Kajian Tata Hijau Lanskap Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar Berbasis Budaya
KAJIAN TATA HIJAU LANSKAP PERMUKIMAN
TRADISIONAL GAMPONG LUBUK SUKON, ACEH BESAR
BERBASIS BUDAYA
SAFIA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Tata Hijau
Lanskap Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar Berbasis
Budaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Safia
NIM A44110077
ABSTRAK
SAFIA. Kajian Tata Hijau Lanskap Permukiman Tradisional Gampong
Lubuk Sukon, Aceh Besar Berbasis Budaya. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI.
Gampong Lubuk Sukon merupakan salah satu permukiman tradisional
Aceh yang masih terjaga tradisi budaya dan adat istiadatnya. Salah satu bentuk
dari penataan lanskap permukiman tradisional adalah adanya penataan tata hijau.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengkaji karakteristik
permukiman, rumah tinggal, keragaman elemen tanaman serta mengetahui
penggunaan tanaman dalam budaya dan menganalisis keragaman tanaman serta
nilai keindahan tata hijau. Tujuan penelitian ini juga untuk menyusun konsep
rekomendasi tata hijau berbasis budaya dalam bentuk landscape plan.
Pengambilan data tanaman dilakukan pada beberapa area lokasi studi yaitu:
pekarangan, jalur hijau jalan, fasilitas umum gampong, dan kawasan pertanian,
peternakan dan konservasi. Hasil penelitian ini menunjukan pola permukiman
Gampong Lubuk Sukon adalah memusat dimana kawasan permukiman berada di
tengah gampong dan kawasan pertanian dan peternakan berada diluar gampong.
Terdapat tiga jenis tipe rumah yaitu Rumoh Aceh, Rumoh Santeut dan Rumah
Modern. Indeks keragaman keseluruhan area lokasi termasuk sedang yaitu 1,10.
Keragaman tertinggi terdapat pada area lahan di sekitar permukiman. Penggunaan
tanaman dalam tradisi adat/ budaya di katagorikan menurut penggunaannya
diantaranya adalah tanaman sebagai simbol, tanaman sebagai bahan dasar
masakan khas, tanaman sebagai hiasan dan tanaman sebagai wadah. Keberadaan
tanaman yang digunakan dalam tradisi adat sangat sedikit ditemukan pada lokasi
studi. Pemilihan tanaman yang digunakan pada tiap-tiap area studi merupakan
tanaman produkif dengan penataan tanaman menggunakan pola organik.
Kata kunci: Tata Hijau, Permukiman Tradisional, Budaya.
ABSTRACT
SAFIA. Study On Planting Plant at Traditional Settlement Gampong Lubuk
Sukon, Aceh Besar Based on Culture. Supervised by TATI BUDIARTI.
Gampong Lubuk Sukon is one of traditional settlement in Aceh which still
keep its originality culture. One form of arrangement of its traditional settlement
landscape is the existence of planting plant. The main purpose of this research is
to study and identify the characteristics of settlement, traditional house,
vegetation diversity instead to know the uses of plants in culture, and to analyze
vegetation diversity as an aesthetic of the planting design. The research is also
aim to draw up landscape plan recommendation. Vegetation data is collected
from some of the areas of study which are home garden, green belt area,
gampong public facility, agriculture and conservation area. The result of this
study is to give an information about the pattern of settlement which is located in
the center of gampong. Those for agriculture areas are located in the outside of
gampong. There are three kind of houses, they are Rumoh Aceh, Rumoh Santeut,
and modern house. Over all the diversity index area of study including moderate
at 1.10. The highest diversity found in the unused area of settlement. The use of
vegetation in the culture or adat istiadat is categorized as its using for the symbol
of vegetation, vegetation as ingredients of traditional foods, vegetation as a
decoration and planting plate. The existence of vegetation which used in tradition
or adat are so rare in the areas of study. The chosen vegetation in the areas of
study is a productive vegetation which in organic planting structure.
Keywords: Planting plant, Traditional Settlement, Culture.
KAJIAN TATA HIJAU LANSKAP PERMUKIMAN
TRADISIONAL GAMPONG LUBUK SUKON, ACEH BESAR
BERBASIS BUDAYA
SAFIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
berjudul Kajian Tata Hijau Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon,
Aceh Besar Berbasis Budaya. Penelitian ini berlangsung selama 8 bulan dari
bulan Februari 2015 hingga September 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Azhar Usman, Asmidar selaku orang tua dan adik Sajida, Safira, Sandrina
serta keluarga besar lainnya yang selalu memberikan doa, kasih sayang
semangat dan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini,
2. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini,
3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, Magr. dan Dr. Ir. Aris Munandar, MS
selaku penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk
kemajuan skripsi ini,
4. Masyarakat Gampong Lubuk Sukon Bapak Geuchik, Bapak Darsam, Bapak
Bahtiar, Bu Stesia, Bu Nurmala, Kak Zainab serta masyarakat Gampong
lainnya, dan Majelis Adat Aceh yaitu Bapak Abdurrahman Kaoy selaku wakil
ketua Majelis Adat Aceh serta pegawai lainnya yang sudah banyak sekali
membantu saya dalam pengambilan data,
5. Seluruh staff dan dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB atas ilmu, dan
dukungan moral yang telah diberikan,
6. Teman-teman satu bimbingan skripsi kak Aliya faizah, kak Debra Cadrina,
Prajana Paramita, Shara Zen, yang saling memberikan dukungan,
7. Pocut Shaliha Finzia Panglima Polem, Siti Raihani, Rahmat Muhari A. yang
sudah sangat mendukung saya dan menemani saya dalam menjalani
penelitian ini,
8. Inces, teman–teman Arsitektur Lanskap 48 yang selalu ada dalam suka
maupun duka selama perkuliahan.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Bogor, September 2015
Safia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Permukiman Tradisional
3
Struktur Kepemerintahan dalam Permukiman
4
Tata Hijau
4
Pola Penataan Tanaman
4
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
5
Kebudayaan, Adat Istiadat
7
Rumoh Aceh dan Pekarangan
8
METODE
9
Lokasi dan Waktu Penelitian
9
Rancangan Penelitian
9
Batasan Penelitian
9
Alat dan Bahan
9
Metode Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
15
Kondisi Umum
15
Pola Permukiman Gampong Lubuk Sukon
17
Karakteristik Rumah Tinggal
19
Karakteristik Tata Hijau Lanskap Permukiman
22
Kelimpahan Tanaman
39
Dominansi Tanaman
41
Frekuensi Tanaman
43
Keragaman Tanaman
45
Tanaman dalam Tradisi Adat/ Budaya Gampong Lubuk Sukon
46
Kualitas Visual Tata Hijau
51
REKOMENDASI TATA HIJAU BERBASIS BUDAYA
56
KESIMPULAN DAN SARAN
61
DAFTAR PUSTAKA
62
LAMPIRAN
64
RIWAYAT HIDUP
80
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Fungsi tanaman dalam lanskap
Jenis, parameter, bentuk cara pengumpulan dan sumber data
Daftar nama narasumber
Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Pekarangan berdasarkan luasan
Elemen keras dalam pekarangan
Jenis tanaman pada pekarangan
Ilustrasi penataan tanaman pada pekarangan
Ilustrasi penataan tanaman pada jalan utama dan gerbang utama
Jenis tanaman pohon yang terdapat pada jalan utama
Ilustrasi penataan tanaman pada area jalan lingkungan pada jalan
setapak
Jenis tanaman yang terdapat pada halaman fasilitas umum gampong
Ilustrasi penataan tanaman pada area halaman fasilitas
Jenis tanaman komoditas pertanian
Ilustrasi penataan tanaman pada lahan bantaran sungai dan lahan di
sekitar permukiman
Nilai kelimpahan spesies pada area pekarangan.
Nilai kelimpahan spesies pada jalur hijau jalan.
Nilai kelimpahan spesies pada fasilitas umum
Nilai kelimpahan spesies pada lahan di sekitar permukiman
Nilai dominansi spesies pada pekarangan
Nilai dominansi spesies pada jalur hijau jalan
Nilai dominansi spesies pada fasilitas umum
Nilai dominansi spesies pada lahan di sekitar permukiman
Nilai frekuensi spesies pada pekarangan
Nilai frekuensi spesies pada jalur hijau jalan
Nilai frekuensi spesies pada fasilitas umum
Nilai frekuensi spesies pada lahan di sekitar permukiman
Nilai keragaman spesies
Jenis tanaman dalam upacara adat
Tanaman dalam masakan khas
Tanaman sebagai hiasan
Kategori kualitas estetika pada pekarangan
Kategori kualitas estetika pada jalur hijau jalan
Kategori kualitas estetika pada fasilitas umum
Kategori kuaitas estetika pada kawasan pertanian, peternakan dan
konservasi
6
10
12
22
25
25
28
30
31
32
33
34
36
38
39
40
40
41
41
42
42
42
43
43
44
44
45
46
47
49
50
52
53
54
55
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Kerangka pikir penelitian
Pola yang terbentuk karena hubungan bangunan dan taman
Lokasi penelitian
Grafik curah hujan bulanan pada lokasi penelitian
3
5
9
16
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Grafik suhu udara bulanan pada lokasi penelitian
Grafik kelembapan udara pada lokasi penelitian
Ilustrasi pola permukiman
Ruang budaya
Ilustrasi pembagian ruang Rumoh Aceh
Rumah tinggal
Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Letak pekarangan
Elemen keras dalam pekarangan
Elemen lunak dalam pekarangan
Jalan lingkungan
Peta kawasan bantaran sungai
Kawasan konservasi bantaran sungai
Upacara adat
Bahan dasar masakan khas
Penggunaan tanaman sebagai hiasan
Penggunaan tanaman sebagai wadah bu kulah
Grafik nilai SBE pada pekarangan
Pekarangan dengan nilai SBE tertinggi
Grafik nilai SBE pada jalur hijau jalan
Jalur hijau jalan dengan nilai SBE tertinggi
Grafik nilai SBE pada fasilitas umum
Fasilitas umum dengan nilai SBE tertinggi
Grafik nilai SBE pada kawasan pertanian, peternakan dan konservasi
Kawasan pertanian, peternakan dan konservasi dengan nilai SBE
tertinggi
16
17
18
19
20
21
24
25
26
27
32
37
38
48
49
50
51
52
52
53
53
54
54
55
55
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta permukiman Gampong Lubuk Sukon
2 Indeks nilai penting dominansi, frekuensi, dan kelimpahan pada
lokasi studi
3 Tradisi masyarakat Gampong Lubuk Sukon.
4 Kuisoner SBE
5 Foto pekarangan
6 Foto jalur hijau jalan
7 Foto fasilitas umum gampong
8 Foto kawasan pertanian, peternakan, dan konservasi
9 Foto plot pekarangan
65
66
70
71
72
73
74
75
76
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang disebut sebagai Nusantara,
karna letak geografis Indonesia berada di antara Asia Tenggara dan Australia.
