Korelasi Mikroklimat Kandang Terhadap Performa Produksi Domba Di Desa Lingkar Kampus Ipb Dramaga

KORELASI MIKROKLIMAT KANDANG TERHADAP
PERFORMA PRODUKSI DOMBA DI DESA LINGKAR
KAMPUS IPB DRAMAGA

DENNY ALI FADILAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Korelasi Mikroklimat
Kandang terhadap Performa Produksi Domba di Desa Lingkar Kampus IPB
Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Denny Ali Fadilah
NIM D14110032

ABSTRAK
DENNY ALI FADILAH. Korelasi Mikroklimat Kandang terhadap Performa
Produksi Domba di Desa Lingkar Kampus IPB Dramaga. Dibimbing oleh
AHMAD YANI dan SRI RAHAYU.
Mikroklimat merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada
produktivitas domba. Penampilan produktivitas ternak dipengaruhi oleh
lingkungan terutama suhu lingkungan, kelembaban dan kecepatan angin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan mikroklimat dengan performa
produktivitas domba. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikarawang dan Desa
Cibanteng selama 6 minggu dengan 12 ekor domba pada 2 kelompok umur,
kurang dari 1 tahun (I0) dan lebih dari 1 tahun (I1). Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji T, uji Koefisien Korelasi Pearson (r). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P0.05) antara mikroklimat dengan bobot badan.
Peternakan yang berada di Desa Cibanteng dan Cikarawang memiliki
pertumbuhan performa domba yang fluktuatif dengan keadaan mikroklimat yang
masih bisa diterima oleh domba pada umur I0 dan I1.
Kata kunci : domba, korelasi pearson, mikroklimat

ABSTRACT
DENNY ALI FADILAH. Correlation Microclimates Enclosures On Production
Performance of Sheep in Village Circumference Campus IPB Dramaga.
Supervised by AHMAD YANI and SRI RAHAYU.
Microclimate was one of important factor for sheep productivity. Sheep
productivity influenced by environment especially temperature, humidity, and
wind velocity. The objective of this study was to evaluate the relationship
microclimate with sheep productivity performance. This study was conducted in
Cikarawang village and Cibanteng for six weeks with total of 12 sheeps allotted to
2 age groups, less than 1 year (I0) and more than 1 year (I1). The data was
analyzed using T test, Pearson correlation coefficient test (r) and hypothesis
testing. Result showed that significant differences (P0.05) between the microclimate of the body weight. Farm in the Cibanteng
village and Cikarawang have fluctuated growth performance of sheeps with the
state of microclimate that still can be accepted by the sheep at the age of I0 and I1.

Key words : microclimate, pearson correlation, sheep

KORELASI MIKROKLIMAT KANDANG TERHADAP
PERFORMA PRODUKSI DOMBA DI DESA LINGKAR
KAMPUS IPB DRAMAGA

DENNY ALI FADILAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan dari bulan Januari 2015 ini adalah
Korelasi Mikroklimat Kandang terhadap Performa Produksi Domba di Desa
Lingkar Kampus IPB Dramaga.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Epi Taufik, SPt MVPH
MSi selaku kommisi pembimbing akademik, Bapak Dr Ahmad Yani, STP MSi
dan Ibu Ir Sri Rahayu, MSi selaku komisi pembimbing skripsi, Bapak Iyep
Komala, SPt MSi selaku dosen penguji sidang skripsi. Penulis sampaikan
penghargaan kepada teman satu tim penelitian Ruminansia Kecil yaitu Imam T, M
Alvian N, Faqih Adji P, Dwiki Nur Cahya, Hartanto DP, Putut SN, Ai Anis
Nurlatifah, dan Farah Nur Rahmah yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan
aplikasi penelitian sampai akhir. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada
bapak (Dede Abdullah Falali), ibu (Kustirah), adik (Kurnia Hegar Abdullah) yang
tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, moril, materil dan dukungan doa
yang selalu menyertai. Ungkapan Terimakasih juga penulis sampaikan kepada
teman-teman semasa TPB hingga saat ini (Novan, Fadlan, Galih, Ifan, Dado).
Ungkapan terima kasih selanjutnya penulis sampaikan kepada Mulya, Tri, Iqbal,
Zurik, Fajar, Aseng, Pramujo, Edwin, Marissa, Mumus, Hendi, Ghulam dan

sahabat IPTP 48, HIMAPROTER, tim KKP Jombang atas dukungan, bantuan dan
semangatnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Terima kasih juga kepada
Anisa Nurhasanah yang telah membantu dan memberikan semangat yang tak
henti kepada penulis.

