Minat mahasiswa pendidkan Agama Islam dalam pembelajaran kitab kuning

SKRIPSI
MINAT MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBELAJARAN KITAB KUNING
(Study kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:
ALIPIAH
107011001148

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1233 H/2011

ABSTRACT
Adfah Febri Winarni:2011. Improving Students' Ability in Using Personal Pronoun
through Contextual Teaching Learning, Skripsi, English
Department Faculty of Tarbiyah and Teachers Training
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

Advisor: Fahriany, Dr. M. Pd.
Keywords : Personal Pronoun, Contextual Teaching Learning.
The objective of this research is tc improve students' ability in using personal
pronoun through Contextual Teaching Learning in the VIII-I class of SMP Raden
Patah Depok.

This research includes Classroom Action Research to improve the students'
ability in using personal pronoun. The Classroom Action Research was done based
on the Kurt Lewin design, which is divided into 2 cycles. The subject of this research
was the students of SMP Raden Patah Depok at VIII-I cla.ss rvhich consists of 46
students. The data is derived from the tests (pre-test and post-test), the result of
interview to the English teacher, the result of questionnaires and the result of
observation.
The firrding of this research showed that the implementation of the Contextual
Teaching Leaming method in personal pronoun rnaterial was successful and the
criteria of success was achieved, that 7 5Y, of students' score could pass the minimum
mastery criterion-kriteria ketuntasan minimal (KKM) that is 65. The result of the first
pre-test was that 13 students' scores passed the minimum mastery criterion-kriteria
ketuntasan minimal (KKM) by average score 55. The result of the second post-test
was that 100% students' score pass the minimum ma.stery criterion-kriteria

ketuntasan minirnal (KKl\{) by average score 87. The result of the post-questionnaire
rn'as that 97o/o of students showed that their ability in using personal pronoun is
improved by using Contextual Teaching Learning method. The result of observqtion
described that student are more active in teaching leaming process. Based on the
finding, it is suggests that English teacher could implement Contextual Teaching
Learning method to improve students' ability in learning personal pronoun material.

ABSTRAK
Arifah Febri Winarni 2011. Improving Students' Ability in Using Personal Pronoun
through Contextual Teaching Learning, Skripsi, English
Department Faculty of Tarbiyah and Teachers Training Syarif
Hidayatullah State Islamic University J akartaAdvisor: Fahriany, Dr. M' Pd.
Kata Kunci: Personal Pronoun, Contextual Teaching Learning'

ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menggunakan personal pronoun dengan metode Contextual Teaching Learning di
Penelitian


kelas

VIII-I

dari SMP Raden Patah Depok.

penelitian

ini

termasuk penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menggunakan personal pronoun. Penelitian tindakan kelas
ini menggunakan design Kurt Lewin yang dibagi dalam 2 siklus. Subjek dari
penelitianlni adalah siswa kelas VIII-1 dari S\4P Raden Patah Depok yang berjumlah
46 rir*u. Data di peroleh dari hasil tes (pre-tes dan post-tes), hasil wawancara kepada
guru bahasa Inggris, hasil angket dan hasil observasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Contextual
Teaching Leirning pada materi personal proncun telah berhasil dan kdteria

keberhasilannya telatr-tbrcapai, yaitu nilai dari 75Yo siswa dapat melampaui kriteria
ketuntasan minimal (KKM), yaitu 65. Hasil dari pre-tes pertama adalah 13 siswa

nilainya dapat melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata
55. Fiasil post-tes kedua adalah 100% siswa nilainya dapat melampaui kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata 87. Hasil angket terakhir adalah
97Yo siswa menjawab bahwa kemampuan mereka dalam menggunakan personal
pronoun meningkat dengan menggunakan metode Contextual Teaching Learning.
Hasii dari observasi mgnggambarkan bahwa siswa lebih aktif dalam proses belajar
mengajar. Berdasarkan hasii tersebut, penulis menyarankan bahwa guru bahasa
Inggris dapat menggunakan metode Contextual Teaching Learning untuk
meningkatkan kemampuan sisr,va dalam belajar materi personal pronoun.

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta
alam, shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya
yang setia hingga hari pembalasan datang.
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di

semua perguruan tinggi -termasuk di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta- adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi.
Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul :
“Minat Mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Kitab
Kuning” (Studi kasus di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta)”.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami dan dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,
pengumpulan bahan-bahan (data), penggunaan alat tulis, maupun pembiayaan
dan lain sebagainya.
Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada
waktunya.
Oleh karena itu, seyogyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesainya skripsi ini terutama
kepada Bapak Dr. H. Abd. Rahman Ghazaly, MA. Selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan nasehat, masukan dan bimbingan yang sangat
baik bagi penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:


i

1. Dosen, pembantu Dekan, dan seluruh Bapak serta Ibu Dosen Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pendidikan dan pengajaran selama masa pendidikan penulis.
2. Ketua dan Sekretaris serta Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Dr. Anshari, LAL, MA. Selaku dosen Pembimbing Akademik.
4. Pimpinan dan Staff perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan study kepustakaan.
5. Ayah dan Bunda tercinta yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan
segala kasih sayang kepada penulis sehingga penulis bisa melanjutkan
study ke perguruan tinggi, semoga Allah membalas kebaikan mu ayah, dan
Allah tempatkan di tempat yang sebaik-baiknya, untuk ibunda tercinta
terima kasih untuk perjuangan mu membimbing ananda sehingga ananda
bisa menyelesaikan study di perguruan tinggi ini. (semoga Allah jualah
yang hanya dapat membalas segala pengorbanan mereka).
6. Adik-adik tercinta: Alpan Muhammad, Wais Al-qurni, Ade Syafaruddin,
dan Atiq Ramdhani terima kasih atas setiap semangat yang kalian beri
untuk kanda.