Keberadaan letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera
mempengaruhi bentangan lanskap dengan perpaduan dua tipe lanskap yang
berbeda sehingga Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan flora-fauna
dengan karakteristik yang berbeda di setiap daerah. Karakteristik yang dimiliki
oleh setiap daerah dapat terbentuk dari kondisi bentang alam suatu wilayah dan
interaksi manusia dengan alam.
Salah satu bentuk penataan lanskap yang dimiliki oleh Indonesia adalah
adanya pola perkampungan, tatanan ruang tinggal dan tata hijau lanskap
perdesaan. Pola penataan lanskap sebagai ruang tinggal tiap suku bangsa berbedabeda sesuai dengan keadaan alam sebagai bentuk adaptasi manusia. Pada
umumnya pola keruangan dalam penataan lanskap berkaitan erat dengan pola
kehidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Aceh merupakan salah satu daerah di Nusantara yang terletak di ujung
utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat Indonesia. Masyarakat
Aceh bersifat multietnis bercirikan Islam. Di daerah ini terdapat 8 subetnis, yaitu
Aceh, Alas, Aneuk Jame, Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil, dan Tamiang. Kedelapan
sub etnis tersebut mempunyai sejarah asal usul dan budaya yang sangat berbeda
satu dengan lainnya sehingga memperkaya keragaman budaya dan adat istiadat di
Aceh (Umar, 2006).
Gampong Lubuk Sukon merupakan salah satu permukiman tradisional
yang terdapat di Aceh Besar dengan karakteristik yang khas serta masih menjaga
tradisi budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Gampong Lubuk Sukon
merupakan masyarakat suku Aceh. Permukiman tradisional Gampong Lubuk
Sukon seluas 112 hektar. Pada tahun 2012 Pemerintah Aceh telah menetapkan
Gampong Lubuk Sukon sebagai salah satu Desa Wisata di bawah pembinaan
Dinas Kebudayaan dan Parawisata karena memiliki karakteristik yang khas dan
kearifan lokal adat istiadat yang masih terjaga. Penetapan Gampong Lubuk Sukon
sebagai Desa Wisata merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya pemerintah
Aceh.
Pemanfaatan tanaman secara tradisional oleh masyarakat Gampong Lubuk
Sukon merupakan salah satu pengetahuan yang berkembang dan diwariskan
secara turun-menurun. Penataan dan pemanfaatan tanaman merupakan salah satu
hasil interaksi masyarakat terhadap lingkungan sehingga terbentuk sebuah tata
hijau dengan karakter tertentu. Sejak dulu masyarakat Gampong Lubuk Sukon
sudah memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk digunakan dalam upacara adat
seperti upacara kelahiran, dan upacara adat pernikahan. Keunikan dari penataan
tata hijau yang terdapat pada permukiman ini merupakan hal yang menarik untuk
dikaji lebih mendalam.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi dan mengkaji karakteristik permukiman, rumah tinggal,
dan keragaman elemen tanaman yang terdapat pada lanskap permukiman
tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar;
2. mengidentifikasi dan mengkaji penggunaan tanaman dalam budaya/adat
istiadat masyarakat Gampong pada lanskap permukiman tradisional
Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar;
3. menganalisis nilai keindahan tata hijau yang terdapat pada lanskap
permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar;
4. menyusun konsep rekomendasi tata hijau untuk lanskap permukiman
tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar, yang berbasis budaya/
adat istiadat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
tentang tata hijau lanskap permukiman tradisional di Gampong Lubuk Sukon,
serta tanaman yang digunakan dalam budaya/adat istiadat yang berlaku pada
masyarakat Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi tolak ukur tata hijau lanskap yang berbasis budaya/adat istiadat
masyarakat dan memperkuat nilai budaya dan mengangkat nilai-nilai tradisonal
masyarakat untuk dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian mengenai tata hijau lanskap permukiman
tradisional Gampong Lubuk Sukon ini dilihat dari keterkaitan antara lanskap
permukiman, elemen tata hijau, dan budaya masyarakat Gampong Lubuk Sukon.
Keterkaitan ini akan saling mempengaruhi sehingga membentuk suatu pola
penataan tata hijau yang memiliki karakter khas. Pembentuk karakter tata hijau
lanskap permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon meliputi diversitas
tanaman, fungsi tanaman, dan pola penataan tanaman serta pengaruh budaya
masyarakat seperti budaya dan adat istiadat setempat. Setelah data yang terkumpul
dianalsis, akan disimpulkan tata hijau yang diterapkan pada kawasan sehingga
dapat disusun rekomendasi tata hijau yang pada lanskap permukiman tradisional
Gampong Lubuk Sukon berbasis budaya. Kerangka pikir penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.
3
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Permukiman Tradisional
Lanskap merupakan suatu bentangan alam dengan karakteristik tertentu
yang dapat dinikmati oleh indra manusia. Semakin jelas harmoni dan kesatuan
anatara seluruh elemen lanskap, maka semakin kuat karakter lanskap tersebut
(Simond 2006). Karakter yang kuat tersebut melahirkan bentuk-bentuk spesifik
dalam sebuah tatanan lanskap yang menghasilkan suatu lanskap budaya. Setiap
bentangan lanskap memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga menghasilkan
budaya atau kebiasaan yang berbeda-beda pula.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman mendefinisikan permukiman sebagai
bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Peri kehidupan di desa-desa
asli berfungsi lengkap sebagai satu unit permukiman juga telah ditata dengan
sarana fungsional dalam skala yang sederhana.
Di dalam lanskap, manusia memiliki peranan penting dalam menentukan
kekhasan karakter dari sebuah lanskap yang memiliki nilai keberlanjutan.
Keberlanjutan ini didapatkan melalui identifikasi karakter dan pola sosial dari
sikap dan perilaku manusia di dalamnya. Sikap dan perilaku manusia dalam
lanskap tertentu tercermin dari pendekatan budaya setempat melalui
penggambaran simbol-simbol penting yang menjadi ciri dan karakter yang khas
suatu daerah tertentu (identity atau special character) (Benson dan Roe 2000).
Permukiman tradisional adalah suatu permukiman yang bentukannya dipengaruhi
oleh pengetahuan, kebiasaan, adat istiadat dari masa lalu yang diturunkan secara
turun menurun.
4
Struktur Kepemerintahan dalam Permukiman
Menurut Ismail (2008) dalam Qanun Meukuta Alam struktur kerajaan
Aceh dalam konteks sistem pemerintahan berakar pada susunan gamponggampong dan mukim (federasi gampong-gampong), nanggroe (kecamatan), sagoe
(federasi beberapa nanggroe) dan langsung ke kerajaan/ negara. Dalam Qanun alAsyi dijelaskan bahwa gampong yang disebut juga dengan meunasah, dipimpin
oleh seorang Keuchik dan seorang Imeum Rawatib dengan dibantu oleh sebuah
staf yang bernama Tuha Peut. Mukim yaitu federasi dari beberapa gampong,
paling sedikit delapan gampong. Mukim dipimpin oleh Imuem Mukim dan
seorang Kadhi Mukim serta dibantu oleh beberapa orang wakil. Dalam tiap-tiap
mukim didirikan sebuah mesjid untuk melaksanakan shalat jum’at.
Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Aceh yang
terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu
dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah camat yang
dipimpin oleh Imuem Mukim (Qanun No. 4 Tahun 2003).
Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi
pemerintahan terendah di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu
dipimpin oleh keuchik yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya
sendiri. Keuchik adalah Kepala Badan Eksekutif Gampong dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Gampong (Qanun No.5 Tahun 2003).
Tata Hijau
Tanaman merupakan material lanskap yang hidup dan berkembang dari
waktu ke waktu. Tanaman memiliki peranan penting dalam penyusun lanskap.
Menurut Robinson (2006), tata hijau adalah sebuah ekspresi dari fungsi dan
kebutuhan penggunanya akan lahan. Karakter dan tujuan dari tata hijau
bermacam-macam tergantung dengan kebutuhan manusia.
Tata hijau merupakan salah satu kegiatan dalam penataan tanaman sebagai
penyusun lanskap sesuai fungsi dari tanaman tersebut. Menurut Hakim (2012),
dalam penataan dan perancangan tanaman terdapat 4 hal penting mengenai
tanaman yang harus di pahami yaitu:
1. habistus tanaman, tanaman yang dilihat dari segi botanis/morfologis sesuai
dengan ekologis dan efek visual yang ditimbulkan.
2. karakter tanaman, karakteristik fisik tanaman yang dapat dilihat dari bentuk
batang dan percabangan, bentuk tajuk, massa daun, warna, tekstur, aksentuasi,
dan skala ketinggian.
3. fungsi tanaman peletakan tanaman dalam lanskap memiliki fungsi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4. peletakan tanaman, dalam peletakan tanaman harus disesuaikan dengan
tujuan perancangan.
Pola Penataan Tanaman
Pola merupakan bentukan yang tersusun dari elemen pembentuknya baik
elemen material lunak (soft material) maupun elemen material keras (hard
5
material). Pola dan struktur elemen pekarangan baik tanaman maupun elemen
non-tanaman dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan dan budaya
masyarakat (Arifin et al 2010). Menurut Sulistyantara (2008), hubungan antara
bangunan dan taman rumah dapat diselesaikan dengan empat macam pola sebagai
berikut:
1. pola struktur geometrik, elemen taman keras buatan lebih mendominasi
suasana. Sementara susunan elemen taman, baik keras maupun lunak, dibuat
dengan pola-pola garis geometrik.
2. pola natural geometrik, elemen taman alami lebih mendominasi. Sementara
pola yang dtetapkan baik elemen keras ataupun elemen lunak adalah geometris.
