Keanekaragaman Hama dan Parasitoid pada Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi

KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PARASITOID PADA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI JAMBI

LENA AYU APRILIANI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Keanekaragaman
Hama dan Parasitoid pada Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi” adalah benar karya
saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Lena Ayu Apriliani
NIM A34100044

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
LENA AYU APRILIANI. Keanekaragaman Hama dan Parasitoid pada
Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi. Dibimbing oleh DAMAYANTI BUCHORI.
Pengendalian hayati adalah bentuk dari pelayanan/jasa ekosistem yang
bermanfaat bagi pertanian karena tertekannya perkembangan populasi hama oleh
musuh alami. Pengendalian hayati sudah cukup banyak dipraktekkan pada
berbagai tipe ekosistem, termasuk pada perkebunan kelapa sawit. Salah satu aspek
yang penting dalam praktek pengendalian hayati adalah kelimpahan dan kekayaan
parasitoid, sebagai musuh alami hama-hama kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari keanekaragaman hama dan parasitoid pada berbagai tingkatan
umur kelapa sawit di Jambi. Penelitian dilakukan pada kelapa sawit umur empat,

enam, delapan, dan sepuluh tahun di Jambi pada bulan Februari hingga April
2014. Pengambilan serangga dilakukan dengan metode pengambilan langsung dan
perangkap kuning (yellow pan trap) yang diletakkan di bagian kanopi dan pangkal
batang dalam plot yang berukuran 50 m x 50 m (36 kelapa sawit). Hama yang
didapat dari pengambilan langsung kemudian dipelihara dan diidentifikasi.
Parasitoid yang muncul dari hama dan perangkap kuning diidentifikasi sampai
tingkat morfospesies. Jumlah hama yang ditemukan adalah sebanyak 525
individu. Famili Lymantriidae adalah hama yang paling dominan ditemukan di
lapangan. Tidak ada korelasi antara kelimpahan hama dan umur kelapa sawit (r= 0.047; P= 0.863). Parasitoid yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit
berjumlah 19 famili. Parasitoid yang dominan memarasit hama berasal dari famili
Eulophidae dan Braconidae. Parasitoid ini memarasit hama dari famili
Lymantriidae, Psychidae, dan Limacodidae dengan tingkat parasitisasi yang
bervariasi antara 1.61% sampai 14.29%. Populasi hama dipengaruhi oleh fenologi
dan arsitektur tanaman yang menyebabkan pergerakan dan serangan hama
meningkat sedangkan populasi parasitoid dipengaruhi oleh keberadaan tanaman
berbunga sebagai sumber makanan imago parasitoid.
Kata kunci : koleksi langsung, parasitoid, perangkap kuning, transformasi
lingkungan

ABSTRACT

LENA AYU APRILIANI. Diversity of Pests and its Parasitoids in Oil Palm
Plantation in Jambi. Supervised by DAMAYANTI BUCHORI.
One of the most important ecosystem service is biological control since it
provide natural control and prevents pest population build up. Biological control
is quite widely practiced in various types of ecosystems, including in the oil palm
plantations. One aspect that is important in the practice of biological control is
parasitoid abundance and wealth, as natural enemies of pests of oil palm. The
objective of this research was to study the diversity of pests and its parasitoids at
various age levels in oil palm plantation. Field observations were conducted 4, 6,
8, and 10- years old of oil palm plantation in Jambi from February to April 2014.
Insects were collected using direct observation and yellow pan trap (YPT). Traps
were placed on the canopy and stem on 50x50 m plots (consisting of 36 palm
trees). Pests that were collected from direct observation were reared and identified
in the laboratory. Parasitoids which emerge from pests as well as from traps were
all identified until morpho-species or species level. Overall, 525 individuals were
collected. The most dominant pests found in the field was Lymantriidae. There
was no correlation between pest abundance and age of oil palm. Nineteen species
of parasitoids were found be associated with pests from the oil palm. The
dominant parasitoids from the family Eulophidae and Braconidae. These
parasitoids parasitized the dominant pest from Lymantriidae, Psychidae, and

Limacodidae families with parasitization rate that varies from 1.61-14.29%. Pest
populations affected by phenology and plant architecture cause movement and
increased pest attack while parasitoid populations affected by the presence of
flowering plants as food source of adult parasitoids.
Keywords: direct observation, habitat transformation, parasitoid, yellow pan trap