Bogor, Januari 2016

Denny Ali Fadilah

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan

Alat
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Mikroklimat Kandang di Desa Lingkar Kampus Dramaga
Performa Produktivitas Domba
Hubungan antara Mikroklimat dengan Pertambahan Bobot Badan Harian
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

x
x
x
1
1
1
2
2

2
2
2
2
4
4
6
8
8
10
10
12
14

DAFTAR GAMBAR
1 Kandang di Cikarawang
2 Kandang di Cibanteng

5
5


DAFTAR TABEL
1 Peubah yang diamati
2 Kondisi mikroklimat di dalam kandang pada lokasi penelitian di Desa
Cibanteng dan Cikarawang
3 Suhu, kelembaban dan tingka stres panas di kandang
4 Performa produksi domba berdasarkan umur
5 Koefisien korelasi (r) mikroklimat dengan PBBH dan berdasarkan umur
di setiap desa

4
6
7
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11

Perhitungan uji T antar desa terhadap PBBH umur (I0)
Perhitungan uji T antar desa terhadap PBBH umur (I1)
Perhitungan uji T antar desa terhadap suhu
Perhitungan uji T antar desa terhadap kelembaban
Perhitungan uji T antar desa terhadap kecepatan angin
Hasil koefisien korelasi pearson pada domba I0 Cibanteng
Hasil koefisien korelasi pearson pada domba I0 Cikarawang
Hasil koefisien korelasi pearson pada domba I1 Cibanteng
Hasil koefisien korelasi pearson pada domba I1 Cikarawang
Ukuran kandang pada setiap peternak
Ukuran tempat pakan pada setiap peternak


12
12
12
12
12
12
12
12
13
13
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia terletak di daerah beriklim tropika basah sehinggga tidak banyak
dipengaruhi oleh perbedaan iklim yang ekstrim. Lingkungan terutama suhu
lingkungan, kelembaban dan kecepatan angin berpengaruh terhadap penampilan
produktivitas ternak. Pengaruh langsung mikroklimat terhadap domba dapat
menimbulkan stres panas atau dingin. Perbedaan mikroklimat yang terjadi secara

harian adalah perbedaan temperatur antara siang dan sore hari. Suhu udara pada
sore hari memiliki temperatur yang nyaman sehingga domba tidak harus
mengeluarkan energi untuk mempertahankan temperatur tubuh. Temperatur pada
siang hari cenderung lebih tinggi dari temperatur nyaman domba, sehingga domba
akan mengeluarkan energi untuk mempertahankan temperatur tubuh.
Teknologi dan pemeliharaan ternak di Desa lingkar kampus IPB Dramaga
khususnya Desa Cibanteng dan Cikarawang masih bersifat tradisional.
Pemeliharaan domba pada umumnya dilakukan secara intensif yaitu sistem
pemeliharaan ternak yang mengharuskan ternak semasa hidupnya berada di dalam
kandang. Menurut Suretno dan Basri (2008) fungsi kandang sebagai tempat
istirahat, tempat terjadi perkawinan dan memeliharaan ternak yang sakit, perhatian
yang cukup tentang kekuatan kandang, kebersihan serta kemudahan untuk
mengontrol perkembangan ternak. Masalah perkandangan menjadi salah satu
faktor penting untuk diperhatikan selain bibit. Kualitas kandang sangat ditentukan
oleh iklim lingkungan mikro seperti suhu, kelembaban dan kecepatan angin.
Manajemen kandang berkaitan dengan tatalaksana kandang, pencahayaan,
perawatan kesehatan dan pemberian pakan. Masalah utama pada peternakan
berskala kecil di Desa Lingkar Kampus IPB Dramaga adalah keterbatasan lahan
dan lingkungan pemeliharaan yang cenderung akan mengganggu kualitas udara
dan kondisi fisik ternak. Kondisi fisik ternak, merupakan cerminan kondisi
sebenarnnya dari kemampuan ternak dalam menanggapi kondisi lingkungannya,
baik berupa kemampuan biologis dalam hal aktivitas reproduksi dan juga
kemampuan produksi berupa laju pertumbuhan yang ditampilkan dalam tampilan
bobot badan (Nasution et al. 2010). Penelitian korelasi mikroklimat kandang pada
performa produksi domba di Desa Lingkar Kampus IPB Dramaga, perlu
dilakukan untuk mengkaji hubungan keterkaitan mikroklimat dengan
produktivitas domba pada peternakan domba di desa lingkar kampus IPB.
Tujuan Penelitian
Penelitian korelasi mikroklimat kandang terhadap performa produksi domba
di Desa Lingkar Kampus IPB Dramaga bertujuan untuk mengkaji tingkat
produktivitas ternak khususnya pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan
kondisi lingkungan khususnya mikroklimat.

