Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)

0
SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU
(Aquilaria malaccensis Lamk)
SKRIPSI Oleh :
Samuel Fransiskus Silaban 091201101
Teknologi Hasil Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

1
ABSTRAK
SAMUEL FRANSISKUS SILABAN : Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Dibawah Bimbingan RIDWANTI BATUBARA dan HERAWATY GINTING.
Daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) saat ini sudah mulai populer dimanfaatkan petani gaharu sebagai minuman kesehatan, tetapi penelitian tentang golongan senyawa kimia yang terkandung dalam daun gaharu dan kemampuan aktivitas antioksidannya belum dilakukan. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium farmakognosi dan laboratorium penelitian, Fakultas Farmasi USU pada Juli-Oktober 2013 dengan mengekstrak daun gaharu segar dan simplisia secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Skirining fitokimia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida, glikosida, steroid/triterpenoid, flavonoid, tannin dan saponin. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dengan parameter yang diamati adalah persen peredaman radikal bebas pada menit ke-60 dengan konsentrasi yang berbeda (40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm) dan nilai IC50 (inhibitory concentration) dianalisis menggunakan persamaan regresi.
Peredaman radikal bebas oleh ekstrak etanol daun gaharu segar dan ekstrak etanol simplisia menunjukkan bahwa konsentrasi yang tinggi akan meningkatkan aktivitas peredaman radikal bebas. Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gaharu dan simplisia memiliki aktivitas antioksidan. Nilai IC50 ekstrak etanol simplisia paling aktif yaitu 31,12 ppm dan ekstrak etanol daun gaharu segar 38,16 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gaharu segar dan simplisia mengandung golongan senyawa flavanoid, glikosida, steroid/triterpenoid dan tanin.
Kata Kunci : Daun gaharu, skrining fitokimia,ekstrak etanol, aktivitas antioksidan
Universitas Sumatera Utara

2
ABSTRACT
SAMUEL FRANSISKUS SILABAN : Phytochemical Screening and Antioxidant Activity Test of Ethanol Extract of Gaharu Leaf (Aquilaria malaccensis Lamk.). Under the supervision of RIDWANTI BATUBARA and HERAWATY GINTING.

Gaharu leaf (Aquilaria malaccensis lamk.) today has been popular used by gaharu farmers as a health beverage, but the research of chemical compound that contained in gaharu leaf and the ability of antioxidant activity haven’t yet done. Therefore, a research had been conducted at laboratory farmakognosi, and research lab the faculty of pharmacologists USU in July-October 2013 with extracting the fresh gaharu leaves and simplex by maceration method using a solvent ethanol 96%. Phytochemical screening covering checkings alkaloid contain, glycoside, steroid/triterpenoid, flavonoid, tannin and saponin. The ability testing of activity antioxidant was done with by using DPPH method with the concern parameter is free radicals at the 60th minute with different concentration (40 ppm, 60 ppm, 80 ppm and 100 ppm) and IC50 value (inhibitory concentration) that analyzed by using regression.
Inhibitor free radical by extract of fresh gaharu and ethanol simplex showed that high concentration increased the activity of inhibitor free radicals. Test results showed that all of extract and simplex have antioxidant activity. The most active ethanol extract simplex with IC50 value 31,12 ppm and ethanol extract of fresh gaharu leaf 38,16 ppm. The result showed that ethanol extraction of fresh gaharu leaf and simplex contain flavanoid, glycoside, steroid/triterpenoid and tannin as the chemical compounds.
Key words: Gaharu leaf, phytochemical screening, ethanol extract, antioxidant activities
Universitas Sumatera Utara

3
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Doloksanggul pada tanggal 15 Mei 1991 dari ayah Tua S. Silaban dan ibu Jenita Simamora. Penulis merupakan putra kedua dari tujuh bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Swasta St. Maria Doloksanggul pada tahun 2003, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMP Swasta St. Lusia Doloksanggul pada tahun 2006, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 18 Medan tahun 2009 dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dan pada semester VII memilih minat studi Teknologi Hasil Hutan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU dan menjabat sebagai sekretaris periode tahun 2012-2013. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa HUMBAHAS USU (IMHU). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Sifat Kimia Kayu. Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Gunung Barus dan Hutan Pendidikan USU Kabupaten Karo selama 10 hari.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Suka Jaya Makmur, Pontianak, Kalimantan Barat dari tanggal 1 Februari sampai 11 Maret 2013.
Universitas Sumatera Utara

4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan rahmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia dan kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.).
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih kepada: 1. Orang tua tercinta (T. S. Silaban dan J. Simamora) yang telah membesarkan
dan mendidik penulis selama ini serta selalu memberi dukungan, doa dan motivasi untuk tetap semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberi masukan dan saran berharga dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Kakanda Baringin Silaban dan Adinda Sahala R. Silaban, Okta F. Silaban, Verawaty N. Silaban, Tri Lestari Silaban dan Seven S. Silaban atas cinta kasih dan doanya kepada penulis. 4. Bapak Petro Sembiring atas kesediaannya dalam memberikan izin untuk mengambil sampel di lahan pertanaman miliknya. 5. Teman-teman satu angkatan THH 2009 (Linda Renta G. S Marbun, Lasmaria Manik, Riris Astrida Nababan, Christine A. Tarigan, Citra Dewi Turnip, Lia A. Tarigan, Tambahot Siallagan, Susan B. Sembiring dan lainnya).
Universitas Sumatera Utara


