; tanpa rostrum 0.97-1.00 mm; lebar kepala
0.75-0.84 mm.
B. flavicans Holmgren
Kepala berwarna coklat tua sampai hitam;
antena berwarna lebih pucat dari kepala;
tampak dari bagian dorsal kepala sangat
mengerut di belakang antena menuju ke dasar
rostrum; Panjang rostrum lebih dari setengah
panjang kepala; antena dengan 14 ruas;
panjang kepala dengan rostrum 1.75-1.80 mm;
tanpa rostrum 1.10-1.15 mm; lebar kepala
maksimum 1.12-1.15.
H. hospitalis Haviland
Kepala berwarna coklat kekuningan, rostrum
berwarna lebih gelap; antena pucat dari atau
sama dengan ujung kepala, tampak dari bagian
dorsal kepala termasuk rostrum agak
melingkar; panjang rostrum lebih dari setengah
panjang kepala dan tebal pada bagian dasar;
antena dengan 13 ruas, ruas kedua lebih
pendek dari yang ketiga, ruas ketiga lebih
panjang dari ruas kedua dan keempat; panjang
kepala dengan rostrum 2.10-2.20 mm; tanpa
rostrum 1.07-1.25 mm; lebar kepala 1.23-1.32
mm.
N. longinasoides Thapa
18
9
L1
L2
L1 ± 2,63 mm
L3
L2 ± 1,29 mm
1 mm
L3 ± 1,65 mm
10
L1
L2
L1 ± 1,25 mm
L3
1 mm
L2 ± 0,65 mm
Kepala berwarna coklat muda kemerahan;
rostrum berwarna lebih gelap dari kepala,
terutama bagian paling ujung; antena pucat
coklat pucat; panjang rostrum lebih dari
setengah panjang kepala dan tebal pada bagian
dasar; antena dengan 14 ruas, ruas kedua lebih
pendek dari ruas keempat, ruas ketiga sedikit
lebih pendek dari keempat; panjang kepala
dengan rostrum 2.40-2.75 mm; tanpa rostrum
1.02-1.62 mm; lebar kepala 1.40-1.63 mm.
N. proatripennis Ahmad
Kepala berwarna kuning, sedikit berbulu;
antena dengan 12-13 ruas, ruas antena ketiga
lebih panjang dari ruas kedua, ruas keempat
jelas lebih pendek dari ketiga; panjang kepala
dengan rostrum 1.25 mm; tanpa rostrum 0.65
mm; lebar kepala 0.72 mm.
N. javanicus Holmgren
L3 ± 0,72 mm
11
1 mm
L1
L2
L1 ± 1,5 mm
L3
L2 ± 0,93mm
L3 ± 0,95 mm
12A
L1
L2
L1 ± 2,29 mm
L3
L2 ± 1,5 mm
1 mm
Gigi marjinal kedua di rahang kiri jauh lebih
kecil daripada yang pertama marginal, gigi
mandibula kanan ditempatkan di tengah;
antena 13 ruas; panjang labrum sama dengan
lebar, luas melengkung bagian apikal; panjang
kepala dengan mandibel 1.71 mm; tanpa
mandibel (0.98-1.04)-1.25 mm; lebar kepala
0.95-0.96 mm.
P. aequalis Haviland
Kepala berwarna kuning kemerahan; antena 16
ruas, ruas ketiga lebih panjang dari ruas kedua;
labrum sedikit bergelombang dan bagian
tengahnya beralur-alur; panjang kepala dengan
mandibel 2.15-2.30 mm; tanpa mandibel 1.481.52 mm; lebar kepala 1.38-1.41 mm.
S. javanicus Kemner (prajuit mayor)
L3 ± 1,38 mm
12B
L3
L2
L1
L1 ± 1,41 mm
L2 ± 0,93 mm
1 mm
L3 ± 0,81 mm
Kepala dengan beberapa rambut panjang;
antena dengan 15-16 ruas, pada spesimen
dengan 15 ruas, ruas ketiga sedikit lebih
pendek dari ruas keempat, dalam spesimen
dengan 16 ruas, ruas ketiga lebih panjang dari
ruas keempat; panjang kepala dengan mandibel
1.41-1.52 mm; tanpa mandibel 0.85-0.90 mm;
lebar kepala 0.74-0.82 mm.
S. javanicus Kemner (prajurit minor)
19
13A
L3
L1
L2
L1 ± 2,27 mm
Labrum memanjang hingga ke hampir ujung
mandibel; antena dengan 16 ruas; panjang
kepala dengan mandibel 1.98 mm; tanpa
mandibel 1.44-1.54 mm; lebar 1.38-1.44 mm.
S. longirostris Brauer (prajurit mayor)
L2 ± 1,53 mm
1 mm
L3 ± 1,46 mm
13B
L3
L2
L1
L1 ± 1,35 mm
L2 ± 0,84 mm
1 mm
L3 ± 0,79 mm
14A
L1
L2
L1 ± 2,35 mm
L3
L2 ± 1,45 mm
1 mm
L3 ± 1,46 mm
14B
L1
L2
L3
L1 ± 1,32 mm
L2 ± 0,75 mm
1 mm
L3 ± 0,5 mm
15
1 mm
L1
L2
L1 ± 1,17 mm
L3
L2 ± 0,72 mm
L3 ± 0,61 mm
Labrum memanjang melebihi mandibel; antena
dengan 14-15 (16) ruas, dalam spesimen
dengan 16 artikel ruas kedua sedikit lebih
panjang dari ruas ketiga; panjang kepala
dengan mandibel 1.33-1.40 mm; tanpa
mandibel 0.84-0.88 mm; lebar kepala 0.720.80 mm.
S. longirostris Brauer (prajurit minor)
Antena dengan 17 ruas, ruas kedua sedikit
lebih panjang daripada ruas ketiga, ruas
keempat sedikit lebih pendek dari ruas ketiga;
panjang kepala dengan mandibel 2.34-2.38
mm; tanpa mandibel 1.45-1.56 mm; lebar
kepala 1.48-1.62 mm.
S. medioobscurus Holmgren (prajurit mayor)
Panjang kepala dengan mandibel 1.24-1.35
mm; tanpa mandibel 0.78-0.83 mm; antena
dengan 16 ruas, ruas kedua sedikit lebih
panjang dari ruas ketiga, terpendek ruas
keempat; labrum memanjang hingga ke ujung
mandibel bawah; lebar kepala 0.70-0.75 mm.
S. medioobscurus Holmgren (prajurit minor)
Panjang kepala dengan mandibel 1.17-1.18
mm; tanpa mandibel 0.65-0.72 mm; antena
dengan 15 ruas, ruas kedua dua kali lebih
panjang ruas ketiga, ruas terakhir terpendek,
labrum memanjang sedikit melebihi mandibel;
Panjang kepala sampai ujung labrum 1.22 mm;
lebar kepala 0.67-0.70 mm.
