Dampak Komoditi Kopi Gayo Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Di Bener Meriah

(1)

DAMPAK KOMODITI KOPI GAYO TERHADAP KEHIDUPAN

SOSIAL EKONOMI PETANI DI BENER MERIAH

TESIS

Oleh

RAHMAYANTI

117024030/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAMPAK KOMODITI KOPI GAYO TERHADAP KEHIDUPAN

SOSIAL EKONOMI PETANI DI BENER MERIAH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Program Studi Magister Studi Pembangunan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAHMAYANTI

117024030/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : DAMPAK KOMODITI KOPI GAYO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI DI BENER MERIAH

Nama Mahasiswa : Rahmayanti Nomor Pokok : 117024030

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si ) (Husni Thamrin, S.Sos, MSP Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 4 Februri 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si Anggota : Husni Thamrin, S.Sos, MSP

: Hatta Ridho. S.Sos, MSP : Heri Kusmanto, Ph.D


(5)

PERNYATAAN

DAMPAK KOMODITI KOPI GAYO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI DI BENER MERIAH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 26 Maret 2014 Penulis


(6)

DAMPAK KOMODITI KOPI GAYO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI DI KABUPATEN BENER MERIAH

ABSTRAK

Salah satu komoditi unggulan Aceh yang kini mendunia adalah komoditi Kopi yang saat ini menjadi komoditi primadona bagi petani di Bener Meriah khususnya dan dataran tinggi Gayo pada umumnya. dibuktikan hampir 90 % masyarakat didaerah ini penghidupannya tergantung pada perkebunan kopi dimana hamparannya sekitar 49,187 hektar bahkan kemungkinan lebih luas lagi bila diukur secara detail, Kemegahan dan keunggulan komoditi ini belum sepenuhnya mampu mensejahterakan masyarakat petani dikarenakan prosfek pemasaran yang pluktuatif dan tidak adanya pihak penjamin hasil komoditi pada saat musim panen. Akibatnya petani selaku produsen mengalami delematis, selain berdampak juga pada penerapan pola olah kopi pasca panen, yang berdampak pada kwalitas dan cita rasa prodak ditambah lagi dengan prilaku eksportir kopi kita ada yang bermoral rendah, dimana mereka rata-rata mengambil keuntungan dua kali lipat dari harga dibelinya kepada petani kopi di daerah. Disisi lain adanya pedagang pengumpul maupun eksportir lokal sering memanfaatkan uang kopi yang telah dibayar cast/kontan oleh pembeli, akan tetapi kenyataannnya mereka selalu menyatakan uang belum keluar. Modus lainnya ada diantara mereka yang menggandakan atau melakukan investasi ke usaha lain. Dalam upaya mencari jawaban atas permasalahan penelitian, dilakukan berbagai metode penelaahan terhadap berbagai literatur yang ada. Hasil informan kunci yang sudah diwawancarai secara mendalam dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan teori yang ada serta fakta-fakta yang muncul dilapangan sehingga menghasilkan kesimpulan yang komprehensif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa nasib petani kopi Gayo saat ini masih belum bisa dikatakan sejahtra bila dibandingkan dengan nama besar kopi gayo yang mendunia, disamping itu juga masih minimnya peran Pemerintah Daerah dalam menangani permasalahan kopi, walaupun sejauh ini pemerintah sudah memberikan bantuan bibit, hingga biaya perawatan dan pupuk, tapi setelah panen petani kopi bingung Karena petani belum dapat menentukan harga. Pemerintah belum mampu mendongkrak harga kopi yang dapat mensejahterakan petani, yang dilakukan pemerintah hanya bagaimana melakukan peremajaan terhadap kopi. Dan bagaimana melestarian kopi, tapi pengendalian pasca panen dan pengendalian pasar petani tidak pernah diturut sertakan oleh pemerintah.


(7)

THE IMPACT OF GAYO COFFEE COMMODITY TOWARDS THE SOCIAL AND ECONOMY OF THE COFFEE FARMERS IN

BENER MERIAH REGENCY

ABSTRACT

One of Aceh commodity that is now worldwide known is Coffee commodity which has become excellent commodity for farmers, especially in Bener Meriah and in Central Aceh Highlands in general. Proved that almost 90 % of the people in this area depend on subsistence coffee plantation where their farms around 49,187 hectares and even wider when measured in detail, Pomp and advantages of this commodity has not been fully able to prosper due to the farming community fluctuative marketing prospect and the absence of an insurer of the commodity at harvest time. As a result, the farmers as producers experienced a dilemma , in addition to impact also on the application of post-harvest pattern coffee though , which affects the quality and taste of the product coupled with the bad behavior of our coffee exporters, where they average take double times the price of purchased coffee farmers in the area. On the other hand the existence of local traders and exporters of coffee often utilize the money that has been paid in cash by the buyer, but in fact they have always give statement that the money hasn’t been paid in cash. Other modes exist among those who make an investment into other business. In seeking answers to the problems of research, carried out a review of the various methods of the existing literature. Results are obtained by interviewing key informants in depth which were collected and analyzed descriptively and compared with existing theories and facts that appear in the field so as to produce a comprehensive conclusion. The study concluded that the fate of Gayo coffee farmers are still supposed to be not prosperous compared to big name Gayo coffee which is known worldwidely, in addition, also still lack of Local Government role in addressing the problems of coffee, although so far the government has been providing assistance in seedlings, up to the cost of and fertilizer treatments, but after harvest time, coffee farmers confused because they have not been able to determine the price . The government has not been able to push up the price of coffee to increase the welfare of farmers; the government only rejuvenates the coffee. And how to conserve the coffee, but the control of post-harvest and market control never involve the farmers by the government. Key Words: Coffee Commodity, Social and Economy


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan berkah-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “DAMPAK KOMODITI KOPI GAYO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI DI BENER MERIAHsyarat untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan pada sekolah Pascasarjana Universitas Sumater Utara, Medan.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, saya banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof. Subilhar, Ph.D, selaku Sekretaris Dokter Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen Tamu ketika Penulis melaksanakan sidang meja hijau

5. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, MA selaku Sekretaris Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak Husni Thamrin selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan kesabarannya sudah sangat banyak membantu memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis untuk menyempurnakan penulisan tesis ini.


(9)

7. Bapak Drs. Heri Kuswanto, MA Ph.D dan Bapak Hatta Ridho S.Sos, MSP selaku Komisi Pembanding yang juga telah membantu mengarahkan penulisan tesis ini.

8. Seluruh Dosen dan Staf di Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu baik dalam bidang akademik maupun administratif.

9. Seluruh rekan-rekan seperjuangan di MSP Angkatan 2011 atas dukungan dan kerjasamanya, semoga kita semua sukses. Aamiin

10. Pemerintah Kabupaten Bener Meriah yang telah banyak membantu dalam penulisan tesis ini

11. Seluruh Staf PUSKUD dan Bapak Tagore Abubakar yang telah banyak membantu Penulis saat melakukan penelitian.

Dan tak lupa pula Penulis ucapkan dengan penuh rasa cinta kepada orang tua, dan keluarga besar Penulis yang sudah sangat banyak memberi dukungan baik materi dan spiritual sejak mulai kuliah hingga akhirnya Penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan tepat waktu.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat kepada seluruh pembaca. Aamiin.

Medan, 26 Maret 2014

Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Rahnayanti

Tempat/ Tanggal Lahir : Timang Gajah Aceh Tengah/ 29 Oktober 1983

Alamat : Jalan Deli Tua Gg. Saudara

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

II. Orang Tua

Nama Ayah : Austinazar

Nama Ibu : Jamaliah Wahab

III. Pendidikan

1. SD N Bebesen Takengon Aceh Tengah Tahun 1989-1995 2. SMP N 5 Ujung Temetas, Aceh Tengah Tahun 1995-1998 3. SMA N 1 Kota Aceh Tengah Tahun 1998-2001

4. S-1 F. Ekonomi USU Jurusan Ekonomi Pembangunan Tahun 2001-2005 5. S-2 Magister Studi Pembangunan FISIP USU Tahun 2011-2014

Medan, 26 Maret 2014 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. i

ABSTRACT……… ii

KATA PENGANTAR………. iii

RIWAYAT HIDUP……….. v

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL……… viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….……….………… 1

1.2. Perumusan Masalah………….……….…..…….………….… 7

1.3. Tujuan Penelitian……….. ….……...….…. 7

1.4. Manfaat Penelitian………..………….………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kehidupan Sosial…….. …………...…………....……….. 9