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PARASITOID PADA

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI JAMBI

LENA AYU APRILIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi

: Keanekaragaman Hama dan Parasitoid pada Perkebunan
Kelapa Sawit di Jambi

Nama Mahasiswa : Lena Ayu Apriliani
NIM
: A34100044

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayat-Nya penelitian ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul
“Keanekaragaman Hama dan Parasitoid pada Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi”

ini dilakukan di Sarolangun, Jambi dan Laboratorium Pengendalian Hayati,
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor dari bulan Februari
hingga bulan Agustus 2014.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Enda Suhenda dan Eneng
Suharnengsih selaku kedua orang tua dan Lusi Nindia Agustin, Retana Tri
Agustian, Muhammad Nanang Halimin, serta Achmad Yusuf Mujadid selaku
keluarga besar yang selalu mendukung dan memberi semangat selama menempuh
pendidikan. Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Damayanti
Buchori, M.Sc selaku dosen pembimbing yang memberikan ilmu, pengarahan,
saran, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepada Dr.
Akhmad Rizali, penulis mengucapkan terima kasih untuk arahan dan saran dalam
pelaksanaan penelitian dan proses penulisan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Nina Mariana, M.Sc selaku dosen
pembimbing akademik atas nasehat selama penulis menempuh pendidikan di
Departemen Proteksi Tanaman. Dr. Efi Toding Tondok M.Sc. Agr selaku dosen
penguji tamu yang telah memberikan kritik dan saran dalam menyempurnakan
tulisan ini, serta Dr. Ir. Yayi Munara Kusumah M.Sc selaku dosen yang
memberikan dorongan kepada penulis dalam mengembangkan pola pikir dan
wawasan penulis di bidang keilmuan yang penulis dalami serta mengenai
kehidupan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Adha Sari, SP selaku

laboran di Laboratorium Pengendalian Hayati serta teman seperjuangan Deri
Ramdhan Pratama dan Azru Azhar. Terima kasih juga pada Ratna Rubiana, Anik
Larasati, Amanda Mawan, Cici Indriani, Ka Winda, Mba Yane, Ka Nika, Ka Susi
atas doa dan bantuannya selama penelitian. Terima kasih pula kepada sahabatku
Zulfi Nadhirul Hikmah dan teman-teman angkatan 47 yang selalu memberikan
inspirasi.
Penulis menyadari masih ada kesalahan dan banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini sehingga penulis beharap mendapatkan saran yang bersifat
membangun. Semoga skripsi ini berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2015
Lena Ayu Apriliani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Permasalahan Hama Utama di Tanaman Kelapa Sawit
Parasitoid sebagai Agens Pengendalian Hayati di Perkebunan
Kelapa Sawit
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Metode Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Hama pada Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi
Interaksi Parasitoid yang Berasosiasi dengan Hama Kelapa Sawit
Keberadaan Parasitoid Lain pada Perkebunan Kelapa Sawit
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
vii

1
1
2
2
3
3
4
5
5
5
7
7
9
12
15
16
19
28

1


DAFTAR TABEL
1 Keanekaragaman dan kelimpahan hama yang menyerang perkebunan
kelapa sawit pada berbagai tingkatan umur di Jambi
2 Tingkat kejadian serangan hama pada perkebunan kelapa sawit di
Jambi
3 Pola sebaran hama pada perkebunan kelapa sawit di Jambi
4 Keanekaragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid pada setiap hama
di perkebunan kelapa sawit di Jambi
5 Keanekaragaman (S) dan kelimpahan (N) parasitoid pada perkebunan
kelapa sawit di Jambi
6 Keanekaragaman parasitoid pada bagian kanopi dan pangkal batang
kelapa sawit di Jambi

