Kajian Interaksi Masyarakat Dengan Sumberdaya Hutan Di Bkph Kemadoh, Kph Randublatung
KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN SUMBERDAYA
HUTAN DI BKPH KEMADOH, KPH RANDUBLATUNG
SITI NURHALIMAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Interaksi
Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung
adalah benar-benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Siti Nurhalimah
NIM E34100115
ABSTRAK
SITI NURHALIMAH. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di
BKPH Kemadoh, KPH Randublatung. Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS
HIKMAT.
Pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat sedikit
banyak akan mempengaruhi terhadap kelestarian jenis yang dimanfaatkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis sumberdaya hutan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar BKPH Kemadoh dan mengidentifikasi
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan di BKPH
Kemadoh. Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2013-Maret 2014
dengan metode snowball dan dianalisis menggunakan skoring pemenuhan
kebutuhan masyarakat berdasarkan sumbernya. Umur yang banyak melakukan
pemanfaatan sumberdaya hutan yaitu pada usia produktif dengan rentang 41-45
dengan pendidikan rata-rata adalah jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan mayoritas
mata pencaharian petani dan peternak. Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Desa Singget, Jegong, dan Jati hampir sama yaitu kebutuhan
pangan (karbohidrat, buah dan sayuran), bahan-bahan (bahan arang dan kayu
bakar), obat-obatan, pakan ternak, dan pendapatan uang tunai. Namun pada Desa
Jegong tidak terdapat pembuatan arang untuk tujuan komersil. Keberadaan BKPH
Kemadoh cukup penting bagi masyarakat Desa Singget dalam memenuhi
kebutuhan kayu bakar dan pakan ternak, sedangkan Desa Jegong dan Desa Jati
berupa kebutuhan pakan ternak.
Kata kunci: BKPH Kemadoh, sumberdaya hutan, tingkat ketergantungan
ABSTRACT
SITI NURHALIMAH. Study on Interaction of Local People to Forest Resources
in BKPH Kemadoh, KPH Randublatung. Supervised by SISWOYO and AGUS
HIKMAT.
The utilities of forest resources which occur by local people give impact to
sustainability of species that been used. This research have a goal to identify kind
of forest resources which been used with local people in BKPH Kemadoh and to
observe people dependency to product forest resources in the forest area. This
observation occurred in September 2013- March 2014 with snowball methods and
analyze with skoring of society need based on it source. Most of respondent range
age are in productive age with stretch 41-45 years old with education background
as in primary school. The resources use by local people in Singget village, Jegong
village, and Jati village of same near is food (carbohydrates, fruits, and
vegetables), materials (energy and charcoal), medicine, livestock feed and direct
income. But in Jegong village doesn’t make a charcoal for comersil purposed. It’s
existanced included of enough important for the society of Singget village is
needed energy and livestock feed, while Jegong and Jati village is livestock feed.
Keywords : BKPH Kemadoh, dependence level, forest resources.
KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN SUMBERDAYA
HUTAN DI BKPH KEMADOH, KPH RANDUBLATUNG
SITI NURHALIMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013
sampai Maret 2014 ini ialah Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya
Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Dr Ir
Agus Hikmat, MScFTrop selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Karjan, Ibu Titin, dan Ibu Yuli dari KPH
Randublatung, Bapak Ujang beserta staf di BKPH Kemadoh, yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, keluarga besar CSS MoRA, serta keluarga
besar Himakova atas segala doa dan dukungannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Siti Nurhalimah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan waktu penelitian
2
Bahan dan Alat
2
Jenis Data yang Dikumpulkan
2
Teknik Pengumpulan Data
3
Pengolahan Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Karakteristik Responden di Sekitar BKPH Kemadoh
7
Potensi Sumberdaya Hutan
11
Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumberdaya Hutan di
BKPH Kemadoh, KPH Randublatung
24
SIMPULAN DAN SARAN
32
Simpulan
32
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
35
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat di BKPH
Kemadoh
Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan
pangan karbohidrat oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh
Daftar jenis tumbuhan yang dimanfatkan sebagai bahan pangan
sayuran dan buah oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh
Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai kayu
bakar oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh
Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai obatobatan dan komersil oleh masyarakat di BKPH Kemadoh
Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai pakan
hewan oleh masyarakat di BKPH Kemadoh
Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Singget terhadap
sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh
Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jegong terhadap
sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh
Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jati terhadap
sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh
3
4
12
14
18
20
22
27
28
32
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
Tingkat umur responden yang memanfaatkan sumberdaya hutan
di BKPH Kemadoh
Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya
hutan di BKPH Kemadoh
Bentuk Pemanfaatan lahan garapan dan jenis tanaman di BKPH
Kemadoh
Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pembuatan arang
di BKPH Kemadoh
Bentuk Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan kayu
bakar atau perencekan
Bentuk pemanfaatan temulawak (Curcuma xanthorriza) untuk
obat dan komersil
Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan
pakan ternak
Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pendapatan uang
tunai dari hasil penjualan sumberdaya hutan
8
9
13
16
17
21
21
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Daftar jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan
masyarakat di Desa Singget, Jegong dan Jati BKPH Kemadoh.
Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa
Singget, BKPH Kemadoh
Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa
Jegong, BKPH Kemadoh
Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Jati,
BKPH Kemadoh
Peta lokasi penelitian di desa sekitar BKPH Kemadoh, KPH
Randublatung
35
38
39
40
41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kemadoh merupakan salah
satu dari 12 BKPH yang berada dibawah manajemen Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) Randublatung, PERUM PERHUTANI Unit I Jawa Tengah. Luas
kawasan BKPH Kemadoh adalah 2 752.1 ha. Pengelolaan hutan yang baik juga
harus memperhatikan aspek-aspek kelestarian hutan, seperti: aspek ekologi,
produksi, serta sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar hutan (Purnawan
2006).
Berdasarkan fungsi kawasannya, BKPH Kemadoh termasuk kawasan Hutan
Produksi. Kawasan BKPH Kemadoh memiliki potensi keanekaragaman hayati
sebanyak 39 jenis tumbuhan. Jenis satwaliar Berdasarkan Laporan KPH
Randublatung 2012, terdapat sebanyak 64 jenis (11 mamalia, 44 burung, dan 9
herpetofauna). Disamping itu di dalam kawasan BKPH Kemadoh ditemukan
sungai-sungai antara lain: Sungai Gedongan, Sungai Gandul, Sungai Sumberan,
Sungai Banyuasin, dan Sungai Banyu Genuk. Di sekitar kawasan BKPH
Kemadoh terdapat 6 (enam) desa, namun desa yang berdekatan langsung dengan
BKPH Kemadoh ada 3 (tiga) desa, meliputi : Desa Singget, Jati dan Jegong.
Disamping itu di sekitar BKPH Kemadoh juga terdapat tiga Lembaga Masyarakat
Desa Hutan (LMDH), yaitu LMDH Wana Lestari, Jati Mulyo dan Jati Lestari.
Berdasarkan etnis atau sukunya, masyarakat di desa-desa sekitar kawasan
BKPH Kemadoh dapat dikelompokkan kedalam satu macam, yaitu Etnis Jawa
dengan adat-istiadat Jawa Tengah. Kelompok masyarakat Etnis Jawa tersebut
memiliki budaya dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, namun data dan
informasi tentang pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh belum tersedia.
Adanya pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di sekitar kawasan
BKPH Kemadoh sedikit banyak akan mempengaruhi kelestariannya di habitat
alaminya. Apabila tidak segera dilakukan tindakan penyelamatan, maka
dikhawatirkan akan mengancam kelestarian dan bahkan kepunahan dari jenisjenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut. Kehidupan
masyarakat desa sekitar hutan tidak bisa dipisahkan dari keberadaan hutan tempat
mereka menggantungkan hidupnya. Tingginya angka kemiskinan dan laju
pertumbuhan penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun dan permasalahan
besar dalam pemanfaatan sumberdaya hutan. Tekanan terhadap hutan terus
meningkat serta tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup dan penyediaan
lahan untuk areal pemukiman dan fungsi-fungsi lainnya menjadi lebih besar.
Adanya potensi sumberdaya hutan di kawasan BKPH Kemadoh dan budaya
masyarakat di sekitarnya dalam pemanfaatan sumberdaya hutan memungkinkan
adanya interaksi masyarakat dengan kawasan tersebut. Namun data dan informasi
tentang jenis-jenis hasil sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
dan tingkat interaksinya dengan kawasan tersebut belum dapat diketahui. Oleh
karena itu pengumpulan data dan informasi tentang pemanfaatan sumberdaya
hutan oleh masyarakat di kawasan BKPH Kemadoh dan tingkat interaksinya ini
perlu dilakukan.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di desa-desa sekitar kawasan BKPH Kemadoh.
2. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan
yang terdapat di sekitar kawasan BKPH Kemadoh.
Manfaat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh data dan informasi yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak pengelola BKPH Kemadoh khususnya
dan KPH Randublatung pada umumnya dalam menyusun kebijakan terkait
dengan pelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan di kawasan tersebut yang
dilakukan oleh masyarakat.
METODE
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian Kajian Interaksi Masyarakat dengan sumberdaya hutan di BKPH
Kemadoh, KPH Randublatung dilakukan di desa-desa sekitar BKPH Kemadoh
meliputi Desa Singget, Jegong, dan Jati. Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan
mulai dari September 2013 sampai Maret 2014. Adapun peta lokasi penelitian
tersaji dalam Lampiran 5.
\
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian, antara lain : laporan/dokumen
yang terkait dengan kondisi umum lokasi dan hasil hutan di BKPH Kemadoh,
kantong plastik, label, alkohol 70%, dan kuesioner. Alat-alat yang dipergunakan
dalam penelitian ini, antara lain : sprayer, gunting pemotong, kamera, alat
perekam suara, alat tulis-menulis, serta seperangkat komputer.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kondisi umum
lokasi penelitian, karakteristik responden, dan eksplorasi sumberdaya hutan,
seperti tersaji pada Tabel 1.
3
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
No
Jenis data
1
Kondisi
Umum
Lokasi
Penelitian
2
Karakteristik
responden
3
Eksplorasi
sumberdaya
hutan
Data
dan
informasi
yang Sumber
dikumpulkan
data
1. Letak dan luas Desa Singget,
Pustaka
Jegong, dan Jati.
2. Sosial ekonomi dan budaya
masyarakat
3. Sarana pendidikan
4. Fisik (Tanah, topografi, dan
iklim)
Metode
1.
2.
3.
4.
5.
Lapangan
Wawancara
Lapangan
Wawancara,
pembuatan
herbarium,
kajian pustaka
Jenis kelamin
Umur
Pendidikan
Mata pencaharian
Sumberdaya hutan yang
dimanfaatkan
6. Persentasi pemenuhan
kebutuhan responden
1. Jenis yang dimanfaatkan
masyarakat
Kajian Pustaka
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pembuatan
herbarium.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di BKPH Kemadoh.
Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu dengan
menentukan responden kunci (key person). Responden kunci adalah orang atau
responden yang memiliki pengetahuan luas mengenai interaksi yang dilakukan
masyarakat sekitar terhadap sumberdaya hutan di kawasan BKPH Kemadoh.
Wawancara berhenti apabila data yang diperoleh jenuh atau tidak ada lagi
penambahan informasi. Wawancara dilakukan pada masyarakat di sekitar BKPH
Kemadoh meliputi Desa Singget, Jegong, dan Jati, serta LMDH (Lembaga
Masyarakat Desa Hutan) Wana Lestari, Jati Mulyo dan Jati Lestari. Wawancara
dilakukan sebanyak 113 responden termasuk responden kunci.
Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengambil contoh herbarium, yaitu contoh ranting lengkap dengan daun serta
bunga dan buah jika ada.
2. Memotong bahan herbarium dengan panjang ± 40 cm, kemudian diberi label
gantung berukuran 3 cm x 5 cm yang berisi nomor koleksi, nama lokal, tanggal
pengumpulan, lokasi pengumpulan dan nama kolektor.
4
3 Bahan herbarium disemprot alkohol 70%. Masing masing herbarium
dibungkus dengan menggunakan koran yang sudah disemprot dengan alkohol.
4. Herbarium disusun dalam sasak dan dioven selama 2 hari dengan suhu 80˚C.
5. Setelah itu herbarium yang sudah kering yang lengkap dengan data yang
diperlukan diidentifikasi nama ilmiahnya di Laboratorium Ekologi Hutan IPB.
Pengolahan Data
Identifikasi Sub-kelompok dalam masing-masing Desa
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan ke desa-desa
di sekitar kawasan BKPH Kemadoh, kemudian dikelompokkan lagi kedalam
beberapa kelompok berdasarkan etnis atau asalnya.