2.1.1. Kehidupan Sosial Antara Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan………...………... 11

2.1.2. Kontak Sosial………... 13

2.1.3. Komunikasi….……….. 14

2.2 Kehidupan Sosial Ekonomi………..………..…….. 21

2.3 Sekilas Sejarah Kopi di Gayo…………...….……... 23

2.3.1. Kopi Setelah Masa Kemerdekaan..………... 25

2.3.2. Sejarah Sosial Masyarakat Aceh Yang Berada Di Dataran 2.3.3. Tinggi Gayo……….. 26

2.3.4. Tentang Suku Gayo………..……… 26

2.3.5. Pengertian Komoditi Kopi……….………….. 27

2.3.6. Pengertian Dan Ruang Lingkup Tata Niaga…………. 29

2.4. Pengertian Produksi Secara Sempit……….. 31

2.4.1 Definisi / Pengertian Distribusi………. 31


(12)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian……… …………..……… 40

3.2. Lokasi Penelitian………..……….…… 40

3.3. Teknik Pengumpulan Data………....……….. 41

3.4. Informan Penelitian……….…………...………. 42

3.5. Teknik Pengumpulan Data………..…….……… . 45

3.6. Definisi Konsep…..………. 46

3.7. Jadwal Penelitian……….………. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kopi di Indonesia…..………..………. 49

4.2. Profil Singkat Bener Meriah………... 51

4.3. Potensi Pengembangan Wilayah………….….……… 58

4.4. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kopi Gayo……….. .61

4.5. Dataran Tinggi Gayo Dan Varietas Kopinya………. 66

4.6. Panen dan Pasca Panen………. 69

4.7. Skema Mata Rantai Perdagangan Kopi ……….……….. 79

4.7.1. Peran Petani, Toke Dan Koperasi………. 83

4.7.2. Upaya Pemerintah Dalam Rangka Meningkatkan Tarap Hidup Petani………..…. 84

4.7.3. Kebijakan Yang Telah Dilakukan Oleh Pemerintah Kabupaten Bener Meriah……… 85

4.7.4. Kebijakan Harga………. 86

4.8. Dampak Komoditi Kopi Gayo Terhadap Kehidupan Sosial Petani………..……….……… 93

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan…..………..……… 100


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 4.1. Tofografi Bener Meriah………..……..……….54

4.2. Penggunaan Lahan Bener Meriah……….………..…...56 4.3. Luas Areal Dan Produksi Komoditi Kopi, Kakao Dan Tebu……..57 4.4. Ekspor Kopi Bener Meriah………..……….69 4.5. Klasifikasi Mutu Fisik Kopi…………..………...92


(14)

DAMPAK KOMODITI KOPI GAYO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI DI KABUPATEN BENER MERIAH

ABSTRAK

Salah satu komoditi unggulan Aceh yang kini mendunia adalah komoditi Kopi yang saat ini menjadi komoditi primadona bagi petani di Bener Meriah khususnya dan dataran tinggi Gayo pada umumnya. dibuktikan hampir 90 % masyarakat didaerah ini penghidupannya tergantung pada perkebunan kopi dimana hamparannya sekitar 49,187 hektar bahkan kemungkinan lebih luas lagi bila diukur secara detail, Kemegahan dan keunggulan komoditi ini belum sepenuhnya mampu mensejahterakan masyarakat petani dikarenakan prosfek pemasaran yang pluktuatif dan tidak adanya pihak penjamin hasil komoditi pada saat musim panen. Akibatnya petani selaku produsen mengalami delematis, selain berdampak juga pada penerapan pola olah kopi pasca panen, yang berdampak pada kwalitas dan cita rasa prodak ditambah lagi dengan prilaku eksportir kopi kita ada yang bermoral rendah, dimana mereka rata-rata mengambil keuntungan dua kali lipat dari harga dibelinya kepada petani kopi di daerah. Disisi lain adanya pedagang pengumpul maupun eksportir lokal sering memanfaatkan uang kopi yang telah dibayar cast/kontan oleh pembeli, akan tetapi kenyataannnya mereka selalu menyatakan uang belum keluar. Modus lainnya ada diantara mereka yang menggandakan atau melakukan investasi ke usaha lain. Dalam upaya mencari jawaban atas permasalahan penelitian, dilakukan berbagai metode penelaahan terhadap berbagai literatur yang ada. Hasil informan kunci yang sudah diwawancarai secara mendalam dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan teori yang ada serta fakta-fakta yang muncul dilapangan sehingga menghasilkan kesimpulan yang komprehensif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa nasib petani kopi Gayo saat ini masih belum bisa dikatakan sejahtra bila dibandingkan dengan nama besar kopi gayo yang mendunia, disamping itu juga masih minimnya peran Pemerintah Daerah dalam menangani permasalahan kopi, walaupun sejauh ini pemerintah sudah memberikan bantuan bibit, hingga biaya perawatan dan pupuk, tapi setelah panen petani kopi bingung Karena petani belum dapat menentukan harga. Pemerintah belum mampu mendongkrak harga kopi yang dapat mensejahterakan petani, yang dilakukan pemerintah hanya bagaimana melakukan peremajaan terhadap kopi. Dan bagaimana melestarian kopi, tapi pengendalian pasca panen dan pengendalian pasar petani tidak pernah diturut sertakan oleh pemerintah.


(15)

THE IMPACT OF GAYO COFFEE COMMODITY TOWARDS THE SOCIAL AND ECONOMY OF THE COFFEE FARMERS IN

BENER MERIAH REGENCY

ABSTRACT

One of Aceh commodity that is now worldwide known is Coffee commodity which has become excellent commodity for farmers, especially in Bener Meriah and in Central Aceh Highlands in general. Proved that almost 90 % of the people in this area depend on subsistence coffee plantation where their farms around 49,187 hectares and even wider when measured in detail, Pomp and advantages of this commodity has not been fully able to prosper due to the farming community fluctuative marketing prospect and the absence of an insurer of the commodity at harvest time. As a result, the farmers as producers experienced a dilemma , in addition to impact also on the application of post-harvest pattern coffee though , which affects the quality and taste of the product coupled with the bad behavior of our coffee exporters, where they average take double times the price of purchased coffee farmers in the area. On the other hand the existence of local traders and exporters of coffee often utilize the money that has been paid in cash by the buyer, but in fact they have always give statement that the money hasn’t been paid in cash. Other modes exist among those who make an investment into other business. In seeking answers to the problems of research, carried out a review of the various methods of the existing literature. Results are obtained by interviewing key informants in depth which were collected and analyzed descriptively and compared with existing theories and facts that appear in the field so as to produce a comprehensive conclusion. The study concluded that the fate of Gayo coffee farmers are still supposed to be not prosperous compared to big name Gayo coffee which is known worldwidely, in addition, also still lack of Local Government role in addressing the problems of coffee, although so far the government has been providing assistance in seedlings, up to the cost of and fertilizer treatments, but after harvest time, coffee farmers confused because they have not been able to determine the price . The government has not been able to push up the price of coffee to increase the welfare of farmers; the government only rejuvenates the coffee. And how to conserve the coffee, but the control of post-harvest and market control never involve the farmers by the government. Key Words: Coffee Commodity, Social and Economy


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi jenis Arabika masuk ke Jawa dari Malabar pada tahun 1699 dibawa oleh kapitalisme Belanda perkembangannya sangat pesat dan hal ini tidak bisa dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an. Kemudian kopi dibawa oleh Belanda ke Dataran Tinggi Gayo pada tahun 1904 dan pada masa ini kopi merupakan salah satu usaha pemerintah Belanda. Produksi kopi arabika mengalami penurunan secara menyeluruh terjadi pada tahun 1910-an, peristiwa inilah yang membuka frontier (tanah perbatasan) baru dalam budidaya tanaman kopi varietas robusta yang lebih tahan dari serangan penyakit dan mempunyai produktivitas yang lebih besar. Varietas kopi robusta ini segera menyebar ke daerah lain, khususnya Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung dan Aceh.

Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor perkebunan, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam pembentukan perkembangan sosial, ekonomi masyarakat di Indonesia. Perkembangan perkebunan pada satu sisi dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat Indonesia dengan masyarakat dunia, sektor ini memberikan keuntungan finasial yang besar, serta membuka kesempatan ekonomi baru dalam bidang perdagangan, namun pada sisi lain perkebunan juga dianggap sebagai kendala bagi diversifikasi ekonomi


(17)

masyarakat yang lebih luas, menjadi sumber penindasan, serta salah satu faktor penting yang menimbulkan kemiskinan struktural.

Di Aceh budidaya tanaman kopi berkembang begitu pesat dan begitu juga di dataran Tinggi Gayo kopi arabika di Tanah Gayo sebagaimana daerah lain dikembangkan oleh pemerintah Kolonial Belanda, Hal tersebut dikarenakan tanaman kopi sangat sesuai dengan ketinggian tanah di Gayo. Bagi masyarakat Gayo kopi dapat dikatakan sebagai sumber utama bagi kehidupan. Mayoritas petani dikabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah menanam kopi, baik yang dikerjakan secara tradisional maupun modern. Semua keluarga dalam tradisi dan budaya gayo memiliki peran dalam proses produksi kopi, mulai dari membuka lahan, menanam, merawat hingga memanen kopi. pertanian kopi merupakan tradisi yang merupakan bagian kehidupan sosial ekonomi masyarakat Gayo.

Sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalakan usaha dan berhasil mencukupinya. Sosial mengandung arti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, sementara it berhubungan dengan asas produksi, distribusi, pemakaian barang serta kekayaan. Sekilas Sosial dan Ekonomi seperti dua hal dan diantara keduanya sebenarnya terdapat kaitan yang erat. Salah satu kaitan yang erat tersebut adalah, Jika keperluan ekonomi tidak terpenuhi maka akan terdapat dampak sosial yang terjadi di masyarakat kita. Jadi bisa dijadikan kesimpulan adalah bahw


(18)

yang berhubungan dengan tindakan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti sandang, pangan dan papan.