7
9
9
10
13
14

DAFTAR GAMBAR
1 (a) lokasi penelitian dan (b) petak penelitian pada perkebunan kelapa sawit 5
2 Analisis korelasi antara jumlah individu parasitoid dan umur tanaman
kelapa sawit
8
3 Interaksi tropik hama-parasitoid pada perkebunan kelapa sawit di Jambi
11
4 Kelimpahan hama dan parasitoid pada perkebunan kelapa sawit di jambi
12
5 Jumlah parasitoid yang ditemukan pada perangkap yang diletakkan pada
kanopi, batang dan pengamatan langsung
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hama yang ditemukan pada perkebunan kelapa sawit di Jambi
Gambar yang ditemukan berada di perkebunan kelapa sawit di Jambi
Parasitoid yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit di Jambi
Gambar paraitoid yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit di Jambi

19
22
23
26

2

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) termasuk dalam subfamili Cocoideae yang
merupakan tanaman asli Amerika Selatan. Banyaknya penggunaan produk-produk
yang berbahan baku kelapa sawit atau hasil olahannya membuat permintaan
kelapa sawit meningkat. Berdasarkan data dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (2010), konsumsi minyak sawit domestik diperkirakan
sekitar 50%-60% dari produksi dan penggunaannya sebagian besar untuk sektor
pangan. Kebutuhan Crude Palm Oil (CPO) untuk pangan mencapai 10.5 juta ton
sedangkan kebutuhan CPO sebagai bahan bakar nabati sekitar 2.3 juta ton
(KEMENPERIN 2012). Ekspor kelapa sawit periode 2010-2013 mencapai 20.61
juta ton dengan tingkat pertumbuhan ekspor rata-rata mencapai 14.65% per tahun
(Ditjen PPHP 2014).
Budidaya kelapa sawit tidak terlepas dari adanya permasalahan hama
tanaman. Hama yang menjadi masalah utama di perkebunan kelapa sawit yaitu
ulat api Setora nitens (Lepidoptera: Limacodidae), ulat kantung Metisa plana
(Lepidoptera: Psychidae) dan ulat bulu Dasychira inclusa (Lepidoptera:
Lymantriidae) (PPKS 2006). Serangan hama ulat api mengakibatkan kehilangan
hasil hingga 70% pada tahun pertama setelah serangan dan bisa meningkat
menjadi 90% pada tahun kedua jika serangan berlanjut (Sudharto et al. 2003).
Ulat api (Limacodidae) terutama Setora nitens merupakan hama yang menyerang
kelapa sawit muda sedangkan ulat kantung (Psychidae) dan ulat bulu
(Lymantriidae) lebih banyak ditemukan pada tanaman yang lebih tua (Sahari
2012).
Pengendalian hama di perkebunan kelapa sawit umumnya menggunakan
teknik pengendalian kimiawi (pestisida). Selain dapat mengendalikan hama,
pestisida juga dapat menimbulkan efek samping seperti kerusakan ekosistem,
resistensi, resurgensi dan memicu terjadinya ledakan hama (Pedigo 1989). Untuk
mengurangi efek negatif dari penggunaan pestisida, dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan pengendalian hayati. Prinsip pengendalian hayati adalah
pengendalian hama tanaman dengan memanfaatkan musuh alaminya, seperti
predator, parasitoid, dan entomopatogen. Losey dan Vaughan (2006) menyatakan
bahwa musuh alami memiliki peran besar dalam menekan serangan organisme
pengganggu tanaman. Penggunaan musuh alami seperti virus Virus ß Nudaurelia
dan Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV) untuk mengendalikan ulat api dapat
mengurangi biaya hingga 93% dibandingkan menggunakan bahan kimia
(DITJENBUN 2013). Selain itu, musuh alami yang ditemukan di perkebunan
kelapa sawit adalah Euchantecona furcellata (Hemiptera: Pentatomidae), Sycanus
leucomesus
(Hemiptera:
Reduviidae),
Trichogrammatoidea
thoseae
(Hymenoptera: Trichogrammatidae), Brachymeria lasus (Hymenoptera:
Chalcididae), Spinaria spinator (Hymenoptera: Ichneumonidae), Apanteles
aluella (Hymenoptera: Braconidae), Fornicia ceylonica (Hymenoptera:
Braconidae), dan Cordyceps militaris.
Parasitoid merupakan serangga yang pada stadia larva berperan sebagai
parasit terhadap serangga lain, sedangkan pada fase imago serangga hidup dengan
memakan nektar bunga di alam (Price et al. 2011). Parasitoid yang digunakan
sebagai agens pengendali hayati umumnya berasal dari ordo Hymenoptera