3. pola struktur alami/natural, elemen taman alami mendominasi. Pembuatannya
dilakukan dengan penerapan pola garis alami, tetapi masih terasa adanya
tatanan yang disengaja (diatur).
4. pola alami/natural, elemen taman alami mendominasi suasana dan dalam
susunannya tidak terlihat adanya kesenjangan pengaturan oleh manusia. Secara
keseluruhan, kesan yang muncul benar-benar alami.
Gambar 2 Pola yang terbentuk karena hubungan bangunan dan taman
(Sumber: Sulistyantara 2008)
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
Tanaman memiliki peranan penting yang berpengaruh pada kehidupan
manusia baik secara langsung mupun tidak langsung. Fungsi lingkungan dapat
dikatakan juga sebagai fungsi ekologis. Tabel 1 menunjukan fungsi tanaman
6
dalam lanskap menurut Benson dan Roe (2000), Robinson (2006), dan Cervelii
(2005).
Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap
No
1.
Fungsi Tanaman
Perbaikan Iklim
2.
Rekayasa
Lingkungan
Penyerap polusi udara[1][3]
Pengontrol kebisingan [1][3]
Penyerap polusi logam berat [1][3]
Menyaring partikel berat [1][3]
Pengontrol pergerakan [2][3]
Pengontrol erosi tanah [1][3]
Pengontrol pembuangan air dan penyaringan
air [3]
8. Pengunaan produktif [1]
9. Keseimbangan energi [1
3.
Bidang Arsitektur
1. Pemersatu area[1][3]
2. Penghalang pemandangan buruk [3]
3. Pemisah ruang[1][3]
4.
Pembatas ruang terbuka [3]
5. Pembentuk ruang pribadi [3]
6. Sebagai alas ruangan [3]
7. Memberikan tema pada suatu lanskap [3]
8. Memperlunak garis arsitektur[2] [3]
9. Penanda lokasi [3]
10. Simbol kepercayaan dan sejarah [3]
4.
Fungsi Estetik
1. Menampilkan keindahan bentuk, warna, dan
tekstur [2][3]
2. Pembingkai pemandangan [1][3]
3. Pelengkap elemen bangunan [1][3]
4. Pemersatu dengan elemen lainnya [2][3]
5. Pemberi aksen [1][2]
6. Memecah kemonotonan [3]
5.
Habitat Satwa Liar
1. Habitat satwa [1][2]
2. Sumber makanan satwa [1][2]
1.
2.
3.
4.
5.
Spesifikasi
Modifikasi suhu udara [1][3]
Penghalang pergerakan udara[1]
Penghalang pergerakan angin[1][3]
Mengurangi silau akibat sinar matahari[3]
Pengontrol presipitasi dan kelembaban [1]
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sumber : [1] Benson dan Roe (2000), [2] Robinson (2006), [3] Chervelli (2005)
Menurut Arifin et al (2009) fungsi tanaman dalam lanskap permukiman
terbagi atas tiga fungsi.
7
1. fungsi produksi (tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, bumbu, obat-obatan,
bahan baku industri)
2. fungsi estetika (tanaman hias bunga, hias daun, hias batang, hias aar, hias
buah, hias beraroma)
3. fungsi lingkungan (tanaman peneduh, pembatas, pengarah, penyaring debu,
penyerab polutan, pencegah longsordan erosi, penyimpan air).
Kebudayaan, Adat Istiadat
Kebudayaan dapat dinilai sebagai pencerminan jiwa masyarakat sehingga
membentuk karakter yang khas dan mencerminkan identitas yang berbeda dengan
kelompok masyarakat lainnya. Masyarakat membangun kebiasaan-kebiasaan
tertentu yang diwujudkan melalui penerapan nilai, norma, peraturan, ketentuan,
atau perundang-undangan sebagai pedoman hidup, memiliki kesatuan identitas
dan jati diri yang kuat sehingga meganggap berbeda dengan kelompok lainnya
(Hariyono, 2007).
Menurut Lois J. Luzbetak 1970 dalam Yusuf (2008) karakteristik umum
kebudayaan sebagai berikut:
1. Kebudayaan adalah suatu cara hidup
2. Kebudayaan adalah stotal dari rencana atau rancangan hidup
3. Kebudayaan secara fungsional diorganisasikan dalam suatu sitem
4. Kebudayaan itu diperoleh melalui proses belajar
5. Kebuadayaan adalah cara hidup dari suatu kelomok sosial, bukan individual.
Menurut Yusuf (2008) perubahan nilai budaya disebabkan oleh beberapa
faktot antara lain:
1. Perubahan lingkungan alam
2. Adanya kontak dengan kelompok lain
3. Adanya penemuan (discovery) dan penciptaan baru (invention)
4. Mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang dikembangkan oleh
bangsa lain di tempat lain
5. Modifikasi cara hidup dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau
kepercayaan baru.
Istilah kata adat berasal dari bahasa Arab, yaitu al-adah yang artinya
adalah kebiasaan, yang lama-lama menjadi kebutuhan, akhirnya menjadi aturan,
persyaratan dan ketentuan. Adat Aceh sebenarnya sangat tinggi nilainya, karena
adat tersebut pada masa pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam sebagai dasar /
pedoman bagi pemerintahan untuk dijadikannya landasan tegaknya pemerintahan
serta pelaksanaannya. Adat di Aceh dibagi atas beberapa bagian (kelompok) yaitu
Adat Tullah, Adat Mahkamah dan Adat Tunnah (Umar 2006).
Menurut Daud (2014) Adat Istiadat Aceh lebih dikenal dengan sebutan
reusam yaitu norma yang dituruti secara turun-menurun dan mengalami
perubahan serta sifatnya tidak tertulis, sementara pengertian adat adalah
ketentuan-ketentuan dari pemerintah atau penguasa (poteumeurehom) yang
mengatur berbagai peraturan seperti tentang kejahatan dan pelanggaran, tentang
pajak, protokolan, pegawai kerajaan dan sebagainya, dan sifatnya tertulis seperti
yang diatur dalam “Adat Aceh” yang merupakan undang-undang dasar Kerajaan
Aceh.
8
Rumoh Aceh dan Pekarangan
Ciri-ciri dasar sebuah rumoh aceh adalah rumah terdiri dari 3 ruang (rueng),
dengan tiang penyangga berjumlah 16 buah dan ada yang 24 buah. Bagian
belakang disebut seuramoe likot (serambi belakang) yang berfungsi sebagai dapur.
Pada bagian tengah disebuh seuramoe teungoh (serambi tengah) atau juree,
lazimnya ditinggikan dari seramoe likot dan seuramoe reunyeun (serambi depan).
Gang yang menghubungkan seramoe likot dan seramoe reunyeun disebut rambat.
Dikaki tangga rumah “reunyeun” ditempatkan sebuah guci dan disebelahnya
terdapat tonggak dari kayu yang dipancangkan di tanah untuk menggantungkan
gayung “teunelat tima” dan batu yang diletakan di sekitarnya menuju tangga
rumah. Guci ini berfungsi sebagai tempat air untuk membasuh kaki jika akan naik
ke rumah (Daud, 2014).
Rumoh Aceh mudah untuk dibongkar pasang dan dipindahkan ke tempat
lain dan sejumlah besar Rumoh Aceh dipindahkan letaknya ke tempat lain dengan
berbagai alasan. Pemindahan ini biasanya dilakukan secara meurasa atau gotong
royong oleh warga gampong.
Pekarangan adalah lahan yang berada di sekitar rumah dengan batas
kepemilikan yang jelas, tempat tumbuh berbagai jenis tanaman dan merupakan
tipe taman Indonesia yang berfungsi, antara lain, sebagai tempat bermain anakanak, kegiatan pascapanen, dan ruang terbuka yang sering dimanfaatkan untuk
kegiatan sosial dan acara keluarga (Arifin et al. 2010).
Menurut fungsinya secara umum pekarangan adalah tempat habitat berbagai
jenis satwa, sebagai sumber pangan sandang dan papan, sumber plasma nutfah,
pengendali iklim untuk kenyamanan, penyerab karbon, daerah resapan air,
konservai tanah, dan sebagai sumber tambahan pendapatan keluarga (Arifit et al.
2010). Selain itu, pekarangan juga dapat digunakan sebagai tempat bersantai
selain di dalam rumah seperti duduk-duduk menikmati udara segar dan sebagai
tempat ruang terbuka hijau bagi lingkungan sekitarnya. Menurut Kementrian
Pertanian (2014), menyebutkan bahwa tanaman pekarangan adalah tanaman yang
menghasilkan umbi, buah, sayuran, bahan obat nabati, florikultura, termasuk di
dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai buah, sayuran,
bahan obat nabati, dan bahan estetika.
Keanekaragaman tanaman di pekarangan dapat dibedakan menjadi
keragaman vertikal dan horizontal. Keragaman vertikal diklasifikasikan
berdasarkan tinggi tanaman, sedangkan keragaman horizontal diklasifikasikan
berdasarkan jenis pemanfaatan tanaman, yaitu tanaman hias, tanaman buah,
tanaman sayuran, tanaman obat, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati,
tanaman industri, tanaman peneduh, serta tanaman-tanaman penghasil pakan,
kayu bakar, dan bahan kerajinan tangan (Arifin et al 2010).
Pekarangan yang terdapat pada Rumoh Aceh umumnya ditumbuhi dengan
pohon-pohonan, dan buah-buahan, dapat dikatakan menjadi sebuah kebun atau
lampoih. Pekarangan ditanami tebu, pinang, kelapa, dan tanaman lainnya.
Pekarangan dilingkari oleh sebuah pageu (pagar), pagar dibuat dari pohon kudakuda (geurundong) yang ditanam dengan jarak yang sama, antar batang itu diikat
trieng (bambu) secara horizontal. Biasanya tiga atau lima bamboo digunakan di
sepanjang bagan pagar (Daud 2014).
9
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai kajian tata hijau lanskap permukiman tradisional ini
dilakukan di permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Kecamatan Ingin
Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini
dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan akhir berupa skripsi
berlangsung selama 8 bulan, yaitu: Februari hingga September 2015.