Kehidupan sosial sebagai petani membuat mereka tidak punya pilihan lain hanya mengurus kebun kopi saja karena mata pencarian hanya di peroleh dari hasil panen kopi. Namun kondisi ini tidak membawa kehidupan sosial ekonominya kearah yang lebih baik. Bila dilihat kenyataan yang ada sampai sekarang kondisi petani tetap miskin, hal inilah salah satu penyebab mengapa masyarakat Gayo tidak ada bercita-cita jadi petani kopi. Para anak-anak Gayo hanya sebagian kecil saja yang mau melanjutkan sekolah di Jurusan Pertanian di berbagai universitas, yang seharusnya mereka geluti agar nanti bisa menambah ilmu untuk bisa menjadikan kopi produk unggulan.

Kesungguhan petani menggarap lahan untuk dijadikan perkebunan khususnya kopi, membuat semua orang optimis melihat masa depan masyarakat petani Gayo. Namun keoptimisan itu masih belum terjawab, ketika kita mendekati masing-masing petani kopi, kebanyakan dari mereka masih belum merasa bahwa kebutuhan hidup mereka dapat dipenuhi dengan hasil dari kebun kopi. Mereka sering mengeluhkan hasil panen mereka tidak ada harga, buah yang dihasilkan tidak imbang dengan luasnya lahan yang dimiliki.

Siklus kehidupan para petani kopi yang terasa teramat sulit bisa mapan atau sejahtera dari hasil kopinya, membuat anak-anak Gayo terkesan tidak bangga menjadi anak petani kopi di dataran tinggi Gayo. Bayangkan saja, andai para orang tua mereka bisa hidup layaknya petani kopi di Brazil yang pergi ke kebunnya dengan mobil mewah dan berpakaian rapi, mungkin kebanggaan itu akan pulih dan minat untuk menjadi petani kopi akan lebih besar lagi, agar


(19)

mampu mempertahankan lahan kopi yang telah ada supaya tidak terjual atau dialihkan ketanaman lain.

Kopi arabika dikawasan ini semuanya merupakan perkebunan rakyat dengan jumlah petani sekitar 47.000 K.K, adapun luas kepemilikan sebagian besar antara 1-2 ha per K.K, sumbangan kopi arabika terhadap pendapatan keluarga berpariasi mulai antara 50-90%. Pendapatan lain bersumber dari tanaman pangan, sayur-mayur, usaha perdagangan, jasa dan lain-lain. Tujuan utama pengelolaan usaha tani kopi adalah untuk meningkatkan produksi agar pendapatan petani kopi juga meningkat, oleh karena itu petani sebagai pengelola usahanya harus mengerti cara mengalokasikan sumberdaya atau faktor produksi yang dimilikinya sehingga tujuan tersebut dapat tercapai, untuk meningkatkan harga kopi dipasaran agar tidak selalu anjlok/harga murah pada saat harga turun.

Pengalaman akan murahnya harga, sedikitnya hasil yang didapat sudah berlangsung sejak lama. Perbaikannya juga telah dilakukan oleh pemerintah dengan adanya identifikasi varitas kopi yang sesuai dengan daerah yang akan ditanami kopi. Nampaknya upaya ini belum dapat menjawab semua permasalahan yang berkembang dilingkungan para petani, termasuk permasalahan yang dihadapi adalah habisnya uang dengan selesainya masa panen, kenikmatan hidup hanya sebatas masa panen, sehingga masa susahnya sebagai petani lebih panjang dari masa senangnya. Ada permasalahan yang terkadang luput dari pembicaraan para peneliti kehidupan sosial kemasyarakat Gayo, dimana para petani dengan mudahnya menjual hasil panen mereka, mereka tidak perlu mengangkut hasil panen karena para pembeli sudah langsung mengambil dari kebun, petani yang seharusnya mendapat uang sedikit dari tahapan proses pengolahan kopi kini tidak


(20)

dapat lagi, petani yang seharusnya dapat menyimpan hasil pertanian kini tidak lagi, untuk itu diperlukan campur tangan pemerintah dalam mengatasi masalah komoditi kopi gayo ini.

Sebagai komoditi utama dari Tanah Gayo, upaya pemerintah untuk melestarikan kopi dinilai tidaklah cukup. Nasib petani kopi Gayo saat ini masih sedih. Pemerintah Daerah memang ada memberikan bantuan bibit, hingga biaya perawatan dan pupuk. Tapi setelah panen masyarakat pusing. Karena petani belum dapat menentukan harga. Pemerintah Daerah belum peduli akan nasib petani. Seharusnya pemerintah membuat pusat informasi harga kopi. Dengan demikian para petani dapat mengetahui perkembangan pasar dan dapat menanyakan langsung kepada pemerintah.

Petani kopi berharap pada saat-saat banjir buah kopi seperti sekarang ini, harganya juga tidak rendah, Karena dengan demikian sebagai petani kopi dapat menikmati jerih payahnya sejak setahun terakhir. Keterpurukan harga kopi Arabika ini dinilai karena minimnya pengawasan pemerintah terhadap toke-toke kopi, untuk itu diperlukan adanya penyuluhan-penyuluhan kepada petani kopi agar tidak menjual kopi mereka pada saat harga murah.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pembinaan melalui penumbuhan minat dan perbaikan sistem pola tanam petani kopi dalam rangka peningkatan produksi dan pengembangan usahatani kopi rakyat di propinsi ini. Usaha meningkatkan kehidupan yang layak bagi petani harus didukung oleh pemerintah setempat terutama dalam hal pembenahan kegiatan tataniaga komoditi kopi, karena besarnya pendapatan petani sangat ditentukan oleh pembentukan harga jual. Perbaikan mutu kopi juga harus dilakukan, karena mutu kopi sangat


(21)

mempengaruhi stabilitas harga. Apabila mutu kopi bagus maka harganya akan tinggi demikian sebaliknya. Harga jual kopi yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan petani kopi yang umumnya masih relatif rendah.

Hasil kopi Gayo yang berlimpah ruah sangat terkenal oleh kalangan masyarakat luas. Namun dibalik ketenarannya, ternyata nasib petaninya masih dinilai minus setidaknya inilah penuturan para petani kopi di Bener Meriah. Sebagian dari mereka mengaku meski telah berhasil menjadikan kopi arabika gayo menjadi terbaik secara kualitas seantero bumi, namun dari segi ekonomi, jauh dari harapan para petani kopi arabika gayo.

walau kopi arabika telah dikenal, namun hingga kini petaninya belum tersentuh secara apik dari pemerintah dan pihak yang berkompeten, khususnya menyangkut kesejahtraan petani. Harusnya pemerintah daerah memberi perhatian serius kepada petani kopi. Apalagi dari sinilah sumber asli pendapatan daerah yang terbesar. Namun mengapa petaninya mayoritas masih terpuruk.

Karena itu, harus dilakukan upaya tertentu untuk mendongkrak kehidupan para petani kopi di Gayo. Salah satunya seperti meningkatkan SDM petani dan mempersingkat rantai pemasaran kopi. Mayoritas petani kopi masih terikat pola bertani tradisionil. Melakukan perawatan asal-asalan dan jika tiba massa panen, ada diantaranya terikat permainan harga dengan agen. Artinya petani terpaksa mengikuti aturan main tengkulak karena terlilit utang piutang untuk menutupi kebutuhan selama menunggu kopi berbuah di musim berikutnya.

Selain itu kehidupan petani kopi di Bener Meriah yang sangat tergantung dari hasil perdagangan kopi juga merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Hal ini di dasarkan atas pengamatan peneliti dimana produk kopi yang dianggap


(22)

sebagai sektor andalan di Kabupaten Bener Meriah belum mampu mengankat tingkat kesejahteraan petani kopi itu sendiri.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi petani kopi di Kabupaten Bener Meriah?

2. Bagaimana peran pemerintah dalam upaya meningkatkan taraf hidup petani kopi yang berada di Bener Meriah?

3. Bagaimana dampak komoditi kopi gayo terhadap kehidupan sosial petani di Bener Meriah

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan kehidupan sosial ekonomi petani kopi di Kabupaten Bener Meriah.

2. Untuk mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kabuten Bener Meriah dalam meningkatkan taraf hidup petani kopi gayo

3. Untuk mengetahui sejauh mana dampak komoditi kopi mempengaruhi kehidupan sosial petani kopi gayo


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Perkembangan pengetahuan dan keilmuan dalam kajian studi pembangunan yang berhubungan dengan pembangunan sector pertanian.

2. Pemerintah Kabupaten Bener Meriah sebagai motor penggerak pembangunan pada tingkat kabupaten dalam memmecahkan masalah-masalah pertanian kopi.

3. Pemangku kepentingan industri kopi untuk mengembangkan dan menjalin sinergi antara seluruh pemangku kepentingan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehidupan Sosial

Sosial berarti masyarakat. Kehidupan sosial berarti kehidupan masyarakat. Mengingat kehidupan masyarakat adalah sistem, maka kehidupan sosial dikenal juga dengan istilah sistem sosial. Ketika berbicara sistem, maka kita berbicara tentang unsur-unsur yang membangunnya. Berbicara tentang sistem sosial, maka kita berbicara tentang unsur-unsur yang membentuk kehidupan sosial. Paling tidak dalam sebuah sistem sosial harus ada individu-individu yang berkumpul bersama dalam satu wilayah tertentu dan ada norma/aturan yang mengatur hubungan di antara individu-individu itu.