2
Ruang Lingkup Penelitian
Pengaruh mikroklimat perkandangan pada performa produktivitas domba
umur I0 dan I1 di Desa Lingkar Kampus IPB Dramaga. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari hingga Maret di Desa Cibanteng dan Cikarawang. Pengamatan
mikroklimat yaitu suhu, kelembaban dan kecepatan angin dalam kandang
dilakukan pada pagi, siang dan sore. Pengukuran bobot badan harian dilakukan
setiap minggu sebelum domba diberi pakan. Analisis data mennggunakan uji T
dan koefisien korelasi pearson (r). Hubungan besaran suhu dan kelembaban udara
dihitung menggunakan THI (Temperature Humidity Index).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian berlangsung selama 6 minggu dari bulan Januari sampai Maret
2015. Penelitian dilakukan di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, dan Desa
Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Bogor.
Bahan
Ternak
Ternak yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 12 ekor domba
dengan jumlah masing-masing 6 ekor I0 (umur di bawah 1 tahun) dan 6 ekor I1
(umur di atas 1 tahun).
Alat
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi timbangan
gantung, alat tulis, anemometer, thermometer bola basah dan bola kering.
Prosedur
Pengukuran
Suhu dan kelembaban diukur menggunakan suhu bola basah dan suhu bola
kering yang diletakan di dalam kandang. Kecepatan angin diukur menggunakan
anemometer yang diletakan di sekitar kandang dengan ketinggian ±1.5 m dari
permukaan tanah. Suhu, kelembaban dan kecepatan angin diamati pada pagi
(08.00 WIB), siang (13.00 WIB) dan sore (18.00 WIB).
Penimbangan bobot badan domba diamati setiap seminggu sekali selama
pengamatan. Domba ditimbang dengan menggunakan timbangan gantung
sebelum diberi pakan.
Analisis Data
Data mikroklimat dan PBBH (Pertambahan Bobot Badan Harian) yang
sudah didapatkan kemudian di analasis dengan menggunakan Uji T untuk
mengetahui perbedaan antar Desa (Cibanteng dan Cikarawang). Model
matematika menurut Walpole (1995) yaitu :

3

Keterangan:
xa
xb
µa
µb

= Rataan sampel I0
= Rataan sampel I1
= Rataan populasi I0
= Rataan populasi I1

sba
sbb
na
nb

= Simpangan baku I0
= Simpangan baku I1
= Jumlah sampel I0
= Jumlah sampel I1

Data pertambahan bobot badan yang didapat kemudian dianalisis
menggunakan metode koefisien korelasi pearson (r) untuk mengetahui hubungan
antara mikroklimat (suhu, kelembaban, kecepatan angin) dengan PBBH, model
matematika menurut Walpole (1995) sebagai berikut :

r

n
n
 n

n xiyi   xi  yi 
i 1
 i 1 i 1 

 n 2  n 
n xi    xi 
 i 1 
 i 1

2

 n 2  n 2 
 n yi    yi  
 i 1  
  i 1

Keterangan:
r
x
y
n

= Nilai Koefisien Korelasi Pearson
= Peubah bebas (mikroklimat)
= Peubah tidak bebas (PBBH)
= jumlah sampel

Selanjutnya hasil dari nilai korelasi dilakukan uji hipotesis untuk
mengetahui tingkat keeratan korelasi tersebut, dengan rumus uji t sebagai berikut :
t

r n-2

1  r 
2

Keterangan:
r
n

= Nilai Koefisien Korelas Pearson
= jumlah sampel

Hubungan besaran suhu dan kelembaban udara dihitung menggunakan
THI (Temperature Humidity Index), yaitu indeks untuk mengukur tingkat
kenyamanan lingkungan ternak dihitung dengan rumus berikut:
THI = db°C – {( 0.31-0.31RH)( db°C-14.4)}
Keterangan:
db°C = termometer bola kering (°C)
RH = (kelembaban)/100%

Katagori stres berdasarkan nilai yang didapat =< 22.2 = tidak stres panas ;
22.2 - < 23.3 = stres panas sedang: 23.3 - 25.6 =
ekstrim stres panas (Marai et al. 2007).