2
(84.4%) dan Diptera (1.4%) (Clausen 1978). Desmier de Chenon et al. (2002)
melaporkan bahwa 36 spesies parasitoid dari famili Trichogrammatidae,
Eulophidae, Encyrtidae, Chalcididae, Braconidae, Ceraphronidae dan
Ichneumonidae telah ditemukan berasosiasi dengan hama Lepidoptera yang
menyerang tanaman kelapa sawit termasuk Limacodidae, Psychidae,
Lymantriidae, Noctuidae, Hesperidae, dan Amathusiidae. Sahari (2012) telah
menemukan beberapa famili parasitoid yang berasosiasi dengan hama di
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan, dan pada umumnya berasal dari famili
Braconidae, Eulophidae, dan Tachinidae. Penelitian tersebut juga mengemukakan
bahwa pada kelapa sawit umur kurang dari tiga tahun, enam tahun dan 18 tahun
menunjukan bahwa umur tanaman kelapa sawit memengaruhi jumlah spesies dan
jumlah individu parasitoid.
Penggunaan parasitoid dalam jangka panjang dapat menekan biaya
perawatan yang biasanya dikeluarkan untuk biaya pestisida dan pekerja sehingga
keuntungan dapat meningkat. Informasi mengenai keanekaragaman serta interaksi
antara parasitoid dan hama kelapa sawit di berbagai umur yang berbeda masih
sangat minim di Indonesia. Herlina (2011) menyatakan bahwa habitat sekitar
lahan dan umur tanaman memengaruhi keanekaragaman Hymenoptera parasitika
yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai topik
tersebut agar menjadi salah satu informasi penting dalam penerapan pengendalian
hayati pada tanaman kelapa sawit.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman hama dan
parasitoid pada berbagai tingkatan umur kelapa sawit di Jambi.
Manfaat Penelitian
Penelitian keanekaragaman parasitoid di perkebunan kelapa sawit pada
berbagai umur dapat menjadi bahan rekomendasi untuk mengenal dan mengetahui
parasitoid yang efektif dalam pengendalian hama pada kelapa sawit.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Permasalahan Hama Utama di Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman utama perkebunan penyumbang devisa
negara. Tanaman kelapa sawit di Indonesia berada di 32 provinsi (DITJENBUN
2014). Rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit di Indonesia selama
2004 – 2014 sebesar 7.67% dengan luas areal di tahun 2014 mencapai 10.9 juta
Ha (DITJENBUN 2014). Dengan adanya laju perkembangan areal perkebunan
yang semakin pesat tersebut, menyebabkan perubahan lahan yang sebelumnya
polikultur menjadi sistem monokultur setelah ditanam kelapa sawit. Sistem
monokultur perkebunan kelapa sawit menciptakan kondisi lingkungan yang
mendukung laju reproduksi dan keberlangsungan hidup hama sehingga memicu
terjadinya ledakan hama di perkebunan kelapa sawit (Lisanti dan Wood 2009).
Hama yang menyerang kelapa sawit antara lain ulat kantung (Lepidoptera:
Psychidae), ulat api (Lepidoptera: Limacodidae), ulat buah kelapa sawit Tirathaba
rufivena Walker (Lepidoptera: Pyralidae), kumbang badak Oryctes rhinocheros
Linnaeus (Coleoptera: Scarabaeidae), Apogonia expeditionis (Coleoptera:
Scarabaeidae), Rhynchoporus sp. (Coleoptera: Curculionidae), Adoretus
compressus Weber (Coleoptera: Scarabaeidae), belalang kembara Locusta
migratoria Linnaeus (Orthoptera: Acrididae), dan Valanga nigricornis Burmeister
(Orthoptera: Acrididae) (Susanto et al. 2010). Hama penting di perkebunan kelapa
sawit adalah ulat api dan ulat kantung yang termasuk ke dalam kelompok ulat
pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) (Kamarudin dan Basri 2010).
Ulat kantung merupakan jenis ulat pemakan daun kelapa sawit dari famili
Psychidae. Ulat kantung yang pernah ditemukan pada kelapa sawit adalah Metisa
plana, Mahasena corbetii, Crematopsyche pendula, Brachycyttarus griseus,
Manatha labipes, Amatissa sp dan Cryptothelea cardiophaga (Norman et al.
1995). Ulat kantung yang paling merugikan adalah M. plana yang dapat
menurunkan produksi sekitar 30% - 40% ketika tingkat serangannya 10% - 13%
(Basri dan Kevan 1995). Ronny et al. (2013) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa jumlah pupa M. plana terparasit berbanding lurus dengan total pupa yang
ditemukan (R2=0.95). Populasi parasitoid dianggap belum mampu mengendalikan
serangan hama M. plana secara alami. Parasitoid yang dapat mengendalikan M.
plana adalah Brachymeria sp. (Hymenoptera: Chalcididae) 34%, Eurytoma sp.
(Hymenoptera: Euritomidae) 13%, Entodoninae (Hymenoptera: Eulophidae) 17%,
Tetrastichus sp. (Hymenoptera: Eulophidae) 24%, Tachinidae (Diptera) 9%,
Phygadeuontinae sp. 1 (Hymenoptera: Ichneumonidae) 2% dan Phygadeuontinae
sp. 2 (Hymenoptera: Ichneumonidae) 1%. Parasitoid yang mempunyai komposisi
tertinggi dan persebaran yang merata adalah Bracymeria sp.
Sahari (2012) menyebutkan bahwa ulat api (Limacodidae), terutama Setora
nitens Walker (Lepidoptera: Limacodidae) merupakan hama yang perlu
diwaspadai untuk tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun, sedangkan ulat
kantung (Lepidoptera: Psychidae) dan ulat bulu (Lepidoptera: Limantriidae) untuk
tanaman kelapa sawit yang berumur enam tahun. Laporan hasil penelitian di
Sumatera Utara dan Lampung menyebutkan kerusakan pada tanaman kelapa sawit
yang terserang ulat kantung akan terlihat secara jelas ketika sudah terjadi defoliasi
sebesar 50%. Kerusakan pada tingkat ini akan mengurangi hasil hingga 10 ton
TBS/ha (Hamim et al. 2011). Pada tanaman kelapa sawit yang terserang ulat api

