This research is on farmers perception of the role agriextensionworker in Sidomulyo dan Muari Village Oransbari Sub District south of Manokwari.

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERANAN PENYULUH PERTANIAN
DI DESA SIDOMULYO DAN MUARI DISTRIK ORANSBARI
KABUPATEN MANOKWARI SELATAN

KRISNAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Persepsi Petani terhadap
Peranan Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari, Distrik Oransbari,
Kabupaten Manokwari Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Krisnawati
NIM I351110011

RINGKASAN
KRISNAWATI. Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian di Desa
Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan.
Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH dan PANG S ASNGARI.
Penelitian ini mengenai persepsi petani mengenai peranan penyuluh
pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Manokwari Selatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi petani terhadap peranan petugas penyuluh lapang (teknisi, fasilitator dan
advisor) di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari
Selatan.
Faktor tersebut meliputi: (1) faktor internal yaitu karakteristik petani (umur,
pendidikan formal, pendidikan non-formal, status kepemilikan lahan dan
pengalaman berusaha tani) dan (2) faktor eksternal petani (keterlibatan petani
dalam kelompok dan pengetahuan petani terhadap peranan petuga penyuluh
lapang). Responden penelitian sebanyak 80 petani yang masih aktif dalam

kegiatan penyuluhan. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan
membuat tabel frekuensi dan persentase dan menggunakan uji korelasi Rank
Spearman pada taraf kepercayaan 0,05% untuk melihat tingkat keeratan hubungan
antara variabel bebas.
Hasil analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa (1) sebagian besar
anggota kelompok tani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari masih
berada pada usia produktif masa bekerja yaitu 35-47 tahun, dengan tingkat
pendidikan tamat SLTP, sering mengikuti kegiatan pelatihan yang berhubungan
dengan usaha tani, memiliki pengalaman berusaha tani 10-20 tahun, aktif
mengikuti petemuan rutin kelompok tani, (2) persepsi petani terhadap peranan
penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor dikategorikan baik, (3)
ada hubungan antara faktor internal karakteristik petani dan faktor eksternal
(sistem sosial) terhadap persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian
sebagai teknisi, fasilitator dan advisor.
Kata kunci: persepsi, peranan penyuluh pertanian, petani, penyuluh pertanian

SUMMARY
KRISNAWATI. This research is on farmers perception of the role agriextensionworker in Sidomulyo dan Muari Village Oransbari Sub District south of
Manokwari. Supervised by NINUK PURNANINGSIH and PANG S ASNGARI.
This research is about This research is on farmers perception of the role

agri-extensionworker in Sidomulyo dan Muari Village, Oransbari Sub District,
south of Manokwari. Purpose of this research is analyzed that influence farmers’s
perceptions of the role extension agent’s (technician, facilitator and advisor).
These factors include: (1) internal factors: the characteristics of farmers
(age, formal education, non formal education, land ownership and farming
experience) and (2) external factors: the social system (farmer involvement in the
group and knowledge farmers of the role agri-extensionworker) includes two
sample villages in Oransbari Sub District South Manokwari of West Papua by 80
respondents farmers who are still active in outreach activities. Data were analyzed
with descriptive and inferential create frequency tables and percentages and using
the Spearman rank correlation test at the level of 0.05 % to see the level of
relationship between the independent variables .
The results showed that (1) most of the members of farmer groups in the
Sidomulyo and Muari Village are farmers has age period 35-47 years, with the
level of education completed junior high school, often following training
activities, internships, field trips related to agricultural extension activities, has a
wide enough area 600-1000 m2, have 10-20 years of experience trying to farm,
actively participates in regular meetings of relating to agricultural extension
activities, (2) farmer’s perceptions of the role agri-extensionworker as a
technician, facilitator and advisor categorized good, (3) there is a relationship

between internal factors and external factors farmer characteristics (social
systems) on farmer’s perceptions of the role agri-extensionworker as a technician,
facilitator and advisor.
Keywords: perception, the role of agri-extensionworker, farmer, the agriextensionworker

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERANAN PENYULUH PERTANIAN
DI DESA SIDOMULYO DAN MUARI DISTRIK ORANSBARI
KABUPATEN MANOKWARI SELATAN

KRISNAWATI


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis

: Prof Dr Ir Sumardjo MS

Penguji Program Studi


: Dr Ir Anna Fatchiya MSi

3

Judul Tesis : Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian di Desa
Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari
Selatan
Nama
: Krisnawati
NIM
: I351110011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi
Ketua

Prof Dr Pang S Asngari
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan
Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 30 Januari 2014

Tanggal Lulus:

4

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah Persepsi,
dengan judul Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluhan Pertanian di Desa
Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ninuk Purnaningsih MSi
dan Bapak Prof Dr Pang S Asngari selaku pembimbing yang dengan sabar dan tak
mengenal lelah memberi arahan dan bimbingan serta memberi kemudahan pada
penulis. Terimakasih juga kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah MSc dan Prof Dr Ir
Sumardjo MSi atas saran-sarannya yang yang luar biasa. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh masyarakat petani, petugas
penyuluh lapang, kepala desa dan kepala distrik di Desa Sidomulyo dan Muari
Distrik Oransbari atas bantuannya memberikan informasi terkait penelitian.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Beasiswa BPPS yang diberikan
selama dua tahun, terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah
Provinsi Papua Barat dan Yayasan Toyota Foundation atas bantuan dana
penelitian.
Ucapan terimakasih dan penghargaan paling dalam kepada suami tercinta
Jeffry Ronald Pattiasina atas doa serta dengan kasih sayang mendampingi penulis

