Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN
JAWER KOTOK (Coleus atropurpureus) TERHADAP
BAKTERI KULIT WAJAH BERJERAWAT

YUSTINA DIAN FAJAR

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antimikroba
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit
Wajah Berjerawat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Yustina Dian Fajar
NIM B04110105

ABSTRAK
YUSTINA DIAN FAJAR. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer
Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat.
Dibimbing oleh RINI MADYASTUTI PURWONO dan USAMAH AFFIF.
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan membuat bakteri menjadi
resisten. Meningkatnya resistensi antibiotik mendorong perlu dilakukan eksplorasi
terhadap bahan alternatif yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri. Salah satunya adalah daun jawer kotok (Coleus atropurpureus).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok (Coleus atropurpureus) terhadap bakteri hasil swab kulit wajah
berjerawat. Penelitian ini dilakukan terhadap bakteri Gram positif yang berhasil
ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat. Bakteri tersebut adalah
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus sp. dan

Micrococcus sp.. Seluruh bakteri diuji dengan konsentrasi ekstrak bertingkat
mulai dari 20%, 40%, 60%, 80%, dan dibandingkan dengan antibiotik klindamisin
1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jawer kotok
memiliki potensi antibakteri yang baik. Diameter zona hambat bakteri yang
berada dalam rentan antara 13.80 ± 1.09 mm sampai 17.00 ± 0.70 mm. Metabolit
sekunder yang terkandung dalam daun jawer adalah flavonoid, polifenol dan tanin,
serta terpenoid yang memiliki potensi sebagai antibakteri.
Kata kunci : Coleus atropurpureus, aktivitas antimikroba, ekstrak jawer kotok,
flavonoid, polifenol, tanin, terpenoid

ABSTRACT
YUSTINA DIAN FAJAR. Antibacterial Activity of Etanol Extract from Jawer
Kotok (Coleus atropurpureus) Leave to Bacterialof Pimpled Faces. Supervised by
RINI MADYASTUTI PURWONO and USAMAH AFIF.
The misused of antibiotics will resist the bacteria. The increasing of
resistance in antibiotic needs exploration other alternative resources which could
kill or obstruct bacteria to grow. One of resources is jawer kotok (Coleus
atropurpureus) leave. The objectives of this research are to assay jawer kotok
leave’s etanol extract as antibacterial for pimpled skin. Those bacteria are
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus sp., and

Micrococcus sp.. The bacterias were challenged with gradual extract consentration,
starting from 20%, 40%, 60%, 80% and campared with 1% clindamycin antibiotic.
The result of the research showed that jawer kotok leave’s etanol extract had
potency as good antibacterial. The diameter of antibacterial inhibition zone range
from 13.80 ± 1.09 mm until 17,00 ± 0,70 mm. Secondary metabolites in jawer
kotok leave consist of flavonoids, polyphenols, tannins and terpenoids which had
potency as antibacterial.
Keywords: Coleus atropurpureus, antimicrobial activity, jawer kotok extract,
flavonoids,tannin, polyphenols, terpenoids.

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN
JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI
KULIT WAJAH BERJERAWAT

YUSTINA DIAN FAJAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada

Fakultas Kedokteran Hewan

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat. Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan skripsi ini:
1. Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Rini Madyastuti P, S.Si, Apt, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Drh.
Usamah Afiff, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

membimbing dan memberikan pengarahan, kritik, dan saran kepada penulis
selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai.
3. Drs. Pudji Achmadi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan.
4. Seluruh staff Bagian Mikrobiologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan
dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, staff Bagian Farmasi, Depatemen Klinik,
Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
5. Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa, semangat dan
dukungan selama berkuliah di FKH, IPB.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca, serta untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kedokteran hewan.

