Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Penentu Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENENTU HARGA
SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2008-2012

EKA PRATIWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Faktor-Faktor Penentu Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode
2008-2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014

Eka Pratiwi
NIM H24100010

ABSTRAK
EKA PRATIWI. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Penentu Harga Saham Perbankan
di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Dibimbing oleh ALI MUTASOWIFIN.
Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh informasi laba yang diukur
dengan earnings per share (EPS), kebijakan dividen yang diukur dengan dividend
per share (DPS), profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA), risiko
sistematis, dan kesempatan bertumbuh terhadap harga saham (cumulative abnormal
return) perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012. Penelitian ini
menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sampel dalam penelitian ini adalah bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008-2012. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5% maka
dihasilkan: (1) earnings per share tidak berpengaruh terhadap harga saham (2)

dividend per share tidak berpengaruh terhadap harga saham (3) return on asset tidak
berpengaruh terhadap harga saham (4) risiko sistematik berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham (5) kesempatan bertumbuh berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham perbankan di BEI periode 2008-2012 .
Kata kunci: harga saham, kesempatan bertumbuh, risiko sistematik.

ABSTRACT
EKA PRATIWI. Analysis of the Factors that Affect the Price of Banking Shares at
the Indonesia Stock Exchange in the period 2008-2012. Supervised by ALI
MUTASOWIFIN.
This study is to examine the effect of earnings information as measured by
earnings per share, dividend policy as measured by the dividend per share,
profitability as measured by return on assets, systematic risk, and growth
opportunities to the stock price (cumulative abnormal returns) banking sector in
Indonesia Stock Exchange (IDX). This research uses the entire population of
companies listed at the Indonesia stock exchange. Using a purposive sampling
technique, the sample in this research is the banking sector companies listed at the
Indonesia Stock Exchange period 2008 to 2012. Based on the result of multiple
regression analysis with a significance level of 5%, the results of the study is
concluded as follows: (1) earnings per share has no effect on stock prices (2) the

dividend per share has no effect on stock prices (3) return on assets does not affect
stock prices (4) systematic risk has a positive and significant effect on stock prices
(5) growth opportunities has a negative and significant effect on stock prices in
banking sector at the Indonesia Stock Exchange (IDX).
Keywords: growth opportunities, stock price, systematic risk.

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENENTU HARGA
SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2008-2012

EKA PRATIWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Penentu Harga Saham Perbankan di
Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
Nama
: Eka Pratiwi
NIM
: H24100010

Disetujui oleh

Ali Mutasowifin, SE, MAk
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September ini adalah saham
dengan judul Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Penentu Harga Saham Perbankan di
Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. Terima kasih penulis ucapkan kepada
Bapak Ali Mutasowifin, SE, MAk selaku pembimbing yang telah banyak memberi
saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah Sumarno, ibu Junaidah,
serta seluruh keluarga besar Manajemen 47, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

Eka Pratiwi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

Pengembangan Hipotesis

4

METODE


5

Kerangka Pemikiran Penelitian

6

Populasi dan Sampel Penelitian

6

Lokasi dan Waktu Penelitian

7

Jenis dan Sumber Data

7

Definisi dan Pengukuran Variabel Operasional


7

Alat Analisis

9

Pengujian Statistik

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Statistik Deskriptif

10

Hasil Pengujian Asumsi Klasik


10

Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

13

IMPLIKASI MANAJERIAL

17

SIMPULAN DAN SARAN

17

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN


21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sampel penelitian perbankan
Statistik deskriptif variabel dependen dan independen
Hasil uji normalitas cummulative abnormal return
Hasil uji autokorelasi Durbin-Watson
Hasil uji multikolinearitas antar variabel independen
Hasil uji glejser variabel independen
Hasil uji koefisien determinasi
Hasil uji hipotesis secara simultan
Hasil uji hipotesis secara parsial

6
10
11
11
12
12
13
13
14

DAFTAR GAMBAR
1 Fluktuasi harga saham perbankan periode 2008-2012
2 Model kerangka penelitian

1
6

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data sampel perbankan
2 Daftar nama perbankan yang tidak dimasukkan dalam sampel penelitian

21
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini banyak investor yang tertarik untuk menginvestasikan dananya
dalam bentuk saham karena menjanjikan keuntungan yang lebih tinggi, baik dari
dividen maupun capital gain. Akan tetapi, investasi dalam bentuk saham juga
mempunyai risiko yang tinggi salah satunya adalah fluktuasi harga saham. Salah
satu sub sektor yang mengalami fluktuasi harga saham adalah perbankan. Sektor
perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam
pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana (Permono dan Darmawan
2000). Fluktuasi harga saham perbankan dapat dilihat pada Gambar 1.
10000
9000
8000
7000
6000
Harga Saham
5000
(Rp)
4000
3000
2000
1000
0