Gambar 3 Lokasi penelitian
Sumber : Google Earth
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, tata hijau pada permukiman tradisional Gampong
Lubuk Sukon diamati dari sisi sebagai berikut:
1. pola permukiman dan karakteristik rumah tinggal dan budaya/ adat istiadat
masyarakat;
2. diversitas tanaman yang mencakup: kelimpahan, dominansi, frekuensi, dan
keragaman tanaman;
3. fungsi tanaman yang mencakup: penggunaan tanaman dalam budaya/ adat
istiadat dan estetika;
4. tata letak penanaman yang dilihat melalui pola peletakan tanaman.
Batasan Penelitian
Penelitian terbatas pada tata hijau kawasan permukiman tradisional
Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar. Hasil akhir dari penelitian ini adalah laporan
deskriptif serta rekomendasi tata hijau Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar
berbasis budaya dalam bentuk landscape plan. Area lokasi studi yang diamati
meliputi pekarangan rumah, gerbang utama, jalan utama, jalan lingkungan, jalan
setapak, fasilitas umum Gampong, serta kawasan pertanian, peternakan dan
konservasi.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan beberapa alat dan bahan di antaranya, kertas
gambar, peta lokasi, kamera digital, alat tulis, kalkulator, meteran, serta perangkat
10
lunak Autocad 2014, Adobe Photoshop CC 2014, Microsoft Word 2011, dan
Microsoft Exel 2011.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Tahapan penelitian tersebut meliputi pengumpulan dan identifikasi
data, analisis, dan sintesis. Berikut ini merupakan tahapan penelitian yang
dilakukan.
Persiapan
Tahap
persiapan
meliputi
penyususnan
proposal
penelitian,
mengumpulkan informasi berkaitan dengan lokasi penelitian, dan pengurusan izin
kepada instansi-instansi terkait.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan
langsung di lapangan dan wawancara sedangkan pengumpulan data sekunder
diperoleh dari sumber – sumber yang berhubungan dengan lokasi penelitian yaitu
pengelola Gampong Lubuk Sukon setempat, pemerintah, dan studi pustaka.
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk cara pengumpulan dan sumber data
No
Jenis
Parameter Data
Data
Data Fisik-Biofisik
1. Letak
Luas wilayah dan
geografis batas wilayah
Bentuk
Data
Cara
Pengumpulan
Sekunder Studi literatur
2.
Tanah,
dan
topografi
Jenis/klasifikasi
tanah dan
topografi
Primer
dan
sekunder
Studi
literature dan
observasi
lapang
3.
Iklim
Suhu udara,
curah hujan dan
kelembaban
Sekunder Studi literatur
4.
Rumah
tinggal
Karakteristik
rumah tinggal
Primer
dan
sekunder
Studi literatur,
survei lapang,
dan
wawancara
Sumber
Data
Pengelola
Gampong
dan dinasdinas
terkait
Pengelola
Gampong,
dan dinasdinas
terkait
BMKG
Pengelola
Gampong
dan
Masyarakat
11
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data (lanjutan)
No
JeniJenis Data
1.
Data Sosial
Sosial
ekonomi
2.
Budaya
Parameter Data
Bentuk
Data
Cara
Sumber
Pengumpulan Data
Aktivitas
Fasilitas
Primer
dan
sekunder
Adat istiadat
Budaya
Primer
dan
sekunder
Studi
literature dan
observasi
lapang
Studi literatur,
observasi
lapang, dan
wawancara.
Pengelola
Gampong.
Pengelola
Gampong,
Majelis
Adat Aceh,
dan
Masyarakat
a. Studi Literatur
Cara ini dilakukan untuk menelusuri sumber-sumber tertulis yang
berkaitan dengan karakteristik rumah tradisional Aceh, tata hijau lanskap
permukiman Aceh, dan penggunaan tanaman dalam tradisi adat istiadat/budaya
masyarakat Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar. Sumber-sumber tertulis tersebut
dapat berupa arsip penting dan literatur pustaka. Arsip penting dan buku-buku
diperoleh dari perpustakaan daerah, Majelis Adat Aceh, serta koleksi pribadi
tokoh-tokoh adat/budaya.
b. Survei Lapang
Cara ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pola permukiman
tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar, karakteristik rumah tinggal
masyarakat Gampong Lubuk Sukon, karakteristik tata hijau serta elemen yang
terdapat di dalamnya, dan penggunaan tanaman dalam tradisi adat istiadat/budaya
masyarakat permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar.
Pengambilan data primer untuk karakteristik rumah dan tata hijau pada
pekarangan dilakukan dengan teknik sampling sebanyak 30 rumah pada bagian
tumpok yang terdapat pada bagian tengah gampong, hal ini disebabkan oleh
bagian tumpok merupakan bagian dari permukiman awal tempat rumah tinggal
dengan penataan berdasarkan hubungan kekerabatan. Pengumpulan data tanaman
pada pekarangan dilakukan dengan teknik plot seluruh luasan pekarangan dari 30
sampel pekarangan. Pada fasilitas umum pengumpulan data tanaman juga
menggunakan teknik plot seluruh luasan halaman dari tiap-tiap fasilitas.
Pengumpulan data tanaman pada jalur hijau jalan mengunakan plot pengamatan
10 m x 10 m pada area-area yang ditanami oleh tanaman. Pada kawasan pertanian
pengamatan plot sampling tanaman yang diamati hanya pada area lahan di sekitar
permukiman (lahan di sekitar yang digunakan untuk berkebun). Pengumpulan
data tanaman dilakukan dengan menggunakan plot pengamatan berukuran 20 m x
20 m.
12
c. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik interview guide.
Interview guide dilakukan untuk memperoleh jawaban yang mendalam.
Rangkaian pertanyaan yang tersusun dalam interview guide tidak dilengkapi
dengan option/jawaban yang sudah ditentukan terlebih dahulu, tetapi jawaban
yang dikehendaki justru seluas, serinci, dan selengkap mungkin (Suyanto, 2006).
Cara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mendalam atau pandangan
mengenai kaitan adat istiadat/ budaya masyarakat gampong dengan tata hijau
lanskap permukiman serta pemanfaatan tanaman dalam tradisi adat istidat/ budaya
masyarakat Gampong Lubuk Sukon. Informasi ini diperoleh melalui narasumber
meliputi masyarakat, tokoh masyarakat dan pengurus Majelis Adat Aceh.
Masyarakat yang menjadi narasumber adalah masyarakat asli Gampong Lubuk
Sukon yang memahami budaya/ adat istiadat Gampong dengan penataan tata hijau,
umumya narasumber telah berumur lebih dari 60 tahun. Wawancara dilakukan
secara langsung dan mendalam dengan narasumber.
Tabel 3 Daftar nama narasumber
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama
Darsam
Bahtiar
Hasiah
Cahaya
Nurmala
Fatimah
Cut Rahmi Anastesia
Syamsuddin Daud
Abdurrahman Kaoy
Bidang Pekerjaan
Tokoh Masyarakat
Tokoh Masyarakat
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
Ketua Majelis Adat Aceh
Wakil Ketua Majelis Adat Aceh
Pertanyaan yang diajukan pada narasumber meliputi:
a. deskripsi tentang pola permukiman tradisional Aceh secara umum, unsurunsur pembentuk permukiman dan posisinya dalam permukiman;
b. deskripsi tentang tata hijau permukiman tradisional Aceh secara umum,
unsur-unsur pembentuk permukiman dan posisinya dalam permukiman;
c. tanaman yang ditanam pada pekarangan (yang harus ada, biasanya ada, dan
sering ditanam), tujuan dan pola penanamannya;
d. tanaman yang ditanam pada fasilitas umum seperti pemakaman umum,
meunasah dan lainnya serta kawasan pertanian, peternakan dan konservasi,
tujuan dan pola penanamannya;
e. kondisi tata hijau Gampong Lubuk Sukon saat ini (elemen yang masih ada
dan elemen yang sudah hilang;
f. pemanfaatan tanaman dalam tradisi adat/ budaya Gampong Lubuk Sukon,
Aceh Besar, serta sumber perolehan tanaman yang digunakan (dulu dan saat
ini).
Analisis
Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian. Data yang di dapat melalui proses studi literatur, survei lapang dan
13
wawancara diindentifikasi secara deskriptif dan spasial. Adapun jenis data yang
dianalisis meliputi pola pemukiman, karakteristik rumah tinggal, elemen
pekarangan rumah, diversitas tanaman, fungsi/ penggunaan tanaman dalam
budaya, tata letak penanaman dan kualitas visual tata hijau permukiman. Pola
pemukiman, zonasi ruang rumah tinggal dan elemen pekarangan rumah tinggal
dianalisis secara deskriptif dan spasial melalui tahapan studi litetarur, survei
lapang dan wawancara.
Diversitas vegetasi diperoleh menggunakan beberapa parameter menurut
Indriyanto (2006), sebagai berikut.
a. Kelimpahan Vegetasi
Kelimpahan vegetasi merupakan jumlah individu per unit luas atau per unit
volume. Kelimpahan dapat diartikan sebagai jumlah individu organisme per
satuan ruang. Kelimpahan dapat dihitung dengan rumus berikut:
�������ℎ�� =
�����ℎ �������� ����� �������
���� ������ℎ �����
�������ℎ�� ������� =
�������ℎ�� ������� � 100%
�������ℎ�� ����� �������
b. Dominansi vegetasi
Dominansi merupakan proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies
tumbuhan dengan luas total habitat. Dominansi vegetasi dihitung dengan
rumus berikut:
��������� =
���� �������� ������ ������� �
���� ������ ����� ����� �������
��������� ������� =
���� �������� ������ ������� � � 100%
���� ����� ������ ����� ����� �������
c. Frekuensi vegetasi
Frekuensi vegetasi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah
sampel yang berisi suatu species tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi dapat dihitung dengan rumus berikut:
��������� =
�����ℎ ����� ������ ����� �������
�����ℎ ������ℎ �����
��������� ������� =
��������� ������� � 100%
��������� ����� �������
d. Keragaman
Perhitungan keragaman tanaman dilakukan untuk mengetahui jenis – jenis
vegetasi dan sebaran vegetasi diarea studi Perhitungan dilakukan dengan
mengikuti metode Shannon- Wiener berikut:
14
�� ln �� ������ �� = �� � �����
Dengan Pi
= Jumlah individu suatu spesies dibagi jumlah total seluruh
spesies;
Ni
= Jumlah individu spesies i;
N total = Jumlah total individu;
H
= Indek keragaman Shannon- Wiener.