5 6. Asisten laboratorium dan teman-teman penelitian di Laboratorium
Farmakognosi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara yang bersedia membantu dan memberi masukan selama melakukan penelitian. 7. Teman-teman Kehutanan angkatan 2009 lainnya yang telah memberi semangat, dukungan dan motivasi. 8. Semua rekan penghuni kontrakan pasar VII Padang Bulan, Medan atas doa dan dukungan yang diberikan. 9. Semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi segala pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

6
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ....................................................................................................i
ABSTRACT ....................................................................................................ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................iv
DAFTAR ISI ................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................x
PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................11 Tujuan Penelitian ...................................................................................13 Manfaat Penelitian .................................................................................13 Hipotesis ................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) ..................................................14 Syarat Tumbuh dan Penyebaran Gaharu di Indonesia ...........................15 Ekstraksi .................................................................................................17 Skrining Fitokimia .................................................................................19 Pelarut Etanol..........................................................................................22 Radikal Bebas .........................................................................................23 Antioksidan ............................................................................................24 Antioksidan Alami .................................................................................26 Pengujian Aktivitas Antioksidan ...........................................................29 Pengukuran Absorbansi-Panjang Gelombang .......................................31
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................32 Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................32 Prosedur Penelitian ................................................................................33 Pengambilan Sampel Tanaman .......................................................33 Determinasi Tanaman .....................................................................33 Persiapan Bahan Baku ....................................................................33 Pembuatan Pereaksi ........................................................................34 Penetapan Kadar Air ........................................................................35 Skrining Fitokimia ...........................................................................36 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Gaharu (A. malaccensis Lamk.)..38

Universitas Sumatera Utara

7
Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektrofotometer UV-visible ........................................................................................ 39 Penentuan Persen Peredaman..................................................................40 Penentuan Nilai IC50 ...............................................................................41 HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi Tumbuhan...........................................................................42 Ekstrak Etanol Daun Gaharu secara Maserasi ........................................42 Penetapan Kadar Air Simplisia .............................................................. 43 Hasil Skrining Fitokimia......................................................................... 44 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ................... 46 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan ............................................................. 47 Hasi Rendaman Radikal Bebas DPPH oleh Sampel Uji......................... 49 Nilai IC50 (Inhibitory Concentration) Sampel Uji................................... 51 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................ 54 Saran ....................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 55
Universitas Sumatera Utara

8
DAFTAR TABEL
No. Hal 1. Hasil Uji Fitokimia Daun Gaharu (Gyrinops versteegii) ......................... 24 2. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia, Ekstrak Etanol Daun Gaharu Segar
dan Ekstrak Etanol Daun Gaharu Simplisia.............................................. 43 3. Hasil Analisis Perendaman Radikal Bebas oleh Ekstrak Etanol Daun
Gaharu Segar dan Ekstrak Etanol Simplisia .............................................. 49 4. Kategori Kekuatan Aktivitas Antioksidan ............................................... 51 5. Hasil Persamaan Regresi Linier Ekstrak Etanol Daun Gaharu
dan Ekstrak Etanol Simplisia .................................................................... 51 6. Nilai IC50 Ekstrak Etanol Daun Gaharu Segar dan Ekstrak
Etanol Simplisia ....................................................................................... 51
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

9

No. Hal 1. Ekstrak Etanol Daun Gaharu..................................................................... 42

(a) Daun Gaharu Segar .................................................................... 42 (b) Simplisia Daun Gaharu ............................................................. 42
2. Kurva Serapan Maksimum Larutan DPPH 40 ppm dalam Metanol secara Spektrofotometri Visibel ............................................................... 46
3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Gaharu Segar ...... 47
4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Simplisia ...................... 47
5. Hubungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Gaharu Terhadap Persen Peredaman Radikal Bebas DPPH ............................................................. 50

Universitas Sumatera Utara

1
ABSTRAK
SAMUEL FRANSISKUS SILABAN : Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Dibawah Bimbingan RIDWANTI BATUBARA dan HERAWATY GINTING.
Daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) saat ini sudah mulai populer dimanfaatkan petani gaharu sebagai minuman kesehatan, tetapi penelitian tentang golongan senyawa kimia yang terkandung dalam daun gaharu dan kemampuan aktivitas antioksidannya belum dilakukan. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium farmakognosi dan laboratorium penelitian, Fakultas Farmasi USU pada Juli-Oktober 2013 dengan mengekstrak daun gaharu segar dan simplisia secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Skirining fitokimia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida, glikosida, steroid/triterpenoid, flavonoid, tannin dan saponin. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dengan parameter yang diamati adalah persen peredaman radikal bebas pada menit ke-60 dengan konsentrasi yang berbeda (40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm) dan nilai IC50 (inhibitory concentration) dianalisis menggunakan persamaan regresi.
Peredaman radikal bebas oleh ekstrak etanol daun gaharu segar dan ekstrak etanol simplisia menunjukkan bahwa konsentrasi yang tinggi akan meningkatkan aktivitas peredaman radikal bebas. Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gaharu dan simplisia memiliki aktivitas antioksidan. Nilai IC50 ekstrak etanol simplisia paling aktif yaitu 31,12 ppm dan ekstrak etanol daun gaharu segar 38,16 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gaharu segar dan simplisia mengandung golongan senyawa flavanoid, glikosida, steroid/triterpenoid dan tanin.
Kata Kunci : Daun gaharu, skrining fitokimia,ekstrak etanol, aktivitas antioksidan
Universitas Sumatera Utara

