Analisis Komparatif Risiko Kuangan Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa
ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN ASURANSI
KERUGIAN DAN ASURANSI JIWA
YUSUF MAULANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Komparatif Risiko
Keuangan Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Yusuf Maulana
NIM H24100125
ABSTRAK
YUSUF MAULANA. Analisis Komparatif Risiko Keuangan Asuransi Kerugian dan
Asuransi Jiwa. Dibimbing oleh ALI MUTASOWIFIN.
Perusahaan asuransi yang baik harus bisa mengelola risiko keuangan yang
dihadapi setiap tahunnya. Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun
2015, perusahaan asuransi akan berlomba-lomba untuk memperbaiki kinerja keuangan
perusahaan agar dapat menarik perhatian nasabah dan investor. Penelitian ini bertujuan
untuk 1) mengetahui dan menganalisis perbandingan kinerja perusahaan asuransi
kerugian dan asuransi jiwa dengan analisis rasio-rasio keuangan; 2) mengetahui
perbandingan tingkat risiko keuangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa
dengan metode Altman Z-score. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan asuransi yang
memiliki premi bruto di atas 1 triliun menggunakan analisis rasio keuangan dan altman
z-score yang diolah menggunakan Microsoft Excel 2013. Penelitian ini menggunakan
data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan asuransi kerugian
lebih baik dalam mengelola risiko keuangan dibandingkan perusahaan asuransi jiwa,
sedangkan perusahaan asuransi jiwa memiliki z-score yang lebih baik dibandingkan
dengan perusahaan asuransi kerugian.
Kata kunci : altman z-score, asuransi, risiko keuangan
ABSTRACT
YUSUF MAULANA. Comparative Analysis of Financial Risk of General Insurance and
Life Insurance. Supervised by ALI MUTASOWIFIN.
Good insurance companies must be able to manage their financial. With the
upcoming of ASEAN Economic Community in 2015, insurance company will have to
improve their financial performance in order to attract customers and investors. This
research aimed at 1) analyzing the financial risk comparison of the general insurance and
life insurance with financial ratios analysis; 2) analyzing comparison of financial risk of
general insurance and life insurance with the altman z-score methods. The research is
conducted at the insurance company which has a gross premium above Rp. 1 trillion,
using financial ratio analysis and altman z-score method, and processed using Microsoft
Excel 2013. The result showed that general insurance company is better in managing
financial risk than life insurance company, meanwhile life insurance company have a
better z-score than general insurance company.
Keyword : altman z-score, financial risk, insurance
ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN ASURANSI
KERUGIAN DAN ASURANSI JIWA
YUSUF MAULANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksananakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Mei 2014 ini
adalah Analisis Komparatif dengan judul Analisis Komparatif Risiko Keuangan Asuransi
Kerugian dan Asuransi Jiwa.
Terima kasih penulis kepada Bapak Ali Mutasowifin, S.E, M.Ak selaku
pembimbing atas perhatian, dukungan dan saran yang telah diberikannya. Disamping itu,
ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak drh. Darmansyah dan Ibu
Maya Komala selaku orang tua penulis atas doa, dukungan, kasih sayang dan cinta yang
luar biasa. Terima kasih kepada owner Ardnesia.com (I Putu Angga Kusumaharta) atas
inspirasi hidup yang diberikan kepada penulis. Juga kepada Anak Warkop Bara 4 (Eril,
Guntur, Willy, Zulfikar, Angga, Risky, Arbin, Fajar) yang selalu menemani hari-hari
penulis selama kuliah dan di warkop, dan kepada Mutasowifin Group (Nofrida, Alvinda,
Eka dan Sonia) yang berjuang bersama penulis. Serta kepada semua teman-teman
Manajemen 47 atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Yusuf Maulana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Jenis Kelompok Usaha
5
Laporan Keuangan
6
Analisis Laporan Keuangan
6
Analisis Diskriminan (Altman Z-Score)
8
Penelitian Terdahulu
9
METODE
10
Kerangka Pemikiran Penelitian
10
Lokasi dan Waktu Penelitian
12
Jenis dan Sumber Data
12
Metode Pengolahan Data
12
Variable Penelitian
12
Pengolahan dan Analisis Data
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Risk Based Capital (RBC)
13
Debt Ratio
14
Expenses Ratio
15
Investment to Technical Ratio
16
Liability to Liquid Assets Ratio
17
Return On Assets
18
ii
Return On Equity
19
Analisis Z-Score
20
Implikasi Manajerial
21
SIMPULAN DAN SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
vi
DAFTAR TABEL
1. Peningkatan jumlah premi bruto dan produk domestik bruto
2. Nilai premi Asuransi Asia Pasifik
3. Kelompok kondisi keuangan perusahaan berdasarkan Z-score
4. Total Kewajiban dan Total Asset Perusahaan Asuransi
5. Laba bersih perusahaan asuransi
6. Hasil Altman Z"-Score PT Asuransi Jasa Raharja
7. Hasil Altman Z"-Score PT Asuransi AIA
1
2
9
15
18
20
20
DAFTAR GAMBAR
1. Jumlah perusahaan Asuransi tahun 2009-2013
2. Kerangka pemikiran penelitian
3. Hasil perbandingan Risk Based Capital
4. Hasil perbandingan Debt Ratio
5. Hasil perbandingan Expenses Ratio
6. Hasil perbandingan Investment to Technical Ratio
7. Hasil perbandingan Liability to Liquid Assets Ratio
8. Hasil perbandingan Return on Assets Ratio
9. Hasil perbandingan Return on Equity Ratio
3
11
13
14
16
17
18
19
19
DAFTAR LAMPIRAN
1. Laporan keuangan Asuransi Jasa Raharja
2. Laporan keuangan Asuransi AIA
24
30
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, seperti
menghadapi risiko kematian ataupun menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki.
Hal ini disebabkan adanya masa depan yang tidak pasti, sehingga masyarakat
memerlukan perusahaan asuransi untuk menanggung ketidakpastian itu. Perkembangan
perusahaan asuransi dapat dilihat dari meningkatnya jumlah premi bruto asuransi.
Tabel 1 Peningkatan jumlah premi bruto perusahaan Asuransi dan PDB
Premi Bruto
Produk Domestik Bruto
Jumlah/Total
Pertumbuhan
Jumlah/Total Pertumbuhan
Tahun
(triliun
(%)
(triliun
(%)
rupiah) (a)
rupiah) (b)
90.31
16
4 951.36
25
2008
106.45
17
5 613.44
13
2009
125.12
17
6 422.90
14
2010
153.13
22
7 427.10
15
2011
178.07
16
8 241.90
11
2012
Rasio
(a/b)
1.82
1.90
1.95
2.06
2.16
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013)
Jumlah premi bruto industri asuransi pada tahun 2012 mencapai Rp178.07 triliun,
meningkat 16.29% dari angka tahun sebelumnya Rp153.1 triliun. Dalam lima tahun
terakhir, pertumbuhan rata- rata premi bruto adalah sekitar 18%. Apabila jumlah premi
bruto tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012, yaitu
sebesar 244 juta jiwa akan diperoleh insurance density sebesar Rp729.813. Ini berarti,
secara rata-rata setiap penduduk Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp 729.813 untuk
membayar premi asuransi. Sementara itu, kontribusi sektor asuransi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) sebagaimana dicerminkan oleh rasio antara premi bruto terhadap
PDB terus mengalami kenaikan dari 1.82% pada tahun 2008 menjadi 2.16% pada tahun
2012.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012, sebagaimana diukur dari Pendapatan
Domestik Bruto (PDB), meningkat dari Rp 7 427.1 triliun di tahun 2011 menjadi Rp
8241.9 triliun di tahun 2012. Pada periode yang sama, untuk industri asuransi, penerimaan
premi bruto naik sebesar 15.4% dari Rp153.1 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp178.07
triliun pada tahun 2012. Dengan demikian, rasio antara premi bruto dan PDB mengalami
kenaikan pada tahun 2012 dari 2.06% menjadi 2.16%. (OJK 2013).
