Analisis Kelayakan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) (Kasus di CV Hadir Jaya Plywood Karawang, Jawa Barat)

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PRODUK KAYU LAPIS
(PLYWOOD) DI CV HADIR JAYA, KARAWANG

YANDRA SETYAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) (Kasus di CV Hadir Jaya
Plywood Karawang, Jawa Barat)” adalah benar karya sendiri dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Yandra Setyawan
H34096123

4

ABSTRAK
YANDRA SETYAWAN. Analisis Kelayakan Bisnis Produk Kayu Lapis
(Plywood) (Kasus di CV Hadir Jaya Plywood Karawang, Jawa Barat). Dibimbing
oleh RATNA WINANDI.
CV Hadir Jaya Plywood merupakan perusahaan yang memproduksi
kayulapis sebagai bahan untuk sandaran kursi kantor. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis aspek-aspek dalam kelayakan usaha secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis yang dilakukan meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, dan aspek sosial lingkungan pada usaha kayulapis. Selain itu,
dilakukan juga analisis tingkat kelayakan finansial dan melakukan analisis
sensitivitas untuk melihat kelayakan usaha kayulapis apabila terjadi perubahan

peningkatan harga bahan baku dan penurunan jumlah produksi kayulapis.
Penelitian menggunakan perhitungan kelayakan usaha dengan kriteria NPV, Net
B/C, IRR, Payback Period dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan
pada kelayakan non finansial usaha layak untuk dijalankan dan pada analisis
kelayakan finansial juga relatif layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas
menggambarkan bahwa usaha kayulapis CV Hadir Jaya sensitif terhadap
perubahan pada jumlah produksi. Komponen yang memberikan dampak paling
besar terhadap kelayakan usaha adalah perubahan jumlah produksi.
Kata kunci : Kayulapis, Studi Kelayakan Bisnis

ABSTRACT
YANDRA SETYAWAN. Business Feasibility Analysis Plywood (Case at CV
Hadir Jaya Plywood Karawang, West Java). Supervised by RATNA WINANDI
CV Hadir Jaya Plywood is a company that manufactures plywood as a
material for the back of the office chair. This study aims to analyze aspects of the
business feasibility qualitatively and quantitatively. Analysis was conducted on
the aspects of the market, technical aspects, management aspects, and social
aspects of the business environment on plywood. In addition, the level of analysis
is also performed financial feasibility and conduct sensitivity analyzes to look at
the feasibility of plywood in the event of changes in raw material price increases

and decreases in the production of plywood. Feasibility study using the criteria
calculation of NPV, Net B/C, IRR, payback period and sensitivity analysis. The
results showed the feasibility of non-financial businesses and eligible to run on
the financial feasibility analysis is also relatively feasible to run. The results of the
sensitivity analysis illustrates that business attending plywood CV Hadir Jaya
sensitive to changes in production quantities. Components that provide the
greatest impact on business feasibility is a change in the amount of production
.Keywords: Plywood, Investment Criteria

5

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PRODUK KAYU LAPIS
(PLYWOOD) DI CV HADIR JAYA, KARAWANG

YANDRA SETYAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

6

7

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Analisis Kelayakan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood)
(Kasus di CV Hadir Jaya Plywood Karawang, Jawa Barat)
: Yandra Setyawan
: H34096123


Disetujui oleh

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah studi
kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Bisnis Produk Kayu Lapis

(Plywood) pada CV Hadir Jaya Karawang, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku
dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang
telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Selain itu, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hasibuan beserta seluruh karyawan
CV Hadir Jaya yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih
kepada seluruh dosen Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengetahuan yang
telah diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis sangat menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan
dan kendala yang dihadapi. Meskipun demikian, penulis mengharapkan adanya
manfaat terutama untuk usaha kayulapis.

Bogor, Februari 2014

Yandra Setyawan

i

DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Kelayakan
Kelayakan Kayulapis (Plywood)
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Analisis Kelayakan Investasi
Analisis Finansial
Analisis Sensitivitas

Kerangka Pemikiran Operasional
METODELOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Kelayakan Finansial
Asumsi Dasar yang Digunakan
Analisis Sensitivitas
Analisis Kelayakan Non Finansial
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Singkat Perusahaan
Profil Perusahaan
Visi dan Misi Perusahaan
Produk
Proses Produksi
ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL
Aspek Pasar
Permintaan
Penawaran

Aspek Teknis
Lokasi Usaha
Skala Usaha
Layout
Proses Produksi
Penggunaan Teknologi (Peralatan dan Mesin)

iii
iii
iv
1
1
3
5
5
5
6
6
7
8

8
8
10
16
17
17
18
20
20
20
20
20
21
23
23
24
25
25
25
26

26
27
32
32
32
33
36
36
37
37
37
38

ii

Aspek Manajemen
Aspek Hukum
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
ANALISIS ASPEK-ASPEK FINANSIAL
Arus Penerimaan (Inflow)
Pendapatan Penjualan
Nilai Sisa (Salvage Value)
Arus Biaya (Outflow)
Biaya Investasi
Biaya Operasional
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Pajak Penghasilan
Analisis Laba Rugi Usaha
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis Sensitivitas
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

39
40
40
40
41
41
41
42
42
43
43
44
45
45
46
47
48
48
48
48
49

iii

DAFTAR TABEL
1 Kontribusi sektor kehutanan terhadap produk domestik
bruto atas dasar harga berlaku (2001-2010)
2 Rata-rata produksi kayulapis CV Hadir Jaya tahun 2010 – 2011
3 Rata-rata profit CV Hadir Jaya tahun 2010 – 2011
4 Komposisi bahan perekat (Glue) untuk produksi kayu lapis
5 Daftar harga produk kayulapis pada CV Hadir Jaya 2010-2011
6 Mesin dan peralatan proses produksi kayulapis CV Hadir Jaya
7 Penerimaan penjualan pada usaha kayulapis (Plywood) di
CV Hadir Jaya periode 2010-2020
8 Nilai sisa pada usaha kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya
periode 2010 - 2020
9 Biaya investasi pada usaha kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya
periode 2010 - 2020
10 Biaya tetap pada produksi usaha kayulapis CV Hadir Jaya
periode 2010 - 2020
11 Biaya gaji karyawan pada usaha kayulapis CV Hadir Jaya
periode 2010 - 2020
12 Biaya variabel pada usaha kayulapis CV Hadir Jaya
periode 2010-2020
13 Analisis laba rugi CV Hadir Jaya periode 2010-2020
14 Laba bersih CV Hadir Jaya periode 2010-2020
15 Analisis kelayakan finansial pada usaha kayulapis (Plywood)
CV Hadir Jaya periode 2010-2020
16 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada usaha produksi
kayulapis CV Hadir Jaya periode 2010-2020