Bogor, Agustus 2015

Yustina Dian Fajar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Jawer Kotok (Coleusatropurpureus)

2


Jerawat

2

Ekstraksi

3

Antibakteri

3

Antibiotik Klindamisin

4

Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah

4


METODE

5

Tempat dan Waktu Penelitian

5

Alat dan Bahan

5

Prosedur Penelitian

5

Analisis Data

8


HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

8

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

9

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

9

SIMPULAN DAN SARAN

12


Simpulan

12

Saran

12

Daftar Pustaka

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah
berjerawat

9

10

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Coleus atropurpureus
Uji identifikasi bakteri Gram positif
Hasil uji fitokimia
Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus sp.,
dan Micrococcus sp.

2
6
8

9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Pembuktian hipotesis
2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

15
15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima
dekade terakhir. Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya.
Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah, tersedia
secara kontinu, dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
pembuatan antimikroba, oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan
alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri.
Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih
percaya diri. Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial,
pemakaian krim, masker, serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat.
Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena
aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013),
serta Staphylococcus aureus (Razak et al. 2013).
Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Masyarakat memanfaatkan daun jawer
kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare, demam, pengobatan pasca
melahirkan, terlambat datang bulan, abses, ambeien dan diabetes mellitus
(Ratnawati 2007). Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat
digunakan sebagai senyawa antibakteri.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri
ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah
berjerawat, sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan
produk farmasi antibakteri. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah
bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis.

2

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat.

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
Indonesia.Tanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan, pematang sawah, atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1.300 diatas
permukaan laut (dpl). Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae.
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda), kentangan (jawa),
saru-saru atau majaja. Daunnya berbentuk bulat telur, pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung, ujung meruncing, tepi bergerigi, tulang daun
menyirip, permukaan mengkilat, berambut halus, memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 3.5-6 cm (Dalimartha 2000).

Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid, tanin, saponin (Yusuf
et al. 2006), polifenol, serta steroid (Rahmawati 2008). Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan. Kelebihan produksi

3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit. Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat, komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014).

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut. Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007).
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi. Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan. Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008). Pemilihan etanol 96% sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96% yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif, seperti tanin, polifenol, flavonoid, terpenoid, sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al. 2008). Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96% yang digunakan adalah 1 : 10. Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar, hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar.
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator. Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96% dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok.

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri. Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996).

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Enterococcus sp, Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae, Neisseria gonorrhoeae, Neisseria.

4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae. Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium, Proponibacterium, Peptococcus,
Peptostreptococcus, Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium sp.dan Bacteriodes
sp.termasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013).

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah

Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil.
S. aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 0.8-1.0 µm. Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase. S. aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas, kulit, saluran
urinari, abses, infeksi luka, radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al. 2014).

Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif, berbentuk kokus, berdiameter 0,5-1,5
µm, berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur. Koloni biasanya berwarna
putih atau krem. S. epidermidis bersifat aerob fakultatif, katalase positif dan
koagulase negatif. Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia, saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan. Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit, misalnya jerawat (Saptarini et al.
2008).

Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria. Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen. P. Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat. Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh). P. acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al.2014).

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi, Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi (KRP),
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor (IPB). Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik, cawan
petri, mini tube, mikro pipet, pipet volumentrik, pipet pasteur, pinset, tabung
reaksi, cotton bud steril, tabung durham, tabung effendorf, ose,kapas, object glass,
bunsen, spatula, inkubator, autoklaf, dan mikroskop. Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok, bakteri hasil swab wajah (S. aureus, S. epidermidis,
Streptococcus sp., Micrococcus sp.), antibiotik klindamisin, satu set zat
pewarnaan gram, reagen katalase (larutan 3% H2O2), Brain Heart Infussion (BHI),
Blood Agar (BA), Mac Conkey Agar (MCA), Manitol Salt Agar (MSA),
Tyrpticase Soy Agar (TSA), Muller Hilton Agar (MHA), etanol 96%, Dimenthyl
sulfoxide (DMSO), NaOH, H2SO4, FeCl3, reagen dragendorff dan reagen meyer.

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih. Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan. Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud. Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium. Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus.