Menurut Webb et al (2002) dalam Rahim (2013), perkembangan ekonomi makro
dapat digunakan sebagai predictor variable dalam melakukan analisis permintaan
asuransi. Dukungan juga ditunjukkan Kugler dan Ofoghi (2006) dalam Rahim (2013),
yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang fungsi permintaan asuransi akan
dipengaruhi oleh Gross Domestic Product (GDP). Fungsi permintaan industri asuransi
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan peningkatan Gross Domestic Product (GDP). Pada
tahun 2015 nanti, Indonesia akan menghadapi Asean Economic Community. Hal tersebut
merupakan peringatan bagi sektor industri asuransi di Indonesia karena pada 2015 nanti
2
akan banyak perusahaan asuransi dari negeri anggota ASEAN akan masuk ke sektor
industri asuransi Indonesia untuk meraih nasabah di Indonesia.
Tabel 2 Nilai premi Asuransi Asia Pasifik
Negara
Forecast
2013
GDP
change
Forecast
2013
CPI
change
Australia
Hong Kong
Japan
Korea
New Zealand
Singapore
Taiwan
3%
4.50%
1.70%
4%
2.60%
4.50%
4.60%
2.50%
3.30%
0.70%
3%
2.60%
2.50%
1.60%
China
India
Malaysia
Thailand
8.70%
7.50%
5.00%
5.50%
4.00%
6.50%
2.80%
3.30%
Indonesia
Phillippines
Vietnam
6.70%
5.00%
6.20%
5.00%
4.10%
11.50%
2011
population
(millions)
2011 life
insurance
premium
(million
USD)
Mature
21.8
45 187
7.1
24 556
126.8
524 668
49
79 161
4.4
1 548
4.9
11 275
23.3
64 133
Developing
1 363.7
134 539
1 232.8
60 442
28.4
9 307
68.6
9 218
Emerging
235.5
9 437
95.4
1 890
88.8
818
2011
non-life
insurance
premium
(million
USD)
2011 life
insurance
penetration
(premium
% of GDP)
2011 nonlife
insurance
penetration
(premium
% of GDP)
43 899
3 293
130
51 223
8 503
8 188
14 283
3.00%
10.10%
8.80%
7.00%
0.90%
4.30%
13.90%
3.00%
1.40%
2.20%
4.60%
5.20%
1.50%
3.10%
87 319
12 187
4 965
6 028
1.80%
3.40%
3.30%
2.70%
1.20%
0.70%
1.80%
1.70%
4 655
991
1 027
1.10%
0.80%
0.70%
0.60%
0.40%
0.90%
Sumber : Earnest & Young (2013)
Berdasarkan Tabel 2, sektor industri asuransi Indonesia berada pada posisi
emerging atau baru muncul dan lebih unggul dari Filipina dan Vietnam, akan tetapi
Indonesia masih berada di bawah negara yang sektor industri asuransinya yang sudah
berkembang yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand, sehingga Indonesia harus waspada
dengan pemberlakuan ASEAN Economic Community pada tahun 2015.
Pada pemberlakuan ASEAN Economic Community, perusahaan asuransi di
Indonesia harus mempunyai strategi dalam menghadapi permasalahan tersebut. Dengan
datangnya ASEAN Economic Community, perusahaan asuransi di Indonesia mempunyai
kekuatan internal berupa jumlah penduduk yang banyak, sehingga dapat diartikan
mempunyai nasabah yang banyak. Akan tetapi disamping kekuatan internal, Indonesia
juga mempunyai kelemahan internal yaitu masih banyak masyarakat Indonesia yang
belum sanggup untuk membayar premi (sulit dijangkau). Peluang-peluang yang
didapatkan oleh perusahaan asuransi di Indonesia dengan adanya ASEAN Economic
Community adalah pasar perusahaan asuransi di Indonesia akan semakin luas dikarenakan
cakupan pasarnya seluas ASEAN dan masih banyak masyarakat Indonesia yang masih
belum sadar akn pentingnya asuransi. Ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan
asuransi di Indonesia adalah persaingan antara perusahaan asuransi akan semakin ketat,
sehingga OJK juga harus mengawasi perusahaan asuransi yang sudah tidak layak dalam
pengaturan RBC-nya, dan dapat dicabut izin nya oleh OJK.
Karena sektor industri asuransi sangat menjanjikan, banyak perusahaan baru yang
masuk ke sektor industri ini, baik perusahaan asuransi kerugian maupun asuransi jiwa.
Perusahaan Asuransi Kerugian adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, sedangkan Perusahaan
Asuransi Jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko
3
yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. (OJK
2013). Dengan bertambahnya perusahaan asuransi ini, OJK sebagai pengawas industri
asuransi harus memperketat dalam mengawasi kinerja perusahaan asuransi dalam industri
asuransi. Setiap tahunnya, Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan izin baru dan mencabut
izin perusahaan asuransi. Dengan adanya izin baru dan pencabutan izin perusahaan
menandakan adanya fluktuasi pada jumlah perusahaan asuransi seperti ditunjukkan
Gambar 1, terlihat jelas fluktuasi pertumbuhan perusahaan asuransi dalam kurun waktu 6
tahun terakhir dari tahun 2008-2013.
Jumlah Perusahaan Asuransi
Total Pencabutan Izin
Total Izin Baru
total
Total Pencabutan Izin
Total Izin Baru
total
2008
5
2009
1
2010
2
2011
3
2012
2
2013
0
0
1
0
0
1
6
144
144
142
139
138
144
Sumber : BPS (2013)
Gambar 1 Jumlah perusahaan asuransi tahun 2008-2013
Dari Gambar grafik 1, sektor perasuransian Indonesia mengalami fluktuasi yang
cukup signifikan, dari tahun 2008-2013, OJK telah mencabut 13 perusahaan asuransi
dikarenakan perusahaan tersebut tidak bisa memenuhi tingkat solvabilitasnya. Menurut
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, perusahaan setiap saat wajib memenuhi tingkat
solvabilitas paling sedikit 120% dari modal minimum berbasis risiko. Menurut data biro
riset Infobank per 2012 dari 81 perusahaan asuransi kerugian terdapat 40 perusahaan yang
Risk Based Capital nya turun, sedangkan perusahaan asuransi jiwa dari 42 perusahaan
ada 31 perusahaan yang Risk Based Capital nya turun. Laba bisa turun karena ada
perubahan perhitungan cadangan premi dan klaim berdasarkan lamanya umur piutang.
Perusahaan asuransi umum yang pasarnya lebih ke korporat lebih rentan karena nilai
cadangan klaimnya besar dan dihitung berdasarkan gross claim. (Infobank 2013).