1
4
4
27
34
37
40
41
42
42
43
43
44
46
46
47

DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah perusahaan pengolahan kayu Indonesia Tahun 2001 – 2008
2 Nilai tambah perusahaan pengolahan kayu (dalam Milyar Rupiah) Tahun
2001 – 2008
3 Aspek-aspek dalam penilaian studi kelayakan bisnis
4 Kerangka pemikiran operasional
5 Bahan baku (vinir) yang digunakan dan penyimpanan pada
CV Hadir Jaya
6 Pemotongan vinir yang akan digunakan pada CV Hadir Jaya
7 Proses pencampuran perekat urea formaldehida CV Hadir Jaya
8 Proses pengempaan menggunakan mesin kempa CV Hadir Jaya
9 Proses pengamplasan dan pemotongan kayulapis CV Hadir Jaya
10 Produk kayulapis CV Hadir Jaya 2012

2
3
10
19
28
28
29
30
31
34

iv

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Layout produksi kayulapis CV Hadir Jaya
Biaya investasi
Biayavariabel dan biaya tetap
Rincian permintaan produk CV Hadir Jaya Tahun 2010
Rincian permintaan produk CV Hadir Jaya Tahun 2011
Penerimaan CV Hadir Jaya Tahun 2011
Pendapatan CV Hadir Jaya Tahun 2011
Permintaan produk kayulapis CV Hadir Jaya Tahun 2010-201
Proyeksi cash flow usaha kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya
Periode 2010-2020
Proyeksi laporan laba rugi usaha kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya
Periode 2010-2020
Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku 15 %
Analisis sensitivitas terhadap penurunan produksi 14,3 %
Suku bunga deposito

51
52
53
54
55
56
56
57
58
59
60
61
62

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam
komoditi pertanian, sektor pertanian merupakan salah satu faktor pendukung
dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Indonesia memiliki kawasan hutan yang
sangat luas (120,35 juta Ha)1, setara dengan empat negara besar di Eropa (Inggris,
Jerman, Perancis dan Finlandia). Badan Planologi Kehutanan dalam Master Plan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MP-RHL) menyatakan bahwa tekanan terhadap
sumber daya hutan sangat mengkhawatirkan. Kini terdapat 43 juta Ha hutan/lahan
rusak dengan laju 1,6 – 2,1 juta Ha/tahun mencerminkan eksploitasi sumber daya
hutan dilakukan semenamena, salah urus, dan melampaui daya dukung. Kerugian
finansial penebangan liar lebih dari 30 trilyun per tahun dan berdampak luas
(kerusakan ekosistem dan mutu lingkungan, hilangnya biodiversity, terganggunya
kehidupan masyarakat, hilangnya pendapatan serta mengancam kehidupan
berbangsa). Kontribusi sektor hutan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
nasional menjadikan produk yang berasal dari sektor ini sangat potensial untuk
dikembangkan. Terutama untuk produk olahan hasil hutan yang memiliki nilai
tambah yang cukup tinggi. Indonesia sangat terkenal dengan produk hasil
hutannya terutama untuk produk-produk olahan kayu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010)2, luas hutan Indonesia yang
mencapai 120 juta hektar dengan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dari
sektor hutan sebesar dua persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
yaitu 0,77 persen dari kehutanan dan 0,92 persen industri kayu. Kontribusi sektor
hutan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional menjadikan produk yang
berasal dari sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan. Adapun kontribusi
sektor kehutanan terhadap PDB Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kontribusi sektor kehutanan terhadap produk domestik bruto atas dasar
harga berlaku (2001-2010)
PDB (Milyar Rupiah)
Kontribusi Kehutanan
No
Tahun
Terhadap PDB (%)
Kehutanan
Total PDB
1
2001
16.962,1
1.646.322,0
1,03
2
2002
17.602,4
1.821.833,0
0,97
3
2003
18.414,6
2.013.674,6
0,91
4
2004
20.290,0
2.295.826,2
0,88
5
2005
22.561,8
2.774.281,1
0,81
6
2006
30.065,7
3.339.216,8
0,90
7
2007
36.154,1
3.950.893,2
0,92
8
2008
40.375,1
4.951.356,7
0,82
9
2009
44.952,1
5.613.441,7
0,80
10
2010
48.050,5
6.422.918,2
0,75
Sumber: Badan Pusat Statistik (2012)
1

) Kementrian dan Kehutanan. 2011. Data Luas Lahan Hutan Indonesia. http://www.dephut.go.id.
(diakses 20 Februari 2013).
2
) Badan Pusat Statistik. 2010. Data Kontribusi PDB Nasional dari Kehutanan.
http://www.bps.go.id . (diakses pada tanggal 15 Februari 2013).

