PENGELOLAAN SUMBERDAYA WILAYAH BERKELANJUTAN
875
kearifan seseorang terhadap bencana. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin tinggi rencana aksi dan semakin arif setiap individu akan resiko bencana
maka semakin baik kapasitas seseorang dalam menghadapi resiko bencana. Demikian pula dengan kapasitas lembaga desa, semakin baik nilai
kepemimpinan lembaga, fasilitasi yang diberikan serta infoormasikearifan yang dimiliki oleh lembaga maka semakin baik kapasitas lembaga.
Gambar 4. Konsep Kapasitas Masyarakat Nugraha, dkk., 2001
1. Kapasitas Individu Masyarakat
Kapasitas individu adalah kemampuan atau kesanggupan atau kecakapan seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
Kapasitas individu merupakan faktor penting dalam meningkatkan produktifitas kerja dan sangat berhubungan dengan pengetahuan knowledge dan
keterampilan skill yang dimiliki oleh seseorang Sutermeister 1976 dalam Sagune, J., 2009. Hasil analisa data menunjukkan bahwa kapasitas individu
masyarakat di wilayah penelitian mencapai nilai rata-rata 63 Tabel 2. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan individu dalam menghadapi resiko
bencana tanah longsor masuk dalam kategori baik. Dari tiga aspek yang menentukan nilai kapasitas individu, aspek pengetahuan memiliki nilai baik 64
sampai sangat baik 100, sedangkan aspek kearifan local dan rencana aksi masih perlu mendapatkan perhatian.
Tabel 2. Tingkat Kapasitas kemampuan Individu dalam menghadapi resiko bencana tanah longsor
No Kapasitas
Tahu Ada Tidak Tahu tidak Ada
Responden Skor Nilai Responden Skor Nilai
a. Pengetahuan 1.
Apakah sdr tahu bahwa tempat tinggal sdr rawan
longsor 100
1 100
2. Apakah sdr mengetahui
tanda-tanda akan terjadi tanah longsor
64,3 1
64,3 35,7
PENGELOLAAN SUMBERDAYA WILAYAH BERKELANJUTAN
876
No Kapasitas
Tahu Ada Tidak Tahu tidak Ada
Responden Skor Nilai Responden Skor Nilai
3. Apakah longsor sering
terjadi ketika hujan 100
1 100
b. Kearifan Lokal
4. Apakah sdr melakukan
deteksi dini akan bahaya longsor
42,7 1
42,7 57,2
5. Apakah tersedia lembaga
Tim Tangguh Bencana di masyarakat,
khusus bencana tanah longsor
1 100
c. Rencana Aksi
6. Apakah sdr tahu apa yang
akan dilakukan ketika terjadi bencana
90 1
90 10
10
7. Apakah sdr tahu dan
tersedia jalur evakuasi apabila terjadi bencana
43,9 1
43,9 57,1
Rata-rata Nilai 63,0
Sumber: Analisis Data Primer. Keterangan: nilai 20 = sangat buruk; nilai 20-39 = buruk; nilai 40-59 = cukup;
nilai 60-80= baik; nilai 80 = sangat baik Dari Tabel 2 terlihat bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman individu
terhadap tempat tinggal dan tanda-tanda akan terjadi tanah longsor maupun terhadap kejadian hujan sangat baik. Lebih dari 80 responden sangat
mengetahui bahwa mereka tinggal di areal yang rawan longsor dan 63 sangat paham akan tanda-tanda terjadinya tanah longsor, termasuk pengetahuan
terhadap curah hujan yang berpotensi menimbulkan tanah longsor. Hal ini dimungkinkan karena semua responden sudah tinggal di lokasi penelitian sejak
lahir dan sebagian besar sudah pernah mengalami kejadian tanah longsor. Selain itu juga adanya pengaruh atau dampak dari sosialisasi yang dilakukan oleh
pemerintah, baik melalui penyuluhan maupun melalui media-media yang lainnya. Hal ini juga dialami oleh wilayah-wilayah lain yang berpotensi terjadi
tanah longsor, seperti Kulonprogo Donie, 2014; Purworejo Sartohadi, 2008; Tawangmangu Setiawan, 2014.
Sagune 2009 dalam penelitiannya di Sangihe menemukan bahwa factor pengetahuan memiliki pengaruh yang tinggi terhadap pembentukan kapsiatas
indivu seseorang. Hal ini juga dijumpai dalam penelitian bahwa 90 responden tahu apa yang akan dilakukan apabila terjadi bencana Tabel 2. Apabila terjadi
bencana tanah longsor hampir setiap responden menjawab mereka akan
PENGELOLAAN SUMBERDAYA WILAYAH BERKELANJUTAN
877
menyelamatkan diri ke tempat-tempat yang lebih aman, seperti mesjid, lapangan terbuka, atau ke tempat lainnya yang mereka anggap aman.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa aspek kearifan local, khususnya ketersediaan lembaga local dan kemampuan deteksi dini, serta aspek rencana aksi, khususnya
jalur evakuasi masih perlu ditingkatkan. Walaupun masyarakat di lokasi pengamatan sangat tahu akan tanda-tanda tanah akan longsor akan tetapi
mereka tidak atau kurang tanggap melakukan deteksi dini. Demikian pula di wilayah penelitian belum terbetuk lembaga khusus untuk melakukan deteksi dini
dan memberitahukannya ke masyarakat. Walaupun menurut informasi BPBD Tasikmalaya sudah dibentuk Tim Tangguh Bencana akan tetapi masyarakat
belum tahu. Oleh karena itu untuk meningkatkan kapasitas individu maka beberapa aspek yang kurang perlu untuk ditingkatkan agar resiko bencana tanah
longsor dapat dikurangi, sebagaimana yang terjadi di Desa Kalitelaga, Kabupaten Banjarnegara Haryadi, dkk., 2016.
2. Kapasitas Lembaga Desa