S. tarakensis Oshima (prajurit minor)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Agustus 1992, anak bungsu
dari 3 bersaudara dari pasangan Ubaidillah dan Suwarsih. Tahun 2010 penulis
menyelesaikan sekolah di SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) dengan pilihan mayor Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa IPB, pada tahun 2010-2011 penulis menjadi
anggota organisasi musik di IPB (MAX), tahun 2012-2013 menjadi staf
Departermen Pertanian di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM
FAPERTA). Selain itu penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan dalam beberapa
acara di IPB yaitu Gebyar Nusantara (GENUS) (2011), National Plant Protection
Event (NPV) (2011 dan 2012), Semarak Pertanian (2012), Seri-A (2012).
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET MILIK
RAKYAT DI JAMBI
TRI UTAMI NINGSIH
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Tri Utami Ningsih
NIM A34100047
ABSTRAK
TRI UTAMI NINGSIH. Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi. Dibimbing oleh IDHAM SAKTI
HARAHAP.
Kelapa sawit dan karet merupakan komoditas potensial untuk perdagangan
internasional dan sumber devisa bagi Indonesia. Komoditas perkebunan tersebut
sering diserang oleh rayap. Keanekaragaman spesies rayap di dua perkebunan
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui keanekaragaman spesies rayap pada perkebunan kelapa sawit dan
karet serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan pada
perkebunan kelapa sawit dan karet yang masing-masing terdiri dari 4 plot di
Kabupaten Sarolangun, Jambi. Setiap plot berukuran 50 m x 50 m, transek (50 m
x 10 m) dilakukan di bagian tengah plot dengan mengoleksi rayap yang
ditemukan. Selain itu, umpan kayu yang terbuat dari kayu karet dipasang pada
subplot, kemudian rayap yang ditemukan menyerang umpan kayu tersebut
dikoleksi. Hasil yang diperoleh yaitu indeks keanekaragaman rayap lebih tinggi
pada kebun karet dibandingkan kebun kelapa sawit. Hal yang mempengaruhi
keanekaragaman rayap adalah persentase naungan dan tipe vegetasi penutup
tanah. Spesies yang ditemukan pada kelapa sawit berjumlah 9 spesies diantaranya
C. mohri, M. gilvus, M. insperatus, N. longinasoides, N. proatripennis, P. setiger,
S. javanicus, S. medioobscurus dan T. propinquus. Sedangkan spesies yang
ditemukan pada karet berjumlah 12 spesies diantaranya B. flavicans, C. mohri, H.
hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N. javanicus, P. aequalis, P. setiger,
S. longirostris, S. medioobscurus, S. tarakensis dan T. propinquus.
Kata kunci: Indeks keanekaragaman, tipe habitat, transek, umpan kayu.
ABSTRACT
TRI UTAMI NINGSIH. Diversity of Termite Species on Oil Palm and Rubber
Plantation in Jambi. Supervised by IDHAM SAKTI HARAHAP.
Oil palm and rubber are potential commodities for international trade and
source of income for Indonesia. In the field, these commodities frequently
attacked by termites. The diversity of termite species in those two plantation can
be influenced by many factors. The aim of this research was to asses the diversity
of termites species in oil palm and rubber plantations and factor affecting.
Research was conducted on 4 plots (50 m x 50 m) on each plantation in
Kabupaten Sarolangun, Jambi. Transects (50 m x 10 m) were set in the midlle of
the plots and termite found were collected and identified. In addition, wooden
stakes made of rubber wood were driven into the ground inside the subplots and
termites attacked those wooden stakes were also collected. The result showed
that diversity index were higher on rubber plantation than oil palm. Canopy
coverage and type of vegetation affect the diversity of termite. Termite species
found on oil palm were to 9 species: C. mohri, M. gilvus, M. insperatus, N.
longinasoides, N. proatripennis, P. setiger, S. javanicus, S. medioobscurus and T.
propinquus. Meanwhile termite species found on rubber plantation were 12
species: B. flavicans, C. mohri, H. hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N.
javanicus, P. aequalis, P. setiger, S. longirostris, S. medioobscurus, S. tarakensis
and T. propinquus.
Key word : Diversity index, habitat type, transect, wooden stakes.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
KEANEKARAGAMAN SPESIES RAYAP PADA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET MILIK
RAKYAT DI JAMBI
TRI UTAMI NINGSIH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Usulan
: Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa
Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi
Nama Mahasiswa : Tri Utami Ningsih
NIM
: A34100047
Disetujui oleh
Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi
Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Spesies Rayap pada
Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi”. Skripsi ini dibuat
untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk memenuhi gelar Sarjana
Pertanian di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Proteksi
Tanaman.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibunda Suwarsih, Ayahanda
Ubaidillah, A Heri, A Yudi, Mba Mega, Mba Rini dan keluarga yang selalu
memberikan doa, dukungan serta motivasi kepada penulis. Kepada Dr. Ir. Idham
Sakti Harahap, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
banyak ilmu, pengetahuan, saran, dan motivasi. Kepada Dr. Ir. Supramana, MSi
selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji tamu yang telah
memberikan banyak motivasi dan saran terhadap penulis. Kepada Prof. Dr. Ir.
Damayanti Buchori, Msc dan Dr. Ir Akhmad Rizali, Msi yang selalu memberikan
banyak motivasi dan saran selama penelitian. Ucapan terimakasih juga penulis
ucapkan kepada beasiswa BIDIK MISI yang telah membiayai seluruh biaya
perkuliahan. Kepada Ka Ria, Azru, Lena, Deri, Ka Bayu, Ka Huda dan Ka Fahmi
yang telah membantu selama penelitian di Jambi. Kepada Bu Adha, Bu Aisyah,
Ka nadzir, Mba Ratna, Supriyanto, KC dan teman-teman proteksi tanaman
angkatan 47 yang telah membantu dan memberikan semangat selama penelitian
dan penulisan tugas akhir ini.
Semoga kebaikan dan perhatian yang telah diberikan memperoleh balasan
yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap karya ini dapat bermanfaat.
Bogor, September 2014
Tri Utami Ningsih
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Penentuan Plot Penelitian
Pengambilan Sampel Rayap
Transek Rayap
Pemasangan Umpan kayu
Identifikasi Rayap
Pengamatan Tipe Habitat
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Spesies Rayap di Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet
Indeks Keanekaragaman Rayap
Keanekaragaman Spesies Rayap yang diperoleh dengan Metode
Pemasangan Umpan Kayu
Hubungan Keanekaragaman Rayap dengan Beberapa Tipe Habitat
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
viii
1
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
6
7
8
9
10
12
13
15
20
DAFTAR TABEL
1
2
Nilai indeks keanekaragaman rayap
Spesies rayap yang menyerang umpan kayu dan persentase
kerusakannya
4
5
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Plot pengamatan, area transek dan pola penempatan subplot untuk
pengamatan rayap
Transek rayap pada mikrosite-nya, (a) permukaan tanah dan serasah,
(b) pohon yang tumbang dan (c) pohon dengan ketinggian ± 1 m.