Saat ini, OJK sedang mengawasi 85 asuransi kerugian dan 50 asuransi jiwa,
sehingga perusahaan asuransi yang masih bertahan harus bisa menjaga tingkat
solvabilitas agar tidak dicabut izin usahanya oleh OJK, dengan cara harus bisa mencari
nasabah agar tetap menyalurkan preminya kepada perusahaan. Menurut Wijaya (2003)
yang dikutip oleh Fitriani (2009) industri asuransi dapat melakukan perbaikan bila
industri asuransi tersebut dapat mengukur kinerjanya dengan baik. Selain dapat
melakukan perbaikan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai target
keberhasilan dengan membandingkannya dengan kinerja masa lalu. Kinerja keuangan
4
industri asuransi merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara
terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan, perlu
dilibatkan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan
mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Penelitian ini
menggunakan premi bruto sebagai dasar pertimbangan dalam memilih perusahaan untuk
dibandingkan satu sama lain. Premi bruto (Gross Premium) yang digunakan pada
penelitian ini adalah di atas Rp. 1 Triliun. Dalam menganalisis perbandingan risiko
keuangan antara perusahaan asuransi kerugian dan jiwa dapat menggunakan analisis
Altman Z-score, sedangkan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi
dapat dianalisis dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil analisis ini dapat
membantu perusahaan asuransi dalam mengetahui kinerja keuangan mereka agar dapat
mengatasi risiko nya sebaik mungkin. Sedangkan untuk analisis risiko keuangan dapat
dianalisis menggunakan metode Altman Z-score sebagai bagian dari indikator kinerja
perusahaan yang dapat memberikan informasi bagi investor. Berdasarkan uraian yang
telah dikemukakan, peneliti mengambil judul “ANALISIS KOMPARATIF RISIKO
KEUANGAN ASURANSI KERUGIAN DAN ASURANSI JIWA”
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana perbandingan kinerja & risiko keuangan
perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kerugian?
Tujuan Penelitian
Dengan berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui dan menganalisis perbandingan kinerja perusahaan asuransi kerugian
dan asuransi jiwa dengan analisis rasio-rasio keuangan.
2. Mengetahui perbandingan tingkat risiko keuangan perusahaan asuransi kerugian
dan asuransi jiwa dengan metode Altman Z-score.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang baik di
dalam pemahaman teori dan praktik sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Masyarakat
Pembaca dapat mengetahui perbandingan tingkat risiko keuangan/bisnis asuransi
jiwa dan asuransi kerugian.
2. Manfaat bagi Manajemen
Perusahaan dapat mengetahui perkembangan kesehatan dan kinerja keuangan
perusahaan, sehingga perusahaan dapat melakukan continous inprovement secara
bertahap.
3. Manfaat bagi investor
Dapat dijadikan pertimbangan dan tambahan informasi dalam pengambilan
keputusan berinvestasi.
5
4. Manfaat bagi Otoritas Jasa Keuangan
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam menyusun regulasi-regulasi yang berlaku
Ruang Lingkup Penelitian
Dari rumusan permasalahan diatas yang telah disusun maka ada beberapa hal yang
akan dibatasi dalam penelitian ini, antara lain :
1. Perusahaan asuransi kerugian & jiwa yang mempunyai gross premium di atas Rp
1 triliun
2. Laporan keuangan tahun 2009-2013
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Kelompok Usaha
Secara yuridis keberadaan asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank
berdasarkan pada Undang-undang Nomor 15 tahun 1952 tentang bursa asuransi dan mulai
didirikan dalam tahun 1972 untuk mendorong pengembangan pasar uang dan pasar modal
serta membantu permodalan perusahaanperusahaan, terutama golongan ekonomi lemah.
Menurut Subagyo et al. (2005), asuransi dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
karakteristiknya, yaitu :
1. Asuransi Kerugian
Dalam usaha asuransi kerugian, perusahaan asuransi memberikan jasa ke nasabah
(pihak tertanggung) dalam penanggulangan risiko terhadap kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga (pihak penanggung) yang
timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
2. Asuransi Jiwa
Kelompok usaha asuransi jiwa, perusahaan asuransi memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang
yang dipertanggungkan oleh perusahaan asuransi.
3. Reasuransi
Suatu kelompok perusahaan reasuransi ini mempunyai tugas yang sangat penting
yaitu, memberika jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi
perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa.
6
Laporan Keuangan
Suatu laporan keuangan (financial statement) akan menjadi lebih bermanfaat
untuk pengambilan keputusan, apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi apa
yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah laporan keuangan lebih lanjut,
akan diketahui proses perbandingan, evaluasi, dan analisis tren, akan mampu diprediksi
apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang, sehingga disinilah laporan keuangan
tersebut begitu diperlukan. Semakin baik kualitas laporan keaungan yang disajikan maka
akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan
tersebut. (Irham Fahmi, 2011).
Sebuah laporan keuangan pada umumnya terdiri atas:
1. Neraca yang menunjukan posisi keuangan-aktiva, utang, dan ekuitas pemegang
saham-suatu perusahaan pada jangka waktu tertentu.
2. Laporan Laba-Rugi menyajikan hasil usaha-pendapatan, beban, laba atau rugi
bersih dan laba atau rugi persaham.
3. Laporan Ekuitas Pemegang saham merekonsiliasi saldo awal dan akhir semua
akun yang ada dalam seksi ekuitas pemegang saham pada neraca.
4. Laporan Arus Kas memberikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari
kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi selama suatu periode akuntansi.
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2002) dalam Orianti (2009), analisis rasio keuangan mempunyai
beberapa tujuan. Tujuan pertama untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Tujuan kedua untuk
mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, yang
mencakup baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tujuan
ketiga untuk mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Tujuan keempat untuk
mengetahui stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan
stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
cicilan secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan. Berikut
adalah rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Risk Based Capital (RBC)
RBC merupakan rasio perbandingan jumlah tingkat solvabilitas terhadap batas
tingkat solvabilitas minimum (BTSM). Menurut Hoyt (2010), Dengan penerapan
RBC, yang diubah oleh NAIC (National Association of Insurance Commissioners)
diharapkan membantu perusahaan asuransi dalam menetapkan tingkat minimum
kecukupan modal berdasarkan risiko kebangkrutan. Persyaratan RBC tidak
dimaksudkan untuk digunakan sebagai ukuran kekuatan keuangan secara keseluruhan,
tetapi sebagai ambang batas tertentu yang digunakan untuk menentukan apakah
kondisi keuangan dalam keadaan sehat. NAIC menyarankan bahwa jika rasio modal
disesuaikan dengan modal yang diperlukan, seperti yang didefinisikan oleh rumus
RBC, kurang dari 200%, maka perusahaan membutuhkan beberapa tingkat tertentu
7
perhatian regulasi. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan asuransi dalam
mengelola modal minimum berbasis risiko. Pasal 2 KMK Nomor 424/KMK.06/2003
tentang perusahaan asuransi Indonesia menyebutkan bahwa perusahaan asuransi wajib
memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% dari modal minimum berbasis
risiko. Jika perusahaan memiliki tingkat solvabilitas paling sedikit 100%, maka
diberikan kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu untuk
memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas.
ℎ
Risk Based Capital :
�
...................................................(1)
2. Debt Ratio (DR)
Debt Ratio merupakan rasio total kewajiban perusahaan asuransi terhadap total
asset perusahaan asuransi. Rasio ini untuk mengukur berapa bagian dari keseluruhan
asset yang dibelanjai oleh kewajiban. Semakin rendah Debt Ratio, semakin baik
kondisi perusahaan asuransi, karena perusahaan asuransi hanya memakai sebagian
kecil asset perusahaan yang dibiayai dari kewajiban perusahaan.
Debt Ratio :
.........................................................................................(2)
3. Expenses Ratio (ER)
Expense Ratio merupakan rasio perbandingan antara beban usaha suatu perusahaan
asuransi terhadap premi bruto perusahaan asuransi. Semakin rendah nilai Expenses
Ratio, semakin baik kinerja persuahaan asuransi dalam mengelola investasi yang
berkaitan dengan beban usaha perusahaan.