Pengelompokkan Kebutuhan Dasar Masyarakat
Data sumberdaya hutan yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok berdasarkan kebutuhan dasar masyarakat sehari-hari.
Seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat di BKPH Kemadoh
1
2
3
4
5
6
Kelompok
Pangan
Sub Kelompok
Karbohidrat (beras, jagung dan lain-lain)
Protein hewani (daging, ikan)
Buah-buahan dan sayuran
Air
Air minum dan kebutuhan lainnya
Bahan-bahan (Bahan non- Pakaian
pangan)
Rumah
Peralatan rumah tangga
Kayu bakar dan arang
Obat-obatan
Pakan ternak
Pendapatan uang tunai
Binatang buruan, kayu, non kayu, buah-buahan
dan lainnya
Sumber: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia (2008).
Pemberian Skoring Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Berdasarkan
Sumbernya.
Berdasarkan sumbernya, masing-masing kelompok kebutuhan dasar
masyarakat dikelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok, yaitu dari wilayah
hutan, budidaya, pembelian, bantuan, dan lainnya. Selanjutnya pada masingmasing kelompok sumber kebutuhan dasar masyarakat diberi skoring.
Berdasarkan tingkat kepentingannya, kebutuhan dasar masyarakat berdasarkan
sumbernya menurut Konsorsium Revisi High Conservation Value (HCV) Toolkit
Indonesia (2008) adalah:
100%
jika keseluruhan kebutuhan dipenuhi oleh satu sumber, sumber
tersebut dianggap sangat penting, Skor = 4
50%-99%
jika sebagian besar kebutuhan dipenuhi oleh satu sumber dan
jarang sekali oleh sumber lain, sumber tersebut dianggap cukup
penting, Skor = 3
5
25%-49%
10%-24%
0% - 9%
jika kebutuhan dipenuhi oleh beberapa sumber yang masingmasing dibawah 50%, sumber tersebut dianggap penting; Skor =
2
jika kebutuhan dipenuhi oleh banyak sekali sumber lain, sumber
tersebut dianggap kurang penting, Skor = 1
jika kebutuhan tidak lagi dipenuhi oleh hutan atau ekosistem
alam lain, sumber tersebut dianggap tidak penting, Skor = 0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Perum Perhutani KPH Randublatung
BKPH Kemadoh merupakan salah satu BKPH dibawah pengelolaan Perum
Perhutani KPH Randublatung. KPH Randublatung secara astronomis terletak
pada 7°05’ -7°20’ LS dan 4° 25’ - 4°40 BT. Kawasan tersebut secara administratif
terletak di Kecamatan Banjarejo, Jepon, Kradenan (Menden), Kunduran,
Randublatung dan Jati, Kabupaten Blora serta Kecamatan Gabus Kabupaten
Grobogan wilayah Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Sebanyak 63.94% keluarga di
kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah KPH Randublatung yang terdiri
dari enam kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Jepon,
Banjarejo dan Kunduran, masih berada pada tahapan keluarga pra sejahtera yang
masih bergantung pada hasil hutan. Batas wilayah Perum Perhutani KPH
Randublatung yaitu:
Bagian Utara : berbatasan dengan KPH Blora
Bagian Timur : berbatasan dengan KPH Cepu
Bagian Barat : berbatasan dengan KPH Ngawi Unit II Jawa Timur dan
Bagian Selatan : berbatasan dengan KPH Gundih
Wilayah KPH Randublatung dan sekitarnya beriklim tropis, yang ditandai
oleh terdapatnya musim hujan dan musim kemarau secara bergantian sepanjang
tahun. Wilayah tersebut memiliki tipe iklim antara tipe C sampai dengan E.
Temperatur rata-rata 31⁰C, dan curah hujan rata-rata 2 072 mm/tahun. Jenis tanah
di KPH Randublatung berupa jenis tanah kapur atau margalit dalam, tidak sarang,
coklat, abu-abu dan berhumus.
Desa Singget
Desa Singget terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa
Tengah. Desa Singget memiliki delapan Dusun, yaitu Dusun Singget, Tlogo,
Nglinggo, Setren, Kayen, Sumberan, Sambiroto, dan Karang Tengah. Dusun yang
berbatasan langsung dengan BKPH Kemadoh adalah Dusun Kayen, Tlogo, dan
Sumberan. Desa Singget memiliki Luas 10.81 km2 dengan jumlah penduduk
4698 orang dan memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1 446 KK.
Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Kecamatan Jati
(2012) adalah 435 jiwa/ km2 dengan laju pertambahan penduduk 0.99. Batas
wilayah Desa Singget yaitu:
6
Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Gabusan
Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Jati
Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean
Bagian Barat
: berbatasan dengan Desa Pelem
Mata pencaharian masyarakat di Desa Singget sebagian besar adalah petani
dan peternak serta sebagian kecil adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu empat
orang. Hal ini ditandai dengan adanya kepemilikan tanah walaupun hanya dengan
luasan yang kecil. Desa Singget memiliki sarana prasarana pendidikan sebanyak
dua Tingkat kanak-kanak (TK) dan dua Sekolah Dasar (SD). Hal ini yang
menjadikan salah satu faktor rendahnya tingkat pendidikan yang ada di Desa
Singget, sehingga meningkatkan interaksi terhadap hutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Kondisi aksesibilitas yang susah serta jalan yang berbatu dan
bertanah menyebabkan akses untuk mencapai lokasi ini sangat susah. Kondisi
rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya sebagian
kecil yang terbuat dari tembok.
Desa Jegong
Desa Jegong terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa
Tengah. Desa Jegong memiliki empat Dusun, yaitu Dusun Jegong, Bumi Rejo,
Besi, dan Kemadoh. Dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan BKPH
Kemadoh adalah Dusun Kemadoh dan Jegong. Luas wilayah Desa Jegong adalah
25.81 km2 dengan jumlah penduduk 2 856 orang dan memiliki jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebanyak 871 KK. Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang
dilakukan oleh Kecamatan Jati (2012) adalah 111 jiwa/km2 dengan laju
pertambahan penduduk 1,0. Batas wilayah Desa Jati yaitu:
Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Jati
Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Pelem
Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean
Bagian Barat
: berbatasan dengan Desa Singget
Mata pencaharian masyarakat di Desa Jegong adalah petani, peternak,
pedagang, PNS, dan pegawai perhutani. Mata pencaharian sebagian besar
masyarakat di Desa ini adalah petani. Desa Jegong memiliki sarana prasarana
pendidikan sebanyak dua Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dua Tingkat
kanak-kanak (TK) dan dua Sekolah Dasar (SD). Desa Jegong berbatasan langsung
dengan Desa Jati sehingga akses untuk kedua desa ini sangat mudah. Sehingga
untuk pendididikan transfer antar kedua desa ini lebih mudah. Desa Jegong juga
memiliki daerah pangkuan yang terluas daripada Desa Singget dan Desa Jati
sehingga untuk saat ini bentuk kerjasama dengan pihak Perum Perhutani
Randublatung cukup intensif baik dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH) dan para pesanggemnya (penggarap lahan milik Perum Perhutani).
Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya
sebagian kecil yang terbuat dari tembok.
Desa Jati
Desa Jati merupakan salah satu desa yang berada di kawasan BKPH
Kemadoh. Desa Jati terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa
Tengah. Desa Jati memiliki delapan Dusun, yaitu Dusun Bantengan, Karang Rejo,
Jati, Kayen, Karang, Bebekan, Klanding, dan Banyu Urip. Dusun yang
7
berbatasan langsung dengan lokasi penelitian adalah Dusun Jati, Kayen, dan
Karang Rejo. Luas wilayah Desa Jati adalah 16.35 km2 dengan jumlah penduduk
5 358 orang dan memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1 666 KK.
Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Kecamatan Jati
(2012) adalah 328 jiwa/ km2 dengan laju pertambahan penduduk 0.99. Batas
wilayah Desa Jati yaitu:
Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Doplang
Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Jegong
Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean
Bagian Barat
: berbatasan dengan Desa Singget
Mata pencaharian masyarakat di Desa Jati sebagian besar adalah petani dan
peternak. Selain petani ada beberapa pekerjaan lain yaitu: Pegawai Sipil Negeri
(PNS), Polri, dan pensiunan. Desa Jati memiliki sarana pendidikan berupa tiga
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tiga Tingkat Kanak-Kanak (TK), tiga
Sekolah Dasar (SD), tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan tiga Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Adanya fasilitas pendidikan dari tingkat PAUD
sampai SMK berimplikasi Positif terhadap tingkat pendidikan yang ada di Desa
Jati dengan tingkat pendidikan rata rata sampai SMA. Selain fasilitas pendidikan
kondisi jalan di Desa jati sudah beraspal pada desa yang dilalui jalur utama
menuju Grobogan. Sementara untuk Dusun yang lainnya kondisi jalan masih
berbatu dan berpasir. Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat
dari kayu dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari tembok.
Karakteristik Responden di sekitar BKPH Kemadoh
Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum masyarakat
yang melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan. Karakteristik tersebut
digunanakan untuk mengetahui tingkat interaksi masyarakat terhadap kawasan.
Interaksi yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan yang tinggi pula
terhadap kawasan hutan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan BKPH
Kemadoh. Pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan hasil sumberdaya
hutan sangat penting dalam upaya mempelajari interaksinya dengan lingkungan
alam dan lingkungan sosialnya (Baharuddin 2006). Alikodra (1985) menyatakan
terdapat beberapa penyebab terjadinya interaksi yang cukup penting antara lain:
(1) tingkat pendapatan masyarakat sekitar kawasan relatif rendah, (2) tingkat
pendidikan relatif rendah, (3) rata-rata pemilikan lahan yang masih sempit dan
kurang intensif pengelolaannya, dan (4) laju pertumbuhan penduduk yang pesat
dengan kepadatan cukup tinggi.
Tingkat Umur
Tingkat umur sangat berhubungan dengan produktivitas kerja (umur
produktif). Berdasarkan Sulistiani (2014) menyatakan bahwa usia produktif
berkisar antara 15-64 tahun. Hal ini juga sesuai dengan Undang-undang tentang
Tenaga Kerja No 13 Tahun 2003. Sedangkan berdasarkan Bakri dan Maning
(1987) diacu dalam Girsang (2006) mengemukakan bahwa usia produktif untuk
bekerja di negara-negara berkembang pada umumnya adalah 15-55 tahun. Hasil
wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa masyarakat yang memanfaatkan
8
sumberdaya hutan adalah berumur 26-65 tahun. Hal ini menunjukkan sebagian
besar pemanfaat sumberdaya hutan adalah usia produktif, seperti tersaji pada
Gambar 1.
persentase (%)
50.00
45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Singget
Jegong
Jati
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
56-60
61-65
Tingkat umur (Tahun)
Gambar 1 Tingkat umur responden yang memanfaatkan sumberdaya hutan di
BKPH Kemadoh
Banyaknya masyarakat pemanfaat sumberdaya hutan yang termasuk dalam
kelompok usia produktif, mengindikasikan bahwa adanya keterbatasan lapangan
pekerjaan di luar bidang kehutanan di daerah tersebut (Birgantoro dan Nurrocmat
(2007). Pada ketiga desa tersebut masyarakat yang mendominasi melakukan
pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan terletak pada rentang umur yang sama
yaitu 41-45 tahun. Pada Desa Singget sebanyak 29.17%, Desa Jegong sebanyak
44.00%, dan Desa Jati sebanyak 30.00%. Hal ini dikarenakan pada sebagian kecil
masyarakat yang memiliki rentang umur kurang dari 41-45 tahun merantau di luar
daerah dan bekerja sebagai pembuat batu bata. Pada data tersebut dapat diketahui
pemanfaat sumberdaya hutan merupakan masyarakat yang sudah menetap lama
dan mengetahui petak kawasan pemangkuan sehingga hasil sumberdaya hutan
memiliki fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu umur
tesebut merupakan umur produktif usia kerja. Menurut Karisma (2010), indikasi
terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan pada usia produktif menunjukkan
adanya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kelompok tingkat umur responden yang tidak melakukan kegiatan
pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Singget adalah umur 61-65 tahun. Hal ini
dikarenakan pada umur tersebut beban jumlah tanggungan sudah berkurang
sehingga keinginan untuk melakukan aktivitas secara penuh di kawasan hutan
berkurang atau bahkan sama sekali tidak melakukan aktivitas lagi di hutan.
Pemanfaatan sumberdaya hutan rentang umur yang tidak melakukan pemanfaatan
di Desa Jegong adalah rentang umur 31-35 tahun, 56-60 tahun, dan 61-65 tahun.