(a) Cara pemasangan umpan kayu, (b) pengumpanan di lapang
Rayap yang ditemukan dari famili Termitidae (a) C. mohri, (b) P.
setiger, (c) T. propinquus, (d) M. gilvus (minor), (e) M. insperatus, (f)
B. flavicans, (g) H. hospitalis, (h) N. longinasoides, (i) N.
proatripennis, (j) N. javanicus
Rayap yang ditemukan dari famili Rhinotemitidae (a) P. aequalis, (b)
S. javanicus (minor), (c) S. longirostris (minor), (d) S. medioobscurus
(minor), (e) S. tarakensis (minor)
Hubungan persentase naungan dengan jumlah prajurit rayap yang
ditemukan
Diagram venn keanekaragam rayap dan gulma yang ditemukan pada
perkebunan kelapa sawit dan karet
3
4
4
7
8
10
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan alam semakin berkurang luas lahannya, salah satunya akibat
pembukaan lahan untuk pemukiman dan pertanian. Lahan hutan banyak yang
dialihgunakan oleh masyarakat diantaranya yaitu menjadi kebun kelapa sawit dan
kebun karet. Kelapa sawit dan karet merupakan komoditi perkebunan potensial
yang menjadi sumber devisa negara. Menurut kategori luas areal perkebunan
rakyat, komoditi kelapa sawit lebih mendominasi dibandingkan dengan komoditi
karet (BPS 2013). Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil bahan
baku minyak goreng, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Tanaman
karet merupakan tanaman penghasil lateks yang digunakan untuk bahan baku
industri. Komoditi perkebunan kelapa sawit dan karet yang ditanam secara
monokultur tentunya memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda.
Rayap (Blattodea : Termitoidea) (Inward et al 2007) merupakan salah satu
serangga yang sering ditemukan menyerang komoditas perkebunan. Rayap
merupakan serangga berukuran kecil yang hidup dalam kelompok-kelompok
sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Kasta rayap terbagi
menjadi 3 kasta yaitu kasta prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduktif (Borror et
al 1996). Setiap kasta rayap memiliki tugas yang berbeda-beda dalam koloninya.
Kasta reproduktif pada rayap merupakan individu-individu seksual yang terdiri
dari betina (Ratu) yang bertugas bertelur dan jantan (Raja) yang bertugas
membuahi betina. Kasta prajurit mempunyai ciri khas tidak kawin, mata tereduksi,
dan tugasnya hanya mempertahankan atau melindungi koloni jika terjadi serangan
dari musuh. Kasta ini dicirikan dengan berkembangnya mandibel yang maju ke
depan yang biasa digunakan untuk menyerang musuh alaminya. Kasta pekerja
memiliki persentase jumlah rayap pekerja tidak kurang dari 80% pada suatu
koloni (Supriana 1994). Rayap kasta pekerja memiliki tugas mencari makanan
untuk ratu rayap, membuat sarang dan memindahkan makanan saat sarang
terancam, serta melindungi dan memelihara ratu rayap. Nandika et al (2003)
menyatakan bahwa kasta pekerja pula yang memperbaiki sarang bila terjadi
kerusakan. Serangga ini memiliki keragaman jenis dan populasi yang tinggi.
Telah tercatat lebih dari 2000 jenis rayap yang tersebar di dunia dan hampir 10%
dari keseluruhan rayap di dunia ditemukan di Indonesia yaitu 200 jenis yang
terdiri dari 3 famili (Kalotermitidae, Rhinotermitidae, Termitidae) (Prasetyo
2005). Secara umum makanan rayap adalah semua bahan yang mengandung
selulosa seperti kayu atau tanaman yang mati (Nandika 2003). Lahan perkebunan
kelapa sawit dan karet berpotensi menjadi habitat rayap.
Nandika (2014) menyatakan bahwa serangan rayap tanah terhadap tanaman
kelapa sawit terutama terjadi di areal kebun sawit baru yang lahannya semula
merupakan hutan primer atau hutan sekunder. Spesies rayap yang berpotensi
menjadi hama pada kelapa sawit yaitu Coptotermes curvignathus, Macrotermes
gilvus, Capritermes mohri, Schedorhinotermes javanicus dan Nasutitermes
javanicus. Handru (2012) menyebutkan pada perkebunan kelapa sawit di Solok
Selatan terdapat rayap Termes rostratus dan Procapritermes sp. Penelitian pada
pertanaman karet di Bukit Batu, Riau menemukan 8 spesies rayap (Saputra et al.
2013). Penelitian yang telah dilakukan menunjukan terdapat keanekaragaman
2
spesies rayap yang berbeda-beda. Jones et al (2003) menyebutkan bahwa tipe dan
intensitas penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman dan
biomassa rayap. Sebagian kecil spesies rayap dikenal sebagai hama tanaman yang
dapat menyebabkan kerusakan dan merugikan secara ekonomis (Kalsholven
1981). Penelitian mengenai keanekaragaman rayap pada perkebunan kelapa sawit
dan perkebunan karet di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi belum banyak
dilaporkan, oleh karena itu penelitian ini dilakukan.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman spesies
rayap pada perkebunan kelapa sawit dan karet serta mengetahui faktor yang
mempengaruhinya.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
keanekaragaman spesies rayap yang ada pada perkebunan kelapa sawit dan karet.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perkebunan kelapa sawit dan karet milik rakyat
yang terletak di Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Plot
penelitian yang digunakan merupakan plot penelitian milik CRC 990
(Colaboration Research Program) yaitu lembaga penelitian kerjasama antara IPB,
Universitas Jambi, Universitas Tadulako dan Universitas Goettingen- Jerman.
Identifikasi spesies rayap dilaksanakan di Laboratorium Biosistematika Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini berlangsung mulai bulan Februari sampai Juli 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alkohol 70%. Alat-alat
yang digunakan dalam penelitian adalah tabung film, mikroskop stereo, cawan
petri, kamera digital dan buku identifikasi.
Metode Penelitian
Penentuan Plot Penelitian
Pada masing-masing lahan pengamatan yaitu kelapa sawit (KS) dan Karet
(KR) terdapat 4 plot pengamatan yang berada di daerah berbeda. Ukuran setiap
plot yaitu 50 m x 50 m. Pada setiap plot terdapat 5 subplot dengan pola yang sama
pada setiap plotnya. Subplot diberi nama sesuai abjad (a, b, c, d, e). Pada setiap
plot terdapat area transek berukuran 50 m x 10 m (Gambar 1).