7. Saudara-saudara yang penulis cintai, Kakenda H.Mursal, Bapak:
Drs.H.Abdussomad, MA beserta istri, Ibu: Dra. Nurshobah Spd.I. beserta
suami. Serta ncang ncing yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
terimakasih atas sokongan dari beliau baik bentuk moril maupun materil
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
8. Tidak lupa pula teruntuk sahabat-sahabat tersayang: Ade Farhatul Ummah,
Oktavia Sari, Wafa Zahruddin, Aan Fadia Annur, Lulu Zuhdiyah,
Indriawati. dan seluruh rekan PAI B angkatan 2007. Terimakasih atas
kebersamaan dan semangat yang kalian beri. Semoga kita semua menjadi
orang sukses baik di dunia maupun di akhirat. Amin….

ii

9. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi ini mempunyai nilai manfaat dalam
memahami dan memasuki dunia pendidikan di masa yang akan datang.
Amin.
Jakarta, 09 November, 2011


Penulis

iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 9
BAB II KAJIANTEORI ........................................................................... 11
A. Minat ............................................................................................... 11
1. Pengertian Minat ........................................................................ 11
2. Peranan Minat dalam Belajar ..................................................... 13
3. Faktor yang Mempengaruhi Minat ............................................. 14

4. Jenis-jenis Minat ......................................................................... 14
5. Dimensi dan Indikator Minat...................................................... 15
B. Kitab Kuning ................................................................................... 17
1. Pengertian Kitab Kuning ............................................................ 17
2. Sejarah Kitab Kuning ................................................................ 19
3. Ciri-ciri Kitab Kuning ............................................................... 22
4. Macam-macam Kitab Kuning .................................................... 25

iv

C. Pembelajaran Kitab Kuning ............................................................ 25
1. Pengertian Pembelajaran ............................................................ 25
2. Metode Mempelajari Kitab Kuning ............................................ 27
3. Tujuan Mempelajari Kitab Kuning............................................. 29
4. Kesulitan Mempelajari Kitab Kuning......................................... 32
5. Manfaat Mempelajari Kitab Kuning........................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 34
A. Tempat dan waktu Penelitian .......................................................... 34
B. Metodologi Penelitian ..................................................................... 34
C. Populasi dan Sample ....................................................................... 35

1. Populasi ..................................................................................... 35
2. Sample ........................................................................................ 35
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 40
A. Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ....................... 40
1. Sejarah Singkat didirikannya Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta .......................... 40
2. Letak Geografis .......................................................................... 42
3. Keadaan Dosen menurut Latar belakang Pendidikan ................. 43
4. Sarana dan Prasarana .................................................................. 44
5. Struktur Organisasi ..................................................................... 46

v

B. Deskripsi Data ................................................................................. 47
C. Analisis dan Interpretasi Data ......................................................... 59
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 61
A. Kesimpulan...................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN.

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengukuran Secara Deskripsi....................................................... 38
Tabel 2 Keadaan Dosen menurut Latar belakang Pendidikan ................. 43
Tabel 3 Sarana dan Prasarana ................................................................... 45
Tabel 4 Mahasiswa Merasa Senang belajar Kitab Kuning ....................... 47
Tabel 5 Mahasiswa Semangat bila Dosen Menyajikan Kitab Kuning...... 48
Tabel 6 Mahasiswa Memahami Materi yang disampaikan oleh Dosen .... 48
Tabel 7 Termotivasi Datang Tepat Waktu pada Kuliah Kitab Kuning ..... 49
Tabel 8 Dosen Menjelaskan, Mahasiswa Mendengarkan dengan Seksama 50
Tabel 9 Mahasiswa Mengerjakan Tugas yang diberikan oleh Dosen ........ 50
Tabel 10 Mahasiswa Nyaman Saat Belajar Kitab Kuning di Pagi Hari .... 51
Tabel 11 Dosen Memberi Materi, Mahasiswa Ngobrol ............................. 52
Tabel 12 Mahasiswa Bertanya kepada Dosen, Jika Pelajaran Kurang
Dipahami .................................................................................... 52
Tabel 13 Mahasiswa Mengulang Materi Kitab Kuning yang disampaikan,
Walaupun Tidak ada Ulangan ................................................... 53
Tabel 14 Mahasiswa Mempunyai Kitab Kuning untuk dipelajari di
Rumah......................................................................................... 54
Tabel 15 Mahasiswa Mengulang Pelajaran di Rumah, Sehari Sebelum
Pelajaran Berlangsung ................................................................ 54
Tabel 16 Mahasiswa Bersungguh-sungguh Belajar Kitab Kuning ............. 55

vii

Tabel 17 Mahasiswa Belajar Kitab Kuning Agar Memberikan Banyak
Manfaat dalam Kehidupan.......................................................... 55
Tabel 18 Belajar Kitab Kuning Menjadi Ciri Sarjana Agama ................. 55
Tabel 19 Dosen Melaksanakan Pembelajaran Menggunakan Metode yang
Tepat ........................................................................................... 56
Tabel

20

Dosen

Memaparkan

Kajian

Kitab

Kuning

dengan

Menyenangkan ........................................................................... 57
Tabel 21 Dosen Kitab Kuning, Menggunakan Buku Sumber yang Sesuai
Tabel 22 Mahasiswa Berperan Aktif dalam Setiap Diskusi yang
ditugaskan oleh Dosen, terkait Pelajaran Kitab Kuning ............. 57
Tabel 23 Kitab Kuning dapat Memberikan Wawasan dan Khazanah
Islam yang Bermanfaat bagi Keilmuan ...................................... 58

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Minat merupakan salah satu faktor psikis yang membantu dan
mendorong individu dalam memberi stimulasi suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Minat timbul
apabila individu tertarik kepada sesuatu yang mereka anggap sesuatu yang
penting bagi dirinya dan dapat memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.
Karena adanya minat tersebut seseorang berusaha belajar sesuai dengan apa
yang ia minati.
Belajar juga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap
manusia, karena jika seseorang tidak belajar, maka ia tidak akan tahu apaapa, hal seperti itu merupakan kebodohan, Islampun menganjurkan kepada
umatnya untuk senantiasa belajar. Hal ini terdapat dalam surah Al-Alaq ayat
1-5:

             

           

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang

1

2

Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.1
Ayat tersebut mengandung makna terutama dalam kata “Iqra”, yaitu
bacalah. Kata ini mengandung perintah yang berarti mewajibkan kepada
umatnya untuk membaca. Kata memebaca ini bisa dikonotasikan sebagai kata
belajar.
Hal in senada dengan pendapat Fadhilah Suralaya yang mengatakan
bahwa: “belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia”. Manusia terlahir sebagai makhluk lemah yang tidak mampu
berbuat

apa-apa.