2
ABSTRACT
SAMUEL FRANSISKUS SILABAN : Phytochemical Screening and Antioxidant Activity Test of Ethanol Extract of Gaharu Leaf (Aquilaria malaccensis Lamk.). Under the supervision of RIDWANTI BATUBARA and HERAWATY GINTING.
Gaharu leaf (Aquilaria malaccensis lamk.) today has been popular used by gaharu farmers as a health beverage, but the research of chemical compound that contained in gaharu leaf and the ability of antioxidant activity haven’t yet done. Therefore, a research had been conducted at laboratory farmakognosi, and research lab the faculty of pharmacologists USU in July-October 2013 with extracting the fresh gaharu leaves and simplex by maceration method using a solvent ethanol 96%. Phytochemical screening covering checkings alkaloid contain, glycoside, steroid/triterpenoid, flavonoid, tannin and saponin. The ability testing of activity antioxidant was done with by using DPPH method with the concern parameter is free radicals at the 60th minute with different concentration (40 ppm, 60 ppm, 80 ppm and 100 ppm) and IC50 value (inhibitory concentration) that analyzed by using regression.

Inhibitor free radical by extract of fresh gaharu and ethanol simplex showed that high concentration increased the activity of inhibitor free radicals. Test results showed that all of extract and simplex have antioxidant activity. The most active ethanol extract simplex with IC50 value 31,12 ppm and ethanol extract of fresh gaharu leaf 38,16 ppm. The result showed that ethanol extraction of fresh gaharu leaf and simplex contain flavanoid, glycoside, steroid/triterpenoid and tannin as the chemical compounds.
Key words: Gaharu leaf, phytochemical screening, ethanol extract, antioxidant activities
Universitas Sumatera Utara

10
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai
kurang lebih 35.000 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sangat tinggi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 sampai dengan 150 suku tumbuh-tumbuhan dan dari jumlah tersebut sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri, tanaman buahbuahan, tanaman rempah-rempah dan tanaman obat-obatan (Nasution, 1992).
Penelitian dan pengembangan tentang tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang dengan pesat saat ini, terutama dalam bidang khasiat obat maupun analisis zat kimia berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara empiris. Hasil penelitian tersebut, tentunya lebih memantapkan para pengguna tumbuhan obat akan khasiat maupun kegunaanya (Dalimartha, 2000).
Berubahnya pola hidup masyarakat serta pola makan yang tidak benar dan pertambahan usia mengakibatkan pembentukan radikal bebas dalam tubuh. Padatnya aktivitas kerja cenderung menyebabkan masyarakat mengkonsumsi makanan yang serba instan dan menerapkan pola makan yang tidak sehat. Makanan yang tidak sehat akan menyebabkan akumulasi jangka panjang terhadap radikal bebas di dalam tubuh. Lingkungan tercemar, kesalahan pola makan dan gaya hidup, mampu merangsang tumbuhnya radikal bebas (free radical) yang dapat merusak tubuh (Mega dan Swastini, 2010).
Upaya untuk mencegah atau mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh aktivitas radikal bebas adalah dengan mengkonsumsi makanan atau suplemen
Universitas Sumatera Utara

11
yang mengandung antioksidan. Antioksidan dapat menetralkan radikal bebas dengan cara mendonorkan satu atom protonnya sehingga membuat radikal bebas menjadi stabil dan tidak reaktif (Lusiana, 2010)
Penelitian Mega dan Swastini (2010) menjelaskan bahwa senyawa metabolit sekunder flavanoid, terpenoid dan senyawa fenol diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas (antioksidan). Antioksidan banyak ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan segar. Sayuran dan buah-buahan diketahui mengandung berbagai zat antioksidan termasuk vitamin dan mineral. Antioksidan yang cukup potensial adalah vitamin E, vitamin C, senyawa-senyawa polifenol dan karotenoid (Kosasih, dkk., 2004). Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, buah, bunga, biji, dan daun (Trilaksani, 2003).
Daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) merupakan pohon dari suku thymeleaceae (Tarigan, 2004), sudah mulai populer dimanfaatkan masyarakat petani gaharu di Langkat sebagai minuman yang diseduh. Hasil wawancara terhadap petani gaharu menjelaskan bahwa mengkonsumsi daun gaharu dari jenis ini memiliki banyak manfaat diantaranya memperbaiki pencernaan. Pemanfaatan daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) diduga memiliki kandungan senyawa kimia dari golongan flavanoida yaitu flavon, flavonol dan isoflavon sehingga dimanfaatkan daunnya sebagai minuman seduh yang berperan sebagai antioksidan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui kandungan golongan senyawa kimia dan menguji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun gaharu (A. malaccensis Lamk.).
Universitas Sumatera Utara