2008
2009
2010
2011
2012

Perbankan

Gambar 1 Fluktuasi harga saham perbankan periode 2008-2012 (Bursa
Efek Indonesia 2013)
Berdasarkan Gambar 1 harga saham perbankan periode 2008-2012 sangat
berfluktuasi. Pergerakan harga saham dalam kenyataannya dipengaruhi oleh
faktor fundamental dan faktor teknikal. Dalam jangka pendek, faktor-faktor yang
bersifat teknikal biasanya mempengaruhi fluktuasi harga saham. Sementara dalam
jangka panjang biasanya faktor-faktor fundamental yang sesungguhnya akan
menentukan harga saham (Wijayanti 2010). Adanya fluktuasi harga saham
perbankan tersebut membuat perlunya analisis tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham perbankan.
Harga saham yang merupakan reaksi investor terhadap pengumuman kinerja
perusahaan diukur dengan abnormal return. Abnormal return menurut Jogiyanto
(2007) merupakan return tidak normal yang ditunjukkan oleh selisih antara return
realisasi dengan return ekspektasi (expected return). Informasi yang diperoleh dari
perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam
laporan keuangan. Menurut Tandelilin (2001) bagi para investor yang melakukan
analisis perusahaan, informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan
merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah dan paling murah
didapatkan dibanding alternatif informasi lainnya.

2
Investor membutuhkan berbagai informasi untuk mengambil keputusan
berinvestasi, salah satunya adalah informasi laba perusahaan. Investor melalui
analis sekuritas pada umumnya lebih mendasarkan diri pada laba ekonomik untuk
memprediksi aliran kas atau return saham perusahaan di masa datang
(Suwardjono 2005). Pada penelitian ini pengaruh informasi laba menggunakan
proksi earning per share (EPS) yang menunjukkan kemampuan setiap lembar
saham menciptakan laba dalam satu periode pelaporan keuangan. Intan (2009)
menyimpulkan bahwa EPS berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham.
Salah satu keuntungan dari investor yang berinvestasi dalam saham adalah
dividen. Kebijakan dividen dapat meningkatkan minat investor untuk
menanamkan modalnya dalam bentuk kepemilikan saham. Pendapatan pemegang
saham dapat dilihat dari besarnya penerimaan dividen. Pendapatan dividen diukur
dari besarnya dividend per share (DPS) dan menjadi salah satu pertimbangan
berinvestasi pada sebuah perusahan (Ichsan dan Taqwa 2013). Dividen yang
dibagikan kepada investor tentunya akan mempengaruhi harga saham perbankan,
semakin tinggi DPS maka semakin tinggi harga saham perbankan. Akan tetapi,
hal ini dibantah oleh Ichsan dan Taqwa (2013) serta Yusrawati (2011) yang
menyimpulkan bahwa DPS tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Investor perlu melakukan penilaian kewajaran harga saham melalui
pendekatan faktor fundamental ekonomi maupun faktor lain. Penilaian tersebut
dapat dilihat dari kinerja keuangan perbankan. Kinerja perbankan dapat diukur
dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga
simpanan, dan profitabilitas perbankan. Pada perbankan ukuran profitabilitas yang
digunakan adalah return on asset (ROA). Alasan dipilihnya Return on Asset
(ROA) sebagai ukuran kinerja adalah karena ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA berarti perusahaan semakin efektif
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva sehingga dapat
mempengaruhi harga saham. Hal ini didukung oleh Nirohito (2009) yang
menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Berbeda halnya dengan Syafridal (2012) yang menyimpulkan bahwa ROA tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
Risiko sistematik merupakan risiko yang berasal dari kondisi ekonomi dan
kondisi pasar secara umum yang tercermin dari nilai beta saham. Investasi
memiliki ketidakpastian yang cukup tinggi, maka investor yang membeli saham
pada awal periode tidak mengetahui return yang akan diperoleh pada akhir
periode sehingga investor harus memprediksi return saham yang diharapkan pada
akhir periode.
Kesempatan bertumbuh menjelaskan prospek pertumbuhan perusahaan di
masa depan. Oleh karena adanya kesempatan bertumbuh maka perusahaan akan
meningkatkan laba yang akan berdampak pada peningkatan dividen. Investor
tentunya akan memberi respon yang lebih besar kepada perusahaan yang
mempunyai kesempatan bertumbuh sehingga akan meningkatkan harga saham.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan temuan empiris tentang
beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham pada perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. Keunggulan pada penelitian
ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yaitu penambahan faktor risiko
sistematik dan kesempatan bertumbuh dengan periode penelitian yang lebih lama