Hal ini dikarenakan pada rentang umur 31-35 tahun masih melakukan pekerjaan
lain seperti tenaga pengajar dan ada juga yang merantau di luar daerah, sehingga
aktifitasnya di hutan belum dianggap penting. Sedangkan di Desa Jati rentang
9
umur yang tidak melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan adalah rentang umur
26-30 tahun. Hal ini dikarenakan terdapat pekerjaan yang lain seperti proyek
pembangunan sekolah SMK yang banyak menyerap tenaga kerja pada rentang
umur tersebut. Berdasarkan Ardiansyah (2008) usia dini dan usia tua tidak lagi
berkeinginan untuk melakukan aktivitas secara penuh di dalam hutan, namun
mereka tetap melakukan aktivitas pekerjaan dan berinteraksi dengan hutan untuk
menunjukkan pentingnya pengakuan dari dirinya bahwa mereka tidak ingin
menjadi beban tanggungan keluarga, apalagi orang lain.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku dan pola fikir masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sulistiani (2014) mengenai tingkat
pendidikan yaitu tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan
pemanfaatan sumberdaya hutan terutama jenis–jenis komersil tidak terkendali
yang akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan.
Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hutan memerlukan ketrampilan,
teknologi dan cara berfikir yang memadai sehingga bisa mengolah dan
menghasilkan sumberdaya yang bernilai tinggi dengan modal dasar dari
sumberdaya hutan (Karisma 2010). Tingkat pendidikan juga mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya
sehingga pemikiran jangka panjang lebih terkendali dalam melakukan
pemanfaatan sumberdaya hutan. Adapun tingkat pendidikan responden tersaji
dalam Gambar 2.
80.00
Persentase (%)
70.00
60.00
50.00
40.00
Singget
30.00
Jegong
20.00
Jati
10.00
0.00
tidak
sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
Tingkat Pendidikan
Gambar 2 Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan
di sekitar BKPH Kemadoh.
Berdasarkan hasil penelitian di BKPH Kemadoh menunjukkan jenjang
pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi, namun masih ada beberapa
masyarakat yang tidak sekolah. Tingkat pendidikan yang mendominasi pada
ketiga desa tersebut berbeda. Pada Desa Singget dan Jati didominasi oleh tingkat
pendidikan berjenjang SD sebanyak 72.92% dan 72.50%. Hal ini menunjukkan
10
bahwa minimnya fasilitas pendidikan, aksesibilitas menuju lokasi pendidikan
yang susah, serta masih mahalnya biaya pendidikan pada saat itu, serta pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi kepada adat tradisional. Sehingga tingkat
pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak bisa bersaing di luar
dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Ardiansyah (2008) bahwa rendahnya perekonomian masyarakat di
sekitar hutan mengakibatkan mereka sulit untuk berinteraksi dengan masyarakat
luar yang berpendidikan cukup dan berdampak pada rendahnya ketrampilan dan
pengetahuan yang menyebabkan masyarakat sekitar hutan sulit memperoleh
lapangan pekerjaan yang layak. Berdasarkan hasil penelitian Sulistiani (2014)
bahwa tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat sulit bersaing
untuk memasuki lapangan pekerjaan. Hal ini juga menyebabkan tingkat
pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai pemenuh kebutuhan menjadi tinggi
karena masyarakat cenderung kurang memiliki alternatif untuk melakukan
pekerjaan lain.
Mata Pencaharian
Responden yang diambil dari penelitian adalah petani dan peternak,
pengepul, perangkat desa, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Mata
pencaharian petani dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu petani yang mengelola
lahan milik dan petani yang mengelola lahan milik perhutani (pesanggem).
Kelompok petani ini meliputi petani sawah, petani ladang, dan petani kebun.
Kegiatan petani ini berdasarkan wawancara dengan responden banyak dilakukan
ketika musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau petani cenderung lebih
banyak memiliki waktu senggang sehingga masyarakat memiliki pendapatan
tambahan dari hasil penjualan kayu bakar dan lainnya yang didapatkan dari lokasi
penelitian. Berdasarkan wawancara dengan pengepul kayu bakar untuk kegiatan
perencekan paling banyak dilakukan pada musim kemarau sehingga kayu bakar
yang terkumpul lebih banyak dibandingkan musim penghujan. Kemiskinan
(keadaan sosial ekonomi masyarakat yang kurang baik) akan menimbulkan
berbagai masalah, antara lain: penyempitan kawasan hutan akibat penyerobotan
areal hutan untuk keperluan pertanian dan perladangan secara liar, hutan menjadi
rusak dan gundul karena terjadinya kebakaran hutan, dan perambahan hutan serta
penebangan liar guna keperluan kayu bakar atau dijual untuk pemenuhan
kebutuhan (Hadi 1994).
Sistem pengelolaan sawah, ladang ataupun kebun masih menggunakan
pengetahuan tradisional leluhur keluarga, sehingga kearifan lokal masyarakat
masih terjaga. Pada musim penghujan masyarakat mayoritas menanam padi di
lahan milik pribadi dan aktivitas di kawasan hutan juga semakin rendah,
sedangkan pada musim kemarau selain aksesibilitas yang mudah serta masyarakat
memiliki waktu yang senggang sehingga keinginan yang tinggi untuk melakukan
aktivitas di kawasan hutan karena tuntutan kebutuhan ekonomi untuk
mendapatkan penghasilan tambahan.
Mata pencaharian masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh masih tergolong
rendah. Hal ini dikarenakan aksesibilitas terhadap pendidikan sangat susah dan
keterbatasan sarana pendidikan. Desa Singget merupakan desa yang sebagian
besar masyarakatnya adalah petani, peternak, dan hanya 4 (empat) orang PNS.
Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat Desa Singget lebih besar
11
dibandingkan dengan Desa Jegong dan Jati. Desa yang tidak berbatasan langsung
dengan kawasan hutan pola pikirnya cenderung lebih maju dibandingkan desa
yang langsung berbatasan dengan kawasan hutan. Berdasarkan Birgantoro (2008)
transfer ilmu pengetahuan, ketrampilan dan informasi pasar juga berjalan lebih
baik sehingga pola pikir masyarakatnya sedikit lebih maju.
Potensi Sumberdaya Hutan
Potensi sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh yang dimanfaatkan oleh
masyarakat yaitu sumberdaya hutan berupa tumbuhan. Kesuksesan pengelolaan
sumberdaya hutan secara lestari dan berkelanjutan bergantung kepada dukungan
dari masyarakat sekitar kawasan tersebut. Paradigma baru dalam pengelolaan dan
pembangunan hutan yang melibatkan masyarakat merupakan harapan baru untuk
dapat memecahkan permasalahan yang terjadi dalam pembangunan kehutanan
(Darusman 1992). Perilaku dan interaksi masyarakat lokal perlu diperhatikan
dalam pemenuhan kebutuhannya dan menghargai opini masyarakat seharusnya
menjadi hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaannya (Fisher et al.
1997), sehingga kelestarian terhadap sumberdaya hutan bisa berkelanjutan dengan
sistem pengelolaan bersama masyarakat. Menurut Soerianegara (1977) akibat
pendayagunaan sumberdaya alam oleh manusia akan menimbulkan perubahan
ekosistem, sehingga akan mempengaruhi sumberdaya alam lainnya beserta
lingkungannya. Perubahan ekosistem yang terjadi akibat adanya pemanfaatan
sumberdaya hutan akan mengancam kelangsungan sumberdaya hutan secara
lestari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan sumberdaya hutan di lokasi penelitian adalah kondisi sosial ekonomi
masyarakat, letak geografis desa terhadap kawasan BKPH Kemadoh, aksesibilitas,
serta pengetahuan masyarakat yang terbatas. Menurut Sulistiani (2014) faktor
yang mempengaruhi pemanfaatan sumberdaya hutan adalah karakteristik
responden, kondisi geografis lokasi desa, dan aksesibilitas. Kondisi sosial
ekonomi masyarakat sangat berpengaruh karena semakin rendah kondisi sosial
ekonomi masyarakat maka semakin tinggi pula interaksi terhadap kawasan hutan.
Hal ini sesuai pernyataan Yuadji (1981) diacu dalam Ardiansyah (2008)
menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi masyarakat berpengaruh langsung
terhadap kemampuan daya dukung lingkungan terhadap suatu kawasan. Letak
geografis desa terhadap kawasan juga berpengaruh, yang mana terdapat 8 dusun
dari ketiga desa yang berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dusun yang berbatasan langsung dengan
kawasan hutan memiliki interaksi yang tinggi dibandingkan dengan dusun yang
tidak berbatasan langsung dengan kawasan.
Keberadaan hutan dalam kehidupan masyarakat dapat memberikan banyak
manfaat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sumberdaya hutan memberikan
banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitar hutan dan cenderung
mendorong masyarakat untuk terus melakukan eksploitasi dalam rangka
memanfaatkan sumberdaya hutan untuk pencapaian tujuan-tujuan ekonomi yaitu
pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan kesejahteraan (Sardi 2009). Selain
12
untuk pemanfaatan kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar juga memanfaatkan
sebagai pendapatan tambahan dari hasil penjualan sumberdaya hutan.
Bahan Pangan Karbohidrat
Bahan pangan karbohidrat banyak didapatkan dari tanah garapan dari
perhutani (mbaon) yang dikelola dengan sistem PHBM (Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat) secara tumpangsari. Bahan pangan karbohidrat hanya
dimanfaatkan sebagian kecil, sisanya dijual sebagai pendapatan tambahan. Untuk
pemenuhan kebutuhan karbohidrat sehari-hari masyarakat menggunakan beras
yang didapatkan dari lahan milik pribadi yang ditanam pada musim penghujan.
Media penanaman padi tersebut merupakan sawah tadah hujan sehingga sangat
bergantung kepada air hujan.
Bahan pangan karbohidrat dimanfaatkan oleh semua desa di BKPH
Kemadoh, serta jenis-jenis yang dimanfaatkan rata-rata sama antar para
pesanggem. Hal ini dikarenakan musim tanam dan jenis yang ditanam sama,
dengan harapan bisa mengurangi tingkat kerusakan akibat hama penyerang ladang
oleh babi hutan dengan tanaman prioritas utama berupa jagung (Z. mays) serta
tanaman berupa ketela pohon (M. utilissima) dan pisang (M. acuminata).
Sementara porang (A. campanulatus) merupakan jenis tanaman hasil progam
pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM), yang nantinya akan digunakan
sebagai campuran bahan baku pembuatan mie ramen (Tabel 3). Sistem PHBM
dengan komoditi porang hanya dilakukan di Desa Jegong sementara desa lainnya
yang ada di sekitar BKPH Kemadoh masih dalam tahap perencanaan, seperti
tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan
karbohidrat oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh
No
1
2
3
Nama
Lokal
Jagung
Nama Ilmiah
Ketela
Pohon
Porang
Manihot
utilissima
Amorphophallus
campanulatus
Zea mays
Bagian yang Macam
digunakan
penggunaan
Buah
Pengganti
makanan
pokok
Umbi
Makanan
ringan
Umbi
Makanan
pokok
Asal
sumber
HP, LP
Desa
HP, LP
1, 2, 3
HP
2
1, 2, 3
Keterangan: HP : Hutan Produksi LP: Lahan Pribadi:
1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati
Cara pengambilan bahan pangan karbohidrat khususnya jagung dilakukan
pada setiap musim panen yaitu sebanyak 3 (tiga) kali dalam satu tahun.
Pengambilan dilakukan menggunakan motor dengan keranjang yang diisi hasil
panen serta ada yang menggunakan karung sebagai media angkut sebelum
dimasukkan dalam keranjang. Hasil panen di ladang berdasarkan wawancara
dengan responden sebagian disimpan dan sebagian dijual untuk pemenuhan
kebutuhan sehari hari. Tetapi lebih banyak responden yang tidak menyimpan
karena memerlukan perawatan tambahan agar jagung atau hasil panen tidak
rusak/berjamur sebelum masa penggunaan. Pemanfaatan sumberdaya hutan
berupa bahan pangan mayoritas dilakukan oleh laki-laki akan tetapi masih ada
13
perempuan yang ikut melakukan pekerjaan di ladang garapan/mbaon.
Pemanfaatan Sumberdaya hutan berupa pangan karbohidrat disajikan dalam
Gambar 3.
Gambar 3 Bentuk Pemanfaatan lahan garapan dan jenis tanaman di BKPH
Kemadoh
Berdasarkan hasil penelitian di BKPH Kemadoh tidak terdapat perbedaan
yang signifikan dalam pengelolaan lahan yang dilakukan antar pesanggem di Desa
Singget, Jegong, dan Jati. Dengan sistem tanam tumpangsari pesanggem mampu
menjaga pohon jati agar kelestariannya tetap terjaga. Interaksi terhadap lokasi
penelitian pada bidang pangan paling tinggi intensitasnya dilakukan oleh
masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan, sehingga masyarakat yang
berbatasan langsung dengan kawasan cenderung lebih banyak melakukan aktifitas
di dalam kawasan dalam pengelolaan ladang dibandingkan masyarakat yang tidak
berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh.