4
Peubah
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan bobot badan
(g hari-1), suhu di dalam kandang (°C), kelembaban di dalam kandang (%), dan
kecepatan angin sekitar kandang (m s-1). Cara pengambilan data dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Peubah yang diamati
Peubah
Cara Pengambilan Data
Pertambahan Bobot Pertambahan bobot badan harian diperoleh dari hasil
Badan (g hari-1)
perhitungan bobot badan akhir dikurangi bobot badan
awal ketika domba akan digemukan dibagi dengan lama
penggemukan.
Suhu di dalam
kandang (°C)

Pengambilan data suhu menggunakan thermometer suhu
bola basah dan suhu bola kering yang di amati 3 kali
sehari (08.00 WIB, 13.00 WIB dan 18.00 WIB) selama
pengamatan.

Kelembaban di
dalam kandang (%)

Pengambilan
data
kelembaban
menggunakan
thermometer suhu bola basah dan suhu bola kering yang
di amati setiap 3 kali sehari (08.00 WIB, 13.00 WIB dan
18.00 WIB) selama pengamatan.

Kecepatan Angin
sekitar kandang (m
s-1)

Pengambilan data kecepatan angin menggunakan
anemometer yang di amati setiap 3 kali sehari (08.00
WIB, 13.00 WIB dan 18.00 WIB) selama pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Cibanteng dan Cikarawang yang terletak di
Kabupaten Bogor. Desa Cikarawang berada pada ketinggian 193 m dpl di
Kecamatan Dramaga, sedangkan Desa Cibanteng berada pada ketinggian 300 m
dpl di Kecamatan Ciampea. Sistem pemeliharaan di Desa Cibanteng dan
Cikarawang menggunakan sistem intensif, yaitu ternak semasa hidupnya berada di
dalam kandang. Pemeliharaan dengan sistem intensif merupakan sistem
pemeliharaan yang paling baik karena dapat menentukan kualitas dan kuantitas
produksi ternak.
Peternak di pedesaan pada umumnya bekerja sebagai petani dan
pemeliharaan domba hanya dijadikan sebagai usaha sampingan. Hal ini
menyebabkan peternak kurang memperhatikan kualitas kandang yang baik untuk
pemeliharaan domba, sehingga peternak hanya menggunakan bahan konstruksi
yang sederhana. Kandang yang digunakan oleh peternak di Desa Cibanteng dan
Desa Cikarawang pada umumnya beratapkan genteng. Atap kandang khususnya
atap genteng dapat mempengaruhi kondisi mikroklimat di dalam kandang. Bahan
atap genteng dapat menghantarkan panas dan radiasi matahari yang rendah dan

5
sangat baik menahan panas sehingga dapat mempertahankan suhu kandang yang
konstan dan aliran udara dapat keluar melalui celah-celah atap (Oktameina 2011).
Bahan dinding kandang yang digunakan peternak di Desa Cibanteng dan
Desa Cikarawang adalah kayu dan bambu. Perbedaan bahan dinding kandang
dapat berpengaruh terhadap perubahan mikroklimat yang terjadi di dalam kandang
karena terdapat celah pada kayu dan bambu, sehingga angin dapat masuk dan
keluar melalui celah tersebut.
Kandang di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang tergolong sederhana dan
memiliki lingkungan vegetasi yang baik (Gambar 1 dan Gambar 2). Pepohonan
akan menurunkan kecepatan angin setiap tahunnya sebesar 78% (Hawke dan
Wedderburn 1994). Onyewotu et al. (2003) menambahkan bahwa pohon dan
semak yang berada di sekitar kandang selain untuk diberikan sebagai pakan
ternak, tetapi juga berfungsi sebagai tempat berlindung dari radiasi matahari dan
membuat iklim mikro yang lebih menguntungkan bagi pertumbuhan rumput.