selama penulis melakukan penelitian hingga karya ilmiah ini selesai dikerjakan,
juga kepada putri kami yang tersayang Alyne Aprilia Pattiasina yang hadir
menemani penulis hingga menyelesaikan pendidikan. Penulis juga sampaikan
terimakasih luar biasa kepada kedua orangtua yang tak hentinya mendoakan
penulis.
Terimakasih kepada sahabat-sahabatku terkasih PPN 2011 Nini Kusrini,
Afni Zahara, Rikhlata, Pak Zainuddin, Pak Suherdi, Pak Multi, Rafnel, Bunda
Irma, Pak Iwan, Pak Darojat, Pak Akrab dan mba Desi Garibaldi atas
kebersamaan, canda tawa dan dukungan kepada penulis. Terimakasih juga kepada
sahabatku terkasih Siti, Kak Fitri, Kak Vannie, Kak Selvi, Abi serta teman-teman
IMAPA (Ikatan Mahasiswa Pasca Papua) atas dukungan moril dan doanya.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan karya ilmiah ini, saran dan kritik
yang membangun akan diterima dengan senang hati. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2014
Krisnawati

5


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1

1
3
4
5

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Persepsi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Karakteristik Petani
Konsep Petani
Konsep Peranan
Konsep Penyuluh atau Agen Perubahan
Peranan Petugas Penyuluh Lapang
Peranan Penyuluh dalam SKKNI Tahun 2010
Keranngka Berpikir
Hipotesis

5
5
6
8
11
12
14
15
19
22
23

METODE
Rancangan Penelitian
Lokasi Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Populasi dan Sampel
Data dan Instrumen Data
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional

24
24
24
24
25
25
25
27
28

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Penyuluh Pertanian Desa Sidomulyo dan Muari
Karakteristik Petani
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor
Faktor Internal dan Eksternal Petani yang Berhubungan dengan Persepsi
Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian

32
32
33
34
39
40
41
42

6
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

52
52
53

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

56

DAFTAR TABEL
1. Identifikasi kompetensi umum dan inti pada masing-masing level
penyuluh pertanian (SKKNI tahun 2010)
2. Uji validitas iten instrumen
3. Uji reabilitas item instrumen
4. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran karakteristik
petani
5. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran faktor
eksternal
6. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran persepsi
petani terhadap peranan PPL
7. Distribusi frekuensi variabel pengetahuan petani terhadap peranan
8. Distribusi frekuensi variabel peranan PPL sebagai teknisi
9. Distribusi frekuensi variabel peranan PPL sebagai fasilitator
10. Distribusi frekuensi variabel peranan PPL sebagai advisor
11. Hubungan faktor internal dengan persepsi petani terhadap peranan
PPL sebagai teknisi
12. Hubungan faktor eksternal dengan persepsi petani terhadap peranan
PPL sebagai teknisi
13. Hubungan faktor internal dengan persepsi petani terhadap peranan
PPL sebagai fasilitator
14. Hubungan faktor eksternal dengan persepsi petani terhadap peranan
PPL sebagai fasilitator
15. Hubungan faktor internal dengan persepsi petani terhadap peranan
PPL sebagai advisor
16. Hubungan faktor eksternal dengan persepsi petani terhadap peranan
PPL sebagai advisor

21
26
27
28
29
30
38
39
41
42
43
45
46
48
49
51

DAFTAR GAMBAR
1. Kondisi kesenjangan yang dihadapi masyarakat petani di Distrik
Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan
2. Pembentukan persepsi menurut Litteret (Asngari, 1984)
3. Peranan terbaik seseorang

4
6
13

7
4. Kerangka berpikir penelitian
5. Karakteristik usia responden
6. Karakteristik pendidikan formal responden
7 Karakteristik pendidikan non formal responden
8. Karakteristik status kepemilikan lahan responden
9. Karakteristik pengalaman berusahatani responden
10. Karakteristik keterlibatan petani dalam kelompoktani

23
34
35
36
36
37
38

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil uji statistik inferensial
2. Peta Kabupaten Manokwari Selatan
3. Skestsa peta daerah penelitian