Kehidupan Dikumandangkan Wilayah nusantara mempunyai potensi ekonomi yang tinggi, seperti posisi khatulistiwa, wilayah laut yang luas, hutan tropis yang besar, hasil tambang dan minyak yang besar, serta memiliki penduduk dalam jumlah cukup besar. Oleh karena itu, implementasi dalam kehidupan ekonomi harus berorientasi pada sektor pemerintahan, pertanian, dan perindustrian. Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan keseimbangan antar daerah. Oleh sebab itu, dengan adanya otonomi daerah dapat menciptakan upaya dalam keadilan ekonomi.

Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat, seperti dengan memberikan fasilitas kredit mikro dalam pengembangan usaha kecil. Pengertian kondisi Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur 9


(25)

masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingklat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Abraham Maslow mengungkapkan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan mengaktualisasikan diri.

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumberdaya di bumi ini yang dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistem pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotannya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat pada saat itu.

Sosial ekonomi mencakup 3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi di titik beratkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly Dalam Susanto, 1984). Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu


(26)

menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalakan usaha dan berhasil mencukupinya.

Pengertian kehidupan sosial adalah kehidupan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sosial/kemasyarakatan. Sebuah kehidupan disebut sebagai kehidupan sosial jika di sana ada interaksi antara individu satu dengan individu lainnya, dan dengannya terjadi komunikasi yang kemudian berkembang menjadi saling membutuhkan kepada sesama. Dalam hal yang terjadi di lapangan, kehidupan sosial sangat erat kaitannya dengan bagaimana bentuk kehidupan itu berjalan. 2.1.1 Kehidupan Sosial Antara Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Pada zaman sekarang ini, sering kita membedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapapun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.

Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan masyarakat pedesaan dan perkotaan adalah:

Masyarakat Pedesaan 1. Perilaku homogen


(27)

3. Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status 4. Isolasi sosial, sehingga static

5. Kesatuan dan keutuhan cultural

Sedangkan masyarakat Kota: 1. Perilaku heterogen

2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan 3).Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi

3. Mobilitassosial,sehingga dinamik 4. Individualisme

Kehidupan sosial masyarakat perkoataan jauh berkembang dari masyarakat pedesaan, namun, dalam kehidupan bersosialisasi, masyarakat pedesaan lebih mudah bersosialisasi dengan daerah sekitar mereka tinggal, bahkan orang yang hidup di pedesaan mereka tidak hanya mengenal tetangga di desa meraka saja bahkan keluar dari desa mereka pun mereka tetap saling mengenal, dibanding masyarakat perkotaan, yang tetangga samping merekapun belum tentu mereka kenal.

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarka

dalam

itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing – masing,maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu


(28)

untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran.

Menurut

interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya

kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahw suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.

2.1.2 Kontak Sosial

Kata “kontak”contact") berasal darcon atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.

1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.

2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan


(29)

pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.

2.1.3. Komunikasi

Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.

1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.

2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.

3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.

4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.

5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.


(30)

berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Berdasarkan sudut

inilah

dalam memperngaruhi tiap individu pada saat terjadinya membentuk suatu masing – masing individu. Hal ini membuat kegiata dasar yang kuat dalam kehidupan ma

Adanya tingkat kesadaran di dalam berkomunikasi di antara warga – warga dalam kehidupan bermasyarakat dapat membuat sebagai suatu kesatuan dan menciptakan apa yang dinamakan sebagai suat

arti dan menghasilka tersebut ol

sistem komunikasinya masing-masing.

Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.

Manusia menurut Aristoteles Menurut Aristoteles (384-322 sebelum masehi), seorang ahli fikir yunani menyatakan dalam ajaranya, bahwa manusia


(31)

adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dengan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk yang bermasyarakat . dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

Aristoteles mendefinisikan manusia. Aristoteles, seorang filosof Yunani, terkenal dengan gagasannya tentang manusia sebagai makhluk sosial; makhluk yang hidup bersama manusia yang lain; makhluk yang ada dan berelasi dengan manusia lain. Bahwa manusia itu makhluk sosial tidak hanya bermaksud menegaskan ide tentang kewajiban manusia untuk bersosialisasi dengan sesamanya, melainkan ide tentang makhluk sosial terutama bermaksud menunjuk langsung pada kesempurnaan identitas dan jati diri manusia. Mengapa demikian? Sosialitas adalah kodrat manusia. Manusia tidak bisa hidup sendirian.

Manusia memerlukan manusia lain. Secara kodrati, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang mencari kesempurnaan dirinya dalam tata hidup bersama. Manusia lahir, tumbuh dan menjadi insan dewasa karena dan bersama manusia lain. Maka definisi manusia sebagai makhluk sosial secara langsung bermaksud menegaskan bahwa hanya dalam lingkup tata hidup bersama kesempurnaan manusia akan menemukan kepenuhannya. Hidup dan perkembangan manusia, bahkan apa yang disebut dengan makna dan nilai kehidupan manusia hanya mungkin terjadi dalam konteks kebersamaan dengan manusia lain. Makna dan nilai hidup akan tertuang secara nyata apabila manusia mengamini dan mengakui eksistensi sesamanya. Juga


(32)

pemekaran sebuah kepribadian akan mencapai kepenuhannya jika manusia mampu menerima kehadiran sesamanya.

Masing-masing pribadi menghendakinya karena sadar bahwa kesempurnaan dirinya hanya tercapai melalui kebersamaanya dengan manusia yang lain. Hidup bersama dengan demikian bukan pertama-tama sebuah “gerombolan” tanpa tujuan, melainkan sebuah kesatuan dan sistem yang terarah kepada kesempurnaan dan keutuhan masing-masing individu. Hidup bersama ada pertama-tama untuk memenuhi kehendak dan tujuan setiap pribadi manusia untuk menyempurnakan dirinya. Inilah yang dimaksud good life, yaitu teraktualisasinya kesempurnaan hidup masing-masing manusia dalam konteks hidup bersama.

Di kehidupan kita sebagai anggota masyarakat istilah sosial sering dikaitkan dengan halhal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Dan juga sering diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikataka sebagai mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Pada dunia pendidikanpun istilah sosial dipakai untuk menyebut salah satu jurusan yang harus dipilih ketika memasuki jenjang sekolah menengah atas atau pilihan ketika memasuki perguruan tinggi, dan jurusan tersebut adalah jurusan yang berkaitan dengan segala aktivitas yang berkenaan dengan tindakan hubungan antar manusia.

Lebih jauh lagi terdapat dua bidang ilmu yang ada di dunia ini yaitu ilmu pengetahuan alam dan humaniora, kedua bidang tersebut mempunyai perbedaan


(33)

kajian, yaitu bahwa ilmu pengetahuan alam mengarah pada kajian-kajian yang bersifat alam dan pasti, sedangkan humaniora berkaitan dengan kemanusiaan, atau sering orang mengartikannya sebagai seni, bahasa, sastra. Sosial merupakan bidang yang berada di antara humaniora dan ilmu pengetahuan alam. Atau juga Ilmu pengetahuan alam dilawankan dengan ilmu pengetahuan sosial atau ilmu sosial.

Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan sosial dari kenyataan-kenyataan tentang istilah tersebut di atas. Dilihat dari sasaran atau tujuan dari istilah tersebut yang berkaitan dengan kemanusiaan, maka dapat diasumsikan bahwa semua pernyataan tersebut pada dasarnya mengarah pada bentuk atau sifatnya yang humanis atau kemanusiaan dalam artian kelompok, mengarah pada hubungan antar manusia sebagai anggota masyarakat atau kemasyarakatan. Sehingga dapat dimaksudkan bahwa sosial merupakan rangkaian norma, moral, nilai dan aturan yang bersumber dari kebudayaan suatu masyarakat atau komuniti yang digunakan sebagai acuan dalam berhubungan antar manusia.

Sosial disini yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari komunitas tersebut.


(34)

Manusia dalam Kehidupan Bersosial menurut Plato mengatakan, mahluk hidup yang disebut manusia merupakan mahluk sosial dan mahluk yang senang bergaul/berkawan (animal society = hewan yang bernaluri untuk hidup bersama). Status mahluk sosial selalu melekat pada diri manusia. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara utuh hanya dengan mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia memerlukan bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Ciri utama mahluk sosial adalah hidup berbudaya. Dengan kata lain hidup menggunakan akal budi dalam suatu sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya tersebut meliputi filsafat yang terdiri atas pandangan hidup, politik, teknologi, komunikasi, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.

Menurut Aristoteles (384 – 322 SM), manusia adalah mahluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya (zoon politicon yang artinya mahluk yang selalu hidup bermasyarakat). Pada diri manusia sejak dilahirkan sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di tengah-tengah manusia lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya disebut gregoriousness. Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan bersama.


(35)

Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam suatu pergaulan hidup bersama. Interaksi dimaksud, berproses sesuai dengan perkembangan jiwa dan fisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya. Pada masa bayi, mereka berinteraksi dengan keluarganya melalui berbagai kasih sayang. Ketika sudah bisa berbicara dan berjalan, interaksi mereka meningkat lebih luas lagi dengan teman-teman sebayanya melalui berbagai permainan anak-anak atau aktivitas lainnya. Proses interaksi mereka terus berlanjut sesuai dengan lingkungan dan tingkat usianya, dari mulai interaksi non formal seperti berteman dan bermasyarakat sampai interaksi formal seperti berorganisasi, dan lain-lain. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu:

1. Faktor alamiah atau kodrat Tuhan

2. Faktor saling memenuhi kebutuhan

3. Faktor saling ketergantungan

Keberadaan semua faktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia, sehingga manusia itu benar-benar bermasyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa hidup bermasyarakat itu bukan hanya sekadar kodrat Tuhan melainkan juga merupakan suatu kebutuhan bagi jenis manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. ika tingkah laku timbal balik (interaksi sosial) itu berlangsung berulang kali dan terus menerus, maka interaksi ini akan berkembang menjadi interelasi sosial. Interelasi sosial dalam masyarakat akan tampak dalam bentuk sense of belonging yaitu suatu perasaan hidup bersama, sepergaulan, dan selingkungan yang dilandasi oleh rasa


(36)

kemanusiaan yang beradab, kekeluargaan yang harmonis dan kebersatuan yang mantap.