Bahan Pangan Protein Hewani
Protein hewani merupakan bahan pangan yang sumber utamanya dari hewan.
Masyarakat sebagian besar membeli protein hewani untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari berupa ayam potong, telur, dan ikan. Pemenuhan kebutuhan terhadap
protein hewani khususnya ayam potong dilakukan rata-rata seminggu sekali. Telur
sebagai pemenuhan protein hewani dilakukan dengan memanfaatkan dari telur
kampung hasil budidaya ayam kampung dan ada sebagian yang membeli. Adapun
ikan yang sering dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani
adalah lele dan ikan laut seperti ikan teri, ikan pindang, dan ikan panggang.
Selain dari membeli protein hewani juga didapatkan dari budidaya ayam kampung,
namun untuk pemanfataan sebagai protein hewani untuk dikonsumsi sendiri
jarang dilakukan karena budidaya dilakukan dengan tujuan sebagai pendapatan
tambahan ketika ada kebutuhan mendadak. Pemenuhan protein hewani tidak ada
yang didapatkan dari lokasi penelitian karena susah ditemukan satwa liar di lokasi
penelitian. Selain itu sungai sebagai habitat ikan lebih sering kering dibandingkan
terisi air. Air yang terdapat di sungai merupakan air hujan, apabila intensitas
hujannya rendah maka akan cepat surut kembali dan bahkan kering.
14
Bahan Pangan Buah dan Sayuran
Bahan pangan buah dan sayuran didapatkan dari hutan yang tumbuh secara
liar dan budidaya di kawasan BKPH Kemadoh. Bahan pangan buah dan sayuran
sebagian besar didapatkan dari membeli, namun ada beberapa masyarakat yang
melakukan budidaya sendiri. Lokasi pembudidayaan buah dan sayuran terletak di
pekarangan rumah dan pematang sawah seperti pisang, mangga, bayam, dan daun
ketela. Masyarakat melakukan konsumsi terhadap sayuran setiap hari namun
untuk konsumsi buah dilakukan pada saat musim panen, sehingga kebutuhan
sayuran dan buah sebagian besar terpenuhi dengan membeli di pasar atau
pedagang keliling.
Untuk pemanfaatan bahan pangan sayuran banyak dilakukan di Dusun
Jegong dan Dusun Kemadoh, Desa Jegong serta Dusun Jati, Desa Jati. Hal ini
dikarenakan lokasi dusun ini berbatasan langsung dengan kawasan hutan serta
akses yang mudah menuju kawasan hutan. Sementara pemanfaatan terhadap buah
dilakukan oleh semua desa di sekitar BKPH kemadoh. Untuk pemanfaatan
terhadap buah dan sayuran hanya dilakukan pada saat tersedianya bahan tersebut
dan merupakan kegiatan tambahan pasca berladang di mbaon. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Sawitri et al. (2011) adalah Pohon buah-buahan lokal
tersebut dipanen dari hutan, dikelola dalam hutan atau setengah dibudidayakan di
pekarangan atau di kebun rakyat. Kebutuhan sayuran dan buah pada ketiga desa di
sekitar BKPH Kemadoh dipenuhi dengan membeli di pasar atau tempat lainnya.
Adapun jenis buah dan sayuran yang dimanfaatkan masyarakat tersaji dalam
Tabel 4.
Tabel 4
Daftar jenis tumbuhan yang diamanfaatkan sebagai bahan pangan
sayuran dan buah oleh masyarakat sekitar BKPH Kemadoh
No
l
1
Nama
Nama Ilmiah
Babing
2
3
Wangon
Kunci
4
Lempuyang
5
6
Cabe
Kare
7
Pisang
Sauropus
androgynus
Olax scandens
Gastrochillus
panduratum
Zingiber
casumunar
Capsium frutescens
Xanthophyllum
eurhynchum
Musa acuminata
Bagian yang Macam
digunakan
penggunaan
Daun
Sayur
Asal
sumber
HP, LP
Desa
Daun
Umbi
Sayur
Sayur
HP
HP
2
2, 3
Daun
Sayur
HP
2, 3
Buah
Daun
Sayur
Sayur
HP, LP
HP
2, 3
3
Buah
Buah
HP, LP
1, 2, 3
2
Keterangan: HP : Hutan Produksi, LP: Lahan Pribadi
1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati
Pemanfaatan bahan pangan buah dan sayuran dilakukan oleh ketiga desa
tersebut, namun Desa Singget hanya memanfaatkan buah dan tidak melakukan
pemanfaatan terhadap sayuran. Hal ini dikarenakan sayuran yang tersedia dari
hasil budidaya dan membeli sudah mencukupi serta keinginan yang rendah untuk
mencari bahan pangan tersebut. Selain itu aktivitas di hutan sudah membuat
masyarakat lelah, sehingga untuk melakukan aktivitas lain seperti pengambilan
buah dan sayuran tidak menjadi prioritas lagi. Sementara pada Desa Jegong dan
15
Jati memanfaatkan buah dan sayuran berdasarkan wawancara dengan masyarakat
ada keinginan untuk mengkonsumsi makanan yang sudah jarang diperjualbelikan,
sehingga masyarakat berusaha mencari ke kawasan BKPH Kemadoh.
Kebutuhan Air
Air merupakan kebutuhan pokok yang keberadaannya sangat penting untuk
keberlangsungan hidup. Masyarakat sekitar BKPH Kemadoh memenuhi
kebutuhan air dengan menggunakan sumur. Pada musim kemarau sumur menjadi
kering, sehingga sebagian dusun yang terisolir atau jauh dari dusun lainnya
mencari air ke desa yang masih menghasilkan air. Namun ada beberapa dusun
yang mendapat bantuan air sesekali. Berdasarkan wawancara, air bantuan tersebut
hanya cukup memenuhi untuk kebutuhan memasak sedangkan utuk kebutuhan
lainnya masyarakat mencari ke desa lain yang masih menghasilkan sumber air.
Kondisi air di kawasan BKPH Kemadoh banyak mengandung zat kapur sehingga
panci yang digunakan untuk perebusan air sebagai pemenuhan kebutuhan air
minum akan timbul kerak tebal. Kerak tebal yang menempel pada panci pasca
perebusan air merupakan zat kapur yang terpisah dari air setelah dipanaskan
dengan suhu tertentu.
Wilayah hutan di BKPH Kemadoh cukup banyak memiliki aliran sungai
namun sungai-sungai tersebut teraliri air hanya pada musim penghujan. Kualitas
air sungai di kawasan BKPH Kemadoh cenderung kurang baik untuk memenuhi
kebutuhan air minum bagi masyarakat, yang ditandai dengan kadar kapur yang
tinggi serta warna air yang keruh. Menurut Damsar (2002) konsumsi dipandang
dalam sosiologi bukan sebagai sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik
dan biologis manusia terkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Konsumsi
berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup. Sehingga hampir
semua masyarakat menggunakan sumur sebagai pemenuhan kebutuhan air karena
berhubungan dengan selera dan gaya hidup.
Bahan Pakaian
Bahan pakaian merupakan bahan yang digunakan dalam sehari-hari atau
dalam acara tertentu. Untuk pemenuhan kebutuhan pakaian masyarakat
mendapatkannya dari membeli, sehingga tidak ada pemanfaatan sumberdaya
hutan BKPH Kemadoh yang digunakan sebagai bahan pakaian. Cara berpakaian
masyarakat di Desa Singget, Jegong, dan Jati tidak terdapat perbedaan yang nyata.
Dari ketiga desa tersebut sudah cenderung modern dalam menggunakan pakaian.
Karena mata pencaharian yang mendominasi adalah sebagai petani maka pakaian
yang digunakan untuk ke sawah atau mbaon cenderung tidak menjadi perhatian.
Bahan Rumah
Bahan rumah merupakan bahan yang digunakan sebagai tempat berlindung
seluruh anggota keluarga. Bahan rumah yang digunakan masyarakat Desa Singget,
Jegong, dan Jati tidak jauh berbeda yaitu menggunakan kayu dan sebagian kecil
menggunakan tembok. Kayu yang digunakan untuk bahan rumah sebagian besar
adalah kayu jati dan sebagian kecil menggunakan kayu mahoni. Untuk
pemenuhan kebutuhan bahan rumah masyarakat mendapatkan dengan membeli
baik dengan cara satu persatu ataupun langsung membeli rumah secara utuh.
Masyarakat pada ketiga desa tersebut memiliki rumah satu sampai tiga dengan
16
menyisakan sedikit pekarangan yang sebagian terdapat tanaman peneduh atau
taman hias depan rumah. Tanaman peneduh berupa mangga dan pisang,
sementara untuk tanaman sayuran yang ditanam adalah jenis yang dimanfaatkan
setiap hari apabila masih ada stok.
Bahan Arang
Pengarangan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sebagian kecil
masyarakat di BKPH Kemadoh dengan melakukan pembakaran sumberdaya
hutan berupa kayu jati (T. grandis) untuk digunakan sebagai energi lanjutan.
Enegi lanjutan tersebut berupa: arang untuk digunakan diperbengkelan dan energi
lain seperti pembuatan sate dan jagung bakar. Pengarangan hanya dilakukan pada
Desa Jati dan Desa Singget dengan bahan baku utama adalah jati (T. grandis).
Pembuatan arang di Desa Jati dilakukan di Dusun Kayen sementara di Desa
Singget dilakukan di Dusun Tlogo, Ngelinggo, Setren, Kayen, dan Sumberan.
Sebagian besar dusun tersebut merupakan dusun yang berbatasan langsung
dengan kawasan hutan, sehingga aksesibilitas untuk masuk dalam kawasan juga
mudah serta jarak yang tidak terlalu jauh menuju kawasan hutan.
Terdapat perbedaan lokasi pembuatan arang pada kedua desa tersebut. Pada
Desa Jati pembuatan dilakukan pada skala rumah tangga dengan bahan yang
didapatkan di lokasi penelitian. Untuk pembuatan dilakukan dua sampai tiga kali
dalam satu minggu tergantung dari kesediaan bahan yang sudah dikumpulkan.
Pembuatan arang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sehingga terdapat
pembagian tugas dalam melakukan pekerjaan baik dalam pekerjaan ladang,
pengambilan rumput, dan pengambilan rencek. Pembuatan arang pada skala
rumah tangga ini dimulai pagi hari untuk pembakaran dan sore hari dilakukan
pemadaman serta tahap dimasukkan dalam karung. Sementara di Desa Singget
pembuatan arang dilakukan pada kawasan penelitian tepatnya pada plot tebang
seperti tersaji dalam Gambar 4. Pembuatan arang dimulai dari pagi hari sampai
siang hari. Pada umumnya pembuatan arang di lokasi petak tebang dilakukan
oleh perempuan sementara yang melakukan pengangkutan adalah anak atau lakilaki/suami dengan menggunakan sepeda motor. Harga penjualan untuk satu
karung berukuran besar adalah Rp30 000. Adapun pemanfatan terhadap bahan
arang yang dilakukan masyarakat tersaji dalam Gambar 4.
Gambar 4 Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pembuatan arang di
BKPH Kemadoh
17
Kayu Bakar
Kayu bakar merupakan kayu yang digunakan sebagai salah satu bahan
energi rumah tangga. Pemanfaatan bahan bakar ini masih banyak dilakukan oleh
masyarakat. Bahan bakar yang dimanfaatkan masyarakat cukup bervariasi mulai
dari tanaman pokok yaitu jati (T. grandis) dan tanaman rimba. Masyarakat
cenderung melakukan pemanfaatan yang berlebih dan bebas, sehingga sering
terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat. Pihak KPH Randublatung
sebenarnya tidak melakukan larangan untuk melakukan perencekan, asalkan tidak
melakukan penebangan. Perencekan merupakan kegiatan pengambilan kayu yang
dimanfaatkan sebagai energi panas oleh masyarakat sekitar lokasi penenlitian.
Perencekan dilakukan apabila ada petak tebang dan pada ranting yang lapuk.
Namun pada kegiatan perencekan ketika melakukan eksplorasi di lapang pada
petak tebang terdapat ketimpangan antara masyarakat satu dengan masyarakat
lainnya, sehingga yang mempunyai kendaraan serta fisik yang kuat akan
cenderung lebih banyak untuk mengambil ranting sisa penebangan untuk
digunakan sebagai kayu bakar atau untuk dijual sebagai pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Adapun pemanfaatan terhadap kayu bakar tersaji dalam Gambar 5.