� = −
Nilai perhitungan indeks keragaman (H) tersebut menunjukkan bahwa jika:
H
TRADISIONAL GAMPONG LUBUK SUKON, ACEH BESAR
BERBASIS BUDAYA
SAFIA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Tata Hijau
Lanskap Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar Berbasis
Budaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Safia
NIM A44110077
ABSTRAK
SAFIA. Kajian Tata Hijau Lanskap Permukiman Tradisional Gampong
Lubuk Sukon, Aceh Besar Berbasis Budaya. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI.
Gampong Lubuk Sukon merupakan salah satu permukiman tradisional
Aceh yang masih terjaga tradisi budaya dan adat istiadatnya. Salah satu bentuk
dari penataan lanskap permukiman tradisional adalah adanya penataan tata hijau.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengkaji karakteristik
permukiman, rumah tinggal, keragaman elemen tanaman serta mengetahui
penggunaan tanaman dalam budaya dan menganalisis keragaman tanaman serta
nilai keindahan tata hijau. Tujuan penelitian ini juga untuk menyusun konsep
rekomendasi tata hijau berbasis budaya dalam bentuk landscape plan.
Pengambilan data tanaman dilakukan pada beberapa area lokasi studi yaitu:
pekarangan, jalur hijau jalan, fasilitas umum gampong, dan kawasan pertanian,
peternakan dan konservasi. Hasil penelitian ini menunjukan pola permukiman
Gampong Lubuk Sukon adalah memusat dimana kawasan permukiman berada di
tengah gampong dan kawasan pertanian dan peternakan berada diluar gampong.
Terdapat tiga jenis tipe rumah yaitu Rumoh Aceh, Rumoh Santeut dan Rumah
Modern. Indeks keragaman keseluruhan area lokasi termasuk sedang yaitu 1,10.
Keragaman tertinggi terdapat pada area lahan di sekitar permukiman. Penggunaan
tanaman dalam tradisi adat/ budaya di katagorikan menurut penggunaannya
diantaranya adalah tanaman sebagai simbol, tanaman sebagai bahan dasar
masakan khas, tanaman sebagai hiasan dan tanaman sebagai wadah. Keberadaan
tanaman yang digunakan dalam tradisi adat sangat sedikit ditemukan pada lokasi
studi. Pemilihan tanaman yang digunakan pada tiap-tiap area studi merupakan
tanaman produkif dengan penataan tanaman menggunakan pola organik.
Kata kunci: Tata Hijau, Permukiman Tradisional, Budaya.
ABSTRACT
SAFIA. Study On Planting Plant at Traditional Settlement Gampong Lubuk
Sukon, Aceh Besar Based on Culture. Supervised by TATI BUDIARTI.
Gampong Lubuk Sukon is one of traditional settlement in Aceh which still
keep its originality culture. One form of arrangement of its traditional settlement
landscape is the existence of planting plant. The main purpose of this research is
to study and identify the characteristics of settlement, traditional house,
vegetation diversity instead to know the uses of plants in culture, and to analyze
vegetation diversity as an aesthetic of the planting design. The research is also
aim to draw up landscape plan recommendation. Vegetation data is collected
from some of the areas of study which are home garden, green belt area,
gampong public facility, agriculture and conservation area. The result of this
study is to give an information about the pattern of settlement which is located in
the center of gampong. Those for agriculture areas are located in the outside of
gampong. There are three kind of houses, they are Rumoh Aceh, Rumoh Santeut,
and modern house. Over all the diversity index area of study including moderate
at 1.10. The highest diversity found in the unused area of settlement. The use of
vegetation in the culture or adat istiadat is categorized as its using for the symbol
of vegetation, vegetation as ingredients of traditional foods, vegetation as a
decoration and planting plate. The existence of vegetation which used in tradition
or adat are so rare in the areas of study. The chosen vegetation in the areas of
study is a productive vegetation which in organic planting structure.
Keywords: Planting plant, Traditional Settlement, Culture.
KAJIAN TATA HIJAU LANSKAP PERMUKIMAN
TRADISIONAL GAMPONG LUBUK SUKON, ACEH BESAR
BERBASIS BUDAYA
SAFIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
berjudul Kajian Tata Hijau Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon,
Aceh Besar Berbasis Budaya. Penelitian ini berlangsung selama 8 bulan dari
bulan Februari 2015 hingga September 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Azhar Usman, Asmidar selaku orang tua dan adik Sajida, Safira, Sandrina
serta keluarga besar lainnya yang selalu memberikan doa, kasih sayang
semangat dan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini,
2. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini,
3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, Magr. dan Dr. Ir. Aris Munandar, MS
selaku penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk
kemajuan skripsi ini,
4. Masyarakat Gampong Lubuk Sukon Bapak Geuchik, Bapak Darsam, Bapak
Bahtiar, Bu Stesia, Bu Nurmala, Kak Zainab serta masyarakat Gampong
lainnya, dan Majelis Adat Aceh yaitu Bapak Abdurrahman Kaoy selaku wakil
ketua Majelis Adat Aceh serta pegawai lainnya yang sudah banyak sekali
membantu saya dalam pengambilan data,
5. Seluruh staff dan dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB atas ilmu, dan
dukungan moral yang telah diberikan,
6. Teman-teman satu bimbingan skripsi kak Aliya faizah, kak Debra Cadrina,
Prajana Paramita, Shara Zen, yang saling memberikan dukungan,
7. Pocut Shaliha Finzia Panglima Polem, Siti Raihani, Rahmat Muhari A. yang
sudah sangat mendukung saya dan menemani saya dalam menjalani
penelitian ini,
8. Inces, teman–teman Arsitektur Lanskap 48 yang selalu ada dalam suka
maupun duka selama perkuliahan.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Bogor, September 2015
Safia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Permukiman Tradisional
3
Struktur Kepemerintahan dalam Permukiman
4
Tata Hijau
4
Pola Penataan Tanaman
4
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
5
Kebudayaan, Adat Istiadat
7
Rumoh Aceh dan Pekarangan
8
METODE
9
Lokasi dan Waktu Penelitian
9
Rancangan Penelitian
9
Batasan Penelitian
9
Alat dan Bahan
9
Metode Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
15
Kondisi Umum
15
Pola Permukiman Gampong Lubuk Sukon
17
Karakteristik Rumah Tinggal
19
Karakteristik Tata Hijau Lanskap Permukiman
22
Kelimpahan Tanaman
39
Dominansi Tanaman
41
Frekuensi Tanaman
43
Keragaman Tanaman
45
Tanaman dalam Tradisi Adat/ Budaya Gampong Lubuk Sukon
46
Kualitas Visual Tata Hijau
51
REKOMENDASI TATA HIJAU BERBASIS BUDAYA
56
KESIMPULAN DAN SARAN
61
DAFTAR PUSTAKA
62
LAMPIRAN
64
RIWAYAT HIDUP
80
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Fungsi tanaman dalam lanskap
Jenis, parameter, bentuk cara pengumpulan dan sumber data
Daftar nama narasumber
Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Pekarangan berdasarkan luasan
Elemen keras dalam pekarangan
Jenis tanaman pada pekarangan
Ilustrasi penataan tanaman pada pekarangan
Ilustrasi penataan tanaman pada jalan utama dan gerbang utama
Jenis tanaman pohon yang terdapat pada jalan utama
Ilustrasi penataan tanaman pada area jalan lingkungan pada jalan
setapak
Jenis tanaman yang terdapat pada halaman fasilitas umum gampong
Ilustrasi penataan tanaman pada area halaman fasilitas
Jenis tanaman komoditas pertanian
Ilustrasi penataan tanaman pada lahan bantaran sungai dan lahan di
sekitar permukiman
Nilai kelimpahan spesies pada area pekarangan.
Nilai kelimpahan spesies pada jalur hijau jalan.
Nilai kelimpahan spesies pada fasilitas umum
Nilai kelimpahan spesies pada lahan di sekitar permukiman
Nilai dominansi spesies pada pekarangan
Nilai dominansi spesies pada jalur hijau jalan
Nilai dominansi spesies pada fasilitas umum
Nilai dominansi spesies pada lahan di sekitar permukiman
Nilai frekuensi spesies pada pekarangan
Nilai frekuensi spesies pada jalur hijau jalan
Nilai frekuensi spesies pada fasilitas umum
Nilai frekuensi spesies pada lahan di sekitar permukiman
Nilai keragaman spesies
Jenis tanaman dalam upacara adat
Tanaman dalam masakan khas
Tanaman sebagai hiasan
Kategori kualitas estetika pada pekarangan
Kategori kualitas estetika pada jalur hijau jalan
Kategori kualitas estetika pada fasilitas umum
Kategori kuaitas estetika pada kawasan pertanian, peternakan dan
konservasi
6
10
12
22
25
25
28
30
31
32
33
34
36
38
39
40
40
41
41
42
42
42
43
43
44
44
45
46
47
49
50
52
53
54
55
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Kerangka pikir penelitian
Pola yang terbentuk karena hubungan bangunan dan taman
Lokasi penelitian
Grafik curah hujan bulanan pada lokasi penelitian
3
5
9
16
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Grafik suhu udara bulanan pada lokasi penelitian
Grafik kelembapan udara pada lokasi penelitian
Ilustrasi pola permukiman
Ruang budaya
Ilustrasi pembagian ruang Rumoh Aceh
Rumah tinggal
Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Letak pekarangan
Elemen keras dalam pekarangan
Elemen lunak dalam pekarangan
Jalan lingkungan
Peta kawasan bantaran sungai
Kawasan konservasi bantaran sungai
Upacara adat
Bahan dasar masakan khas
Penggunaan tanaman sebagai hiasan
Penggunaan tanaman sebagai wadah bu kulah
Grafik nilai SBE pada pekarangan
Pekarangan dengan nilai SBE tertinggi
Grafik nilai SBE pada jalur hijau jalan
Jalur hijau jalan dengan nilai SBE tertinggi
Grafik nilai SBE pada fasilitas umum
Fasilitas umum dengan nilai SBE tertinggi
Grafik nilai SBE pada kawasan pertanian, peternakan dan konservasi
Kawasan pertanian, peternakan dan konservasi dengan nilai SBE
tertinggi
16
17
18
19
20
21
24
25
26
27
32
37
38
48
49
50
51
52
52
53
53
54
54
55
55
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta permukiman Gampong Lubuk Sukon
2 Indeks nilai penting dominansi, frekuensi, dan kelimpahan pada
lokasi studi
3 Tradisi masyarakat Gampong Lubuk Sukon.
4 Kuisoner SBE
5 Foto pekarangan
6 Foto jalur hijau jalan
7 Foto fasilitas umum gampong
8 Foto kawasan pertanian, peternakan, dan konservasi
9 Foto plot pekarangan
65
66
70
71
72
73
74
75
76
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang disebut sebagai Nusantara,
karna letak geografis Indonesia berada di antara Asia Tenggara dan Australia.
Keberadaan letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera
mempengaruhi bentangan lanskap dengan perpaduan dua tipe lanskap yang
berbeda sehingga Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan flora-fauna
dengan karakteristik yang berbeda di setiap daerah. Karakteristik yang dimiliki
oleh setiap daerah dapat terbentuk dari kondisi bentang alam suatu wilayah dan
interaksi manusia dengan alam.
Salah satu bentuk penataan lanskap yang dimiliki oleh Indonesia adalah
adanya pola perkampungan, tatanan ruang tinggal dan tata hijau lanskap
perdesaan. Pola penataan lanskap sebagai ruang tinggal tiap suku bangsa berbedabeda sesuai dengan keadaan alam sebagai bentuk adaptasi manusia. Pada
umumnya pola keruangan dalam penataan lanskap berkaitan erat dengan pola
kehidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Aceh merupakan salah satu daerah di Nusantara yang terletak di ujung
utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat Indonesia. Masyarakat
Aceh bersifat multietnis bercirikan Islam. Di daerah ini terdapat 8 subetnis, yaitu
Aceh, Alas, Aneuk Jame, Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil, dan Tamiang. Kedelapan
sub etnis tersebut mempunyai sejarah asal usul dan budaya yang sangat berbeda
satu dengan lainnya sehingga memperkaya keragaman budaya dan adat istiadat di
Aceh (Umar, 2006).
Gampong Lubuk Sukon merupakan salah satu permukiman tradisional
yang terdapat di Aceh Besar dengan karakteristik yang khas serta masih menjaga
tradisi budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Gampong Lubuk Sukon
merupakan masyarakat suku Aceh. Permukiman tradisional Gampong Lubuk
Sukon seluas 112 hektar. Pada tahun 2012 Pemerintah Aceh telah menetapkan
Gampong Lubuk Sukon sebagai salah satu Desa Wisata di bawah pembinaan
Dinas Kebudayaan dan Parawisata karena memiliki karakteristik yang khas dan
kearifan lokal adat istiadat yang masih terjaga. Penetapan Gampong Lubuk Sukon
sebagai Desa Wisata merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya pemerintah
Aceh.
Pemanfaatan tanaman secara tradisional oleh masyarakat Gampong Lubuk
Sukon merupakan salah satu pengetahuan yang berkembang dan diwariskan
secara turun-menurun. Penataan dan pemanfaatan tanaman merupakan salah satu
hasil interaksi masyarakat terhadap lingkungan sehingga terbentuk sebuah tata
hijau dengan karakter tertentu. Sejak dulu masyarakat Gampong Lubuk Sukon
sudah memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk digunakan dalam upacara adat
seperti upacara kelahiran, dan upacara adat pernikahan. Keunikan dari penataan
tata hijau yang terdapat pada permukiman ini merupakan hal yang menarik untuk
dikaji lebih mendalam.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi dan mengkaji karakteristik permukiman, rumah tinggal,
dan keragaman elemen tanaman yang terdapat pada lanskap permukiman
tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar;
2. mengidentifikasi dan mengkaji penggunaan tanaman dalam budaya/adat
istiadat masyarakat Gampong pada lanskap permukiman tradisional
Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar;
3. menganalisis nilai keindahan tata hijau yang terdapat pada lanskap
permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar;
4. menyusun konsep rekomendasi tata hijau untuk lanskap permukiman
tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar, yang berbasis budaya/
adat istiadat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
tentang tata hijau lanskap permukiman tradisional di Gampong Lubuk Sukon,
serta tanaman yang digunakan dalam budaya/adat istiadat yang berlaku pada
masyarakat Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi tolak ukur tata hijau lanskap yang berbasis budaya/adat istiadat
masyarakat dan memperkuat nilai budaya dan mengangkat nilai-nilai tradisonal
masyarakat untuk dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian mengenai tata hijau lanskap permukiman
tradisional Gampong Lubuk Sukon ini dilihat dari keterkaitan antara lanskap
permukiman, elemen tata hijau, dan budaya masyarakat Gampong Lubuk Sukon.
Keterkaitan ini akan saling mempengaruhi sehingga membentuk suatu pola
penataan tata hijau yang memiliki karakter khas. Pembentuk karakter tata hijau
lanskap permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon meliputi diversitas
tanaman, fungsi tanaman, dan pola penataan tanaman serta pengaruh budaya
masyarakat seperti budaya dan adat istiadat setempat. Setelah data yang terkumpul
dianalsis, akan disimpulkan tata hijau yang diterapkan pada kawasan sehingga
dapat disusun rekomendasi tata hijau yang pada lanskap permukiman tradisional
Gampong Lubuk Sukon berbasis budaya. Kerangka pikir penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.
3
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Permukiman Tradisional
Lanskap merupakan suatu bentangan alam dengan karakteristik tertentu
yang dapat dinikmati oleh indra manusia. Semakin jelas harmoni dan kesatuan
anatara seluruh elemen lanskap, maka semakin kuat karakter lanskap tersebut
(Simond 2006). Karakter yang kuat tersebut melahirkan bentuk-bentuk spesifik
dalam sebuah tatanan lanskap yang menghasilkan suatu lanskap budaya. Setiap
bentangan lanskap memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga menghasilkan
budaya atau kebiasaan yang berbeda-beda pula.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman mendefinisikan permukiman sebagai
bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Peri kehidupan di desa-desa
asli berfungsi lengkap sebagai satu unit permukiman juga telah ditata dengan
sarana fungsional dalam skala yang sederhana.
Di dalam lanskap, manusia memiliki peranan penting dalam menentukan
kekhasan karakter dari sebuah lanskap yang memiliki nilai keberlanjutan.
Keberlanjutan ini didapatkan melalui identifikasi karakter dan pola sosial dari
sikap dan perilaku manusia di dalamnya. Sikap dan perilaku manusia dalam
lanskap tertentu tercermin dari pendekatan budaya setempat melalui
penggambaran simbol-simbol penting yang menjadi ciri dan karakter yang khas
suatu daerah tertentu (identity atau special character) (Benson dan Roe 2000).
Permukiman tradisional adalah suatu permukiman yang bentukannya dipengaruhi
oleh pengetahuan, kebiasaan, adat istiadat dari masa lalu yang diturunkan secara
turun menurun.
4
Struktur Kepemerintahan dalam Permukiman
Menurut Ismail (2008) dalam Qanun Meukuta Alam struktur kerajaan
Aceh dalam konteks sistem pemerintahan berakar pada susunan gamponggampong dan mukim (federasi gampong-gampong), nanggroe (kecamatan), sagoe
(federasi beberapa nanggroe) dan langsung ke kerajaan/ negara. Dalam Qanun alAsyi dijelaskan bahwa gampong yang disebut juga dengan meunasah, dipimpin
oleh seorang Keuchik dan seorang Imeum Rawatib dengan dibantu oleh sebuah
staf yang bernama Tuha Peut. Mukim yaitu federasi dari beberapa gampong,
paling sedikit delapan gampong. Mukim dipimpin oleh Imuem Mukim dan
seorang Kadhi Mukim serta dibantu oleh beberapa orang wakil. Dalam tiap-tiap
mukim didirikan sebuah mesjid untuk melaksanakan shalat jum’at.
Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Aceh yang
terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu
dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah camat yang
dipimpin oleh Imuem Mukim (Qanun No. 4 Tahun 2003).
Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi
pemerintahan terendah di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu
dipimpin oleh keuchik yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya
sendiri. Keuchik adalah Kepala Badan Eksekutif Gampong dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Gampong (Qanun No.5 Tahun 2003).
Tata Hijau
Tanaman merupakan material lanskap yang hidup dan berkembang dari
waktu ke waktu. Tanaman memiliki peranan penting dalam penyusun lanskap.
Menurut Robinson (2006), tata hijau adalah sebuah ekspresi dari fungsi dan
kebutuhan penggunanya akan lahan. Karakter dan tujuan dari tata hijau
bermacam-macam tergantung dengan kebutuhan manusia.
Tata hijau merupakan salah satu kegiatan dalam penataan tanaman sebagai
penyusun lanskap sesuai fungsi dari tanaman tersebut. Menurut Hakim (2012),
dalam penataan dan perancangan tanaman terdapat 4 hal penting mengenai
tanaman yang harus di pahami yaitu:
1. habistus tanaman, tanaman yang dilihat dari segi botanis/morfologis sesuai
dengan ekologis dan efek visual yang ditimbulkan.
2. karakter tanaman, karakteristik fisik tanaman yang dapat dilihat dari bentuk
batang dan percabangan, bentuk tajuk, massa daun, warna, tekstur, aksentuasi,
dan skala ketinggian.
3. fungsi tanaman peletakan tanaman dalam lanskap memiliki fungsi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4. peletakan tanaman, dalam peletakan tanaman harus disesuaikan dengan
tujuan perancangan.
Pola Penataan Tanaman
Pola merupakan bentukan yang tersusun dari elemen pembentuknya baik
elemen material lunak (soft material) maupun elemen material keras (hard
5
material). Pola dan struktur elemen pekarangan baik tanaman maupun elemen
non-tanaman dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan dan budaya
masyarakat (Arifin et al 2010). Menurut Sulistyantara (2008), hubungan antara
bangunan dan taman rumah dapat diselesaikan dengan empat macam pola sebagai
berikut:
1. pola struktur geometrik, elemen taman keras buatan lebih mendominasi
suasana. Sementara susunan elemen taman, baik keras maupun lunak, dibuat
dengan pola-pola garis geometrik.
2. pola natural geometrik, elemen taman alami lebih mendominasi. Sementara
pola yang dtetapkan baik elemen keras ataupun elemen lunak adalah geometris.