Expense Ratio :
�
ℎ
........................................................................................(3)
4. Liability to Liquid Assets Ratio (LLAR)
Liability to Liquid Assets Ratio adalah rasio kewajiban atas asset yang
diperkenankan suatu persuahaan asuransi. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi nilai Liability to Liquid
Assets Ratio mengartikan adanya indikasi masalah likuiditas dan mempunyai
kemungkinan perusahaan dalam kondisi tidak solvent. Batasan standar pada rasio ini
adalah 120 persen, jika melebihi standar tersebut maka perusahaan mempunyai
masalah dalam likuiditasnya.
Liability to Liquid Assets Ratio :
�
�
......................................(4)
5. Investment to Technical Ratio (ITR)
Investment to Technical Ratio adalah rasio investasi terhadap cadangan teknis
ditambah dengan hutang klaim. Invenstment to Technical Ratio digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan asuransi dalam membayar kewajibannya kepada
pemegang polis jangka panjang. Investment to Technical Ratio mempunyai standar
rasionya sebesar 100%, semakin besar dari standarnya semakin baik.
8
Investment to Technical Ratio :
�
+
�
.............................(5)
6. Return on Assets (ROA)
Return on Assets adalah rasio laba bersih terhadap total asset suatu perusahaan
asuransi. Menurut Hanafi dan Halim (2005) yang dikutip oleh Nadjibah (2008), Return
on Assets digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam mengahasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya. Semakin besar nilai ROA
menunukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return yang diterima semakin besar.
Standar yang dikatakan perusahaan dalam kondisi yang baik adalah diatas 2 persen.
ℎ
Return on Assets :
......................................................................................(6)
7. Return on Equity (ROE)
ROE adalah melihat sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumberdaya
yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam mengasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan asuransi. Semakin besar
nilai ROE, maka kinerja perusahaan asuransi juga semakin baik. Standar nilai ROE yang
baik mempunyai nilai diatas 12 persen.
Return on Equity :
�
ℎ
..................................................................................(7)
Analisis Diskriminan (Altman Z-score)
Z-Score adalah alat analisis mengunakan persamaan multi varibel yang digunakan
oleh Altman, dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan yang dikeluarkan pada
tahun 1968. Altman meremuskan z-score menjadi beberapa bagian yang pertama adalah
Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5, di mana Z merupakan indeks kebangkrutan,
X1 (working capital/total assets), X2 (Retained earning/Total Assets), X3 (EBIT/Total
Assets), X4 (Market value of equity/book of value debt), X5 (Sales/Total Assets). Rumusan
tersebut mempunyai range kategori yaitu : z > 2.99 perusahaan dikategorikan sehat, 1.81
< z < 2.99, perusahaan dalam kondisi Grey Area, z < 1.81, perusahaan dikategorikan
bankrupt. Rumusan pertama ini memiliki keterbatas, yaitu hanya bisa digunakan oleh
perusahaan publik dan manufaktur, Sehingga Altman mengeluarkan rumusan yang kedua
yaitu Z’ = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.420X4 + 0.998X5. Z’-score ini mempunyai
range kategori yang berbeda dibandingkan dengan z-score yang pertama yaitu z > 2.90,
perusahaan dikategorikan sehat, 1.23 < z < 2.90, adalah Grey Area, dan z < 1.23,
perusahaan mengalami kebangkrutan. Dalam rumusan kedua ini, Altman
mengembangkan untuk perusahaan non publik dengan cara merumuskan kembali rasio
yang digunakan. Rumusan yang terakhir dikeluarkan Altman adalah Z” = 6.56X1 +
3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4. Z”-score model terakhir mempunyai range kategori berbeda
juga, yaitu z” > 2.60, perusahaan dikategorikan sehat, 1.1 < z” < 2.60, perusahaan dalam
kondisi Grey Area, z” < 1.1, perusahaan dalam kondisi bankrupt. Pada rumusan terakhir,
Altman menghilangkan X5 dengan harapan Industry Effect, dalam pengertian ukuran
perusahaan terkait dengan asset atau penjualan dapat dihilangkan (Prihadi 2008).
9
Alat analisis untuk mengukur risiko keuangan dalam penelitian ini menggunakan
metode Z”-score dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Z” = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 .....................................................................(8)
Keterangan:
Z”
= indeks kebangkrutan
X1
= Working capital / Total Assets
X2
= Retained earning / Total Assets
X3
= EBIT / Total Assets
X4
= Book value of equity / Book value of debt
Hasil rumus telah diklasifikasi menjadi 3 bagian kondisi keuangan perusahaan
berdasarkan score yang dijelaskan pada tabel 3. Rumus (8) adalah rumus ke-3 dari model
Altman Z-score yang digunakan untuk perusahaan publik dan perusahaan privat yang
berasal dari negara berkembang sehingga dapat digunakan perusahaan asuransi jiwa dan
asuransi kerugian.
Tabel 3 Kelompok kondisi keuangan perusahaan berdasarkan Z-score
Altman Z-Score
Kondisi
Bangkrut
Grey Area
Tidak Bangkrut
Z-Score
2.99
Z'-Score
2.90
Z"-Score
2.60
Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian
pertama oleh Simu dan Yulistyanto (2013) yang melakukan analisis kinerja keuangan
antara perusahaan asuransi jiwa nasional dan perusahaan asuransi jiwa patungan.
Penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas, solvabilitas dan independent sample ttest. Hasil studi empiris menunjukan bahwa RBC dari perusahaan asuransi jiwa patungan
lebih baik dari perusahaan asuransi nasional dikarenakan perusahaan asuransi jiwa
patungan mendapat dukungan dana yang kuat dari perusahaan induknya di luar negeri.
10
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat mendorong masyarakat
Indonesia untuk mengasuransikan risiko mereka ke perusahaan asuransi yang mereka
percayai. Hal tersebut diimbangi dengan banyak muncul perusahaan asuransi di
Indonesia. Semakin banyak konsumen di perusahaan asuransi, akan berpotensi menarik
investor untuk mengivestasikan asetnya di perusahaan asuransi. Hidup berdampingan
dengan sebuah risiko adalah sesuatu hal yang merugikan. Semakin banyaknya risiko
seperti bencana alam, kerugian material, meninggal dunia, pihak asuransi akan terus
mengganti kerugian nasabahnya. Kerugian material yang terus menerus dan tidak dapat
diselesaikan, akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan pada kondisi financial
distress.
Kondisi keuangan perusahaan asuransi dapat dilihat pada laporan keuangan
tahunan perusahaan. Dengan analisis rasio-rasio keuangan pada laporan keuangan dapat
menganalisis kondisi keuangan mereka. Penelitian ini menggunakan purposive sampling
yaitu laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan
asuransi yang pada periode 2009-2013, agar penelitian lebih baru menggunakan laporan
keuangan 5 tahun terakhir, serta premi bruto di atas 1 triliun, karena laporan keuangan 1
triliun keatas lebih banyak ditemukan pada website perusahaan asuransi, sehingga data
dapat diambil. Rasio keuangan yang digunakan adalah Risk Based Capital, Debt Ratio,
Expenses Ratio, Liability to Liquid Asset Ratio, Investment to Technical Ratio, Return on
Asset, dan Return on Equity. Metode yang digunakan untuk menganalisis perbandingan
kondisi keuangan dua perusahaan asuransi adalah Altman z-score. Metode Analasis
Diskriminan (Altman z-score) mengelompokkan kondisi keuangan perusahan menjadi
tiga bagian berdasarkan range skor setelah dihitung, yaitu pada kondisi Z>2.60
perusahaan dalam kondisi sehat, Z=1.1-2.60 perusahaan dalam kondisi grey area atau
kondisi sehat dan financial distress dan Z
KERUGIAN DAN ASURANSI JIWA
YUSUF MAULANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Komparatif Risiko
Keuangan Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Yusuf Maulana
NIM H24100125
ABSTRAK
YUSUF MAULANA. Analisis Komparatif Risiko Keuangan Asuransi Kerugian dan
Asuransi Jiwa. Dibimbing oleh ALI MUTASOWIFIN.