Dengan demikian tidak setiap kumpulan individu merupakan masyarakat. Dalam kehidupan sosial terjadi bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara lain hubungan antarstatus, persahabatan, kepentingan, dan hubungan kekeluargaan. Sebagai mahluk sosial, manusia dikaruniai oleh Sang Pencipta antara lain sifat rukun sesama manusia.

2.2. Kehidupan Sosial Ekonomi

Pengertian kondisi Sosial ekononomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingklat ekonomi sepertik pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Abraham Maslow mengungkapkan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan mengaktualisasikan diri.

Sosial Ekonomi - Sosial mengandung arti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, sementara itu


(37)

ilmu yang berhubungan dengan asas produksi, distribusi, pemakaian barang serta kekayaan. Sekilas Sosial dan Ekonomi seperti dua hal da berbeda, namun diantara keduanya sebenarnya terdapat kaitan yang erat. Salah satu kaitan yang erat tersebut adalah, Jika keperluan ekonomi tidak terpenuhi maka akan terdapat dampak sosial yang terjadi di masyarakat kita.

Jadi bisa dijadikan kesimpulan adalah bahwa pengertian sebagai segala sesuatu hal yang berhubungan dengan tindakan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti sandang, pangan dan papan. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalakan usaha dan berhasil mencukupinya. Dampak sosial yang terjadi di masyarakat akibat tidak terpenuhinya dampaknya adalah:

1. Kesenjangan sosial

Sejatinya juga ikut mendongkrak status dan pendapatan seluruh lapisan masyarakat. Namun hal tersebut tidak akan terjadi jika tidak dilakukan kajian menyeluruh akan manfaat dan keuntungan yang di dapatkan dari pertumbuhan ekonomi negara. Yang terjadi adalah semakin tingginya jurang kesenjangan sosial di masyarakat akibat yang merasakan kemakmuran dari pertumbuhan ekonomi hanya kalangan lapisan masyarakat menengah ke atas sementara kalangan masyarakat menengah


(38)

ke bawah masih bergelut dengan kekurangan dan tidak bisa ikut merasakan keuntungan dari pertumbuha

2. Kekerasan etnis dan kelompok

Dampak sosial ekonomi ini sering terjadi di Indonesia, timpangnya perekonomian mengakibatkan masyarakat tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi, merasakan kemakmuran dan pemerataan pembangunan. Akhirnya masyarakat yang berada dalam lingkup seperti ini jadi gampang terpengaruh dan tersulut, tidak memiliki pendirina sendiri dan cenderung gampang sekali terprovokasi baik oleh masa ataupun oleh tokoh yang mereka anggap lebih pintar. Inilah yang menyebabkan suatu daerah rawan sekali dengan konflik tidak memikirkan lebih dalam akibat jangka panjang dari konflik tersebut

3. Kekerasan dalam rumah tangga

Ini adalah contoh dampak sosial ekonomi yang ketiga, walaupun ekonomi bukanlah alasan utama namun dalam beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga faktor ekonomi lah yang jadi pemicu utama. Akibat tidak tercapainya suatu kebutuhan masyarakat dalam lingkup keluarga jadi bersumbu pendek, tidak berpikir panjang salah satu akibatnya adalah karena beban hidup yang tinggi dan berlangsung berkepanjangan.

2.3. Sekilas Sejarah tentang Kopi

Tanaman kopi di masuk ke Indonesia pada tahun 1696 oleh orang-orang Belanda, akan tetapi usaha yang pertama ini gagal. Usaha ini diulangi lagi pada tahun 1699 dan berhasil, selanjutnya dikembangkan perkebunan-perkebunan


(39)

kopi di pulau jawa. Lebih dari satu abad kemudian hampir separuh perkebunan kopi di pulau jawa mengusahakan tanaman kopi, jenis kopinya adalah Arabika (Khalid, dkk, 1996)

Perkebunan-perkebunan kopi arabika di Jawa pada saat itu berkembang dengan sangat pesat, karena kopi yang dihasilkan di jawa mempunyai mutu yang sangat baik dan sangat digemari oleh orang-orang Eropa. Sebelum tahun 1900 kopi arabika merupakan komoditas ekspor utama bagi Pemerintah Hindia Belanda karena hampir seluruh ekspor pada saat itu terdiri dari kopi arabika dan hanya 10-20 % saja terdiri dari jenis liberika (Khalid, dkk, 1996).

Kopi arabika kemudian menyebar ke pulau-pulau yang lain seperti Sumatera, Sulawesi, Bali, dan lainnya, akan tetati luas perkebunan di luar pulau jawa tidak seluas di jawa. Masa keemasan kopi arabika di jawa khususnya dan di Indonesia umumnya mulai memudar sesudah tampak adanya gejala setelah serangan jamur karat daun (Hemileia vastarix). Gejala tersebut mulai di jawa tahun 1878.

Varietas-varietas kopi arabika yang ditanam pada saat itu rentan terhadap serangan jamur, sehingga pada waktu yang relatip singkat telah menimbulkan kerugian yang besar. Akibatnya banyak perkebunan kopi arabika di lahan – lahan rendah dialihkan ke tanaman lain, seperti kakao, karet, kopi robusta dan kelapa. Sampai dengan dasawarsa delapan puluhan, kopi arabika hanya tinggal di lahan-lahan tinggi, seperti Ijen (Jawa Timur), Aceh Tengah (Aceh), Toraja (Sulawesi Selatan) dan Kinta Mani (Bali). Untuk mengatasi masalah penyakit tersebut, pada tahun 1900 dimasukkan (diintroduksi) jenis Robusta. Jenis ini agak tahan serangan jamur karat daun, sehingga dalam waktu relatip singkat tanaman kopi


(40)

Robusta telah mendominasi kebun-kebun kopi terutama di lahan-lahan rendah, sayangnya mutu kopi robusta tidak sebaik arabika. (Khalid, dkk, 1996)

Tahun 1908 pertama kali belanda memperkenalkan kopi arabika yang dimasukkan ke Takengon Aceh Tengah. Ditanam pertama kali di sebelah Utara Danau Lut Tawar yang diyakini sekitar Paya Tumpi. Kemudian belanda mengembangkan kawasan perkebunan lainya yang dikelola sebagai tanaman komersial yang hasilnya dieksport keluar negeri bersama tanaman sayur-sayuran seperti kentang, teh, dan getah pinus mercusi (terpentin).

2.3.1. Kopi setelah Masa Kemerdekaan

Setelah belanda hengkang karena masuknya Jepang pengolahan perkebunan kopi (kopi Blang Gele) beralih kepada Jepang. Tidak banyak kisah perkebunan kopi ini selama pendudukan Jepang di Gayo karena Jepang sibuk mempersiapkan diri dalam perang.

Setelah Jepang pergi, perkebunan kopi kemudian di kelola pemerintah daerah. Pemerintah daerah kemudian memberikan pengolahan perkebunan kepada pengusaha asal Bireun yang bernama Nyak Mahmud. Nyak Mahmud mengelola perkebunan ini hingga sebelum tahun 1964, karena pada tahun 1964 pemda Aceh Tengah yang sudah memiliki Bupati pertama Abdul Wahab bersama Agraria membagi tanah belanda ini kepada bekas pekerja Belanda.

Dengan masuknya penjajahan Jepang ke dataran tinggi gayo pada tahun 1942 perkebunan kopi yang sudah ditekuni sempat terlantar. Selanjutnya usaha kopi perkebunan kopi rakyat mulai dikembangkan kembali setelah zaman kemerdekaan , terutama setelah selesainya konflik G30 SKPI dan peristiwa DI/TII tahun 1960-an. Sampai sekarang masyarakat gayo mulai mengandalkan


(41)

kopi sebagai komoditas utama dengan tidak mengabaikan komoditas yang lain. Lahan perkebunan kopi berkembang secara signifikan dari tahun ke tahun.

Masyarakat gayo yang semula menjadikan lahan pertanian, persawahan, dan danau sebagai sumber mata pencarian mereka, lambat laun beralih ke perkebunan kopi. Peralihan profesi ini lebih disebabkan karena ketika perluasan perkampungan atau migrasi dimana tanah atau lahan baru yang ditempati tidak cocok lagi untuk bersawah dan jauh dari danau laut tawar.

2.3.2. Sejarah Sosial Masyarakat Aceh yang Berada di Dataran Tinggi Gayo Suku Gayo adalah salah satu suku terbesar yang mendiami dataran tinggi di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Suku ini memiliki adat istiadat yang unik, salah satunya adalah adat dalam sistem perkampungan. Orang Gayo yang suka hidup secara kolektif menjadikan mereka membuat perkampungan secara kolektif pula.