3
yaitu 5 tahun dari tahun 2008-2012, serta studi berfokus pada perusahaan yang
bergerak di bidang perbankan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang: “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Penentu Harga Saham
Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012.”
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas
dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh secara simultan dan
parsial dari earning per share (EPS), dividend per share (DPS), return on asset
(ROA), kesempatan bertumbuh, dan risiko sistematik terhadap harga saham
perbankan di BEI periode 2008 hingga 2012?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
untuk membuktikan bahwa terdapat: pengaruh secara simultan dan parsial dari
earning per share (EPS), dividend per share (DPS), return on asset (ROA), risiko
sistematik, dan kesempatan bertumbuh terhadap harga saham perbankan di BEI
periode 2008 hingga 2012.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, sebagai berikut:
1.
Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Dapat membantu untuk mengembangkan, mengubah, menambah, dan
menjelaskan standar akuntansi yang berlaku untuk menciptakan pasar modal
yang efisien.
2.
Emiten, investor, dan profesi akuntansi
Dapat mengembangkan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham untuk mendorong agar informasi yang
disajikan dapat bermanfaat untuk analisis dan pengambilan keputusan
investasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup dari penelitian ini membahas tentang analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi harga saham pada sektor perbankan yang ada di BEI.
Analisis ini menggunakan lima variabel independen yaitu earnings per share
(EPS), dividend per share (DPS), return on asset (ROA), kesempatan bertumbuh,
dan risiko sistematik dengan variabel dependennya adalah cumulative abnormal
return. Analisis ini menggunakan data laporan keuangan sektor perbankan pada
tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

4
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Informasi Laba (Earnings per Share) terhadap Harga Saham
Laba perusahaan merupakan cerminan kinerja perusahaan yang dapat
memuaskan pemegang saham. Laba perusahaan masih merupakan tujuan yang
kritis bagi perusahaan dan indikator keberhasilan perusahaan, namun bukan tujuan
akhir suatu perusahaan. Salah satu cara mengukur kebermanfaatan laba adalah
dengan mengukur reaksi pasar modal terhadap pengumuman laba akuntansi. Laba
yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba per lembar saham perusahaan
(Suwardjono 2005). Menurut Tandelilin (2001) informasi EPS suatu perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
pemegang saham perusahaan yang tentunya akan mempengaruhi harga saham.
Pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS karena laba menjadi dasar
penentuan pembayaran dividen dan pergerakan harga saham di masa depan.
Ichsan dan Taqwa (2013) membuktikan bahwa EPS berpengaruh signifikan
positif terhadap harga saham. Hasil serupa juga didukung oleh Intan (2009) dan
Yusrawati (2011) . Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah:
H01 : EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Ha1 : EPS berpengaruh positif terhadap harga saham.
Pengaruh Kebijakan Dividen (Dividend per Share) terhadap Harga Saham
Pembagian dividen adalah hal yang dinantikan oleh para investor karena
mendapatkan keuntungan dari modal yang ditanamnya. Pendapatan dividen
diukur dari besarnya DPS. Menurut Brigham dan Houston (2001), dividend per
share didefinisikan sebagai bagian pendapatan setelah pajak yang dibagikan
kepada pemegang saham. DPS yang tinggi diyakini dapat meningkatkan harga
saham perusahaan. Besarnya dividen menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas yang cukup untuk mempertahankan pembayaran dividen.
Ketika terjadi pengumuman pengurangan dividen maka dianggap sebagai berita
buruk sehingga menyebabkan harga saham turun, sedangkan peningkatan dividen
adalah berita baik sehingga harga saham akan naik (Brealey et al. 2007). Hal ini
didukung oleh penelitian Herlina (2008) yang menyimpulkan terdapat hubungan
signifikan positif antara DPS terhadap harga saham. Dengan demikian, hipotesis
yang dapat diajukan adalah:
H02 : Kebijakan dividen (DPS) tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Ha2 : Kebijakan dividen (DPS) berpengaruh positif terhadap harga saham.
Pengaruh Profitabilitas (Return on Asset) terhadap Harga Saham
ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Semakin besar nilai ROA berarti bank telah beroperasi secara efektif, sehingga
akan menjadi daya tarik bagi investor yang mengakibatkan peningkatan nilai
saham bank. Semakin besar ROA juga menunjukkan semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut. Dengan kata lain profitabilitas (ROA)
akan meningkatkan harga saham. Hal ini juga didukung Gunawan (2010) yang
menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap harga
saham. Dengan demikian, hipotesis ini dapat dirumuskan:

5
H03 : Profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Ha3 : Profitabilitas (ROA) berpengaruh positif terhadap harga saham.
Pengaruh Risiko Sistematik terhadap Harga Saham
Risiko keseluruhan dari pemilikan saham terdiri dari dua bagian, yaitu risiko
yang tidak sistematik dan risiko yang sistematik. Risiko yang tidak sistematik
merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi, yaitu hal yang
buruk terjadi dalam suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal baik yang
terjadi di perusahaan lain, misal perusahaan pesaing, perubahan teknologi bagian
produksi, dan sebagainya. Risiko sistematik merupakan risiko keseluruhan di
pasar dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi (investasi pada berbagai
jenis saham). Apabila risiko sistematik terjadi, semua jenis saham akan terkena
dampaknya sehingga investasi dalam satu jenis saham atau lebih tidak dapat
mengurangi kerugian. Risiko sistematik dapat diukur dengan koefisien beta. Beta
suatu sekuritas adalah ukuran sensitivitas keuntungan suatu sekuritas dalam
merespon pergerakan harga pasar sekuritas. Semakin besar beta maka semakin
besar pula sensitivitas keuntungan dalam merespon pergerakan harga pasar,
sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Dengan kata lain semakin
besar risiko sistematik maka akan semakin besar pula harga saham bank. Dengan
demikian, hipotesis ini dapat dirumuskan:
H04 : Risiko sistematik tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Ha4 : Risiko sistematik berpengaruh positif terhadap harga saham.
Pengaruh Kesempatan Bertumbuh terhadap Harga Saham
Kesempatan bertumbuh yang dihadapi di waktu yang akan datang
merupakan suatu prospek yang baik yang dapat mendatangkan laba bagi
perusahaan. Kesempatan bertumbuh tersebut hanya dapat direalisasikan oleh
perusahaan melalui kegiatan investasi. Kegiatan investasi tersebut akan
memerlukan biaya yang relatif besar sehingga berdampak langsung pada kondisi
likuiditas perusahaan (Indra et al. 2011).
Pertumbuhan perusahaan dipandang sebagai perwujudan atas naiknya nilai
perusahaan (Smith dan Watts 1992). Pengeluaran investasi memberikan sinyal
positif tentang pertumbuhan perusahaan sehingga meningkatkan harga saham
sebagai indikator peningkatan nilai perusahaan . Sementara itu, Smith dan Watts
(1992) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan berkebalikan antara kesempatan
bertumbuh dengan harga saham. Perusahaan yang memiliki kesempatan
bertumbuh yang tinggi, akan cenderung menahan labanya untuk pembiayaan
investasi tersebut, sehingga pembayaran dividen kepada pemegang saham menjadi
lebih kecil dan tentunya tidak akan menarik para investor untuk menanamkan
modalnya. Dengan demikian rasio kesempatan bertumbuh berpengaruh negatif
terhadap harga saham. Dengan demikian, hipotesis ini dapat dirumuskan:
H05 : Kesempatan bertumbuh tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Ha5 : Kesempatan bertumbuh berpengaruh negatif terhadap harga saham.

6

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan
sebelumnya sebagai dasar yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, berikut
ini digambarkan kerangka penelitian yang tersaji dalam gambar berikut ini:
EPS
DPS
Harga Saham
(Cumulative Abnormal Return)

ROA
Risiko sistematik
Kesempatan
Bertumbuh

Gambar 2 Model kerangka penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan sekelompok orang atau sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu yang ingin diteliti oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo
1999). Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar di
BEI. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor perbankan yang
tercatat di BEI periode 2008 sampai dengan 2012. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling. Pada teknik ini sampel yang diambil
adalah yang memiliki kriteria-kriteria tertentu. Perusahaan yang dijadikan sampel
merupakan perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan periode 2008 sampai 2012.
2. Saham perusahaan aktif diperdagangkan, mengacu S.E bPT BEJ No.
03/BEJ.II.I/I/1994. yaitu frekuensi perdagangan lebih dari 75 kali dalam 3
bulan.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka bank yang dapat memenuhi sampel
adalah 17 bank, sebanyak 10 bank baru terdaftar di BEI setelah tahun 2008 dan 9
bank lagi yang tidak memenuhi uji asumsi klasik. Perbankan yang menjadi sampel
pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan perbankan yang tidak menjadi
sampel dapat dilihat pada Lampiran 2.