56
60
61

8

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persepsi merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan
tanggapan terhadap suatu rangsang. Persepsi yang terbentuk dalam diri petani
akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap peran penyuluh. Persepsi petani
terhadap peran penyuluh dapat menjadi salah satu faktor penghambat atau
pendorong bagi partisipasi atau keterlibatan petani dalam kegiatan penyuluhan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan petani Distrik Oransbari kurang
partisipasi dalam kegiatan penyuluhan yakni petani masih kurang percaya kepada
penyuluh karena penyuluh lebih menitikberatkan pada penyampaian materi tanpa
melihat sejauhmana petani mengadopsi. Selain itu ditunjukkan oleh persepsi
petani tentang penyuluh pertanian. Persepsi seseorang tentang sesuatu erat
hubungannya dengan tindakan orang tersebut pada hal itu. Untuk itu, perlu dikaji
tentang persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian guna mengetahui
kebutuhan petani dan harapan petani.
Diberlakukannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang mewujudkan otonomi daerah, akan memberikan keleluasan
daerah dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintah daerah. Era otonomi
daerah di Kabupaten Manokwari dimulai tahun 2001, sejalan dengan pemikiran
Sumardjo (2008) seiring implementasi otonomi daerah, komitmen pemerintah
terhadap penyuluhan melemah. Pemerintah daerah di beberapa tempat kurang
memiliki komitmen dukungan terhadap eksistensi dan pengembangan
penyuluhan, sehingga kurang menstimulan terjadinya upaya pengembangan
kompetensi para penyuluh.
Seluruh aktivitas pertanian menjadi urusan daerah dan dikelola oleh Dinas
Pertanian daerah, dengan demikian diharapkan kegiatan penyuluhan pertanian
akan terlaksana secara baik. Namun kenyataannya dilapangan dihadapkan banyak
kendala seperti adanya perubahan pengelolaan dan penanganan penyuluh
pertanian dan hilangnya keberadaan institusi penyuluhan di tingkat kabupaten,
sehingga menyebabkan basis para penyuluh mengalami perubahan. Hal ini
berdampak pada lokasi penelitian yaitu di Distrik Oransbari Kabupaten
Manokwari Selatan. Empat belas desa di Distrik Oransbari hanya 2 desa yang
kegiatan penyuluhan pertaniannya masih aktif yaitu Desa Sidomulyo dan Muari.
Desa-desa yang kegiatan penyuluhan pertanian tidak aktif disebabkan karena
petani kurang percaya kepada penyuluh pertanian, ini yang membuat petani tidak
aktif dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
Penyuluh pertanian di Distrik Oransbari selama ini hanya menitikberatkan
pada penyampaian materi tanpa melihat sejauhmana petani mengadopsi dan
kurang memberi solusi masalah usahatani. Peran penyuluh dalam kegiatan
penyuluhan diharapkan dapat membantu memecahkan masalah usahatani yang
dihadapi petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan
untuk memecahkan sebagian dari masalah yang dihadapi petani. Oleh karena itu
sebagian petani tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan
bahkan petani tersebut tidak percaya dengan program yang diadakan oleh
penyuluh pertanian. Namun penyuluh pertanian tetap berusaha membantu petani

2

dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani. Peranan penyuluh pertanian
adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan
yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang diperlukan
petani. Selain itu penyuluh pertanian juga berperan untuk membantu petani dalam
peningkatan usahataninya (van den Ban dan Hawkins 1999).
Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan yang langsung berhubungan
dengan petani. Salah satu fungsi penyuluh pertanian mengajak petani agar mau
melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi usahanya. Penyuluh dapat
mempengaruhi melalui perannya sebagai fasilitator, supervisor dan advisor.
Berbagai peran tersebut diterapkan oleh penyuluh pertanian dengan kadar yang
berbeda.
Peranan penyuluh pertanian penting dalam membantu petani, oleh karena itu
Pemerintah menetapkan rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) sektor pertanian bidang penyuluhans pertanian tahun 2010 yang menjadi
standar kompetensi kerja nasional Indonesia yang mencerminkan keprofesian
seorang penyuluh pertanian dan merupakan salah satu bentuk kepedulian
pemerintah dalam mewujudkan reviltalisasi pertanian melalui tujuan
pembangunan yaitu mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan yang
difokuskan pada penataan kelembagaan penyuluhan pertanian, peningkatan
kuantitas dan kualitas penyuluh pertanian, peningkatan kelembagaan dan
kepemimpinan petani dan peningkatan sistem penyelenggaraan penyuluhan
pertanian. Peranan penyuluh pertanian secara desktiptif yang tercantum dalam
SKKNI tahun 2010 adalah sebagai fasilitator, supervisor dan advisor.
Penentuan standar tersebut untuk meningkatkan mutu pertanian atau dalam
hal ini disebut sebagai revitalisasi pertanian. Revitalisasi pertanian difokuskan
pada penataan kelembagaan, peningkatan kuantitas dan kualitas, peningkatan
sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian, peningkatan kelembagaan dan
kepemimpinan petani, pembiayaan pertanian, dan diseminasi teknologi tepat guna
untuk meningkatkan efisiensi pertanian di pedesaan sehingga dalam menjalankan
program-program pemerintah terkait revitalisasi pertanian dibutuhkan peran
penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian sangat berperan dalam mendampingi
peserta program, yang terdiri dari petani, kelompok tani (poktan), dan gabungan
kelompok tani (gapoktan). Hal ini dikuatkan dalam UU No. 16 tahun 2006 tentang
SPPK mengenai fungsi penyuluh pertanian yaitu sebagai fasilitator kegiatan
pembelajaran, pengembangan kepemimpinan, mempermudah akses informasi, dan
mengembangkan pertanian sehingga memiliki daya saing. Oleh karena itu,
penyuluh pertanian dituntut dapat menguasai kompetensi professional. Hal ini
sejalan dengan hasil penemuan studi yang dilakukan Yoder (1994) menunjukkan
bahwa para penyuluh pertanian di negara sedang berkembang perlu menguasai
kompetensi professional yang mencakup bidang: administrasi, perencanaan,
pelaksanan dan evaluasi program, komunikasi, metode-metode pengajaran dan
penyuluhan, pemahaman terhadap tingkah laku manusia, dan pemeliharaan
profesionalisme. Dalam rangka revitalisasi pertanian diberlakukannya UndangUndang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun
2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang mewujudkan otonomi
daerah, akan memberikan keleluasan daerah dalam mengatur dan mengurus
urusan pemerintah daerah. Kondisi ini sejalan kebijakan pemerintah dalam
pembangunan sistem dan usaha agribisnis dan bertujuan mengangkat kehidupan

3

masyarakat tani di pedesaan, harus merupakan inisiatif dan dilaksanakan oleh
masyarakat tani sendiri.
Penyuluh merupakan ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan
petani. Kedudukan sebagai ujung tombak menggambarkan penyuluh pertanian
memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugas dan fungsinya dalam
memajukan petani. Hal tersebut terutama karena masalah yang dihadapi penyuluh
pertanian di lapangan tidak saja menyangkut persoalan usatahani semata,
melainkan berbagai persoalan baik masalah budaya, sosial, tingkat pengetahuan,
maupun kepercayaan masyarakat petani. Oleh karena itu penyuluh pertanian
dituntut untuk menggunakan pendekatan yang beragam dalam membantu
menyelesaikan persoalan petani.