12 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam daun gaharu

(A. malaccensis Lamk.) yang berfungsi sebagai antioksidan. 2. Mengetahui kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun gaharu
(A. malaccensis Lamk.).
Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan informasi mengenai golongan senyawa-senyawa kimia yang
terkandung dalam daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) dan golongan senyawa kimia yang berfungsi sebagai antioksidan. 2. Dapat digunakan sebagai acuan mengenai aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) dalam memanfaatkan antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan.
Hipotesis Kandungan ekstrak etanol daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) memiliki
golongan senyawa kimia yaitu flavanoid dan senyawa lain yang berfungsi sebagai antioksidan.
Universitas Sumatera Utara

13

TINJAUAN PUSTAKA

Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)

Pohon gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) merupakan salah satu jenis

tanaman kehutanan yang telah dikembangkan dengan teknik kultur jaringan. Jenis

A. malaccensis Lamk merupakan jenis pohon gaharu yang paling banyak


ditemukan di Sumatera Utara (Yusnita, 2003).

Taksonomi tumbuhan gaharu (A. malaccensis Lamk.) menurut

Tarigan (2004) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas

: Dikotil

Sub Kelas : Dialypetale


Ordo

: Myrtales

Famili

: Thymeleaceae

Genus

: Aquilaria

Species

: A. malaccensis Lamk.

Gaharu (A. malaccensis Lamk.) memiliki morfologi atau ciri-ciri

morfologi, tinggi pohon ini dapat mencapai 40 meter dengan diameter batang


mencapai 60 cm. Pohon ini memiliki permukaan batang licin, warna keputih-

putihan, kadang beralur dan kayunya agak keras. Bentuk daun lonjong agak

memanjang, panjang 6-8 cm, lebar 3-4 cm, bagian ujung meruncing. Daun yang

kering berwarna abu-abu kehijaun, agak bergelombang, melengkung, permukaan

daun atas-bawah licin dan mengkilap, tulang daun 12-16 pasang.

Universitas Sumatera Utara

14
Bunga terdapat diujung ranting, ketiak daun, kadang-kadang di bawah ketiak daun. Berbentuk lancip, panjang sampai 5 mm. Buahnya berbentuk bulat telur, tertutup rapat oleh rambut-rambut yang berwarna merah. Biasanya memiliki panjang hingga 4 cm lebar 2,5 cm. Buah gaharu (A. malaccensis Lamk.) berbentuk kapsul, dengan panjang 3.5 cm hingga 5 cm, ovoid dan berwarna coklat. Kulitnya agak keras dan berbaldu. Mengandung 3 hingga 4 biji benih bagi setiap buah.
Syarat Tumbuh dan Penyebaran Gaharu di Indonesia Syarat untuk tumbuh dengan baik, gaharu tidak memilih lokasi khusus.
Umumnya gaharu masih dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah dengan struktur dan tekstur yang subur, sedang, maupun ekstrem. Gaharu pun dapat dijumpai pada kawasan hutan rawa, hutan gambut, hutan dataran rendah, ataupun hutan pegunungan dengan tekstur tanah berpasir. Gaharu (A. malaccensis Lamk.) sesuai ditanam di antara kawasan dataran rendah hingga ke pegunungan pada ketinggian 0 – 750 meter dari permukaan laut dengan curah hujan kurang dari 2000 mm/thn. Suhu yang sesuai adalah antara 27°C hingga 32°C dengan kadar cahaya matahari sebanyak 70%. Kesesuaian tanah adalah jenis lembut dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0 (Sumarna, 2009).
Dari beberapa hasil uji coba serta informasi dan pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa gaharu tidak memerlukan persyaratan khusus untuk membatasi suatu upaya pengembangannya. Oleh karena itu, secara teknis pengembangan gaharu dapat dilakukan pada berbagai lahan dengan variasi kondisi lingkungan dan iklim. Namun, pertumbuhan optimal akan diperoleh pada
Universitas Sumatera Utara

15

kondisi lahan yang struktur tanahnya lempung, dan liat berpasir, serta solum yang dalam (Sumarna, 2007).
Marga Aquilaria terdiri dari 15 spesies, tersebar di daerah tropis Asia mulai dari India, Pakistan, Myanmar, Lao PDR, Thailand, Kamboja, China Selatan, Malaysia, Philipina dan Indonesia. Enam diantaranya ditemukan di Indonesia (A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, A. cumingiana dan A. filarial). Keenam jenis tersebut terdapat hampir di seluruh kepulauan Indonesia, kecuali Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Pohon gaharu di Indonesia dikenal dengan nama yang berbeda-beda seperti calabac, karas, kekaras, mengkaras (Dayak), galoop (Melayu), kareh (Minang), age (Sorong), bokuin (Morotai), lason (Seram), Ketimunan (Lombok), ruhuwama (Sumba), seke (Flores), halim (Lampung) dan alim (Batak) (Sumarna, 2002).
Semakin tingginya tingkat permintaan akan gaharu menyebabkan terjadinya eksploitasi A. malaccensis Lamk secara besar-besaran di hutan alam. Saat ini tanaman gaharu berada diambang kepunahan hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari CITES (Convention On International Trade Endangered Species Of Wuild Flora And Fauna) yang memasukkan tanaman A. malaccensis ke dalam jenis tanaman terancam punah (Apendix II) (Sumarna, 2009). Pohon gaharu dapat dimanfaatkan bukan hanya gubalnya saja akan tetapi bagian batang, kulit batang, akar dan daun juga sudah dimanfaatkan sebagai bahan untuk merawat wajah dan menghaluskan kulit (Tarigan, 2004).
Pemanfaatan daun gaharu akan menjadi sangat penting mengingat masa panen gaharu setelah terinfeksi jamur (tampak sakit) adalah 3–4 tahun. Selama daur panen yang terbilang cukup lama, daun gaharu dapat dimanfaatkan sebagai
Universitas Sumatera Utara