Pola perkampungan ini memperlihatkan betapa rasa kebersamaan antar sesama suku terus dijaga. Meskipun demikian, seiring perkembangan zaman, pola perkampungan itu sudah mulai banyak berubah, begitupun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

2.3.3. Tentang Suku Gayo

Kebudayaan Gayo sudah ada sejak orang Gayo bermukim di wilayah dataran tinggi Gayo. Kebudayaan ini mulai berkembang pada masa Kerajaan Linge pertama abad ke-10 Masehi. Kebudayaan itu meliputi aspek kekerabatan, komunitas sosial, pemerintahan, pertanian, kesenian dan lain-lain. Kata Gayo sendiri berasal dari kata Pegayon yang artinya tempat mata air yang jernih tempat ikan suci (bersih) dan kepiting. (Syamsudin1979/1980)฀


(42)

Saat ini Suku Gayo mendiami tiga kabupaten di NAD, yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, dan Kabupaten Gayo Lues. Mereka juga tersebar di beberapa desa di Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Tamiang, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya, dan di Kabupaten Aceh Timur.

2.3.4. Pengertian Komoditi Kopi

Komoditi/komoditas adalah: salah satu istilah yang juga sering digunakan dalam perekonomian. Secara bahasa Komoditas memiliki 2 arti yang mana artinya adalah sebagai berikut :

1. Sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka. 2. Secara lebih umum, suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta

asing, instrumen keuangan dan indeks.

Perdagangan apapun memiliki resiko tersendiri begitu pula dengan perdagangan komoditas, gagal janji dan fluktuasi harga menjadi ancaman utama melakukan perdagangan komoditas. Seperti yang telah disebutkan bahwa harga komoditas bergantung pada permintaan dan penawaran yang terjadi pada pasar komoditas. Sementara permintaan tersendiri menurut ekonomi ditentukan oleh banyaknya atau bertambahnya jumlah penduduk, bertambahnya penggunaan atau konsumsi masyarakat, penggunaan baru atau substitusi.

Penawaran terhadap komoditas berubah bisa karena pertambahan kapasitas produksi atau ada penambahan luas lahan dari komoditas yang akan


(43)

diproduksi seperti lahan sawah dan lain lain, musim yang berlangsung, baik buruknya cuaca, larangan dari pemerintah, bencana alam atau hal hal yang mengganggu perdamaian dan faktor faktor lain yang turut mempengaruhi harga dari suatu komoditas dan juga faktor yang tidak bisa diramalkan.

Hal tersebut membuat pasar menggunakan prinsip lindung nilai sebagai kebutuhan pasar. Kebutuhan akan lindung nilai bisa ditentukan di dalam bursa komoditas ataupun diluar. Kebutuhan akan lindung nilai tadinya hanya digunakan pada komoditas utama seperti pertanian namun lindung nilai sekarang menjadi kebutuhan utama untuk semua jenis komoditas bagi para pelaku pasar. Komoditas yang dibutuhkan untuk memiliki lindung nilai seperti komoditas keuangan, cuaca, ekonomi dan komoditas lainnya. Untuk memperoleh lindung nilai biasanya diperlukan sebuah kontrak. Beberapa kontrak yang terjadi kemudian diperdagangkan di Bursa Komoditas atau biasa dinamakan sebagai Bursa Kontrak

Pekerjaan orang Gayo sebagai petani kopi pun tidak hanya mendorong mereka untuk memuaskan kehidupan ekonomi secara individual, tetapi lebih jauh dari itu, mata pencaharian tersebut telah mendorong mereka untuk keluar dari kehidupan privat menuju dunia sosial yang lebih luas. Di Tanah Gayo, orang-orang menjadikan budaya minum kopi sebagai sarana sosialisasi baik di rumah, kedai, kantor, dan sebagainya.

Sayangnya, belum lama ini nama besar tersebut telah dipatenkan oleh Holland Coffee, sebuah perusahaan milik Belanda. Akibatnya Kopi Gayo tidak dapat dipasarkan ke luar negeri dengan memakai merek aslinya. Keadaan ini


(44)

secara tidak langsung dapat merugikan petani kopi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah

2.3.5. Pengertian dan Ruang Lingkup Tata Niaga

Pengertian yang menyangkut persoalan cara kita berpencaharian dan cara kita hidup, dibagi ke dalam tiga aspek pokok yaitu: produksi, distribusi dan konsumsi. Dalam pengertian ekonomi; produksi dan distribusi adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa, sedang konsumsi adalah kegiatan yang bertalian dengan penurunan kegunaan daripada barang dan jasa.

Istilah pemasaran dan tataniaga yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari di negeri kita adalah terjemahan dari perkataan “marketing” atau biasa disebut tataniaga adalah kegunaan waktu (time utility), kegunaan tempat (place utility), dan kegunaan pemilikan (possesion utility). Kegunaan waktu berarti bahwa barang-barang mempunyai faedah (yang lebih besar) setelah terjadi perubahan waktu, misalnya: ikan tongkol pada waktu bukan musimnya lebih besar faedahnya dibandingkan pada waktu musimnya.

Kegunaan tempat berarti barang-barang itu mempunyai faedah atau kegunaan yang lebih besar karena perubahan tempat, misalnya: ikan mas yang dihasilkan di Cisaat Kabupaten Sukabumi akan mempunyai kegunaan lebih besar bila dipindahkan atau dibawa ke Jakarta sebagai daerah konsumen. Para pembudidaya, pengolah kerupuk, nugget dan lain-lain, akan menjualnya kepada konsumen (karena dibutuhkan) yang memberikan kepuasan (faedah) atau


(45)

kegunaan baginya, maka terjadilah peralihan pemilikan (Possesion Utility) atau (Ownership Utility) melalui proses jual beli.

Berdasarkan uraian di atas, tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan bergerak barang-barang dan jasa dari produsen sampai pada konsumen. Dan Berdasarkan definisi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir tataniaga adalah menempatkan barang-barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan tataniaga yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi).

Proses konsentrasi merupakan tahap pertama dari arus barang. Barang-barang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah lebih besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien. Equalisasi merupakan tahap kedua dari arus barang, terjadi antara proses konsentrasi dan proses dispersi, yang merupakan tindakan-tindakan penyesuaian permintaan dan penawaran berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas.

Produksi merupakan salah satu kegiatan yang berhubungan erat dengan kegiatan ekonomi. Melalui proses produksi bisa dihasilkan berbagai macam barang yang dibutuhkan oleh manusia. Tingkat produksi juga dijadikan sebagai patokan penilaian atas tingkat kesejahteraan suatu negara. Jadi tidak heran bila setiap negara berlomba - lomba meningkatkan hasil produksi secara global untuk meningkatkan pendapatan perkapitanya.


(46)

2.4. Pengertian Produksi Secara Sempit

Produksi adalah perbuatan atau kegiatan manusia untuk membuat suatu barang atau mengubah suatu barang menjadi barang yang lain. produksi merupakan segala perbuatan atau kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang ditujukan untuk menambah atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Pengertian Produksi Secara Umum Produksi merupakan semua perbuatan atau kegaitan yang tidak hanya mencakup pembuatan barang - barang saja, tetapi dapat juga membuat atau menciptakan jasa pelayanan, seperti acara hiburan, penulisan buku - buku cerita, dan pelayanan jasa keuangan.Produksi Sebagai Sistem dan Proses Produksi sebagai sistem berarti bahwa terdapat hubungan yang saling memberikan pengaruh dan mempengaruhi antara faktor produksi yang satu dan yang lainnya. Produksi sebagai proses berarti bawa produksi dilakukan melalui tahap demi tahap secara berurutan.

Pengertian Produksi Secara Ekonomi Produksi mengacu pada kegiatan yang berhubungan dengan usaha penciptaan dan penambahan kegunaan atau utilitas suatu barang dan jasa .Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si; 2005 Produksi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menghasilkan barang atau meningkatkan nilai guna suatu barang dan jasa .Imamul Arifin Produksi merupakan hasil akhir dari proses kegiatan produksi atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa input (faktor produksi)

2.4.1

Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut


(47)

diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik. Dalam menciptakan ketiga faedah tersebut, terdapat dua aspek penting yang terlibat didalamnya, yaitu:

1. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of distribution/marketing channel).

2. . Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical distribution). Saluran Distribusi Menurut Winardi (1989:299) yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah sebagai berikut:

Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-produk kepada pembeli. “ Sedangkan Philip Kotler (1997:140) mengemukakan bahwa :Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi“.

Saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen. Perantara tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu ; Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut.

Pedagang perantara Pada dasarnya, pedagang perantara (merchant middleman) ini bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya atau dengan kata lain pedagang mempunyai hak atas kepemilikan barang. Ada dua kelompok yang termasuk dalam pedagang perantara, yaitu ; pedagang besar dan pengecer. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa


(48)

produsen juga dapat bertindak sekaligus sebagai pedagang, karena selain membuat barang juga memperdagangkannya.

Agen perantara (Agent middle man) ini tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang mereka tangani. Mereka dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu :

1. Agen Penunjang

Agen pembelian dan penjulan Agen Pengangkutan

Agen Penyimpanan 2. Agen Pelengkap

Agen yang membantu dalam bidang finansial Agen yang membantu dalam bidang keputusan Agen yang dapat memberikan informasi Agen khusus

Menurut Philip Kotler (1993:174) agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran harus mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu :

a) Penelitian, yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk perencanaan dan melancarkan pertukaran.

b) Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang persuasive mengenai penawaran.

c) Kontak, yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan pembeli.