7
Tabel 1 Sampel penelitian perbankan
No.
Kode
Nama Perusahaan
1 AGRO
Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk
2 BACA
Bank Capital Indonesia Tbk
3 BBCA
Bank Central Asia Tbk
4 BBKP
Bank Bukopin Tbk
5 BBNI
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
6 BBNP
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
7 BBRI
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
8 BKSW
Bank Kesawan Tbk
9 BMRI
Bank Mandiri (Persero) Tbk
10 BNGA
Bank CIMB Niaga Tbk
11 BNLI
Bank Permata Tbk
12 BSWD
Bank Swadesi Tbk
13 INPC
Bank Arta Graha Internasional Tbk
14 MAYA
Bank Mayapada Internasional Tbk
15 MEGA
Bank Mega Tbk
16 NISP
Bank NISP OCBC Tbk
17 PNBN
Bank Pan Indonesia Tbk
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder
yang berupa laporan keuangan sektor perbankan periode 2008-2012 serta
buku/bahan pustaka lainnya yang mendukung penelitian ini.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 17 perusahaan sektor perbankan di BEI
periode 2008-2012. Waktu penelitian dilakukan pada November 2013-Maret
2014.
Definisi dan Pengukuran Variabel Operasional
Variabel Dependen: Cumulative Abnormal Return (CAR)
Cumulative abnormal return merupakan proksi dari harga saham atau reaksi
pasar. Penentuan window (time interval) untuk mengukur cumulative abnormal
return saham perusahaan merupakan hal yang penting. Cumulative abnormal
return ini dihitung secara harian untuk periode 5 hari sebelum tanggal publikasi, 1
hari pada tanggal publikasi, dan 5 hari setelah tanggal publikasi. Pengukuran
abnormal return dalam penelitian ini menggunakan market-adjusted model yang
mengasumsikan bahwa pengukuran expected return saham perusahaan yang
terbaik adalah return indeks pasar (Widiastuti 2002). Cara untuk menghitung
CAR adalah sebagai berikut:

8
CARi(-5+5) = ∑

...........................................................................................(1)
.......................................................................................................(2)
..............................................................................................(3)
................................................................................................(4)

Keterangan:
AR
= Abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke-t (Rp).
it

R
R
P
P

it
m

it
it-1

= Return harian perusahaan i pada hari ke-t (Rp).
= Return indeks pasar pada hari ke-t (Rp).
= Harga saham perusahaan i pada waktu t (Rp).
= Harga saham perusahaan i pada waktu t-1 (Rp).

Variabel Independen (X)
1.

Informasi Laba (Earning per Share)
Informasi laba dapat diukur dengan EPS yaitu perbandingan antara laba
bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan dengan jumlah saham
yang beredar (Tandelilin 2001). EPS dihitung dengan rumus berikut ini :
a a e sih setelah unga an pajak
umlah saham e e a

......................................................... (5)

Keterangan:
EPS = (Rp/lembar saham)
2.

Kebijakan Dividen (Dividend per Share)
Dividend per Share merupakan proksi kebijakan dividen perusahaan. DPS
adalah jumlah laba yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen,
dimana DPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kepastian dari modal yang ditanamkannya, yakni berupa
dividen. Adapun rumus untuk menghitung DPS adalah :
ivi en yang i agikan
umlah saham e e a

.............................................................................(6)

Keterangan:
DPS = Dividend per Share (Rp/lembar saham)
3.

Profitabilitas (Return on Asset)
Profitabilitas dapat diukur dengan ROA yaitu merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki
oleh perusahaan (Ichsan dan Taqwa 2013). ROA dihitung dengan rumus :
A

a a e sih setelah unga an pajak
otal aset

x 100 .................................................. (7)

9
Keterangan:
ROA = Return on Asset (%)
4.

Risiko sistematik (Beta)
Risiko diukur menggunakan risiko sistematik (beta) yang dirumuskan
sebagai berikut:
......................................................................................... (8)
Keterangan:
= Return perusahaan i pada tahun t (Rp)
= Return pasar pada tahun t (Rp)
= Beta perusahaan i pada tahun t (C)

5.

Kesempatan Bertumbuh
Variabel ini diukur dari market to book value ratio masing-masing
perusahaan pada periode akhir periode laporan keuangan (Jaswadi 2003),
dengan rumus:
...........................................................................................(9)
Keterangan:
MTBR = Market to Book Ratio (C)
NPE
= Nilai pasar ekuitas perusahaan (Rp)
NBE
= Nilai buku ekuitas perusahaan (Rp)
Alat Analisis

Analisis regresi linier berganda merupakan analisis yang digunakan untuk
mencari adanya hubungan antara dua variabel independen atau lebih terhadap satu
variabel dependen. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
... (10)
Keterangan :
= Cumulative abnormal return perusahaan i pada periode t
EPS it = Earning per share perusahaan i pada periode t
= Dividend per share perusahaan i pada periode t
= Return on asset perusahaan i pada periode t
= Risiko sistematik perusahaan i pada periode t
= Kesempatan bertumbuh perusahaan i pada periode t
ε
= error term
Pengujian Statistik
Dalam melakukan penelitian terhadap model analisis regresi harus dipenuhi
asumsi-asumsi yang mendasari model regresi. Penelitian dengan menggunakan
model regresi membutuhkan beberapa pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi
klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan
benar-benar bebas dari gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan
gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak
bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator)
yakni tidak terdapat heterokedastisitas, dan tidak terdapat multikolinearitas, dan