6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al.
(1976). Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA, dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA. Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA, diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam.
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda,
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24
jam. Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2).
Bakteri Gram Positif

Kokus

Batang

Uji katalase
Pengamatan
Mikroskopis
Positif
+Spora
(Bacillus sp.)
((jjh

-Spora (non
Bacillus sp.)
((jjh

Negatif

Micrococcaceae

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Positif

Streptococcaceae

α

Negatif

·
Staphylococcus
spp.
MSA

Kuning
Staphylococcus aureus

Uji CAMP
(BA)

Micrococcus spp.

Uji Koagulase

Merah
Staphylococcus epidermidis

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah. Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan.

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi. Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian, masing-masing bagian 200 g, kemudian direndam
dengan etanol 96% (perbandingan 1:10) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam, sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya.
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator.
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 18.5 g.

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman. Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, tanin,
polifenol, terpenoid, steroid, dan saponin. Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96% lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4, amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif. Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3, selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau, biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin.
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian, keduanya
ditambahkan larutan etanol 96%. Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer. Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer. Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan etanol 96%
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat. Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan.

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA. Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108 CFU/ml. Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril. Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8
menit. Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji.
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan :
Konsentrasi 20 % (K1) : 0.2 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 % (K2) : 0.4 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 % (K3) : 0.6 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 % (K4) : 0.8 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) : Klindamisin 1%
Kontrol negatif (KN) : DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ºC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris.
Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid, polifenol, tanin, serta terpenoid, dan negatif
terhadap alkaloid. Ridwan et al. (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1).

(a)
Gambar 3

(b)

(c)

(d)

(f)

Hasil uji fitokimia flavonoid (a), alkaloid dengan reagen
dragendorff (b), alkaloid dengan reagen meyer (c), polifenol
(d), terpenoid (e)

9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia
Flavonoid
Alkaloid
Meyer
Dragendorff
Polifenol dan Tanin
Terpenoid
a

Hasil
+


+
+

Keterangan; +: terdeteksi, −: tidak terdeteksi.

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus sp., dan Micrococcus sp.
Menurut Seta (2013) dan Razak et al. (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S. aureus, S. epidermidis dan Propionibacterium acne. P. acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob. Penemuan bakteri Streptococcus sp. mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp. merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011). Micrococcus sp.,
dapat ditemukan pada hasil swab wajah, mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan, seperti air, udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010).

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2).

K1

KN

K4

K1

KN

K4

K1

KN

K4

K1

KN

K4

K2

KP

K3

K2

KP

K3

K2

KP

K3

K2

KP

K3

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S. aureus (a),
S. epidermidis (b), Streptococcus sp. (c),dan Micrococcus sp.(d)

10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok S. aureus
S. epidermidis Streptococcus
Micrococcus
Perlakuan
sp.
sp.
K1
K2
K3
K4
KP
KN

13.80 ± 1.09 b
16.00 ± 1.22c
16.00 ± 0.70c
17.00 ± 0.70c
40.60± 0.89d
0.00 ± 0,00a

15.00 ± 0.70b
15.40 ±0.54bc
16.40 ± 1.51c
16.20 ± 1.09c
40.80 ± 0.44d
0.00 ± 0.00a

15.60 ± 1.34c
16.20 ± 1.09c
16.20 ± 1.09c
15.60 ± 0.54c
41.60 ± 0.54d
0.00 ± 0.00a

14.20 ± 1.78b
15.00 ± 2.00b
15.00 ± 2.00b
14.20 ± 1.30b
18.20 ± 0.83d
0.00 ± 0.00a

a

Keterangan :
K1: konsentrasi 20%, K2: konsentrasi 40%, K3: konsentrasi 60%, K4:
konsentrasi 80%, KP: kontrol positif, KN: kontrol negatif. Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata P< 0.05.