2

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi yang diberikan sektor
kehutanan terhadap PDB Indonesia setiap tahunnya mengalami penurunan.
Penurunan kontribusi tersebut dikarenakan menurunnya produktivitas hutan
Indonesia seiring dengan menurunnya kuantitas (luas) hutan Indonesia serta
kualitas hutan atau yang biasa disebut dengan deforestasi hutan. Adapun laju
pengurangan luas hutan tersebut di atas tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai
dua juta hektar setiap tahunnya. Penurunan luas hutan Indonesia dalam kurun
waktu 50 tahun terakhir yaitu dari 162 juta hektar menjadi hanya 98 hektarnya
saja ini merupakan dampak dari pembalakan liar, penebangan ilegal, dan juga
kebakaran hutan. Selain itu, areal hutan dialihkan fungsinya menjadi kawasan
perkebunan skala besar dengan melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh
atau menjadi kawasan transmigrasi serta sasaran kawasan pengembangan
perkotaan.3
Penurunan luas hutan Indonesia ini juga berdampak pada perkembangan
industri pengolahan kayu yang ada. Perkembangan industri pengolahan kayu di
Indonesia setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pergerakan jumlah perusahaan
pengolahan kayu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Jumlah Perusahaan Pengolahan Kayu Indonesia Tahun 2001 - 2008
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Pada Gambar 1 dapat dilihat perubahan jumlah perusahaan pengolahan
kayu di Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2008. Pada tahun 2001 hingga
2006 terjadi penurunan jumlah perusahaan pengolahan kayu dimana salah satu
faktor yang mempengaruhi keadaan ini adalah kondisi perekonomian nasional
selain ketersediaan bahan baku. Pada tahun 2001 perusahaan pengolahan kayu
Indonesia berjumlah 1.668 perusahaan dan terus mengalami penurunan hingga
tahun 2005 dengan jumlah 1.325 perusahaan.
Peningkatan cukup tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu meningkat
menjadi 1782 perusahaan, namun kembali menurun pada tahun berikutnya. Hal
ini dikarenakan krisis moneter yang terjadi pada periode waktu 2007 dan 2008
memberikan dampak cukup tinggi pada industri olahan kayu nasional. Terutama
untuk produk olahan hasil hutan yang memiliki nilai tambah yang cukup tinggi.
Nilai tambah yang dihasilkan oleh produk olahan hasil hutan dapat dilihat pada
Gambar 2.
3

) Hutan Indonesia Semakin Berkurang. 2010. http://nasional.vivanews.comAmir Amrullah
12/01/2009. (diakses pada tanggal 20 Februari 2013)

3

Gambar 2 Nilai Tambah Perusahaan Pengolahan Kayu (dalam Milyar Rupiah)
Tahun 2001 – 2008.
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Pada Gambar 2 dapat dilihat nilai tambah pengolahan kayu pada tahun
2001 hingga 2008. Nilai tambah perusahaan kayu di Indonesia mengalami
fluktuasi dari tahun 2001-2008. Peningkatan cukup tinggi terjadi pada tahun 2006
yaitu sebesar 10, 391 milyar rupiah dari tahun sebelumnya yaitu 7,686 milyar
rupiah. Namun pada tahun 2007 kembali mengalami penurunan menjadi 9,366
milyar rupiah dan meningkat menjadi 12,689 milyar rupiah pada tahun 2008.
Kayulapis atau plywood sebagai salah satu hasil produksi dalam negeri,
merupakan salah satu cabang industri nasional yang pertumbuhannya sangat pesat
sehingga mampu menyajikan berbagai bentuk produk yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan bahan bangunan yang serba guna dan memenuhi
segala syarat teknis dalam penggunaannya. Perusahaan-perusahaan yang bergerak
di industri pengolahan kayu lapis biasanya didominasi oleh usaha kecil menengah
(UKM). Peran strategis yang dijalankan oleh usaha kecil, menengah dan koperasi
ini disebabkan oleh penyerapan tenaga kerja yang besar, bersifat fleksibel untuk
masuk dan keluar, dan membutuhkan sumberdaya baik maupun kuantitas seperti
modal, teknologi, bahan baku, tingkat pendidikan yang relatif kecil. Sektor ini
sangat diandalkan dalam hal penyerapan tenaga kerja, juga merupakan bagian
terbesar dari pelaku ekonomi nasional.

Perumusan Masalah
CV Hadir Jaya adalah salah satu UKM yang bergerak di bidang industri
kecil dengan jenis usaha produksi kayulapis yang berlokasi di Kab. Karawang.
Usaha ini mulai didirikan sejak tahun 2010 oleh Bapak Hasibuan dan menempati
area luas lahan hingga saat ini mencapai 600 m2. Usaha ini didirikan dengan
modal awal Rp 625.000.000,- yang merupakan modal Bapak Hasibuan. Sampai
akhir tahun 2012 total investasi pada CV Hadir Jaya telah mencapai kurang lebih
Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah). Pemasaran CV Hadir Jaya dilakukan
untuk skala lokal. Sampai saat ini CV Hadir Jaya mempunyai target pasar ke
perusahaan atau industri yang bergerak di bidang pengolahan kayu dari bahan
baku setengah jadi yang berupa veener. Saat ini CV Hadir Jaya mempunyai tiga
mitra usaha, yaitu Johanes Chair, Theda Chair, dan CV Helindo.

4

Produk yang dihasilkan adalah produk dengan kualitas baik dengan bahan
baku dari sisa limbah industri kayu pohon karet. Kualitas produk yang dijual
tergantung permintaan dari pelanggan. CV Hadir Jaya memiliki empat buah
produk hasil olahan kayu yaitu produk R1A, R1D, D4 dan D6 merupakan produkproduk yang terdapat di CV Hadir Jaya dengan spesifikasi yang berbeda-beda.
R1D merupakan produk plywood dengan ukuran 50 x 45 cm dan biasanya
digunakan untuk sandaran kursi lipat. R1A merupakan produk plywood dengan
ukuran 50 x 50 cm digunakan untuk sandaran kursi kerja. D4 adalah produk
plywood dengan ukuran 60 x 60 cm yang digunakan untuk dudukan kursi. D6
adalah produk plywood dengan ukuran 60 x 80 cm merupakan produk dengan
ukuran yang paling besar dan digunakan untuk dudukan kursi. Bahan baku yang
digunakan dalam produksi plywood yaitu veener, glue dan kayu.
Sistem dan mekanisme usaha yang berjalan d CV Hadir Jaya dirasa belum
memberikan dampak yang optimum bagi CV Hadir Jaya. Sebagai gambaran
kapasitas produksi maksimal CV Hadir Jaya sebesar 500 lembar/hari belum
sepenuhnya terpakai bahkan produksinya cenderung menurun. Rata-rata produksi
kayulapis dapat terlihat pada Tabel 2. Salah satu penyebab menurunnya produksi
yaitu permintaan kayu lapis dari mitra usaha juga menurun.
Tabel 2 Rata-rata Produksi Kayu Lapis CV Hadir Jaya tahun 2010 - 2011