4
akan terlihat jelas ketika sudah terdefoliasi sebesar 50% maka penurunan produksi
di tahun pertama sebesar 80% dan tahun kedua sebesar 78% jika terjadi serangan
ulang pada tahun yang sama (Desmier de Chenono 1982). Besarnya penurunan
hasil yang disebabkan oleh ulat api dan ulat kantung tersebut, perlu penanganan
secara tepat dengan pemanfaatan informasi strategi pengendalian yang aman
untuk keberadaan musuh alaminya.
Parasitoid sebagai Agens Pengendalian Hayati di Perkebunan Kelapa Sawit
Parasitoid adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada
atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nektar
atau embun madu sebagai makanannya (Pudjianto 1994). Setelah parasitoid
menyelesaikan fase perkembangan pradewasanya di dalam atau pada tubuh inang
maka inang tersebut akan mati. Parasitoid biasanya menyerang fase
perkembangan tertentu dari satu atau beberapa spesies inang. Siklus hidup
parasitoid yang lebih pendek dibandingkan serangga inangnya dapat digunakan
untuk menekan laju pertumbuhan inangnya. Sebagian besar parasitoid berasal dari
ordo Hymenoptera. Pada ordo Hymenoptera, hampir 74% familinya berperan
sebagai parasitoid (Yaherwandi et al. 2007).
Sahari (2012) mengatakan bahwa kekayaan spesies dan kelimpahan
individu parasitoid Hymenoptera cenderung lebih tinggi pada tanaman muda yang
berumur kurang dari tiga tahun dan enam tahun, dibandingkan pada tanaman yang
lebih tua, walaupun pada beberapa kasus anomali ditemukan. Perbedaan umur
tanaman kelapa sawit ini umumnya juga ditandai dengan perbedaan arsitektur
tanaman (ukuran pelepah, tinggi tanaman, dll) serta perbedaan struktur vegetasi.
Pada umumnya, parasitoid menyukai ruang yang lebih terbuka dengan intensitas
cahaya matahari yang lebih banyak (Desmier de Chenon et al. 1989). Hal ini
menjadi pendukung bahwa umur tanaman sangat berpengaruh pada komunitas
parasitoid Hymenoptera.
Penelitian yang dilakukan oleh Klein et al. (2003) memperlihatkan bahwa
keanekaragaman lebah soliter lebih banyak pada areal terbuka dengan intensitas
cahaya matahari yang lebih banyak dibandingkan dengan areal dengan kanopi
yang lebih rapat. Hal ini terkait dengan vegetasi yang lebih banyak pada areal
terbuka, yang menyediakan banyak nektar untuk lebah soliter. Adanya pengaruh
fenologi tanaman kelapa sawit terhadap kompleksitas parasitoid ini memperkuat
teori yang dikemukakan oleh Price et al. (1980) mengenai interaksi tiga tingkat
trofik antara tanaman, inang, dan musuh alaminya, bahwa tanaman tidak hanya
memengaruhi hama yang secara langsung berasosiasi, tetapi juga musuh
alaminya.