3. pola struktur alami/natural, elemen taman alami mendominasi. Pembuatannya
dilakukan dengan penerapan pola garis alami, tetapi masih terasa adanya
tatanan yang disengaja (diatur).
4. pola alami/natural, elemen taman alami mendominasi suasana dan dalam
susunannya tidak terlihat adanya kesenjangan pengaturan oleh manusia. Secara
keseluruhan, kesan yang muncul benar-benar alami.
Gambar 2 Pola yang terbentuk karena hubungan bangunan dan taman
(Sumber: Sulistyantara 2008)
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
Tanaman memiliki peranan penting yang berpengaruh pada kehidupan
manusia baik secara langsung mupun tidak langsung. Fungsi lingkungan dapat
dikatakan juga sebagai fungsi ekologis. Tabel 1 menunjukan fungsi tanaman
6
dalam lanskap menurut Benson dan Roe (2000), Robinson (2006), dan Cervelii
(2005).
Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap
No
1.
Fungsi Tanaman
Perbaikan Iklim
2.
Rekayasa
Lingkungan
Penyerap polusi udara[1][3]
Pengontrol kebisingan [1][3]
Penyerap polusi logam berat [1][3]
Menyaring partikel berat [1][3]
Pengontrol pergerakan [2][3]
Pengontrol erosi tanah [1][3]
Pengontrol pembuangan air dan penyaringan
air [3]
8. Pengunaan produktif [1]
9. Keseimbangan energi [1
3.
Bidang Arsitektur
1. Pemersatu area[1][3]
2. Penghalang pemandangan buruk [3]
3. Pemisah ruang[1][3]
4.
Pembatas ruang terbuka [3]
5. Pembentuk ruang pribadi [3]
6. Sebagai alas ruangan [3]
7. Memberikan tema pada suatu lanskap [3]
8. Memperlunak garis arsitektur[2] [3]
9. Penanda lokasi [3]
10. Simbol kepercayaan dan sejarah [3]
4.
Fungsi Estetik
1. Menampilkan keindahan bentuk, warna, dan
tekstur [2][3]
2. Pembingkai pemandangan [1][3]
3. Pelengkap elemen bangunan [1][3]
4. Pemersatu dengan elemen lainnya [2][3]
5. Pemberi aksen [1][2]
6. Memecah kemonotonan [3]
5.
Habitat Satwa Liar
1. Habitat satwa [1][2]
2. Sumber makanan satwa [1][2]
1.
2.
3.
4.
5.
Spesifikasi
Modifikasi suhu udara [1][3]
Penghalang pergerakan udara[1]
Penghalang pergerakan angin[1][3]
Mengurangi silau akibat sinar matahari[3]
Pengontrol presipitasi dan kelembaban [1]
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sumber : [1] Benson dan Roe (2000), [2] Robinson (2006), [3] Chervelli (2005)
Menurut Arifin et al (2009) fungsi tanaman dalam lanskap permukiman
terbagi atas tiga fungsi.
7
1. fungsi produksi (tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, bumbu, obat-obatan,
bahan baku industri)
2. fungsi estetika (tanaman hias bunga, hias daun, hias batang, hias aar, hias
buah, hias beraroma)
3. fungsi lingkungan (tanaman peneduh, pembatas, pengarah, penyaring debu,
penyerab polutan, pencegah longsordan erosi, penyimpan air).
Kebudayaan, Adat Istiadat
Kebudayaan dapat dinilai sebagai pencerminan jiwa masyarakat sehingga
membentuk karakter yang khas dan mencerminkan identitas yang berbeda dengan
kelompok masyarakat lainnya. Masyarakat membangun kebiasaan-kebiasaan
tertentu yang diwujudkan melalui penerapan nilai, norma, peraturan, ketentuan,
atau perundang-undangan sebagai pedoman hidup, memiliki kesatuan identitas
dan jati diri yang kuat sehingga meganggap berbeda dengan kelompok lainnya
(Hariyono, 2007).
Menurut Lois J. Luzbetak 1970 dalam Yusuf (2008) karakteristik umum
kebudayaan sebagai berikut:
1. Kebudayaan adalah suatu cara hidup
2. Kebudayaan adalah stotal dari rencana atau rancangan hidup
3. Kebudayaan secara fungsional diorganisasikan dalam suatu sitem
4. Kebudayaan itu diperoleh melalui proses belajar
5. Kebuadayaan adalah cara hidup dari suatu kelomok sosial, bukan individual.
Menurut Yusuf (2008) perubahan nilai budaya disebabkan oleh beberapa
faktot antara lain:
1. Perubahan lingkungan alam
2. Adanya kontak dengan kelompok lain
3. Adanya penemuan (discovery) dan penciptaan baru (invention)
4. Mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang dikembangkan oleh
bangsa lain di tempat lain
5. Modifikasi cara hidup dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau
kepercayaan baru.
Istilah kata adat berasal dari bahasa Arab, yaitu al-adah yang artinya
adalah kebiasaan, yang lama-lama menjadi kebutuhan, akhirnya menjadi aturan,
persyaratan dan ketentuan. Adat Aceh sebenarnya sangat tinggi nilainya, karena
adat tersebut pada masa pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam sebagai dasar /
pedoman bagi pemerintahan untuk dijadikannya landasan tegaknya pemerintahan
serta pelaksanaannya. Adat di Aceh dibagi atas beberapa bagian (kelompok) yaitu
Adat Tullah, Adat Mahkamah dan Adat Tunnah (Umar 2006).
Menurut Daud (2014) Adat Istiadat Aceh lebih dikenal dengan sebutan
reusam yaitu norma yang dituruti secara turun-menurun dan mengalami
perubahan serta sifatnya tidak tertulis, sementara pengertian adat adalah
ketentuan-ketentuan dari pemerintah atau penguasa (poteumeurehom) yang
mengatur berbagai peraturan seperti tentang kejahatan dan pelanggaran, tentang
pajak, protokolan, pegawai kerajaan dan sebagainya, dan sifatnya tertulis seperti
yang diatur dalam “Adat Aceh” yang merupakan undang-undang dasar Kerajaan
Aceh.
8
Rumoh Aceh dan Pekarangan
Ciri-ciri dasar sebuah rumoh aceh adalah rumah terdiri dari 3 ruang (rueng),
dengan tiang penyangga berjumlah 16 buah dan ada yang 24 buah. Bagian
belakang disebut seuramoe likot (serambi belakang) yang berfungsi sebagai dapur.
Pada bagian tengah disebuh seuramoe teungoh (serambi tengah) atau juree,
lazimnya ditinggikan dari seramoe likot dan seuramoe reunyeun (serambi depan).
Gang yang menghubungkan seramoe likot dan seramoe reunyeun disebut rambat.
Dikaki tangga rumah “reunyeun” ditempatkan sebuah guci dan disebelahnya
terdapat tonggak dari kayu yang dipancangkan di tanah untuk menggantungkan
gayung “teunelat tima” dan batu yang diletakan di sekitarnya menuju tangga
rumah. Guci ini berfungsi sebagai tempat air untuk membasuh kaki jika akan naik
ke rumah (Daud, 2014).
Rumoh Aceh mudah untuk dibongkar pasang dan dipindahkan ke tempat
lain dan sejumlah besar Rumoh Aceh dipindahkan letaknya ke tempat lain dengan
berbagai alasan. Pemindahan ini biasanya dilakukan secara meurasa atau gotong
royong oleh warga gampong.
Pekarangan adalah lahan yang berada di sekitar rumah dengan batas
kepemilikan yang jelas, tempat tumbuh berbagai jenis tanaman dan merupakan
tipe taman Indonesia yang berfungsi, antara lain, sebagai tempat bermain anakanak, kegiatan pascapanen, dan ruang terbuka yang sering dimanfaatkan untuk
kegiatan sosial dan acara keluarga (Arifin et al. 2010).
Menurut fungsinya secara umum pekarangan adalah tempat habitat berbagai
jenis satwa, sebagai sumber pangan sandang dan papan, sumber plasma nutfah,
pengendali iklim untuk kenyamanan, penyerab karbon, daerah resapan air,
konservai tanah, dan sebagai sumber tambahan pendapatan keluarga (Arifit et al.
2010). Selain itu, pekarangan juga dapat digunakan sebagai tempat bersantai
selain di dalam rumah seperti duduk-duduk menikmati udara segar dan sebagai
tempat ruang terbuka hijau bagi lingkungan sekitarnya. Menurut Kementrian
Pertanian (2014), menyebutkan bahwa tanaman pekarangan adalah tanaman yang
menghasilkan umbi, buah, sayuran, bahan obat nabati, florikultura, termasuk di
dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai buah, sayuran,
bahan obat nabati, dan bahan estetika.
Keanekaragaman tanaman di pekarangan dapat dibedakan menjadi
keragaman vertikal dan horizontal. Keragaman vertikal diklasifikasikan
berdasarkan tinggi tanaman, sedangkan keragaman horizontal diklasifikasikan
berdasarkan jenis pemanfaatan tanaman, yaitu tanaman hias, tanaman buah,
tanaman sayuran, tanaman obat, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati,
tanaman industri, tanaman peneduh, serta tanaman-tanaman penghasil pakan,
kayu bakar, dan bahan kerajinan tangan (Arifin et al 2010).
Pekarangan yang terdapat pada Rumoh Aceh umumnya ditumbuhi dengan
pohon-pohonan, dan buah-buahan, dapat dikatakan menjadi sebuah kebun atau
lampoih. Pekarangan ditanami tebu, pinang, kelapa, dan tanaman lainnya.
Pekarangan dilingkari oleh sebuah pageu (pagar), pagar dibuat dari pohon kudakuda (geurundong) yang ditanam dengan jarak yang sama, antar batang itu diikat
trieng (bambu) secara horizontal. Biasanya tiga atau lima bamboo digunakan di
sepanjang bagan pagar (Daud 2014).
9
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai kajian tata hijau lanskap permukiman tradisional ini
dilakukan di permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Kecamatan Ingin
Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini
dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan akhir berupa skripsi
berlangsung selama 8 bulan, yaitu: Februari hingga September 2015.
Gambar 3 Lokasi penelitian
Sumber : Google Earth
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, tata hijau pada permukiman tradisional Gampong
Lubuk Sukon diamati dari sisi sebagai berikut:
1. pola permukiman dan karakteristik rumah tinggal dan budaya/ adat istiadat
masyarakat;
2. diversitas tanaman yang mencakup: kelimpahan, dominansi, frekuensi, dan
keragaman tanaman;
3. fungsi tanaman yang mencakup: penggunaan tanaman dalam budaya/ adat
istiadat dan estetika;
4. tata letak penanaman yang dilihat melalui pola peletakan tanaman.