Masalah Penelitian
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah petani di Distrik Oransbari
kurang aktif dalam kegiatan penyuluhan, hal ini disebabkan karena penyuluh
pertanian lebih menitikberatkan materi tanpa melihat sejauhmana petani
mengadopsi. Hal ini sejalan dengan pemikiran Marzuki (1994) bahwa selama ini
peranan penyuluh yang lebih dominan diterapkan adalah sebagai instruktur atau
sebagai tenaga teknis dibanding perannya yang lain. Kegiatan penyuluhan lebih
menitikberatkan pada materi yang harus diterima petani dibanding dengan proses
bagaimana petani dapat menerima suatu inovasi pertanian tersebut. Akibatnya
peran penyuluh pertanian telah mempengaruhi petani yang cenderung menunggu
anjuran, instruksi, dan arahan sehingga membuat sebagian petani tidak mau
berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan bahkan petani tersebut
tidak percaya dengan program yang diadakan oleh penyuluh pertanian.
Empat belas desa di Distrik Ornsbari hanya 2 desa yang kegiatan
penyuluhan masih aktif hingga penelitian ini dilakukan yaitu Desa Sidomulyo dan
Muari. Oleh sebab itu peneliti memilih Desa Sidomulyo dan Muari dijadikan
sebagai lokasi penelitian. Peneliti ingin melihat kebutuhan dan harapan petani
Desa Sidomulyo dan Muari melalui persepsinya terhadap peranan penyuluh
pertaian.
Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah yang ditelaah dalam
penelitian ini adalah:
(1) Karakteristik petani Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari.
(2) Persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian.
(3) Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap peranan
penyuluh pertanian.

4

Kondisi saat ini
Kondisi yang diharapkan
 Penyuluh pertanian
 Penyuluh pertanian selain
sebagai instruktur atau
berperan sebagai teknisi juga
tenaga teknis yaitu
diharapkan sebagai pendidik.
kegiatan penyuluhan
Peran penyuluh pertanian
lebih menitikberatkan
sebagai pendidik dalam
pada materi pertanian
penyampaian materi, perlu
yang harus diterima
diperhatikan kelengkapan
petani dibanding dengan
meteri berhubungan dengan
proses bagaimana petani
pengetahuan usatahani petani
dapat menerima suatu
sehingga dapat meningkatkan
inovasi pertanian.
pengetahuan petani. Selain itu
Sehingga dalam
diperhatikan juga kesiapan
penyampaian materi,
mental petani dan pengulangan
materi yang diberikan
aktiviats demontrasi.
belum dapat
 Penyuluh pertanian sebagai
meningkatkan
fasilitator diharapkan selain
pengetahuan petani.
sebagai sumber informasi juga
 Penyuluh pertanian
perlu diperhatikan oleh
sebagai fasilitator.
penyuluh pertanian adalah
Penyuluh pertanian
penyediaan sarana belajar dan
memperkenalkan sumber
sebagai motivator bagi petani
informasi tetapi penyuluh
sehingga mampu
pertanian belum mampu
meningkatkan pembelajaran
meningkatkan kegiatan
petani.
pembelajaran petani,
 SKKNI tahun 2010
sehingga menyebabkan
menjelaskan peran penyuluh
kebanyakan petani tidak
pertanian selain sebagai
mau berpartisipasi dalam
fasilitator juga sebagai
kegiatan penyuluhan,
supervisor dan advisor
bahkan petani tidak
Gambar 1. Kondisi Kesenjangan yang Dihadapi Masyarakat Petani di Distrik
Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
(1) Mendeskripsikan karakteristik petani Desa Sidomulyo dan Muari Distrik
Oransbari.
(2) Mengidentifikasi persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian.
(3) Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani
terhadap peranan penyuluh pertanian.

5

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pengembangan
ilmu pengetahuan, dan para praktisi yang berhubungan dengan pengembangan
petani dan peranan penyuluh pertanian lapang. Manfaat khusus yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Bagi Perguruan Tinggi diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan pengembangan petani dan peranan
penyuluh pertanian serta dapat mendorong peneliti lain untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
(2) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari dan pihak terkait seperti
Kementerian Pertanian dan instansi terkait lainnya dalam merumuskan
perencanaan pembuatan program-program pemberdayaan pertanian
selanjutnya.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Persepsi
Harihantono (2001) mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu
terhadap suati objek (stimulus). Akibat adanya stimulus, individu memberikan
respon berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimulus tersebut. persepsi
berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus
tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh Robbins (2006) sejumlah faktor juga
dapat berperan dalam membentuk dan kadang memutar balik persepsi. Diantara
karaktersitik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian,
motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan harapan.
Menurut Leavit (1978), persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah
pandangan atau pengertian, yaitu cara seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu. Menurut Letterer (Asngari, 1984), persepsi orang dipengaruhi oleh
pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta, atau tindakan. Terdapat tiga
mekanisme pembentukan persepsi, yaitu: selectivity, closure, interpretation.
Informasi yang sampai kepada seseorang menyebabkan individu yang
bersangkutan membentuk persepsi, dimulai dengan pemilihan atau menyaringnya,
kemudian informasi yang masuk tersebut disusun menjadi kesatuan yang
bermakna, dan akhirnya terjadilah interpretasi mengenai fakta keseluruhan
informasi. Secara skematis ditunjukkan dalam gambar 2. Pembentukan persepsi
menurut Litterer (Asngari, 1984), karena adanya keinginan atau kebutuhan
manusia untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat mereka hidup dan
mengetahui makna dari informasi yang diterimanya. orang bertindak sebagian
dilandasi oleh persepsi mereka pada suatu situasi. Selain menurut Stogdill,
Hilgard, dan Sanders et all (Asngari, 1984) pengalaman seseorang turut
membentuk persepsi seseorang.