Tahun
2010
2011

Rata-rata produksi
(lembar/hari)
350
320

Kapasitas Produksi
(lembar)
500
500

Persentase Idle
(%)
30
36

Sumber : CV Hadir Jaya (2011)

Kapasitas produksi yang tidak sepenuhnya terpakai menyebabkan tidak
efektifnya jam kerja bagi karyawan, jika hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan
biaya tenaga kerja akan tinggi dan tidak sesuai dengan kapasitas produksi yang
seharusnya dihasilkan. Selain permasalahan kapasitas produksi, produk yang
dihasilkan masih terbatas hanya beberapa jenis produk yang dibedakan dengan
ukuran, sementara permintaan untuk jenis lain masih banyak.
Keuntungan yang didapatkan dari memproduksi kayulapis ini semakin
menurun ketika ada gejolak pada tahun 2011 mengenai produk-produk furniture.
Penjualan yang menurun drastis dan harga bahan baku yang meningkat menjadi
masalah yang dialami oleh CV Hadir Jaya. Keuntungan perusahaan pada tahun
2010 dan 2011dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rata-rata profit CV Hadir Jaya tahun 2010 - 2011

Tahun
2010
2011

Rata-Rata Profit Perbulan (Rp)
Rp 38.000.000
Rp 30.000.000

Sumber : CV Hadir Jaya (2011)

Kapasitas produksi yang belum terpakai maksimal, keuntungan
perusahaan yang cenderung menurun, dan diferensiasi produk yang terbatas,
melatar belakangi dilakukannya studi kelayakan bagi CV Hadir Jaya untuk
menjamin keberlangsungan usaha serta perkembangan usaha ke arah yang lebih
baik. Hal tersebut dapat ditunjang dengan menggali keuntungan potensial yang

5

dihasilkan melalui pengembangan produk CV Hadir Jaya. Pengembangan usaha
khususnya pengembangan pada produk yang diterapkan CV Hadir Jaya sebaiknya
dilandasi oleh kebutuhan dan keinginan pelanggan. Perusahaan yang merancang
produknya tanpa masukan dari pelanggan akan mendapat produknya ditolak
dipasar. Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami perubahan pasar dan
pelanggannya serta memberikan nilai yang kompetitif. Berdasarkan latar belakang
di atas perumusan masalah pada penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana tingkat kelayakan usaha kayulapis jika dilihat dari aspek
finansial dan non finansial?
2. Bagaimana tingkat sensitivitas dari kayulapis apabila menghadapi
perubahan dalam peningkatan harga bahan baku?
Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis aspek-aspek dalam kelayakan usaha secara deskriptif yang
meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial
lingkungan pada usaha kayu lapis di CV Hadir Jaya.
2. Menganalisis tingkat kelayakan finansial dari usaha kayulapis.
3. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat kelayakan usaha kayulapis
apabila terjadi perubahan peningkatan harga bahan baku.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi
berbagai pihak yaitu:
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengalaman dan latihan
dalam menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi referensi dan membantu
perusahaan dalam mengambil keputusan pelaksanaan dan pengembangan
usaha kayulapis.
3. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi
industri kayulapis dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pemilihan bisnis.
Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya membahas mengenai studi kelayakan usaha kayulapis
saja, sedangkan untuk perkebunan bahan baku kayu tidak dianalisis. Analisis yang
dilakukan tidak sampai pada pembuatan prototype produk baru yang akan
dikembangkan melainkan tahapan-tahapan mulai dari pemunculan gagasan hingga
analisis bisnis.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Studi Kelayakan

Anugerah Puriam Naiborhu (2004) melakukan penelitian mengenai
kelayakan finansial dan pemasaran minyak pala pada PT. Pavettia Atsiri
Indonesia, Bogor. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat tiga margin
pemasaran pada pengolahan biji pala menjadi minyak pala dengan farmer share
yang sama besar. Selain itu, jika dilihat dari kriteria kelayakan investasi maka
usaha penyulingan minyak pala yang dilakukan oleh perusahaan ini layak untuk
dilaksanakan, yaitu dengan nilai NPV sebesar Rp 140.235.090,00, IRR sebesar 36
persen, payback periode selama dua tahun 11 bulan, serta nilai Gross B/C sebesar
1,076. Selanjutnya, setelah dilakukan perhitungan analisis sensitivitas terhadap
kriteria kelayakan usaha, dapat dilihat bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap
kenaikan harga bahan baku.
Penelitian lain mengenai kelayakan usaha dilakukan oleh Biblio Butaflika
(2008) yang menganalisis kelayakan perencanaan program pengusahaan bunga
krisan di Kabupaten Lampung Barat. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain
menganalisis kelayakan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, manajerial, dan
aspek sosial; menganalisis kelayakan finansial rencana program pengusahaan
bunga potong krisan apabila usaha dilakukan dalam dua skenario yaitu
penanaman tanpa pembibitan dan penanaman dengan pembibitan; serta
menganalisis sensitivitas rencana pengembangan program pengusahaan bunga
potong krisan terhadap perubahan harga input produksi, harga jual krisan dan
volume produksi krisan.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa berdasarkan analisis aspek pasar,
teknis, manajerial maupun aspek sosial, usaha pengembangan program
pengusahaan bunga potong krisan di Lampung Barat tersebut layak dilakukan.
Selain itu, dari hasil analisis finansial, diperoleh kesimpulan bahwa rencana
pengembangan bunga potong krisan dengan atau tanpa pembibitan sama-sama
memberikan keuntungan. Namun jenis pengusahaan yang lebih menguntungkan
adalah pengusahaan dengan menggunakan skenario II yaitu penanaman dengan
pembibitan. Hasil Switching Value menunjukkan bahwa pengusahaan bunga
potong krisan skenario I (penanaman tanpa pembibitan) lebih sensitif
dibandingkan dengan skenario II (penanaman dengan pembibitan) terhadap
perubahan penurunan harga jual maupun volume produksi bunga potong krisan.
Gusri Ayu Farsa (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan
usaha penyulingan minyak kayu putih Yakasaba di Kabupaten Muara Enim
Sumatera Selatan. Dari penelitian tersebut berdasarkan hasil analisis kelayakan
non finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial
ekonomi dan lingkungan, usaha penyulingan MKP Yakasaba layak untuk
dilaksanakan, karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi
Yakasaba dari tiap-tiap aspek.
Analisis aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga skenario
atau pola usaha. Pada skenario I, diperoleh nilai NPV sebesar Rp
1.264.477.393,82, IRR sebesar 28,90 persen , Net B/C sebesar 4,63, serta nilai
Payback Periode selama 6 tahun 4 bulan dan 28 hari. Pada skenario II, nilai NPV
yang diperoleh sebesar Rp 2.848.453.013,92, IRR sebesar 35,86 persen, Net B/C

