Women Farmers On Social Contributiion Of Economic Family In The Village District Sirube-Rube Sidamamanik Simalungun District

(1)

KONTRIBUSI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM EKONOMI

KELUARGA DI DESA SIRUBE-RUBE KECAMATAN PEMATANG

SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun oleh : Riswan Lumban Gaol

070902048

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

KONTRIBUSI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI DESA SIRUBE-RUBE KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN. Skripsi ini terdiri dari 6 bab: 77 halaman, 27 kepustakaan, 22 tabel serta lampiran).

Penelitian ini menyoroti tentang kontribusi petani dalam kaitannya dengan sosial ekonomi keluarga di Desa Sirube-rube Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun, yaitu dengan melihat peranan perempuan terhadap perekonomian dan kehidupan sosial keluarga petani. Pada masyarakat pedesaan para perempuan sudah dituntut untuk hidup mandiri dan bekerja karena tuntutan ekonomi. Hal ini mendasari peran perempuan desa tidak hanya bekerja sebagai pembantu laki-laki khususnya dalam pertanian dan mengelola lahan pertanian dengan sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana kontribus petani perempuan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Sirube-rube Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Guna memperolah data atau tanggapan dari pertani perempuan secara langsung terkait pekerjaan mereka dan kontribusinya terhadap sosial ekonomi keluarga mereka. Penulis terjun ke lapangan melakukan penelitian serta membagikan angket (kuesioner) dan melakukan wawancara kepada sejumlah petani perempuan di Desa Sirube-rube Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Populasi dari penelitian ini adalah petani perempuan yang budidaya tanamannya adalah sayur mayur dengan luas lahan yang dikelola minimal 1 ha. Sehingga diperoleh 15 populasi dan populasi tersebut dijadikan sampel.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa menyimpulkan bahwa petani perempuan memberikan kontribusi yang besar dan baik dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga. Hal tersebut terlihat dari kemampuan mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dari penghasilan bekerja sebagai petani dan keterlibatan responden serta peran dalam kehidupan sosial.


(3)

ABSTRACT

WOMEN FARMERS ON SOCIAL CONTRIBUTIION OF ECONOMIC FAMILY IN THE VILLAGE DISTRICT SIRUBE-RUBE SIDAMAMANIK SIMALUNGUN DISTRICT. (This thesis is composed of: 6 chapters, 77 pages, 22 tables and appendix).

This study highlights the contribution of women as fermers in reelation to socioeconomic families in the village Sirube-rube Sidamanik Simalungun District, namely by looking at the role of women to the economy and social life of family farmers. On rural communities the women are required to live independently and work because the demands of economy, this is the underlying role of rural women had the oppurtunnity to work as farmers and farming with his own.

The porpuse of this study was to see how the contribution of women to socio-economic farmer family in the Village Sirube—rube Sidamanik Simalungun District. To obtain data or the response of women farmers is directly related to their work and contribution to socio-economic lives of their families, the author falls spaiciousness conduct research and distribute the questionnaire (questionnaires) and interview to a number of women farmers in the village of Sirube-rube Sidamanik Simalungun District. The population of this study is that women farmers culvating vegetables crops is land that is managed by a minimum of 1 ha. 15 respondents in order to obtain population and population is sampled rate translation.

Based on the result of research and analysisi concludes that the peasant women contributed a great and good in the socio-economic life of the and economic such as the daily necessities of income working as farmers and the involvement of the respondents as well as role in social life Rate translation.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa karena penulis diberikan waktu, pikiran, kesehatan dan kekuatan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dengan judul skripsi “ Kontribusi Buruh Tani Perempuan Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Sirube-rube Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Komprehensif untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skrpisi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dengan secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Tuti Atika, M.SP, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga membimbing penulis serta memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.


(5)

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan, dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

5. Buat orang tua saya Bisara Lumban Gaol dan Tiurlan Sumbayak yang telah membesarkan , mendidik dan memotivasi saya. Buat ayah terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini, terimakasih sudah menjadi sumber motivasi dan inspirasi serta sudah menjadi ayah yang terhebat bagi saya. Terimakasih buat Ibu yang telah memberikan kasih sayang dan doanya yang senantiasa mengiringi langkahku, terimakasih buat kerja kerasnya dan bantuan moril material selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini tetaplah menjadi ibu yang kuat dan hebat. Semoga saya dapat membalas semua jasa kalian dan menjadi anak yang membanggakan buat kalian.

6. Buat abang dan adik dan keluarga yang memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi serta dukungan serta bantuan moril maupun materil selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini.

7. Teman-teman di stambuk 2007 IKS my best friend , Lukas, Alexander, Dedi, Petrus, Manuk, Castri, Andre terima kasih buat bantuan dalam mengerjakan skripsi ini dan juga buat kebaikan kalian, banyak suka duka dan pengalaman yang kita lalui bersama kiranya itu bisa menjadi pelajaran untuk membentuk kita menjadi lebih baik. Dan kepada teman-teman 07 yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semangat dan semoga kita dapat mencapai cita-cita yang kita inginkan terimakasih buat perjalanan serta kenangan indah di perkuliahan selama ini.

8. Teman-teman di Sembada yang membantu menginspirasi dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini, sukses selalu buat kita semua.


(6)

9. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terimakasih saya ucapkan. Biarlah ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk keharuman dan kebanggaan almamater kita.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Medan, Oktober 2013

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Kontribusi ... 9

2.2 Buruh Tani Perempuan ... 10

2.2.1 Buruh ... 10

2.2.2 Buruh Tani ... 12

2.2.3 Perempuan Sebagai Petani ... 13

2.3 Sosial Ekonomi ... 16


(8)

2.4.2 Tipe Keluarga ... 23

2.4.3 Peranan Keluarga ... 24

2.4.4 Tugas Keluarga ... 24

2.4.5 Fungsi Keluarga ... 24

2.4.6 Bentuk Keluarga ... 25

2.4.7 Subsistem Keluarga ... 26

2.5 Kesejahteraan Sosial ... 27

2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 27

2.5.2 Usaha Kesejahteraan Sosial ... 28

2.6 Kerangka Pemikiran ... 30

2.7 Definisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 32

2.7.1 Defenisi Konsep ... 32

2.7.2 Defenisi Operasional ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Tipe Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37


(9)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 40

4.1 Sejarah Desa Sirube-rube ... 40

4.2 Letak Geografis Desa dan Iklim ... 42

4.3 Pola Pemukiman ... 44

4.4 Bahasa ... 45

4.5 Komposisi Penduduk ... 45

4.6 Sarana dan Prasarana di Desa Sirube-rube ... 47

4.6.1 Sarana Ibadah ... 47

4.6.2 Sarana Pendidikan ... 47

4.6.3 Sarana Jalan dan Transportasi ... 48

4.6.4 Sarana Kesehatan ... 49

4.6.5 Sarana Penerangan dan Air Bersih ... 50

4.7 Struktur Sosial ... 51

4.8 Organisasi Sosial di Desa Sirube-rube ... 53

4.8.1 Organisasi Keagamaan ... 53

4.8.2 Organisasi Kemasyarakatan ... 54

BAB V ANALSISIS DATA ... 55

5.1 Analisis Karakteristik Responden 5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 55

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Etnis ... 56


(10)

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarka Keluarga ... 59

5.1.6 Karakteristik Responden Brdasarkan Pekerjaan ... 60

5.2 Sosial Ekonomi Keluarga 5.2.1 Jawaban Responden Berdasarkan Pendapatan ... 61

5.2.2 Jawaban Responden Berdasarkan Tabungan ... 62

5.2.3 Jawaban Responden Berdasarkan Kebutuhan ... 63

5.2.4 Jawaban Responden Berdasarkan Sandang ... 64

5.2.5 Jawaban Rsponden Berdasarkan Penghasilan ... 65

5.2.6 Jawaban Responden Berdasarkan Kemampuan ... 65

5.2.7 Jawaban Respopnden Berdasarkn Lahan ... 66

5.2.8 Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Rumah ... 67

5.2.9 Jawaban Responden Berdasarkan Kepemilikan ... 68

5.2.10 Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Berobat ... 68

5.2.11 Jawaban Responden Berdasarkan Kegiatan Sosial .... 69

5.2.12 Jawaban Responden Berdasarkan Jenis ... 70

5.2.13 Jawaban Responden Berdasarkan Aktivitas ... 71

5.2.14 Jawaban Responden Berdasarkan Interaksi ... 72

5.2.15 Jawaban Responden Berdasarkan Transportasi ... 73

5.2.16 Jawaban Responden Berdasarkan Anak Sekolah ... 73

BAB VI PENUTUP ... 75

6.1 Kesimpulan dan Saran ... 75


(11)

6.2 Saran ... 76


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 39

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 40

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 41

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk 43

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 44

Tabel 6. Sarana Jalan ... 45

Tabel 7. Sarana kesehatan ... 47

Tabel 8. Sarana Peribadatan ... 48


(13)

ABSTRAK

KONTRIBUSI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI DESA SIRUBE-RUBE KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN. Skripsi ini terdiri dari 6 bab: 77 halaman, 27 kepustakaan, 22 tabel serta lampiran).