16
obat. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat daun gaharu menyebabkan pemanfaatan bagian-bagian gaharu seperti daun belum populer di kalangan masyarakat khususnya petani gaharu itu sendiri.
Ekstraksi Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Ditjen POM, 2000).
Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Ditjen POM) (2000) antara lain yaitu: A. Cara dingin
1. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar. Maserasi kinetik dilakukan dengan pengadukan yang kontinu. Remaserasi dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya. Prinsip metode ini adalah pencapaian konsentrasi pada keseimbangan,cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif.
Universitas Sumatera Utara

17
2. Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan perkolat) yang terusmenerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. Hasil akhir perkolasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir. B. Cara panas
1. Sokletasi Sokletasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut
yang selalu baru, yang umumnya dilakukan dengan alat khusus (menggunakan alat Sokhlet) sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Refluks Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut
pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti Digesti adalah proses penyarian simplisia dengan pengadukan secara
terus-menerus pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.
Universitas Sumatera Utara

18
4. Dekoktasi Dekoktasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut
air pada temperatur 90°C selama 30 menit. 5. Infundasi Infundasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut
air pada temperatur 90°C selama waktu 15 menit.
Skrining Fitokimia Skrining fitokimia adalah pemeriksaan kimia secara kualitatif terhadap
senyawa-senyawa aktif biologis yang terdapat dalam simplisia tumbuhan. Senyawa-senyawa tersebut adalah senyawa organik. Oleh karena itu skrining terutama ditujukan terhadap golongan senyawa organik seperti alkaloid, glikosida, flavanoid, terpenoid, tanin dan lain-lain. Pada penelitian tumbuhan, untuk aktivitas biologi atau senyawa yang bermanfaat dalam pengobatan perlu diisolasi. Oleh Karena itu pemeriksaan fitokimia, teknik skrining dapat membantu langkahlangkah fitofarmakologi yaitu seleksi awal dari pemeriksaan tumbuhan tersebut untuk membuktikan adanya senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan tersebut dan dapat dikaitkan dengan aktivitas biologinya (Farnsworth, 1996).
Golongan senyawa-senyawa organik yang perlu diskrining pada penelitian ini adalah:
1. Alkaloida Alkaloida sering diartikan dengan senyawa yang mengandung nitrogen
bersifat basa dan mempunyai aktivitas farmakologis. Alkaloida merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol dan digunakan secara
Universitas Sumatera Utara

19
luas dalam bidang pengobatan (Harbone, 1987). Pada umumnya alkaloid merupakan senyawa padat berbentuk kristal atau amorf, tidak berwarna dan mempunyai rasa pahit. Dalam bentuk bebas alkaloid merupakan basa lemah yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut organik (Rusdi, 1998).
2. Glikosida Glikosida adalah komponen yang menghasilkan satu atau lebih gula jika
dihidrolisis. Komponen gula disebut glikon dan bukan gula disebut aglikon. Berdasarkan atom penghubung bagian gula (glikon) dan bukan gula (aglikon), maka glikosida dapat dibedakan menjadi:
a. C-glikosida, jika atom C menghubungkan bagian glikon dan aglikon. b. N-glikosida, jika atom N menghubungkan bagian glikon dan aglikon. c. O-glikosida, jika atom O menghubungkan bagian glikon dan aglikon. d. S-glikosida, jika atom S menghubungkan bagian glikon dan aglikon. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida adalah glukosa (Tyler et al., 1976; Robinson, 1995) 3. Flavanoid
Flavanoida merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar, mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya. Flavanoida mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus hingga angiospermae. Flavanoida dalam tubuh bertindak menghambat enzim lipooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandim. Hal ini disebabkan karena flavanoida merupakan senyawa pereduksi yang baik sehingga akan menghambat reaksi oksidasi (Robinson, 1995).
Universitas Sumatera Utara