10
tidak terdapat autokorelasi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi linear
sederhana dan uji linear berganda pada tingkat keyakinan 95% dan alpha 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bank umum di Indonesia berjumlah 120 bank yang berperan dalam menjaga
kestabilan perekonomian nasional. Bank tersebut merupakan bank umum yang
terdiri dari bank pemerintah (4) dan bank swasta (116). Hingga akhir 2013
terdapat 36 bank yang tercatat (listing) di BEI namun terdapat 19 bank yang tidak
memenuhi persyaratan penelitian. Hal ini dikarenakan sepuluh bank baru terdaftar
di BEI setelah tahun 2008 dan sembilan bank lagi yang tidak memenuhi uji
asumsi klasik. Oleh sebab itu diperoleh jumlah sampel yang memenuhi kriteria
sebanyak 17 bank yang disajikan dalam Lampiran 1 dan bank yang tidak
memenuhi kriteria sebanyak 19 bank disajikan dalam Lampiran 2.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai variabel-variabel
penelitian yang diamati. Pengukuran statistik deskriptif dalam penelitian ini
tercantum dalam Tabel 2.
Tabel 2 Statistik deskriptif variabel dependen dan independen
N
EPS
DPS
ROA
RS
KB
CAR
Valid N (listwise)

85
85
85
85
85
85
85

Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
-8.28000 9.56720E2 1.5979329E2 1.98104754E2
.00000 2.25230E2 3.1648430E1 49.22001202
-.00635
.03383
.0132319
.00808719
-1.63103
2.91126
.5514898
.92150577
.31975
5.64700 1.9632742E0
1.13891987
-.19173
.13387 -1.3644334E-2
.07014530

Sumber: Data diolah (2014)

Tabel 2 menunjukkan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata dari
variabel EPS, DPS, ROA, risiko sistematik (RS), dan kesempatan bertumbuh
(KB) dengan jumlah 85 sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
selama tahun 2008 hingga 2012.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, dilakukan terlebih dahulu
uji normalitas. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan One Sample

11
Kolmogorov-Smirnov Test, dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Uji normalitas
pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji normalitas cumulative abnormal return
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
CAR

Df

.075

Shapiro-Wilk

Sig.
85

Statistic

.200

df

.973

Sig.
85

.071

a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Data diolah (2014)

Pada Tabel 3 dapat dilihat nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,200
lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, dengan demikian dapat disimpulkan hasil
pengujian menunjukkan residual berdistribusi normal.
Uji Autokorelasi
Uji asumsi klasik kedua adalah uji autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode tertentu (t) dengan kesalahan pada periode sebelumnya
(t-1). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi. Salah satunya adalah dengan uji Durbin-Watson (Santoso
2005). Uji autokorelasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil uji autokorelasi Durbin-Watson (Model Summaryb)
Model
1

R
.558a

R Square
.311

Adjusted R
Square
.267

Std. Error of the
Estimate
.06003589

Durbin-Watson
1.546

a. Predictors: (Constant), KB, RS, DPS, ROA, EPS
b. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data Diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 4, nilai dw = 1,546 maka dw nilainya di antara du=1.524
dan 4-du=2.476. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
autokorelasi positif maupun negatif dalam model penelitian, yang berarti tidak
terkena masalah aotokorelasi baik positif maupun negatif.
Uji Multikolinearitas
Uji asumsi klasik yang ketiga adalah uji multikolinearitas. Uji
multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen (X). Multikolinearitas berarti adanya hubungan
yang kuat antara beberapa variabel atau semua variabel independen dalam model
regresi. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas di antara variabel
independen digunakan nilai variance inflation factors (VIF) dan nilai tolerance.
Bila nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas. Bila
tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Uji
Multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.