Penelitian ini menyoroti tentang kontribusi petani dalam kaitannya dengan sosial ekonomi keluarga di Desa Sirube-rube Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun, yaitu dengan melihat peranan perempuan terhadap perekonomian dan kehidupan sosial keluarga petani. Pada masyarakat pedesaan para perempuan sudah dituntut untuk hidup mandiri dan bekerja karena tuntutan ekonomi. Hal ini mendasari peran perempuan desa tidak hanya bekerja sebagai pembantu laki-laki khususnya dalam pertanian dan mengelola lahan pertanian dengan sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana kontribus petani perempuan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Sirube-rube Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Guna memperolah data atau tanggapan dari pertani perempuan secara langsung terkait pekerjaan mereka dan kontribusinya terhadap sosial ekonomi keluarga mereka. Penulis terjun ke lapangan melakukan penelitian serta membagikan angket (kuesioner) dan melakukan wawancara kepada sejumlah petani perempuan di Desa Sirube-rube Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Populasi dari penelitian ini adalah petani perempuan yang budidaya tanamannya adalah sayur mayur dengan luas lahan yang dikelola minimal 1 ha. Sehingga diperoleh 15 populasi dan populasi tersebut dijadikan sampel.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa menyimpulkan bahwa petani perempuan memberikan kontribusi yang besar dan baik dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga. Hal tersebut terlihat dari kemampuan mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dari penghasilan bekerja sebagai petani dan keterlibatan responden serta peran dalam kehidupan sosial.


(14)

ABSTRACT

WOMEN FARMERS ON SOCIAL CONTRIBUTIION OF ECONOMIC FAMILY IN THE VILLAGE DISTRICT SIRUBE-RUBE SIDAMAMANIK SIMALUNGUN DISTRICT. (This thesis is composed of: 6 chapters, 77 pages, 22 tables and appendix).

This study highlights the contribution of women as fermers in reelation to socioeconomic families in the village Sirube-rube Sidamanik Simalungun District, namely by looking at the role of women to the economy and social life of family farmers. On rural communities the women are required to live independently and work because the demands of economy, this is the underlying role of rural women had the oppurtunnity to work as farmers and farming with his own.

The porpuse of this study was to see how the contribution of women to socio-economic farmer family in the Village Sirube—rube Sidamanik Simalungun District. To obtain data or the response of women farmers is directly related to their work and contribution to socio-economic lives of their families, the author falls spaiciousness conduct research and distribute the questionnaire (questionnaires) and interview to a number of women farmers in the village of Sirube-rube Sidamanik Simalungun District. The population of this study is that women farmers culvating vegetables crops is land that is managed by a minimum of 1 ha. 15 respondents in order to obtain population and population is sampled rate translation.

Based on the result of research and analysisi concludes that the peasant women contributed a great and good in the socio-economic life of the and economic such as the daily necessities of income working as farmers and the involvement of the respondents as well as role in social life Rate translation.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Hal ini didukung dengan potensi sumber daya alam di Indonesia, lahan yang luas dan juga tanah yang masih subur di berbagai daerah dan iklim yang baik untuk pertanian sehingga menjadikan negara Indonesia tetap bertahan dan bertumpu pada sektor pertanian.

Pertanian masih merupakan sektor strategis bagi bangsa Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama sebagai petani. Keberadaannya merupakan suatu kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu pengaruhnya masih sangat besar terhadap pembangunan bangsa. Hal tersebut dapat dilihat dari ketahanan pangan yang masih tetap harus dipertahankan (Safitri, 2009).

Pertanian memberikan kontribusi yang begitu banyak terhadap pembangunan. Namun, hal ini tidak disadari terlihat dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat petani. Semakin lama para petani semakin kurang terjamin kesejahteraannya, kemiskinan petani yang semakin hari semakin memperihatinkan, Apabila dilihat secara seksama faktor penyebab kemiskinan petani tidak hanya dipicu oleh kepemilikan lahan, tetapi


(16)

juga sering dipicu oleh kebijakan pemerintah yang terkesan setengah hati untuk berpihak kepada petani (Samsudin, 2011).

Perempuan menjadi kunci dalam produksi pertanian di negara berkembang. Dimana 32% dari mereka hanya bekerja sebagai buruh dan hidup dalam keterbatasan di areal pedesaan (70%). Perempuan menjadi sumber yang potensial tenaga kerja dalam produksi pangan yang dikonsumsi masyarakat lokal. Pertanian di berbagai negara termasuk di wilayah Asia dan Afrika menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan menjadi basis kehidupan di pedesaan. Lebih banyak proporsi produksi pertanian dihasilkan oleh perempuan, sehingga perempuan menjadi agen yang cukup penting dalam ketahanan pangan dan kesejahteraan keluarga. Untuk itulah sudah sewajarnya perempuan mendapatkan prioritas dalam program pertanian dan mendapatkan dukungan dari kebijakan pembangunan pertanian karena dialah sumber daya dalam keberlanjutan kehidupan pedesaan dan pengurangan kemiskinan (Pertiwi, 2010).

Berbagai penelitian dalam sektor pertanian menunjukkan bahwa peran perempuan pada kegiatan pertanian sangat substansial. Kesemuanya menyebut adanya pembagian kerja seksual dimana perempuan melakukan kerja selama proses produksi yang meliputi penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen, pemasaran, baik yang bersifat manajerial tenaga buruh, pada komoditi tanaman pangan ataupun tanaman industri yang diekspor. Dalam proses budi daya, nyaris tak ada benih jatuh ke bumi tanpa sentuhan tangan perempuan. Tanpa keterlibatan perempuan, proses produksi tak akan berlangsung, termasuk komoditi ekspor yang diperdagangkan secara internasional (Yana, 2010).

Peran perempuan dalam dunia pertanian tidak sekadar menjadi teman atau pembantu laki-laki dalam mengerjakan lahan pertanian. Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dapat lebih berat dari laki-laki. Selain mengurus dan menyiapkan anak ke sekolah, perempuan juga harus menyiapkan dan mengirimi makan suami di lahan. Pada pencapaian


(17)

keadaan perempuan Indonesia dalam tahun 1990-an berdasarkan data statistik, hasil sensus 1990 menunjukkan penduduk perempuan masih tetap sedikit lebih banyak daripada laki-laki. Dari segi kuantitas perempuan adalah sumber daya manusia yang sama dengan laki-laki sehingga penting untuk dikaji bagaimana kualitas perempuan sebagai sumber daya manusia (Sadli, 2010: 10).

Perempuan mempunyai berbagai alasan untuk melakukan pekerjaan di luar rumah. Alasan tersebut antara lain karena desakan ekonomi sehingga perempuan bekerja dan berperan serta dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Dalam hal sumber pendapatan dan solidaritas rumah tangga, sumbangan perempuan sangat besar terhadap keluarga dalam sumber penghasilan keluarga yang tercermin dari bekerja di lahan usahanya sendiri maupun buruh di lahan orang lain. Namun di samping sumbangan perempuan yang tinggi terhadap sumber pendapatan khususnya sumber pendapatan keluarga petani perempuan di desa masih sering kurang diperhatikan kebutuhannya dan sering ditempatkan dalam posisi marginal kurang dianggap bisa berperan dalam pengambilan keputusan, bahkan juga sering menjadi pihak yang dikorbankan dalam pemenuhan kesehatan reproduksi. Perempuan punya beban ganda sebagai ibu dan sebagai istri yang mengharuskannya menomor duakan perhatiannya terhadap kesehatan reproduksinya. Pekerjaan petani perempuan dalam usaha taninya harus dapat diseimbangkan dengan perhatian akan resiko pekerjaan petani. Namun sering perempuan kurang diperhatikan peran sosialnya. Kodrat perempuan dan paham-paham tentang kodrat perempuan bahwa perempuan masih didominasi oleh laki-laki masih sangat mempengaruhi kontribusi perempuan dalam kehidupan sosial ekonomi (Bataviase. 2010).

Desa Sirube-rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang pada umumnya sumber pendapatannya berasal dari perkebunan kopi. Perempuan di desa ini tidak lagi hanya bekerja di rumah dan mengurus pekerjaan rumah, merawat anak namun di desa ini perempuan sudah ikut bekerja sebagai petani dan


(18)

mengelolah lahan pertanian baik lahan pertanian milik sendiri maupun lahan pertanian milik orang lain.

Petani perempuan tidak lagi hanya mengerjakan pekerjaan yang biasanya dikerjakan perempuan dalam bertani seperti membersihkan tanah dari rumput, memupuk atau sekedar membantu suami dan mengantar makanan suami di saat bekerja di lahan pertanian. Di desa ini perempuan juga mengerjakan pekerjaan yang biasa yang di lakukan laki-laki seperti menyemprot pestisida, mengangkat peralatan-peralatan pertanian dan waktu yang di gunakan para perempuan petani di desa ini dalam mengelola lahan pertaniannya lebih banyak dari pada laki-laki padahal setelah bekerja di lahan pertanian juga harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci dan lain-lain.