5

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi pada bulan
Februari hingga April 2014. Tahapan identifikasi dilakukan di Laboratorium
Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor pada bulan April hingga Agustus 2014.
Metode Penelitian
Penentuan Lokasi
Penelitian dilakukan pada 16 lahan perkebunan kelapa sawit rakyat yang
terdiri dari umur empat, enam, delapan, dan sepuluh tahun di Kabupaten
Sarolangun (Gambar 1a). Petak penelitian memiliki luas 50 m x 50 m (36 tanaman
kelapa sawit). Petak tersebut dibagi ke dalam enam baris. Baris pertama, ketiga,
dan kelima merupakan baris untuk pemasangan perangkap kuning sedangkan
baris kedua, keempat, dan keenam merupakan baris untuk koleksi langsung
(Gambar 1b).

Keterangan:
Pemasangan perangkap kuning
Koleksi langsung
Tidak dilakukan pengamatan

(a)

A.

(b)

Gambar 1 (a) lokasi penelitian dan (b) petak penelitian pada perkebunan kelapa
sawit
Pengambilan Contoh Serangga
Pengambilan contoh di lapangan dilakukan dengan dua cara, yaitu koleksi
serangga hama dan pemasangan perangkap untuk parasitoid. Koleksi serangga
hama dilakukan dengan pengambilan serangga hama pada berbagai stadia yaitu
telur, larva, dan pupa dari daun kelapa sawit di setiap tanaman contoh (Gambar
1b). Pengambilan serangga dilakukan pada tiga pelepah daun dari setiap tanaman.
Serangga yang terdapat pada daun tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
wadah plastik. Serangga yang diperoleh kemudian dibawa dan dipelihara serta
dihitung tingkat parasitisasinya. Pengambilan contoh parasitoid dilakukan dengan
pemasangan perangkap kuning pada tanaman contoh (Gambar 1b). Perangkap

6
kuning yang digunakan berupa wadah plastik berwarna kuning yang berisi cairan
alkohol 70% dan sabun cair yang dipasang di bagian kanopi dan pangkal batang
kelapa sawit. Perangkap dipasang di setiap plot pengamatan dan diambil setelah
48 jam. Serangga yang terperangkap dipindahkan ke dalam botol film yang berisi
alkohol 70%. Botol film diberi label yang menggambarkan informasi asal sampel.
Identifikasi
Spesimen yang diperoleh dari koleksi langsung maupun perangkap kuning
diidentifikasi dengan menggunakan buku The Pest of Crop in Indonesia
(Kalshoven 1981), Pengenalan Hama Serangga (Borror et al. 1996), dan
Hymenoptera of The World (Goulet dan Huber 1993).
Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis untuk mengetahui pengaruh umur terhadap
keanekaragaman hama dan parasitoid dengan analisis ragam (One way ANOVA)
menggunakan program Minitab 17. Untuk menganalisis interaksi tropik antara
inang dan parasitoidnya (bitropik) digunakan perangkat lunak R-statistic dengan
paket bipartite. Diagram venn (Oliveros 2007) digunakan untuk menggambarkan
kesamaan dan perbedaan parasitoid pada tempat dipasangnya perangkap kuning.
Persentase kejadian serangan hama merupakan proporsi tanaman yang terserang
hama dalam suatu populasi tanpa memperhitungkan berat atau ringannya tingkat
serangan. Presentase kejadian serangan dan parasitisasi parasitoid dihitung dengan
menggunakan rumus:
Jumlah tanaman yang terserang
Persentase kejadian serangan hama =
X100%
Jumlah tanaman yang diamati
Jumlah serangga yang terparasit
Persentase tingkat parasitisasi =
X100%
Jumlah serangga yang diamati