Gambar 1 Plot pengamatan, area transek dan pola penempatan subplot untuk
pengamatan rayap
Pengambilan Sampel Rayap
Transek rayap. Metode yang digunakan untuk mengamati keberadaan
rayap yaitu metode transect surveys (Jones dan Eggleton 2000). Pada area transek
4
dilakukan pengamatan, pencarian rayap secara manual dan pengoleksian terhadap
rayap yang ditemukan pada mikrosite-nya. Mikrosite yang dieksplorasi adalah
bagian permukaan tanah, serasah, batang kayu, dan pohon (Gambar 2).
a
b
c
Gambar 2 Transek rayap pada mikrosite-nya, (a) permukaan tanah dan serasah,
(b) pohon yang tumbang dan (c) pohon dengan ketinggian ± 1 m
Pemasangan umpan kayu. Kayu yang digunakan sebagai umpan dibuat
dari kayu karet (Nandika 2014) dengan ukuran 3 cm x 3 cm x 50 cm. Pemasangan
umpan kayu dilakukan pada masing-masing subplot sebanyak 2 kayu. Cara
pemasangan umpan kayu yaitu dibenamkan secara vertikal kedalam tanah dengan
perkiraan 1/2 bagian berada dipermukaan tanah dan 1/2 berada didalam tanah
(Gambar 3).
Kayu umpan
Permukaan
tanah
50 cm
½
bagian
½ bagian
3cm
3cm
a
b
Gambar 3 (a) Cara pemasangan umpan kay, (b) pengumpanan di lapang
Pengamatan terhadap umpan kayu dilakukan setelah 4 minggu kayu ditanam
dengan mengoleksi rayap yang menyerang umpan kayu dan menghitung
5
persentase kerusakan umpan kayu. Rayap yang sudah diperoleh dari transek dan
pemasangan umpan kayu dimasukkan ke dalam botol film yang berisi alkohol
70%, kemudian dilakukan pemilahan dan diberi label pembeda yaitu tanggal dan
lokasi pengambilan.
Identifikasi Rayap
Identifikasi rayap dilakukan pada kasta prajurit. Kasta prajurit mempunyai
karakteristik pembeda yaitu bentuk dan ukuran mandibel dan kepala. Rata-rata
bentuk mandibel antar spesies berbeda.
Langkah awal yang dilakukan dalam melakukan identifikasi secara umum
untuk mengetahui jenis-jenis rayap yaitu berdasarkan kriteria ukuran tubuh rayap
kasta prajurit, kemudian melihat bentuk mandibel pada kasta prajurit. Hasil
koleksi rayap dari lapang diidentifikasi dari tingkat famili sampai tingkat spesies
menggunakan kunci identifikasi Ahmad (1959), Tho (1992) dan Syaukani (2006).
Pengamatan Tipe Habitat
Parameter tipe habitat yang diamati yaitu persentase naungan dan tipe
vegetasi penutup tanah. Persentasi naungan diamati dengan cara mengamati tajuk
pohon yang menutupi lokasi pengamatan rayap dengan memberikan persen
penutupan tajuk dengan persentase rendah (0-25%), sedang (26-50%), tinggi (5175%), dan sangat tinggi (76-100%) (Mubin 2013). Sedangkan tipe vegetasi
penutup tanah diamati pada lokasi transek rayap kemudian diidentifikasi dan
dilihat dominansinya.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan perhitungan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran 1988) yang menitik beratkan pada
kekayaan spesies (richness) dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
∑
H = indeks Shannon Wiener
pi = proporsi spesies rayap ke i dalam komunitas
Pengolahan data menggunakan program R Statistics versi 3.0.2 dan hasil
analisis data disajikan dalam bentuk grafik dan tabel yang diolah dengan
menggunakan program Microsoft excel 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Spesies Rayap di Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet
Berdasarkan hasil identifikasi rayap yang ditemukan pada kedua lahan
dengan komoditas yang berbeda diperoleh 15 spesies, 10 genus dari 4 subfamili
yang diklasifikasikkan kedalam 2 famili rayap yaitu famili Termitidae dan
Rhinotermitidae. Spesies rayap yang ditemukan dari famili Termitidae subfamili
Termitinae yaitu Capritermes mohri, Procapritermes setiger dan Termes
propinquus; subfamili Macrotermitinae terdiri dari Macrotermes gilvus dan
Microtermes insperatus; sedangkan subfamili Nasutitermitinae terdiri dari
Bulbitermes flavicans, Hospitalitermes hospitalis, Nasutitermes longinasoides, N.
proatripennis dan N. javanicus (Gambar 4). Famili Termitidae merupakan
kelompok rayap tingkat tinggi yang mempunyai jumlah 75% dari jumlah spesies
rayap yang dikenal di dunia (Tho 1992).
a
d
g
2 mm
b
2 mm
2 mm
e
h
j
2 mm
2 mm
2 mm
c
f
i
2 mm
2 mm
2 mm
2 mm
Gambar 4 Rayap yang ditemukan dari famili Termitidae (a) C. mohri, (b) P.
setiger, (c) T. propinquus, (d) M. gilvus (minor), (e) M. insperatus,
(f) B. flavicans (g) H. hospitalis, (h) N. longinasoides, (i) N.
proatripennis, (j) N. javanicus
Rayap famili Rhinotermitidae yang ditemukan pada penelitian ini yaitu
subfamili Rhinotermitinae yang terdiri dari 5 spesies diantaranya Parrhinotermes
aequalis, Schedorhinotermes javanicus, S. longirostris, S. medioobscurus dan S.
7
tarakensis (Gambar 5). Famili Rhinotermitidae termasuk rayap tingkat rendah
yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan rayap tingkat tinggi.
a
2 mm
2 mm
b
2 mm
d
c
2 mm
2 mm
e
Gambar 5 Rayap yang ditemukan dari famili Rhinotemitidae (a) P. aequalis, (b)
S. javanicus (minor), (c) S. longirostris (minor), (d) S. medioobscurus
(minor), (e) S. tarakensis (minor)
Spesies rayap yang ditemukan merupakan hasil dari dua metode
pengambilan rayap di lapangan yaitu transek survei dan pemasangan umpan kayu.
Rayap famili Termitidae lebih mendominasi dibandingkan rayap Rhinotermitidae
yaitu 10 spesies berbanding 5 spesies. Berdasarkan lokasi bersarangnya famili
Termitidae merupakan jenis rayap yang bersarang di dalam tanah terutama yang
berdekatan dengan bahan organik yang mengandung selulosa (Tarumingkeng
1971). Famili Rhinotermitidae merupakan jenis rayap yang umumnya hidup di
dalam tanah yang banyak mengandung senyawa organik seperti kayu yang telah
mati atau membusuk.
Indeks Keanekaragaman Rayap
Perbedaan tipe lahan pada umumnya mempengaruhi tingkat
keanekaragaman spesies rayap. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener pada kedua tipe lahan pengamatan diperoleh nilai
keanekaragaman rayap lebih tinggi pada lahan karet (H=2.18), dibandingkan
nilai keanekaragaman rayap di plot lahan kelapa sawit (H=1.81) (Tabel 1). Hal ini
menunjukan bahwa perbedaan struktur jenis pertanaman dapat mempengaruhi
keanekaragaman jenis rayap yang ditemukan.