Bila mengingat semangat juang perempuan desa tepat bila mereka diberi julukan “perempuan perkasa”. Kondisi sosial ekonominya kurang membuka alternatif bagi mereka yang bekerja keras, dan berjuang sekuat tenaga dengan keadaan serba kekurangan. Mereka dinilai dari pengisian peranan yang multidimensional yang pantang menyerah serta menerimanya sebagai suatu yang wajar. Semuanya dianggap wajar karena sudah dikenalnya sejak masih kanak-kanak. Mereka mengenalnya sebagai cara hidup yang diteladani oleh ibu-ibu mereka serta dapat diamati sikap hidup perempuan desa dan disekelilingnya (Sadli, 2010: 14-15).

Sebagian kecil suami dari para petani perempuan di desa ini merupakan karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV yang lokasinya tidak jauh dari desa ini. Namun ada juga perempuan yang bekerja sebagai petani tetapi suaminya tidak bekerja bersama pada usaha pertanian dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Hal ini terlihat bahwa perempuan memiliki peran yang besar dalam perekonomian di desa tersebut khususnya dalam perekonomian keluarganya. Walaupun perempuan sudah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya dengan bekerja sebagai petani, kodrat perempuan yang masih


(19)

muncul sebagai indikator sosial dan kemampuan perempuan sebagai pencari nafkah untuk kebutuhan keluarganya sering dikatakan sebagai pencari nafkah tambahan, laki-laki yang dianggap sebagai tuan untuk pencari nafkah dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Hal ini terjadi karena budaya partiarki yang masih berkembang di dalam kehidupan masyarakat khususnya masyarakat desa yang mungkin hal ini mempengaruhi kontribusi perempuan dalam bidang sosial ekonomi keluarga. Di desa ini mayoritas masyarakatnya bersuku batak, namun para petani yang bekerja di desa ini berasal dari desa tetangga yang bersuku jawa. Melihat betapa pentingnya kontribusi petani perempuan dalam kehidupan keluarga khususnya dalam peningkatan pendapatan membuat penulis menjadi tertarik untuk melakukan penelitian tentang keterkaitan petani perempuan terhadap peningkatan kehidupan sosial ekonomi keluarga dengan judul ”Kontribusi Buruh Tani Perempuan dalam Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Sirube-rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun” .

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah kontribusi buruh tani perempuan dalam sosial ekonomi keluarga di desa Sirube-rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun”.


(20)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang mejadi tujuan dalam penelitian ini adalah “untuk mengetahui kotribusi buruh tani perempuan dalam sosial ekonomi keluarga di desa Sirube-rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun”.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan khususnya terhadap studi masyarakat yang membahas masalah petani perempuan yang sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam kaitannya dengan ilmu kesejahteraan sosial, selain itu dapat memperluas wawasan serta mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesejahteraan Sosial.

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.


(21)

Bab ini berisikan uraian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk bagan alur pikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian serta teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data yang diterapkan.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari peneitian beserta analisisnya.


(22)

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh, seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasana asri di daerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang (Wikipedia, 2011).

Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efisisensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.

Dari rumusan pengertian kontribusi yang dikemukakan di atas maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.


(24)

2.2. BuruhTani Perempuan

2.2.1. Buruh

Buruh , pekerja,tenaga kerja atau karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada Pemberi Kerja atau Pengusaha atau majikan.

Buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar:

 Buruh profesional biasa disebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja

 Buruh kasar biasa disebut buruh kerah biru, menggunakan tenaga otot dalam bekerja.

Pada dasarnya, buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Karyawan adalah pekerja dalam perusahaan dan seringkali berhubungan dengan masalah administrasi. Sedangkan pegawai umumnya adalah mereka yang bekerja di instansi pemerintahan alias pegawai negeri sipil. Sebenarnya, ketiga kata itu, buruh, karyawan, dan pegawai sama-sama menerima upah. Namun, karyawan dan pegawai sepertinya mengandung makna lebih jika dibandingkan dengan buruh.Jika dilihat dari pendapatan (upah) dan jaminan, karyawan dan pegawai


(25)

sepertinya lebih baik dibandingkan buruh. Karyawan dan pegawai memiliki jaminan hari tua berupa pension, tunjangan kesehatan, dan cuti. Sedangkan buruh tidak. Buruh umumnya dikontrak atau pekerja kontrakan. Sedangkan karyawan dan pegawai merupakan pekerja tetap.

Mereka sama-sama bekerja untuk menghasilkan keuntungan. Pekerjaan mereka juga tidak terbatas secara fisik, tapi juga secara intelektual. Namun, alangkah lucunya dinegeri ini, buruh selalu dipinggirkan, tak diperhatikan, bahkan sering diabaikan. Banyak pengusaha dan oknum pemerintahan yang tak memperhatikan nasib mereka. Mereka diabaikan, padahal kontribusi mereka dalam memberikan keuntungan, sangat besar. Kita tentu tak tahu apa jadinya bila tak ada orang yang mau menjadi buruh. Segala hal yang berhubungan dengan ekonomi akan menjadi mati. Satu hari saja para buruh itu mogok kerja, berapa kerugian perusahaan

Bila dilihat dari pengertiannya. Buruh, karyawan dan pegawai tidak berbeda. Semua mereka adalah pekerja yang mendapat upah. Hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia. UU No. 13 Tahun 2003 menetapkan bahwa penggunan istilah pekerja selalu dibarengi dengan istilah buruh yang menandakan bahwa dalam UU ini istilah tersebut memiliki makna yang sama. Dalam Pasal 1 Angka 3 dapat dilihat pengertian dari Pekerja/buruh yaitu: “setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Dari pengertian tersebut dapat dilihat beberapa unsur yang melekat dari istilah pekerja/buruh yaitu:

1. Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja tetapi harus bekerja)


(26)

2. Menerima upah atau imbalan sebagai balas jasa atas pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Kemampuan buruh tani dalam melakukan tugas kegiatan fisik ditentukan oleh banyak faktor, antara lain status kesehatan, kecukupan pangan sumber energi, pengalaman, ketrampilan, alat yang sesuai, motivasi kejiwaan serta lingkungan yang kondusif.

2.2.2. Buruh Tani

Buruh tani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, jagung, kopi,buah dan lain-lain) dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri atau menjualnya kepada orang lain (Husodo SY, 2004).

Dari rumusan pengertian petani yang dikemukakan di atas maka dapat diartikan bahwa buruh tani adalah orang yang mata pencahariannya bercocok tanam dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

Terdapat tiga golongan petani yaitu petani berlahan sempit yaitu golongan pemilik-penyewa penggarap, pemilik penggarap dan pemilik-penyewa penggarap serta dua golongan petani berlahan luas yaitu golongan pemilik-penyewa penggarap dan pemilik penggarap. Kendala utama bagi usaha tani lahan luas golongan pemilik-penyewa adalah modal sedangkan untuk golongan pemilik penggarap adalah biaya pupuk kandang. Harga bayangan dari setiap kendala atau sumberdaya langka tersebut menunjukkan bila menambah ketersediaan


(27)

sumberdaya tersebut satu rupiah akan mendatangkan pendapatan sebesar harga bayangannya (shadow price).

2.2.3. Perempuan Sebagai Petani

Penggunaan kata “perempuan” karena akan dibahas adalah jenis kelamin yang tergolong perempuan sebagai lawan jenis kelamin laki-laki. Serta lebih memantapkan informasi yang menjelaskan arti kata perempuan adalah yang diempukan (empu artinya induk atau ahli) sehingga tersirat arti penghormatan (Sadli, 2010:3).

Dalam keseharian perilaku perempuan sering dikaitkan dengan aspek jasmaniah. Dalam budaya Indonesia aspek jasmaniah secara langsung maupun tidak langsung sering di interpreasikan secara populer sebagai perempuan dan kodratnya. Kedudukan perempuan dalam aspek sosiologi menunjukkan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan Perempuan dalam pengertian ini memposisikan perempuan sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari laki-laki di lingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan menerjemahkan dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala rendah.

Dalam proses-proses pembangunan terdapat hubungan timbal balik antara perempuan dan laki-laki. Jika perbedaan-perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak bisa diganggu gugat dimana bahwa secara biologis perempuan memiliki kemampuan mengandung dan melahirkan sementara laki-laki tidak, dan sejenisnya. Maka perbedaan perbedaan gender juga harus bisa dirubah karena yang menjadi akarnya adalah faktor-faktor sosial dan sejarah (Macdonal, dkk 1999: 13).


(28)

Pengakuan bahwa perempuan dan laki-laki sama, yaitu sama-sama manusia yang mempunyai pikiran, perasaan dan pendapat memang dibutuhkan oleh perempuan, karena selama berabad-abad itu masih disangkal. Banyak kerugian-kerugian yang disebabkan yang tidak mengenal atau mengakui perbedaan-perbedaan ini. Pengakuan akan perbedaan antara perempuan dan laki-laki dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perempuan. Peranan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga dan masyarakat merupakan akibat pembagian kerja secara seksual. Pembagian kerja secara seksual ini bertahan karena mendapat kekuatan dari masa ke masa melalui sosialisasi dan enkulturalisasi. Peran perempuan selalu dikaitkan dengan urusan domestik dan laki-laki di ruang publik (Primariantari, dkk 1998:121).