6

Mekanisme pembentukan
persepsi

Informasi
sampai ke
individu

Selectivity

pembentukan
persepsi

Interpretation
“Closure”

Pengalaman masa silam

Persepsi
Perilaku

Gambar 2. Pembentukan persepsi menurut Litterer (Asngari, 1984)
Persepsi terkait erat dengan masalah sikap, karena persepsi merupakan
komponen kognitif sikap. Berdasarkan psikologi sosial sikap diartikan sebagai
derajat atau tingkat kesesuaian atau ketidaksesuaian seseorang terhadap objek
tertentu. Kesesuaian atau ketidaksesuaian ini dinyatakan dalam skala yang
menunjukkan sangat setuju atau sangat tidak setuju terhadap objek sikap.
Rakhmat (2000) mengartikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada rangsangan inderawi.
Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga
atensi (perhatian), ekspektasi (harapan), motivasi, dan memori.
Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan
terhadap informasi yang diterima. Melihat pendapat para pakar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan
seseorang terhadap informasi tentang lingkungannya baik melalui penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Harihanto (2001) menyatakan bahwa persepsi berhubungan dengan
pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat
terhadap motivasi, kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Hal senada
juga dikemukakan oleh Robbins (2006) sejumlah faktor juga dapat berperan
dalam membentuk dan juga kadang memutar balik persepsi. Diantara karakteristik
pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motivasi,
kepentingan atau minat, pengalaman dan harapan.
Arumbawa (2004) juga mengemukakan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor
internal yaitu : (1) keturunan atau hereditas, (2) kondisi dan tuntutan biologis atau
fisiologis, (3) kecerdasan atau pendidikan, (4) proyeksi diri atau asumsi tentang
perilaku orang lain yang dikaitkan dengan nilai-nilai diri sendiri, (5) harapan
terhadap objek, (6) efek halo (generalisasi sesuatu yang bersifat khusus), (7) sifat
dan keyakinan keagamanaan, (8) nilai-nilai individu yang dianut, (9) pengetahuan
dan pengalaman masa lalu tentang objek. Sedangkan faktor-faktor eksternal: (1)
norma masyarakat, (2) adat istiadat, (3) konformitas (upaya penyesuaian diri

7

terhadap tuntutan orang lain atau tekanan sosial) dan (4) pengaruh ekosistem
lainnya.
Menurut Rahkmat (2000), persepsi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
personal dan faktor situasional. Menurut Krech dan Crutchfield (1983), terdapat
dua variabel yang mempengaruhi persepsi yaitu : (1) variabel structural, adalah
faktor-faktor yang terkandung dalam rangsang fisik dan proses neorofisiologik,
dan (2) variabel fungsional adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri
pengamat seperti kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lampau dan sifatsifat individual lainnya. Rahmat (2000) menyebutkan jika ingin memahami suatu
peristiwa kita tidak boleh meneliti fakta-fakta secara terpisah akan tetapi kita
harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang
kita harus melihat konteksnya, lingkungannya, dan masalah yang dihadapinya.
Persepsi yang benar terhadap suatu objek sangat diperlukan karena persepsi
merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Asngari (1984) mengatakan
bahwa persepsi individu terhadap lingkungannya merupakan faktor penting,
karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan tersebut. Hal senada
dikemukakan oleh Thoha (1999), bahwa persepsi merupakan unsur penting dalam
penyesuaian perilaku.
Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan bahwa karakteristik seseorang
akan ikut mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan
atau perilaku. Hal ini dipertegas oleh pernyataan yang disampaiakn oleh De Vito
(1997) faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan persepsi adalah umur,
kecerdasan, kompleksitas, kognitif, popularitas, ciri-ciri pribadi, dan kesan latihan
atau hasil belajar.
Sobur (2003) persepsi merupakan proses menyeleksi rangsangan. Terdapat
dua faktor yang menentukan seleksi rangsangan, yakni:
(1) Faktor-faktor intern yang mempengaruhi seleksi persepsi. Dalam
menyeleksi berbagai gejala untuk persepsi, faktor-faktor intern berkaitan
dengan diri sendiri, faktor-faktor tersebut adalah: (a) kebutuhan psikologis.
Kebutuhan psikologis seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadangkadang ada hal yang kelihatan (yang sebenarnya tidak ada) karena
kebutuhan psikologis, (b) Latar belakang. Orang-orang dengan latar
belakang tertentu mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama.
Mereka mengikuti dunia yang serupa dengan mereka, (c) Pengalaman.
Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal,
dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya.
Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis
orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang-orang ini untuk jenis
persepsi tertentu; (d) kepribadian. Seseorang yang introvert mungkin akan
tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai
faktor dalam kepribadian mempengaruhi seleksi dan persepsi; (e) sikap dan
kepercayaan umum. Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap
kelompok tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang
tidak diperhatikan oleh orang lain; (f) penerimaan diri. Orang-orang yang
ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada
mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.
(2) Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi seleksi persepsi. Beberapa faktor
yang dianggap penting pengaruhnya terhadap seleksi rangsangan ialah: (a)