Akan

tetapi

melalui

proses

belajar

dalam

fase

perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai macam pengetahuan.2
Dengan adanya pengetahuan tersebut, seseorang mampu untuk belajar
pada fase perkembangannya. Pada fase perkembangan ini seseorang mampu
melalui proses belajar kepada jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan
tinggi. Namun tidak semua mahasiswa mampu untuk masuk Ke perguruan
tinggi, khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), karena jurusan
tersebut mempunyai tujuan untuk melahirkan Guru Agama Islam yang
memiliki kewenangan untuk mengajar Pendidikan Islam di SLTA dan SMK.
Mereka juga memiliki kewenangan untuk mengajarkan salah satu dari empat
pelajaran keagamaan di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, yaitu
Tafsir hadits, Fiqih dan Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, dan Sejarah Peradaban
Islam (SPI).3
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu tarbiyah
dan Keguruan di tuntut untuk mampu mempelajari dan memahami isi dari
pelajaran-pelajaran keagamaan itu. Bagi

mahasiswa yang benar-benar di

pondok pesantren sangat mudah untuk mengikuti pelajaran di jurusan
tersebut. Namun sebaliknya bagi mahasiswa lulusan SMA,SMK dan MA
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2005), h. 597.
2
Fadhilah Suralaya, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2005), Cet.1, h 59.
3
Komaruddin Hidayat, Pedoman Akademik 2009-1020 (Jakarta: Pedoman Akademik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2009-2010), h. 69.
1

3

tidak mudah untuk mengikuti mata kuliah di Jurusan Pendidikan Agama
Islam terutama yang berbahasa Arab karena mereka tidak terbiasa
mempelajari pelajaran berbahasa Arab atau tidak pernah belajar kitab kuning.
Di mana kitab kuning ini merupakan salah satu sarana keilmuan untuk
mempelajari Agama Islam.
Di samping itu, lulusan atau alumni Pendidikan Agama Islam harus
mampu menguasai materi-materi pelajaran agama yang akan di ajarkan di
sekolah-sekolah umum untuk menyebarluaskan agama di masyarakat disertai
dengan memiliki banyak keahlian. Salah satu keahlian tersebut menurut
Masdar F Mas’ud adalah mampu berbahasa Arab, minimal mampu membaca
kitab klasik atau kitab kuning. Kemampuan ini diperlukan untuk menggali
sendiri Ilmu Agama Islam yang tersimpan dalam kitab-kitab berbahasa Arab,
atau berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau
yang ditulis dengan format khas pra modern.4
Kajian tentang kitab kuning dengan segala dimensinya bisa dikatakan
sebagai usaha yang cukup menantang dalam memahami tradisi Intelektual
Islam di Indonesia. Tantangan itu, antara lain terletak dalam dua hal:
Pertama, berupa kesungguhan kita untuk memberikan apresiasi akademis
atas karya-karya klasik, terlepas dari nilai keilmiahannya menurut kaca mata
kontemporer, karena betapapun juga kitab-kitab itu merupakan warisan
peradaban dan pemikiran yang sangat berharga. Kedua, merupakan kesejatian
kita dalam memberi makna yang lebih segar dan kontekstual dalam
memahami kitab kuning, yang pada gilirannya akan memberi nuansa historis
dan bobot kualitatif pada pemikiran-pemikiran Islam kontemporer. Dua
tantangan ini mungkin terlalu berat dan berlebihan bila ditanggung secara
sendiri atau individual, tetapi tentu akan lebih ringan bila diemban bersama
oleh kalangan akademis. Agaknya, akan terlalu sia-sia membangun
intelektual Islam Indonesia masa depan dengan begitu saja mengabaikan

Masdar F.Mas’ud, Pandangan Hidup Ulama Indonesia dalam Literatur Kitab Kuning,
(Jakarta: Mizan,1988), h. 1.
4

4

kekayaan warisan intelektual masa lalu yang teramat panjang itu, yakni kitab
kuning.5
Untuk menyeimbangkan informasi dan metodologi dalam pengajaran
kitab kuning, maka pembelajaran ushul fiqih atau mantiq sebagai perangkat
metodologi terpenting, perlu diberikan porsi lebih besar ketimbang sekedar
dibaca atau dihafal. Termasuk, ushul fiqih perlu sekali dipelajari sebagai
sarana pengembangan berfikir rasional.
Upaya selanjutnya yang sangat penting sebagai tindak lanjut
sebelumya , menurut Zainal Arifin Thoha, ialah menanamkan dan
memelihara kesadaran terhadap keluwesan kitab kuning. Upaya tersebut perlu
dilakukan agar kandungan kitab kuning sesuai dengan tuntutan atau semangat
situasi dan kondisi masanya. Kitab Kuning sebetulnya memiliki murunah
(menerima pembaharuan) alias fleksibilitas yang cukup tinggi. Itu terbukti
dari adanya qaul qodim dan qoul Jadid dalam kitab karya Imam Syafi’i ,
misalnya, yang jelas mencerminkan dinamika ilmiah berdasarkan empirisme
rasioanl yang berangkat dari paradigma filsafat. 6
Selanjutnya ia mengatakan, upaya kontekstualisasi kitab kuning mau
tidak mau mesti dijiwai dengan semangat murunah (menerima pembaharuan),
sebagai tanda semangat tersebut mustahil kitab kuning kiranya bisa actual
dan refresentatif dengan perubahan zaman. Karenanya dalam pengajaran
kitab kuning, spirit murunah tadi harus ditekankan sebagai sarana
pembaharuan baik dalam system, metode maupun materi.7
Menurut Azumardi Azra, kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan
berbahasa Arab, Melayu, Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia
dengan menggunakan aksara Arab, yang selain ditulis oleh ulama Timur
Tengah, juga ditulis oleh ulama Indonesia sendiri. Pengertian ini merupakan
perluasan dari terminology kitab kuning yang selama ini, yaitu kitab-kitab

5

Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan wacana Pemberdayaan dan Transformasi
Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) , h. 245.
6
Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana Kiai, (Yogyakarta: KUTUB, 2003), h. 48.
7
Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana Kiai, (Yogyakarta: KUTUB, 2003), h. 49.