Terdapat pembagian kedudukan dan peranan perempuan pada umumnya yaitu:

1. Perempuan sebagai istri dan ibu rumah tangga dan anggota keluarga , yang disebut fungsi intern.

2. Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang bergerak dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik, dapat disebut fungsi ekstern ( Shanty Dellyana, 1998 dalam Soeroso, 2010:53)

Seorang perempuan akan mengalami dilema nilai sosial, mitos, stereotip tentang persepsi menempatkan perempuan inferior terhadap laki-laki atau kalau perempuan menghadapi kenyataan bahwa ia dibatasi dalam memilih peran sosialnya dibandingkan dengan laki-laki. Pengaruh negatif terhadap pengembangan jati diri perempuan, juga berpengaruh negatif terhadap citra tentang perempuan bekerja. Sehingga petani perempuan yang bekerja sering dipandang sebagai problema yang bekerja keras secara fisik dan nonfisik. Kebutuhannya sekaligus keterbatasannya dalam pengembangan dirinya (Sadli, 2010: 48).


(29)

Jadi, yang dimaksud dengan petani perempuan merupakan perempuan yang bekerja sebagai petani yang bercocok tanam dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain memperoleh pendapatan dan tidak lagi tergantung kepada laki-laki.

2.3. Sosial Ekonomi

Sosial berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu society ( berasal dari bahasa Latin socius, yang berarti ”kawan”) kata ini lazim dipakai dalam tulisan-tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari untuk menyebutkan kesatuan hidup manusia

(Koentjaningrat, 2005:119).

Kepentingan interaksi mempunyai kepentingan praktis yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai mahluk sosial. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Kegiatan sosial adalah hubungan interaksi sosial dan merupakan keadaan dimana seseorang melakukan hubungan respon dengan orang lain ataupun kelompok. Dalam diri manusia terdapat dua kepentingan, yaitu kepentingan individu dan kepentinga bersama.

Manusia sebagai mahluk sosial, artinya manusia sebagai warga masyarakat, dalam kehidupan sehari-hari tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri tanpa orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan dan papan) sedangkan kebutuhan sosial ( pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiositas semua hal tersebut tidak mungkin terpenuhi tanpa orang lain. Apabila dilihat dari arti kata kehidupan sebenarnya adalah cara atau keadaan tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan kata


(30)

ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan (Astarhadi, 1995:52).

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ”oikos” artinya rumah tangga dan ”nomos” artinya mengatur, jadi secara harafiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga dan dalam pengertian sederahana. Serta pengertian ekonomi juga lebih luas seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat ekonomi (Wikipedia, 2010).

Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem (sistem sosial), yaitu suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan.

Oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan :

1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua atau lebih.

2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu berhubungan dan bergaul cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan (kelompok).

3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan. 4. Suatu kehidupan sistem bersama (Soleman. 1986:9).

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut interaksinya dan perlaku ekonomi dari masyarakat yang


(31)

kehidupan sosial ekonomi juga berarti membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan hasil ekonomi yang diperoleh. Jadi, kehidupan sosial ekonomi yang dimaksud adalah cara-cara atau strategi yang diterapkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh, dan juga berbicara mengenai keadaan hidup sehari-hari.

Manusia dikatakan hidup layak jika mampu memenuhi kebutuhan hidup minimalnya. Kebutuhan idup tersebut dimaksud meliputi sandang, pangan, dan papan serta, pendidikan, kesehatan. Abraham Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia terdiri atas lima tingkatan yaitu:

1. Kebutuhan fisik atau biologik dengan indikator lapar, haus, seks, rasa enak, tidur dan istirahat.

2. Kebutuhan rasa aman dengan indikator psikologik terhindar dari bahaya dan bebas dari rasa takut atau terancam.

3. Kebutuhan disertakan, rasa cinta, dan aktivitas sosial dengan indikator psikologok berupa rasa bahagia, berkumpul dan berserikat, perasaan diterima dalam kelompok, rasa bersahabat dan afeksi.

4. Kebutuhan rasa hormat dengan indikator psikologik: menerima keberhasilan diri, kompetensi, keyakinan, rasa diterima orang lain, apresiasi dan martabat.

5. Kebutuhan aktualisasi atau realisasi diri dengan indikator psikologik berupa keinginan mengembangkan diri secara optimal melalui usha sendiri, kreativitas dan ekspresi (Danim, 1995:34-35).

Kebutuhan-kebutuhan di atas harus dipenuhi oleh manusia demi kelangsungan hidupnya, mendorong manusia untuk bekerja sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demikian konsekuensi yang tidak dapat ditawar lagi. Manusia memang harus bekerja untuk


(32)

memenuhi kebutuhannya, karena dengan demikian manusia akan mendapatkan hasil yang dapat digunakan demi kelangsungan hidupnya.

Dalam pemenuhan kebutuhannya manusia bekerja dan menghasilkan barang dan jasa. Selain itu juga manusia mempunyai sumber daya dimana sumber daya manusia yang dimaksud adalah:

1. Sumber daya manusia mengandung pegantian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha yang di berikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa.

2. Sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan barang dan jasa tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan dan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia (Simanjuntak, 1985: 1).

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumberdaya di bumi ini yang dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistem pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotannya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat pada saat itu.

Dalam konteks sosial perekonomian, pendapatan, kesehatan, pedidikan adalah indikator tingkat kesejahteraan yang harus dimiliki oleh setiap orang, yaitu:

1. Hak kesempatan kerja ( setiap orang berhak mendapatkan kesempatan berusaha untuk memperoleh penghasilan atau pendapatan ).


(33)

2. Hak kesehatan ( Setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang maksimal).

3. Hak Pendidikan ( Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak )

Menurut Melly G Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi mencakup 3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh MaMahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi dititik beratkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly, dalam Susanto, 1984:120).

Dari indikator diatas yang menjadi asumsi adalah sejumlah penghasilan yang didapat dari hasil usaha dan tenaga, barang bergerak, barang tak bergerak, dan hak atas bayaran berkala.

Dari uraian tersebut dapat kategorikan sebagai berikut:

1.Pendapatan berupa uang, yaitu:

a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.

b. Dari usaha senndiri yang meliputi hasil bersih dari usaha itu sendiri, komisi dan penjualan kerajinan rumah tangga.

c. Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. d. Dari keutungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial. 2. Pendapatan berupa barang, yaitu:


(34)

b. Barang yang diproduksi dan konsumsi rumah tangga, antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah , sewa yang harus dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati (Sumardi, 1997: 9).

Pengamatan selama ini membuktikan bahwa tingkat kemakmuran negara dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita rakyatnya. Semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu negara, maka semakin tinggi kemakmuran suatu negara. Diantara pengeritik pola pembangunan ekonomi yang telah ditempuh oleh kebanyakan negara berkembang, termasuk Indonesia terdapat banyak anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan pembagian pendapatan tersebut. Suatu trade off yang membawa implikasi bahwa pemetaan dalam pembagian pendapatan hanya dapat dicapai jika laju pertumbuhan ekonomi diturunkan (Wie. 1996:3).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mendekatkan diri dengan lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya.

2.4. Keluarga

2.4.1. Pengertian Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata kula berarti "ras" dan warga yang berarti anggota. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga dirumuskan sebagai unit masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pengertian keluarga dapat dilihat dalam arti sempit dan luas. Keluarga dalam arti sempit didefinisikan sebagai kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan


(35)

anak yang belum dewasa/ belum kawin. Sedangkan, definisi keluarga dalam arti luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan keluarga yang luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya (Wikipedia, 2011).

Kata keluarga menurut sosiolog yaitu kesatuan kemasyarakatan (sosial) berdasarkan hubungan perkawinan atau pertalian darah. Berdasarkan pengertian dapat dibedakan yaitu keluarga ini terdiri dari bapak, ibu dan anak, pasangan menikah tanpa anak, kelompok anak yang di tinggalkan orangtua, seseorang yang hidup berpoligami dengan atau tanpa anak, dan beberapa sanak saudara dengan anaknya yang berumah tangga. Tidak akan ada masyarakat jika tidak ada keluarga, artinya masyarakat merupakan kumpulan dari keluarga-keluarga (Subhan, 2004:1-3).

2.4.2. Tipe Keluarga

Ada beberapa tipe keluarga yakni keluarga ini yang terdiri dari suami, istri, dan anak. Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu juga terdapat keluarga luas yang ditarik atas dasar keturunan di atas keluarga aslinya Keluarga luas ini meliputi hubungan antara bibi, paman, keluarga kakek dan keluarga nenek.

2.4.3. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat periaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dansituasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga ini didasari oeh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.


(36)

2.4.4. Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Pemelliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga. 5. Pengaturan jumlah anggota keluarga 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

2.4.5. Fungsi Keluarga

Fungsi yang ada pada keluarga adalah :

1. Fungsi pendidikan, dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. 2. Fungsi sosialisasi anak, dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkananak

menjadi anggota masyarakat yang baik

3. Fungsi perlindungan, dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa aman.

4. Fungsi agama, dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anggota keluarga melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan beragama. 5. Fungsi ekonomi, dilihat dari bahaimana kepala keluarga mencari penghasilan


(37)

6. Fungsi rekreatif, dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang nyaman bagi keluarga.

7. Fungsi biologis, dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.

2.4.6. Bentuk Keluarga

Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.

a) Berdasarkan Lokasi

1. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami sitri untuk memilih tempat tinggal.

2. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar kediaman kerabat suami.

3. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar kediaman kerabat istri.

4. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar kediaman kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian).

5. Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menetap di tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok dengan kerabat suami maupun istri.

6. Adat avunkulokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar kediaman saudara laki-laki ibu dari pihak


(38)

7. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri masing-masing hidup terpisah.

b) Berdasarkan pola otoritas

1. Patriarkal, yakni suami lah yang memiliki otoritas dalam keluarga. 2. Matriarkal, yakni istri lah yang memiliki otoritas dalam keluarga. 3. Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara bergantian.

2.4.7. Subsistem Keluarga

terdapat tiga jenis subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik). Subsistem terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan dari subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggung jawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.

2.5. Kesejahteraan Sosial

2.5.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Dalam sistem kenegaraan Indonesia, Konsep kesejahteraan sosial terdapat dalam Undang-Undang Kesejahteraan Sosial No. 11 tahun 2009, pasal satu yang menyebutkan bahwa kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritiual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya


(39)

(Elmussi, Rahmatullah. 2010. Memahami Dinamika Perilaku Manusia Dalam Implementasi Kesejahteraan Sosial. Diakses dari http:// rahmatullah.banten-instuste.org).

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang harus memenuhi tiga syarat utama: (1) ketika masalah sosial dapat di-manage dengan baik; (2) ketika kebutuhan terpenuhi; (3) ketika peluang-peluang sosial terbuka secara maksimal. Pengertian lain juga dapat dikembangkan dari hasil Pre-Conference Working for the 15th International Conference of Social Welfare yakni kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya (James Midgley, 1997:5).

Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, perumahan, kesehatan, rekreasi budaya, dan lain sebagainya. Dalam konteks Indonesia sendiri, kesejahteraan sosial dapat dimaknai dengan terpenuhinya kebutuhan seseorang, kelompok atau masyarakat dalam hal material, spiritual maupun sosial. Ini seperti yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Kesejahteraan Sosial yang baru disahkan pada 18 Desember 2008 sebagai pengganti terhadap UU No.6 Tahun 1974 juga tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa, “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya” (Huda, 2009: 72-73).

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi ataupun kehidupan spiritual.


(40)

2.5.2. Usaha Kesejahteraan Sosial

Perhatian pemerintah atas taraf kehidupan yang lebih baik dari warganya di wujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk berbagai kesejahteraan sosial yang konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas, berdasarkan hasil diatas dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata menyangkut kesejahteraan warga masyarakat.

Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik yang bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung (indirect service), sehigga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dibutuhkan karena pada berbagai negara terdapat warga masyarakat mempunyai kebutuhan dan masalah di luar kemampuan mereka untuk mengatasinya. Hal ini tentunya ditunjang dengan perkembangan dunia, bahwa kesejahteraan sosial (dan juga usaha kesejahteraan sosial) telah diterima masyarakat industrial modern sebagai salah satu fungsi guna membantu masyarakat dalam mengatasi masalah mereka. Masalah yang dihadapi warga masyarakat saat ini, bila ditelusuri, terkait dengan perubahaan sosial yang tejadi secara cepat.

Sebagai patokan dan pemberi arahan, pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Indonesia yang bertanggung jawab adalah departemen sosial, secara asasi dan fundamental. Disusun pula berdasarkan pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang dalam pelaksanannya menganut prinsip melanjutkan, meningkatkan, mengembangkan. memperbaiki serta memperbaharui segala hasil pembangunan bidang kesejahteraan sosial (Huda, 2009:15-17).


(41)

2.5.2. Usaha Kesejahteraan Sosial

Perhatian pemerintah atas taraf kehidupan yang lebih baik dari warganya di wujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk berbagai kesejahteraan sosial yang konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas, berdasarkan hasil diatas dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata menyangkut kesejahteraan warga masyarakat.

Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik yang bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung (indirect service), sehigga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dibutuhkan karena pada berbagai negara terdapat warga masyarakat mempunyai kebutuhan dan masalah di luar kemampuan mereka untuk mengatasinya. Hal ini tentunya ditunjang dengan perkembangan dunia, bahwa kesejahteraan sosial (dan juga usaha kesejahteraan sosial) telah diterima masyarakat industrial modern sebagai salah satu fungsi guna membantu masyarakat dalam mengatasi masalah mereka. Masalah yang dihadapi warga masyarakat saat ini, bila ditelusuri, terkait dengan perubahaan sosial yang tejadi secara cepat.

Sebagai patokan dan pemberi arahan, pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Indonesia yang bertanggung jawab adalah departemen sosial, secara asasi dan fundamental. Disusun pula berdasarkan pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang dalam pelaksanannya menganut prinsip melanjutkan, meningkatkan, mengembangkan. memperbaiki serta memperbaharui segala hasil pembangunan bidang kesejahteraan sosial (Huda, 2009:15-17).


(42)

2.6. Kerangka Pemikiran

Ada banyak faktor yang membuat perempuan bekerja dan sering juga menjadi tulang punggung perekonomian dalam keluarga. Perempuan cenderung terabaikan dari peran sosial ekonomi karena didominasi laki-laki dengan pendangan-pandangan sempit tentang perempuan selama ini. Kehidupan perekonomian yang membuat perempuan harus berperan aktif dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Petani perempuan di desa ini selain harus bekerja ke ladang dia juga harus menyelesaikan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci piring, mencuci pakaian. Kehidupan keluarga dan tekanan kemiskinan yang menyebabkan perempuan berperan ganda yaitu sebagai pengasuh anak dan juga membantu menghidupi dalam ekonomi keluarga. Hal ini merupakan peningkatan yang di rasakan oleh perempuan dimana perempuan tidak lagi hanya tergantung hidupnya terhadap laki-laki maupun saudara laki-laki. Dengan pendapatan yang diperoleh perempuan sebagai petani akan memperngaruhi kehidupan sosial seperti bagaimana keluarga mampu melakukan interaksi sosial.


(43)

Untuk memperjelas alur pemikiran diatas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar: Bagan 2.1.

KONTRIBUSI PETANI PEREMPUAN 

SOSIAL EKONOMI   KELUARGA 

- Biaya sandang  - Biaya pangan 

- Perumahan 

- Kesehatan  - Biaya pendidikan  - Transportasi  

- Pembelian alat‐alat rumah tangga  - Rekreasi  


(44)

2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1. Defenisi Konsep

Defenisi Konsep merupakan suatu istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian. Kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. Dalam hal ini konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian (Singarimbun, 1989:34).

Adapun batas yang menjadi batasan konsep dalam penelitan adalah:

1. Kontribusi adalah sumbangan terhadap variabel tertentu. Dalam hal ini maksud kontribusi adalah sumbangan dari perempuan yang bekerja sebagai petani terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Sirube-rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

2. Petani Perempuan adalah perempuan yang bekerja sebagai petani perempuan yang bekerja sebagai petani yang bercocok tanam dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

3. Sosial Ekonomi adalah kemampuan untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjanlakan usaha dan berhasil mencukupinya. Sosial Ekonomi keluarga berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya yang ditentukan oleh tingkat pendapatan yang diterima.


(45)

4. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

5. Kebutuhan merupakan segala yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan manusia yang didasarkan kepada pendapatan, kesehatan dan pangan.

Dengan demikian dapat diambil definisi konsep secara keseluruhan. Yang dimaksud dengan Kontribusi Buruh Tani Perempuan dalam Ekonomi Rumah Tangga di Desa Sirube-rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun adalah suatu pengamatan terhadap sumbangan dari perempuan yang bekerja sebagi petani yang dalam hal ini adalah perempuan yang sudah menikah dan suaminya tidak bekerja sebagai petani namun usaha tani merupakan usaha yang paling utama dalam pemenuhan kebutuhan soial ekonomi keluarga di Desa Sirube-rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

2.7.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Oleh karena itu diperlukan operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati. Dengan demikian peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian di lapangan (Nawawi, 1998:20).

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Biaya sandang merupakan biaya yang dikeluarkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang keluarga seperti pakaian.


(46)

2. Biaya pangan merupakan suatu kewajiban yang harus tercukupi dalam keluarga karena pekerjaan tidak akan maksimal apabila kebutuhan pangan belum tercukupi.

3. Perumahan adalah tempat keluarga untuk tidur dan melakukan kegiatannya. Dalam hal ini kebanakan para petani perempuan mendapatkan jatah rumah dinas dari perusahaan suami mereka dan sebagian ada yang meengontrak.

4. Kesehatan merupakan suatu kehidupan yang terbebas dari segala macam penyakit. Ada beberapa keluarga petani ang memiliki jaminan kesehatan ang diperoleh dari perusahaan tempat suami mereka bekerja

5. Biaya pendidikan merupakan biaya sekolah anak mereka baik itu dalam bentuk uang sekolah ataupun uang-uang buku si anak.

6. Transporasi merupakan kendaraan yang digunakan utuk sampai ke suatu tujuan baik itu milik pribadi ataupun ngkutan umum.

7. Pembelian alat-alat rumah tangga merupakan keperluan-keperluan wajib yang harus dipenuhi dalam keluarga.

8. Rekreasi adalah suatu hiburan baik itu bersama keluarga ataupun dilakukan sendiri. Rekreasi biasanya dilakukan untuk menghilangkan kepenatan setelah melakukan aktifitas yang melelahkan.