Perusahaan asuransi yang baik harus bisa mengelola risiko keuangan yang
dihadapi setiap tahunnya. Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun
2015, perusahaan asuransi akan berlomba-lomba untuk memperbaiki kinerja keuangan
perusahaan agar dapat menarik perhatian nasabah dan investor. Penelitian ini bertujuan
untuk 1) mengetahui dan menganalisis perbandingan kinerja perusahaan asuransi
kerugian dan asuransi jiwa dengan analisis rasio-rasio keuangan; 2) mengetahui
perbandingan tingkat risiko keuangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa
dengan metode Altman Z-score. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan asuransi yang
memiliki premi bruto di atas 1 triliun menggunakan analisis rasio keuangan dan altman
z-score yang diolah menggunakan Microsoft Excel 2013. Penelitian ini menggunakan
data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan asuransi kerugian
lebih baik dalam mengelola risiko keuangan dibandingkan perusahaan asuransi jiwa,
sedangkan perusahaan asuransi jiwa memiliki z-score yang lebih baik dibandingkan
dengan perusahaan asuransi kerugian.
Kata kunci : altman z-score, asuransi, risiko keuangan
ABSTRACT
YUSUF MAULANA. Comparative Analysis of Financial Risk of General Insurance and
Life Insurance. Supervised by ALI MUTASOWIFIN.
Good insurance companies must be able to manage their financial. With the
upcoming of ASEAN Economic Community in 2015, insurance company will have to
improve their financial performance in order to attract customers and investors. This
research aimed at 1) analyzing the financial risk comparison of the general insurance and
life insurance with financial ratios analysis; 2) analyzing comparison of financial risk of
general insurance and life insurance with the altman z-score methods. The research is
conducted at the insurance company which has a gross premium above Rp. 1 trillion,
using financial ratio analysis and altman z-score method, and processed using Microsoft
Excel 2013. The result showed that general insurance company is better in managing
financial risk than life insurance company, meanwhile life insurance company have a
better z-score than general insurance company.
Keyword : altman z-score, financial risk, insurance
ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN ASURANSI
KERUGIAN DAN ASURANSI JIWA
YUSUF MAULANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksananakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Mei 2014 ini
adalah Analisis Komparatif dengan judul Analisis Komparatif Risiko Keuangan Asuransi
Kerugian dan Asuransi Jiwa.
Terima kasih penulis kepada Bapak Ali Mutasowifin, S.E, M.Ak selaku
pembimbing atas perhatian, dukungan dan saran yang telah diberikannya. Disamping itu,
ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak drh. Darmansyah dan Ibu
Maya Komala selaku orang tua penulis atas doa, dukungan, kasih sayang dan cinta yang
luar biasa. Terima kasih kepada owner Ardnesia.com (I Putu Angga Kusumaharta) atas
inspirasi hidup yang diberikan kepada penulis. Juga kepada Anak Warkop Bara 4 (Eril,
Guntur, Willy, Zulfikar, Angga, Risky, Arbin, Fajar) yang selalu menemani hari-hari
penulis selama kuliah dan di warkop, dan kepada Mutasowifin Group (Nofrida, Alvinda,
Eka dan Sonia) yang berjuang bersama penulis. Serta kepada semua teman-teman
Manajemen 47 atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Yusuf Maulana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Jenis Kelompok Usaha
5
Laporan Keuangan
6
Analisis Laporan Keuangan
6
Analisis Diskriminan (Altman Z-Score)
8
Penelitian Terdahulu
9
METODE
10
Kerangka Pemikiran Penelitian
10
Lokasi dan Waktu Penelitian
12
Jenis dan Sumber Data
12
Metode Pengolahan Data
12
Variable Penelitian
12
Pengolahan dan Analisis Data
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Risk Based Capital (RBC)
13
Debt Ratio
14
Expenses Ratio
15
Investment to Technical Ratio
16
Liability to Liquid Assets Ratio
17
Return On Assets
18
ii
Return On Equity
19
Analisis Z-Score
20
Implikasi Manajerial
21
SIMPULAN DAN SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
vi
DAFTAR TABEL
1. Peningkatan jumlah premi bruto dan produk domestik bruto
2. Nilai premi Asuransi Asia Pasifik
3. Kelompok kondisi keuangan perusahaan berdasarkan Z-score
4. Total Kewajiban dan Total Asset Perusahaan Asuransi
5. Laba bersih perusahaan asuransi
6. Hasil Altman Z"-Score PT Asuransi Jasa Raharja
7. Hasil Altman Z"-Score PT Asuransi AIA
1
2
9
15
18
20
20
DAFTAR GAMBAR
1. Jumlah perusahaan Asuransi tahun 2009-2013
2. Kerangka pemikiran penelitian
3. Hasil perbandingan Risk Based Capital
4. Hasil perbandingan Debt Ratio
5. Hasil perbandingan Expenses Ratio
6. Hasil perbandingan Investment to Technical Ratio
7. Hasil perbandingan Liability to Liquid Assets Ratio
8. Hasil perbandingan Return on Assets Ratio
9. Hasil perbandingan Return on Equity Ratio
3
11
13
14
16
17
18
19
19
DAFTAR LAMPIRAN
1. Laporan keuangan Asuransi Jasa Raharja
2. Laporan keuangan Asuransi AIA
24
30
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, seperti
menghadapi risiko kematian ataupun menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki.
Hal ini disebabkan adanya masa depan yang tidak pasti, sehingga masyarakat
memerlukan perusahaan asuransi untuk menanggung ketidakpastian itu. Perkembangan
perusahaan asuransi dapat dilihat dari meningkatnya jumlah premi bruto asuransi.
Tabel 1 Peningkatan jumlah premi bruto perusahaan Asuransi dan PDB
Premi Bruto
Produk Domestik Bruto
Jumlah/Total
Pertumbuhan
Jumlah/Total Pertumbuhan
Tahun
(triliun
(%)
(triliun
(%)
rupiah) (a)
rupiah) (b)
90.31
16
4 951.36
25
2008
106.45
17
5 613.44
13
2009
125.12
17
6 422.90
14
2010
153.13
22
7 427.10
15
2011
178.07
16
8 241.90
11
2012
Rasio
(a/b)
1.82
1.90
1.95
2.06
2.16
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013)
Jumlah premi bruto industri asuransi pada tahun 2012 mencapai Rp178.07 triliun,
meningkat 16.29% dari angka tahun sebelumnya Rp153.1 triliun. Dalam lima tahun
terakhir, pertumbuhan rata- rata premi bruto adalah sekitar 18%. Apabila jumlah premi
bruto tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012, yaitu
sebesar 244 juta jiwa akan diperoleh insurance density sebesar Rp729.813. Ini berarti,
secara rata-rata setiap penduduk Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp 729.813 untuk
membayar premi asuransi. Sementara itu, kontribusi sektor asuransi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) sebagaimana dicerminkan oleh rasio antara premi bruto terhadap
PDB terus mengalami kenaikan dari 1.82% pada tahun 2008 menjadi 2.16% pada tahun
2012.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012, sebagaimana diukur dari Pendapatan
Domestik Bruto (PDB), meningkat dari Rp 7 427.1 triliun di tahun 2011 menjadi Rp
8241.9 triliun di tahun 2012. Pada periode yang sama, untuk industri asuransi, penerimaan
premi bruto naik sebesar 15.4% dari Rp153.1 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp178.07
triliun pada tahun 2012. Dengan demikian, rasio antara premi bruto dan PDB mengalami
kenaikan pada tahun 2012 dari 2.06% menjadi 2.16%. (OJK 2013).