8

intensitas. Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan
lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens; (b)
ukuran. Pada umumnya, benda-benda yang lebih besar lebih menarik
perhatian. Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat; (c) kontras. Hal-hal
lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian; (d) gerakan.
Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang diam;
(e) ulangan. Biasanya hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Akan
tetapi, ulangan yang terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan semantik
dan dapat kehilangan arti perspektif. Oleh karena itu, ulangan mempunyai
nilai yang menarik perhatian selama digunakan dengan hati-hati; (f)
keakraban. Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian; dan (g)
sesuatu yang baru. Hal-hal baru juga dapat menarik perhatian. Jika orang
sudah terbiasa dengan sesuatu yang sudah dikenal, maka sesuatu yang baru
dapat menarik perhatian.
Berdasarkan uraian diatas yang dimaksud faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian lapang dalam penelitian ini
adalah : (1) karakteristik petani, yaitu : umur, pendidikan formal, pendidikan non
formal, status kepemilikan lahan, dan pengalaman berusahatani, (2) faktor
eksternal, yaitu : keterlibatan petani dalam kelompoktani dan pengetahuan petani
terhadap peranan penyuluh pertanian.

Karakteristik Petani
Umur
Bakir dan Markir (1984) mengemukakan bahwa umur ptoduktif untuk
bekerja di negara-negara berkembang umumnya adalah 15 – 55 tahun.
Kemampuan kerja seorang petani sangat dipengaruhi oleh tingkat umur petani
tersebut, karena kemampuan kerja produktif akan terus menurun dengan semakin
lanjut usia petani. Pada penelitian ini salah satu faktor interen yang mempengaruhi
mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau
perilaku.. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Rogers dan Shoemaker
(1971), bahwa karakteristik seseorang akan ikut mempengaruhi persepsi dan
selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku lalu dipertegas oleh
pernyataan yang disampaiakn oleh De Vito (1997) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan persepsi adalah umur, kecerdasan, kompleksitas,
kognitif, popularitas, ciri-ciri pribadi, dan kesan latihan atau hasil belajar. Jadi
yang dimaksud dengan umur dalam penelitian ini adalah Jumlah tahun sejak lahir
hingga penelitian dilakukan.
Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan melalui bentuk sekolah. Menurut
Arumbawa (2004), pendidikan formal merupakan salah satu faktor interen yang
mempengaruhi persepsi. Pendidikan formal berkaitan erat dengan kognitif
seseorang dalam menafsirkan situasi yang dirasakannya dan memahami informasi.
Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Thoha (1999) bahwa persepsi pada
hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,

9

pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami
persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran
yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap
situasi.
Pada penelitian ini persepsi petani dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka seseorang itu
semakin paham terhadap informasi yang didapatkannya. Sehingga dapat
menafsirkan situasi lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Jadi pendidikan formal dalam penelitian
ini adalah tingkatan atau level terakhir responden menempuh sekolah formal.
Pendidikan Non Formal
Ruwiyanto (1994) mendefinisikan pendidikan non formal sebagai suatu
aktivitas pendidikan yang diorganisasikan yang ada di luar sistem pendidikan
formal yang sudah mapan, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam
mencapai tujuan pendidikannya. Pendidikan non formal juga mepengaruhi cara
berpikir petani selain dipengaruhi oleh pendidikan formal. Hal ini dipertegas oleh
Soekartawi (1988) pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir
petani. Pendidikan merupakan sarana belajar, yang selanjutnya akan menanamkan
pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek yang
lebih modern. Pendidikan dapat diperoleh dari dua sumber yaitu pendidikan
formal dan pendidikan non formal. Jadi yang dimaksud dengan pendidikana non
formal dalam penelitian ini adalah jumlah pelatihan kegiatan penyuluhan
pertanian yang pernah diikuti oleh petani dalam satu tahun terakhir.
Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan petani sangat berkaitan erat dengan tingkat
pendapatan mereka. Menurut Rogers (1995), kepemilikan lahan berkaitan dengan
keinovatifan seseorang. Bagi masyarakat Desa Sidomulyo dan Muari Distrik
Oransbari kepemilikan lahan mencerminkan tingkat kesejahteraan mereka karena
hal tersebut akan menentukan besarnya pendapatan rumahtangga. Petani di Desa
Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari memiliki luas lahan rata-rata 1 hektar.
Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada
petani yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefesienan dalam
menggunakan sarana produksi. Jadi yang dimaksud status kepemilikan lahan dalam
penelitian ini adalah hak milik lahan yang diusahakan atau digarap oleh petani.
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani cenderung mempengaruhi keputusan yang akan
diambil petani pada kegiatan usahatani berikutnya. Petani yang umumnya berhasil
adalah mereka yang dapat belajar dari pengalaman masa lalunya. Pada penelitian
ini, pengalaman berusahatani responden diukur berdasarkan tiga indikator yakni:
lama (jumlah tahun) usahatani yang dilakukan, kemampuan mengenali kendala
atau hambatan teknis, serta kemampuan menyelesaikan masalah dalam usahatani.
Pengalaman akan menjadi dasar terhadap pembentukan pandangan individu
untuk memberikan tanggapan dan penghayatan. Bagi petani yang telah lama
menggeluti pekerjaannya sebagai petani akan lebih terampil dan cenderung
menghasilkan suatu hasil yang lebih baik daripada petani baru. Menurut Weaver