(49)

d) Penyelarasan, yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian dan pengemasan.

e) Negoisasi, yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga pemindahan pemilikan atau penguasaan bias dilaksanakan.

f) Disrtibusi fisik, yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan barang.

g) Pembiayaan, yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut.

h) Pengambilan resiko, yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut.

Kelima tugas pertama membantu pelaksanaan transaksi dan tiga yang terakhir membantu penyelesaian transaksi. Semua tugas diatas mempunyai tiga persamaan, yaitu menggunakan sumber daya yang langka, dilaksanakan dengan menggunakan keahlian yang khusus, dan bisa dialih-alihkan diantara penyalur. Apabila perusahaan/produsen menjalankan seluruh tugas diatas, maka biaya akan membengkak dan akibatnya harga akan menjadi lebih tinggi.

Ada beberapa alternatif saluran (tipe saluran) yang dapat dipakai. Biasanya alternatif saluran tersebut didasarkan pada golongan barang konsumsi dan barang industri.


(50)

1) Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsikan. Pembeliannya didasarkan atas kebiasaan membeli dari konsumen. Jadi, pembelinya adalah pembeli/konsumen akhir, bukan pemakai industri karena barang –barang tersebut tidak diproses lagi, melainkan dipakai sendiri (Basu Swasta 1984:96).

2) Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses lagi atau untuk kepentingan dalam industri. Jadi, pembeli barang industri ini adalah perusahaan, lembaga, atau organisasi, termasuk non laba (Basu Swasta, 1984:97)

Berdasarkan pengertian diatas, maka seperti halnya pupuk itu digolongkan kedalam golongan barang industri, sebab pupuk dibeli petani bukan untuk dikonsumsi tetapi untuk digunakan dalam produksi pertaniannya. Dibawah ini digambarkan beberapa tipe saluran untuk barang konsumsi dan barang industri. Distribusi fisik merupakan aspek penting kedua dalam rangka menjadikan suatu produk tersedia bagi konsumen dalam jumlah, waktu, dan tempat yang tepat. Dalam hubungan itu, Dewan Manajemen Distribusi Fisik Nasional Amerika Serikat mendefinisikan distribusi fisik sebagai berikut :“ Suatu rangkaian aktivitas yang luas mengenai pemindahan barang jadi secara efisien dari akhir batas produksi kepara konsumen, serta didalam beberapa hal mencakup pemindahan bahan mentah dari suatu pembekal keawal batas produksi “.

Manajemen distribusi fisik hanyalah satu diantara istilah deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan suatu pengendalian atas pemindahan barang seperti didefinisikan dimuka. Hal ini sering pula diistilahkan sebagai manajemen


(51)

logistik atau logistik pemasaran. Namun demikian, apapun istilah yang digunakan konsep dasarnya adalah sama.

Secara terperinci, kegiatan yang ada dalam kegiatan distribusi fisik dapat dibagi kedalam lima macam (Basu Swasta, 1984: 220-229,) yaitu :

1. Penentuan lokasi persediaan dan sistem penyimpanannya

a. Penentuan lokasi penyediaan Kebijaksanaan terhadap lokasi persediaan didasarkan pada strategi yang diinginkan, apakah secara memusat (konsentrasi) ataukah menyebar (dispersi) dipasarnya. Jika perusahaan mengkonsentrasikan persediaannya, maka akan memudahkan dalam mengadakan pengawasan. Selain itu, juga akan meningkatkan efisiensi penyimpanan dan penanganan barangnya. Namun dari segi lain dapat terjadi bahwa beban pengangkutan akan meningkat dan pengantaran barang kebeberapa segmen pasar akan terlambat. Dan jika perusahan menyebarkan persediaannya kebeberapa lokasi, maka keadaannya akan berlainan, dan merupakan kebalikan dari konsentrasi.

b. Sistem penyimpanan persediaan

Penyimpanan erat kaitannya dengan pergudangan, biasanya perusahaan yang tidak mempunyai fasilitas penyimpan sendiri umumnya menyewa kepada lembaga atau perusahaan lain atau disebut gudang umum. Besarnya sewa yang harus dibayar ditentukan menurut besarnya ruangan yang digunakan.

2. Sistem penanganan barang

Sistem penanganan barang yang dapat digunakan antara lain : paletisasi dan pengemasan.


(52)

a) Paletisasi

Dalam paletisasi, penanganan barang-barang baik itu berupa bahan baku maupun barang jadi dipakai suatu alat yang disebut palet. Dengan alat ini barang-barang dapat dipindahkan secara cepat. Penggunaannya akan lebih ekonomis apabila material yang ditangani jumlahnya besar.

b) Pengemasan

Barang-barang yang ditangani ditempatkan dalam suatu kemasan atau peti kemas baik dari logam, kayu, ataupun bahan yang lain. Biasanya kemasan ini dibuat dalam ukuran-ukuran tertentu sehingga sangat mudah dalam pengangkutannya.

3. Sistem pengawasan persediaan

Faktor penting yang lain dalam sistem distribusi fisik adalah mengadakan pengawasan secara efektif terhadap komposisi dan besarnya persediaan. Adapun tujuan dari pengawasan persediaan adalah meminimumkan jumlah persediaan yang diperlukan, dan meminimumkan fluktuasi dalam persediaan sambil melayani pesanan dari pembeli. Besarnya persediaan sangat ditentukan oleh keseimbangan kebutuhan pasar dengan faktor biaya. Sedangkan permintaan pasar dapat diukur dengan menggunakan analisis ramalan penjualan.

4. Prosedur memproses pesanan

Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk memproses pesanan antara lain menyelenggarakan kegiatan kantor secara teratur, membuat barang dengan baik, serta menyampaikannya kepada pembeli. Jika perusahaan tidak sanggup


(53)

atau tidak mampu melaksanakan pesanan, maka ia harus memberitahu kepada pembeli dan Pemilihan metode pengangkutan

5. Dalam hal ini, rute dan rit pengangkutan merupakan faktor yang penting, dan mempunyai hubungan yang erat dengan pasar atau daerah penjualan, serta lokasi persediaannya. Selain itu fasilitas pengangkutan yang ada juga merupakan faktor penentu

2.4.2 Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian

Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.

Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.


(54)

Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai bidang kajian antara lain:

a) Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer, bertujuan menyiapkan hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dll.

b) Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sampai waktu

c) penanaman. Teknologi benih meliputi pemilihan buah, pengambilan biji, pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan teknik deskriptif. Kopi Gayo (Gayo Coffee) merupakan salah satu komoditi unggulan yang berasal dari dataran tinggi Gayo. Perkebunan Kopi yang telah dikembangkan sejak tahun 1908 ini tumbuh subur di Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues.

Gayo adalah nama suku asli yang mendiami daerah ini. Mayoritas masyarakat Gayo berprofesi sebagai petani kopi. Varietas Arabika mendominasi jenis kopi yang dikembangkan oleh para petani Kopi Gayo. Produksi Kopi Arabika yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia.

Penelitian ini bertujuan menggambarkan dan mempelajari masalah-masalah dalam masryarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan yang ada, sikap dan pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dari suatu fenomena sosial. Alasannya permasalahan yang diteliti merupakan suatu fenomena yang terjadi sebagaimana adanya fakta-fakta yang ada di lapangan.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Bener Meriah yaitu di empat kecamatan yang mewakili yaitu: Kecamatan Timang Gajah, Kecamatan Bukit, Kecamatan Bandar, dan Kecamatan Permata Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena mayoritas penduduknya adalah petani kopi murni.


(56)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, ada 2 jenis data yang akan digunakan, yaitu data primer dan data sekunder.

a) Pertama data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui hasil wawancara dari informan/narasumber.

b) Kedua, data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada melalui kajian pustaka, teori-teori, dan dokumentasi serta peraturan perundang-undangan sehingga diperlukan studi dokumentasi dan literature. Tujuannya sebagai upaya untuk mendapatkan informasi yang penting, tajam, mumpuni, dan mendukung keakuratan penelitian ini. Studi dokumentasi dan literatur yang terdapat dalam fenomena yang diteliti merupakan basis data yang dapat dijadikan sebagai informasi penting, seperti majalah, jurnal-jurnal ilmiah, data media massa dari Koran, internet dan data pendukung lainya.

Adapun teknik pengumpulan data bertujuan mengumpulkan data atau informasi yang dapat menjelaskan permasalan atau penelitian secara onyektif. Dalam usahanya untuk memperoleh data secara diskriptif, peneliti menggunakan berbagai macam instrumen yang biasa dipakai dalam penelitian kualitatatif yaitu: 1. Pengamatan terlibat/ berperan serta (participant observation)

Pengamatan terlibat adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak berperan serta dalam objek yang kita teliti . pengamatan berperan serta adalah strategi lapangan yang secara simultan memadukan analisis dokumen. Wawancara dengan responden dan informan, partisipasi dan observasi langsung dan introspeksi, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang nyata dan aktual.