Gambar 5 Bentuk Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan kayu
bakar atau perencekan
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa kay
HUTAN DI BKPH KEMADOH, KPH RANDUBLATUNG
SITI NURHALIMAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Interaksi
Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung
adalah benar-benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Siti Nurhalimah
NIM E34100115
ABSTRAK
SITI NURHALIMAH. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di
BKPH Kemadoh, KPH Randublatung. Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS
HIKMAT.
Pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat sedikit
banyak akan mempengaruhi terhadap kelestarian jenis yang dimanfaatkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis sumberdaya hutan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar BKPH Kemadoh dan mengidentifikasi
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan di BKPH
Kemadoh. Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2013-Maret 2014
dengan metode snowball dan dianalisis menggunakan skoring pemenuhan
kebutuhan masyarakat berdasarkan sumbernya. Umur yang banyak melakukan
pemanfaatan sumberdaya hutan yaitu pada usia produktif dengan rentang 41-45
dengan pendidikan rata-rata adalah jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan mayoritas
mata pencaharian petani dan peternak. Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Desa Singget, Jegong, dan Jati hampir sama yaitu kebutuhan
pangan (karbohidrat, buah dan sayuran), bahan-bahan (bahan arang dan kayu
bakar), obat-obatan, pakan ternak, dan pendapatan uang tunai. Namun pada Desa
Jegong tidak terdapat pembuatan arang untuk tujuan komersil. Keberadaan BKPH
Kemadoh cukup penting bagi masyarakat Desa Singget dalam memenuhi
kebutuhan kayu bakar dan pakan ternak, sedangkan Desa Jegong dan Desa Jati
berupa kebutuhan pakan ternak.
Kata kunci: BKPH Kemadoh, sumberdaya hutan, tingkat ketergantungan
ABSTRACT
SITI NURHALIMAH. Study on Interaction of Local People to Forest Resources
in BKPH Kemadoh, KPH Randublatung. Supervised by SISWOYO and AGUS
HIKMAT.
The utilities of forest resources which occur by local people give impact to
sustainability of species that been used. This research have a goal to identify kind
of forest resources which been used with local people in BKPH Kemadoh and to
observe people dependency to product forest resources in the forest area. This
observation occurred in September 2013- March 2014 with snowball methods and
analyze with skoring of society need based on it source. Most of respondent range
age are in productive age with stretch 41-45 years old with education background
as in primary school. The resources use by local people in Singget village, Jegong
village, and Jati village of same near is food (carbohydrates, fruits, and
vegetables), materials (energy and charcoal), medicine, livestock feed and direct
income. But in Jegong village doesn’t make a charcoal for comersil purposed. It’s
existanced included of enough important for the society of Singget village is
needed energy and livestock feed, while Jegong and Jati village is livestock feed.
Keywords : BKPH Kemadoh, dependence level, forest resources.
KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN SUMBERDAYA
HUTAN DI BKPH KEMADOH, KPH RANDUBLATUNG
SITI NURHALIMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013
sampai Maret 2014 ini ialah Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya
Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Dr Ir
Agus Hikmat, MScFTrop selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Karjan, Ibu Titin, dan Ibu Yuli dari KPH
Randublatung, Bapak Ujang beserta staf di BKPH Kemadoh, yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, keluarga besar CSS MoRA, serta keluarga
besar Himakova atas segala doa dan dukungannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Siti Nurhalimah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan waktu penelitian
2
Bahan dan Alat
2
Jenis Data yang Dikumpulkan
2
Teknik Pengumpulan Data
3
Pengolahan Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Karakteristik Responden di Sekitar BKPH Kemadoh
7
Potensi Sumberdaya Hutan
11
Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumberdaya Hutan di
BKPH Kemadoh, KPH Randublatung
24
SIMPULAN DAN SARAN
32
Simpulan
32
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
35
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat di BKPH
Kemadoh
Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan
pangan karbohidrat oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh
Daftar jenis tumbuhan yang dimanfatkan sebagai bahan pangan
sayuran dan buah oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh
Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai kayu
bakar oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh
Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai obatobatan dan komersil oleh masyarakat di BKPH Kemadoh
Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai pakan
hewan oleh masyarakat di BKPH Kemadoh
Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Singget terhadap
sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh
Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jegong terhadap
sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh
Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jati terhadap
sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh
3
4
12
14
18
20
22
27
28
32
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
Tingkat umur responden yang memanfaatkan sumberdaya hutan
di BKPH Kemadoh
Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya
hutan di BKPH Kemadoh
Bentuk Pemanfaatan lahan garapan dan jenis tanaman di BKPH
Kemadoh
Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pembuatan arang
di BKPH Kemadoh
Bentuk Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan kayu
bakar atau perencekan
Bentuk pemanfaatan temulawak (Curcuma xanthorriza) untuk
obat dan komersil
Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan
pakan ternak
Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pendapatan uang
tunai dari hasil penjualan sumberdaya hutan
8
9
13
16
17
21
21
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Daftar jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan
masyarakat di Desa Singget, Jegong dan Jati BKPH Kemadoh.
Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa
Singget, BKPH Kemadoh
Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa
Jegong, BKPH Kemadoh
Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Jati,
BKPH Kemadoh
Peta lokasi penelitian di desa sekitar BKPH Kemadoh, KPH
Randublatung
35
38
39
40
41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kemadoh merupakan salah
satu dari 12 BKPH yang berada dibawah manajemen Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) Randublatung, PERUM PERHUTANI Unit I Jawa Tengah. Luas
kawasan BKPH Kemadoh adalah 2 752.1 ha. Pengelolaan hutan yang baik juga
harus memperhatikan aspek-aspek kelestarian hutan, seperti: aspek ekologi,
produksi, serta sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar hutan (Purnawan
2006).
Berdasarkan fungsi kawasannya, BKPH Kemadoh termasuk kawasan Hutan
Produksi. Kawasan BKPH Kemadoh memiliki potensi keanekaragaman hayati
sebanyak 39 jenis tumbuhan. Jenis satwaliar Berdasarkan Laporan KPH
Randublatung 2012, terdapat sebanyak 64 jenis (11 mamalia, 44 burung, dan 9
herpetofauna). Disamping itu di dalam kawasan BKPH Kemadoh ditemukan
sungai-sungai antara lain: Sungai Gedongan, Sungai Gandul, Sungai Sumberan,
Sungai Banyuasin, dan Sungai Banyu Genuk. Di sekitar kawasan BKPH
Kemadoh terdapat 6 (enam) desa, namun desa yang berdekatan langsung dengan
BKPH Kemadoh ada 3 (tiga) desa, meliputi : Desa Singget, Jati dan Jegong.
Disamping itu di sekitar BKPH Kemadoh juga terdapat tiga Lembaga Masyarakat
Desa Hutan (LMDH), yaitu LMDH Wana Lestari, Jati Mulyo dan Jati Lestari.
Berdasarkan etnis atau sukunya, masyarakat di desa-desa sekitar kawasan
BKPH Kemadoh dapat dikelompokkan kedalam satu macam, yaitu Etnis Jawa
dengan adat-istiadat Jawa Tengah. Kelompok masyarakat Etnis Jawa tersebut
memiliki budaya dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, namun data dan
informasi tentang pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh belum tersedia.
Adanya pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di sekitar kawasan
BKPH Kemadoh sedikit banyak akan mempengaruhi kelestariannya di habitat
alaminya. Apabila tidak segera dilakukan tindakan penyelamatan, maka
dikhawatirkan akan mengancam kelestarian dan bahkan kepunahan dari jenisjenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut. Kehidupan
masyarakat desa sekitar hutan tidak bisa dipisahkan dari keberadaan hutan tempat
mereka menggantungkan hidupnya. Tingginya angka kemiskinan dan laju
pertumbuhan penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun dan permasalahan
besar dalam pemanfaatan sumberdaya hutan. Tekanan terhadap hutan terus
meningkat serta tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup dan penyediaan
lahan untuk areal pemukiman dan fungsi-fungsi lainnya menjadi lebih besar.
Adanya potensi sumberdaya hutan di kawasan BKPH Kemadoh dan budaya
masyarakat di sekitarnya dalam pemanfaatan sumberdaya hutan memungkinkan
adanya interaksi masyarakat dengan kawasan tersebut. Namun data dan informasi
tentang jenis-jenis hasil sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
dan tingkat interaksinya dengan kawasan tersebut belum dapat diketahui. Oleh
karena itu pengumpulan data dan informasi tentang pemanfaatan sumberdaya
hutan oleh masyarakat di kawasan BKPH Kemadoh dan tingkat interaksinya ini
perlu dilakukan.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di desa-desa sekitar kawasan BKPH Kemadoh.
2. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan
yang terdapat di sekitar kawasan BKPH Kemadoh.
Manfaat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh data dan informasi yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak pengelola BKPH Kemadoh khususnya
dan KPH Randublatung pada umumnya dalam menyusun kebijakan terkait
dengan pelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan di kawasan tersebut yang
dilakukan oleh masyarakat.
METODE
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian Kajian Interaksi Masyarakat dengan sumberdaya hutan di BKPH
Kemadoh, KPH Randublatung dilakukan di desa-desa sekitar BKPH Kemadoh
meliputi Desa Singget, Jegong, dan Jati. Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan
mulai dari September 2013 sampai Maret 2014. Adapun peta lokasi penelitian
tersaji dalam Lampiran 5.
\
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian, antara lain : laporan/dokumen
yang terkait dengan kondisi umum lokasi dan hasil hutan di BKPH Kemadoh,
kantong plastik, label, alkohol 70%, dan kuesioner. Alat-alat yang dipergunakan
dalam penelitian ini, antara lain : sprayer, gunting pemotong, kamera, alat
perekam suara, alat tulis-menulis, serta seperangkat komputer.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kondisi umum
lokasi penelitian, karakteristik responden, dan eksplorasi sumberdaya hutan,
seperti tersaji pada Tabel 1.
3
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
No
Jenis data
1
Kondisi
Umum
Lokasi
Penelitian
2
Karakteristik
responden
3
Eksplorasi
sumberdaya
hutan
Data
dan
informasi
yang Sumber
dikumpulkan
data
1. Letak dan luas Desa Singget,
Pustaka
Jegong, dan Jati.
2. Sosial ekonomi dan budaya
masyarakat
3. Sarana pendidikan
4. Fisik (Tanah, topografi, dan
iklim)
Metode
1.
2.
3.
4.
5.
Lapangan
Wawancara
Lapangan
Wawancara,
pembuatan
herbarium,
kajian pustaka
Jenis kelamin
Umur
Pendidikan
Mata pencaharian
Sumberdaya hutan yang
dimanfaatkan
6. Persentasi pemenuhan
kebutuhan responden
1. Jenis yang dimanfaatkan
masyarakat
Kajian Pustaka
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pembuatan
herbarium.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di BKPH Kemadoh.
Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu dengan
menentukan responden kunci (key person). Responden kunci adalah orang atau
responden yang memiliki pengetahuan luas mengenai interaksi yang dilakukan
masyarakat sekitar terhadap sumberdaya hutan di kawasan BKPH Kemadoh.
Wawancara berhenti apabila data yang diperoleh jenuh atau tidak ada lagi
penambahan informasi. Wawancara dilakukan pada masyarakat di sekitar BKPH
Kemadoh meliputi Desa Singget, Jegong, dan Jati, serta LMDH (Lembaga
Masyarakat Desa Hutan) Wana Lestari, Jati Mulyo dan Jati Lestari. Wawancara
dilakukan sebanyak 113 responden termasuk responden kunci.
Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengambil contoh herbarium, yaitu contoh ranting lengkap dengan daun serta
bunga dan buah jika ada.
2. Memotong bahan herbarium dengan panjang ± 40 cm, kemudian diberi label
gantung berukuran 3 cm x 5 cm yang berisi nomor koleksi, nama lokal, tanggal
pengumpulan, lokasi pengumpulan dan nama kolektor.
4
3 Bahan herbarium disemprot alkohol 70%. Masing masing herbarium
dibungkus dengan menggunakan koran yang sudah disemprot dengan alkohol.
4. Herbarium disusun dalam sasak dan dioven selama 2 hari dengan suhu 80˚C.
5. Setelah itu herbarium yang sudah kering yang lengkap dengan data yang
diperlukan diidentifikasi nama ilmiahnya di Laboratorium Ekologi Hutan IPB.
Pengolahan Data
Identifikasi Sub-kelompok dalam masing-masing Desa
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan ke desa-desa
di sekitar kawasan BKPH Kemadoh, kemudian dikelompokkan lagi kedalam
beberapa kelompok berdasarkan etnis atau asalnya.
Pengelompokkan Kebutuhan Dasar Masyarakat
Data sumberdaya hutan yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok berdasarkan kebutuhan dasar masyarakat sehari-hari.
Seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat di BKPH Kemadoh
1
2
3
4
5
6
Kelompok
Pangan
Sub Kelompok
Karbohidrat (beras, jagung dan lain-lain)
Protein hewani (daging, ikan)
Buah-buahan dan sayuran
Air
Air minum dan kebutuhan lainnya
Bahan-bahan (Bahan non- Pakaian
pangan)
Rumah
Peralatan rumah tangga
Kayu bakar dan arang
Obat-obatan
Pakan ternak
Pendapatan uang tunai
Binatang buruan, kayu, non kayu, buah-buahan
dan lainnya
Sumber: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia (2008).
Pemberian Skoring Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Berdasarkan
Sumbernya.
Berdasarkan sumbernya, masing-masing kelompok kebutuhan dasar
masyarakat dikelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok, yaitu dari wilayah
hutan, budidaya, pembelian, bantuan, dan lainnya. Selanjutnya pada masingmasing kelompok sumber kebutuhan dasar masyarakat diberi skoring.
Berdasarkan tingkat kepentingannya, kebutuhan dasar masyarakat berdasarkan
sumbernya menurut Konsorsium Revisi High Conservation Value (HCV) Toolkit
Indonesia (2008) adalah:
100%
jika keseluruhan kebutuhan dipenuhi oleh satu sumber, sumber
tersebut dianggap sangat penting, Skor = 4
50%-99%
jika sebagian besar kebutuhan dipenuhi oleh satu sumber dan
jarang sekali oleh sumber lain, sumber tersebut dianggap cukup
penting, Skor = 3
5
25%-49%
10%-24%
0% - 9%
jika kebutuhan dipenuhi oleh beberapa sumber yang masingmasing dibawah 50%, sumber tersebut dianggap penting; Skor =
2
jika kebutuhan dipenuhi oleh banyak sekali sumber lain, sumber
tersebut dianggap kurang penting, Skor = 1
jika kebutuhan tidak lagi dipenuhi oleh hutan atau ekosistem
alam lain, sumber tersebut dianggap tidak penting, Skor = 0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Perum Perhutani KPH Randublatung
BKPH Kemadoh merupakan salah satu BKPH dibawah pengelolaan Perum
Perhutani KPH Randublatung. KPH Randublatung secara astronomis terletak
pada 7°05’ -7°20’ LS dan 4° 25’ - 4°40 BT. Kawasan tersebut secara administratif
terletak di Kecamatan Banjarejo, Jepon, Kradenan (Menden), Kunduran,
Randublatung dan Jati, Kabupaten Blora serta Kecamatan Gabus Kabupaten
Grobogan wilayah Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Sebanyak 63.94% keluarga di
kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah KPH Randublatung yang terdiri
dari enam kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Jepon,
Banjarejo dan Kunduran, masih berada pada tahapan keluarga pra sejahtera yang
masih bergantung pada hasil hutan. Batas wilayah Perum Perhutani KPH
Randublatung yaitu:
Bagian Utara : berbatasan dengan KPH Blora
Bagian Timur : berbatasan dengan KPH Cepu
Bagian Barat : berbatasan dengan KPH Ngawi Unit II Jawa Timur dan
Bagian Selatan : berbatasan dengan KPH Gundih
Wilayah KPH Randublatung dan sekitarnya beriklim tropis, yang ditandai
oleh terdapatnya musim hujan dan musim kemarau secara bergantian sepanjang
tahun. Wilayah tersebut memiliki tipe iklim antara tipe C sampai dengan E.
Temperatur rata-rata 31⁰C, dan curah hujan rata-rata 2 072 mm/tahun. Jenis tanah
di KPH Randublatung berupa jenis tanah kapur atau margalit dalam, tidak sarang,
coklat, abu-abu dan berhumus.
Desa Singget
Desa Singget terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa
Tengah. Desa Singget memiliki delapan Dusun, yaitu Dusun Singget, Tlogo,
Nglinggo, Setren, Kayen, Sumberan, Sambiroto, dan Karang Tengah. Dusun yang
berbatasan langsung dengan BKPH Kemadoh adalah Dusun Kayen, Tlogo, dan
Sumberan. Desa Singget memiliki Luas 10.81 km2 dengan jumlah penduduk
4698 orang dan memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1 446 KK.
Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Kecamatan Jati
(2012) adalah 435 jiwa/ km2 dengan laju pertambahan penduduk 0.99. Batas
wilayah Desa Singget yaitu:
6
Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Gabusan
Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Jati
Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean
Bagian Barat
: berbatasan dengan Desa Pelem
Mata pencaharian masyarakat di Desa Singget sebagian besar adalah petani
dan peternak serta sebagian kecil adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu empat
orang. Hal ini ditandai dengan adanya kepemilikan tanah walaupun hanya dengan
luasan yang kecil. Desa Singget memiliki sarana prasarana pendidikan sebanyak
dua Tingkat kanak-kanak (TK) dan dua Sekolah Dasar (SD). Hal ini yang
menjadikan salah satu faktor rendahnya tingkat pendidikan yang ada di Desa
Singget, sehingga meningkatkan interaksi terhadap hutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Kondisi aksesibilitas yang susah serta jalan yang berbatu dan
bertanah menyebabkan akses untuk mencapai lokasi ini sangat susah. Kondisi
rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya sebagian
kecil yang terbuat dari tembok.
Desa Jegong
Desa Jegong terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa
Tengah. Desa Jegong memiliki empat Dusun, yaitu Dusun Jegong, Bumi Rejo,
Besi, dan Kemadoh. Dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan BKPH
Kemadoh adalah Dusun Kemadoh dan Jegong. Luas wilayah Desa Jegong adalah
25.81 km2 dengan jumlah penduduk 2 856 orang dan memiliki jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebanyak 871 KK. Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang
dilakukan oleh Kecamatan Jati (2012) adalah 111 jiwa/km2 dengan laju
pertambahan penduduk 1,0. Batas wilayah Desa Jati yaitu:
Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Jati
Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Pelem
Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean
Bagian Barat
: berbatasan dengan Desa Singget
Mata pencaharian masyarakat di Desa Jegong adalah petani, peternak,
pedagang, PNS, dan pegawai perhutani. Mata pencaharian sebagian besar
masyarakat di Desa ini adalah petani. Desa Jegong memiliki sarana prasarana
pendidikan sebanyak dua Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dua Tingkat
kanak-kanak (TK) dan dua Sekolah Dasar (SD). Desa Jegong berbatasan langsung
dengan Desa Jati sehingga akses untuk kedua desa ini sangat mudah. Sehingga
untuk pendididikan transfer antar kedua desa ini lebih mudah. Desa Jegong juga
memiliki daerah pangkuan yang terluas daripada Desa Singget dan Desa Jati
sehingga untuk saat ini bentuk kerjasama dengan pihak Perum Perhutani
Randublatung cukup intensif baik dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH) dan para pesanggemnya (penggarap lahan milik Perum Perhutani).
Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya
sebagian kecil yang terbuat dari tembok.
Desa Jati
Desa Jati merupakan salah satu desa yang berada di kawasan BKPH
Kemadoh. Desa Jati terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa
Tengah. Desa Jati memiliki delapan Dusun, yaitu Dusun Bantengan, Karang Rejo,
Jati, Kayen, Karang, Bebekan, Klanding, dan Banyu Urip. Dusun yang
7
berbatasan langsung dengan lokasi penelitian adalah Dusun Jati, Kayen, dan
Karang Rejo. Luas wilayah Desa Jati adalah 16.35 km2 dengan jumlah penduduk
5 358 orang dan memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1 666 KK.
Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Kecamatan Jati
(2012) adalah 328 jiwa/ km2 dengan laju pertambahan penduduk 0.99. Batas
wilayah Desa Jati yaitu:
Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Doplang
Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Jegong
Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean
Bagian Barat
: berbatasan dengan Desa Singget
Mata pencaharian masyarakat di Desa Jati sebagian besar adalah petani dan
peternak. Selain petani ada beberapa pekerjaan lain yaitu: Pegawai Sipil Negeri
(PNS), Polri, dan pensiunan. Desa Jati memiliki sarana pendidikan berupa tiga
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tiga Tingkat Kanak-Kanak (TK), tiga
Sekolah Dasar (SD), tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan tiga Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Adanya fasilitas pendidikan dari tingkat PAUD
sampai SMK berimplikasi Positif terhadap tingkat pendidikan yang ada di Desa
Jati dengan tingkat pendidikan rata rata sampai SMA. Selain fasilitas pendidikan
kondisi jalan di Desa jati sudah beraspal pada desa yang dilalui jalur utama
menuju Grobogan. Sementara untuk Dusun yang lainnya kondisi jalan masih
berbatu dan berpasir. Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat
dari kayu dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari tembok.
Karakteristik Responden di sekitar BKPH Kemadoh
Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum masyarakat
yang melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan. Karakteristik tersebut
digunanakan untuk mengetahui tingkat interaksi masyarakat terhadap kawasan.
Interaksi yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan yang tinggi pula
terhadap kawasan hutan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan BKPH
Kemadoh. Pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan hasil sumberdaya
hutan sangat penting dalam upaya mempelajari interaksinya dengan lingkungan
alam dan lingkungan sosialnya (Baharuddin 2006). Alikodra (1985) menyatakan
terdapat beberapa penyebab terjadinya interaksi yang cukup penting antara lain:
(1) tingkat pendapatan masyarakat sekitar kawasan relatif rendah, (2) tingkat
pendidikan relatif rendah, (3) rata-rata pemilikan lahan yang masih sempit dan
kurang intensif pengelolaannya, dan (4) laju pertumbuhan penduduk yang pesat
dengan kepadatan cukup tinggi.
Tingkat Umur
Tingkat umur sangat berhubungan dengan produktivitas kerja (umur
produktif). Berdasarkan Sulistiani (2014) menyatakan bahwa usia produktif
berkisar antara 15-64 tahun. Hal ini juga sesuai dengan Undang-undang tentang
Tenaga Kerja No 13 Tahun 2003. Sedangkan berdasarkan Bakri dan Maning
(1987) diacu dalam Girsang (2006) mengemukakan bahwa usia produktif untuk
bekerja di negara-negara berkembang pada umumnya adalah 15-55 tahun. Hasil
wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa masyarakat yang memanfaatkan
8
sumberdaya hutan adalah berumur 26-65 tahun. Hal ini menunjukkan sebagian
besar pemanfaat sumberdaya hutan adalah usia produktif, seperti tersaji pada
Gambar 1.
persentase (%)
50.00
45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Singget
Jegong
Jati
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
56-60
61-65
Tingkat umur (Tahun)
Gambar 1 Tingkat umur responden yang memanfaatkan sumberdaya hutan di
BKPH Kemadoh
Banyaknya masyarakat pemanfaat sumberdaya hutan yang termasuk dalam
kelompok usia produktif, mengindikasikan bahwa adanya keterbatasan lapangan
pekerjaan di luar bidang kehutanan di daerah tersebut (Birgantoro dan Nurrocmat
(2007). Pada ketiga desa tersebut masyarakat yang mendominasi melakukan
pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan terletak pada rentang umur yang sama
yaitu 41-45 tahun. Pada Desa Singget sebanyak 29.17%, Desa Jegong sebanyak
44.00%, dan Desa Jati sebanyak 30.00%. Hal ini dikarenakan pada sebagian kecil
masyarakat yang memiliki rentang umur kurang dari 41-45 tahun merantau di luar
daerah dan bekerja sebagai pembuat batu bata. Pada data tersebut dapat diketahui
pemanfaat sumberdaya hutan merupakan masyarakat yang sudah menetap lama
dan mengetahui petak kawasan pemangkuan sehingga hasil sumberdaya hutan
memiliki fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu umur
tesebut merupakan umur produktif usia kerja. Menurut Karisma (2010), indikasi
terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan pada usia produktif menunjukkan
adanya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kelompok tingkat umur responden yang tidak melakukan kegiatan
pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Singget adalah umur 61-65 tahun. Hal ini
dikarenakan pada umur tersebut beban jumlah tanggungan sudah berkurang
sehingga keinginan untuk melakukan aktivitas secara penuh di kawasan hutan
berkurang atau bahkan sama sekali tidak melakukan aktivitas lagi di hutan.
Pemanfaatan sumberdaya hutan rentang umur yang tidak melakukan pemanfaatan
di Desa Jegong adalah rentang umur 31-35 tahun, 56-60 tahun, dan 61-65 tahun.
