4 j ut a Ha, seluas 106 ribu Ha at au 3 merupakan Tanaman Tidak Menghasilkan

Tanaman karet merupakan t anaman t ahunan yang mampu memberikan manf aat dalam pelest arian lingkungan, t erut ama dalam hal penyerapan CO2 dan penghasil O2. Bahkan ke depan, t anaman karet merupakan sumber kayu yang pot ensial yang dapat mensubt it usi kebut uhan kayu hut an alam yang dari t ahun ke t ahun ket ersediaannya semakin menurun. Di masa depan, permint aan akan karet alam dan karet sint et ik masih cukup signif ikan, karena didorong oleh pert umbuhan indust ri ot omot if yang t ent unya memerlukan ban yang berbahan baku karet sint et ik dan karet alam. Dibalik peran st rat egis dimaksud, perkebunan karet Indonesia masih mengalami berbagai t ant angan, ant ara lain: dari t ot al perkebunan karet Indonesia seluas

3, 4 j ut a Ha, seluas 106 ribu Ha at au 3 merupakan Tanaman Tidak Menghasilkan

Tanaman Rusak TTM TR, yang perlu diremaj akan. Disamping it u, sebagian Perkebunan rakyat menggunakan benih asalan, yang j uga perlu diremaj akan. Rat a-rat a produkt ivit as, khususnya perkebunan rakyat sebesar 0, 98 t on ha t ahun at au 40 dari pot ensi produksi karet sebesar 2, 5 t on Ha t ahun. Produkt ivit as Perkebunan Rakyat di bawah 2 pot ensinya, karena penerapan paket t eknologi baku t idak t erj angkau oleh pet ani. Disamping it u, perkebunan rakyat karet j uga mengalami t ant angan sepert i luas lahan pet ani t erbat as, t unt ut an kebut uhan t erus meningkat , penyadapan t idak sesuai baku t eknis, merupakan usaha monokult ur yang rawan t erhadap penurunan harga, kebut uhan pangan di wilayah perkebunan karet didat angkan dari luar wilayah, t eknologi konvensional penggunaan pupuk anorganik pest isida t idak ramah lingkungan, inf rast rukt ur belum memadai j alan, pelabuhan. Berkenaan hal t ersebut , dalam rangka meningkat kan produkt ivit as perkebunan rakyat dan sekaligus meningkat kan pendapat an pet ani, set iap t ahun dilakukan kegiat an peremaj aan perkebunan rakyat melalui dana APBN, yang sif at nya menj adi percont ohan dan st imulan, dengan harapan t imbul gerakan secara swadaya. Dalam rangka memberdayakan dan meningkat kan pendapat an pet ani di wilayah khusus, j uga dilakukan kegiat an perluasan perkebunan rakyat karet di wilayah perbat asan, pasca konf lik, pasca bencana, daerah miskin dan t ert inggal. Sebagai kelanj ut an dan peningkat an t ahun- t ahun sebelumnya, pada t ahun 2014 melalui dana APBN akan dilsanakan kegiat an 3 peremaj aan dan perluasan karet . Unt uk acuan semua pemangku kepent ingan, khususnya pet ugas, maka dipandang perlu disusun Pedoman Teknis Pengembangan Karet .

B. Sasaran Nasional

Pengembangan perkebunan karet , sej at inya adalah pengembangan perkebunan rakyat , yang luasnya sekit ar 85 t ot al luas areal perkebunan karet di Indonesia. Usahanya umumnya monokult ur, sehingga rawan t erhadap penurunan harga. Sehubungan dengan hal t ersebut , dalam rangka meningkat kan kesej aht eraan pet ani perlu dilakukan usaha diversif ikasi int egrat if berbasis karet . Unt uk kegiat an peremaj aan dan perluasan, pada wakt u Tanaman Belum Menghasilkan TBM dapat dilakukan pengembangan t anaman t umpangsari pangan dan pada wakt u Tanaman Menghasilkan TM, perlu dicari t anaman-t anaman yang t ahan naungan. Dalam rangka memberikan ruang yang cukup unt uk pengembangan t umpangsari pangan hort ikult ura t anaman perkebunan lainnya, baik pada wakt u TBM maupun TM, dipandang st rat egis unt uk dilakukan perubahan j arak t anam. 4

C. Tuj uan

Tuj uan kegiat an pengembangan karet t ahun 2014 yait u: a. Percepat an peremaj aan karet rakyat didaerah sent ra-sent ra produksi dan pelaksanaan perluasan karet rakyat di wilayah perbat asan, pasca konf lik, pasca bencana, daerah miskin t ert inggal. b. Penggunaan klon unggul unt uk peningkat an produksi dan produkt ivit as karet rakyat . c. Peningkat an pendapat an masyarakat melalui pengembangan karet rakyat rakyat , memperluas kesempat an dan peluang kerj a. d. Pengat uran j arak t anam dan pemanf aat an lahan diant ara karet dengan t anaman sela e. Menj aga kelest arian lingkungan dan sumberdaya alam.

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN