Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs Summarecon Serpong
TREND TATA HIJAU PADA LANSKAP PERMUKIMAN
THE SPRINGS SUMMARECON SERPONG
REMIYA SAMANTHA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Trend Tata Hijau Pada
Lanskap Permukiman The Springs Summarecon Serpong” adalah benar karya
saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Remiya Samantha
NIM A44110019
ii
ABSTRAK
REMIYA SAMANTHA. Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The
Springs Summarecon Serpong. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.
Kebutuhan manusia akan permukiman semakin bertambah. Oleh karena
itu, muncul permukiman–permukiman baru salah satunya The Springs
Summarecon Serpong. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
keragaman elemen tanaman dan menganalisis trend tata hijau yang digunakan
pada lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong. Tujuan penelitian
ini juga untuk menyusun rekomendasi tata hijau dalam bentuk landscape plan.
Pengambilan data vegetasi dilakukan pada beberapa area lokasi studi yaitu:
gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan,
dan halaman rumah. Parameter vegetasi yang diamati meliputi kelimpahan,
dominansi, frekuensi, indeks keragaman Shannon dan tata letak tanaman. Selain
itu, aspek fungsi dan estetika vegetasi dianalisis dengan membandingkan kondisi
yang ada di lapangan dengan kriteria ideal yang didapatkan dari studi pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumput manila (Zoysia matrella)
merupakan spesies yang memiliki nilai kelimpahan, dominansi, dan frekuensi
tertinggi pada sebagian besar area lokasi studi. Indeks keragaman keseluruhan
area lokasi termasuk sedang sebesar 1,4. Keragaman tertinggi terdapat pada area
taman lingkungan sebesar 1,86. Hasil penilaian menurut fungsi dan estetika
tergolong baik pada keseluruhan area lokasi studi. Trend tata hijau pada lanskap
permukiman ini menunjukkan penggunaan gaya taman terbuka dan digunakan
banyak rumput. Penataan tanaman menggunakan pola-pola organik untuk
meningkatkan kesan alami pada sebagian besar area lokasi studi.
Kata kunci: aspek fungsi dan estetika, indeks keragaman Shannon, indeks nilai
penting, lanskap permukiman, trend tata hijau
ABSTRACT
REMIYA SAMANTHA. Trend of Planting Plan in Residential Landscape of The
Springs Summarecon Serpong. Supervised by NIZAR NASRULLAH.
The human needs about residential is increasing. Hence there are many
new residential appear, one of which is The Springs Summarecon Serpong. The
main purpose of this research was to indetify the vegetation diversity and analyze
the trend of planting plan that used in the residential landscape of The Springs
Summarecon Serpong. The research was also aimed to draw up recommendation
of planting design. Vegetation data is collected from some of the areas of study,
which is: main gate, main roads, cluster gate, neighborhood roads, neighborhood
park, and home garden . The parameters of vegetation that analyzed like density,
dominance, frequency, Shanon diversity index and arrangements of plants. In
addition, the aspect of function and aesthetic of vegetation analyzed by comparing
the conditions in the field with the criteria of ideal that was obtained from the
study of literature. These results indicate that Zoysia matrella is a species that has
a highest value of density, dominance, and frequency in area of study locations.
Overall diversity index in area of study locations including moderate at 1.4. The
highest diversity found in the neighborhood park area that is equal to 1.86. The
value of the function and aesthetic aspects on the whole area of study sites
included in good category. Planting arrangement in this residential landscape
using the open park style and much use of grass. The arrangement of plants using
organic patterns to increase natural impression in most areas of study locations.
Keywords: important value index, function and aesthetic aspec, residential
landscape, Shannon diversity index, trend of planting plan.
iv
TREND TATA HIJAU PADA LANSKAP PERMUKIMAN
THE SPRINGS SUMMARECON SERPONG
REMIYA SAMANTHA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
vi
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Judul Skripsi : Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs
Summarecon Serpong
Nama
: Remiya Samantha
NIM
: A44110019
Disetujui oleh
Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr.
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistiyantara, M. Agr.
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
ini berjudul Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs
Summarecon Serpong. Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan dari Januari
2015 hingga Mei 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Kedua orangtua saya yang sudah mendukung saya selama menjalani
pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
2. Bapak Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS. selaku
dosen penguji pada ujian skripsi saya.
4. Pengelola permukiman The Springs Summarecon Serpong yaitu: Bapak Ir.
Drisman Rezykal , Bang Andre, Bang Sam, Kak Nunu, dan Bang Sultan yang
sudah banyak sekali membantu saya dalam pengambilan data.
5. Depin Klendy yang sudah sangat mendukung dan membantu saya dalam
menjalani penelitian ini.
6. Para sahabat: Resa Martha, Fadhilah Chandra Pragia, Putri Ajrina, Elisa
Noviyani, Safia, Saraswati Sisriany, Naftalie Luchsinger, Aliifah Ghassanii,
Menisa Putri Savira, Dwi Septarini, Mesa Shelviani, Diana Hartatin, dan
Safira Zakiah yang selalu ada dalam suka maupun duka.
7. Rekan-rekan satu bimbingan: Rahadian Agung, Bagus Prasetyo, Amalia
Permatasari, dan Sri Rengganis atas dukungan dan semangatnya.
8. Rekan-rekan satu asisten praktikum Mata Kuliah Rekayasa Tapak: Gigih,
Rizky, dan Agung.
9. Teman–teman Arsitektur Lanskap 48 yang selalu ada dalam suka maupun
duka selama perkuliahan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Agustus 2015
Remiya Samantha
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
Kerangka Pikir
TINJAUAN PUSTAKA
Trend Tata Hijau
Tata Hijau
Lanskap Permukiman
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
Kriteria Fungsi Tanaman
Estetika Tanaman Dalam Lanskap
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Rancangan Penelitian
Bahan dan Alat
Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data dan identifikasi tapak
Analisis data
Sintesis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Kelimpahan Vegetasi
Dominansi Vegetasi
Frekuensi Vegetasi
Keragaman Vegetasi
Penilaian Aspek Fungsi
Penilaian Aspek Estetika
Tata Letak Penanaman
Trend Tata Hijau
REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vi
vi
1
1
1
2
2
3
3
3
4
5
5
7
8
8
8
9
9
9
9
10
15
15
15
20
20
28
33
35
40
49
56
58
61
66
66
67
69
84
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data
Tabel 3 Matriks aspek penilaian fungsi tanaman dengan area lokasi studi
Tabel 4 Kriteria penilaian aspek fungsi tanaman jalan
Tabel 5 Kriteria penilaian aspek fungsi tanaman pada taman publik
Tabel 6 Kriteria dan penilaian aspek estetika tanaman
Tabel 7 Jenis tanaman pada area lokasi studi
Tabel 8 Jumlah individu dan spesies tanaman pada area lokasi studi
Tabel 9 Nilai kelimpahan spesies pada area gerbang utama dan jalan utama
Tabel 10 Nilai kelimpahan spesies pada area gerbang cluster
Tabel 11 Nilai kelimpahan spesies pada area jalan lingkungan
Tabel 12 Nilai kelimpahan spesies pada area taman lingkungan
Tabel 13 Nilai kelimpahan spesies pada area halaman rumah
Tabel 14 Nilai dominansi spesies pada area gerbang utama dan jalan utama
Tabel 15 Nilai dominansi spesies pada gerbang cluster
Tabel 16 Nilai dominansi spesies pada jalan lingkungan
Tabel 17 Nilai dominansi spesies pada taman lingkungan
Tabel 18 Nilai dominansi spesies pada halaman rumah
Tabel 19 Nilai frekuensi spesies pada area gerbang utama dan jalan utama
Tabel 20 Nilai frekuensi spesies pada area gerbang cluster
Tabel 21 Nilai frekuensi spesies pada area jalan lingkungan
Tabel 22 Nilai frekuensi spesies pada area taman lingkungan
Tabel 23 Nilai frekuensi spesies pada area halaman rumah
Tabel 24 Indeks keragaman vegetasi pada area lokasi studi
Tabel 25 Nilai aspek fungsi pada area jalan utama
Tabel 26 Nilai aspek fungsi pada area jalan lingkungan
Tabel 27 Nilai aspek fungsi pada area taman lingkungan
Tabel 28 Nilai aspek fungsi pada area halaman rumah
Tabel 29 Nilai aspek estetika pada area gerbang utama dan jalan utama
Tabel 30 Nilai aspek estetika pada area gerbang cluster
Tabel 31 Nilai aspek estetika pada area jalan lingkungan
Tabel 32 Nilai aspek estetika pada area taman lingkungan
Tabel 33 Nilai aspek estetika pada area halaman rumah
Tabel 34 Tipe tata letak penanaman pada jalan utama
Tabel 35 Tata letak penanaman pada jalan utama
Tabel 36 Tata letak penanaman pada area jalan lingkungan
Tabel 37 Tata letak penanaman pada area jalan lingkungan
Tabel 38 Tata letak penanaman pada area taman lingkungan
Tabel 39 Tipe penataan tanaman pada area halaman rumah
Tabel 40 Tata letak penanaman pada area halaman rumah
5
9
12
13
13
14
18
20
21
21
22
22
23
24
25
26
27
27
29
30
31
32
33
34
36
37
38
39
41
42
44
45
47
50
51
53
53
55
55
56
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Gambar 2 Pola yang terbentuk karena hubungan rumah dan taman
Gambar 3 Peta lokasi penelitian (Sumber : Google Maps)
2
4
8
vii
Gambar 4 Ukuran plot untuk pengambilan data vegetasi
Gambar 5 Palem kenari yang ditanam sebagai pengarah
Gambar 6 Pohon dengan Fungsi Peneduh
Gambar 7 Tanaman pada Gerbang Utama
Gambar 8 Pemilihan tanaman dengan tekstur yang menarik
Gambar 9 Penataan tanaman pada gerbang Cluster Grisea
Gambar 10 Penataan tanaman pada gerbang Cluster Canary
Gambar 11 Penataan tanaman pada gerbang Cluster Starling
Gambar 12 Penataan tanaman jalan lingkungan pada Cluster Grisea
Gambar 13 Penataan tanaman pada jalan lingkungan Cluster Canary
Gambar 14 Penataan tanaman pada jalan lingkungan Cluster Starling
Gambar 15 Penataan tanaman taman lingkungan pada Cluster Grisea
Gambar 16 a) Bromelia sebagai tanaman focal point
Gambar 17 Penataan tanaman taman lingkungan Cluster Starling
Gambar 18 Penataan tanaman halaman rumah pada Cluster Grisea
Gambar 19 Penataan tanaman halaman rumah pada Cluster Canary
Gambar 20 Penataan tanaman halaman rumah pada Cluster Starling
Gambar 21 Pola penanaman vegetasi pada gerbang utama
Gambar 22 Pembagian segmen pada jalan utama (Tanpa skala)
Gambar 23 Eksisting tata hijau area gerbang utama
Gambar 24 Rekomendasi tata hijau area gerbang utama
Gambar 25 Eksisting tata hijau area jalan utama segmen 2
Gambar 26 Rekomendasi tata hijau area jalan utama segmen 2
Gambar 27 Eksisting tata hijau area jalan utama segmen 5
Gambar 28 Rekomendasi tata hijau area jalan utama segmen 5
10
36
39
40
41
42
43
43
44
45
45
46
46
47
48
48
49
50
50
60
61
62
64
63
65
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Curah hujan bulanan pada lokasi penelitian
Grafik 2 Suhu udara bulanan pada lokasi penelitian
Grafik 3 Kelembaban udara bulanan pada lokasi penelitian
16
16
17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Masterplan The Springs Summarecon Serpong
69
2. Indeks nilai penting kelimpahan, dominansi, dan frekuensi pada setiap area
lokasi studi
71
3. Penilaian aspek fungsi taman lingkungan
76
4. Penilaian aspek fungsi jalan lingkungan
77
5. Penilaian aspek fungsi halaman rumah
77
6. Penilaian aspek fungsi jalan utama
78
7. Kuisioner penelitian
79
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini, banyak permasalahan yang muncul di Indonesia salah satunya
pertambahan jumlah penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun
2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa. Hal ini
menyebabkan Indonesia menduduki peringkat ke–4 penduduk terbesar setelah
Amerika Serikat. Dalam dekade 1990-2000, laju pertambahan jumlah penduduk
Indonesia sebesar 1,49% per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 20202025 turun menjadi 1,34% dan 0,92% per tahun.
DKI Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia menjadi kota sentra
berbagai aktifitas. Aktifitas tersebut berlangsung di berbagai bidang antara lain :
politik, perdagangan, industri, ekonomi, sosial, budaya, dll. Jumlah penduduk DKI
Jakarta sebesar 9,6 juta jiwa yang hampir semuanya bertempat tinggal di daerah
perkotaan (Badan Pusat Statistik 2010). Padatnya jumlah penduduk di wilayah
perkotaan DKI Jakarta menyebabkan keberadaan area terbuka semakin menurun.
Hal ini berdampak pada perkembangan kota-kota baru (kota satelit) disekitar
wilayah DKI Jakarta. Perkembangan kota baru bertujuan untuk dapat mengatasi
permasalahan di kota besar. Adanya perkembangan kota baru juga berdampak
perkembangan permukiman-permukiman baru. Banyak pihak pengembang
berusaha membangun fasilitas permukiman yang nyaman, aman, dan bernilai
estetik secara visual.
Salah satu permukiman yang sedang dikembangkan disekitar wilayah DKI
Jakarta adalah lanskap permukiman The Spings Summarecon Serpong yang
berlokasi di Kabupaten Tangerang. Lanskap permukiman ini dibangun diatas lahan
sebesar 120 hektar. Untuk memenuhi kenyamanan penghuninya, lanskap
permukiman dikembangkan dengan konsep harmoni akan hidup sehat. Untuk
memenuhi fungsi kenyamanan tersebut, maka pihak pengembang berusaha
memberikan fasilitas pendukung salah satunya tata hijau yang menarik.
Tata hijau merupakan dasar dalam pembentukan ruang luar (Hakim 2012).
Tata hijau adalah suatu kegiatan terkait dengan penataan tanaman yang disesuaikan
dengan fungsi tanaman tersebut. Dalam tata hijau terdapat trend yang digunakan
dan berbeda–beda antara satu kawasan dengan kawasan lainnya. Trend tata hijau
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi lingkungan, preferensi,
faktor ekonomi pemilik properti, dan waktu serta lokasi diterapkannya tata hijau.
Lokasi lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong terletak di daerah
dataran rendah sehingga berpengaruh terhadap trend tata hijau yang digunakan baik
dari segi pemilihan dan penataan tanaman. Oleh karena itu, keunikan tata hijau dari
lanskap permukiman ini menarik untuk dikaji lebih mendalam.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. mengidentifikasi keragaman elemen tanaman yang terdapat pada lanskap
permukiman The Springs Summarecon Serpong,
2. menganalisis trend tata hijau yang digunakan pada lanskap permukiman
The Springs Summarecon Serpong, dan
2
3. menyusun rekomendasi tata hijau untuk lanskap permukiman The Springs
Summarecon Serpong.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. memberikan alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh pengembang
lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong agar dapat
digunakan sebagai langkah selanjutnya di kemudian hari, dan
2. memberikan rekomendasi tata hijau yang dapat diaplikasikan pada lanskap
permukiman The Springs Summarecon Serpong.
Kerangka Pikir
The Springs Summarecon Serpong adalah lanskap permukiman besar yang
berlokasi di Kabupaten Tangerang. Sebagai permukiman besar, pihak pengembang
menyediakan beberapa fasilitas pendukung permukiman salah satunya tata hijau.
Tata hijau diterapkan pada beberapa area seperti gerbang utama, jalan utama,
gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan halaman rumah. Terdapat
bermacam–macam vegetasi ditiap area dengan pemilihan dan penataan tanaman
yang berbeda. Oleh karena itu, trend dianalisis dalam tiga kelompok parameter
yaitu : diversitas vegetasi, fungsi vegetasi, dan tata letak penanaman. Setelah
dianalisis, akan disimpulkan trend tata hijau yang diterapkan pada kawasan,
kemudian memberikan rekomendasi tata hijau yang ideal dari sisi arsitektur lanskap.
Gambar 1 menampilkan diagram alur pikir dari penelitian ini.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
Trend Tata Hijau
Trend merupakan gaya yang digemari pada kurun waktu tertentu. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, trend memiliki pengertian sebagai bentuk yang
bermakna sebagai ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu. Trend
dianggap sebagai suatu pola bertahap perubahan kondisi, proses, output, dan
kecenderungan rata-rata atau umum dari serangkaian titik data untuk bergerak
dalam arah tertentu dari waktu ke waktu. Biasanya trend dipengaruhi oleh
perkembangan sesuatu yang diminati banyak orang dalam waktu yang hampir
bersamaan.
Trend dapat terjadi disegala bidang salah satunya tata hijau. Dalam tata
hijau, trend dapat dilihat dari elemen yang digunakan seperti jenis tanaman yang
digunakan, fungsi tanaman, dan pola penanaman yang digunakan. Trend tata hijau
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi lingkungan, preferensi, dan
faktor ekonomi pemilik properti, waktu dan lokasi diterapkannya tata hijau.
Tata Hijau
Tata hijau menjadi suatu dasar dalam pembentukan ruang luar. Tata hijau
merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan penataan tanaman yang disesuaikan
dengan fungsi tanaman tersebut. Menurut Robinson (2006), tata hijau adalah
sebuah ekspresi dari fungsi dan kebutuhan penggunanya akan lahan. Karakter dan
tujuan dari tata hijau bermacam–macam sesuai dengan kebutuhan manusia. Tata
hijau juga merupakan manajemen dari proses vegetasi alami dan tata hijau menjadi
sebuah pemenuhan rasa akan aspek estetika.
Tanaman merupakan elemen lembut dalam lanskap yang bersifat alami.
Tanaman memiliki peranan penting sebagai penyusun lanskap. Menurut Hakim
(2012), dalam penataan dan perancangan tanaman, mencakup empat hal sebagai
berikut.
1. Habitus tanaman, adalah tanaman yang dilihat dari segi botanis atau morfologis
sesuai dengan ekologis dan efek visual yang ditimbulkan.
2. Karakter tanaman, adalah karateristik fisik tanaman yang dapat dilihat dari
bentuk batang dan percabangannya, bentuk tajuk, massa daun, warna, tekstur,
aksentuasi, dan skala ketinggian.
3. Fungsi tanaman, peletakan tanaman dalam lanskap memiliki fungsi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4. Peletakan tanaman, dalam peletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan
dari perancangan.
Dalam taman rumah, dikenal adanya gaya formal dan gaya informal.
Rancangan taman formal dibuat dengan pola geometrik (garis-garis lurus) dan
sistematis. Sedangkan taman informal dibuat seperti keadaan alaminya.
Penempatan elemen–elemen taman disusun secara tidak beraturan. Dalam
pembuatan bangunan rumah, dibutuhkan perpaduan yang baik antara bangunan
rumah dengan taman-taman yang alami. Menurut Sulistyantara (2008) terdapat
hubungan antara bangunan dan taman rumah, sebagai berikut.
4
1. Pola struktur geometrik
Pada pola geometrik lebih didominasi oleh pola elemen keras buatan. Susunan
taman baik keras dan lunak juga dibuat dengan pola- pola geometrik
2. Pola natural geometrik
Pada pola natural geometrik lebih didominasi oleh elemen taman alami yang
berpola geometrik.
3. Pola struktur alami atau natural
Pada polastruktur alami atau natural didominasi oleh elemen taman alami
dengan penerapan pola garis alami dengan tatanan yang disengaja (diatur).
4. Pola alami atau natural
Pada pola alami atau natural lebih didominasi oleh suasana dan susunan yang
tidak terlihat adanya kesengajaan pengaturan oleh manusia dan kesan yang
muncul benar-benar alami.
Gambar 2 Pola yang terbentuk karena hubungan rumah dan taman
Lanskap Permukiman
Menurut UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan ataupun
pedesaan. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Tujuan utama pembangunan kawasan permukiman sebagai bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat. Permukiman harus dapat menyediakan kenyamanan dan dapat
mengakomodasi penghuninya. Selain itu, permukiman digunakan sebagai tolak
ukur dalam memberi arah pertumbuhan wilayah dan penduduk yang rasional.
Menurut Doxiadis dalam Budiharjo (1987), agar terciptanya pembangunan
permukiman yang sesuai dengan tujuan, terdapat lima faktor utama yang saling
berkaitan dan harus dijadikan pokok perhatian, sebagai berikut.
1. Alam, menyangkut tentang pola tata guna tanah, pemanfaatan dan pelestarian
sumber daya alam, daya dukung lingkungan serta taman, area rekreasi atau
olahraga.
5
2. Manusia, antara lain menyangkut tentang pemenuhan kebutuhan fisik atau
fisiologis, penciptaan rasa aman dan terlindung, rasa memiliki lingkungan serta
tata nilai dan estetika.
3. Masyarakat, menyangkut tentang partisipasi penduduk, aspek hukum, pola
kebudayaan, aspek sosial ekonomi, dan kependudukan.
4. Wadah atau sarana kegiatan, menyangkut tentang perumahan, pelayanan umum
dan fasilitas umum.
5. Jaringan prasarana, menyangkut utilitas, transportasi dan komunikasi.
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
Dalam penataan tata hijau tanaman menjadi elemen utama dalan lanskap.
Penanaman tanaman merupakan sebuah ekspresi dari berbagai fungsi dan
kebutuhan yang penting baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kehidupan manusia (Robinson 2006). Tabel 1 menjelaskan rincian fungsi tanaman
dalam lanskap menurut Benson dan Roe (2000), Robinson (2006), dan Chervelii
(2005).
Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap
No
1.
Fungsi Tanaman
Perbaikan Iklim
2.
Rekayasa Lingkungan
3.
Bidang Arsitektur
4.
Fungsi Estetik
5.
Habitat Satwa Liar
Spesifikasi
Modifikasi suhu udara [1][3]
Penghalang pergerakan udara[1]
Penghalang pergerakan angin[1][3]
Mengurangi silau akibat sinar matahari[3]
Pengontrol presipitasi dan kelembaban [1]
Penyerap polusi udara[1][3]
Pengontrol kebisingan [1][3]
Penyerap polusi logam berat [1][3]
Menyaring partikel berat [1][3]
Pengontrol pergerakan [2][3]
Pengontrol erosi tanah [1][3]
Pengontrol pembuangan air dan penyaringan air [3]
Pengunaan produktif [1]
Keseimbangan energi [1]
Pemersatu area[1][3]
Penghalang pemandangan buruk [3]
Pemisah ruang[1][3]
4.
Pembatas ruang terbuka [3]
5. Pembentuk ruang pribadi [3]
6. Sebagai alas ruangan [3]
7. Memberikan tema pada suatu lanskap [3]
8. Memperlunak garis arsitektur[2] [3]
9. Penanda lokasi [3]
10. Simbol kepercayaan dan sejarah [3]
1. Menampilkan keindahan bentuk, warna, dan tekstur [2][3]
2. Pembingkai pemandangan [1][3]
3. Pelengkap elemen bangunan [1][3]
4. Pemersatu dengan elemen lainnya [2][3]
5. Pemberi aksen [1][2]
6. Memecah kemonotonan [3]
1. Habitat satwa [1][2]
2. Sumber makanan satwa [1][2]
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
Sumber : 1. Benson dan Roe (2000), 2. Robinson (2006), Chervelii (2005)
Kriteria Fungsi Tanaman
Untuk memenuhi fungsi tanaman dalam lanskap, terdapat beberapa kriteria
tanaman yang harus dipenuhi, sebagai berikut.
6
1. Pengontrol visual
Untuk dapat menciptakan ruangan pribadi dan menghalangi sinar matahari
secara efektif, digunakan tanaman rapat dan pagar yang mempunyai ketinggian
lebih dari 1,8m. (Carpenter et al 1975). Dalam menciptakan ruang pribadi,
kriteria tanaman yang harus dipenuhi adalah memiliki tinggi kurang lebih 6
meter. Dibutuhkan perpaduan antara pohon dan semak sebagai pembatas untuk
memenuhi fungsi ini (Walker, 1990).
2. Pembatas fisik
Untuk menghalangi atau membatasi fisik manusia dan hewan maka diperlukan
tanaman dengan ketinggian 0,9-1,8 m (Carpenter et al 1975) Tanaman berduri
juga dapat menghalangi pergerakan (Grey dan Daneke 1985). Menurut Walker
(1990), pergerakan manusia dan satwa dapat dikontrol secara efektif dengan
menggunakan tanaman. Untuk mengontrol pergerakan manusia dewasa,
dibutuhkan penanaman rendah dengan tinggi kurang lebih 3 meter. Sedangkan
untuk remaja dan anak- anak, ukuran tinggi tanaman diantara 3 hingga 6 meter.
3. Pengontrol kebisingan
Tanaman yang dipilih sebagai pengontrol kebisingan harus disesuaikan dengan
tinggi pohon, lebar tajuk, dan komposisi tanaman. Menurut Benson dan Roe
(2000), tanaman dapat berfungsi sebagai pengontrol kebisingan jika ditanam
dalam jumlah tertentu dan biasanya merupakan vegetasi pohon berdaun jarum
dengan lebar tajuk kurang lebih 6 meter. Vegetasi berdaun jarum dapat
mengurangi kebisingan kendaraan sebesar 75% dan kebisingan yang dihasilkan
oleh truk sebesar 30%. Perpaduan penanaman antara pohon, semak dan pagar
tanaman juga dapat mengurangi kebisingan akibat kendaraan.
4. Pengontrol polusi udara
Polusi udara dapat berupa polusi partikel udara atau gas. Tanaman dapat
digunakan sebagai penyaring udara akibat polusi yang terjadi. Menurut Grey
dan Daneke (1985), tanaman yang dapat digunakan untuk mengurangi polusi
memiliki pertumbuhan yang cepat, tumbuh sepanjang tahun, percabangan dan
daun yang padat, dan memiliki daun yang berambut. Tanaman berdaun jarum
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dalam mengurangi polusi karena
memiliki indeks luas permukaan daun yang besar dan daya tahan daun yag
tinggi (Benson dan Roe 2000).
5. Pengontrol suhu
Pohon yang memiliki batas kanopi yang tinggi berfungsi dalam menangkap
radiasi sinar matahari. Kriteria tanaman yang digunakan untuk menghalangi
sinar dan menurunkan temperatur adalah vegetasi yang bertajuk lebar, bentuk
daun lebar, dan memiliki ketinggian kanopi lebih dari 2 meter (Simonds 1983).
Menurut Cervelli (2005), tanaman dapat mengontrol suhu dengan penanaman
secara berkelompok dengan perpaduan antara pohon, semak atau perdu,
penutup tanah dan rumput. Selain itu tanaman yan dipilih harus memiliki
kanopi dengan daun yang tebal.
6. Pengontrol presipitasi dan kelembaban
Tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar dapat menangkap jatuhnya air
hujan dan mengontrol pergerakan air ke tanah (Grey dan Daneke 1985).
Tanaman dapat mengontrol kelembaban dengan melepaskan air ke udara
melalui proses transpirasi. Semakin banyak jumlah daun, maka jumlah air
7
semakin banyak dan menyebabkan kelembaban udara semakin tinggi
(Carpenter et al 1975).
7. Pengontrol erosi
Kegiatan manusia yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan tanah seperti
tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi karena pengaruh hujan dan hembusan
angin yang kencang. Oleh karena itu dibutuhkan tanaman dengan perakaran
yang kuat agar dapat menahan tanah dari pukulan air hujan. Rumput dapat
digunakan sebagai salah satu vegetasi untuk mengontrol erosi. (Chervelli 2005).
Menurut Grey dan Daneke (1985), tanaman pohon dan semak juga dapat
digunakan sebagai pengontrol erosi.
8. Penahan angin
Tanaman dapat mengontrol angin dengan cara menghalangi, mengarahkan,
atau memperkuat angin (Carpenter et al 1975). Menurut Grey dan Daneke
(1985), efektifitas penanaman ditentukan oleh tinggi tanaman, lebar
penanaman, dan kerapatan daun. Angin yang mempunyai arah tegak lurus
terhadap deratan tanaman penahan angin, gerakannya akan dipengaruhi sampai
jarak 5-10 kali tinggi tanaman pada ruang dekat pohon dan 30 kali tinggi
tanaman di bagian belakang. Pohon yang ditanami dengan massa tertentu dapat
memaksa angin untuk naik keatas (Walker 1990).
Estetika Tanaman Dalam Lanskap
Tanaman merupakan salah satu perwujudan alam yang dapat memikat
manusia. Selain memiliki fungsi dalam lanskap, tanaman juga memiliki estetika
dalam lanskap. Nilai estetika tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun,
batang, dan bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, tajuk), tekstur
tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Selain itu estetika tanaman juga
dapat dilihat dari satu tanaman, sekelompok tanaman sejenis, kombinasi tanaman
berbagai jenis atapun kombinasi antara tanaman dengan elemen lanskap (Hakim
2012). Menurut Walker (1990) dan Robinson (2006) estetika tanaman dapat dilihat
dari segi elemen desain dan prinsip desain, sebagai berikut.
1. Bentuk
Bentuk merupakan kumpulan tanaman secara keseluruhan. Bentuk tanaman
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan jarak. Bentuk dari bagian-bagian
tanaman seperti bentuk percabangan, bentuk daun, bunga dan buah. Bentuk
tanaman terdiri atas dua yaitu bentuk vertikal dan bentuk horizontal. Bentuk
vertikal terlihat pada tinggi dan kerampingan tanaman. Sedangkan bentuk
horizontal terlihat pada penyebaran tanaman.
2. Garis dan Pola
Garis dapat menjadi elemen dominan pada komposisi penanaman terutama
dapat dilihat dari batang dan percabangan pada sebuah tanaman. Gabungan
pola dari beberapa garis terbentuk dari permukaan sebuah benda yang dapat
dilihat dari sebuah titik penglihatan.
3. Tekstur
Tekstur tanaman dapat menggambarkan kekasaran dan kehalusan bagian dari
tanaman. Tekstur tanaman dapat dilihat tergantung pada jarak pandang
manusia yang melihatnya. Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh batang atau
percabangan. massa daun, dan jarak penglihatan terhadap tanaman.
8
4. Warna
Warna tanaman dapat berdampak pada kekuatan emosi manusia. Warna yang
cerah dapat menimbulkan rasa senang, gembira, dan hangat. Warna lembut
dapat memberikan kesan tenang dan sejuk. Bila beberapa jenis tanaman
dipadukan dengan berbagai warna maka akan menimbulkan estetika.
5. Keragaman
Keragaman jumlah tanaman yang digunakan dapat membuat komposisi
tanaman menjadi lebih menarik.
6. Repetisi / Irama
Repetisi atau irama pada tanaman lanskap merupakan pengulangan dalam
peletakan kumpulan tanaman. Repetisi biasanya didapatkan dengan
menempatkan individu tanaman berupa spesies tunggal dalam grup ataupun
kumpulan.
7. Tema / Kesatuan
Tema atau kesatuan merupakan unsur pemersatu untuk dapat melihat karakter
dari lanskap yang ingi dihadirkan. Tema diperoleh dengan melakukan
pengulangan atau repetisi.
8. Penekanan / Aksentuasi
Tanaman digunakan sebagai focal point, agar lanskap yang dirancang terlihat
memiliki sesuatu yang berbeda dan menjadi ciri khas.
9. Keseimbangan
Keseimbangan dilihat dari komposisi tanaman yang ditanam berdasarkan berat,
jumlah, dan kumpulan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lanskap permukiman The Springs
Summarecon Serpong yang berlokasi di Kelurahan Pakulonan Barat, Kecamatan
Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari
2015 hingga Mei 2015.
Gambar 3 Peta lokasi penelitian (Sumber : Google Maps)
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui trend tata hijau diamati dari sisi
sebagai berikut.
9
1.
2.
3.
Diversitas vegetasi yang mencakup: kelimpahan, dominansi, frekuensi, dan
keragaman vegetasi.
Fungsi vegetasi yang mencakup: pembatas visual, kontrol kesilauan, peneduh,
penahan angin, penahan erosi, pengarah, dan estetika.
Tata letak penanaman yang dilihat melalui pola peletakan tanaman.
Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan beberapa bahan dan alat dalam proses kerja.
Bahan dan alat yang digunakan, sebagai berikut.
1. Kertas gambar
2. Peta lokasi
3. Kamera digital
4. Alat tulis
5. Kalkulator
6. Meteran
7. Autocad 2012
8. Adobe Photoshop CS6
9. Microsoft Word 2010
10. Microsoft Excel 2007
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil akhir dari penelitian ini dibatasi pada produk rekomendasi tata hijau
dalam bentuk landscape plan Area lokasi studi yang diamati meliputi gerbang
utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan
halaman rumah.
Pelaksanaan Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei lapang dan
analisis deskriptif. Penelitian ini terbagi atas beberapa tahapan meliputi
pengumpulan dan identifikasi data, analisis data, dan sintesis. Berikut ini
merupakan penjelasan tahapan penelitian yang dilakukan.
Pengumpulan data dan identifikasi tapak
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui obeservasi
lapang, pengukuran, kalkulasi, pemotretan, kuisioner dan wawancara. Selain itu
dilakukan pengumpulan data sekunder dari sumber–sumber yang berhubungan
dengan lokasi penelitian yaitu pengelola setempat, pemerintah, dan studi pustaka.
Tabel 2 menjelaskan rincian mengenai data yang dikumpulkan.
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data
No
I.
1.
Jenis data
II. Data umum
Letak
geografis
Parameter data
Luas wilayah
Batas wilayah
Ketinggian
Bentuk data
Sekunder
Cara
pengumpulan
Studi Literatur
Sumber data
Pengelola kawasan
permukiman
10
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data (lanjutan)
No
2.
Jenis data
Geologi,
Tanah, dan
Topografi
Parameter data
Struktur geologi
Jenis/ klasifikasi tanah
pH
Topografi
Bentuk data
Primer-Sekunder
Cara pengumpulan
Studi Literatur,
Observasi lapang
Sumber data
Pengelola kawasan
permukiman, Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
3.
Iklim
Suhu udara
Curah hujan
Kelembaban
Sekunder
Studi Literatur
4.
Vegetasi
Jenis tanaman
Dominansi
Keragaman
Frekuensi
Kelimpahan
Desain penanaman
Fungsi tanaman
Estetika tanaman
Tata letak
Primer-Sekunder
Studi Literatur,
Observasi lapang,
Dokumentasi,
Kuisioner
Pengelola kawasan
permukiman, Badan
Meteorologi,
Klimatologi, dan
Geofisika
Pengelola kawasan
permukiman
I.
5.
Data Sosial
Sosial
Ekonomi
Aktifitas
Fasilitas
Primer- Sekunder
Studi Literatur,
Observasi lapang
Pengelola kawasan
permukiman
Pengumpulan data vegetasi menggunakan metode sampling berpetak
dengan menggunakan plot pengamatan. Ukuran plot menggunakan kombinasi
metode dari Indriyanto (2006) dan Amjad et al (2014) yaitu: 20 m x 20 m untuk
pohon, 10 m x 10 m untuk semak, 5 m x 5 m untuk penutup tanah dan 1 m x 1 m
untuk rumput. Data vegetasi ini diambil dengan jumlah 10 plot pada setiap area
lokasi studi yaitu gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan,
taman lingkungan, dan halaman rumah.
Gambar 4 Ukuran plot untuk pengambilan data vegetasi
Analisis data
Metode analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Pada tahap ini
dilakukan analisis diversitas vegetasi, fungsi dan estetika vegetasi, dan tata letak
penanaman.
1. Diversitas vegetasi
Untuk memperoleh diversitas vegetasi menggunakan beberapa parameter
menurut Indriyanto (2006), sebagai berikut.
a. Kelimpahan Vegetasi
Kelimpahan vegetasi merupakan jumlah individu per unit luas atau per unit
volume. Kelimpahan dapat diartikan sebagai jumlah individu organisme per
satuan ruang. Kelimpahan dapat dihitung dengan rumus:
11
�
�
�ℎ � � �
�
�ℎ� =
�ℎ�
�
�� =
ℎ
�
�ℎ�
� �ℎ�
�
�
�
�
�
%
b. Dominansi vegetasi
Dominansi merupakan proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies
tumbuhan dengan luas total habitat. Dominansi vegetasi dihitung dengan rumus:
�
�
� �
� �
�=
�
� �
� �
��
� �� � �� � �
� �
��
�
� �
� �
��
� �� � �� � �
�� =
%
� �
��
�
%
c. Frekuensi vegetasi
Frekuensi vegetasi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah
sampel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi dapat dihitung dengan rumus:
�
�=
�
�
�ℎ
�� =
�
�
�
�ℎ
� �
�
ℎ
�
�
�
�
�
�
�
%
d. Keragaman
Perhitungan keragaman tanaman dilakukan untuk mengetahui jenis–jenis
vegetasi dan sebaran vegetasi diarea studi Perhitungan dilakukan dengan
mengikuti metode Shannon-Wiener dengan variabel:
� = − ∑ �� ln �� � � � �� = ��⁄�
�
Keterangan :
Pi
= Jumlah individu suatu spesies / jumlah total seluruh species
Ni
= Jumlah individu spesies i
N total
= Jumlah total individu
H
= Indek keragaman Shannon-Wiener
Nilai perhitungan indeks keragaman (H) tersebut menunjukkan bahwa jika:
H
THE SPRINGS SUMMARECON SERPONG
REMIYA SAMANTHA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Trend Tata Hijau Pada
Lanskap Permukiman The Springs Summarecon Serpong” adalah benar karya
saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Remiya Samantha
NIM A44110019
ii
ABSTRAK
REMIYA SAMANTHA. Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The
Springs Summarecon Serpong. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.
Kebutuhan manusia akan permukiman semakin bertambah. Oleh karena
itu, muncul permukiman–permukiman baru salah satunya The Springs
Summarecon Serpong. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
keragaman elemen tanaman dan menganalisis trend tata hijau yang digunakan
pada lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong. Tujuan penelitian
ini juga untuk menyusun rekomendasi tata hijau dalam bentuk landscape plan.
Pengambilan data vegetasi dilakukan pada beberapa area lokasi studi yaitu:
gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan,
dan halaman rumah. Parameter vegetasi yang diamati meliputi kelimpahan,
dominansi, frekuensi, indeks keragaman Shannon dan tata letak tanaman. Selain
itu, aspek fungsi dan estetika vegetasi dianalisis dengan membandingkan kondisi
yang ada di lapangan dengan kriteria ideal yang didapatkan dari studi pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumput manila (Zoysia matrella)
merupakan spesies yang memiliki nilai kelimpahan, dominansi, dan frekuensi
tertinggi pada sebagian besar area lokasi studi. Indeks keragaman keseluruhan
area lokasi termasuk sedang sebesar 1,4. Keragaman tertinggi terdapat pada area
taman lingkungan sebesar 1,86. Hasil penilaian menurut fungsi dan estetika
tergolong baik pada keseluruhan area lokasi studi. Trend tata hijau pada lanskap
permukiman ini menunjukkan penggunaan gaya taman terbuka dan digunakan
banyak rumput. Penataan tanaman menggunakan pola-pola organik untuk
meningkatkan kesan alami pada sebagian besar area lokasi studi.
Kata kunci: aspek fungsi dan estetika, indeks keragaman Shannon, indeks nilai
penting, lanskap permukiman, trend tata hijau
ABSTRACT
REMIYA SAMANTHA. Trend of Planting Plan in Residential Landscape of The
Springs Summarecon Serpong. Supervised by NIZAR NASRULLAH.
The human needs about residential is increasing. Hence there are many
new residential appear, one of which is The Springs Summarecon Serpong. The
main purpose of this research was to indetify the vegetation diversity and analyze
the trend of planting plan that used in the residential landscape of The Springs
Summarecon Serpong. The research was also aimed to draw up recommendation
of planting design. Vegetation data is collected from some of the areas of study,
which is: main gate, main roads, cluster gate, neighborhood roads, neighborhood
park, and home garden . The parameters of vegetation that analyzed like density,
dominance, frequency, Shanon diversity index and arrangements of plants. In
addition, the aspect of function and aesthetic of vegetation analyzed by comparing
the conditions in the field with the criteria of ideal that was obtained from the
study of literature. These results indicate that Zoysia matrella is a species that has
a highest value of density, dominance, and frequency in area of study locations.
Overall diversity index in area of study locations including moderate at 1.4. The
highest diversity found in the neighborhood park area that is equal to 1.86. The
value of the function and aesthetic aspects on the whole area of study sites
included in good category. Planting arrangement in this residential landscape
using the open park style and much use of grass. The arrangement of plants using
organic patterns to increase natural impression in most areas of study locations.
Keywords: important value index, function and aesthetic aspec, residential
landscape, Shannon diversity index, trend of planting plan.
iv
TREND TATA HIJAU PADA LANSKAP PERMUKIMAN
THE SPRINGS SUMMARECON SERPONG
REMIYA SAMANTHA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
vi
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Judul Skripsi : Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs
Summarecon Serpong
Nama
: Remiya Samantha
NIM
: A44110019
Disetujui oleh
Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr.
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistiyantara, M. Agr.
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
ini berjudul Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs
Summarecon Serpong. Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan dari Januari
2015 hingga Mei 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Kedua orangtua saya yang sudah mendukung saya selama menjalani
pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
2. Bapak Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS. selaku
dosen penguji pada ujian skripsi saya.
4. Pengelola permukiman The Springs Summarecon Serpong yaitu: Bapak Ir.
Drisman Rezykal , Bang Andre, Bang Sam, Kak Nunu, dan Bang Sultan yang
sudah banyak sekali membantu saya dalam pengambilan data.
5. Depin Klendy yang sudah sangat mendukung dan membantu saya dalam
menjalani penelitian ini.
6. Para sahabat: Resa Martha, Fadhilah Chandra Pragia, Putri Ajrina, Elisa
Noviyani, Safia, Saraswati Sisriany, Naftalie Luchsinger, Aliifah Ghassanii,
Menisa Putri Savira, Dwi Septarini, Mesa Shelviani, Diana Hartatin, dan
Safira Zakiah yang selalu ada dalam suka maupun duka.
7. Rekan-rekan satu bimbingan: Rahadian Agung, Bagus Prasetyo, Amalia
Permatasari, dan Sri Rengganis atas dukungan dan semangatnya.
8. Rekan-rekan satu asisten praktikum Mata Kuliah Rekayasa Tapak: Gigih,
Rizky, dan Agung.
9. Teman–teman Arsitektur Lanskap 48 yang selalu ada dalam suka maupun
duka selama perkuliahan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Agustus 2015
Remiya Samantha
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
Kerangka Pikir
TINJAUAN PUSTAKA
Trend Tata Hijau
Tata Hijau
Lanskap Permukiman
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
Kriteria Fungsi Tanaman
Estetika Tanaman Dalam Lanskap
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Rancangan Penelitian
Bahan dan Alat
Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data dan identifikasi tapak
Analisis data
Sintesis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Kelimpahan Vegetasi
Dominansi Vegetasi
Frekuensi Vegetasi
Keragaman Vegetasi
Penilaian Aspek Fungsi
Penilaian Aspek Estetika
Tata Letak Penanaman
Trend Tata Hijau
REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vi
vi
1
1
1
2
2
3
3
3
4
5
5
7
8
8
8
9
9
9
9
10
15
15
15
20
20
28
33
35
40
49
56
58
61
66
66
67
69
84
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data
Tabel 3 Matriks aspek penilaian fungsi tanaman dengan area lokasi studi
Tabel 4 Kriteria penilaian aspek fungsi tanaman jalan
Tabel 5 Kriteria penilaian aspek fungsi tanaman pada taman publik
Tabel 6 Kriteria dan penilaian aspek estetika tanaman
Tabel 7 Jenis tanaman pada area lokasi studi
Tabel 8 Jumlah individu dan spesies tanaman pada area lokasi studi
Tabel 9 Nilai kelimpahan spesies pada area gerbang utama dan jalan utama
Tabel 10 Nilai kelimpahan spesies pada area gerbang cluster
Tabel 11 Nilai kelimpahan spesies pada area jalan lingkungan
Tabel 12 Nilai kelimpahan spesies pada area taman lingkungan
Tabel 13 Nilai kelimpahan spesies pada area halaman rumah
Tabel 14 Nilai dominansi spesies pada area gerbang utama dan jalan utama
Tabel 15 Nilai dominansi spesies pada gerbang cluster
Tabel 16 Nilai dominansi spesies pada jalan lingkungan
Tabel 17 Nilai dominansi spesies pada taman lingkungan
Tabel 18 Nilai dominansi spesies pada halaman rumah
Tabel 19 Nilai frekuensi spesies pada area gerbang utama dan jalan utama
Tabel 20 Nilai frekuensi spesies pada area gerbang cluster
Tabel 21 Nilai frekuensi spesies pada area jalan lingkungan
Tabel 22 Nilai frekuensi spesies pada area taman lingkungan
Tabel 23 Nilai frekuensi spesies pada area halaman rumah
Tabel 24 Indeks keragaman vegetasi pada area lokasi studi
Tabel 25 Nilai aspek fungsi pada area jalan utama
Tabel 26 Nilai aspek fungsi pada area jalan lingkungan
Tabel 27 Nilai aspek fungsi pada area taman lingkungan
Tabel 28 Nilai aspek fungsi pada area halaman rumah
Tabel 29 Nilai aspek estetika pada area gerbang utama dan jalan utama
Tabel 30 Nilai aspek estetika pada area gerbang cluster
Tabel 31 Nilai aspek estetika pada area jalan lingkungan
Tabel 32 Nilai aspek estetika pada area taman lingkungan
Tabel 33 Nilai aspek estetika pada area halaman rumah
Tabel 34 Tipe tata letak penanaman pada jalan utama
Tabel 35 Tata letak penanaman pada jalan utama
Tabel 36 Tata letak penanaman pada area jalan lingkungan
Tabel 37 Tata letak penanaman pada area jalan lingkungan
Tabel 38 Tata letak penanaman pada area taman lingkungan
Tabel 39 Tipe penataan tanaman pada area halaman rumah
Tabel 40 Tata letak penanaman pada area halaman rumah
5
9
12
13
13
14
18
20
21
21
22
22
23
24
25
26
27
27
29
30
31
32
33
34
36
37
38
39
41
42
44
45
47
50
51
53
53
55
55
56
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Gambar 2 Pola yang terbentuk karena hubungan rumah dan taman
Gambar 3 Peta lokasi penelitian (Sumber : Google Maps)
2
4
8
vii
Gambar 4 Ukuran plot untuk pengambilan data vegetasi
Gambar 5 Palem kenari yang ditanam sebagai pengarah
Gambar 6 Pohon dengan Fungsi Peneduh
Gambar 7 Tanaman pada Gerbang Utama
Gambar 8 Pemilihan tanaman dengan tekstur yang menarik
Gambar 9 Penataan tanaman pada gerbang Cluster Grisea
Gambar 10 Penataan tanaman pada gerbang Cluster Canary
Gambar 11 Penataan tanaman pada gerbang Cluster Starling
Gambar 12 Penataan tanaman jalan lingkungan pada Cluster Grisea
Gambar 13 Penataan tanaman pada jalan lingkungan Cluster Canary
Gambar 14 Penataan tanaman pada jalan lingkungan Cluster Starling
Gambar 15 Penataan tanaman taman lingkungan pada Cluster Grisea
Gambar 16 a) Bromelia sebagai tanaman focal point
Gambar 17 Penataan tanaman taman lingkungan Cluster Starling
Gambar 18 Penataan tanaman halaman rumah pada Cluster Grisea
Gambar 19 Penataan tanaman halaman rumah pada Cluster Canary
Gambar 20 Penataan tanaman halaman rumah pada Cluster Starling
Gambar 21 Pola penanaman vegetasi pada gerbang utama
Gambar 22 Pembagian segmen pada jalan utama (Tanpa skala)
Gambar 23 Eksisting tata hijau area gerbang utama
Gambar 24 Rekomendasi tata hijau area gerbang utama
Gambar 25 Eksisting tata hijau area jalan utama segmen 2
Gambar 26 Rekomendasi tata hijau area jalan utama segmen 2
Gambar 27 Eksisting tata hijau area jalan utama segmen 5
Gambar 28 Rekomendasi tata hijau area jalan utama segmen 5
10
36
39
40
41
42
43
43
44
45
45
46
46
47
48
48
49
50
50
60
61
62
64
63
65
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Curah hujan bulanan pada lokasi penelitian
Grafik 2 Suhu udara bulanan pada lokasi penelitian
Grafik 3 Kelembaban udara bulanan pada lokasi penelitian
16
16
17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Masterplan The Springs Summarecon Serpong
69
2. Indeks nilai penting kelimpahan, dominansi, dan frekuensi pada setiap area
lokasi studi
71
3. Penilaian aspek fungsi taman lingkungan
76
4. Penilaian aspek fungsi jalan lingkungan
77
5. Penilaian aspek fungsi halaman rumah
77
6. Penilaian aspek fungsi jalan utama
78
7. Kuisioner penelitian
79
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini, banyak permasalahan yang muncul di Indonesia salah satunya
pertambahan jumlah penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun
2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa. Hal ini
menyebabkan Indonesia menduduki peringkat ke–4 penduduk terbesar setelah
Amerika Serikat. Dalam dekade 1990-2000, laju pertambahan jumlah penduduk
Indonesia sebesar 1,49% per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 20202025 turun menjadi 1,34% dan 0,92% per tahun.
DKI Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia menjadi kota sentra
berbagai aktifitas. Aktifitas tersebut berlangsung di berbagai bidang antara lain :
politik, perdagangan, industri, ekonomi, sosial, budaya, dll. Jumlah penduduk DKI
Jakarta sebesar 9,6 juta jiwa yang hampir semuanya bertempat tinggal di daerah
perkotaan (Badan Pusat Statistik 2010). Padatnya jumlah penduduk di wilayah
perkotaan DKI Jakarta menyebabkan keberadaan area terbuka semakin menurun.
Hal ini berdampak pada perkembangan kota-kota baru (kota satelit) disekitar
wilayah DKI Jakarta. Perkembangan kota baru bertujuan untuk dapat mengatasi
permasalahan di kota besar. Adanya perkembangan kota baru juga berdampak
perkembangan permukiman-permukiman baru. Banyak pihak pengembang
berusaha membangun fasilitas permukiman yang nyaman, aman, dan bernilai
estetik secara visual.
Salah satu permukiman yang sedang dikembangkan disekitar wilayah DKI
Jakarta adalah lanskap permukiman The Spings Summarecon Serpong yang
berlokasi di Kabupaten Tangerang. Lanskap permukiman ini dibangun diatas lahan
sebesar 120 hektar. Untuk memenuhi kenyamanan penghuninya, lanskap
permukiman dikembangkan dengan konsep harmoni akan hidup sehat. Untuk
memenuhi fungsi kenyamanan tersebut, maka pihak pengembang berusaha
memberikan fasilitas pendukung salah satunya tata hijau yang menarik.
Tata hijau merupakan dasar dalam pembentukan ruang luar (Hakim 2012).
Tata hijau adalah suatu kegiatan terkait dengan penataan tanaman yang disesuaikan
dengan fungsi tanaman tersebut. Dalam tata hijau terdapat trend yang digunakan
dan berbeda–beda antara satu kawasan dengan kawasan lainnya. Trend tata hijau
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi lingkungan, preferensi,
faktor ekonomi pemilik properti, dan waktu serta lokasi diterapkannya tata hijau.
Lokasi lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong terletak di daerah
dataran rendah sehingga berpengaruh terhadap trend tata hijau yang digunakan baik
dari segi pemilihan dan penataan tanaman. Oleh karena itu, keunikan tata hijau dari
lanskap permukiman ini menarik untuk dikaji lebih mendalam.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. mengidentifikasi keragaman elemen tanaman yang terdapat pada lanskap
permukiman The Springs Summarecon Serpong,
2. menganalisis trend tata hijau yang digunakan pada lanskap permukiman
The Springs Summarecon Serpong, dan
2
3. menyusun rekomendasi tata hijau untuk lanskap permukiman The Springs
Summarecon Serpong.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. memberikan alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh pengembang
lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong agar dapat
digunakan sebagai langkah selanjutnya di kemudian hari, dan
2. memberikan rekomendasi tata hijau yang dapat diaplikasikan pada lanskap
permukiman The Springs Summarecon Serpong.
Kerangka Pikir
The Springs Summarecon Serpong adalah lanskap permukiman besar yang
berlokasi di Kabupaten Tangerang. Sebagai permukiman besar, pihak pengembang
menyediakan beberapa fasilitas pendukung permukiman salah satunya tata hijau.
Tata hijau diterapkan pada beberapa area seperti gerbang utama, jalan utama,
gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan halaman rumah. Terdapat
bermacam–macam vegetasi ditiap area dengan pemilihan dan penataan tanaman
yang berbeda. Oleh karena itu, trend dianalisis dalam tiga kelompok parameter
yaitu : diversitas vegetasi, fungsi vegetasi, dan tata letak penanaman. Setelah
dianalisis, akan disimpulkan trend tata hijau yang diterapkan pada kawasan,
kemudian memberikan rekomendasi tata hijau yang ideal dari sisi arsitektur lanskap.
Gambar 1 menampilkan diagram alur pikir dari penelitian ini.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
Trend Tata Hijau
Trend merupakan gaya yang digemari pada kurun waktu tertentu. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, trend memiliki pengertian sebagai bentuk yang
bermakna sebagai ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu. Trend
dianggap sebagai suatu pola bertahap perubahan kondisi, proses, output, dan
kecenderungan rata-rata atau umum dari serangkaian titik data untuk bergerak
dalam arah tertentu dari waktu ke waktu. Biasanya trend dipengaruhi oleh
perkembangan sesuatu yang diminati banyak orang dalam waktu yang hampir
bersamaan.
Trend dapat terjadi disegala bidang salah satunya tata hijau. Dalam tata
hijau, trend dapat dilihat dari elemen yang digunakan seperti jenis tanaman yang
digunakan, fungsi tanaman, dan pola penanaman yang digunakan. Trend tata hijau
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi lingkungan, preferensi, dan
faktor ekonomi pemilik properti, waktu dan lokasi diterapkannya tata hijau.
Tata Hijau
Tata hijau menjadi suatu dasar dalam pembentukan ruang luar. Tata hijau
merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan penataan tanaman yang disesuaikan
dengan fungsi tanaman tersebut. Menurut Robinson (2006), tata hijau adalah
sebuah ekspresi dari fungsi dan kebutuhan penggunanya akan lahan. Karakter dan
tujuan dari tata hijau bermacam–macam sesuai dengan kebutuhan manusia. Tata
hijau juga merupakan manajemen dari proses vegetasi alami dan tata hijau menjadi
sebuah pemenuhan rasa akan aspek estetika.
Tanaman merupakan elemen lembut dalam lanskap yang bersifat alami.
Tanaman memiliki peranan penting sebagai penyusun lanskap. Menurut Hakim
(2012), dalam penataan dan perancangan tanaman, mencakup empat hal sebagai
berikut.
1. Habitus tanaman, adalah tanaman yang dilihat dari segi botanis atau morfologis
sesuai dengan ekologis dan efek visual yang ditimbulkan.
2. Karakter tanaman, adalah karateristik fisik tanaman yang dapat dilihat dari
bentuk batang dan percabangannya, bentuk tajuk, massa daun, warna, tekstur,
aksentuasi, dan skala ketinggian.
3. Fungsi tanaman, peletakan tanaman dalam lanskap memiliki fungsi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4. Peletakan tanaman, dalam peletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan
dari perancangan.
Dalam taman rumah, dikenal adanya gaya formal dan gaya informal.
Rancangan taman formal dibuat dengan pola geometrik (garis-garis lurus) dan
sistematis. Sedangkan taman informal dibuat seperti keadaan alaminya.