5

keagamaan berbahasa Arab, menggunakan kitab kuning relevan dengan
kehidupan sekarang.8
Menurut Ali Yafie, di daerah asalnya, diseputar Timur Tengah, kitab
kuning ini disebut al-kutub al-qadimah, sebagai sandingan dari al-kutub alashriyah, Al-kutub al-qadimah yang beredar di kalangan pesantren di
Indonesia terbatas jenisnya. Yang sangat dikenal ialah kitab-kitab fiqih,
tasawuf, tafsir, hadits, tauhid dan tarikh, yang semuanya termasuk kelompokkelompok syari’ah, yang banyak dikenal ialah kitab-kitab nahwu dan sharaf,
yang mutlak diperlukan sebagai ilmu bantu.9
Al-kutub Al-qadimah, atau yang kemudian disebut kitab kuning ini,
telah membentuk khazanah kepustakaan dunia Islam. Oleh karenanya, kita
bisa

menyaksikan

bagaimana

perpustakaan-perpustakaan

barat

mengumpulkan sejumlah sangat besar kitab kuning ini, mulai dari kitab-kitab
yang sudah tercetak sampai manuskrip-manuskrip yang sudah sangat tua,
yang ada kalanya di dunia Islam sendiri sudah susah untuk mendapatkannya.
Jelas bahwa al-kutub al-qadimah merupakan suatu kekayaan kultural yang
luar biasa, yang diwariskan oleh peradaban besar Islam yang mempunyai arti
penting bagi manusia.10
Di sisi lain kitab kuning di anggap sacral, karena ditulis oleh para
ulama dengan kualifikasi ganda, yakni keilmuan yang tinggi dan hati yang
disinari cahaya Tuhan. Oleh karena itu, kitab kuning dipandang tidak
memiliki cacat serta tertutup dari pemikiran kritis.11 Kitab kuning ditulis oleh
ulama salaf yang di dalamnya membahas tentang ajaran-ajaran Islam, bagi
umat Islam untuk memperdalam kajian Islam, pembahasan yang relevan itu
terdapat pada kitab kuning.
8

http://www.google.co.id/search?q=pengertian%20kitab%20kuning%20menurut%20azu
mardi. Tanggal, 24 April, 2011.
9

Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga
Ukhwah, (Bandung: Mizan 1994), h. 52.
10
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga
Ukhwah, (Bandung: Mizan 1994), h. 53.
11
Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren (Bekasi: Pustaka
Isfahan, 2008), h. 21.

6

Dengan membaca kitab kuning, - kata Abdurrahman Wahid - kita
sebagai umat Islam. dapat memperdalam ilmu keislaman, menjawab
persoalan-persoalan yang ada pada saat ini, memberikan implikasi pada daya
adaptabilitas dan responsibilitas terhadap perkembangan zaman. Kitab
kuning juga merupakan sumber asli dan dapat memberikan banyak
pengetahuan tentang Islam.
Manfaat lain menurutnya dalam membaca kitab kuning adalah untuk
memahami kedua sumber utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi agar tidak
terjerumus dalam kesalahan dan kekeliruan yang dibuatnya sendiri. Sebab,
kandungan kitab kuning merupakan penjelasan yang siap pakai (instan) dan
rumusan ketentuan hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi
yang dipersiapkan oleh para mujtahid di segala bidang dan untuk
memfasilitasi proses pemahaman keagamaan yang mendalam sehingga
mampu merumuskan penjelasan yang segar..12
Dari fakta dan urgensi yang disebutkan di atas inilah, dalam jurusan
Pendidikan Agama Islam belajar membaca kitab kuning menjadi salah satu
mata kuliah yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa. Karena kitab kuning
merupakan ilmu dasar untuk mempelajari pelajaran keagamaan seperti:
Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, Ilmu Kalam, dan lain-lain. Buktinya, untuk
memahami pelajaran keagamaan tersebut mahasiswa Pendidikan Agama
Islam khususnya, dituntut untuk mampu mempelajari dan memahami
pelajaran keagamaan tersebut. Oleh Karena itu, pemahaman kitab kuning
pada dasarnya dapat membantu mahasiswa dalam penguasaan pelajaran
keagamaan tersebut. Beberapa mahasiswa mengakui atau menyadari bahwa
pembelajaran kitab kuning di lingkungan perguruan tinggi itu sangat penting
khususnya untuk mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
Secara pribadi, yang penulis rasakan semasih di bangku sekolah
pembelajaran Kitab Kuning hanya sekedar kebutuhan saja. Tetapi ketika
penulis memasuki perguruan tinggi baru terasa bahwa pembelajaran Kitab
12

236.

Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayat, 1999), h.