7

sebesar 5,51, dan Payback Periode selama 5 tahun 1 bulan 12 hari. Sedangkan
pada skenario III, nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 2.982.818.583,46,
dengan nilai IRR sebesar 48,79 persen, Net B/C sebesar 8,74, serta Payback
Periode selama 4 tahun 18 hari. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial,
ketiga skenario tersebut layak untuk dijalankan.
Jika dilihat dari hasil analisis sensitivitas, skenario II yang merupakan
usaha penyulingan minyak kayu putih yang saat ini sedang dijalankan adalah
usaha yang paling sensitif terhadap penurunan harga jual minyak kayu putih
sebesar 23 persen, sedangkan skenario I merupakan pola usaha yang paling
sensitif terhadap kenaikan harga bahan bakar batubara sebesar 18 persen.
Kenaikan harga bahan bakar batubara tidak memberikan perubahan yang
signifikan terhadap usaha dikarenakan pada kedua skenario ini penggunaan bahan
bakar batubara hanya pada tahun pertama saja, sedangkan untuk tahun-tahun
berikutnya menggunakan bahan bakar yang berasal dari limbah penyulingan daun
kayu putih.
Kelayakan Kayulapis (Plywood)

Rohani K.V Silitonga (2010) melakukan penelitian mengenai analisis
biaya kayulapis pada PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Barat. Penelitian
bertujuan untuk menganalisis struktur biaya produksi, harga pokok, tingkat Break
Even Point (BEP) dan tingkat profitabilitas dari perusahaan kayu lapis. Hasil
perhitungan dari biaya produksi pada periode tahun 2008 diketahui total biaya
tetap sebesar Rp 30,24 milyar per tahun, total biaya variabel sebesar Rp 4,16 juta
per m3, maka dapat diketahui besar biaya produksi untuk tahun 2008 adalah
sebesar Rp 296,88 milyar per tahun atau Rp 4,63 juta per m3. Sedangkan pada
periode tahun 2009 (Januari-Maret) total biaya tetap sebesar Rp 6,4 milyar per
tahun, total biaya variabel sebesar Rp 3,68 juta per m3, maka dapat diketahui besar
biaya produksi untuk tahun 2009 adalah sebesar Rp 67,95 milyar per tahun atau
Rp 4,04 juta per m3.
Berdasarkan tingkat produksi dan harga jual total produk kayulapis pada
tahun 2008, keuntungan yang diperoleh perusahaan diperkirakan sebesar Rp 23,38
milyar per tahun, sedangkan tahun 2009 perusahaan memperoleh laba sebesar Rp
7,03 milyar per tahun. Tingkat pengembalian modal (ROI) perusahaan pada tahun
2008 mencapai 5,97 persen dan sebesar 4,31 persen pada tahun 2009. Nilai Break
Even Point (BEP) dicapai perusahaan pada tingkat produksi 36.105,89 m3/tahun
dan 7.961,78 m3/tahun pada tahun 2009. Harga pokok produksi kayulapis pada
tahun 2008 adalah Rp 5,24 juta per m3 dan sebesar Rp 5,04 juta per m3 pada tahun
2009, sedangkan harga jual total produk tahun 2008 adalah sebesar Rp 5,00 juta
per m3 dan sebesar rp 4,49 juta per m3 pada tahun 2009. Harga pokok tersebut
lebih besar dari nilai harga jual total produk. Hal ini mengartikan bahwa
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dari hasil penjualan kayulapis tidak
seperti yang diharapkan.
Penelitian lain mengenai kayu lapis atau plywood dilakukan oleh Aditya
Agung Pradana (2006) yang menganilisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor plywood di Indonesia. Adapun tujuan dari penilitian ini
antara lain adalah menganalisi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor
plywood di Indonesia, menganalisis secara empiris elastisitas jangka pendek dan
jangka panjang ekpor plywood di Indonesia dan bagaimana implikasi dari

8

kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi ekspor kayu lapis sehingga dapat
merekomendasikan kebijakan dari hasil analisis ekspor plywood di Indonesia.
Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa ekspor plywood dalam jangka
pendek secara nyata dipengaruhi positif oleh harga relatif dari plywood, artinya
jika harga relatif plywood meningkat maka ekspor plywood akan meningkat.
Ekspor plywood dipengaruhi secara negatif oleh jumlah bahan baku yang tersedia
dan nilai tukar uang. Jika kedua variabel tersebut meningkat maka ekspor plywood
menurun. Ekspor plywood dalam jangka panjang dipengaruhi secara positif oleh
harga relatif dari plywood dan kebijakan pelarangan ekspor. Eksor plywood secara
negatif dipengaruhi oleh jumlah bahan baku yang tersedia, nilai tukar dan krisis
moneter. Dari hasil analisis diperoleh elastisitas jangka pendek dan jangka
panjang, sehingga semua variabel yang terdapat pada model penelitian
mempengaruhi ekspor plywood di Indonesia.
Implikasi kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat terhadap ekspor
plywood, bahwa dengan diberlakukannya kembali kebijakan tersebut maka akan
terjadi suatu peningkatan ekspor plywood, selain itu pemerintah juga harus
bertindak lebih tegas dengan cara berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk
mencegah segala bentuk penyelewengan seperti illegal logging.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran peneliti yang
didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil dan proposisi untuk menjawab suatu
tujuan penelitian. Pengetahuan dapat diperoleh dari ilmu yang telah dipelajari
yang berasal dari sumber bacaan baik dari buku teks, jurnal dan logika penelitian
yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya (Rachmania &
Burhannudin, 2008). Berikut ini beberapa teori yang mendasari kerangka
pemikiran yang penulis lakukan.
Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh
orang-orang yang berkecimpung didalam bidang perniagaan (produsen, pedagang,
konsumen dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki
standar serta kualitas hidp mereka. Perusahaan diartikan sebagai sebuah organisasi
yang memproses perubahan keahlian dan sumber daya ekonomi menjadi barang
dan/atau jasa yang diperuntukkan bagi pemuasan kebutuhan para pembeli, serta
diharapkan akan memberikan laba kepada para pemiliknya. Dengan kedua istilah
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian bisnis lebih luas daripada pengertian
perusahaan karena perusahaan merupakan bagian dari bisnis (Husein Umar,
2003).
Menurut Umar (2007) studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu
metode penjajakan dari suatu gagasan tentang kemungkinan layak atau tidaknya
gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Suatu usaha atau bisnis dikatakan layak
apabila usaha tersebut diperkirakan akan dapat menghasilkan keuntungan yang
layak apabila dijalankan.