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Hama pada Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi
Jumlah serangga yang didapatkan dengan metode koleksi langsung adalah
525 individu. Serangga yang diketahui berperan sebagai hama pada perkebunan
kelapa sawit di Jambi terdiri dari sembilan famili (Tabel 1). Famili Aphididae,
Cicadidae, dan Chrysomelidae merupakan hama dengan jumlah terendah yang
ditemukan di perkebunan kelapa sawit. Hal ini karena serangga dari famili
tersebut bukan hama utama pada kelapa sawit. Famili Lymantriidae ditemukan
sebanyak 164 individu dari keempat tingkatan umur dengan jumlah tertinggi di
umur sepuluh tahun. Famili lainnya yang ditemukan adalah famili Geometridae,
Hesperidae, Limacodidae, Pseudococcidae, dan Psychidae. Serangga hama dari
ordo Lepidoptera seperti ulat kantung (Psychidae), ulat api (Limacodidae), dan
ulat bulu (Lymantriidae) merupakan spesies lokal yang beradaptasi dengan kelapa
sawit dan diperhitungkan sebagai hama penting (Sankaran dan Syed 1972).
Adanya variasi jumlah individu hama pada kelapa sawit dapat dikarenakan
perbedaan kanopi tanaman. Pada kelapa sawit umur delapan dan sepuluh tahun,
jumlah kanopi bertambah sehingga sumber makanan hama semakin banyak.
Pada penelitian Sahari (2012) yang dilakukan di Kalimantan Tengah,
ditemukan bahwa Limacodidae memiliki kelimpahan tertinggi sedangkan pada
penelitian ini Lymantriidae yang mendominasi pertanaman kelapa sawit di Jambi.
Hal ini disebabkan oleh kondisi yang kurang kondusif bagi Limacodidae (Wood
2002) seperti faktor iklim, intensitas hujan, suhu udara, dan kelembaban pada saat
pengamatan sehingga mengganggu perkembangannya.
Tabel 1

Jenis dan kelimpahan hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit
pada berbagai tingkatan umur di Jambi*
Jumlah individu berdasarkan umur (individu)
Famili
Jumlah
4 tahun
6 tahun
8 tahun
10 tahun
Aphididae
0
1
3
2
6
Cicadidae
0
1
0
0
1
Chrysomelidae
0
1
0
0
1
Geometridae
2
26
21
11
60
Hesperidae
8
6
5
8
27
Limacodidae
14
5
8
25
52
Lymantriidae
43
29
30
62
164
Pseudococcidae
14
22
8
22
66
Psychidae
20
31
53
44
148
Jumlah
101
122
128
174
525
*berdasarkan hasil dari pengamatan langsung

Berdasarkan hasil analisis korelasi (Gambar 2) antara jumlah individu hama
dengan umur tanaman diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tidak ada
korelasi antara keduanya (r= -0.047; P= 0.863). Hal ini serupa dengan hasil
analisis ragam yang menyatakan bahwa keanekaragaman hama tidak dipengaruhi

8
oleh umur kelapa sawit (F= 0.9; P= 0.47). Hal ini diduga karena adanya musuh
alami lain yang berperan mengendalikan hama.
Gambar 2 Analisis korelasi antara jumlah individu hama dan umur tanaman
kelapa sawit