Penempatan elemen–elemen taman disusun secara tidak beraturan. Dalam
pembuatan bangunan rumah, dibutuhkan perpaduan yang baik antara bangunan
rumah dengan taman-taman yang alami. Menurut Sulistyantara (2008) terdapat
hubungan antara bangunan dan taman rumah, sebagai berikut.
4
1. Pola struktur geometrik
Pada pola geometrik lebih didominasi oleh pola elemen keras buatan. Susunan
taman baik keras dan lunak juga dibuat dengan pola- pola geometrik
2. Pola natural geometrik
Pada pola natural geometrik lebih didominasi oleh elemen taman alami yang
berpola geometrik.
3. Pola struktur alami atau natural
Pada polastruktur alami atau natural didominasi oleh elemen taman alami
dengan penerapan pola garis alami dengan tatanan yang disengaja (diatur).
4. Pola alami atau natural
Pada pola alami atau natural lebih didominasi oleh suasana dan susunan yang
tidak terlihat adanya kesengajaan pengaturan oleh manusia dan kesan yang
muncul benar-benar alami.
Gambar 2 Pola yang terbentuk karena hubungan rumah dan taman
Lanskap Permukiman
Menurut UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan ataupun
pedesaan. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Tujuan utama pembangunan kawasan permukiman sebagai bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat. Permukiman harus dapat menyediakan kenyamanan dan dapat
mengakomodasi penghuninya. Selain itu, permukiman digunakan sebagai tolak
ukur dalam memberi arah pertumbuhan wilayah dan penduduk yang rasional.
Menurut Doxiadis dalam Budiharjo (1987), agar terciptanya pembangunan
permukiman yang sesuai dengan tujuan, terdapat lima faktor utama yang saling
berkaitan dan harus dijadikan pokok perhatian, sebagai berikut.
1. Alam, menyangkut tentang pola tata guna tanah, pemanfaatan dan pelestarian
sumber daya alam, daya dukung lingkungan serta taman, area rekreasi atau
olahraga.
5
2. Manusia, antara lain menyangkut tentang pemenuhan kebutuhan fisik atau
fisiologis, penciptaan rasa aman dan terlindung, rasa memiliki lingkungan serta
tata nilai dan estetika.
3. Masyarakat, menyangkut tentang partisipasi penduduk, aspek hukum, pola
kebudayaan, aspek sosial ekonomi, dan kependudukan.
4. Wadah atau sarana kegiatan, menyangkut tentang perumahan, pelayanan umum
dan fasilitas umum.
5. Jaringan prasarana, menyangkut utilitas, transportasi dan komunikasi.
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
Dalam penataan tata hijau tanaman menjadi elemen utama dalan lanskap.
Penanaman tanaman merupakan sebuah ekspresi dari berbagai fungsi dan
kebutuhan yang penting baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kehidupan manusia (Robinson 2006). Tabel 1 menjelaskan rincian fungsi tanaman
dalam lanskap menurut Benson dan Roe (2000), Robinson (2006), dan Chervelii
(2005).
Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap
No
1.
Fungsi Tanaman
Perbaikan Iklim
2.
Rekayasa Lingkungan
3.
Bidang Arsitektur
4.
Fungsi Estetik
5.
Habitat Satwa Liar
Spesifikasi
Modifikasi suhu udara [1][3]
Penghalang pergerakan udara[1]
Penghalang pergerakan angin[1][3]
Mengurangi silau akibat sinar matahari[3]
Pengontrol presipitasi dan kelembaban [1]
Penyerap polusi udara[1][3]
Pengontrol kebisingan [1][3]
Penyerap polusi logam berat [1][3]
Menyaring partikel berat [1][3]
Pengontrol pergerakan [2][3]
Pengontrol erosi tanah [1][3]
Pengontrol pembuangan air dan penyaringan air [3]
Pengunaan produktif [1]
Keseimbangan energi [1]
Pemersatu area[1][3]
Penghalang pemandangan buruk [3]
Pemisah ruang[1][3]
4.
Pembatas ruang terbuka [3]
5. Pembentuk ruang pribadi [3]
6. Sebagai alas ruangan [3]
7. Memberikan tema pada suatu lanskap [3]
8. Memperlunak garis arsitektur[2] [3]
9. Penanda lokasi [3]
10. Simbol kepercayaan dan sejarah [3]
1. Menampilkan keindahan bentuk, warna, dan tekstur [2][3]
2. Pembingkai pemandangan [1][3]
3. Pelengkap elemen bangunan [1][3]
4. Pemersatu dengan elemen lainnya [2][3]
5. Pemberi aksen [1][2]
6. Memecah kemonotonan [3]
1. Habitat satwa [1][2]
2. Sumber makanan satwa [1][2]
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
Sumber : 1. Benson dan Roe (2000), 2. Robinson (2006), Chervelii (2005)
Kriteria Fungsi Tanaman
Untuk memenuhi fungsi tanaman dalam lanskap, terdapat beberapa kriteria
tanaman yang harus dipenuhi, sebagai berikut.
6
1. Pengontrol visual
Untuk dapat menciptakan ruangan pribadi dan menghalangi sinar matahari
secara efektif, digunakan tanaman rapat dan pagar yang mempunyai ketinggian
lebih dari 1,8m. (Carpenter et al 1975). Dalam menciptakan ruang pribadi,
kriteria tanaman yang harus dipenuhi adalah memiliki tinggi kurang lebih 6
meter. Dibutuhkan perpaduan antara pohon dan semak sebagai pembatas untuk
memenuhi fungsi ini (Walker, 1990).
2. Pembatas fisik
Untuk menghalangi atau membatasi fisik manusia dan hewan maka diperlukan
tanaman dengan ketinggian 0,9-1,8 m (Carpenter et al 1975) Tanaman berduri
juga dapat menghalangi pergerakan (Grey dan Daneke 1985). Menurut Walker
(1990), pergerakan manusia dan satwa dapat dikontrol secara efektif dengan
menggunakan tanaman. Untuk mengontrol pergerakan manusia dewasa,
dibutuhkan penanaman rendah dengan tinggi kurang lebih 3 meter. Sedangkan
untuk remaja dan anak- anak, ukuran tinggi tanaman diantara 3 hingga 6 meter.
3. Pengontrol kebisingan
Tanaman yang dipilih sebagai pengontrol kebisingan harus disesuaikan dengan
tinggi pohon, lebar tajuk, dan komposisi tanaman. Menurut Benson dan Roe
(2000), tanaman dapat berfungsi sebagai pengontrol kebisingan jika ditanam
dalam jumlah tertentu dan biasanya merupakan vegetasi pohon berdaun jarum
dengan lebar tajuk kurang lebih 6 meter. Vegetasi berdaun jarum dapat
mengurangi kebisingan kendaraan sebesar 75% dan kebisingan yang dihasilkan
oleh truk sebesar 30%. Perpaduan penanaman antara pohon, semak dan pagar
tanaman juga dapat mengurangi kebisingan akibat kendaraan.
4. Pengontrol polusi udara
Polusi udara dapat berupa polusi partikel udara atau gas. Tanaman dapat
digunakan sebagai penyaring udara akibat polusi yang terjadi. Menurut Grey
dan Daneke (1985), tanaman yang dapat digunakan untuk mengurangi polusi
memiliki pertumbuhan yang cepat, tumbuh sepanjang tahun, percabangan dan
daun yang padat, dan memiliki daun yang berambut. Tanaman berdaun jarum
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dalam mengurangi polusi karena
memiliki indeks luas permukaan daun yang besar dan daya tahan daun yag
tinggi (Benson dan Roe 2000).
5. Pengontrol suhu
Pohon yang memiliki batas kanopi yang tinggi berfungsi dalam menangkap
radiasi sinar matahari. Kriteria tanaman yang digunakan untuk menghalangi
sinar dan menurunkan temperatur adalah vegetasi yang bertajuk lebar, bentuk
daun lebar, dan memiliki ketinggian kanopi lebih dari 2 meter (Simonds 1983).
Menurut Cervelli (2005), tanaman dapat mengontrol suhu dengan penanaman
secara berkelompok dengan perpaduan antara pohon, semak atau perdu,
penutup tanah dan rumput. Selain itu tanaman yan dipilih harus memiliki
kanopi dengan daun yang tebal.
6. Pengontrol presipitasi dan kelembaban
Tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar dapat menangkap jatuhnya air
hujan dan mengontrol pergerakan air ke tanah (Grey dan Daneke 1985).
Tanaman dapat mengontrol kelembaban dengan melepaskan air ke udara
melalui proses transpirasi. Semakin banyak jumlah daun, maka jumlah air
7
semakin banyak dan menyebabkan kelembaban udara semakin tinggi
(Carpenter et al 1975).
7. Pengontrol erosi
Kegiatan manusia yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan tanah seperti
tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi karena pengaruh hujan dan hembusan
angin yang kencang. Oleh karena itu dibutuhkan tanaman dengan perakaran
yang kuat agar dapat menahan tanah dari pukulan air hujan. Rumput dapat
digunakan sebagai salah satu vegetasi untuk mengontrol erosi. (Chervelli 2005).
Menurut Grey dan Daneke (1985), tanaman pohon dan semak juga dapat
digunakan sebagai pengontrol erosi.
8. Penahan angin
Tanaman dapat mengontrol angin dengan cara menghalangi, mengarahkan,
atau memperkuat angin (Carpenter et al 1975). Menurut Grey dan Daneke
(1985), efektifitas penanaman ditentukan oleh tinggi tanaman, lebar
penanaman, dan kerapatan daun. Angin yang mempunyai arah tegak lurus
terhadap deratan tanaman penahan angin, gerakannya akan dipengaruhi sampai
jarak 5-10 kali tinggi tanaman pada ruang dekat pohon dan 30 kali tinggi
tanaman di bagian belakang. Pohon yang ditanami dengan massa tertentu dapat
memaksa angin untuk naik keatas (Walker 1990).