7

Kuning merupakan sesuatu hal yang sangat penting yaitu sebagai inti dari
pelajaran keagamaan yang harus dan wajib kita pelajari dan pahami. Oleh
karena itu, pembelajaran Kitab Kuning itu sangat penting di pelajari dan di
pahami oleh mahasiswa UIN umumnya, dan mahasiswa PAI khususnya.
Sebagai salah satu mata kuliah inti yang harus diberikan kepada
mahasiswa di jurusan Pendidikan Agama Islam, mata kuliah pembelajaran
kitab kuning memiliki peranan yang penting dalam memhami khazanah
keilmuan Islam, yang ditulis oleh ulama salaf.
Oleh karena itulah, jurusan Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
menyiapkan kader ulama yang menguasai ilmu-ilmu Agama melalui kitab
kuning, baik yang klasik maupun modern dan Alumni Jurusan Pendidikan
Agama Islam diharapkan mampu mempertahankan ajaran Islam yang benar
dan menangkis segala paham yang menyimpang berlandaskan dalil-dalil AlQur’an dan Hadits dengan metode ilmiah secara kaidah-kaidah yang dapat
dipertanggung jawabkan dunia dan akhirat.
Dari latar belakang masalah itulah, maka penulis tertarik ingin
mengetahui lebih lanjut bagaimana minat mahasiswa PAI terhadap
pembelajaran kitab kuning, dengan judul “MINAT MAHASISWA
JURUSAN

PENDIDIKAN

AGAMA

ISLAM

TERHADAP

PEMBELAJARAN KITAB KUNING”.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan diatas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:


Apakah yang dimaksud dengan kitab kuning?



Apa saja ciri-ciri dan macam-macam kitab kuning itu?



Apa tujuan dari mempelajari kitab kuning?



Apakah mudah mempelajari kitab kuning itu?



Apa saja kendala-kendala dalam mempelajari kitab kuning?



Bagaimana metode yang tepat dalam mempelajari kitab kuning?

8



Mengapa di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
pendidikan Agama Islam diadakan pembelajaran kitab kuning atau
Qiraatul Qutub?



Apa saja usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan
dalam mempelajari kitab kuning?



Apa saja alat atau ilmu yang dapat membantu untuk memudahkan
mempelajari kitab kuning?



Bagaimana minat belajar membaca kitab kuning yang di miliki
oleh mahasiawa Pendidikan Agama Islam?

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Untuk terarahnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka
penulis membatasi
“Minat Mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam
Pembelajaran Kitab Kuning”
2. Perumusan masalah
Bertolak dari pembatasan di atas, maka masalah penelitian dapat di
rumuskan sebagai berikut:
a. Apakah yang di maksud dengan kitab kuning dan bagaimana
metode pembelajaran kitab kuning?
b. Sejauh mana minat mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terhadap pembelajaran
kitab kuning?

9

D.

Tujuan, dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui kitab kuning dan macam-macamnya
b. Untuk mengetahui minat mahasiswa terhadap pembelajaran kitab
kuning
c. Untuk memperoleh salah satu syarat mencapai gelar sarjana
Pendidikan Islam

2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam
menekuni dan mendalami masalah-masalah yang berkaitan dengan
masalah kitab kuning, macam-macam dan pembelajarannya.
b. Untuk memperoleh wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam
merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan penelitian baik
kepustakaan maupun penelitian lapangan.
c. Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

melengkapi

koleksi

perpustakaan, baik perpustakaan utama maupun perpustakaan
fakultas tarbiyah UIN Syari Hidayatullah Jakarta di bidang kitab
kuning, dan cara, beserta pembelajarannya.

3. Sistematika Penulisan
Isi keseluruhan skripsi (hasil penelitian) ini, terdiri dari lima bab dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I

Pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang
masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II

Menjelaskan

kerangka teori

yang berisi tentang minat

pembelajaran kitab kuning, yang mencakup pengertian minat,
peranan minat dalam belajar, faktor yang mempengaruhi minat,

10

jenis-jenis minat, dimensi dan indikator minat. Kitab kuning,
mencakup pengertian kitab kuning, sejarah kitab kuning, ciri jenis
dan

karakter

kitab

kuning,

macam-macam

kitab

kuning.

Pembelajaran kitab kuning meliputi, pengertian pembelajaran,
metode mempelajari kitab kuning, tujuan mempelajari kitab
kuning, kesulitan mempelajari kitab kuning, manfaat mempelajari
kitab kuning.
Bab III Menjelaskan tentang, metodologi penelitian yang berisi tentang,
tempat dan waktu penenlitian, metodologi penelitian, populasi dan
sample, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
Bab IV Hasil penelitian, berisikan tentang gambaran umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam. yang mencakup, sejarah singkat dan
tujuan didirikannya, letak geografis, keadaan dosen menurut latar
belakang pendidikan, sarana dan prasarana, serta struktur
organisasi, deskrifsi data, analisis dan interpretasi data.
Bab V

Penutup. Berisikan kesimpulan dan saran-saran.

BAB

II

KAJIAN TEORI
MINAT PEMBELAJARAN KITAB KUNING

A. Minat
1. Pengertian Minat
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di berbagai lembaga
pendidikan baik umum maupun agama menginginkan kondisi belajar yang
efektif. Oleh karena diperlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam
mencapai hal tersebut.Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar erat kaitannya dengan sifat-sifat itu sendiri, karena setiap siswa
memiliki sikap yang berbeda dalam segala hal yang antara lain adalah
minat.Minat akan timbul apabila siswa merasa tertarik pada sesuatu,
karena sesuatu itu dirasakan sesuai dengan kebutuhannya atau merasa
berarti baginya.
Dengan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka terlebih dahulu
perlu diketahui tentang pengertian minat. Dilihatdari segi bahasa minat
berarti “ kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu kehendak,
keinginan, kesukaran”.1Senada dengan pengertian di atas dalam kamus
bahasa Indonesia terbaru dinyatakan: “minat berarti perhatian, kegemasan

1

Yoserizal.M, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Halim Jaya, 2002), h. 120