Menurut Webb et al (2002) dalam Rahim (2013), perkembangan ekonomi makro
dapat digunakan sebagai predictor variable dalam melakukan analisis permintaan
asuransi. Dukungan juga ditunjukkan Kugler dan Ofoghi (2006) dalam Rahim (2013),
yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang fungsi permintaan asuransi akan
dipengaruhi oleh Gross Domestic Product (GDP). Fungsi permintaan industri asuransi
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan peningkatan Gross Domestic Product (GDP). Pada
tahun 2015 nanti, Indonesia akan menghadapi Asean Economic Community. Hal tersebut
merupakan peringatan bagi sektor industri asuransi di Indonesia karena pada 2015 nanti
2
akan banyak perusahaan asuransi dari negeri anggota ASEAN akan masuk ke sektor
industri asuransi Indonesia untuk meraih nasabah di Indonesia.
Tabel 2 Nilai premi Asuransi Asia Pasifik
Negara
Forecast
2013
GDP
change
Forecast
2013
CPI
change
Australia
Hong Kong
Japan
Korea
New Zealand
Singapore
Taiwan
3%
4.50%
1.70%
4%
2.60%
4.50%
4.60%
2.50%
3.30%
0.70%
3%
2.60%
2.50%
1.60%
China
India
Malaysia
Thailand
8.70%
7.50%
5.00%
5.50%
4.00%
6.50%
2.80%
3.30%
Indonesia
Phillippines
Vietnam
6.70%
5.00%
6.20%
5.00%
4.10%
11.50%
2011
population
(millions)
2011 life
insurance
premium
(million
USD)
Mature
21.8
45 187
7.1
24 556
126.8
524 668
49
79 161
4.4
1 548
4.9
11 275
23.3
64 133
Developing
1 363.7
134 539
1 232.8
60 442
28.4
9 307
68.6
9 218
Emerging
235.5
9 437
95.4
1 890
88.8
818
2011
non-life
insurance
premium
(million
USD)
2011 life
insurance
penetration
(premium
% of GDP)
2011 nonlife
insurance
penetration
(premium
% of GDP)
43 899
3 293
130
51 223
8 503
8 188
14 283
3.00%
10.10%
8.80%
7.00%
0.90%
4.30%
13.90%
3.00%
1.40%
2.20%
4.60%
5.20%
1.50%
3.10%
87 319
12 187
4 965
6 028
1.80%
3.40%
3.30%
2.70%
1.20%
0.70%
1.80%
1.70%
4 655
991
1 027
1.10%
0.80%
0.70%
0.60%
0.40%
0.90%
Sumber : Earnest & Young (2013)
Berdasarkan Tabel 2, sektor industri asuransi Indonesia berada pada posisi
emerging atau baru muncul dan lebih unggul dari Filipina dan Vietnam, akan tetapi
Indonesia masih berada di bawah negara yang sektor industri asuransinya yang sudah
berkembang yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand, sehingga Indonesia harus waspada
dengan pemberlakuan ASEAN Economic Community pada tahun 2015.
Pada pemberlakuan ASEAN Economic Community, perusahaan asuransi di
Indonesia harus mempunyai strategi dalam menghadapi permasalahan tersebut. Dengan
datangnya ASEAN Economic Community, perusahaan asuransi di Indonesia mempunyai
kekuatan internal berupa jumlah penduduk yang banyak, sehingga dapat diartikan
mempunyai nasabah yang banyak. Akan tetapi disamping kekuatan internal, Indonesia
juga mempunyai kelemahan internal yaitu masih banyak masyarakat Indonesia yang
belum sanggup untuk membayar premi (sulit dijangkau). Peluang-peluang yang
didapatkan oleh perusahaan asuransi di Indonesia dengan adanya ASEAN Economic
Community adalah pasar perusahaan asuransi di Indonesia akan semakin luas dikarenakan
cakupan pasarnya seluas ASEAN dan masih banyak masyarakat Indonesia yang masih
belum sadar akn pentingnya asuransi. Ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan
asuransi di Indonesia adalah persaingan antara perusahaan asuransi akan semakin ketat,
sehingga OJK juga harus mengawasi perusahaan asuransi yang sudah tidak layak dalam
pengaturan RBC-nya, dan dapat dicabut izin nya oleh OJK.
Karena sektor industri asuransi sangat menjanjikan, banyak perusahaan baru yang
masuk ke sektor industri ini, baik perusahaan asuransi kerugian maupun asuransi jiwa.
Perusahaan Asuransi Kerugian adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, sedangkan Perusahaan
Asuransi Jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko
3
yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. (OJK
2013). Dengan bertambahnya perusahaan asuransi ini, OJK sebagai pengawas industri
asuransi harus memperketat dalam mengawasi kinerja perusahaan asuransi dalam industri
asuransi. Setiap tahunnya, Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan izin baru dan mencabut
izin perusahaan asuransi. Dengan adanya izin baru dan pencabutan izin perusahaan
menandakan adanya fluktuasi pada jumlah perusahaan asuransi seperti ditunjukkan
Gambar 1, terlihat jelas fluktuasi pertumbuhan perusahaan asuransi dalam kurun waktu 6
tahun terakhir dari tahun 2008-2013.
Jumlah Perusahaan Asuransi
Total Pencabutan Izin
Total Izin Baru
total
Total Pencabutan Izin
Total Izin Baru
total
2008
5
2009
1
2010
2
2011
3
2012
2
2013
0
0
1
0
0
1
6
144
144
142
139
138
144
Sumber : BPS (2013)
Gambar 1 Jumlah perusahaan asuransi tahun 2008-2013
Dari Gambar grafik 1, sektor perasuransian Indonesia mengalami fluktuasi yang
cukup signifikan, dari tahun 2008-2013, OJK telah mencabut 13 perusahaan asuransi
dikarenakan perusahaan tersebut tidak bisa memenuhi tingkat solvabilitasnya. Menurut
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, perusahaan setiap saat wajib memenuhi tingkat
solvabilitas paling sedikit 120% dari modal minimum berbasis risiko. Menurut data biro
riset Infobank per 2012 dari 81 perusahaan asuransi kerugian terdapat 40 perusahaan yang
Risk Based Capital nya turun, sedangkan perusahaan asuransi jiwa dari 42 perusahaan
ada 31 perusahaan yang Risk Based Capital nya turun. Laba bisa turun karena ada
perubahan perhitungan cadangan premi dan klaim berdasarkan lamanya umur piutang.
Perusahaan asuransi umum yang pasarnya lebih ke korporat lebih rentan karena nilai
cadangan klaimnya besar dan dihitung berdasarkan gross claim. (Infobank 2013).