10

dalam Dewi (2004), pengalaman memberikan peran bagi individu dalam
pemilihan stimulus yang akan dipersepsikan.
Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi
daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak
sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Jadi
yang dimaksud dengan pengalaman berusahatani dalam penelitian ini adalah lama
bekerja sebagai petani sampai dilakukan penelitian dan kemampuan mengenali
dan menyelesaikan kendala dalam usahatani.
Keterlibatan Petani dalam Kelompoktani
Peraturan Menteri Pertanian No.273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompoktani
adalah kumpulan petani/ peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Menurut
Purwanto (2007), kelompoktani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan
atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk mencapai tujuan
yang sama, dengan demikian kelompoktani mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(1) beranggotakan petani-nelayan, (2) hubungan antara anggota erat, (3)
mempunyai pandangan, kepentingan yang sama dalam mengelolah usahataninya,
(4) mempunyai kesamaan jenis komoditas usaha, (5) usahatani yang diusahakan
merupakan sebuah ikatan fungsional/bisnis dan (6) mempunyai tujuan yang sama.
Persepsi akan mempengaruhi pola interaksi anggota kelompok dalam
melakukan usahataninya secara individual maupun kelompok. Persepsi yang baik
terhadap suatu kelompok, akan menyebabkan sikap dan perilaku yang baik dari
anggota terhadap kelompoknya. Salah satu karakteristik kelompok tani adalah
keterlibatan petani dalam kelompoktani yakni pertemuan rutin yang diikuti oleh
anggota kelompotani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari.
Pertemuan kelompok tani dilaksanakan dengan tujuan untuk membahas dan
menyelesaikan suatu topik permasalahan atau pertemuan diselengarakan dalam
rangka untuk mengambil keputusan atau menghasilkan kesepakatan dan
pertemuan kelompok dapat juga dilaksanakan dalam rangka merumuskan
kebijakan atau untuk menysun rencana kerja kelompok. Manfaat
diselengarakannya pertemuan kelompok yaitu dapat mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi oleh kelompok dan anggotanya, sebagai wadah untuk menggali
potensi yang ada pada anggota kelompok, sebagai media pertanggung jawaban/
pelaporan pengurus, sebagai alat agar organisasi atau kelompok tersebut menjadi
berfungsi dengan baik serta sarana bagi anggota untuk mendapatkan pelayanan
dari kelompoknya. Keterlibatan petani dalam kelompoktani yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah jumlah pertemuan rutin (bulanan) yang pernah diikuti oleh
anggota kelompoktani (petani) berkaiatan dengan kegiatan penyuluhan pertanian.
Pengetahuan Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian
Menurut Sudarta (2002), pengetahuan petani sangat membantu dan
menunjang kemampuannya untuk mengadopsi teknologi dalam usahataninya dan
kelanggengan usahataninya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan petani maka
kemampuannya dalam mengadopsi teknologi di bidang pertanian juga tinggi, dan
sebaliknya. Pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang
kemudian melahirkan sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau

11

tindakan. Wawasan petani yang baik tentang suatu hal akan mendorong terjadinya
sikap yang pada gilirannnya mendorong terjadinya perubahan perilaku. Dengan
demikian pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian
melahirkan sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau tindakan.
Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong
terjadinya perubahan perilaku sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1997),
bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan
seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu
kegiatan, sangat tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif
terhadap kegiatan itu. Adanya niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan
suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan apakah kegiatan itu betul-betul
dilakukan. Dengan demikian petani yang mempunyai wawasan positif terhadap
peranan penyuluh pertanian, maka dapat mendorong untuk melakukan apa yang
disarankan penyuluh pertanian.
Persepsi adalah tanggapan yang mengandung makna yang terorganisasi
tentang suatu rangsangan setelah melalui proses memahami, menafsirkan,
menginterpretasikan, dan memikirkan secara sadar. Kualitas persepsi yang
muncul tergantung dari kemampuan petani menafsirkan, menginterpretasikan, dan
memahami informasi tentang peranan penyuluh pertanian. Jadi wajar jika persepsi
petani berbeda-beda. Ban dan Hawkins (1999) menjelaskan bahwa pengetahuan
berharga yang diperoleh petani dapat memberikan rekomendasi untuk mengadopsi
teknologi yang sesuai untuk mengembangkan usahatani dalam jangka panjang.
Artinya jika pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian tinggi,
maka persepsi yang diberikan adalah baik. Sebaliknya jika pengetahuan petani
terhadap peranan penyuluh pertanian rendah, maka persepsi yang diberikan adalah
buruk atau tidak baik. Pengetahuan persepsi petani yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan petani dalam menafsirkan, menginterpretasikan,
dan memahami tentang peranan penyuluh pertanian.