Gambar 1 Kandang di Cikarawang

Gambar 2 Kandang di Cibanteng

Tipe kandang yang digunakan oleh peternak di Desa Cibanteng dan Desa
Cikarawang yaitu kandang panggung. Lantai kandang dibuat dari kayu atau
bambu yang disusun renggang dengan jarak 1-2 cm, sehingga kotoran dan urin
domba mudah jatuh ke kolong kandang namun tidak membuat kaki domba
terjepit. Rataan tinggi kolong kandang panggung di Desa Cibanteng dan Desa
Cikarawang masing-masing berukuran 0.62 dan 0.85 m. Roger dan Subandriyo
(1997) menyatakan bahwa tinggi kolong pada kandang minimal 60 cm agar
bagian bawah kandang mudah dibersihkan saat koleksi kotoran, disamping itu
juga tidak terlalu tinggi untuk peternak dan ternak memasuki kandang. Kandang
yang berada di Desa Cibanteng dan Cikarawang sudah memiliki ketinggian
kolong yang baik karena memilki ketinggian lebih dari 60 cm.
Kandang peternak yang berada di Desa Cibanteng memiliki luas rata-rata
sebesar 10.07 m2 dengan rata-rata tinggi kandang sebesar 2.63 m, sedangkan di
Desa Cikarawang luas rata-rata sebesar 5.87 m2 dengan rata-rata tinggi kandang
sebesar 1.80 m. Ukuran kandang bevariasi tergantung jumlah domba yang ada
disetiap peternak. Menurut Rianto (2004) bahwa kandang untuk bakalan berumur
3-7 bulan memerlukan luas lantai 0.5 m2 ekor-1, bakalan berumur 7-12 bulan
memelukan luas lantai 0.75 m2 ekor-1 dan kandang untuk ternak dewasa atau calon
induk yang berumur lebih dari 12 bulan memerlukan luas lantai 1 m2 ekor-1.
Kandang di Desa Cibanteng dengan rataan populasi sebanyak 7 ekor memiliki
panjang kandang berkisar 3.40-6.35 m, lebar kandang berkisar 1.00-3.50 m, dan

6
tinggi kandang berkisar 1.80-3.25 m. Ukuran tersebut tidak berbeda dengan
ukuran kandang di Desa Cikarawang, dengan rataan populasi sebanyak 6 ekor
memiliki panjang berkisar 3.20-5.75 m, lebar 1.30-1.55 m, dan tinggi 2.50-3.05
m. Kandang yang berada di Desa Cibanteng dan Cikarawang sudah memiliki luas
yang baik untuk ternak domba.
Bentuk tempat pakan domba yang digunakan pada umumnya berbentuk
trapesium. Kushartono et al. (2005) menambahkan bahwa tempat pakan sebaiknya
berbentuk trapesium dan diletakan pada dinding sisi depan kandang. Kondisi ini
diduga karena bentuk tempat pakan trapesium menyebabkan pakan mudah
dimakan, sehingga pakan domba tidak tersisa karena terhimpit oleh susunan kayu
yang lancip. Ukuran tempat pakan yang digunakan relatif sama, ukuran tersebut
dapat mempengaruhi efisiensi pemberian pakan karena semakin kecil ukuran
maka pakan yang diberikan akan mudah jatuh.
Kandang terletak di tengah pemukiman warga yang dikelilingi kebun dan
sawah, sehingga pakan yang digunakan peternak di Desa Cibanteng dan Desa
Cikarawang hanya berupa rumput lapang dan tanaman yang tumbuh disekitar
rumah, kebun dan sawah. Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari
dengan waktu pemberian yang bervariatif. Jumlah rumput yang diberikan tidak
teratur karena disesuaikan dengan ketersediaan rumput.
Mikroklimat Kandang di Desa Lingkar Kampus Dramaga
Daerah tropis memiliki suhu dan kelembaban rata-rata yang tinggi
sepanjang tahunnya. Rataan mikroklimat pada bulan Januari hingga Maret di Desa
Cibanteng dan Desa Cikarawang menunjukkan suhu 25.3 °C, kelembaban 86.5%,
dan kecepatan angin 0.5 m s-1 (BMKG 2015). Rataan mikroklimat yang diperoleh
di dalam kandang pada Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Kondisi mikroklimat di dalam kandang pada lokasi penelitian di Desa
Cibanteng dan Cikarawang
Lokasi
Suhu (°C)
Kelembaban (%) Kecepatan Angin (m s-1)
Cibanteng
27.2±1.06a
84.76±3.56b
0.30±0.00
Cikarawang
26.9±0.79b
91.70±2.24a
0.36±0.23
Keterangan: huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada
taraf 5%.

Hasil analisis statistik menunjukkan kondisi mikroklimat di dalam
kandang antara Desa Cibanteng dan Cikarawang berbeda nyata (P