Saat ini, OJK sedang mengawasi 85 asuransi kerugian dan 50 asuransi jiwa,
sehingga perusahaan asuransi yang masih bertahan harus bisa menjaga tingkat
solvabilitas agar tidak dicabut izin usahanya oleh OJK, dengan cara harus bisa mencari
nasabah agar tetap menyalurkan preminya kepada perusahaan. Menurut Wijaya (2003)
yang dikutip oleh Fitriani (2009) industri asuransi dapat melakukan perbaikan bila
industri asuransi tersebut dapat mengukur kinerjanya dengan baik. Selain dapat
melakukan perbaikan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai target
keberhasilan dengan membandingkannya dengan kinerja masa lalu. Kinerja keuangan
4
industri asuransi merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara
terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan, perlu
dilibatkan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan
mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Penelitian ini
menggunakan premi bruto sebagai dasar pertimbangan dalam memilih perusahaan untuk
dibandingkan satu sama lain. Premi bruto (Gross Premium) yang digunakan pada
penelitian ini adalah di atas Rp. 1 Triliun. Dalam menganalisis perbandingan risiko
keuangan antara perusahaan asuransi kerugian dan jiwa dapat menggunakan analisis
Altman Z-score, sedangkan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi
dapat dianalisis dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil analisis ini dapat
membantu perusahaan asuransi dalam mengetahui kinerja keuangan mereka agar dapat
mengatasi risiko nya sebaik mungkin. Sedangkan untuk analisis risiko keuangan dapat
dianalisis menggunakan metode Altman Z-score sebagai bagian dari indikator kinerja
perusahaan yang dapat memberikan informasi bagi investor. Berdasarkan uraian yang
telah dikemukakan, peneliti mengambil judul “ANALISIS KOMPARATIF RISIKO
KEUANGAN ASURANSI KERUGIAN DAN ASURANSI JIWA”
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana perbandingan kinerja & risiko keuangan
perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kerugian?
Tujuan Penelitian
Dengan berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui dan menganalisis perbandingan kinerja perusahaan asuransi kerugian
dan asuransi jiwa dengan analisis rasio-rasio keuangan.
2. Mengetahui perbandingan tingkat risiko keuangan perusahaan asuransi kerugian
dan asuransi jiwa dengan metode Altman Z-score.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang baik di
dalam pemahaman teori dan praktik sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Masyarakat
Pembaca dapat mengetahui perbandingan tingkat risiko keuangan/bisnis asuransi
jiwa dan asuransi kerugian.
2. Manfaat bagi Manajemen
Perusahaan dapat mengetahui perkembangan kesehatan dan kinerja keuangan
perusahaan, sehingga perusahaan dapat melakukan continous inprovement secara
bertahap.
3. Manfaat bagi investor
Dapat dijadikan pertimbangan dan tambahan informasi dalam pengambilan
keputusan berinvestasi.
5
4. Manfaat bagi Otoritas Jasa Keuangan
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam menyusun regulasi-regulasi yang berlaku
Ruang Lingkup Penelitian
Dari rumusan permasalahan diatas yang telah disusun maka ada beberapa hal yang
akan dibatasi dalam penelitian ini, antara lain :
1. Perusahaan asuransi kerugian & jiwa yang mempunyai gross premium di atas Rp
1 triliun
2. Laporan keuangan tahun 2009-2013
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Kelompok Usaha
Secara yuridis keberadaan asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank
berdasarkan pada Undang-undang Nomor 15 tahun 1952 tentang bursa asuransi dan mulai
didirikan dalam tahun 1972 untuk mendorong pengembangan pasar uang dan pasar modal
serta membantu permodalan perusahaanperusahaan, terutama golongan ekonomi lemah.
Menurut Subagyo et al. (2005), asuransi dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
karakteristiknya, yaitu :
1. Asuransi Kerugian
Dalam usaha asuransi kerugian, perusahaan asuransi memberikan jasa ke nasabah
(pihak tertanggung) dalam penanggulangan risiko terhadap kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga (pihak penanggung) yang
timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
2. Asuransi Jiwa
Kelompok usaha asuransi jiwa, perusahaan asuransi memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang
yang dipertanggungkan oleh perusahaan asuransi.
3. Reasuransi
Suatu kelompok perusahaan reasuransi ini mempunyai tugas yang sangat penting
yaitu, memberika jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi
perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa.
6
Laporan Keuangan
Suatu laporan keuangan (financial statement) akan menjadi lebih bermanfaat
untuk pengambilan keputusan, apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi apa
yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah laporan keuangan lebih lanjut,
akan diketahui proses perbandingan, evaluasi, dan analisis tren, akan mampu diprediksi
apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang, sehingga disinilah laporan keuangan
tersebut begitu diperlukan. Semakin baik kualitas laporan keaungan yang disajikan maka
akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan
tersebut. (Irham Fahmi, 2011).
Sebuah laporan keuangan pada umumnya terdiri atas:
1. Neraca yang menunjukan posisi keuangan-aktiva, utang, dan ekuitas pemegang
saham-suatu perusahaan pada jangka waktu tertentu.
2. Laporan Laba-Rugi menyajikan hasil usaha-pendapatan, beban, laba atau rugi
bersih dan laba atau rugi persaham.
3. Laporan Ekuitas Pemegang saham merekonsiliasi saldo awal dan akhir semua
akun yang ada dalam seksi ekuitas pemegang saham pada neraca.
4. Laporan Arus Kas memberikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari
kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi selama suatu periode akuntansi.
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2002) dalam Orianti (2009), analisis rasio keuangan mempunyai
beberapa tujuan. Tujuan pertama untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Tujuan kedua untuk
mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, yang
mencakup baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tujuan
ketiga untuk mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Tujuan keempat untuk
mengetahui stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan
stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
cicilan secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan. Berikut
adalah rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Risk Based Capital (RBC)
RBC merupakan rasio perbandingan jumlah tingkat solvabilitas terhadap batas
tingkat solvabilitas minimum (BTSM). Menurut Hoyt (2010), Dengan penerapan
RBC, yang diubah oleh NAIC (National Association of Insurance Commissioners)
diharapkan membantu perusahaan asuransi dalam menetapkan tingkat minimum
kecukupan modal berdasarkan risiko kebangkrutan. Persyaratan RBC tidak
dimaksudkan untuk digunakan sebagai ukuran kekuatan keuangan secara keseluruhan,
tetapi sebagai ambang batas tertentu yang digunakan untuk menentukan apakah
kondisi keuangan dalam keadaan sehat. NAIC menyarankan bahwa jika rasio modal
disesuaikan dengan modal yang diperlukan, seperti yang didefinisikan oleh rumus
RBC, kurang dari 200%, maka perusahaan membutuhkan beberapa tingkat tertentu
7
perhatian regulasi. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan asuransi dalam
mengelola modal minimum berbasis risiko. Pasal 2 KMK Nomor 424/KMK.06/2003
tentang perusahaan asuransi Indonesia menyebutkan bahwa perusahaan asuransi wajib
memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% dari modal minimum berbasis
risiko. Jika perusahaan memiliki tingkat solvabilitas paling sedikit 100%, maka
diberikan kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu untuk
memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas.
ℎ
Risk Based Capital :
�
...................................................(1)
2. Debt Ratio (DR)
Debt Ratio merupakan rasio total kewajiban perusahaan asuransi terhadap total
asset perusahaan asuransi. Rasio ini untuk mengukur berapa bagian dari keseluruhan
asset yang dibelanjai oleh kewajiban. Semakin rendah Debt Ratio, semakin baik
kondisi perusahaan asuransi, karena perusahaan asuransi hanya memakai sebagian
kecil asset perusahaan yang dibiayai dari kewajiban perusahaan.
Debt Ratio :
.........................................................................................(2)
3. Expenses Ratio (ER)
Expense Ratio merupakan rasio perbandingan antara beban usaha suatu perusahaan
asuransi terhadap premi bruto perusahaan asuransi. Semakin rendah nilai Expenses
Ratio, semakin baik kinerja persuahaan asuransi dalam mengelola investasi yang
berkaitan dengan beban usaha perusahaan.