Tabel 1 Nilai indeks keanekaragaman rayap
Tipe lahan dan plot Amatan
Kelapa Sawit
Karet
Nilai keanekaragaman rayap
Subfamili
4
4
Genus
7
9
Spesies
9
12
H
1.81
2.18
Pada tabel nilai indeks keanekaragaman rayap (Tabel 1) terlihat bahwa pada
plot penelitian karet spesies rayap yang ditemukan lebih banyak, dibandingkan
8
dengan spesies rayap yang ditemukan pada lahan kelapa sawit. Pada lahan karet
spesies rayap yang ditemukan yaitu sebanyak 12 spesies yang terdiri dari B.
flavicans, C. mohri, H. hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N. javanicus,
P. setiger, T. propinquus, P. aequalis, S. longirostris, S. medioobscurus dan S.
tarakensis. Hasil identifikasi spesies rayap yang ditemukan berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Saputra et al. (2013) pada pertanaman karet di Bukit
Batu, Riau yang hanya menemukan 8 spesies. Sedangkan pada perkebunan kelapa
sawit ditemukan 9 spesies diantaranya C. Mohri, M. gilvus, M. insperatus, N.
longinasoides, N. proatripennis, P. Setiger, T. Propinquus S. Javanicus, dan S.
medioobscurus. Berbeda dengan penelitian Purnashari et al. (2013) yang hanya
menemukan 3 spesies rayap pada pertanaman kelapa sawit di Bukit Batu, Riau
yang terdiri dari P. inaequalis, S. sarawakensis dan C. curvignathus. Spesies
rayap yang ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukan
bahwa spesies yang ditemukan pada lahan karet lebih banyak dibandingkan pada
lahan kelapa sawit.
Keanekaragaman Spesies Rayap yang diperoleh dengan Metode Pemasangan
Umpan Kayu
Spesies rayap yang ditemukan menyerang umpan kayu di lahan karet lebih
banyak dibandingkan pada lahan kelapa sawit. Pada lahan kelapa sawit umpan
kayu diserang oleh rayap S. medioobscurus, S. longirostris, dan S. tarakensis.
Umpan kayu yang dipasang pada lahan karet diserang oleh 4 spesies rayap dimana
3 spesies rayap diantaranya sama dengan rayap yang menyerang umpan kayu di
lahan kelapa sawit dan satu spesies dari subfamili Nasutitermitinae yaitu B.
flavicans (Tabel 2). Berbeda dengan penelitian (Kahar 2012) yang memasang
umpan kayu di areal perkebunan kelapa sawit di Bogor ditemukan 3 spesies yang
menyerang umpan kayu yaitu M. gilvus, C. curvignathus dan N. javanicus. Rayap
dari famili Rhinotermitidae mendominasi serangan pada umpan kayu, hal ini
terjadi karena famili ini memiliki habitat di dalam tanah atau di dalam kayu mati
(Collins 1984). Sedangkan B. flavicans yang berasal dari famili Termitidae
ditemukan hanya menyerang umpan kayu yang dipasang pada lahan karet.
Persentase kerusakan paling tinggi (22.28 %) pada umpan kayu yang diamati
setelah 4 minggu umpan kayu dipasang disebabkan oleh S. medioobscurus.
Menurut Nandika (2014) rayap ini merupakan jenis rayap yang luas
penyebarannya, sebab bisa hidup sampe ketinggian 1000 m dari permukaan laut.
Tabel 2 Spesies rayap yang menyerang umpan kayu dan persentase kerusakannya
Persentase kerusakan
Tipe lahan
Spesies rayap
umpan kayu (%)
Kelapa sawit
S. medioobscurus
5
S. longirostris
10
S. tarakensis
5
Karet
S. medioobscurus
S. longirostris
S. tarakensis
B. flavicans
22.28
10
5
15
9
Hubungan Keanekaragaman Rayap dengan beberapa Tipe Habitat
Setiap spesies rayap mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Aktivitas
rayap sangat tergantung pada habitat yang ditempatinya karena perilaku dasar
rayap dalam mencari makan untuk koloninya. Keberadaan rayap juga dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu seperti tipe vegetasi gulma dan persentase
tajuk pohon sebagai naungan (Mubin 2013). Pengamatan di lapangan menunjukan
bahwa banyaknya cahaya yang masuk pada kebun kelapa sawit lebih banyak, hal
ini karena persentase penutupan tajuk di kebun kelapa sawit tidak sangat tinggi.
Sedangkan cahaya matahari yang masuk pada kebun karet tidak begitu banyak
sehingga keadaan di kebun karet lebih sejuk dibandingkan dengan kebun kelapa
sawit. Hasil penelitian menujukan bahwa semakin tinggi persentase naungan
maka semakin banyak jenis rayap yang ditemukan.
140
Jumlah prajurit rayap
120
100
80
60
40
20
0
0-25
26-50
51-75
Persentase naungan (%)
Bulbitermes flavicans
Hospitalitermes hospitalis
Microtermes insperatus
Nasutitermes proatripennis
Parrhinotermes aequalis
Schedorhinotermes javanicus
Schedorhinotermes medioobscurus
Termes propinquus
76-100
Capritermes mohri
Macrotermes gilvus
Nasutitermes longinasoides
Nasutitermes javanicus
Procapritermes setiger
Schedorhinotermes longirostris
Schedorhinotermes tarakensis
Gambar 6 Hubungan persentase naungan dengan prajurit rayap yang ditemukan
Jenis rayap yang ditemukan sebagian besar berada pada lokasi dengan
tingkat persentase naungan 76-100% atau termasuk tingkat naungan yang sangat
tinggi (Gambar 6). Spesies rayap yang ditemukan dibawah naungan dengan
kisaran sangat tinggi yaitu sebanyak 12 spesies sedangkan pada tingkat naungan
tinggi (51-75%) ditemukan 9 spesies rayap. Persentase naungan berpengaruh
terhadap keanekaragaman jenis spesies rayap yang ditemukan. Variasi dalam
pencahayaan dapat mempengaruhi sebaran spesies rayap dalam sebuah habitat
(Bignel dan Eggleton 2000). Tutupan tajuk tanaman mempengaruhi iklim mikro,
ketersediaan sumber makanan dan mikrohabitat yang diperlukan oleh rayap tanah
10
(Donovan et al. 2007). Jumlah individu prajurit yang ditemukan pada persentase
naungan yang sangat tinggi didominansi oleh C. mohri sedangkan pada persentase
naungan yang tinggi didominansi oleh T. propinquus. Jumlah individu rayap yang
ditemukan tidak stabil pada persentase naungan tinggi maupun pada persentase
naungan sangat tinggi. Tempat terbuka dimana sinar matahari langsung
menembus permukaan tanah pada tengah hari hingga awal sore hari ketika suhu
berada pada puncaknya, rayap sering berada dibawah tanah atau berada di dalam
sarang akan tetapi rayap tetap dapat berada di permukaan tanah bila terdapat
naungan yang besar yang menciptakan suhu optimum. Naungan dengan dimensi
yang besar paling menarik bagi rayap karena dapat menciptakan suhu dan
kelembaban yang baik. Rayap pada umumnya menyukai tempat yang lembab
untuk dijadikan sarang. Rayap biasanya membuat sarang pada naungan yang luas
karena cahaya matahari tidak langsung menyinari lahan atau tanah. Sedikitnya
cahaya matahari yang masuk mengakibatkan suhu dalam tanah tetap lembab dan
umumnya rayap menyukai tempat tersebut untuk mencari makan atau untuk
dijadikan sarang. Semakin besar persentase naungan yang menutupi lahan maka
semakin banyak terdapat keanekaragaman rayap yang terdapat didalamnya.