20
4. Steroida/triterpenoida Inti steroida sama dengan inti triterpenoida tetrasiklik. Steroida alkohol
biasanya dinamakan dengan “sterol”, tetapi karena praktis semua steroida tumbuhan berupa alkohol seringkali disebut “sterol”. Sterol adalah triterpen yang kerangka dasarnya cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu sterol dianggap sebagai senyawa hormone kelamin, tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut ditemukan dalam jaringan tumbuhan (Harbone, 1987; Robinson, 1995).
5. Saponin Saponin berasal dari bahasa Latin yaitu “Sapo” yang berarti sabun dan
sifatnya menyerupai sabun. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa, jika dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal dua jenis saponin, yaitu glikosida triterpenoida dan glikosida struktur tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).
6. Tanin Tanin merupakan yang terdapat dalam tumbuhan dan tersebar luas,
memiliki gugus fenol, memiliki rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Tanin dikelompokkan menjadi dua secara kimia yaitu tanin kondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal. Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang dapat terhidrolisis jika didihkan dalam asam klorida encer (Robinson, 1995).
Universitas Sumatera Utara

21
Pelarut Etanol Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma
yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadangkadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol merupakan pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena. Pada ekstraksi bahan pangan tidak boleh ada residu etanol pada bahan pangan yang diekstraksi (Federal Food, Drug and Cosmetic Regulation). Dalam pemilihan jenis pelarut faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah daya melarutkan bahan (berdasarkan kepolaritasan), titik didih, sifat racun, mudah tidaknya terbakar dan pengaruh terhadap peralatan ekstraksi (Gamse, 2002).
Secara umum pelarut yang sering digunakan adalah etanol karena etanol mempunyai polaritas yang tinggi sehingga dapat mengekstraksi bahan lebih banyak dibandingkan jenis pelarut organik yang lain. Pelarut yang mempunyai gugus karboksil (alkohol) dan karbonil (keton) termasuk dalam pelarut polar. Etanol mempunyai titik didih yang rendah dan cenderung aman. Etanol juga tidak beracun dan berbahaya. Kelemahan penggunaan pelarut etanol adalah etanol larut
Universitas Sumatera Utara

22
dalam air, dan juga melarutkan komponen lain seperti karbohidrat, resin dan gum. Larutnya komponen ini mengakibatkan berkurangnya tingkat kemurniannya. Keuntungan menggunakan pelarut etanol dibandingkan dengan aseton yaitu etanol mempunyai kepolaran lebih tinggi sehingga mudah untuk melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat, dan senyawa organik lainnya. penggolongan mutu etanol dibagi menjadi 4 golonganyaitu: (1) etanol industri, (2) spiritus, (3) etanol murni, dan (4) etanol absolute (Paturau, 1982).
Radikal Bebas Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol menghasilkan ikatan silang dengan DNA, protein, lipida, atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada biomolekul. Perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, jantung koroner, katarak dan penyakit degeneratif lainnya (Silalahi, 2006). Radikal bebas dapat terbentuk dalam tubuh atau masuk melalui pernafasan, kondisi lingkungan yang tidak sehat dan makanan berlemak (Kumalaningsih, 2006).
Secara teoritis radikal bebas dapat terbentuk bila terjadi pemisahan ikatan kovalen. Radikal bebas dianggap berbahaya karena menjadi sangat reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya, dapat pula terbentuk radikal bebas baru dari atom atau molekul yang elektronnya terambil untuk berpasangan dengan radikal bebas sebelumnya. Oleh karena sifatnya yang sangat reaktif dan gerakannya yang tidak beraturan, maka apabila terjadi di dalam tubuh makhluk
Universitas Sumatera Utara

23
hidup akan menimbulkan kerusakan di berbagai bagian sel (Muhilal, 1991; Auroma, 1994).
Pembentukan radikal bebas dan reaksi oksidasi pada biomolekul akan berlangsung sepanjang hidup. Radikal bebas yang sangat berbahaya dalam makhluk hidup antara lain adalah golongan hidroksil (OH-), superoksida (O-2), nitrogen monooksida (NO), peroksidal (RO-2), peroksinitrit (ONOO-), asam hipoklorit (HOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2) (Silalahi, 2006).
Antioksidan Antioksidan adalah zat yang dalam kadar rendah mampu menghambat laju
oksidasi molekul target atau senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih, 2006). Antioksidan juga dapat didefenisikan sebagai senyawa yang dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi makromolekul, seperti lipid, protein, karbohidrat atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau elektron (Silalahi, 2006). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas dengan cara mendonorkan satu atom protonnya sehingga membuat radikal bebas stabil dan tidak reaktif (Lusiana, 2010).
Berdasarkan sumbernya, secara umum antioksidan digolongkan dalam dua jenis, yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Contoh antioksidan sintetik yang sering digunakan masyarakat antara lain butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), tert-butylhydroquinone (TBHQ) dan α-tocopherol (Irianti, 2008). Keuntungan menggunakan antioksidan sintetik
Universitas Sumatera Utara

24

adalah aktivitas anti radikalnya yang sangat kuat, namun antioksidan sintetik

BHA dan BHT berpotensi karsinogenik. Untuk itu pencarian sumber antioksidan

alami sangat dibutuhkan untuk menggantikan peran antioksidan sintetik.

Antioksidan alami adalah antioksidan yang merupakan hasil ekstraksi dari bahan

alami. Sayur-sayuran dan buah-buahan kaya akan zat gizi (vitamin, mineral, serat

pangan) serta berbagai kelompok zat bioaktif lain yang disebut zat fitokimia

(Silalahi, 2006).