Hal ini dikarenakan pada rentang umur 31-35 tahun masih melakukan pekerjaan
lain seperti tenaga pengajar dan ada juga yang merantau di luar daerah, sehingga
aktifitasnya di hutan belum dianggap penting. Sedangkan di Desa Jati rentang
9
umur yang tidak melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan adalah rentang umur
26-30 tahun. Hal ini dikarenakan terdapat pekerjaan yang lain seperti proyek
pembangunan sekolah SMK yang banyak menyerap tenaga kerja pada rentang
umur tersebut. Berdasarkan Ardiansyah (2008) usia dini dan usia tua tidak lagi
berkeinginan untuk melakukan aktivitas secara penuh di dalam hutan, namun
mereka tetap melakukan aktivitas pekerjaan dan berinteraksi dengan hutan untuk
menunjukkan pentingnya pengakuan dari dirinya bahwa mereka tidak ingin
menjadi beban tanggungan keluarga, apalagi orang lain.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku dan pola fikir masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sulistiani (2014) mengenai tingkat
pendidikan yaitu tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan
pemanfaatan sumberdaya hutan terutama jenis–jenis komersil tidak terkendali
yang akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan.
Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hutan memerlukan ketrampilan,
teknologi dan cara berfikir yang memadai sehingga bisa mengolah dan
menghasilkan sumberdaya yang bernilai tinggi dengan modal dasar dari
sumberdaya hutan (Karisma 2010). Tingkat pendidikan juga mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya
sehingga pemikiran jangka panjang lebih terkendali dalam melakukan
pemanfaatan sumberdaya hutan. Adapun tingkat pendidikan responden tersaji
dalam Gambar 2.
80.00
Persentase (%)
70.00
60.00
50.00
40.00
Singget
30.00
Jegong
20.00
Jati
10.00
0.00
tidak
sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
Tingkat Pendidikan
Gambar 2 Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan
di sekitar BKPH Kemadoh.
Berdasarkan hasil penelitian di BKPH Kemadoh menunjukkan jenjang
pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi, namun masih ada beberapa
masyarakat yang tidak sekolah. Tingkat pendidikan yang mendominasi pada
ketiga desa tersebut berbeda. Pada Desa Singget dan Jati didominasi oleh tingkat
pendidikan berjenjang SD sebanyak 72.92% dan 72.50%. Hal ini menunjukkan
10
bahwa minimnya fasilitas pendidikan, aksesibilitas menuju lokasi pendidikan
yang susah, serta masih mahalnya biaya pendidikan pada saat itu, serta pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi kepada adat tradisional. Sehingga tingkat
pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak bisa bersaing di luar
dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Ardiansyah (2008) bahwa rendahnya perekonomian masyarakat di
sekitar hutan mengakibatkan mereka sulit untuk berinteraksi dengan masyarakat
luar yang berpendidikan cukup dan berdampak pada rendahnya ketrampilan dan
pengetahuan yang menyebabkan masyarakat sekitar hutan sulit memperoleh
lapangan pekerjaan yang layak. Berdasarkan hasil penelitian Sulistiani (2014)
bahwa tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat sulit bersaing
untuk memasuki lapangan pekerjaan. Hal ini juga menyebabkan tingkat
pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai pemenuh kebutuhan menjadi tinggi
karena masyarakat cenderung kurang memiliki alternatif untuk melakukan
pekerjaan lain.
Mata Pencaharian
Responden yang diambil dari penelitian adalah petani dan peternak,
pengepul, perangkat desa, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Mata
pencaharian petani dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu petani yang mengelola
lahan milik dan petani yang mengelola lahan milik perhutani (pesanggem).
Kelompok petani ini meliputi petani sawah, petani ladang, dan petani kebun.
Kegiatan petani ini berdasarkan wawancara dengan responden banyak dilakukan
ketika musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau petani cenderung lebih
banyak memiliki waktu senggang sehingga masyarakat memiliki pendapatan
tambahan dari hasil penjualan kayu bakar dan lainnya yang didapatkan dari lokasi
penelitian. Berdasarkan wawancara dengan pengepul kayu bakar untuk kegiatan
perencekan paling banyak dilakukan pada musim kemarau sehingga kayu bakar
yang terkumpul lebih banyak dibandingkan musim penghujan. Kemiskinan
(keadaan sosial ekonomi masyarakat yang kurang baik) akan menimbulkan
berbagai masalah, antara lain: penyempitan kawasan hutan akibat penyerobotan
areal hutan untuk keperluan pertanian dan perladangan secara liar, hutan menjadi
rusak dan gundul karena terjadinya kebakaran hutan, dan perambahan hutan serta
penebangan liar guna keperluan kayu bakar atau dijual untuk pemenuhan
kebutuhan (Hadi 1994).
Sistem pengelolaan sawah, ladang ataupun kebun masih menggunakan
pengetahuan tradisional leluhur keluarga, sehingga kearifan lokal masyarakat
masih terjaga. Pada musim penghujan masyarakat mayoritas menanam padi di
lahan milik pribadi dan aktivitas di kawasan hutan juga semakin rendah,
sedangkan pada musim kemarau selain aksesibilitas yang mudah serta masyarakat
memiliki waktu yang senggang sehingga keinginan yang tinggi untuk melakukan
aktivitas di kawasan hutan karena tuntutan kebutuhan ekonomi untuk
mendapatkan penghasilan tambahan.
Mata pencaharian masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh masih tergolong
rendah. Hal ini dikarenakan aksesibilitas terhadap pendidikan sangat susah dan
keterbatasan sarana pendidikan. Desa Singget merupakan desa yang sebagian
besar masyarakatnya adalah petani, peternak, dan hanya 4 (empat) orang PNS.
Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat Desa Singget lebih besar
11
dibandingkan dengan Desa Jegong dan Jati. Desa yang tidak berbatasan langsung
dengan kawasan hutan pola pikirnya cenderung lebih maju dibandingkan desa
yang langsung berbatasan dengan kawasan hutan. Berdasarkan Birgantoro (2008)
transfer ilmu pengetahuan, ketrampilan dan informasi pasar juga berjalan lebih
baik sehingga pola pikir masyarakatnya sedikit lebih maju.
Potensi Sumberdaya Hutan
Potensi sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh yang dimanfaatkan oleh
masyarakat yaitu sumberdaya hutan berupa tumbuhan. Kesuksesan pengelolaan
sumberdaya hutan secara lestari dan berkelanjutan bergantung kepada dukungan
dari masyarakat sekitar kawasan tersebut. Paradigma baru dalam pengelolaan dan
pembangunan hutan yang melibatkan masyarakat merupakan harapan baru untuk
dapat memecahkan permasalahan yang terjadi dalam pembangunan kehutanan
(Darusman 1992). Perilaku dan interaksi masyarakat lokal perlu diperhatikan
dalam pemenuhan kebutuhannya dan menghargai opini masyarakat seharusnya
menjadi hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaannya (Fisher et al.
1997), sehingga kelestarian terhadap sumberdaya hutan bisa berkelanjutan dengan
sistem pengelolaan bersama masyarakat. Menurut Soerianegara (1977) akibat
pendayagunaan sumberdaya alam oleh manusia akan menimbulkan perubahan
ekosistem, sehingga akan mempengaruhi sumberdaya alam lainnya beserta
lingkungannya. Perubahan ekosistem yang terjadi akibat adanya pemanfaatan
sumberdaya hutan akan mengancam kelangsungan sumberdaya hutan secara
lestari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan sumberdaya hutan di lokasi penelitian adalah kondisi sosial ekonomi
masyarakat, letak geografis desa terhadap kawasan BKPH Kemadoh, aksesibilitas,
serta pengetahuan masyarakat yang terbatas. Menurut Sulistiani (2014) faktor
yang mempengaruhi pemanfaatan sumberdaya hutan adalah karakteristik
responden, kondisi geografis lokasi desa, dan aksesibilitas. Kondisi sosial
ekonomi masyarakat sangat berpengaruh karena semakin rendah kondisi sosial
ekonomi masyarakat maka semakin tinggi pula interaksi terhadap kawasan hutan.
Hal ini sesuai pernyataan Yuadji (1981) diacu dalam Ardiansyah (2008)
menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi masyarakat berpengaruh langsung
terhadap kemampuan daya dukung lingkungan terhadap suatu kawasan. Letak
geografis desa terhadap kawasan juga berpengaruh, yang mana terdapat 8 dusun
dari ketiga desa yang berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dusun yang berbatasan langsung dengan
kawasan hutan memiliki interaksi yang tinggi dibandingkan dengan dusun yang
tidak berbatasan langsung dengan kawasan.
Keberadaan hutan dalam kehidupan masyarakat dapat memberikan banyak
manfaat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sumberdaya hutan memberikan
banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitar hutan dan cenderung
mendorong masyarakat untuk terus melakukan eksploitasi dalam rangka
memanfaatkan sumberdaya hutan untuk pencapaian tujuan-tujuan ekonomi yaitu
pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan kesejahteraan (Sardi 2009). Selain
12
untuk pemanfaatan kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar juga memanfaatkan
sebagai pendapatan tambahan dari hasil penjualan sumberdaya hutan.
Bahan Pangan Karbohidrat
Bahan pangan karbohidrat banyak didapatkan dari tanah garapan dari
perhutani (mbaon) yang dikelola dengan sistem PHBM (Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat) secara tumpangsari. Bahan pangan karbohidrat hanya
dimanfaatkan sebagian kecil, sisanya dijual sebagai pendapatan tambahan. Untuk
pemenuhan kebutuhan karbohidrat sehari-hari masyarakat menggunakan beras
yang didapatkan dari lahan milik pribadi yang ditanam pada musim penghujan.
Media penanaman padi tersebut merupakan sawah tadah hujan sehingga sangat
bergantung kepada air hujan.
Bahan pangan karbohidrat dimanfaatkan oleh semua desa di BKPH
Kemadoh, serta jenis-jenis yang dimanfaatkan rata-rata sama antar para
pesanggem. Hal ini dikarenakan musim tanam dan jenis yang ditanam sama,
dengan harapan bisa mengurangi tingkat kerusakan akibat hama penyerang ladang
oleh babi hutan dengan tanaman prioritas utama berupa jagung (Z. mays) serta
tanaman berupa ketela pohon (M. utilissima) dan pisang (M. acuminata).
Sementara porang (A. campanulatus) merupakan jenis tanaman hasil progam
pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM), yang nantinya akan digunakan
sebagai campuran bahan baku pembuatan mie ramen (Tabel 3). Sistem PHBM
dengan komoditi porang hanya dilakukan di Desa Jegong sementara desa lainnya
yang ada di sekitar BKPH Kemadoh masih dalam tahap perencanaan, seperti
tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan
karbohidrat oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh
No
1
2
3
Nama
Lokal
Jagung
Nama Ilmiah
Ketela
Pohon
Porang
Manihot
utilissima
Amorphophallus
campanulatus
Zea mays
Bagian yang Macam
digunakan
penggunaan
Buah
Pengganti
makanan
pokok
Umbi
Makanan
ringan
Umbi
Makanan
pokok
Asal
sumber
HP, LP
Desa
HP, LP
1, 2, 3
HP
2
1, 2, 3
Keterangan: HP : Hutan Produksi LP: Lahan Pribadi:
1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati
Cara pengambilan bahan pangan karbohidrat khususnya jagung dilakukan
pada setiap musim panen yaitu sebanyak 3 (tiga) kali dalam satu tahun.
Pengambilan dilakukan menggunakan motor dengan keranjang yang diisi hasil
panen serta ada yang menggunakan karung sebagai media angkut sebelum
dimasukkan dalam keranjang. Hasil panen di ladang berdasarkan wawancara
dengan responden sebagian disimpan dan sebagian dijual untuk pemenuhan
kebutuhan sehari hari. Tetapi lebih banyak responden yang tidak menyimpan
karena memerlukan perawatan tambahan agar jagung atau hasil panen tidak
rusak/berjamur sebelum masa penggunaan. Pemanfaatan sumberdaya hutan
berupa bahan pangan mayoritas dilakukan oleh laki-laki akan tetapi masih ada
13
perempuan yang ikut melakukan pekerjaan di ladang garapan/mbaon.
Pemanfaatan Sumberdaya hutan berupa pangan karbohidrat disajikan dalam
Gambar 3.
Gambar 3 Bentuk Pemanfaatan lahan garapan dan jenis tanaman di BKPH
Kemadoh
Berdasarkan hasil penelitian di BKPH Kemadoh tidak terdapat perbedaan
yang signifikan dalam pengelolaan lahan yang dilakukan antar pesanggem di Desa
Singget, Jegong, dan Jati. Dengan sistem tanam tumpangsari pesanggem mampu
menjaga pohon jati agar kelestariannya tetap terjaga. Interaksi terhadap lokasi
penelitian pada bidang pangan paling tinggi intensitasnya dilakukan oleh
masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan, sehingga masyarakat yang
berbatasan langsung dengan kawasan cenderung lebih banyak melakukan aktifitas
di dalam kawasan dalam pengelolaan ladang dibandingkan masyarakat yang tidak
berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh.