KS
KR
Rayap
M. gilvus
N. longinasoides
S. javanicus
Rayap
C. mohri
M. insperatus
N. proatripennis
P. setiger
S. medioobscurus
T. propinquus
Centotheca lappacea
Gulma
Ageratum conyzoides
Clidemia hirta
Asystasia intrusa
Cyclosorus aridus
Axonopus compressus
Gleichenia linearis
Borreria alata
Chromolaena odorata
Clibadium surinamenses
B. flavicans
H. hospitalis
N. javanicus
P. aequalis
S. longirostris
S. tarakensis
Gulma
Digitaria adscendens
Imperata cylindrica
Ottochloa nodosa
Gambar 7 Diagram venn keanekaragaman rayap dan gulma pada pertanaman
kelapa sawit dan karet
Jenis vegetasi gulma yang tumbuh pada kebun kelapa sawit lebih beragam
apabila dibandingkan dengan vegetasi gulma yang tumbuh di kebun karet
(Gambar 7), namun keanekaragaman rayap yang ditemukan tidak berbanding
lurus dengan banyaknya jenis gulma. Hal ini dapat dipengaruhi oleh dominansi
vegetasi gulma yang tumbuh pada plot pengamatan. Pada kebun kelapa sawit
dominansi gulma yang tumbuh berasal dari daun lebar dan rumput-rumputan,
sedangkan dominansi vegetasi gulma pada kebun karet berasal dari jenis daun
11
lebar yaitu paku-pakuan. Gulma jenis paku-pakuan yang terdapat pada salah satu
plot kebun karet berjumlah sangat banyak sehingga menutupi hampir seluruh
permukaan tanah pada plot tersebut. Kondisi habitat seperti ini dapat berpengaruh
terhadap banyaknya jenis rayap yang ditemukan. Selain itu kondisi habitat
disekitar plot penelitian juga dapat mempengaruhi seperti jumlah serasah. Plotplot pada tipe penggunaan lahan kebun karet permukaan tanah lebih banyak
ditutupi oleh serasah dibandingkan dengan vegetasi gulma. Serasah yang banyak
pada perkebunan karet dapat menjadi sumber makanan bagi rayap.
Gulma berperan sebagai vegetasi penutup tanah. Perbedaan struktur vegetasi
penutup tanah berpengaruh terhadap kenekaragaman jenis rayap. Vegetasi
penutup tanah akan membuat iklim mikro yang lebih stabil di atas tanah, sehingga
kelembaban tetap terjaga. Rayap menyukai kondisi habitat yang suhu dan
kelembabannya stabil jika dibandingkan dengan kondisi lahan terbuka dengan
iklim mikro ekstrim yang akan mempengaruhi mikrohabitat di sekitarnya (Mubin
2013). Perilaku masing-masing rayap berbeda-beda dalam mencari makan dan
membuat sarang sehingga tidak semua subfamili rayap dapat beradaptasi dengan
baik dengan jenis-jenis gulma yang tumbuh pada habitatnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Nilai indeks keanekaragaman rayap yang diperoleh pada perkebunan karet
lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa sawit. Hal yang mempenaruhi
kenaekragaman rayap yaitu persentase naungan dan tipe vegetasi penutup tanah.
Keanekaragaman rayap yang diperoleh dari kebun karet yaitu 12 spesies rayap
diantaranya B. flavicans, C. mohri, H. Hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis,
N. javanicus, P. aequalis, P. setiger, S. longirostris, S. medioobscurus, S.
tarakensis dan T. propinquus. Sedangkan pada kebun kelapa sawit diperoleh 9
spesies yang terdiri dari C. mohri, M. gilvus, M. insperatus, N. longinasoides, N.
proatripennis, P. setiger, S. javanicus, S. medioobscurus, dan T. propinquus.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menghitung bobot serasah
pada setiap plot untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keanekaragaman rayap.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad M. 1959. Key to the Indomalayan Termites. Lahore (PK): University of
the Punjabi.
Borror DJ, Triphelehorn A, Johnson NF. 1996. Pengenalan Serangga.
Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Ed ke-6.
Yogyakarta (ID): UGM Press. Terjemahan dari: An Intoduction to The Study
of Insects.
Bignell DE, P Eggleton P. 2000. Termites in Ecosystems dalam Abe, T., M.
Higashi & D.E. Bignell (eds.). Termites: Evolution, Sociality, Symbioses,
Ecology. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht. Hal. 363-387.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi perkebunan rakyat menurut jenis
tanaman 2000-2012 [Internet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia: [diunduh 2014 Mei 23]. Tersedia pada:http://bps.go.id/tab_sub/
view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=54¬ab=6
Collins NM. 1984. The Termite (Isoptera) of The Gunung Mulu National Park,
with a Key to The Genera from Sarawak. Sarawak Museum Journal 30: 6587.
Donovan SE, Griffiths GJK, Homathevi R, Winder L. 2007. The Spatial Pattern
of Soil-dwelling Termites in Primary and Logged Forest in Sabah,
Malaysia. Ecological Entomology 32: 1-10.
Handru A, Herwina H, Dahelmi. 2012. Jenis-jenis rayap (Isoptera) di kawasan
hutan Bukit Tengah Pulau dan areal Perkebunan Kelapa Sawit, Solok
Selatan. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 1 (1): 69-77.
Inward D, Beccaloni G, Eggleton P. 2007. Death of an order: a comprehensive
molecular phylogenetic study confirms that termites are eusosial
cockroaches. Biol Lett. 3:331-335.
Jones DT, Eggleton P. 2000. Sampling termite assemblages in tropical forest:
testing a rapid biodiversity assessment protocol. J Appl Ecol 37: 191-203.
Jones DT, Susilo FX, Bignell DE, Hardiwinoto S, Gillison AN, Eggleton P. 2003.
Termites assemblage collapse along a land-use intensification gradient in
lowland central Sumatra, Indonesia. J App Ecol. 40: 380-391.