Expense Ratio :
�
ℎ
........................................................................................(3)
4. Liability to Liquid Assets Ratio (LLAR)
Liability to Liquid Assets Ratio adalah rasio kewajiban atas asset yang
diperkenankan suatu persuahaan asuransi. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi nilai Liability to Liquid
Assets Ratio mengartikan adanya indikasi masalah likuiditas dan mempunyai
kemungkinan perusahaan dalam kondisi tidak solvent. Batasan standar pada rasio ini
adalah 120 persen, jika melebihi standar tersebut maka perusahaan mempunyai
masalah dalam likuiditasnya.
Liability to Liquid Assets Ratio :
�
�
......................................(4)
5. Investment to Technical Ratio (ITR)
Investment to Technical Ratio adalah rasio investasi terhadap cadangan teknis
ditambah dengan hutang klaim. Invenstment to Technical Ratio digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan asuransi dalam membayar kewajibannya kepada
pemegang polis jangka panjang. Investment to Technical Ratio mempunyai standar
rasionya sebesar 100%, semakin besar dari standarnya semakin baik.
8
Investment to Technical Ratio :
�
+
�
.............................(5)
6. Return on Assets (ROA)
Return on Assets adalah rasio laba bersih terhadap total asset suatu perusahaan
asuransi. Menurut Hanafi dan Halim (2005) yang dikutip oleh Nadjibah (2008), Return
on Assets digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam mengahasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya. Semakin besar nilai ROA
menunukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return yang diterima semakin besar.
Standar yang dikatakan perusahaan dalam kondisi yang baik adalah diatas 2 persen.
ℎ
Return on Assets :
......................................................................................(6)
7. Return on Equity (ROE)
ROE adalah melihat sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumberdaya
yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam mengasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan asuransi. Semakin besar
nilai ROE, maka kinerja perusahaan asuransi juga semakin baik. Standar nilai ROE yang
baik mempunyai nilai diatas 12 persen.
Return on Equity :
�
ℎ
..................................................................................(7)
Analisis Diskriminan (Altman Z-score)
Z-Score adalah alat analisis mengunakan persamaan multi varibel yang digunakan
oleh Altman, dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan yang dikeluarkan pada
tahun 1968. Altman meremuskan z-score menjadi beberapa bagian yang pertama adalah
Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5, di mana Z merupakan indeks kebangkrutan,
X1 (working capital/total assets), X2 (Retained earning/Total Assets), X3 (EBIT/Total
Assets), X4 (Market value of equity/book of value debt), X5 (Sales/Total Assets). Rumusan
tersebut mempunyai range kategori yaitu : z > 2.99 perusahaan dikategorikan sehat, 1.81
< z < 2.99, perusahaan dalam kondisi Grey Area, z < 1.81, perusahaan dikategorikan
bankrupt. Rumusan pertama ini memiliki keterbatas, yaitu hanya bisa digunakan oleh
perusahaan publik dan manufaktur, Sehingga Altman mengeluarkan rumusan yang kedua
yaitu Z’ = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.420X4 + 0.998X5. Z’-score ini mempunyai
range kategori yang berbeda dibandingkan dengan z-score yang pertama yaitu z > 2.90,
perusahaan dikategorikan sehat, 1.23 < z < 2.90, adalah Grey Area, dan z < 1.23,
perusahaan mengalami kebangkrutan. Dalam rumusan kedua ini, Altman
mengembangkan untuk perusahaan non publik dengan cara merumuskan kembali rasio
yang digunakan. Rumusan yang terakhir dikeluarkan Altman adalah Z” = 6.56X1 +
3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4. Z”-score model terakhir mempunyai range kategori berbeda
juga, yaitu z” > 2.60, perusahaan dikategorikan sehat, 1.1 < z” < 2.60, perusahaan dalam
kondisi Grey Area, z” < 1.1, perusahaan dalam kondisi bankrupt. Pada rumusan terakhir,
Altman menghilangkan X5 dengan harapan Industry Effect, dalam pengertian ukuran
perusahaan terkait dengan asset atau penjualan dapat dihilangkan (Prihadi 2008).
9
Alat analisis untuk mengukur risiko keuangan dalam penelitian ini menggunakan
metode Z”-score dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Z” = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 .....................................................................(8)
Keterangan:
Z”
= indeks kebangkrutan
X1
= Working capital / Total Assets
X2
= Retained earning / Total Assets
X3
= EBIT / Total Assets
X4
= Book value of equity / Book value of debt
Hasil rumus telah diklasifikasi menjadi 3 bagian kondisi keuangan perusahaan
berdasarkan score yang dijelaskan pada tabel 3. Rumus (8) adalah rumus ke-3 dari model
Altman Z-score yang digunakan untuk perusahaan publik dan perusahaan privat yang
berasal dari negara berkembang sehingga dapat digunakan perusahaan asuransi jiwa dan
asuransi kerugian.
Tabel 3 Kelompok kondisi keuangan perusahaan berdasarkan Z-score
Altman Z-Score
Kondisi
Bangkrut
Grey Area
Tidak Bangkrut
Z-Score
2.99
Z'-Score
2.90
Z"-Score
2.60
Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian
pertama oleh Simu dan Yulistyanto (2013) yang melakukan analisis kinerja keuangan
antara perusahaan asuransi jiwa nasional dan perusahaan asuransi jiwa patungan.
Penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas, solvabilitas dan independent sample ttest. Hasil studi empiris menunjukan bahwa RBC dari perusahaan asuransi jiwa patungan
lebih baik dari perusahaan asuransi nasional dikarenakan perusahaan asuransi jiwa
patungan mendapat dukungan dana yang kuat dari perusahaan induknya di luar negeri.
10
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat mendorong masyarakat
Indonesia untuk mengasuransikan risiko mereka ke perusahaan asuransi yang mereka
percayai. Hal tersebut diimbangi dengan banyak muncul perusahaan asuransi di
Indonesia. Semakin banyak konsumen di perusahaan asuransi, akan berpotensi menarik
investor untuk mengivestasikan asetnya di perusahaan asuransi. Hidup berdampingan
dengan sebuah risiko adalah sesuatu hal yang merugikan. Semakin banyaknya risiko
seperti bencana alam, kerugian material, meninggal dunia, pihak asuransi akan terus
mengganti kerugian nasabahnya. Kerugian material yang terus menerus dan tidak dapat
diselesaikan, akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan pada kondisi financial
distress.
Kondisi keuangan perusahaan asuransi dapat dilihat pada laporan keuangan
tahunan perusahaan. Dengan analisis rasio-rasio keuangan pada laporan keuangan dapat
menganalisis kondisi keuangan mereka. Penelitian ini menggunakan purposive sampling
yaitu laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan
asuransi yang pada periode 2009-2013, agar penelitian lebih baru menggunakan laporan
keuangan 5 tahun terakhir, serta premi bruto di atas 1 triliun, karena laporan keuangan 1
triliun keatas lebih banyak ditemukan pada website perusahaan asuransi, sehingga data
dapat diambil. Rasio keuangan yang digunakan adalah Risk Based Capital, Debt Ratio,
Expenses Ratio, Liability to Liquid Asset Ratio, Investment to Technical Ratio, Return on
Asset, dan Return on Equity. Metode yang digunakan untuk menganalisis perbandingan
kondisi keuangan dua perusahaan asuransi adalah Altman z-score. Metode Analasis
Diskriminan (Altman z-score) mengelompokkan kondisi keuangan perusahan menjadi
tiga bagian berdasarkan range skor setelah dihitung, yaitu pada kondisi Z>2.60
perusahaan dalam kondisi sehat, Z=1.1-2.60 perusahaan dalam kondisi grey area atau
kondisi sehat dan financial distress dan Z