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji.
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri, sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji.
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri, serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al. 2012).
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri. Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S. aureus, S. epidermidis, Streptococcus sp, dan Micrococcus sp, masih
peka terhadap KP. Antibiotik klindamisin 1% digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010). Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida. Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014). Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob, akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013).
Hasil uji pada bakteri S. aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (P 2.62), (1149. 947 > 2.62),
(1122. 068 > 2.62) dan (91.144 > 2.62), maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20%, 40%, 60% dan 80% memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S. aureus, S. epidermidis, Streptococcus sp. dan Micrococcus sp.
Lampiran 2.. hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
s.aureus

Mean
ekstrak 20%
ekstrak 40%
ekstrak 60%
ekstrak 80%
kontrol positif
kontrol negative
Total
0

1
3,8000
1
6,0000
1
6,0000
1
7,0000
4
0,6000
,
0000
1
7,2333

Std.
Deviation
Std. Error
1,09
,489
545
90
1,22
,547
474
72
,707
,316
11
23
,707
,316
11
23
,894
,400
43
00
,000
,000
00
00
12,1
2,22
8728
508

95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Upper
Bound Bound Minimum
Maximum
1
1
12,0
15,
2,4398 5,1602
0
00
1
1
14,0
17,
4,4793 7,5207
0
00
1
1
15,0
17,
5,1220 6,8780
0
00
1
1
16,0
18,
6,1220 7,8780
0
00
3
4
39,0
41,
9,4894 1,7106
0
00
,
,
,00
,00
0000
0000
1
2
,00
41,
2,6825 1,7841
00

16
ANOVA
s.aureus
Between
Groups
Within
Groups
Total

Sum of Squares
4289,367

df

Mean Square F
5
857,873

18,000

24

4307,367

29

Sig.
1143,8
31

,000

,750

Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
s.aureus

a

Duncan

perlakuan
kontrol negatif

N
5

ekstrak 20%

5

ekstrak 40%

5

ekstrak 60%

5

ekstrak 80%

5

kontrol positif

5

Sig.

Subset for alpha = 0.05
2
3

1
,0000

4

13,800
0
16,000
0
16,000
0
17,000
0
1,000

1,000

,096

40,600
0
1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

ONEWAY S.epidermidis BY perlakuan
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).
[DataSet0]
Descriptives
S.epidermidis

Mean
ekstrak 20%
ekstrak 40%
ekstrak 60%
ekstrak 80%
kontrol positif
kontrol negatif
Total
0

1
5,0000
1
5,4000
1
6,4000
1
6,2000
4
0,8000
,
0000
1
7,3000

Std.
Deviation Std. Error
,70
,31
711
623
,54
,24
772
495
1,5
,67
1658
823
1,0
,48
9545
990
,44
,20
721
000
,00
,00
000
000
12,
2,2
21968
3100

95%
Confidence Interval
for Mean
Lower
Upper
Bound
Bound
Minimum
Maximum
1
1
14,0
16,
4,1220
5,8780
0
00
1
1
15,0
16,
4,7199
6,0801
0
00
1
1
15,0
18,
4,5169
8,2831
0
00
1
1
15,0
18,
4,8398
7,5602
0
00
4
4
40,0
41,
0,2447
1,3553
0
00
,
,
,00
,00
0000
0000
1
2
,00
41,
2,7371
1,8629
00

17
ANOVA
S.epidermidis
Between Groups

Sum of Squares
Df
4312,300

Within Groups
Total

5

18,000

24

4330,300

29

Mean Square F
862,460

Sig.
1149,9
47

,000

,750

Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
S.epidermidis

a

Duncan

Perlakuan
kontrol negative

N
5

ekstrak 20%

5

ekstrak 40%

5

ekstrak 80%

5

ekstrak 60%

5

kontrol positif

5

Sig.

1
,0000

Subset for alpha = 0.05
2
3
15,000
0
15,400
0

1,000

,472

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

ONEWAY S.epidermidis BY perlakuan
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).
[DataSet0]

4

15,400
0
16,200
0
16,400
0
,096

40,800
0
1,000

18
Descriptives
Streptococcus

Mean
ekstrak 20%
ekstrak 40%
ekstrak 60%
ekstrak 80%
kontrol positif
kontrol negatif
Total
0