Kahar TP. 2012. Identifikasi dan sebaran jenis rayap tanah di PTPN VIII unit
Cikasungka, Cigudeg, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID) : Ichtiar Baruvan Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New Jersey (US):
Princeton University Press.
Mubin N. 2013. Keanekaragaman spesies rayap dan bakteri simbionnya: studi
kasus di kampus IPB Dramaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nandika D. 2014. Rayap Hama Baru di Kebun Kelapa Sawit. Bogor (ID):
SEAMEO BIOTROP.
Prasetyo KW, Yusuf S. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah
Lingkungan dan Kimiawi. Jakarta (ID): PT AgroMedia Puataka.
14
Purnasari T, Muhammad A, Salbiah D. 2003. Keanekaragaman dan biomassa
rayap tanah di kebun kelapa sawit dan kebun pekarangan pada lahan gambut
di kawasan Bukit Batu, Riau [Internet]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau:
[diunduh 2014 Mei 23]. Tersedia pada http://repository.unri.ac.id/
Saputra A, Muhammad A, Yus Y. 2013. Keanekaragaman dan biomassa rayap
tanah di dua sistem budidaya karet pada lahan gambut di kawasan Bukit
Batu, Riau [Internet]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau: [diunduh 2014 Mei
23]. Tersedia pada http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/12345
6789/4093/KARYA%20ILMIAH%20ANDI%20SAPUTRA.pdf?sequence1
Supriana E. 1994. Perilaku Rayap. Bogor (ID) : Badan Pengembangan dan
Penelitian Kehutanan.
Syaukani. 2006. A Guide to the Nasus Termites (Nasutitermitinae, Termitidae) of
Kerinci Seblat National Park Sumatra. Yogyakarta (ID): Mitra Barokah
Abadi.
Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan Pengendalian Rayap Perusak Kayu
Indonesia. Bogor (ID): LPPK.
Tho YP. 1992. Termite of Peninsular Malaysia. Kepong, Kuala Lumpur (MY):
Malaya Forest Records.
LAMPIRAN
16
Lampiran 1 Jenis-jenis rayap dari lapangan dan deskripsinya berdasarkan kunci
identifikasi
No
Rayap yang ditemukan
Deskripsi
1A
Kepala berwarna coklat kemerahan,sedikit
L1
berambut; fontanel yang berbeda, yang terletak
2 mm
di ujung kepala; antena dengan 17 ruas, ruas
L2
antena ketiga dan setengah kali panjang ruas
antena kedua; panjang kepala dengan mandibel
4.81-5.48 mm; panjang kepala tanpa mandibel
L3
3.46–3.65 mm; lebar kepala 2.30-2.68 mm.
M. gilvus Hagen (prajurit mayor)
L1 ± 5,39 mm
L2 ± 3,89 mm
L3 ± 3,5 mm
1B
L3
L2
L1
L1 ± 3,13 mm
L2 ± 1,86 mm
2mm
L3 ± 1,77 mm
2
L3
L2
L1
L1 ± 1,25 mm
L2 ± 0,75 mm
2 mm
L3 ± 0,91 mm
3
L1
L2
L3
L1 ± 3,51 mm
L2 ± 1,64 mm
1 mm
L3 ± 0,97 mm
4
L3
L2
L1
L1 ±3,41 mm
L2 ± 1,45 mm
1 mm
L3 ±1,11 mm
Bagian ujung labrum pendek; ruas antena
ketiga lebih panjang daripada ruas kedua, sama
panjang dengan ruas keempat; panjang kepala
dengan mandibel 3.07-3.43 mm; panjang
kepala tanpa mandibel 2.08-2.29 mm; lebar
kepala 1.52-1.62 mm.
M. gilvus Hagen (prajurit minor)
Mandibel dengan denticle; kepala berbentuk
membulat; berwarna kekuningan; sedikit
berambut (jarang); antena 14 ruas; labrum
berbentuk lidah; denticle pada mandibel berada
sedikit di depan tengah, posisi denticle pada
mandibel kiri sedikit lebih di depan daripada
mandibel kanan; panjang kepala dengan
mandibel 1.14-1.52 mm; tanpa mandibel 0.800.95 mm; lebar kepala 0.78-0.91 mm.
M. insperatus Kemner
Panjang kepala dengan mandibel 3.34 mm;
tanpa mandibel 1.60-1.69 mm; kepala
berwarna kuning; sedikit berbulu; fontanelle
terlihat; antena 14 ruas, panjang ruas kedua
sama dengan ruas ketiga, ruas keempat agak
lebih pendek; pronotum sedikit menorehkan
anterior; lebar kepala 0.88-0.93 mm.
P. setiger Haviland
Sudut anterolateral labrum tidak jelas, kepala
dengan rambut yang menyebar; antena 14 ruas;
batas anterior labrum agak cembung; mandibel
dengan titik di bagian ujung; panjang kepala
dengan mandibel 3.36-3.65 mm; tanpa
mandibel 1.84-2.08 mm; lebar kepala 1.16 1.23 mm.
C. mohri Kemner
17
5
L3
L2
L1
L1 ± 2,20 mm
L2 ± 1,11 mm
1 mm
L3 ± 0,77 mm
6
L3
L2
L1
L1 ± 1,27 mm
L2 ± 0,88 mm
1 mm
L3 ± 0,44 mm
7
L1
L2
L3
L1 ± 1,72 mm
L2 ± 1,12 mm
1 mm
L3 ± 0,59 mm
8
L1
L2
L1 ± 1,96 mm
L2 ± 1,17 mm
1 mm
L3
L3 ± 1,22 mm
Rasio panjang kapsul kepala dengan lebar
kepala 1.75 mm; kepala berbentuk silinder,
berwarna kuning muda; ruas ketiga antena
sedikit lebih pendek dari ruas kedua, ruas
terpendek yaitu ruas keempat; panjang kepala
dengan mandibel 2.28 mm; tanpa mandibel
1.33 mm; lebar kepala 0.76 mm.
T. propinquus Holmgren
Kepala berwarna coklat kemerahan, rostrum
berwarna coklat dengan ujung coklat muda
kemerahan; pada bagian belakang antena
kepala sedikit mengerut; rostrum pendek,
kurang dari setengah panjang kepala; antena
berwarna coklat kekuningan, antena dengan 12
ruas; panjang kepala dengan rostrum 1.22-1.40
mm; tanpa rostrum 0.97-1.00 mm; lebar kepala
0.75-0.84 mm.
B. flavicans Holmgren
Kepala berwarna coklat tua sampai hitam;
antena berwarna lebih pucat dari kepala;
tampak dari bagian dorsal kepala sangat
mengerut di belakang antena menuju ke dasar
rostrum; Panjang rostrum lebih dari setengah
panjang kepala; antena dengan 14 ruas;
panjang kepala dengan rostrum 1.75-1.80 mm;
tanpa rostrum 1.10-1.15 mm; lebar kepala
maksimum 1.12-1.15.