11

12

atas suatu hal, berminat menaruh perhatian, mempunyai kegemaran pada
sesuatu.2
Menurut H.M. Alisuf Sabri dalam bukunya psikologi pendidikan
dikatakan bahwa “minat merupakan pola reaksi individu terhadap sesuatu
stimulus atau lingkungan kecendrungan interaksi dengan sesuatu hal,
orang atau benda. Dengan demikian, bisa tiga kemungkinan, yaitu suka,
tidak suka, dan sikap acuh tak acuh.3
William James (1890) melihat bahwa minat siswa merupakan factor
utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif
merupakan factor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar. Mursell dalam bukunya Succesful teaching, memberikan suatu
klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran kepada
siswa.Ia mengemukakan 22 macam minat yang diantaranya ialah: bahwa
anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya
setiap anak berminat terhadap belajar dan guru sendiri hendaknya berusaha
membangkitkan minat anak terhadap belajar.4
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa minat belajar adalah suatu kecendrungan sikap yang baik peserta
didik dalam melakukan aktifitas belajar yang erat kaitannya dengan
perasaan terutama perasaan senang (positif) terhadap mata pelajaran yang
dianggapnya berharga atau sesuai kebutuhan atau memberi kepuasan
kepadanya, baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.Sesuatu itu
dapat berarti aktifitas, orang, maupun pengalaman atau benda yang dapat
dijadikan sebagai stimulus, atau rangsangan yang memerlukan respon
terarah. Apabila sesuatu itu dianggapnya sesuai dengan kebutuhan atau
menyenangkan baginya maka sesuatu itu akan dilaksanakan. Namun
sebaliknya, apabila sesuatu itu tidak sesuai dengan kebutuhan atau
menyenangkan baginya maka sesuatu itu akan ditinggalkannya. Maka itu
2

Alex, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Alfa, 1994), h. 180
M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 83
4
Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Professional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Offset, 2005), Cet. ke-2, h. 27 .
3

13

relative manetap pada diri individu, apabila kebutuhan atau kepuasannya
terpenuhi maka minat terhadap sesuatu itu akan berkurang atau bahkan
hilang. Dan oleh sebab itu, minat dianggap sebagai respon yang sadar.
Selanjutnya menurut Bigot cs. “minat itu sebenarnya, mengandung
unsur-unsur:

kognisi

(mengenal),

emosi

(perasaan),

dan

konasi

(kehendak)”.5Unsur kognisi, berarti minat itu didahului oleh adanya
pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat
tersebut.Unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu
disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang).Sedangkan
unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang
diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu
kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan di sekolah.6Dengan
unsur-unsur yang dikandung oleh minat dapat dianggap sebagai respon
yang sadar, sebab kalau tidak demikian, maka minat tidak akan berarti
apa-apa.
2. Peranan Minat dalam Belajar
Minat merupakan suatu yang relative menetap pada diri seseorang
dan mempunyai peranan besar terhadap keberhasilan belajar kepada setiap
individu siswa di sekolah, sebab dengan minat seseorang akan melakukan
sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak
mungkin melaksanakan sesuatu karena keterlibatan siswa dalam
belajar.Erat kaitannya dengan sifat-sifat murid yang bersifat kognitif
maupun effektif seperti motivasi, rasa percaya diri dan minatnya terhadap
belajar.7
Minat ini sangat berperan dalam menunjang keberhasilan belajar
siswa, diantaranya sebagai berikut:
a.
5

Pendorong untuk berbuat sesuatu

Abdul Rachman Abror, Psikologi pendidikan, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana,1993),
Cet. ke-4, h. 28
6
Syamsul Yusuf, LN dan A.Juntika Nurihsah, Landasan Bimbingan dan Konseling,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006 ), h. 170
7
M. Uzer, Menjadi Guru Frofessional, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001), Cet.
ke-13, h. 27

14

b.

Stimulus atau perangsang

c.

Motivasi dalam menunjang belajar.

3. Faktor yang mempengaruhi Minat
Salah satu factor dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama
minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi
banyak factor yang mempengaruhi munculnya minat.Seperti yang telah
dikatakan oleh Bigot.cs di atas bahwa minat itu sebenarnya mengandung
unsur-unsur:

kognisi

(mengenal),

emosi

(perasaan)

dan

konasi

(kehendak).8Ketiga unsur tersebut merupakan tahapan terjadinya suatu
perbuatan atau tingkah laku.Unsur kognisi berarti minat itu didahului oleh
adanya pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat
tersebut. Berarti minat tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi
didahului dengan mengamati atau mengenal obyek yang dituju, berarti
emosi atau perasaan tertentu (biasanya perasaan senang). Dalam
mempelajari obyek yang dituju, berarti emosi atau perasaan tertentu turut
berperan, sehingga obyek yang sedang diamati tersebut dapat dilakukan
atau tidak.Unsur konasi merupakan lanjutan dari kedua unsur tersebut
yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk
melakukan suatu kegiatan termasuk kegiatan yang diselenggarakan oleh
sekolah.
4. Jenis-jenis Minat
Berdasarkan factor-faktor yang mempengaruhi, minat terbagi
menjadi beberapa jenis yaitu berdasarkan timbulnya minat, berdasarkan
arahnya minat dan berdasarkan orang mendapatkan atau mengungkapkan
minat itu sendiri.
1)

Berdasarkan

timbulnya,

menurut

Witherington

minat

dapat

dibedakan menjadi minat primitif dan kultural. Minat primitif timbul
karena adanya kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh.
Contoh: kebutuhan akan makanan, kebebasan beraktifitas dan seks.
8

Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana, 1993), Cet.
ke-4, h. 112

15

Sedangkan minat kultural yaitu minat yang secara tidak langsung
berhubungan dengan diri kita, contoh: keinginan untuk memiliki
mobil.9
2)

Berdasarkan arahnya, menurut Joner, minat dibedakan menjadi minat
intristik dan ektrinsic.10Instristik langsung berhubungan dengan
aktifitas sendiri, misalnya: seseorang belajar bukan karena ingin
dipuji, sedangkan ektrinsikyaitu minat yang berhubungan dengan
tujuan akhir, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan
minat tersebut hilang. Sebagai contoh: seseorang belajar dengan
tujuan mendapatkan juara kelas, setelah mendapatkannya, maka
minat dan belajarnyapun menjadi turun.