9. Interaksi sosial adalah keadaan diamana seseorang melaukan hubungan sling beerbalas respon dengan orang lain, aktifitas nyaberagam mulai dari mengobrol, berjabat tangan dan juga bersaing.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011 :52).

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan suatu objek yang diteliti melalui pencarian data-data dan sumber-sumber informasi yang berkenaan dengan objek yang akan diteliti, menganalisis data serta menginterprestasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada objek penelitian berdasarkan data yang ada.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa rube Kecamatan Pematang Sidamanik Sirube-rube Kabupaten Simalungun. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut adalah karena banyak perempuan yang bekerja sebagai buruh tani baik dan suaminya tidak bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai, test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi,


(48)

seluruh perempuan yang sudah menikah yang bekerja sebagai buruh tani yang budidaya tanamannya adalah tanaman kopi dan bekerja pada lahan pertanian milik orang lain yang memiliki luas minimal 1 ha dan memiliki suami yang tidak bekerja sebagai petani yang ada di Desa Sirube-rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun yaitu berjumlah 15 orang.

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan populasi yang diwakilinya. Adapun kriteria yang menjadi sampel adalah sebagai berikut:

1. Perempuan yang sudah menikah 2. Suami tidak bekerja sebagai petani 3. Budidaya tanaman adalah tanaman kopi 4. Bekerja di lahan milik orang lain

Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik sampel diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Penelitian ini termasuk penelitian populasi karena dalam penelitian ini populasi adalah sampel (N=n) yaitu berjumlah 15 orang (Silalahi, 2009:105).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sebagai berikut.

1. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku-buku, majalah, surat kabar, karya ilmiah, artikel, buletin dan lain-lain yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.


(49)

2. Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung, turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan kontribusi petani perempuan terhadap sosial ekonomi keluarga.

a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian yaitu melakukan kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat.

b. Kuisioner, mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket yang kemudian dijawab oleh responden

c. Wawancara terstruktur yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden dan wawancara ini dilakukan jika peneliti mengetahui dengan jelas dan terperinci apa informasi yang dibutuhkan dan memiliki satu daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya yang akan disampaikan kepada responden.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang ditemukan di lapangan. Dengan demikian peneliti harus mampu mengatur secara sistematis catatatan lapangan dan bahan-bahan lain yang sifatnya berkaitan dengan penelitian (Mukhtar, 2000:123).


(50)

sifatnya sangat luas dan banyak sehingga tidak semua data tersebut dibutuhkan untuk memperkuat analisa data dan mendukung tujuan penelitian. Informasi yang didapat dari lapangan dikelompokkan dan lebih disederhanakan dengan sistematis untuk membuat deskripsi yang jelas mengambarkan bagaimana kontribusi petani perempuan terhadap sosial ekonomi keluarga, sehingga jawaban relevan yang didapat pada saat wawancara dapat dipakai dalam analisa data.


(51)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah Desa Sirube-rube

Desa Sirube-rube pada mulanya disebut huta lama (huta = kampung/desa, lama = lama). Perpindahan penduduk dari desa lama ke-desa yang baru bukanlah karena alasan kepadatan penduduk, akan tetapi masyarakat pindah karena alasan ekonomi praktis. Menurut orangtua dahulu, perpindahan pertama kali terjadi sekitar tahun 1950, yang diwakili perpindahan keluarga Jinta Purba dengan alasan agar dekat ke-areal pertanian yang dia miliki. Setelah perpindahan itu berangsur-angsur penduduk lain pun berpindah dengan alasan yang sama.

Dari tahun 1965 seluruh penduduk desa Huta Lama telah menetap di desa yang baru yang disebut Desa Sirube-rube. Hingga sekarang penduduk desa tersebut mayoritas bersuku Batak Toba seperti marga Tampubolon, Silalahi, Sinaga, Manurung, Manullang, Siregar, Nainggolan, Pakpahan, Hutabarat, Marbun, Sihombing, Siagian, dan lain sebagainya. Marga lain yang bertempat tinggal di sana adalah marga Saragih, Purba, Damanik, Sipayung. Sedangkan marga pendatang misalnya dari daerah Karo seperti marga Tarigan, Barus, Sembiring, dari daerah Toba (Tapanuli). Sedangkan etnis lain yang tinggal di desa ini seperti Jawa danNias.


(52)

4.2. Letak Geografis Desa dan Iklim

Desa sirube-rube terletak di kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Provinsi Sumaera Utara. Berada pada ketinggian 1.100 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Dolok pardamean berbatasan dengan 4 (empat) Kecamatan, yaitu :

- Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Raya - Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Panei

- Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Pamatang Sidamanik - Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Purba

Luas wilayah kecamatan Dolok pardamean adalah 99,42 km2 atau 2,27% dari luas kabupaten Simalungun dan terdiri dari 11 Nagori. Jarak dari Ibukota Keamatan ke Ibukota Kabupaten sekitar 35 Km.


(53)

Nagori yang memiliki luas wilayah terbesar terdapat di Nagori Bangun Pane dengan luas 15,49km2 dan wilayah terkecil terdapat di Nagori Parjalangan dengan luas 6,27 km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Nama Nagori

No.

Nama Nagori

Luas (KM2)

Rasio terhadap Luas Kecamatan (%)

1 Tigaras 10,16 10,22 2 Pariksabungan 15,36 15,45 3 Sibuntuon 8,46 8,51 4 Dolok Saribu 10,89 10,95 5 Sinaman Labah 10,37 10,43 6 Bangun Pane 15,49 15,58 7 Sirube-rube 7,03 7,07 8 Togu Domu Nauli 8,68 8,73 9 Parjalangan 6,27 6,31 10 Silabah Jaya 6,71 6,75 11 Buttu Bayu Panei Raja 7,16 *)

JUMLAH 99,42 100,00

KETERANGAN :*) Data masih terhitung di desa induk


(54)

Bila ditinjau dari luas daerah ini berdasarkan penggunaan tanahnya maka kehidupan penduduknya diwarnai dengan kehidupan agraris, dengan mananam berbagai jenis tanaman misalnya kopi, jagung dan tanaman holikultural lainnya.

Tabel 4.2

Komposisi Luas Wilayah Desa Sirube-rube

No. Jenis Areal Luas (Ha) Persentase( %)

1 Perkampungan 8 0,03

2 Persawahan 32 0,15

3 Lahan Kering 632 3,10

4 Hutan reboisasi 9500 46,66

5 Perkuburan 4 1,015

6 Lahan Kosong 9.108 44,73

7 Hutan alam 76 0,32

Jumlah 20.360 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Sirube-rube, 2011

Iklim adalah keadaan cuaca pada suatu tempat yang relatif luas dalam waktu yang cukup lama. Iklim pada suatu tempat berbeda-beda, tergantung pada letak lintangnya. Daerah Sirube-rube memiliki iklim tropis, berhawa sejuk dan dingin karena secara topografi desa ini tergolong kepada daerah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 1.100 – 1.200 meter di atas permukaan laut. Desa ini mengenal dua pergantian musim yaitu musim hujan dan musim


(55)

kemarau. Musim hujan berlangsung sepanjang bulan Septermber sampai dengan Februari, sedangkan musim kemarau berlangsung bulan April sampai dengan bulan Agustus. Namun terkadang musim yang biasanya berlangsung setiap tahunnya tidak lagi dapat diprediksi dengan pasti karena perubahan iklim yang juga berpengaruh terhadap musim.

4.3. Pola Pemukiman

Pola pemukiman penduduk Desa Sirube-rube, umumnya berada di tepi jalan lintas desa, berderet rapat dan memanjang kebelakang, berhadap-hadapan satu sama lainnya dibatasi jalan lintas. Letak rumah penduduk satu dengan yang lain disepanjang jalan berjarak kira-kira 4 m atau hanya dipisahkan jalan kecil saja. Perumahan di desa ini tergolong rapat dengan rumah yang di sampingnya.

Tipe rumah penduduk bermacam-macam, sebagian permanen memiliki pekarangan sendiri dengan memakai gerbang atau tembok sama halnya bangunan rumah di perkotaan. Bangunan rumah seperti ini terbuat dari batu, berlantai semen atau tegel. Ada juga bangunan rumah yang semi permanen yaitu rumah penduduk yang berdinding papan, dan juga bambu yang dibelah dan sebagian memakai tepas, berlantai tanah. Namun bangunan rumah yang seperti ini berkisar 10 rumah saja. Bagi rumah yang tidak berpagar besi atau tembok cukup dipagar dengan bambu saja atau bunga-bungaan yang ditanam membentuk pagar, sehingga terlihat perbatasan antara halaman rumah masing-masing penduduk.


(56)

4.4. Bahasa

Mengingat penduduk Sirube-rube adalah mayoritas Suku Batak Toba maka dengan sendirinya bahasa sehari-hari yang di pakai adalah bahasa Batak Toba. Ada juga sebagaian yang memakai bahasa Simalungun.