12
Tabel 5 Hasil uji multikolinearitas antar variabel independen (Coefficientsa)

Model
1

EPS
DPS
ROA
RS
KB

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.249
.338
.375
.900
.860

4.021
2.961
2.663
1.112
1.163

a. Dependent Variable: CAR
Sumber : Data diolah (2014)

Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai Tolerance < 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen.
Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan
variabel independen yang memiliki nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan tidak
terdapat multikolinearitas antar variabel independen pada penelitian ini.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi klasik yang keempat pada penelitian ini adalah uji
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas merupakan situasi di mana dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu observasi ke observasi yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Cara untuk menguji heteroskedastisitas yaitu dengan uji
Glejser. Uji heterokedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil uji Glejser variabel independen (Coefficientsa)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
.042
.010
EPS
-2.036E-5
.000
-.110
DPS
-4.355E-5
.000
-.059
ROA
.868
.822
.192
RS
.002
.005
.046
KB
-.003
.004
-.081

t
4.188
-.494
-.306
1.056
.396
-.678

Sig.
.000
.623
.760
.294
.693
.500

a. Dependent Variable: RES2
Sumber : Data diolah (2014)

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi masing-masing variabel lebih besar dari 5% atau 0,05. Hasil uji ini
menunjukkan tidak adanya indikasi heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

13
Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Kemampuan variabel independen EPS, DPS, ROA, risiko sistematik, dan
kesempatan bertumbuh menjelaskan pengaruhnya terhadap harga saham yang
ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil uji koefisien determinasi (Model Summaryb)
Model

R

1

.558a

Std. Error of
R Square Adjusted R Square the Estimate
.311

.267

DurbinWatson

.06003589

1.546

a. Predictors: (Constant), KB, RS, DPS, ROA, EPS
b. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 7 nilai koefisien korelasi mempunyai nilai sebesar (R) =
0,558 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel
independen dengan variabel dependen sebesar 55,8%. Artinya koefisien EPS,
ROA, DPS, risiko sistematik, dan kesempatan bertumbuh mempunyai hubungan
yang cukup kuat dengan CAR, karena diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar
0,558. Koefisien determinasi mempunyai nilai sebesar (R2) = 0,311. Artinya
sebesar 31,1% perubahan-perubahan dalam CAR dapat dijelaskan oleh
perubahan-perubahan dalam EPS, ROA, DPS, risiko sistematik, dan kesempatan
bertumbuh sedangkan selebihnya yaitu 68,9% dijelaskan oleh faktor variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Standard Error of Estimate
(SEE) sebesar 0,06003589. Makin kecil nilai SEE maka akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel independen.
Hasil Uji Hipotesis secara Simultan (Uji F)
Uji F untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh dari variabel independen
terhadap variabel dependen bersama-sama. Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka H0
ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya apabila nilai Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hasil Uji hipotesis secara simultan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil uji hipotesis secara simultan (ANOVAb)
Model
Regression
Residual
Total

Sum of Squares
.129

Df

Mean Square
5
.026

.285

79

.413

84

F
7.134

Sig.
.000a

.004

a. Predictors: (Constant), KB, RS, DPS, ROA, EPS
b. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 8 diperoleh Fhitung sebesar 4,345,
dengan menggunakan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95 atau α 5

14
maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,33 dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 5%.
Perolehan nilai Fhitung lebih besar dibanding Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa
EPS, DPS, ROA, risiko sistematik, dan kesempatan bertumbuh secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di BEI
periode 2008 hingga 2012.
Hasil Uji Hipotesis secara Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara parsial dalam menerangkan variabel terikat. Kriteria
pengambilan keputusan untuk uji t dua arah (two-tailed) adalah jika thitung > ttabel
atau thitung < ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, dan jika ttabel ≤ thitung ≤ ttabel ,
maka H0 diterima, dengan tingkat signifikansi 5% dibagi dua yaitu 2,5% masingmasing arah. Hasil uji hipotesis parsial dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil uji hipotesis secara parsial (Coefficientsa)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-.019
.016
EPS
2.431E-5
.000
.069
DPS
.000
.000
.137
ROA
.989
1.322
.114
RS
.029
.007
.387
KB
-.018
.006
-.285

t
-1.145
.367
.850
.748
3.934
-2.826

Sig.
.255
.715
.398
.457
.000
.006

a. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan statistik menggunakan SPSS maka diperoleh
persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Ait 0 029 it -0 01
A it -0 19 0 00002431
it 0
it 0 9 9
it ε . . . (11)
Berdasarkan persamaan regresi (11) tersebut maka dapat dilihat pengaruh
antara variabel independen dan variabel dependen penelitian secara parsial
sebagai berikut:
Pengaruh Informasi Laba (EPS) terhadap Harga Saham Perbankan (CAR)
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah EPS berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa koefisien
β EPS bernilai positif sebesar 2,431x10-5 dan nilai thitung < ttabel yaitu 0,3670,05. Hal ini berarti bahwa EPS tidak berpengaruh
terhadap harga saham, dengan demikian hipotesis pertama (Ha1) ditolak.
Secara teori, EPS dapat mencerminkan pendapatan perusahaan di mana jika
pendapatan perusahaan tinggi maka EPS juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya.
Hal ini akan mempengaruhi harga saham, karena pergerakan harga saham
pengaruh awalnya adalah pendapatan perusahaan (Husnan 2001). Sebagaimana
ditunjukkan oleh angka signifikansi dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa

15
EPS memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini
berarti bahwa informasi EPS bank yang terdapat dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan bukan merupakan hal yang utama diperhatikan oleh investor.
Tidak berpengaruhnya EPS terhadap harga saham mengindikasikan bahwa
sebagian besar investor lebih mempertimbangkan faktor lain yaitu kesempatan
bertumbuh dan risiko sistematik sehingga dalam mempertimbangkan pembelian
saham tidak mempertimbangkan EPS. Hasil penelitian ini menolak penelitian
yang telah dilakukan Ichsan dan Taqwa (2013), Miranda (2011), dan Yusrawati
(2011).
Pengaruh Kebijakan Dividen (DPS) terhadap Harga Saham Perbankan
(CAR)
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah DPS berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa nilai
koefisien β
e nilai 0 an nilai thitung < ttabel yaitu 0,8500,05. Hal ini berarti bahwa DPS tidak berpengaruh terhadap
harga saham, dengan demikian hipotesis kedua (Ha2) ditolak.
Secara umum, teori mengenai kebijakan dividen menyatakan bahwa
semakin besar tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan dividen
per lembar saham bagi pemilik maka akan memberikan korelasi positif terhadap
harga saham perusahaan. Hal ini terkait kesempatan investor untuk mendapatkan
keuntungan selain capital gain sehingga akan mempengaruhi investor dalam
membuat keputusannya di pasar modal (Ichsan dan Taqwa 2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel DPS tidak berpengaruh
terhadap harga saham perbankan. Menurut data, terdapat 40% perusahaan
perbankan tidak membagikan dividen kepada para pemegang saham, namun
saham bank tersebut masih diminati oleh para investor. Motif para investor disini
bukan untuk mencari dividen namun untuk mencari keuntungan jangka pendek
yaitu capital gain karena perbankan merupakan industri yang aman dan
menjanjikan dengan kinerja yang mengagumkan sehingga investor tidak
mempertimbangkan dividen dalam keputusan pembelian saham. Hal ini berarti
bahwa informasi DPS perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan bukan merupakan hal utama yang diperhatikan investor dalam
membuat keputusan investasinya. Penelitian ini mendukung dividend irrelevance
theory yang menganggap bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak membawa
dampak apa-apa bagi nilai perusahaan, peningkatan, atau penurunan dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai dari perusahaan.
Penelitian ini menguatkan hasil penelitian Ichsan dan Taqwa (2013), Intan
(2009), Miranda (2011), dan Yusrawati (2011) yang menyatakan bahwa DPS
tidak berpengaruh terhadap harga saham. Namun menolak penelitian Herlina
(2008) yang menunjukkan bahwa DPS berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Harga Saham Perbankan (CAR)
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa nilai
koefisien β
A e nilai 0 9 9 an nilai thitung < ttabel yaitu 0,7480,05. Hal ini berarti bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap
harga saham, dengan demikian hipotesis ketiga (Ha3) ditolak.
Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai
prospek perusahaan di masa mendatang. Indikator ini penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi mampu memberikan return yang sesuai dengan
tingkat yang disyaratkan (Tandelilin 2001). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ROA berhubungan positif dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham perbankan. Tidak signifikannya variabel disebabkan oleh
nilai ROA yang berfluktuatif serta terjadi penurunan rata-rata ROA pada tahun
2009 yang disebabkan oleh krisis global pada tahun 2008. Selain itu, perbankan
cenderung melakukan pengumuman laba sebelum laporan keuangan yang telah
diaudit dipublikasikan dengan alasan untuk menarik para investor meningkatkan
nilai pasarnya. Tidak berpengaruhnya ROA terhadap harga saham
mengindikasikan bahwa sebagian besar investor tidak terlalu mempertimbangkan
ROA perusahaan.
Hubungan positif antara ROA dan harga saham sesuai dengan teori
Syamsudin (1992) yang mengemukakan bahwa ROA yang tinggi mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi para
pemegang saham sehingga saham tersebut akan diminati untuk dibeli. Hal ini
akan menyebabkan permintaan saham meningkat dan selanjutnya akan
menyebabkan harga saham naik. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang
telah dilakukan oleh Ratnasari (2003) yang menyimpulkan bahwa ROA
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham.
Pengaruh Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Perbankan (CAR)
Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah risiko sistematik berpengaruh
positif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa
nilai koefisien β RS bernilai 0,029 dan nilai thitung > ttabel yaitu 3,934>1,990 dengan
signifikansi 0,00