3)

Berdasarkan cara mengungkapkan, menurut Super dan Crites, minat
dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:

exspressed interest, manifesr

interest, tested interest, inventoried interest.11exspressed interest:
minat yang meminta subjek untuk menulis kegiatannya baik yan
disenangi maupun yang tidak. Kemudian dari jawabannya dapat
diketahui

minatnya.manifesr

interest

adalah

minat

dengan

mengamati langsung aktifitas subjek atau dengan hobi. tested interest
adalah minat yang menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif,
dengan nilai-nilai yang tinggi pula terhadap hal tersebut. Adapun
inventoried interest adalah minat dengan menggunakan alat-alat
yang sudah ditransdarisasikan, dan pertanyaannya ditujukan pada
jumlah aktifitas yang disenangi atau tidak disenangi.
5. Dimensi dan Indikator Minat
Minat merupakan suatu sifat yang relative menetap pada diri
seseorang, keinginan atau minat sangat mempengaruhi corak perbuatan
yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu

9

Abdurrahman R. Shaleh dan Muhbib Abdul Wahhab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. ke-1, h. 265
10
Abdurrahman R. Shaleh dan Muhbib Abdul Wahhab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. ke-1, h. 267

16

mengerjakan sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat, tidak mampu
atau tidak ada kehendak untuk mengerjakan suatu pekerjaan maka ia tidak
akan bisa menyelesaikan sesuatu pekerjaan walaupun pekerjaan itu mudah.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, indikator adalah suatu alat
pemantau atau suatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan.12.
kaitannya dengan minat mahasiswa adalah sebagai alat pemantau yang
dapat memberikan petunjuk kualitas minat. Ada beberapa indikator minat
yang dapat dikenal atau dilihat antaranya:
1) Keinginan
Keinginan merupakan indikator yang datang dari dorongan atau nafsu
dirinya,

apabila

yang

dituju

itu

sesuatu

yang

nyata

atau

konkrit.Sehingga dari dorongan tersebut timbul keinginan dan minta
untuk mengerjakan suatu pekerjaan.seorang siswa yang memiliki
keinginan dirinya sendiri.Jadi apabila seorang mahasiswa memiliki
keinginan terhadap pembelajaran kitab kuning.Maka ia akan mengikuti
pembelajaran kitab kuning dan atas keinginannya sendiri.
2) Pengetahuan
Pengetahuan yaitu mengetahui minat atau setidaknya seorang
mahasiswa terhadap pembelajaran kitab kuning dapat dilihat dari
pengetahuan yang dimilikinya, sehingga yang berminat dalam
pembelajaran kitab kuning maka ia akan mempunyai pengetahuan
yang luas tentang kitab kuning dan tentang manfaat mempelajari kitab
kuning.
3) Berani
Adalah tidak tidak takut kepada semua rintangan atau hambatan yang
akan dihadapi, karena sudah memiliki ilmu untuk menyelesaikan
masalah tanpa harus dihindari. Siswa yang berani walaupun ia dikasih
tugas banyak ia tidak merasa takut ataupun menyerah tetapi dia selali
berusaha untuk menyelesaikan masalah itu.
12

Elizabet B.Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, Alih Bahasa oleh: Med.Meitasari
Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga 2006) Cet. ke-6, h. 116

17

4). Yakin atau percaya.
Maksudnya adalah bahwa siswa merasa yakin atau percaya terhadap
sesuatu

dengan

sungguh-sungguh

tanpa

terpengaruh

kepada

interpretasi lain. Siswa yang berminat akan merasa yakin dan percaya
dalam mengerjakan sebuah tugas ataupun dalam menjalankan sesuatu.
5). Perhatian.
Adalah mahasiswa mampu mempunyai perhatian yang lebih untuk
mengikuti pembelajaran kitab kuning, baik secara formal maupun non
formal.

B. Kitab Kuning
Kitab kuning sebagai khazanah keilmuan dan warisan ulama terdahulu,
sangat akrab di lingkungan pesantren.Kitab yang sejatinya hasil karya tulis
para ulama masa lampau itu bukan menjadi icon yang khas-unik bagi
pesantren.Kitab kuning lebih dari sekedar „manuskrip tertulis’, melainkan
jugamata rantai yang menyambungkan tradisi keilmuan Islam masa lampau
dengan masa kini.
1. Pengertian Kitab Kuning
Istilah “kitab kuning” pada mulanya diperlukan oleh kalangan luar
pesantren sekitar dua darsa silam dengan nada merendahkan.Dalam
pandangan mereka, kitab kuning dianggap sebagai kitab yang berkadar
keilmuan rendah, ketinggalan zaman, dan menjadi salah satu penyebab
terjadinya stagnasi befikir ummat. Sebutan ini pada mulanya sangat
menyakitkan memang, tetapi kemudian nama “ kitab kuning” diterima
secara meluas sebagai salah satu istilah teknis dalam studi kepesantrenan.
Di kalangan pesantren sendiri, di samping istilah kitab kuning
beredar juga istilah “kitab klasik” (al-qutub al-qadimah), untuk menyebut
jenis kitab yang sama. Bahkan, karena tidak dilengkapi dengan sandangan
(syakal), kitab kuning juga kerap disebut oleh kalangan pesantern sebagi
“kitab gundul”.Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari

18

kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang mejuluki kitab kuning ini
sebagai “kitab kuno”.
Pengertian yang umum beredar di kalangan pemerhati masalah
pesantern adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagi kitab-kitab
keagamaan berbahasa Arab, atau berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran
ulama-ulama masa lampau (as-salaf) yang ditulis dengan format khas pra
modern, sebelum abad ke-17-an M. dalam rumusan yang lebih rinci,
definisi kitab kuning adalah kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama
“asing”, tetapi secara turun-temurun menjadi refrence yang dipedomani
oleh para ulama Indonesia sebagi karya tulis yang “independen”, dan
ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas kitab
karya ulama “asing”.13
Dibawah ini kita akan melihat definisi Kitab Kuning yang diberikan
oleh beberapa ilmuwan:
 Disebut Kitab Kuning karena ditulis di atas kertas berwarna kuning
yang dibawa dari Timur Tengah pada awal abad kedua puluh. (Martin
Van Bruinnessen).
 Kitab Kuning selalu dipandang sebagai kitab-kitab keagamaan
berbahasa arab, atau berhuruf arab, sebagai produk pemikiran ulamaulama masa lampau (salaf) yang ditulis dengan format pra-modern,
sebelum abad ke-17 an M. (Affandi Mochtar, 1999).
 Kitab Kuning adalah buku tentang ilmu-ilmu keislaman yang dipelajari
di pesantren, ditulis dalam tulisan bahasa Arab dengan sistematika
klasik. (Muntaha Azhari, 1989).
 Kitab Kuning adalah kepustakaan dan pegangan para kiai di pesantren,
bahkan para kiai dan kitab kuning tidak dapat dipisahkan. Kitab Kuning
merupakan kodifikasi nilai-nilai ajaran Islam. Sedangkan Kiai disebut
alim bila ia benar-benar memahami, mengamalkan dan memfatwakan
Kitab Kuning. (A/ Chozin Nasuha, 1989).
13

Abdurrahman Wahid, Pesantern Masa Depan Wacana
Transformasi Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) h. 222

Pemberdayaan

dan

19

 Disebut Kitab Kuning karena pada waktu dulu, ilmu pengetahuan
tentang ajaran Islam ditulis di atas kertas warna kuning yang tidak
dijilid. (H. Mohammad Daud Ali, 1992).
Dari beberapa pendapat tentang Kitab Kuning di atas, penulis anotasi
Kitab Kuning ini mengambil kesimpulan definisi Kitab Kuning sebagai
berikut: “ Kitab-kitab yang mengandung nilai-nilai dan ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan ajaran Islam, ditulis dalam bahasa Arab atau Melayu
yang pada mulanya atau sampai saat ini dipelajari di pesantrenpesantren”.14
Pengertian yang beredar di kalangan pemerhati masalah pesantren
adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagai kitab keagamaan, dan
berbahasa arab atau berhuruf arab sebagai produk pemikiran ulama masa
lampau atau salaf yang ditulis dengan khas pra modern, sebelum abad ke17an M. Dalam definisi yang lebih rinci, kitab kuning adalah kitab-kitab
yang mempunyai kriteria: (a) ditulis oleh ulama-ulama asing, tetap secara
turun temurun menjadi referensi yang dipedomani para ulama di Indonesia
(b) ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya tulis yang indevenden, dan
(c) ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas
kitab karya-karya ulama asing.15
2. Sejarah kitab kuning
Sejauh bukti-bukti historis yang tersedia, sangatlah mungkin untuk
mengatakan bahwa kitab kuning menjadi teks book, reference, dan
kurikulum dalam pendidikan pesantren, seperti yang kita kenal sekarang,
baru dimulai pada abad ke-18M. bahkan, cukup realitas juga
memperkirakan bahwa pengajaran kitab kuning secara missal dan
permanent itu mulai terjadi pada pertengahan abab ke-19 M ketika

14

Anotasi Kitab Kunig, Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia, ( Jakarta:
Darul Ilmi, 2007), Cet. ke-1.h. 7
15
F Mas’udi, Pandangan Ulama Indonesia (UI) dalam Literatur Kitab Kuning, (Jakarta:
LIPI, 1988), h. 1

20

sejumlah ulama Nusantara, khususnya Jawa, kembali pada program
belajarnya di Mekkah.16
Perkiraan di atas, tidak berarti bahwa kitab kuning sebagai produk
intelektual, belum ada masa-masa awal perkembangan keilmuan di
Nusantara. Sejarah mencatat bahwa, sekurang-kurangnya sejak abad ke-16
M. Sejumlah kitab kuning, baik dengan menggunakan bahasa Arab,
bahasa Melayu, maupun bahasa Jawi, sudah beredar dan menjadikan
bahan informasi dan kajian mengenai Islam. Kenyataan ini menunjukan
bahwa karakter dan corak keilmuan yang dicerminkan kitab kuning,
betapapun juga, tidak bisa dilepaskan dari tradisi intelektual Islam
Nusantara yang panjang, kira-kira sejak abad sebelum pembukuan kitab
kuning di pesantren-pesantren.17
Acapkali dipertanyakan mengapa, misalnya, hanya fiqih, ushuluddin,
tasawuf, tafsir, hadits dan bahasa Arab yang menjadi disiplin ilmu
pengetahuan pesantren.Tentu saja, jawaban atas pertanyaan ini hanya bisa
dirumuskan secara memuaskan bila mempertimbangkan perkembangan
intelektual

Islam

Nusantara

sejak

priode

awal

pembentukannya.Bagaimanapun juga, pembukuan kitab kuning di
pesantren sangat berkaitan dengan tradisi intelektual Islam Nusantara
kurun awal.
Asal-usul dan perkembangan tradisi intelektual dan keilmuan Islam
Nusantara sejauh ini telah mengandung perhatian sejumlah sarjana dan
pengamat yang menekuninya.Diantara mereka adalah Taufik Abdullah,
Kuntowijoyo, Martin Van Bruinessen, Abdurrahman Wahid, dan
Azumardi Azra.Dalam berbagai karyanya, masing-masing intelektual itu
memberikan analisis dan penilaian atas masalah ini.
Walaupun berbeda rumusan karena perbedaan pendekatan yang
digunakan, hasil kajian mereka agaknya memperlihatkan kecendrungan
16

Affandi Mochtar, Kitab kuning dan Tradisi Pesantren, (Bekasi: Pustaka Isfahan,2008),

17

Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayat,1999), h.

h. 34
256

21

yang sama dalam mepertimbangkan dua factor penting, yaitu: kontak
ulama Nusantara dengan ulama Timur Tengah sebag