Batasan Penelitian
Penelitian terbatas pada tata hijau kawasan permukiman tradisional
Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar. Hasil akhir dari penelitian ini adalah laporan
deskriptif serta rekomendasi tata hijau Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar
berbasis budaya dalam bentuk landscape plan. Area lokasi studi yang diamati
meliputi pekarangan rumah, gerbang utama, jalan utama, jalan lingkungan, jalan
setapak, fasilitas umum Gampong, serta kawasan pertanian, peternakan dan
konservasi.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan beberapa alat dan bahan di antaranya, kertas
gambar, peta lokasi, kamera digital, alat tulis, kalkulator, meteran, serta perangkat
10
lunak Autocad 2014, Adobe Photoshop CC 2014, Microsoft Word 2011, dan
Microsoft Exel 2011.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Tahapan penelitian tersebut meliputi pengumpulan dan identifikasi
data, analisis, dan sintesis. Berikut ini merupakan tahapan penelitian yang
dilakukan.
Persiapan
Tahap
persiapan
meliputi
penyususnan
proposal
penelitian,
mengumpulkan informasi berkaitan dengan lokasi penelitian, dan pengurusan izin
kepada instansi-instansi terkait.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan
langsung di lapangan dan wawancara sedangkan pengumpulan data sekunder
diperoleh dari sumber – sumber yang berhubungan dengan lokasi penelitian yaitu
pengelola Gampong Lubuk Sukon setempat, pemerintah, dan studi pustaka.
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk cara pengumpulan dan sumber data
No
Jenis
Parameter Data
Data
Data Fisik-Biofisik
1. Letak
Luas wilayah dan
geografis batas wilayah
Bentuk
Data
Cara
Pengumpulan
Sekunder Studi literatur
2.
Tanah,
dan
topografi
Jenis/klasifikasi
tanah dan
topografi
Primer
dan
sekunder
Studi
literature dan
observasi
lapang
3.
Iklim
Suhu udara,
curah hujan dan
kelembaban
Sekunder Studi literatur
4.
Rumah
tinggal
Karakteristik
rumah tinggal
Primer
dan
sekunder
Studi literatur,
survei lapang,
dan
wawancara
Sumber
Data
Pengelola
Gampong
dan dinasdinas
terkait
Pengelola
Gampong,
dan dinasdinas
terkait
BMKG
Pengelola
Gampong
dan
Masyarakat
11
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data (lanjutan)
No
JeniJenis Data
1.
Data Sosial
Sosial
ekonomi
2.
Budaya
Parameter Data
Bentuk
Data
Cara
Sumber
Pengumpulan Data
Aktivitas
Fasilitas
Primer
dan
sekunder
Adat istiadat
Budaya
Primer
dan
sekunder
Studi
literature dan
observasi
lapang
Studi literatur,
observasi
lapang, dan
wawancara.
Pengelola
Gampong.
Pengelola
Gampong,
Majelis
Adat Aceh,
dan
Masyarakat
a. Studi Literatur
Cara ini dilakukan untuk menelusuri sumber-sumber tertulis yang
berkaitan dengan karakteristik rumah tradisional Aceh, tata hijau lanskap
permukiman Aceh, dan penggunaan tanaman dalam tradisi adat istiadat/budaya
masyarakat Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar. Sumber-sumber tertulis tersebut
dapat berupa arsip penting dan literatur pustaka. Arsip penting dan buku-buku
diperoleh dari perpustakaan daerah, Majelis Adat Aceh, serta koleksi pribadi
tokoh-tokoh adat/budaya.
b. Survei Lapang
Cara ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pola permukiman
tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar, karakteristik rumah tinggal
masyarakat Gampong Lubuk Sukon, karakteristik tata hijau serta elemen yang
terdapat di dalamnya, dan penggunaan tanaman dalam tradisi adat istiadat/budaya
masyarakat permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar.
Pengambilan data primer untuk karakteristik rumah dan tata hijau pada
pekarangan dilakukan dengan teknik sampling sebanyak 30 rumah pada bagian
tumpok yang terdapat pada bagian tengah gampong, hal ini disebabkan oleh
bagian tumpok merupakan bagian dari permukiman awal tempat rumah tinggal
dengan penataan berdasarkan hubungan kekerabatan. Pengumpulan data tanaman
pada pekarangan dilakukan dengan teknik plot seluruh luasan pekarangan dari 30
sampel pekarangan. Pada fasilitas umum pengumpulan data tanaman juga
menggunakan teknik plot seluruh luasan halaman dari tiap-tiap fasilitas.
Pengumpulan data tanaman pada jalur hijau jalan mengunakan plot pengamatan
10 m x 10 m pada area-area yang ditanami oleh tanaman. Pada kawasan pertanian
pengamatan plot sampling tanaman yang diamati hanya pada area lahan di sekitar
permukiman (lahan di sekitar yang digunakan untuk berkebun). Pengumpulan
data tanaman dilakukan dengan menggunakan plot pengamatan berukuran 20 m x
20 m.
12
c. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik interview guide.
Interview guide dilakukan untuk memperoleh jawaban yang mendalam.
Rangkaian pertanyaan yang tersusun dalam interview guide tidak dilengkapi
dengan option/jawaban yang sudah ditentukan terlebih dahulu, tetapi jawaban
yang dikehendaki justru seluas, serinci, dan selengkap mungkin (Suyanto, 2006).
Cara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mendalam atau pandangan
mengenai kaitan adat istiadat/ budaya masyarakat gampong dengan tata hijau
lanskap permukiman serta pemanfaatan tanaman dalam tradisi adat istidat/ budaya
masyarakat Gampong Lubuk Sukon. Informasi ini diperoleh melalui narasumber
meliputi masyarakat, tokoh masyarakat dan pengurus Majelis Adat Aceh.
Masyarakat yang menjadi narasumber adalah masyarakat asli Gampong Lubuk
Sukon yang memahami budaya/ adat istiadat Gampong dengan penataan tata hijau,
umumya narasumber telah berumur lebih dari 60 tahun. Wawancara dilakukan
secara langsung dan mendalam dengan narasumber.
Tabel 3 Daftar nama narasumber
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama
Darsam
Bahtiar
Hasiah
Cahaya
Nurmala
Fatimah
Cut Rahmi Anastesia
Syamsuddin Daud
Abdurrahman Kaoy
Bidang Pekerjaan
Tokoh Masyarakat
Tokoh Masyarakat
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
Ketua Majelis Adat Aceh
Wakil Ketua Majelis Adat Aceh
Pertanyaan yang diajukan pada narasumber meliputi:
a. deskripsi tentang pola permukiman tradisional Aceh secara umum, unsurunsur pembentuk permukiman dan posisinya dalam permukiman;
b. deskripsi tentang tata hijau permukiman tradisional Aceh secara umum,
unsur-unsur pembentuk permukiman dan posisinya dalam permukiman;
c. tanaman yang ditanam pada pekarangan (yang harus ada, biasanya ada, dan
sering ditanam), tujuan dan pola penanamannya;
d. tanaman yang ditanam pada fasilitas umum seperti pemakaman umum,
meunasah dan lainnya serta kawasan pertanian, peternakan dan konservasi,
tujuan dan pola penanamannya;
e. kondisi tata hijau Gampong Lubuk Sukon saat ini (elemen yang masih ada
dan elemen yang sudah hilang;
f. pemanfaatan tanaman dalam tradisi adat/ budaya Gampong Lubuk Sukon,
Aceh Besar, serta sumber perolehan tanaman yang digunakan (dulu dan saat
ini).
Analisis
Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian. Data yang di dapat melalui proses studi literatur, survei lapang dan
13
wawancara diindentifikasi secara deskriptif dan spasial. Adapun jenis data yang
dianalisis meliputi pola pemukiman, karakteristik rumah tinggal, elemen
pekarangan rumah, diversitas tanaman, fungsi/ penggunaan tanaman dalam
budaya, tata letak penanaman dan kualitas visual tata hijau permukiman. Pola
pemukiman, zonasi ruang rumah tinggal dan elemen pekarangan rumah tinggal
dianalisis secara deskriptif dan spasial melalui tahapan studi litetarur, survei
lapang dan wawancara.
Diversitas vegetasi diperoleh menggunakan beberapa parameter menurut
Indriyanto (2006), sebagai berikut.
a. Kelimpahan Vegetasi
Kelimpahan vegetasi merupakan jumlah individu per unit luas atau per unit
volume. Kelimpahan dapat diartikan sebagai jumlah individu organisme per
satuan ruang. Kelimpahan dapat dihitung dengan rumus berikut:
�������ℎ�� =
�����ℎ �������� ����� �������
���� ������ℎ �����
�������ℎ�� ������� =
�������ℎ�� ������� � 100%
�������ℎ�� ����� �������
b. Dominansi vegetasi
Dominansi merupakan proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies
tumbuhan dengan luas total habitat. Dominansi vegetasi dihitung dengan
rumus berikut:
��������� =
���� �������� ������ ������� �
���� ������ ����� ����� �������
��������� ������� =
���� �������� ������ ������� � � 100%
���� ����� ������ ����� ����� �������
c. Frekuensi vegetasi
Frekuensi vegetasi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah
sampel yang berisi suatu species tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi dapat dihitung dengan rumus berikut:
��������� =
�����ℎ ����� ������ ����� �������
�����ℎ ������ℎ �����
��������� ������� =
��������� ������� � 100%
��������� ����� �������
d. Keragaman
Perhitungan keragaman tanaman dilakukan untuk mengetahui jenis – jenis
vegetasi dan sebaran vegetasi diarea studi Perhitungan dilakukan dengan
mengikuti metode Shannon- Wiener berikut:
14
�� ln �� ������ �� = �� � �����
Dengan Pi
= Jumlah individu suatu spesies dibagi jumlah total seluruh
spesies;
Ni
= Jumlah individu spesies i;
N total = Jumlah total individu;
H
= Indek keragaman Shannon- Wiener.
� = −
Nilai perhitungan indeks keragaman (H) tersebut menunjukkan bahwa jika:
H