Irianti (2008) juga menyatakan bahwa antioksidan alami sebenarnya sudah

sejak dahulu digunakan secara turun temurun, namun belum banyak diteliti

aktivitas dan kandungan bioaktifnya. Misalnya saja daun gaharu (A. malaccensis

Lamk.) yang sudah dimanfaatkan tetapi belum begitu populer karena kurangnya

informasi tentang kandungan senyawa-senyawa kimia dan kandungan

biokaktifnya.

Berdasarkan penelitian Mega dan Swastini (2010), ekstrak daun gaharu

dari jenis Gyrinops versteegii mengandung senyawa metabolit sekunder

flavonoid, terpenoid dan senyawa fenol. Hasil uji fitokimia daun gaharu

(Gyrinops versteegii) dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia daun Gaharu (Gyrinops versteegii)

No Pereaksi

Hasil Pengamatan Perubahan warna larutan setelah + pereaksi

1 Willstater

Coklat muda menjadi kuning muda

2 NaOH 10%

3 Meyer

4

LeibermanBurchard

5

+ Air lalu dikocok

6 +FeCl3

Coklat muda menjadi kuning Tak terjadi perubahan/tak timbul endapan Coklat muda menjadi merah muda Tidak Timbul Buih yang stabil selama 5 menit Coklat muda menjadi coklat keunguan

Keterangan
(+) Mengandung Flavonoid (+) Mengandung Flavonoid (-) Mengandung Alkaloid (+) Mengandung Terpenoid
(+) Mengandung Saponin
(+) Mengandung senyawa Fenol

Universitas Sumatera Utara

25
Hasil uji fitokimia yang dilakukan Mega dan Swastini (2010), diketahui bahwa senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut yang diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas.
Antioksidan Alami Antioksidan alami adalah antioksidan yang merupakan hasil ekstraksi dari
bahan alami. Sayur-sayuran dan buah-buahan kaya akan zat gizi (vitamin, mineral, serat pangan) serta berbagai kelompok zat bioaktif lain yang disebut zat fitokimia. Zat bioaktif ini bekerja secara sinergistik, meliputi mekanisme enzim detoksifikasi, peningkatan sistem kekebalan, pengurangan agregasi platelet, pengaturan sintesis kolesterol dan metabolisme hormon, penurunan tekanan darah, antioksidan, antibakteri serta efek antivirus (Prabantini, 2010; Silalahi, 2006).
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin dan tokoferol. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavanon dan kalkon. Senyawa antioksidan alami polifenolik dapat bereaksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam dan peredam terbentuknya singlet oksigen (Kumalaningsih, 2006). Antioksidan atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau elektron (Silalahi, 2006).
Tanaman yang berkhasiat sebagai antioksidan menurut Hernani dan Rahardjo (2002), dikelompokkan atas 4 golongan yaitu:
Universitas Sumatera Utara

26
1. Kelompok tanaman sayuran Brokoli, kubis, lobak, wortel, tomat, bayam, cabai, buncis, pare dan mentimun.
2. Kelompok tanaman buah Anggur, alpukat, jeruk, semangka, markisa, apel, belimbing, pepaya dan kelapa.
3. Kelompok tanaman rempah Jahe, temulawak, kunyit, lengkuas, temu putih, kencur, kapulaga, temu ireng, lada, cengkeh, pala dan asam jawa.
4. Kelompok tanaman lain Teh, ubi jalar, kedelai, kentang, labu kuning dan petai cina. Dari segi kimia, komponen yang dikandung oleh sumber-sumber
antibiotik tersebut di atas adalah: a. Sejenis polifenol
Polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik biasanya digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik, farmasi, dan plastik. Fungsi polifenol sebagai penangkap dan pengikat radikal bebas dari rusaknya ionion logam. Senyawa polifenol banyak ditemukan pada buah, sayuran, kacangkacangan, teh dan anggur (Hernani dan Rahardjo, 2002). b. Bioflavanoid (flavon, flavonol, flavanon, katekin, antosianidan, isoflavon)
Kelompok ini terdiri dari kumpulan senyawa polifenol dengan aktivitas antioksidan cukup tinggi. Senyawa flavanoid mempunyai ikatan gula yang disebut sebagai glikosida. Senyawa induk atau senyawa utamanya disebut aglikon yang berikatan dengan berbagai gula dan sangat mudah terhidrolisis atau mudah
Universitas Sumatera Utara