9

Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk
menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu
kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi kelayakan merupakan bahan
pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu
rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau
mempertahankan bisnis yang sudah ada atau sedang dijalankan (Nurmalina et al,
2010).
Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk mengetahui tingkat benefit yang
dicapai dari suatu bisnis yang akan atau telah dijalankan, memilih alternatif bisnis
yang menguntungkan dan menentukan prioritas investasi bersarkan pada alternatif
bisnis yang menguntungkan tersebut. Selain itu, studi kelayakan bisnis juga dapat
digunakan untuk menghindari pemborosan sumberdaya (Nurmalina et al, 2010).
Tujuan melakukan studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari
kerugian penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan. Studi kelayakan memerlukan biaya, namun biaya tersebut relatif
menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhammad, 2000).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) setidaknya ada lima tujuan studi kelayakan
bisnis dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan perlu dilakukan studi
kelayakan, yaitu:
1. Menghindari risiko kerugian
Untuk mengatasi risiko kerugian dimasa yang akan datan, karena dimasa
yang akan datang ada semacam kontisi ketidakpastian. Kondisi ini ada
yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinyaterjadi
tanpa diramalkan. Dalam hal ini, fungsi studi kelayakan adalah untuk
meminimalkan risiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat
dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan perencanaan
Jika sudah dapat diramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan
datang, maka akan mempermudah dalam pelaksanaanperencanaan danhalhal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan meliputi berapa jumlah
dana yang akan dikeluarkan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan,
dimana lokasi usaha akan didirikan, berapa besar keuntungan yang akan
diperoleh, serta bagaimana mengawasi jika terjadi penyimpangan. Dalam
perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha
dijalankan sampai waktu tertentu.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat
memudahkan pelaksanaan usaha. Pelaksana usaha yang mengerjakan
bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian
pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik, sehingga tepat
sasarandan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang
sudah disusun, dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang
sudah direncanakan.
4. Memudahkan pengawasan
Perusahaan akan mudah untuk melakukan pengawasan jika usaha yang
dijalankan telah dilakukan sesuai dengan yang telah direncakan.
Pengawasan perlu dilakukan agar pelaksaan usaha tidak melenceng dari
rencana yang telah disusun. Pelaksana pekerjaan dapat dengan sungguh-

10

sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi,
sehingga pelaksanaan tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.
5. Memudahkan pengendalian
Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka
apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan
dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan
pengendalian ini adalah untuk mengembalikan pelaksaan pekerjaan yang
melenceng dari yang diinginkan, sehingga pada akhirnya tujuan
perusahaan akan tercapai.
Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara
bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang akan diperoleh dari suatu
penanaman investasi tertentu. Sementara itu, sesuai dengan definisinya bisnis
memiliki kegiatan-kegiatan yang tidak hanya membangun proyek, tetapi juga
yang utama adalah operasinalisasinya sehingga menjadi beberapa aspek
pergantian, termasuk mengenai layanan pada pasar potensial, kepuasan konsumen
dan persaingan bisnis menjadi hal yang penting.
Dalam melakukan penilaian studi kelayakan melalui tahap-tahap yang
yelah ditentukan, sebaiknya dilakukan secara benar dan lengkap. Setiap tahapan
memiliki berbagai aspek yang harus diteliti, diukur, dan dinilai sesuai dengan
yang telah ditentukan. Ada beberapa aspek yang perlu dilakukan studi untuk
menentukan kelayakan suatu usaha. Masing-masing aspektidak dapat berdiri
sendiri melainkan saling berkaitan. Artinya, jika salah satu aspek tidak terpenuhi,
maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Jakfar, 2012).
Aspek Pasar

Aspek Teknis

Aspek Manajemen
Aspek Penilaian

Hasil Studi Kelayakan
Aspek Hukum

Aspek Lingkungan
dan sosial
Aspek
Finansial/Keungan
Gambar 3. Aspek-aspek dalam Penilaian Studi Kelayakan Bisnis

