Penggunaan Ekstrak Tepung Pupa Ulat Sutera (Bombyx Mori) Dalam Pakan Dan Kinetika Darah Tubuh Puyuh (Coturnix Coturnix).

PENGGUNAAN EKSTRAK TEPUNG PUPA ULAT SUTERA
(Bombyx mori) DALAM PAKAN DAN KINETIKA DARAH
TUBUH PUYUH (Coturnix coturnix)

NOVITA ANGGRAENI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penggunaan Ekstrak
Tepung Pupa Ulat Sutera (Bombyx mori) Dalam Pakan dan Kinetika Darah Tubuh
Puyuh (Coturnix coturnix) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Novita Anggraeni
NIM G352130291

RINGKASAN
NOVITA ANGGRAENI. Penggunaan Ekstrak Tepung Pupa Ulat Sutera (Bombyx
mori) Dalam Pakan dan Kinetika Darah Tubuh Puyuh (Coturnix coturnix).
Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan DEWI APRI ASTUTI.
Pupa ulat sutera merupakan limbah atau hasil samping industri pemintalan
benang sutera. Pupa ulat sutera dalam bentuk tepung pupa banyak digunakan
dalam pakan unggas, karena memiliki kandungan protein tinggi. Penemuan
terbaru menunjukkan bahwa penggunaan tepung pupa ulat sutera pada ikan Red
sea bream dalam bentuk ekstrak dapat meningkatkan respon kekebalan dan
kemampuan menghambat beberapa mikroorganisme patogen. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengkaji penggunaan tepung pupa ulat sutera (Bombyx mori)
berbasis ekstrak alkohol dalam pakan dan kinetika darah tubuh puyuh (Coturnix
coturnix).

Polisakarida silkrosa diekstraksi menggunakan pelarut ethanol 95%.
Polisakarida silkrosa dipekatkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator.
Ekstrak tepung pupa diberikan langsung secara oral pada puyuh petelur umur 7
minggu dengan 7 perlakuan dan masing-masing 5 ulangan, yaitu R0 = ransum
tanpa ekstrak tepung pupa, R1 = ransum + 1% ekstrak tepung pupa, R2 = ransum
+ 10% ekstrak tepung pupa, R3 = ransum + 1% residu ekstrak tepung pupa, R4 =
ransum + 10% residu ekstrak tepung pupa, R5 = ransum + 1% tepung pupa, R6 =
ransum + 10% tepung pupa. Peubah yang diamati adalah gambaran hematologi
darah meliputi: jumlah leukosit, eritrosit dan diferensiasi leukosit. Kinetika darah
puyuh (leukosit) diamati pada 12, 24 dan 48 jam setelah dicekok perlakuan
dengan menghitung jenis sel darah putih. Pengambilan sampel darah dilakukan
dua tahap. Tahap pertama (minggu ke-3 masa pemeliharaan) pada 12, 24 dan 48
jam setelah perlakuan. Tahap ke dua (31 hari setelah perlakuan cekok) pada 12, 24
dan 48 jam setelah dicekok.
Hasil analisis ragam menunjukan penambahan pupa dalam ransum
berpengaruh (P