1
5,6000
1
6,2000
1
6,2000
1
5,6000
4
1,6000
,
0000
1
7,5333

Std.
Deviation
1,3
4164
1,0
9545
1,0
9545
,54
772
,54
772
,00
000
12,
46715

95%
Confidence Interval
for Mean
Std.
Lower
Upper
Error
Bound
Bound
Minimum
Maximum
,
1
1
14,00
17,00
60000
3,9341
7,2659
,
1
1
15,00
17,00
48990
4,8398
7,5602
,
1
1
15,00
17,00
48990
4,8398
7,5602
,
1
1
15,00
16,00
24495
4,9199
6,2801
,
4
4
41,00
42,00
24495
0,9199
2,2801
,
,
,
,00
,00
00000
0000
0000
2
1
2
,00
42,00
,27618
2,8780
2,1886

ANOVA
Streptococcus
Between Groups

Sum of Squares
df
4488,267

Within Groups
Total

5

19,200

24

4507,467

29

Mean Square F
897,653

Sig.
1122,0
67

,800

Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus

a

Duncan
perlakuan
kontrol negatif

N
5

ekstrak 20%

5

ekstrak 80%

5

ekstrak 40%

5

ekstrak 60%

5

kontrol positif

5

Sig.

1
,0000

Subset for alpha = 0.05
2

3

15,600
0
15,600
0
16,200
0
16,200
0
1,000

,343

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

ONEWAY S.epidermidis BY perlakuan
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).
[DataSet0]

41,600
0
1,000

,000

19
Descriptives
Micrococcus

Std.
Std.
Deviation
Error
1,78
,
885
80000
2,00
,
000
89443
2,00
,
000
89443
1,30
,
384
58310
,836
,
66
37417
,000
,
00
00000
6,12
1
335
,11797

Mean
ekstrak 20%
ekstrak 40%
ekstrak 60%
ekstrak 80%
kontrol positif
kontrol
negative
Total
0

1
4,2000
1
5,0000
1
5,0000
1
4,2000
1
8,2000
,
0000
1
2,7667

95%
Confidence Interval for
Mean
Lower
Upper
Bound
Bound
Minimum Maximum
11,
16,
12,
16,0
9788
4212
00
0
12,
17,
12,
17,0
5167
4833
00
0
12,
17,
12,
17,0
5167
4833
00
0
12,
15,
12,
15,0
5811
8189
00
0
17,
19,
17,
19,0
1611
2389
00
0
,00
,00
,00
,00
00
00
10,
15,
,00
19,0
4802
0532
0

ANOVA
Micrococcus
Between Groups
Within Groups

Sum of Squares
Df
1032,967
54,400

Total

5
24

1087,367

Mean Square F
206,593
2,267

Sig.
91,144

29

Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Micrococcus

a

Duncan

Perlakuan
kontrol negative

N
5

ekstrak 20%

5

ekstrak 80%

5

ekstrak 40%

5

ekstrak 60%

5

kontrol positif

5

Sig.

1
,0000

Subset for alpha = 0.05
2

3

14,200
0
14,200
0
15,000
0
15,000
0
1,000

,451

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

18,200
0
1,000

,000

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta, tanggal 25 september 1992. Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata, Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius, Jakarta. Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013. Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014.

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Sediaan Gel Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete Terhadap Jamur Microsporum Canis Dan Trichophyton Sp

5 54 66

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)

11 208 59

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ceplukan (Physalis minima L.) Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae, Escherichia coli Dan Salmonella typhimurium

21 148 72

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Secara In Vitro

2 46 111

Uji Aktivitas Sediaan Gel Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete Terhadap Jamur Microsporum Canis Dan Trichophyton Sp

11 225 66

Aktivitas antibakteri ekstrak Daun Jawer Kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.)

0 11 80

Fraksinasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Isolat Kapang Endofit dari Daun Tanaman Iler (Coleus atropurpureus Benth.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

1 7 102

Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Miana (Coleus atropurpureus Benth.) Terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes Secara In Vitro.

2 5 23

Efek Antelmintik Daun Jawer Kotok (Coleus scutellaroides L. Benth) Terhadap Ascaris suum In Vitro.

0 0 12

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus (L.) Benth.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes ATTC 1223 dan Staphylococcus epidermidis ATTC 12228 | FAUZI | Farmaka 12810 29873 1 PB

0 3 11