xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Faktor rasional yang mempengaruhi keputusan investor untuk membeli saham, pada umumnya berkaitan dengan sesuatu yang disebut Fundamental.
Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menganalisis data keuangan untuk mengevaluasi posisi perusahaan, diantaranya adalah analisis ratio.
Salah satu ratio yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi adalah ratio harga saham terhadap laba bersih per sahamnya
price earnings ratio
. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran kemampuan menghasilkan laba masa depan
future earnings
dari suatu perusahaan.
Analisis Fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisis
fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah di apresiasi
secara akurat. Saham perusahaan yang go publik sebagai komiditi investasi
tergolong berisiko tinggi karena sifat komoditinya sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun di
dalam negeri, perubahan di bidang politik, ekonomi, moneter, Undang- Undang atau peraturan maupun perubahan yang terjadi di dalam industri dan
xviii perusahaan itu sendiri. Perubahan-perubahan tersebut dapat berdampak positif
dan negatif. Risiko merupakan faktor penting dalam keputusan investasi. Risiko
berkaitan dengan ketidakpastian tentang tingkat return hasil investasi atau kemungkinan perbedaan antara hasil sesungguhnya
actual returns
dengan hasil yang diharapkan. Investasi yang mempunyai tingkat hasil yang tinggi
mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Berdasarkan karakteristik ini, investor ingin memaksimumkan tingkat utilitas mereka dengan memilih portofolio
investasi yang mempunyai tingkat hasil yang tertinggi pada suatu tingkat risiko tertentu.
Dengan asumsi para pemodal adalah rasional maka aspek fundamental menjadi dasar penilaian
basic valuation
yang utama bagi seorang fundamentalis, argumentasi dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai
perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat, bahkan lebih penting adalah harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan
wealth
di kemudian hari. Investor dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilah-milah saham
mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa akan datang, perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi
high growth
biasanya mempunyai
price earnings ratio
PER yang besar; perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah
low growth
biasanya memiliki PER yang rendah Gibson:1992, 380-381. Disamping itu juga
dapat berarti bahwa semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari
xix setiap lembar saham akan semakin baik, demikian pula sebaliknya Purnomo:
1998, 34. Model penilaian
valuation model
digunakan oleh analisis untuk menentukan dan mengevaluasi harga saham. Model penilaian dibagi menjadi dua
pendekatan yaitu pendekatan nilai sekarang dan pendekatan
price earnings ratio
PER. Pada pendekatan nilai sekarang yang digunakan untuk melihat prospek masa depan perusahaan dengan mengestimasi dividen yang telah
dibayarkan, sedangkan pada pendekatan PER suatu saham dikatakan bernilai jika memiliki prospek pada laba di masa yang akan datang.
Menurut Yeye 2003 model penilaian berdasarkan faktor fundamental menunjukkan bahwa ekuitas berkaitan dengan laba akuntansi, ukuran neraca
dari asset dan kewajiban atau laba dan nilai buku, model mendasarkan pada preposisi bahwa pada kondisi yang realistis dimana terdapat pasar tidak
sempurna, sistem akuntansi menyediakan informasi mengenai nilai buku dan laba sebagai komponen pelengkap dari nilai ekuitas.
Price earnings ratio
PER merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan
analisis kesehatan suatu saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil
return
yang layak dari suatu investasi saham. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi tersebut yang terdiri dari
capital gain loss
dan
yield
.
xx Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak menarik karena
harga saham mungkin tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh
capital gain
akan lebih kecil Hanafi dan Halim: 1996, 85. Walaupun terdapat kelemahan dalam kondisi tertentu, PER patut
dipertimbangkan dalam melakukan strategi investasi yang benar pada perusahaan yang tepat.
Strategi yang menggunakan
price earnings ratio
untuk mengidentifikasi saham mana yang harganya wajar, terlalu rendah
undervalued
, dan terlalu tinggi
overvalued
, pada umumnya mengkaitkan PER dengan nilai intrinsik saham yang diperkirakan berdasarkan model
penilaian saham Jogiyanto, 1998: 82. Jika rasio yang berlaku dari suatu saham ternyata tidak konsisten dengan model penilaian saham, maka hal
tersebut menunjukkan kemungkinan terdapatnya ketidakwajaran harga saham dan membuka peluang bagi investor untuk menentukan strategi investasinya
berdasarkan kondisi tersebut, sehingga menghasilkan hasil saham
stock return
yang relatif tinggi Utama dan Santosa: 1998, 128.
B. Perumusan Masalah