H. hospitalis Haviland
Kepala berwarna coklat kekuningan, rostrum
berwarna lebih gelap; antena pucat dari atau
sama dengan ujung kepala, tampak dari bagian
dorsal kepala termasuk rostrum agak
melingkar; panjang rostrum lebih dari setengah
panjang kepala dan tebal pada bagian dasar;
antena dengan 13 ruas, ruas kedua lebih
pendek dari yang ketiga, ruas ketiga lebih
panjang dari ruas kedua dan keempat; panjang
kepala dengan rostrum 2.10-2.20 mm; tanpa
rostrum 1.07-1.25 mm; lebar kepala 1.23-1.32
mm.
N. longinasoides Thapa
18
9
L1
L2
L1 ± 2,63 mm
L3
L2 ± 1,29 mm
1 mm
L3 ± 1,65 mm
10
L1
L2
L1 ± 1,25 mm
L3
1 mm
L2 ± 0,65 mm
Kepala berwarna coklat muda kemerahan;
rostrum berwarna lebih gelap dari kepala,
terutama bagian paling ujung; antena pucat
coklat pucat; panjang rostrum lebih dari
setengah panjang kepala dan tebal pada bagian
dasar; antena dengan 14 ruas, ruas kedua lebih
pendek dari ruas keempat, ruas ketiga sedikit
lebih pendek dari keempat; panjang kepala
dengan rostrum 2.40-2.75 mm; tanpa rostrum
1.02-1.62 mm; lebar kepala 1.40-1.63 mm.
N. proatripennis Ahmad
Kepala berwarna kuning, sedikit berbulu;
antena dengan 12-13 ruas, ruas antena ketiga
lebih panjang dari ruas kedua, ruas keempat
jelas lebih pendek dari ketiga; panjang kepala
dengan rostrum 1.25 mm; tanpa rostrum 0.65
mm; lebar kepala 0.72 mm.
N. javanicus Holmgren
L3 ± 0,72 mm
11
1 mm
L1
L2
L1 ± 1,5 mm
L3
L2 ± 0,93mm
L3 ± 0,95 mm
12A
L1
L2
L1 ± 2,29 mm
L3
L2 ± 1,5 mm
1 mm
Gigi marjinal kedua di rahang kiri jauh lebih
kecil daripada yang pertama marginal, gigi
mandibula kanan ditempatkan di tengah;
antena 13 ruas; panjang labrum sama dengan
lebar, luas melengkung bagian apikal; panjang
kepala dengan mandibel 1.71 mm; tanpa
mandibel (0.98-1.04)-1.25 mm; lebar kepala
0.95-0.96 mm.
P. aequalis Haviland
Kepala berwarna kuning kemerahan; antena 16
ruas, ruas ketiga lebih panjang dari ruas kedua;
labrum sedikit bergelombang dan bagian
tengahnya beralur-alur; panjang kepala dengan
mandibel 2.15-2.30 mm; tanpa mandibel 1.481.52 mm; lebar kepala 1.38-1.41 mm.
S. javanicus Kemner (prajuit mayor)
L3 ± 1,38 mm
12B
L3
L2
L1
L1 ± 1,41 mm
L2 ± 0,93 mm
1 mm
L3 ± 0,81 mm
Kepala dengan beberapa rambut panjang;
antena dengan 15-16 ruas, pada spesimen
dengan 15 ruas, ruas ketiga sedikit lebih
pendek dari ruas keempat, dalam spesimen
dengan 16 ruas, ruas ketiga lebih panjang dari
ruas keempat; panjang kepala dengan mandibel
1.41-1.52 mm; tanpa mandibel 0.85-0.90 mm;
lebar kepala 0.74-0.82 mm.
S. javanicus Kemner (prajurit minor)
19
13A
L3
L1
L2
L1 ± 2,27 mm
Labrum memanjang hingga ke hampir ujung
mandibel; antena dengan 16 ruas; panjang
kepala dengan mandibel 1.98 mm; tanpa
mandibel 1.44-1.54 mm; lebar 1.38-1.44 mm.
S. longirostris Brauer (prajurit mayor)
L2 ± 1,53 mm
1 mm
L3 ± 1,46 mm
13B
L3
L2
L1
L1 ± 1,35 mm
L2 ± 0,84 mm
1 mm
L3 ± 0,79 mm
14A
L1
L2
L1 ± 2,35 mm
L3
L2 ± 1,45 mm
1 mm
L3 ± 1,46 mm
14B
L1
L2
L3
L1 ± 1,32 mm
L2 ± 0,75 mm
1 mm
L3 ± 0,5 mm
15
1 mm
L1
L2
L1 ± 1,17 mm
L3
L2 ± 0,72 mm
L3 ± 0,61 mm
Labrum memanjang melebihi mandibel; antena
dengan 14-15 (16) ruas, dalam spesimen
dengan 16 artikel ruas kedua sedikit lebih
panjang dari ruas ketiga; panjang kepala
dengan mandibel 1.33-1.40 mm; tanpa
mandibel 0.84-0.88 mm; lebar kepala 0.720.80 mm.
S. longirostris Brauer (prajurit minor)
Antena dengan 17 ruas, ruas kedua sedikit
lebih panjang daripada ruas ketiga, ruas
keempat sedikit lebih pendek dari ruas ketiga;
panjang kepala dengan mandibel 2.34-2.38
mm; tanpa mandibel 1.45-1.56 mm; lebar
kepala 1.48-1.62 mm.
S. medioobscurus Holmgren (prajurit mayor)
Panjang kepala dengan mandibel 1.24-1.35
mm; tanpa mandibel 0.78-0.83 mm; antena
dengan 16 ruas, ruas kedua sedikit lebih
panjang dari ruas ketiga, terpendek ruas
keempat; labrum memanjang hingga ke ujung
mandibel bawah; lebar kepala 0.70-0.75 mm.
S. medioobscurus Holmgren (prajurit minor)
Panjang kepala dengan mandibel 1.17-1.18
mm; tanpa mandibel 0.65-0.72 mm; antena
dengan 15 ruas, ruas kedua dua kali lebih
panjang ruas ketiga, ruas terakhir terpendek,
labrum memanjang sedikit melebihi mandibel;
Panjang kepala sampai ujung labrum 1.22 mm;
lebar kepala 0.67-0.70 mm.
S. tarakensis Oshima (prajurit minor)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Agustus 1992, anak bungsu
dari 3 bersaudara dari pasangan Ubaidillah dan Suwarsih. Tahun 2010 penulis
menyelesaikan sekolah di SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) dengan pilihan mayor Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa IPB, pada tahun 2010-2011 penulis menjadi
anggota organisasi musik di IPB (MAX), tahun 2012-2013 menjadi staf
Departermen Pertanian di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM
FAPERTA). Selain itu penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan dalam beberapa
acara di IPB yaitu Gebyar Nusantara (GENUS) (2011), National Plant Protection
Event (NPV) (2011 dan 2012), Semarak Pertanian (2012), Seri-A (2012).