Sementara penggunaan bahasa Indonesia biasanya dipakai terbatas pada sekolah-sekolah ataupun pada saat berinteraksi dengan orang bukan berasal dari suku Simalungun ataupun suku Toba misalnya Jawa, Nias. Pada umumnya anak-anak penduduk yang masih balita sudah dilatih berbahasa Indonesia sejak kecil walaupun nantinya anak-anak tersebut juga akan mengetahui bahasa Batak Toba dengan sendirinya.

4.5. Komposisi Penduduk

Penduduk merupakan modal dasar pembangunan suatu daerah, maka peranan penduduk pada suatu daerah sangat penting juga sebagai tenaga kerja dalam pembangunan sebab salah satu prinsip berdirinya suatu negara haruslah ada penduduk atau rakyat. Jika penduduk tidak ada maka negarapun tidak akan terbentuk dan sumber daya yang tersedia tidak akan berfungsi.

Jumlah penduduk Kecamatan Dolok Pardamean berjumlah 18.188 jiwa yang tersebar di 11 nagori, dengan perbandingan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan ( sex ratio) sebesar 100 : 95.


(57)

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk

No. NAGORI Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Tigaras 810 768 1.871

2 Pariksabungan 836 824 1.960

3 Sibuntuon 799 769 1.868

4 Dolok Saribu 555 532 1.387

5 Sinaman Labah 760 732 1.792

6 Bangun Pane 877 842 2.019

7 Buttu Bayu Panei Raja 944 905 2.149 8 Togu Domu Nauli 439 425 1.164

9 Parjalangan 369 357 1.026

10 Silabah Jaya 562 542 1.404

11 Sirube-rube 761 624 1.548

JUMLAH 7.705 7.320 18.188 Sumber : Kecamatan Dolook Pardamean Tahun 2011

Menurut data yang diambil tahun 2011 jumlah penduduk Desa Sirube-rube saat ini mencapai 1.548 jiwa. Dimana suku bangsa yang dijumpai di sini sudah campuran yaitu suku batak Simalungun, batak Toba, Jawa dan lain sebagainya, namun mayoritas adalah suku batak Toba. Interaksi dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi diantara penduduk cukup harmonis. Penduduk desa ini masih memegang penuh suatu sifat kekeluargaan, seperti saling menyapa, saling mengenal satu sama lain.


(58)

4.6. Sarana dan Prasarana di Desa Sirube-rube 4.6.1. Sarana Ibadah

Setiap agama memiliki sarana ibadah masing-masing, tetapi karena mayoritas penduduk yang ada di desa ini menganut agama Kristen Protestan maka hanya terdapat 2 Unit Gereja. Gereja yang terdapat di desa ini yaitu gereja GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun) 1 unit, gereja Katolik 1 unit. Dari segi bangunan rumah ibadah yang dimiliki cukup memadai yaitu terbuat dari semen beton berlantai keramik dan berukuran besar. Dari segi fasilitasnya seperti kursi, organ dan lain sebagainya sudah tersedia. Sedangkan untuk penduduk yang beragama Islam beribadah ke kecamatan Sidamanik. karena hanya di kecamatan tersebut terdapat Mesjid.

4.6.2. Sarana Pendidikan

Ketersediaan sarana pendidikan tidak boleh diabaikan dalam suatu daerah tertentu, karena akan menjadi indikasi terhadap maju tidaknya daerah tersebut sesuai dengan kualitas sumber daya manusia yag diperoleh dari pendidikan. Di Desa Sirube-rube Kecamatan Dolok Pardamean hanya terdapat satu sekolah yaitu Sekolah Dasar atau SD negeri. Sekolah ini sudah dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang lengkap dan tenaga pengajar yang cukup. Untuk melanjutkan pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA ( Sekolah Menengah Atas), anak-anak mereka bisa sekolah di kota kecamatan. Akan tetapi bagi orangtua yang mampu dari segi ekonomi biasanya menyekolahkan anak-anak mereka ke kota-kota besar, seperti Pematang Siantar, Medan dan sebagainya.

4.6.3. Sarana Jalan dan Transportasi

Untuk mencapai desa ini sudah dapat dilakukan dengan mudah, karena setiap hari sudah ada minibus yang dipergunakan sebagai alat pengangkutan dari kota kecamatan. Alat


(59)

transportasi yang lain adalah becak mesin yang setiap saat lalu-lalang keluar masuk desa. Biasanya Mayarakat lebih memilih becak mesin sebagai alat transportasi, disamping lebih cepat, penduduk yang ingin bepergian juga tidak perlu menunggu lama untuk berangkat, seperti halnya minibus yang kadang kala harus menunggu sampai satu jam sampai penumpang benar-benar penuh.. Ongkos becak mesin berbeda dengan minibus, Apabila yang naik sekitar 3 orang atau lebih ongkosnya Rp. 4000, sedangkan apabila penumpangnya hanya 1 orang biasanya ongkosnya sekitar Rp. 5000 – Rp. 10.000.

Sedangkan angkutan-angkutan lain untuk mangangkut hasil pertanian petani dari perladangan dan mengangkut berbagai keperluan dari rumah ke ladang petani adalah menggunakan kereta kerbau, sehinggat tidak perlu lagi petani susah payah untuk membawa hasil pertanian. Sebagian besar rumah tangga sudah memilikinya, namun apabila tidak ada, penduduk yang lain bersedia meminjamkan kereta kerbaunya kepada penduduk yang memerlukan, dengan bayaran tertentu sesuai dengan jarak tempuh ke ladangnya.

Untuk menjual hasil pertanian petani tidak perlu mambawa atau menjual ke pasar dimana pasarnya letaknya di kecamatan, karena setiap hari banyak agen atau pembeli yang langsung datang ke desa untuk membeli hasil pertanian petani. Bagi petani yang ladangnya biasa dilalui kendaraan roda 4, biasanya para agen langsung datang ke ladang petani mengambil hasil pertanian yang hendak dijual. Para agen tersebut ada yang membawa mobil pick up dan truk besar.

Jalan umum yang menghubungkan Desa Sirube-rube dengan desa-desa yang lain atau desa tetangga merupakan jalan aspal, hanya ada beberapa titik saja yang berlobang-lobang sehingga apabila musim hujan tiba jalanan akan digenangi air. Adapun jalan yang berlobang-lobang dikarenakan seringnya dilalui mobil-mobil berat yang mengangkut hasil pertanian. Jalan dari desa ke-ladang sebagian besar dibuat batu dan sudah bisa dilalui kendaraan roda 2


(60)

dan 4, sedangkan sebagian lagi hanya berupa jalan setapak berjarak 3 km, berlobang-lobang yang hanya bisa dilalui kereta kerbau. Ada juga jalan setapak dengan lebar kira-kira 1 m, tetapi sudah cukup baik untuk dilewati.

4.6.4. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Desa Sirube-rube terdiri dari Puskesmas. Satu kali setiap bulan diadakan posyandu yang biasanya diadakan di salah satu halaman penduduk yang berada di tengah lokasi perkampungan sehingga memudahkan para ibu-ibu untuk datang ke lokasi tersebut. Posyandu ini biasanya untuk ibu-ibu rumah tangga, tempat imunisasi bayi-bayi mereka dan juga untuk memeriksa kehamilan. Posyandu ini ditangani oleh bidan yang ada di desa dan juga beberapa bidan yang datang dari kota Kecamatan (Dolok Pardamean). Selain itu posyandu juga dibantu oleh beberapa ibu-ibu PKK. Pada tiap bulannya bidan dan ibu-ibu PKK mengundang tim dari dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan baik itu tentang KB, gizi, dan juga memberikan makanan tambahan kepada Balita.

Untuk keperluan kesehatan yang lain, penduduk langsung mendapatkan pengobatan pada bidan desa yang sudah mempunyai ruang praktek pengobatan dirumanya. Bidan desa ini akan melayani pasien yang mempunyai penyakit ringan sesuai dengan sarana dan kemampuan yag ada. Jika seorang pasien mengalami penyakit yang serius dan tidak dapat diobati oleh bidan maka pasien akan dirujuk kerumah sakit yang terdekat yang peralatan dan kemampuannya lebih baik. Bidan di sini juga bersedia dipanggil kerumah apabila ada penduduk yang sakit dan melahirkan.

Selain pelayanan kesehatan yang bersifat formal, masyarakat di desa ini juga mempercayai pelayanan kesehatan oleh dukun. Ini dibutuhkan apabila tenaga medis yang bersifat formal tidak mampu menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang sehingga


(61)

mereka akan pergi berobat ke dukun. Selain itu masyarakat di sini masih mempercayai adanya kekuatan supranatural, inilah salah satunya penyebab mengapa mereka mempercayai pengobatan yang sifatnya tradisional seperti dukun.

4.6.5. Sarana Penerangan dan Air Bersih

Untuk sarna penerangan, semua penduduk di desa Sirube-rube sudah hampir mendapat penerangan listrik dari PLN. Hanya ada beberapa rumah yang belum mendapat penerangan listrik yaitu hanya menggunakan lampu teplok (petromak) saja. Untuk sarana telekomunikasi juga sudah memadai karena hampir setiap rumah penduduk sudah memiliki telepon genggam (handphone), bahkan dalam satu keluarga ada yang memiliki lebih dari 1 telepon genggam. Namun bagi penduduk yang tidak memiliki telepon genggam, di desa ini telah tersedia telepon umum sehingga siapa saja bisa menggunakannya.