Tingkat kejadian serangan hama merupakan proporsi tanaman yang
terserang hama dalam suatu populasi tanpa memperhitungkan berat atau
ringannya tingkat serangan. Setiap tanaman kelapa sawit di petak penelitian ratarata terserang hama (Tabel 2). Famili Psychidae dan Lymantriidae diketahui
memiliki tingkat kejadian serangan hama tertinggi. Hal ini juga sama dengan
penelitian Sahari (2012) yang menyatakan bahwa Lymantriidae dan Psychidae
merupakan famili dominan di kelapa sawit. Tingkat kejadian serangan
Lymantriidae meningkat seiring dengan meningkatnya umur kelapa sawit. Hal
sebaliknya terjadi pada Psychidae, dimana tingkat kejadian serangan menurun dari
kelapa sawit umur enam tahun hingga sepuluh tahun. Peningkatan serangan
Lymantriidae diduga karena kanopi tanaman yang bertambah banyak dan saling
tumpang tindih menyebabkan pergerakannya tinggi sehingga populasinya
meningkat. Semakin bertambahnya umur tanaman maka jumlah daun muda yang
dihasilkan semakin sedikit, hal ini diduga menjadi penyebab penurunan tingkat
kejadian serangan Psychidae. Menurut Hendarti (2013), famili Limacodidae,
Psychidae, dan Lymantriidae merupakan jenis ulat pemakan daun kelapa sawit
yang sering ditemukan.
Pola sebaran pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Limacodidae, Geometridae,
Pseudococcidae, dan Psychidae memiliki pola kelompok pada setiap umur kelapa
sawit yang diamati. Famili Lymantriidae memiliki pola sebaran kelompok pada
kelapa sawit umur empat, enam, dan sepuluh tahun sedangkan pada kelapa sawit
umur delapan tahun berpola seragam. Hesperidae berpola kelompok pada kelapa
sawit umur empat dan sepuluh tahun sedangkan pada kelapa sawit umur enam dan

9
delapan tahun berpola seragam. Perbedaan pola tersebut diduga karena adanya
perbedaan jumlah hama dalam populasi. Menurut Michael (1994), penyebaran
seragam terjadi karena kompetisi yang berujung pada pembagian ruang hidup
yang sama. Penyebaran secara berkelompok terjadi karena adanya kebutuhan akan
faktor fisik yang sama. kejadian serangan hama
Tabel 2 Tingkat kejadian serangan hama pada perkebunan kelapa sawit di Jambi
Tingkat kejadian serangan (%) ± SD
Famili
4 tahun
6 tahun
8 tahun
10 tahun
Geometridae
11.11 ± 1.00
83.33 ± 4.42
38.88 ± 1.70
72.22 ± 5.19
Pseudococcidae 94.44 ± 4.51
33.33 ± 2.83
94.44 ± 9.71
61.11 ± 2.51
Psychidae
72.22 ± 6.65
100 ± 5.12
88.89 ± 6.06
77.78 ± 3.56
Lymantriidae
77.78 ± 3.77
94.44 ± 3.11
100 ± 3.87
100 ±5.56
Hesperidae
27.78 ± 1.73
27.78 ± 0.50
44.44 ± 0
44.44 ±2.00
Limacodidae
22.22 ± 1.26
22.22 ± 2.06
77.78 ± 5.25
38.88 ±3.87
Tabel 3 Pola sebaran hama pada perkebunan kelapa sawit di Jambi
Umur kelapa sawit Famili
V(1)
M(2)
Pola
4 tahun
Geometridae
27
6.5 Kelompok
Hesperidae
3
1.5 Kelompok
Limacodidae
1.58
1.25 Kelompok
Lymantriidae
14.25
7.25 Kelompok
Pseudococcidae
20.33
5.5 Kelompok
Psychidae
44.25
7.75 Kelompok
6 tahun
Geometridae
19.58
5.25 Kelompok
Hesperidae
0.25
1.25 Seragam
Limacodidae
4.67
2 Kelompok
Lymantriidae
9.67
7.5 Kelompok
Pseudococcidae
8
2 Kelompok
Psychidae
26.25
13.25 Kelompok
8 tahun
Geometridae
2.91
2.75 Kelompok
Hesperidae
0.25
1.25 Seragam
Limacodidae
27.58
6.25 Kelompoko
Lymantriidae
15
15.5 Seragam
Pseudococcidae
94.33
5.5 Kelompok
Psychidae
36.66
11 Kelompok
10 tahun
Geometridae
1
0.5 Kelompok
Hesperidae
4
2 Kelompok
Limacodidae
15
3.5 Kelompok
Lymantriidae
30.92
10.75 Kelompok
Pseudococcidae
6.33
3.5 Kelompok
Psychidae
12.67
5 Kelompok
Keterngan: (1)V= Varian; (2)M= Mean; V>M (kelompok); V=M (acak); V