11

Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang
harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:
1. Aspek Pasar
Pasar merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai
keinginan untuk puas, uang untuk belanjar, dan kemauan untuk
membelanjakannya (Stanton dalam Husein Umar, 2003). Pada studi
kelayakan, analisis aspek pasar mencakup permintaan, penawaran, strategi
bauran pemasaran, serta perkiraan penjualan.
a. Permintaan
Menurut Lipsey (1995), banyaknya komoditi yang diminta
merupakan jumlah suatu komoditi yang akan dibeli oleh suatu rumah
tangga. Permintaan dari produk yang dihasilkan dapat diketahui melalui
daya serap pasar. Daya serap pasar merupakan peluang pasar yang dapat
dimanfaatkan dalam memasarkan hasil produksi dari usaha yang
direncanakan. Dalam menganalisis permintaan konsumen terhadap suatu
produk, hal-hal yang harus diperhatikan adalah jenis konsumen yang
menjadi target pasar, daerah yang menjadi target pasar, perusahaan dan
proyeksi permintaan.
b. Penawaran
Penawaran merupakan banyaknya komoditi yang dijual oleh
perusahaan (Lipsey, 1995). Banyaknya komoditi yang ditawarkan oleh
perusahaan dipengaruhi oleh beberapa variabel penting diantaranya harga
komoditi tersebut, harga-harga input, tujuan perusahaan dan
perkembangan teknologi.
Dengan mengetahui jumlah permintaan dan penawaran dari suatu
produk, maka perbedaan antara permintaan dengan penawaran itulah yang
merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pembukaan usaha
baru. Apabila permintaan lebih kecil dari jumlah produk yang ditawarkan
berarti usaha tersebut tidak memiliki peluang untuk didirikan dan
sebaliknya. Di samping itu, dalam melakukan suatu analisis penawaran
juga harus memperhatikan bisnis-bisnis lain yang telah ada sebelumnya
dan kemungkinan tentang berdirinya usaha sejenis lainnya di masa yang
akan datang, sehingga bisnis yang kita jalankan tetap memiliki pangsa
pasar tersendiri.
c. Strategi Bauran Pemasaran
Strategi pemasaran adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh
perusahaan dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan
pembelian hasil produksinya. Usaha-usaha pemasaran yang dilakukan
biasanya disesuaikan dengan kedudukan produknya dalam persaingan dan
siklus produk, baik ketika penetrasi pasar maupun pada siklus selanjutnya.
Adapun bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahan antara lain:
i. Strategi Produk
Menurut Kashmir dan Jakfar (2007), produk adalah sesuatu
yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Pihak
perusahaan terlebih dahulu harus mendefinisikan, memilih, dan
mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen yang akan dilayaninya, agar investasi yang ditanam dapat
berhasil dengan baik. Strategi produk yang dilakukan oleh perusahaan

12

dalam mengembangkan suatu produk antara lain keragaman produk,
kualitas, desain, ciri, merek, kemasan, ukuran pelayanan, garansi,
serta imbalan.
ii. Strategi Harga
Harga merupakan nilai yang harus dikeluarkan oleh
konsumen untuk memperoleh suatu manfaat dengan memiliki
atau menggunakan suatu produk. Berdasarkan hipotesis
ekonomi, jumlah barang yang diminta berhubungan negatif
dengan harga barang tersebut, dengan asumsi faktor lain
dianggap tetap. Semakin rendah harga suatu barang, maka
semakin besar pula permintaannya dan juga sebaliknya. Untuk
penawaran, jumlah barang yang ditawarkan berbanding lurus
dengan harga barang tersebut, dengan asumsi faktor lainnya
dianggap tetap. Semakin tinggi harga suatu barang, maka
semakin besar pula penawarannya akan barang tersebut. Tetapi
sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka semakin
rendah pula penawaran barang tersebut.
iii. Distribusi
Kegiatan pemasaran yang ketiga adalah penentuan lokasi
dan distribusi beserta sarana dan prasarana pendukung. Hal ini
dilakukan agar konsumen mudah menjangkau setiap lokasi yang
ada serta mendistribusikan barang atau jasa. Distribusi
digunakan untuk menentukan bagaimana mencapai target pasar
dan bagaimana untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi distribusi
yang berbeda-beda.
iv. Strategi Promosi
Kegiatan promosi dari setiap perusahaan dilakukan untuk
mempromosikan seluruh produk atau jasa yang dihasilkannya
baik secara langsung atau tidak. Promosi merupakan sarana
yang paling tepat untuk menarik dan mempertahankan
konsumen. Salah satu tujuan dari promosi perusahaan adalah
menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan
berusaha menarik calon konsumen yang baru. Terdapat empat
sarana promosi yang dapat digunakan oleh setiap perusahaan
dalam mempromosikan produk ataupun jasa yang dihasilkannya,
diantaranya dengan periklanan, promosi penjualan, publisitas,
serta penjualan pribadi.
d. Perkiraan Penjualan
Sebelum produk yang kita tawarkan sampai ke tangan konsumen,
maka seorang pelaku bisnis harus melakukan perkiraan penjualan.
Kegiatan perkiraan penjualan meliputi penetapan harga produk yang akan
dijual, kapasitas produksi yang akan direncanakan, dan besarnya modal
yang digunakan.
Aspek pasar dan pemasaran digunakan untuk menilai apakah perusahaan
yang akan melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran memiliki
peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Atau dengan kata lain seberapa besar
potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market
share yang dikuasai oleh para pesaing dewasa ini. Kemudian bagaimana strategi

13

pemasaran yang akan dijalankan, untuk menangkap potensi pasar yang ada, maka
perlu dilakukan riset pasar, baik dengan terjun langsung ke lapang maupun
dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber. Setelah diketahui pasar nyata
dan potensi pasar yang ada, selanjutnya disusun strategi pemasaran yang cocok
(Jakfar, 2012).
2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang akan dikaji selanjutnya
apabila aspek pasar telah dianalisis terlebih dahulu. Kegiatan ini timbul
apabila sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah
menunjukkan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran.
Dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu
dipertimbangkan secara cepat dan benar karena kesalahan dalam
menentukan aspek ini juga mengakibatkan perusahaan mengalami
kegagalan. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan
proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah
proyek tersebut berjalan. Menurut Ibrahim (2003), dalam menganalisis
aspek teknis ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya lokasi
proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis,
proses produksi, serta kriteria pemilihan mesin dan equipment.
a. Lokasi Proyek
Faktor lokasi adalah faktor yang ikut secara langsung
mempengaruhi komoditas dari kegiatan usaha karena lokasi proyek erat
hubungannya dengan masalah pemasaran hasil produksi dan masalah
pemasaran hasil produksi dan masalah biaya pengangkutan selain masalah
persediaan bahan baku. Secara umum faktor-faktor yang ikut
mempengaruhi lokasi proyek, antara lain daerah pemasaran, penyediaan
tenaga kerja, fasilitas pengangkutan, dan tersedianya pembangkit tenaga
listrik.
i.
Daerah Pemasaran
Kebijakan dalam menentukan lokasi usaha/proyek, mengenai apakah
lokasi harus dengan dengan pasar hasil produksi atau dekat dengan bahan
baku harus dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis sehingga
kelangsungan dari usaha dapat terjamin. Lokasi usaha yang dekat dengan
pasar biasanya mempunyai beberapa keunggulan, antara lain pelayanan
terhadap konsumen dapat dilakukan dengan cepat, ongkos angkut dari
produk yang dihasilkan relatif lebih murah dan volume penjualan dapat
ditingkatkan.
ii.
Bahan Baku
Pendirian suatu usaha atau proyek yang dekat dengan bahan baku juga
mempunyai kelebihan antara lain supply bahan mentah dapat menjamin
kontinuitas kegiatan usaha, ongkos angkut bahan lebih murah, dan
perluasan usaha lebih mudah untuk dilakukan.
Dilihat dari segi ongkos angkut bahan mentah, apabila jumlah bahan
mentah yang diangkut jauh lebih besar daripada bahan jadi sebagai akibat
proses produksi, lokasi usaha atau proyek yang dekat dengan bahan baku
lebih menguntungkan.