Estetika Tanaman Dalam Lanskap
Tanaman merupakan salah satu perwujudan alam yang dapat memikat
manusia. Selain memiliki fungsi dalam lanskap, tanaman juga memiliki estetika
dalam lanskap. Nilai estetika tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun,
batang, dan bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, tajuk), tekstur
tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Selain itu estetika tanaman juga
dapat dilihat dari satu tanaman, sekelompok tanaman sejenis, kombinasi tanaman
berbagai jenis atapun kombinasi antara tanaman dengan elemen lanskap (Hakim
2012). Menurut Walker (1990) dan Robinson (2006) estetika tanaman dapat dilihat
dari segi elemen desain dan prinsip desain, sebagai berikut.
1. Bentuk
Bentuk merupakan kumpulan tanaman secara keseluruhan. Bentuk tanaman
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan jarak. Bentuk dari bagian-bagian
tanaman seperti bentuk percabangan, bentuk daun, bunga dan buah. Bentuk
tanaman terdiri atas dua yaitu bentuk vertikal dan bentuk horizontal. Bentuk
vertikal terlihat pada tinggi dan kerampingan tanaman. Sedangkan bentuk
horizontal terlihat pada penyebaran tanaman.
2. Garis dan Pola
Garis dapat menjadi elemen dominan pada komposisi penanaman terutama
dapat dilihat dari batang dan percabangan pada sebuah tanaman. Gabungan
pola dari beberapa garis terbentuk dari permukaan sebuah benda yang dapat
dilihat dari sebuah titik penglihatan.
3. Tekstur
Tekstur tanaman dapat menggambarkan kekasaran dan kehalusan bagian dari
tanaman. Tekstur tanaman dapat dilihat tergantung pada jarak pandang
manusia yang melihatnya. Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh batang atau
percabangan. massa daun, dan jarak penglihatan terhadap tanaman.
8
4. Warna
Warna tanaman dapat berdampak pada kekuatan emosi manusia. Warna yang
cerah dapat menimbulkan rasa senang, gembira, dan hangat. Warna lembut
dapat memberikan kesan tenang dan sejuk. Bila beberapa jenis tanaman
dipadukan dengan berbagai warna maka akan menimbulkan estetika.
5. Keragaman
Keragaman jumlah tanaman yang digunakan dapat membuat komposisi
tanaman menjadi lebih menarik.
6. Repetisi / Irama
Repetisi atau irama pada tanaman lanskap merupakan pengulangan dalam
peletakan kumpulan tanaman. Repetisi biasanya didapatkan dengan
menempatkan individu tanaman berupa spesies tunggal dalam grup ataupun
kumpulan.
7. Tema / Kesatuan
Tema atau kesatuan merupakan unsur pemersatu untuk dapat melihat karakter
dari lanskap yang ingi dihadirkan. Tema diperoleh dengan melakukan
pengulangan atau repetisi.
8. Penekanan / Aksentuasi
Tanaman digunakan sebagai focal point, agar lanskap yang dirancang terlihat
memiliki sesuatu yang berbeda dan menjadi ciri khas.
9. Keseimbangan
Keseimbangan dilihat dari komposisi tanaman yang ditanam berdasarkan berat,
jumlah, dan kumpulan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lanskap permukiman The Springs
Summarecon Serpong yang berlokasi di Kelurahan Pakulonan Barat, Kecamatan
Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari
2015 hingga Mei 2015.
Gambar 3 Peta lokasi penelitian (Sumber : Google Maps)
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui trend tata hijau diamati dari sisi
sebagai berikut.
9
1.
2.
3.
Diversitas vegetasi yang mencakup: kelimpahan, dominansi, frekuensi, dan
keragaman vegetasi.
Fungsi vegetasi yang mencakup: pembatas visual, kontrol kesilauan, peneduh,
penahan angin, penahan erosi, pengarah, dan estetika.
Tata letak penanaman yang dilihat melalui pola peletakan tanaman.
Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan beberapa bahan dan alat dalam proses kerja.
Bahan dan alat yang digunakan, sebagai berikut.
1. Kertas gambar
2. Peta lokasi
3. Kamera digital
4. Alat tulis
5. Kalkulator
6. Meteran
7. Autocad 2012
8. Adobe Photoshop CS6
9. Microsoft Word 2010
10. Microsoft Excel 2007
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil akhir dari penelitian ini dibatasi pada produk rekomendasi tata hijau
dalam bentuk landscape plan Area lokasi studi yang diamati meliputi gerbang
utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan
halaman rumah.
Pelaksanaan Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei lapang dan
analisis deskriptif. Penelitian ini terbagi atas beberapa tahapan meliputi
pengumpulan dan identifikasi data, analisis data, dan sintesis. Berikut ini
merupakan penjelasan tahapan penelitian yang dilakukan.
Pengumpulan data dan identifikasi tapak
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui obeservasi
lapang, pengukuran, kalkulasi, pemotretan, kuisioner dan wawancara. Selain itu
dilakukan pengumpulan data sekunder dari sumber–sumber yang berhubungan
dengan lokasi penelitian yaitu pengelola setempat, pemerintah, dan studi pustaka.
Tabel 2 menjelaskan rincian mengenai data yang dikumpulkan.
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data
No
I.
1.
Jenis data
II. Data umum
Letak
geografis
Parameter data
Luas wilayah
Batas wilayah
Ketinggian
Bentuk data
Sekunder
Cara
pengumpulan
Studi Literatur
Sumber data
Pengelola kawasan
permukiman
10
Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data (lanjutan)
No
2.
Jenis data
Geologi,
Tanah, dan
Topografi
Parameter data
Struktur geologi
Jenis/ klasifikasi tanah
pH
Topografi
Bentuk data
Primer-Sekunder
Cara pengumpulan
Studi Literatur,
Observasi lapang
Sumber data
Pengelola kawasan
permukiman, Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
3.
Iklim
Suhu udara
Curah hujan
Kelembaban
Sekunder
Studi Literatur
4.
Vegetasi
Jenis tanaman
Dominansi
Keragaman
Frekuensi
Kelimpahan
Desain penanaman
Fungsi tanaman
Estetika tanaman
Tata letak
Primer-Sekunder
Studi Literatur,
Observasi lapang,
Dokumentasi,
Kuisioner
Pengelola kawasan
permukiman, Badan
Meteorologi,
Klimatologi, dan
Geofisika
Pengelola kawasan
permukiman
I.
5.
Data Sosial
Sosial
Ekonomi
Aktifitas
Fasilitas
Primer- Sekunder
Studi Literatur,
Observasi lapang
Pengelola kawasan
permukiman
Pengumpulan data vegetasi menggunakan metode sampling berpetak
dengan menggunakan plot pengamatan. Ukuran plot menggunakan kombinasi
metode dari Indriyanto (2006) dan Amjad et al (2014) yaitu: 20 m x 20 m untuk
pohon, 10 m x 10 m untuk semak, 5 m x 5 m untuk penutup tanah dan 1 m x 1 m
untuk rumput. Data vegetasi ini diambil dengan jumlah 10 plot pada setiap area
lokasi studi yaitu gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan,
taman lingkungan, dan halaman rumah.
Gambar 4 Ukuran plot untuk pengambilan data vegetasi
Analisis data
Metode analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Pada tahap ini
dilakukan analisis diversitas vegetasi, fungsi dan estetika vegetasi, dan tata letak
penanaman.
1. Diversitas vegetasi
Untuk memperoleh diversitas vegetasi menggunakan beberapa parameter
menurut Indriyanto (2006), sebagai berikut.
a. Kelimpahan Vegetasi
Kelimpahan vegetasi merupakan jumlah individu per unit luas atau per unit
volume. Kelimpahan dapat diartikan sebagai jumlah individu organisme per
satuan ruang. Kelimpahan dapat dihitung dengan rumus:
11
�
�
�ℎ � � �
�
�ℎ� =
�ℎ�
�
�� =
ℎ
�
�ℎ�
� �ℎ�
�
�
�
�
�
%
b. Dominansi vegetasi
Dominansi merupakan proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies
tumbuhan dengan luas total habitat. Dominansi vegetasi dihitung dengan rumus:
�
�
� �
� �
�=
�
� �
� �
��
� �� � �� � �
� �
��
�
� �
� �
��
� �� � �� � �
�� =
%
� �
��
�
%
c. Frekuensi vegetasi
Frekuensi vegetasi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah
sampel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi dapat dihitung dengan rumus:
�
�=
�
�
�ℎ
�� =
�
�
�
�ℎ
� �
�
ℎ
�
�
�
�
�
�
�
%
d. Keragaman
Perhitungan keragaman tanaman dilakukan untuk mengetahui jenis–jenis
vegetasi dan sebaran vegetasi diarea studi Perhitungan dilakukan dengan
mengikuti metode Shannon-Wiener dengan variabel:
� = − ∑ �� ln �� � � � �� = ��⁄�
�
Keterangan :
Pi
= Jumlah individu suatu spesies / jumlah total seluruh species
Ni
= Jumlah individu spesies i
N total
= Jumlah total individu
H
= Indek keragaman Shannon-Wiener
Nilai perhitungan indeks keragaman (H) tersebut menunjukkan bahwa jika:
H