Konsep Petani
Eric (1984) mendefinisikan petani sebagai penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan yang otonom
tentang proses tanam. Kategori itu dengan demikian mencakup penggarapan atau
penerima bagi hasil maupun pemilik penggarap selama mereka ini berada pada
posisi pembuat keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman
mereka. Definisi petani oleh Wolf menitikberatkan pada kegiatan seseorang yang
secara nyata bercocok tanam dan membuat keputusannya sendiri dalam proses
cocok tanam. Oleh karenanya Wolf tidak memasukkan buruh tani tak bertanah
karena dianggap sebagai pekerja yang tidak berhak membuat keputusan atas
tanaman.
Mosher (1991) mengemukakan pendapat bahwa, energi matahari menimpa
permukaan bumi dimana-mana dengan atau tanpa manusia. Dimana saja terdapat
suhu yang yang tepat serta air yang cukup maka tumbuhlah tumbuh-tumbuhan
dan hiduplah hewan, manusialah yang datang mengendalikan keadaan ini, ia
mengecap keguanaan dari hasil tanaman dan hewan, ia mengubah tanaman-

12

tanaman dan hewan serta sifat tanah supaya lebih berguna baginya, dan manusia
yang melakukan semua ini disebut petani.
Mosher mengemukakan bahwa dalam menjalankan usaha taninya, setiap
petani memegang dua peranan yakni petani sebagai juru tani (cultivator) dan
sekaligus sebagai seorang pengelola (manajer). Peranan petani sebagai juru tani
yaitu memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil-hasilnya yang
bermanfaat. Sedangkan peranan petani sebagai pengelola (manajer) yaitu apabila
keterampilan bercocok tanam sebagai juru tanam pada umumnya yakni
keterampilan tangan, otot, dan mata, maka keterampilan sebagai pengelola
mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan. Tercakup didalamnya
terutama pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif-alternatif
yang ada.
Mosher juga membagi pertanian dalam dua golongan, yaitu pertanian
primitif dan pertanian modern. Pertanian primitif diartikan sebagai petani yang
bekerja mengikuti metode-metode yang berasal dari orang-orang tua dan tidak
menerima pemberitahuan (inovasi). Mereka yang mengharapkan bantuan alam
untuk mengelolah pertaniannya. Sedangkan pertanian modern diartikan sebagai
yang menguasai pertumbuhan tanaman dan aktif mencari metode-metode baru
serta dapat menerima pembaruan (inovasi) dalam bidang pertanian. Petani macam
inilah yang dapat berkembang dalam rangka menunjang ekonomi baik dibidang
pertanian maupun dibidang-bidang lainnya.
Koentrjaraningrat (1987) memberikan pendapat bahwa petani atau peasant
itu, rakyat pedesaan, yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama, tetapi
merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan
suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab dalam masyarakat kota.
Sistem ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok
tanam, peternakan, perikanan) yang menghasilkan pangan dengan teknologi yang
sederhana dan dengan ketentuan-ketentuan produksi yang tidak berspesialisasi.
Hermanto (1989) memberikan pengertian tentang petani yang mengatakan
bahwa petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian dalam arti luas
yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan
ikan) dan mengutamakan hasil laut. Jadi yang dimaksud petani dalam penelitian
ini adalah orang yang matapencahariannya bercocok tanam (baik subsistem
ataupun komersil), yaitu mereka yang mengelola usaha di bidang pertanian
(tanaman pangan). Kegiatannya meliputi membuka lahan hingga pemasaran hasil
pertanian.

Konsep Peranan
Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa” (Poerwadarminta,
1995). Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan
orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan
perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang
berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan
pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

13

Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status)
seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan
menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban harus saling
berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang
seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan
(Departemen Pertanian, 2009).
Hal senada disampaikan oleh Soekanto (1983) (Asngari 2001) bahwa
peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya menunjukkan
dia menjalankan peranannya. Hak dan kewajiban itu merupakan dua hal yang
saling berkaitan. Kehidupan sehari-hari seseorang menduduki satu posisi tertentu
dalam struktur sistem sosial ini disebut posisi peranan (role position). Rangkaian
tingkah laki dilakukan karena adanya peranan tersebut.
Berlo (1960) (Asngari 2001) menyebutkan bahwa ada role prescription,
role description dan role expectation. Ketiga dimensi peranan ini seyogyanya
berjalan seiring. Artinya seseorang berperanana baik sekali bilamana role
prescription, role description dan role expectation adalah sama (Gambar 3). Ini
berarti tingkah laku peranan yang demikian adalah terbaik dan ideal. Peranan
yang dijalankan seseorang haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang
seharusnya dilakukan dan sesuai pula dengan harapan peranan yang dilakukan.
Role prescription
Role Description
Role Expectation
Gambar 3.=Peranan
Terbaik=Seseorang

Gambar 3. Peranan Terbaik Seseorang
Peran seseorang dalam kedudukannya dalam suatu posisi meliputi : (1)
norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat, (2) suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh seseorang dalam
masyarakat sebagai organisasi dan perilaku penting bagi struktur sosial
masyarakat (Soekanto, 1990). Sejalan dengan pernyataan di atas Slamet (2003),
mengatakan bahwa dalam kegaitan atau aktivitas yang berkaitan dengan status
dalam masyarkata atau lingkungannya disebut sebagai peran individu atau
kelompok yang bersangkutan. Hal-hal yang menjadi harapan terhadap seseorang
atau sekelompok dan yang seharusnya dilaksanakan oleh orang atau kelompok
tersebut merupakan perang orang atau kelompok yang bersangkutan.
Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin (1994) dalam buku “
ensiklopedia manajemen “ mengungkap sebagai berikut : (1) Bagian dari tugas
utama yang harus dilakukan oleh manajemen, (2) Pola prilaku yang diharapkan
dapat menyertai suatu status, (3) Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok
atau pranata, (4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik
yang ada padanya, dan (5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
Jadi peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harapan atau keinginan
petani terhadap peranan penyuluh pertanian haruslah sesuai dengan ketentuan
peranan yang seharusnya dilakukan.

14

Konsep Peny