14

iii.

iv.

v.

Tenaga Kerja
Dalam menentukan lokasi usaha/proyek, supply tenaga kerja juga perlu
mendapat perhatian, baik dilihat dari jumlah tenaga kerja maupun kualitas
yang diperlukan. Apabila usaha usaha/proyek yang didirikan
membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar (padat karya)
sebaiknya lokasi usaha yang didirikan dekat dengan pemukiman
penduduk.
Fasilitas Pengangkutan
Fasilitas pengangkutan yang tersedia dalam pemilihan lokasi perlu
menjadi perhatian dari penyusunan studi kelayakan, karena masalah
pengangkutan merupakan masalah dalam pengangkutan bahan mentah,
barang jadi, maupun tenaga kerja.
Fasilitas Tenaga Listrik dan Air
Secara teknis, apabila usaha/proyek yang direncanakan memerlukan
fasilitas listrik dalam kegiatan produksi, tentu dalam penyusunan studi
kelayakan dalam perhitungan lokasi proyek (pabrik) perlu mendapat
perhatian, terutama ada tidaknya tenaga listrik yang tersedia. Demikian
pula dengan air, apabila usaha/proyek yang didirikan dalam proses
produksi memerlukan air, baik sebagai tenaga penggerak maupun dalam
proses produksi maka lokasi proyek/pabrik harus dekat dengan air.
b. Skala Usaha
Untuk menentukan skala usaha dalam suatu proyek yang
direncanakan tergantung pada pangsa pasar dari produk yang dihasilkan.
Apabila pangsa pasar dapat dimiliki dalam jumlah yang tidak terbatas,
tentu jumlah produksi yang dihasilkan sangat tergantung pada keuntungan
optimal yang mungkin diperoleh.
c. Proses produksi
Proses produksi dari gagasan usaha/proyek yang akan
direncanakan juga perlu diketahui untuk menentukan jumlah biaya
investasi, jenis mesin yang digunakan, serta bentuk bangunan yang
diperlukan, sesuai dengan proses produksi secara teknis.
Dengan mengetahui kegiatan secara teknis dari proses produksi,
tentu penyusunan studi kelayakan dapat menghitung biaya yang
diperlukan dalam pengadaan mesin-mesin dan gedung-gedung yang
diperlukan di samping peralatan lainnya, karena biaya bangunan serta
mesin merupakan biaya investasi yang perlu untuk diketahui dalam
analisis kriteria investasi.
Selain itu, perlu juga diketahui tentang dampak yang ditimbulkan
oleh proses produksi terhadap lingkungan, apakah proses produksi akan
mempengaruhi keadaan lingkungan. Bila menimbulkan dampak negatif
perlu diperkirakan cara-cara dalam penanggulangannya dan keadaan ini
membutuhkan dana yang perlu diperhitungkan.
d. Penggunaan Teknologi (alat dan mesin)
Teknologi merupakan salah satu faktor penunjang dalam
menjalankan suatu usaha. Penggunaan teknologi dimaksudkan untuk
membuat usaha yang dijalankan lebih efisien. Selain itu, jenis teknologi
yang diterapkan harus disesuaikan dengan proses produksi usaha tersebut.

15

3. Aspek Manajemen
Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan
pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan
efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins SP, Coulter M, 2004).
Masalah sumberdaya manusia maupun rencana perusahaan secara
keseluruhan, haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan
perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi tahapan dalam
proses manajemen. Proses manajemen ini akan tergambar dari masingmasing fungsi yang ada dalam manajemen. Pada aspek manajemen, yang
perlu dianalisis adalah bagaimana fungsi-fungsi manajamen diterapkan
secara benar (Kashmir dan Jakfar, 2007). Adapun empat fungsi dasar
manajemen menurut Robbins SP, Coulter M (2004), diantaranya sebagai
berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang mencakup proses
mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran, dan
menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
sejumlah kegiatan.
b. Pengorganisasian (Organitation)
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang mencakup
proses menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus
melakukan, bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, dan dimana
keputusan harus dibuat.
c. Pemimpinan (Leading)
Pemimpinan merupakan fungsi manajemen yang mencakup
kegiatan memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu
bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan
memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku karyawan.
d. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah fungsi manajemen yang mencakup
pemantauan kinerja aktual, pembandingan aktual dengan standar, dan
membuat koreksi. Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi
internal perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi
kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu
pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, pelaksana studi masingmasing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi,
struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga
kerja yang digunakan.
4. Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminanjaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta,
sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha. Adapun
tujuan dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan,
kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Hal ini
sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala
prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus
terlebih dahulu sudah terpenuhi (Kashmir dan Jakfar, 2007).

16

5. Aspek Lingkungan Sosial
Analisis sosial lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap
penghasilan negara, pengaruhnya terhadap devisa negara, peluang kerja,
dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Analisis sosial
berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang
diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial yang harus
dipikirkan secara cermat dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap
terhadap keadaan sosial (Gittinger, 1986).
6. Aspek Finansial
Jika sebuah gagasan usaha atau proyek yang direncanakan telah
feasible dilihat dari aspek pemasaran dan teknis produksi, langkah
selanjutnya a