Bahan Pangan Protein Hewani
Protein hewani merupakan bahan pangan yang sumber utamanya dari hewan.
Masyarakat sebagian besar membeli protein hewani untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari berupa ayam potong, telur, dan ikan. Pemenuhan kebutuhan terhadap
protein hewani khususnya ayam potong dilakukan rata-rata seminggu sekali. Telur
sebagai pemenuhan protein hewani dilakukan dengan memanfaatkan dari telur
kampung hasil budidaya ayam kampung dan ada sebagian yang membeli. Adapun
ikan yang sering dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani
adalah lele dan ikan laut seperti ikan teri, ikan pindang, dan ikan panggang.
Selain dari membeli protein hewani juga didapatkan dari budidaya ayam kampung,
namun untuk pemanfataan sebagai protein hewani untuk dikonsumsi sendiri
jarang dilakukan karena budidaya dilakukan dengan tujuan sebagai pendapatan
tambahan ketika ada kebutuhan mendadak. Pemenuhan protein hewani tidak ada
yang didapatkan dari lokasi penelitian karena susah ditemukan satwa liar di lokasi
penelitian. Selain itu sungai sebagai habitat ikan lebih sering kering dibandingkan
terisi air. Air yang terdapat di sungai merupakan air hujan, apabila intensitas
hujannya rendah maka akan cepat surut kembali dan bahkan kering.
14
Bahan Pangan Buah dan Sayuran
Bahan pangan buah dan sayuran didapatkan dari hutan yang tumbuh secara
liar dan budidaya di kawasan BKPH Kemadoh. Bahan pangan buah dan sayuran
sebagian besar didapatkan dari membeli, namun ada beberapa masyarakat yang
melakukan budidaya sendiri. Lokasi pembudidayaan buah dan sayuran terletak di
pekarangan rumah dan pematang sawah seperti pisang, mangga, bayam, dan daun
ketela. Masyarakat melakukan konsumsi terhadap sayuran setiap hari namun
untuk konsumsi buah dilakukan pada saat musim panen, sehingga kebutuhan
sayuran dan buah sebagian besar terpenuhi dengan membeli di pasar atau
pedagang keliling.
Untuk pemanfaatan bahan pangan sayuran banyak dilakukan di Dusun
Jegong dan Dusun Kemadoh, Desa Jegong serta Dusun Jati, Desa Jati. Hal ini
dikarenakan lokasi dusun ini berbatasan langsung dengan kawasan hutan serta
akses yang mudah menuju kawasan hutan. Sementara pemanfaatan terhadap buah
dilakukan oleh semua desa di sekitar BKPH kemadoh. Untuk pemanfaatan
terhadap buah dan sayuran hanya dilakukan pada saat tersedianya bahan tersebut
dan merupakan kegiatan tambahan pasca berladang di mbaon. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Sawitri et al. (2011) adalah Pohon buah-buahan lokal
tersebut dipanen dari hutan, dikelola dalam hutan atau setengah dibudidayakan di
pekarangan atau di kebun rakyat. Kebutuhan sayuran dan buah pada ketiga desa di
sekitar BKPH Kemadoh dipenuhi dengan membeli di pasar atau tempat lainnya.
Adapun jenis buah dan sayuran yang dimanfaatkan masyarakat tersaji dalam
Tabel 4.
Tabel 4
Daftar jenis tumbuhan yang diamanfaatkan sebagai bahan pangan
sayuran dan buah oleh masyarakat sekitar BKPH Kemadoh
No
l
1
Nama
Nama Ilmiah
Babing
2
3
Wangon
Kunci
4
Lempuyang
5
6
Cabe
Kare
7
Pisang
Sauropus
androgynus
Olax scandens
Gastrochillus
panduratum
Zingiber
casumunar
Capsium frutescens
Xanthophyllum
eurhynchum
Musa acuminata
Bagian yang Macam
digunakan
penggunaan
Daun
Sayur
Asal
sumber
HP, LP
Desa
Daun
Umbi
Sayur
Sayur
HP
HP
2
2, 3
Daun
Sayur
HP
2, 3
Buah
Daun
Sayur
Sayur
HP, LP
HP
2, 3
3
Buah
Buah
HP, LP
1, 2, 3
2
Keterangan: HP : Hutan Produksi, LP: Lahan Pribadi
1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati
Pemanfaatan bahan pangan buah dan sayuran dilakukan oleh ketiga desa
tersebut, namun Desa Singget hanya memanfaatkan buah dan tidak melakukan
pemanfaatan terhadap sayuran. Hal ini dikarenakan sayuran yang tersedia dari
hasil budidaya dan membeli sudah mencukupi serta keinginan yang rendah untuk
mencari bahan pangan tersebut. Selain itu aktivitas di hutan sudah membuat
masyarakat lelah, sehingga untuk melakukan aktivitas lain seperti pengambilan
buah dan sayuran tidak menjadi prioritas lagi. Sementara pada Desa Jegong dan
15
Jati memanfaatkan buah dan sayuran berdasarkan wawancara dengan masyarakat
ada keinginan untuk mengkonsumsi makanan yang sudah jarang diperjualbelikan,
sehingga masyarakat berusaha mencari ke kawasan BKPH Kemadoh.
Kebutuhan Air
Air merupakan kebutuhan pokok yang keberadaannya sangat penting untuk
keberlangsungan hidup. Masyarakat sekitar BKPH Kemadoh memenuhi
kebutuhan air dengan menggunakan sumur. Pada musim kemarau sumur menjadi
kering, sehingga sebagian dusun yang terisolir atau jauh dari dusun lainnya
mencari air ke desa yang masih menghasilkan air. Namun ada beberapa dusun
yang mendapat bantuan air sesekali. Berdasarkan wawancara, air bantuan tersebut
hanya cukup memenuhi untuk kebutuhan memasak sedangkan utuk kebutuhan
lainnya masyarakat mencari ke desa lain yang masih menghasilkan sumber air.
Kondisi air di kawasan BKPH Kemadoh banyak mengandung zat kapur sehingga
panci yang digunakan untuk perebusan air sebagai pemenuhan kebutuhan air
minum akan timbul kerak tebal. Kerak tebal yang menempel pada panci pasca
perebusan air merupakan zat kapur yang terpisah dari air setelah dipanaskan
dengan suhu tertentu.
Wilayah hutan di BKPH Kemadoh cukup banyak memiliki aliran sungai
namun sungai-sungai tersebut teraliri air hanya pada musim penghujan. Kualitas
air sungai di kawasan BKPH Kemadoh cenderung kurang baik untuk memenuhi
kebutuhan air minum bagi masyarakat, yang ditandai dengan kadar kapur yang
tinggi serta warna air yang keruh. Menurut Damsar (2002) konsumsi dipandang
dalam sosiologi bukan sebagai sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik
dan biologis manusia terkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Konsumsi
berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup. Sehingga hampir
semua masyarakat menggunakan sumur sebagai pemenuhan kebutuhan air karena
berhubungan dengan selera dan gaya hidup.
Bahan Pakaian
Bahan pakaian merupakan bahan yang digunakan dalam sehari-hari atau
dalam acara tertentu. Untuk pemenuhan kebutuhan pakaian masyarakat
mendapatkannya dari membeli, sehingga tidak ada pemanfaatan sumberdaya
hutan BKPH Kemadoh yang digunakan sebagai bahan pakaian. Cara berpakaian
masyarakat di Desa Singget, Jegong, dan Jati tidak terdapat perbedaan yang nyata.
Dari ketiga desa tersebut sudah cenderung modern dalam menggunakan pakaian.
Karena mata pencaharian yang mendominasi adalah sebagai petani maka pakaian
yang digunakan untuk ke sawah atau mbaon cenderung tidak menjadi perhatian.
Bahan Rumah
Bahan rumah merupakan bahan yang digunakan sebagai tempat berlindung
seluruh anggota keluarga. Bahan rumah yang digunakan masyarakat Desa Singget,
Jegong, dan Jati tidak jauh berbeda yaitu menggunakan kayu dan sebagian kecil
menggunakan tembok. Kayu yang digunakan untuk bahan rumah sebagian besar
adalah kayu jati dan sebagian kecil menggunakan kayu mahoni. Untuk
pemenuhan kebutuhan bahan rumah masyarakat mendapatkan dengan membeli
baik dengan cara satu persatu ataupun langsung membeli rumah secara utuh.
Masyarakat pada ketiga desa tersebut memiliki rumah satu sampai tiga dengan
16
menyisakan sedikit pekarangan yang sebagian terdapat tanaman peneduh atau
taman hias depan rumah. Tanaman peneduh berupa mangga dan pisang,
sementara untuk tanaman sayuran yang ditanam adalah jenis yang dimanfaatkan
setiap hari apabila masih ada stok.
Bahan Arang
Pengarangan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sebagian kecil
masyarakat di BKPH Kemadoh dengan melakukan pembakaran sumberdaya
hutan berupa kayu jati (T. grandis) untuk digunakan sebagai energi lanjutan.
Enegi lanjutan tersebut berupa: arang untuk digunakan diperbengkelan dan energi
lain seperti pembuatan sate dan jagung bakar. Pengarangan hanya dilakukan pada
Desa Jati dan Desa Singget dengan bahan baku utama adalah jati (T. grandis).
Pembuatan arang di Desa Jati dilakukan di Dusun Kayen sementara di Desa
Singget dilakukan di Dusun Tlogo, Ngelinggo, Setren, Kayen, dan Sumberan.
Sebagian besar dusun tersebut merupakan dusun yang berbatasan langsung
dengan kawasan hutan, sehingga aksesibilitas untuk masuk dalam kawasan juga
mudah serta jarak yang tidak terlalu jauh menuju kawasan hutan.
Terdapat perbedaan lokasi pembuatan arang pada kedua desa tersebut. Pada
Desa Jati pembuatan dilakukan pada skala rumah tangga dengan bahan yang
didapatkan di lokasi penelitian. Untuk pembuatan dilakukan dua sampai tiga kali
dalam satu minggu tergantung dari kesediaan bahan yang sudah dikumpulkan.
Pembuatan arang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sehingga terdapat
pembagian tugas dalam melakukan pekerjaan baik dalam pekerjaan ladang,
pengambilan rumput, dan pengambilan rencek. Pembuatan arang pada skala
rumah tangga ini dimulai pagi hari untuk pembakaran dan sore hari dilakukan
pemadaman serta tahap dimasukkan dalam karung. Sementara di Desa Singget
pembuatan arang dilakukan pada kawasan penelitian tepatnya pada plot tebang
seperti tersaji dalam Gambar 4. Pembuatan arang dimulai dari pagi hari sampai
siang hari. Pada umumnya pembuatan arang di lokasi petak tebang dilakukan
oleh perempuan sementara yang melakukan pengangkutan adalah anak atau lakilaki/suami dengan menggunakan sepeda motor. Harga penjualan untuk satu
karung berukuran besar adalah Rp30 000. Adapun pemanfatan terhadap bahan
arang yang dilakukan masyarakat tersaji dalam Gambar 4.
Gambar 4 Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pembuatan arang di
BKPH Kemadoh
17
Kayu Bakar
Kayu bakar merupakan kayu yang digunakan sebagai salah satu bahan
energi rumah tangga. Pemanfaatan bahan bakar ini masih banyak dilakukan oleh
masyarakat. Bahan bakar yang dimanfaatkan masyarakat cukup bervariasi mulai
dari tanaman pokok yaitu jati (T. grandis) dan tanaman rimba. Masyarakat
cenderung melakukan pemanfaatan yang berlebih dan bebas, sehingga sering
terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat. Pihak KPH Randublatung
sebenarnya tidak melakukan larangan untuk melakukan perencekan, asalkan tidak
melakukan penebangan. Perencekan merupakan kegiatan pengambilan kayu yang
dimanfaatkan sebagai energi panas oleh masyarakat sekitar lokasi penenlitian.
Perencekan dilakukan apabila ada petak tebang dan pada ranting yang lapuk.
Namun pada kegiatan perencekan ketika melakukan eksplorasi di lapang pada
petak tebang terdapat ketimpangan antara masyarakat satu dengan masyarakat
lainnya, sehingga yang mempunyai kendaraan serta fisik yang kuat akan
cenderung lebih banyak untuk mengambil ranting sisa penebangan untuk
digunakan sebagai kayu bakar atau untuk dijual sebagai pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Adapun pemanfaatan terhadap kayu bakar tersaji dalam Gambar 5.
Gambar 5 Bentuk Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan kayu
bakar atau perencekan
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa kay