27
terlepas dari gugus gulanya. Di samping itu senyawa ini mempunyai sifat antibakteri dan antiviral (Hernani dan Rahardjo, 2002). c. Vitamin C
Vitamin C mempunyai efek multifungsi, tergantung pada kondisinya. Vitamin C ini dapat berfungsi sebagai antioksidan, proantioksidan, pengikat logam, pereduksi dan penangkap oksigen. Vitamin C sangat efektif sebagai antioksidan pada konsentrasi tinggi. Tubuh sangat memerlukan vitamin C, karena kekurangan vitamin C dalam darah dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti: asma, kanker, diabetes, dan penyakit hati. Selain daripada itu vitamin C dapat memperkecil terbentuknya penyakit katarak dan penyakit mata (Hernani dan Rahardjo, 2002). d. Vitamin E
Vitamin E merupakan antioksidan yang cukup kuat dan memproteksi selsel membran serta LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol dari kerusakan radikal bebas. Vitamin E dapat juga membantu memperlambat proses penuaan pada arteri dan melindungi tubuh dari kerusakan sel-sel yang akan menyebabkan penyakit kanker, penyakit hati dan katarak. Vitamin E dapat bekerja sama dengan antioksidan lain seperti vitamin C untuk mencegah penyakit-penyakit kronik lainnya, namun dalam mengkonsumsi vitamin ini dianjurkan jangan terlalu berlebihan karena akan menekan vitamin A yang masuk ke dalam tubuh (Hernani dan Rahardjo, 2002). e. Karotenoid
Beta karotein adalah salah satu dari kelompok senyawa yang disebut karotenoid. Dalam tubuh senyawa ini akan dikonversi menjadi vitamin A.
Universitas Sumatera Utara

28
Kekurangan beta-karotein dapat menyebabkan tubuh terserang kanker servik. Kanker ini banyak menyerang kaum wanita yang mempunyai kadar beta-karotein, vitamin E dan vitamin C rendah dalam darah. Untuk kaum laki-laki vitamin E sangat efektif mencegah penyakit kanker prostat. Golongan senyawa karotenoid antara lain: alfa-karotein, lutin dan likopen (Hernani dan Rahardjo, 2002). f. Katekin
Katekin termasuk dalam senyawa golongan polifenol dari gugusan flavanoid yang banyak terdapat pada teh hijau. Dalam ekstrak teh terkandung 3040% katekin. Epigallokatekin merupakan katekin yang sangat penting dari teh hijau karena mempunyai daya antioksidan yang cukup tinggi, serta berperan dalam pencegahan penyakit jantung dan kanker. Dalam daun kering, teh hijau terdapat sekitar 30-50 mg flavanoid (Hernani dan Rahardjo, 2002).
Menurut keterangan di atas maka dapat dinyatakan bahwa kelompok antioksidan dari bioflavanoid (flavon, flavonol, flavanon, katekin, antosianidan, isoflavon) merupakan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Senyawa flavanoid diduga dimiliki daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat karena diduga memiliki antioksidan yang berperan dalam menekan radikal bebas dalam tubuh manusia.
Pengujian Aktivitas Antioksidan Aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat diukur dari kemampuannya
dalam menangkap radikal bebas. Metode untuk menentukan aktivitas antioksidan ada beberapa cara, akan tetapi metode pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat dan tidak membutuhkan uji lainnya (santin, oksidase, metode tiosianat, antioksidan total) adalah metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil).
Universitas Sumatera Utara

29
Goldschmidt dan Renn pada tahun 1922 menemukan senyawa berwarna ungu radikal bebas stabil DPPH, yang sekarang digunakan sebagai reagen kolorimetri untuk proses redoks. Metode DPPH merupakan suatu metode yang cepat, sederhana, dan murah yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan antioksidan yang terkandung dalam makanan. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang padat dan juga dalam bentuk larutan dan berlaku untuk keseluruhan kapasitas antioksidan sampel (Ionita, 2005).
DPPH merupakan singkatan untuk senyawa kimia 1,1-diphenyl-2picrylhydrazil. DPPH berupa serbuk berwarna ungu gelap yang terdiri dari molekul radikal bebas yang stabil. DPPH mempunyai berat molekul 394.32 dengan rumus bangun C18H12N5O6. Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik pada suhu -20°C (Molyneux, 2004). Prinsipnya adalah elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang tertentu, berwarna ungu. Warna akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan senyawa antioksidan. Perubahan warna ini berdasarkan reaksi kesetimbangan kimia (Prakash, 2001).
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan radikal bebas dari DPPH dan membentuk DPPH tereduksi. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang. Perubahan ini dapat diukur sesuai dengan jumlah elektron atau
Universitas Sumatera Utara

30
atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat reduktor (Molyneux, 2004).
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga Inhibition Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan % penghambatan sebesar 50%. Zat yang mempunyai sifat antioksidan bila nilai IC50 kurang dari 200 ppm. Bila nilai IC50 yang diperoleh berkisar antara 200-1000 ppm, maka zat tersebut kurang aktif namun masih berpotensi sebagai zat antioksidan. Dikatakan mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga IC50 yang rendah (Molyneux, 2004).
Pengukuran Absorbansi – Panjang Gelombang Panjang gelombang maksimum (λmaks) yang digunakan dalam pengukuran
sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang gelombang maksimum untuk DPPH antara lain 515 nm, 516 nm, 517 nm, 518 nm, 519 nm dan 520 nm. Pada praktiknya hasil pengukuran yang memberikan peak maksimum itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan diatas (Molyneux, 2004).
Universitas Sumatera Utara

31
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Agustus
2013. Tempat pengambilan sampel dilakukan di pertanaman pohon gaharu milik bapak Petro Sembiring di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Uji fitokimia, ekstraksi dan pengamatan aktivitas antioksidan dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun gaharu
(A. malaccensis Lamk.) yang segar dan