(57)

Adapun hal-hal yang perlu peneliti amati adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi petani kopi di Kabupaten Bener Meriah?

b. Bagaimana peran pemerintah dalam upaya meningkatkan taraf hidup petani kopi yang berada di Bener Meriah?

c. Bagaimana dampak komoditi kopi gayo terhadap kehidupan sosial petani di Bener Meriah

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengungkap dan mengolaborasi sebanyak mungkin informasi melalui Tanya jawab langsung dengan responden sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara akan dilakukan pada orang – orang yang memiliki pengetahuan atau kapasitas terhadap permasalahan dalam penalitian ini untuk melihat sejauh mana peran pemerintah dalam upaya menolong para petani kopi dikabupaten Bener Meriah. Teknik pengumpulan informan yang diwawancarai adalah teknis Snow Balls. Ini artinya jumlah informan bisa berkembang sesuai kebutuhan data.

3.4. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Lexy 1998;80). Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah dalam penelitian ini ada dua informan yaitu:


(58)

Informan kunci (key binforman) yaitu orang yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian tersebut, dan informan biasa (informan tambahan) adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Mengingat informan penelitian ini cukup luas ruang lingkupnya maka ditentukan informan pada penelitian ini adalah para petani yang memiliki lahan pertanian yang tersebar di 3 kecamatan yang menjadi sentral kopi dari sepuluh kecamatan yang ada di Kabupaten Bener Meriah, Yaitu kecamatan:

1. Kecamatan Timang Gajah 2. Kecamatan Bukit

3. Kecamatan Bandar 4. Kecamatan Permata

Sumber data lain yang diperlukan diperoleh dari: 1. Petani

Dari 7 kecamatan yang mayoritas petaninya menanam kopi gayo maka peneliti mengambil 4 kecamatan yang mewakili kecamatan yang lain seperti kecamatan bukit, kecamatan timang gajah kecamatan Bandar dan kecamatan permata peneliti telah mewawancarai sebanyak 40 orang petani kopi murni yang memiliki lahan pertanian minimal 1 hektar di masing-masing kecamatan dan yang mewakili kecamatanya:

Kecamatan Bukit diwakili oleh: 1) Muhammad Yusuf 2) M. rasyid A. Nopi


(59)

Kecamatan Timang Gajah diwakili oleh: 1) Hendra Irama

2) Sawal

Kecamatan Bandar diwakili oleh: 1) Elies A. Mulyadi

2) Jakaria

Kecamatan Permata 1) Sahril Bahril 2) Sutarman

2. Agen Gelondong yang merangkap menjadi Agen Gabah

Agen gelondongan/Pembeli kopi cery yang ada dari 4 kecamatan yang menjadi sentra kopi di ambil 40 orang yang diwawancarai oleh peneliti dengan pembagian 10 orang dimasing-masing kecamatan Bukit, Kecamatan Timang Gajah, seta kecamatan, kecamatan Bandar, serta kecamatan permata.

Kecamatan bukit diwakili oleh : 1) Aman Rat

2) Abdul Mutalif

Kecamatan Timang Gajah diwakili oleh: 1) Bapak Taufik

2) Bapak Tawardi

Kecamatan Bandar diwakili oleh: 1) Bapak Suhardi


(1)

program dari pihak terkait memberikan keterampilan bagi para petani, khususnya wanita karena kebanyakan istri-istri petani lebih banyak mengurus anak-anaknya di rumah dan tidak memiliki usaha sampingan yang lain, paling pun ada hanya membantu suami mereka di kebun kopi saja.

Sebaiknya waktu luang yang tersisa oleh para istri-istri petani kopi dimanfaatkan dengan membuat kerajinan tangan atau keterampilan lain dan bisa juga menanam sayu-mayur (tanaman tumpang sari) maupun menanam tanaman obat-obatan yang bisa panen tidak perlu menunggu waktu yang lama, walaupun sudah banyak dari para petanai yang bertumpang sari di selah-selah kebun kopi namun itu tidak menjadi fokus utama karena hanya dijadikan untuk konsumsi hidup mereka sehari-hari saja tidak untuk diperdagangkan. Padahal bila dilakukan secara serius ini juga bisa menjadi solusi untuk mengatasi permasalah ekonomi keluarga . Untuk itu diperlukan adanya pemahaman bagi para petani kopi yang tidak hanya mengandalkan pendapatan mereka dari hasil panen kopi tiba.

Dari semua kegiatan yang ada tidak akan terealisasi bila tidak ada upaya pendampingan dari pihak – pihak yang terkait karena tidak akan ada keterampilan bila tidak ada yang akan memberi pelatihan, bila para petani sudah diberi pelatihan tidak akan ada gunanya juga bila tidak ada wadah yang menampung hasil kerajinan mereka. Oleh karena itu perlu banyak pihak terkait yang perlu dilibatkan, baik dari pemerintah maupun pihak swasta.


(2)

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari uraian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

Petani kopi yang berada di Kabupaten Bener Meriah menggantungkan hidupnya dari kopi sebagai sumber utama ekonomi. Petani cendrung masih sangat tradisional dalam mengelola perkebunan mereka.

Petani juga masih memiliki keragaman tingkat perekonomian dan pendidikan, banyak petani yang masih dalam belenggu kemiskinan sampai saai ini. Hal ini menjadi tugas semua pelaku kopi termasuk pemerintah daerah yang ada di Kabupaten Bener Meriah

Kopi telah lama menjadi komoditi ekspor, namun karena ekspor harus melalui kota Medan maka dampak yang ditimbulkan tidak banyak berpengaruh pada perekonomian masyarakat petani kopi di Gayo, tetapi yang diuntungkan hanyalah pedagang (toke) karena itu masyarakat tidak pernah menganggap bahwa kehidupan sebagai petani merupakan profesi yang dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Pemerintah saat ini telah bekerja sama dengan berbagai pihak yang berkompeten dalam perdagangan kopi. karena yang menjadi masalah bagi petani kopi adalah disektor perdagangan kopi, petani kopi telah mampu menghasilkan kopi yang memenuhi standar baik dari segi kwalitas maupun kwantitas, namun dalam sektor perdagangan petani tertumpu pada pemerintah dan pihak lain yang


(3)

pemeliharaan dan sistem panen yang tidak tepat akan menyebabkan kualitas kopi menjadi rendah. Kualitas kopi yang rendah akan menurunkan harga jual kopi yang akhirnya menurunkan pendapatan petani

5.2 Saran

1. Perdagangan kopi dengan sistem yang baru seperti dengan adanya koperasi-koperasi yang menjebatani antara petani kopi dengan pembeli yang berada di luar diharapkan mampu mempersingkat mata rantai perdagangan kopi dan berujung pada peningkjatan perekonomian di Bener Meriah

2. Kopi sebagai bagian integrasi masyarakat masyarakat pendatang dengan masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat diharapkan mampu menjadi sebuah model kesatuan berbangsa yang berbhineka

3. Tradisi pengolahan hasil kopi yang sudah dijalankan sejak lama hendaknya dipertahankan, yaitu tidak menjual kopi dalam bentuk gelondongan dan buah labu, tetapi disarankan untuk menjual kopi setelah diolah terlebih dahulu dengan maksud untuk meningkatkan nilai jual kopi dikalangan masyarakat.

4. Sistem Resi Gudang (SRG) adalah satu solusi utamanya untuk pemasaran kopi, melihat kenyataan, dampak yang diterima oleh petani kopi karena harga pasar kopi yang pluktuatif diamainkan oleh para pedagang maupun pihak eksportir untuk mencari keuntungan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Badan pusat statistik.2011. Bener Meriah dalam angka 2012

Badan Pusat Statistik. 2010. Aceh Tengah Dalam Angka Tahun 2010. Kerjasama Bappeda Aceh Tengah

Dinas Perkebunan dan Kehutanan. 2010. Laporan Tahunan. Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Bener Meriah.

Hasyim. 2003. Studi Perbandingan Pendapatan dan Pemasaran Usahatani Kopi Arabika (organik dan anorganik) di Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah. Sekolah Tinggi Pertanian. Yayasan Perguruan Tinggi Gajah Putih, Takengon.

Agus Budi Wibowo, dkk, Tradisi makan dan minum pada masyarat petani gayo (Banda Aceh : BPSNT Banda Aceh, 2007)

Bener Meriah dalam angka 2011 (Redelong : BPS Kabupaten Bener Meriah, 2011)

Lifianthi. 1999. Dampak Kebijakan Ekonomi terhadap Produksi dan Ekspor Kopi Sumatera Selatan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nurung, M. 1997. Efisiensi Alokatif dan Respon Penawaran Usahatani Kopi Rakyat di Propinsi Bengkulu. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Salim, H.P. 1986. Pendugaan Fungsi Keuntungan dan Analisis Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Padi Sawah (Studi pada Beberapa Desa di Jawa Barat). Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sihotang, J. 1996. Analisis Penawaran dan Permintaan Kopi Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

AEKI. 2010. Data Pendukung. Asosiasi Eksportir Indonesia. http://www.aeki-aice.org/statistik/data-pendukung-lainnya.html.


(5)

AKK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Jakarta

Cahyono B. 2011. Buku Terlengkap Sukses Berkebun Kopi. Pustaka Mina. Jakarta.

Deptan 2008. Musuh Alami Hama dan Penyakit Tanaman Kopi, Direktorat Perlindungan Perkebunan Direktoral Jendral Bina Holtikultura. Jakarta

http//lintasgayo/2013/3/3

Eti Syahrianti.2009 .I Love Coffe and Tea . diva press

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Secangkir Kopi Meracik Tradisi Khalisuddin,Dkk. 2012, Kopi dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Gayo Balai Pelestarian budaya Aceh


(6)