Untuk kebutuhan air bersih, penduduk Desa Sirube-rube menggunakan air dari PDAM. Namun sebagian msyarakat sudah memiliki bak rumahnya sendiri untuk menampung air hujan, sehingga apabila musim kemarau penduduk sedikit lebih diringankan dengan biaya air.

4.7. Struktur Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan

Struktur sosial masyarakat ialah hubungan-hubungan dari bentuk-bentuk kelompok yang timbul sebagai akibat dari hubungan-hubungan individu di dalam masyarakat.Hubungan yang dimaksud sering kali disebut dengan sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan adalah hubungan kekeluargaan dari individu-individu disebabkan oleh hubungan darah atau perkawinan diantara mereka.


(1)

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebagaimana diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka pada bab ini penulis akan berupaya mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan analisa dan interpretasi data dari penelitian yang dilakukan mengenai Kontribusi Buruh Tani Perempuan Dalam Ekonomi Rumah Tangga di Desa Sirube-rube Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun. Kemudian setelah itu penulis akan memberikan saran-saran yang sifatnya berupa sumbangan pikiran demi tercapainya peningkatan kesejahteraan yang lebih baik. Adapun penulis membuat beberapa kesimpulan serta saran yang dianggap perlu.

6.1. Kesimpulan

1. Sesuai dengan hasil penellitian dilihat bahwa Petani Perempuan di Desa Sirube-rube Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun memberikan kontribusi yang baik terhadap sosial ekonomi keluarga. Hal tersebut terlihat dari kemampuan responden untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara sosial ekonomi seperti kebutuhan sehari-hari dan dan keterlibatan responden dalam kehidupan sosial keluarga sangat mempengaruhi peran responden dari segi kehidupan sosial.


(2)

2. Peran perempuan sudah semakin dianggap penting hal ini terlihat bahwa para responden sudah lebih diberikan kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.

3. Bekerja sebagai petani masih dianggap merupakan pekerjaan yang baik untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

4. Responden sebagai petani perempuan bukan lagi merupakan pencari nafkah tambahan namun merupakan pencari nafkah pokok karena penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan untuk peningkatan kehidupan sosial ekonomi keluarga.

5. Para responden walaupun dengan kesibukannya dalam bekerja sebagai petani masih mampu menyeimbangkan interaksi antara keluarga dan lingkungannya dengan masih senantiasa mengikuti kegiatan kelompok social yang ada di desa.

6.2. Saran

Setelah dijelaskan an dideskripsikan dalam bab sebelumnya mengenai kondisi serta gambaran petani perempuan beserta kontribusinya dalam ekonomi keluarga, maka peneliti memberikan beberapa saran yang mungkin dapat lebih meningkatkan sosial ekonomi keluarga para petani perempuan yang ada di desa Sirube-rube kecamatan Pematang Sidamanik kabupaten Simalungun. Adapun saran-sarannya sebagai berikut :

1. Perlu adanya pendidikan ataupun pelatihan tentang pertanian kepada responden untuk meningkatkan pengetahuan tentang usaha pertanian sehingga dengan pengetahuan yang didapat mampu memperoleh hasil pertanian yang berlimpah otomatis penghasilan merekapun meningkat dan bisa membiayai kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan.


(3)

2. Diharapkan kepada pemerintah kiranya melakukan sosialisasi tentang informasi kesehatan khususnya kesehatan reproduksi perempuan agar disamping bekerja sebagai petani, mereka senantiasa memberikan waktunya untuk memeriksakan kesehatan reproduksi dan menganggap penting hal tersebut.

3. Perlunya responden mendapatkan perhatian akan pekerjaan mereka dan anggota keluarga seperti suami untuk meringankan pekerjaan mereka sebagai petani dan juga sebagai ibu rumah tangga.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Astarhadi. 1995. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Huda, Miftachul. 2009. Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Macdonal, Sprenger, Dubel. 1999. Gender dan Perubahan Organisasi. Amsterdam: INSIST.

Mukhtar, Widodo, Erna. 2000, Kontruksi ke arah Penelitian Deskripsi. Yogyakarta: Avyrouz.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers.

Primariantari, Pratiwi, Nelwan, Hardy. 1998. Perempuan dan Politik Tubuh Fantastis. Yogyakarta: Kanisius.

Sadli, Saparinah. 2010. Berbeda Tetapi Setara- Pemikiran Tentang Kajian Perempuan. Jakarta: Kompas.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama

Silalahi, Ulber. 2009 Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Simanjuntak, Pyaman. 1985. Pengangguran dan Setengah Pengangguran. Jakarta: PRISMAN, No.03, Th XIV.


(5)

Soleman, Munandar. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT. Refika Aditama.

Subhan, Zaitunah. 2004. Membina Keluarga Sakinah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Sumardi, MD. 1997. Koperasi Dalam Orde Ekonomi Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Susanto, Astrid S. 1984. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Bina Cipta.

Wie, Thee Kian. 1996. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan. Jakarta: LP3ES.

Sumber Lain

Bataviase. 2010. Perempuan Petani Masih Dikorbankan. Diakses 28 Oktober 2011 pukul 20.45 WIB, dari http://bataviase.co.id/node/171640.

Pertiwi, Gita. 2010, Pembangunan Pertanian yang Responsif Gender. Di akses 28 Oktober 2011 pukul 20.20 WIB, dari

http://www.gitapertiwi.org/media-publikasi/artikel/122-pembangunan-pertanian-yang-responsif-gender.html.

Safitri, Lisma. 2009. Menyikapi Permasalahn Pertanian di Indonesia. Diakses 30 Oktober 2011 pukul 14.55 WIB, dari

http://bangkittani.com/liputan-khusus/menyikapi-permasalahan-pertanian-di-indonesia/.

Samsudin. 2011. Pelatihan Peningkatan Pertanian Sehat. Diakes 28 Oktober 2011 pukul 20.35 WIB, dari www.pertaniansehat.or.id.

Wikipedia. 2011. Kontribusi. Diakses 30 Oktober 2011 pukul 15.00 WIB, dari


(6)

Wikipedia. 2011. Petani. Diakses 30 Oktober 2011 pukul 15.03 WIB, dari

http://id.wikipedia.org.

Wikipedia. 2011. Ekonomi. Diakses 30 Oktober 2011 pukul 15.05 WIB, dari http://id.wikipedia.org.

Wikipedia. 2011. Keluarga. Diakses 30 Oktober 2011 pukul 15.14 WIB, dari http://id.wikipedia.org.

Yana. 2010. Peran Perempuan Pedesaan Dalam Ekonomi Global. Diakses 28 Oktober 2011 pukul 20.40 WIB, dari http://lajur-kiri.com/2010/05/06/peran-perempuan-pedesaan-dalam-ekonomi-global/.

Yuningsih, Yuyun. 1999. Analisis Optimalisasi Pendapatan Usaha Tani Pada Keragaman

Jenis Usaha Petani. Diakses 30 Oktober 2011 pukul 21.00 WIB, dari


Dokumen yang terkait

The Knowledge And The Attitudes Of Married Women In The Pap Smear In Village Of Purnama District Of West Dumaiin 2013

0 37 83

Mixed Garden Management And Its Contribution To Household Income Of Farmers In Hegarmanah Village, Sub-District Of Cicantayan, Sukabumi District

0 3 2

This research is on farmers perception of the role agriextensionworker in Sidomulyo dan Muari Village Oransbari Sub District south of Manokwari.

0 11 77

Motivation of Farmers in Running the Business on Private Forest in Cingambul Village, Cingambul Sub-District, Majalengka

0 5 93

RELATED KNOWLEDGE AND ATTITUDE ABOUT WOMEN CHILDREN FAMILY CONSCIOUS NUTRITION (KADARZI) WITH NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN IN THE VILLAGE GEKBRONG DISTRICT GEKBRONG 2015.

0 3 6

THE EFFECT ON CULTURE ACCULTURATION TOWARD THE DUALISM OF KAMPUNG TUA COMMUNITY ECONOMIC SYSTEM IN EASTERN DISTRICT OF ABUNG, NORTH DISTRICT LAMPUNG

0 1 18

WOMEN FARMERS RESPOND ABOUT RICE BARN VILLAGE PROGRAM IN THE PAMOTAN VILLAGE, DAMPIT DISTRICT, MALANG REGENCY

0 0 12

THE INFLUENCE OF THE FAMILY PLANNING PROGRAM SERVICE AND FAMILY DEVELOPMENT BY FAMILY PLANNING EXTENSION WORKER ON THE ACHIEVEMENT OF ACTIVE FAMILY PLANNING ACCEPTORS IN THE FAMILY PLANNING COORDINATING BOARD OF SIMALUNGUN DISTRICT IN 2013 THESIS BY

0 0 19

The Knowledge of Banana Farmers on Procedure to Obtain Bank Credit (A Case of Sagara Farmer Group in Kanoman Village, Cibeber Sub District of Cianjur District)

0 0 10

EDUCATIONAL LEVEL OF RELATIONSHIP WITH THE GENESIS OF EARLY MARRIAGE ON WOMEN UNDER AGE 21TAHUN IN THE VILLAGE OF KEBOROMO SUB-DISTRICT OF TAYU PATI

0 0 10