PEMBELAJARAN RAGAM GERAK TARI SIGEH PENGUNTEN MENGGUNAKAN MODEL BERMAIN PERAN DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 GEDUNG MENENG TULANG BAWANG

(1)

PEMBELAJARAN RAGAM GERAK TARI SIGEH PENGUNTEN MENGGUNAKAN MODEL BERMAIN PERAN DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 GEDUNG MENENG TULANG

BAWANG

Oleh Wayan Dewi Kamala Sari

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memegang peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia (Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003).

Untuk mencapai pendidikan yang lebih baik tentu adanya usaha yang dilakukan yaitu diantaranya dengan belajar. Belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Rusman, 2013: 1). Belajar di maksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku dengan tujuan pembelajaran. Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan kemampuan dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Kemampuan


(3)

dibidang keterampilan bisa disalurkan dalam kegiatan ekstrakurikuler disekolah. Kegiatan ekstrakurikuler di maksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olah raga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah diluar jam pelajaran biasa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dengan sekolah yang lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah (Suryosubroto, 2009:286).

SMP Negeri 1 Gedung Meneng merupakan satu-satunya sekolah Negeri yang ada di Gedung Bandar Rahayu Kecamatan Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang, yang menerapkan pembelajaran tari sebagai pembelajaran ekstrakurikuler. SMP Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang selain ekstrakurikuler tari ada juga sejumlah kegiatan ekstrakurikuler diantaranya, olah raga, kepramukaan dan english club. Dari hasil wawancara pada saat pra observasi dengan ibu Sayu selaku pembina ekstrakurikuler tari di SMP Negeri 1 Gedung Meneng pada tanggal 10 Oktober 2014. Ekstrakurikuler tari memang sudah lama diajarkan disekolah tersebut sebelum beliau mengajar disana, namun sangat disayangkan keterbatasan dan kemampuan tentang tari yang dimiliki guru, karena guru pembina tari bukan dari jurusan seni tari sehingga tarian yang diajarkan dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut hanya tarian yang diketahui oleh guru, keterbatasan pengajarlah yang menjadi faktor utama. Namun semangat dan kemauan yang dimiliki siswa terbentuklah kegiatan ekstrakurikuler ini karena tanpa kita sadari bahwa siswa memiliki kemampuan yang lebih dalam menari kemampuan inilah yang dapat disalurkan dalam kegiatan ekstrakurikuler tari,


(4)

diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan bakat dan kreatifitasnya dalam bidang seni tari khususnya.

Pembelajaran ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng, peserta ekstrakurikulernya dibagi sesuai dengan tingkatan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler tujuannya agar pembelajaran tari berlangsung secara efektif, serta tarian yang dimiliki tidak terbatas namun dapat berkembang dengan menerima tarian dari teman yang memiliki tarian baik diperoleh dari masyarakat, sekolah, maupun belajar dari video bersama-sama tanpa mengandalkan hanya dari guru. Siswa yang sudah lama mengikuti ekstrakurikuler dapat berkembang dan tidak bosan dengan kegiatan yang monoton. Bagi peserta pemula lebih diperkenalkan tari dengan gerakan yang lebih mudah seperti tari padang serta tari khas daerah Lampung seperti tari sigeh pengunten karena mereka tinggal di daerah Lampung baik juga untuk pengenalan tari tradisional Lampung untuk siswa pemula belajar tari. Tari sigeh pengunten adalah tari Tradisional dan fungsinya sebagai tari penyambutan tamu. Bentuk tarian ini adalah kelompok dengan jumlah penari ganjil dan penari paling depan membawa properti yang disebut tepak berisikan sirih (Mustika, 2013:39).

Peran pelatih atau guru dalam kegiatan ekstrakurikuler dalam proses pencapaian tujuan belajar memiliki andil yang besar. proses pembelajaran tidak akan kondusip tanpa adanya pengawasan dari guru. Pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi, dominasi guru masih sangat besar membuat siswa kurang mandiri sehingga mempengaruhi prestasi belajar. Guru dalam kegiatan


(5)

ekstrakurikuler harus mampu memotifasi peserta didik agar memiliki sikap aktif karena terkadang siswa sering kali merasa bosan dengan kegiatan yang monoton dalam berlatih, maka guru harus memiliki model atau metode yang tepat pada kegiatan ekstrakurikuler. Sesuai dengan pernyataan yang saya peroleh dalam pra observasi pada tanggal 10 oktober 2014, wawancara dengan ibu sayu selaku pembina tari di SMP Negeri 1 Gdung Meneng. Sebelumnya menggunakan metode demonstrasi guru yang lebih aktif dalam mengajarkan ragam gerak tari. Padahal metode ini masih banyak kekurangan misalnya, selama proses pembelajaran siswa kurang memperhatikan penugasan materi yang diberikan kepada siswa. Namun dijelaskan ketika proses pembelajaran berlangsung terkadang siswa hanya menerima materi yang belum dipahami tanpa menanyakan kembali kepada guru sehingga semakin ketinggalan dengan pertemuan selanjutnya ada pun sudah menghafal beberapa ragam gerak namun ketepatan gerak yang diperagakan masih banyak kesalahan. Karena pelatih hanya fokus mendemonstrasikan gerak didepan sehingga tidak ada yang mengamati dengan banyaknya siswa.

Diakhir pembelajaran guru sering memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pelajaran yang telah diberikan apakah ada kesulitan yang dialami namun tidak ada tanggapan. Dikarenakan malu bertanya kepada guru sehingga guru merasa pelajaran bisa dilanjutkan untuk pertemuan selanjutnya, ketika pertemuan selanjutnya diminta untuk memperagakan hasilnya kurang maksimal. Kurangnya rasa percaya diri siswa juga sangat mempengaruhi proses belajar siswa.


(6)

Akar permasalahan yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi pada intinya adalah penggunaan metode atau model pembelajaran yang dalam hal ini guru lebih aktif dibandingkan siswanya, dengan banyak menggunakan metode ceramah dan demonstrasi sehingga kurang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Terbukti jika proses belajar berlangsung sering siswa yang tidak memperhatikan guru ketinggalan untuk pembelajaran gerak selanjutnya, kemudian bertanya dengan teman disampingnya pada saat berlangsungnya pembelajaran tari sehingga merusak konsentrasi siswa yang lainnya. Serta siswa yang sudah mahir merasa jenuh dan bosan ketika gerak harus diulangi dikarenakan siswa yang belum paham mengharuskan guru harus mengulang hingga beberapa kali oleh karena itu, perlu ada usaha lain yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran berlangsung baik dan menyenangkan.

Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui penerapan model bermain peran, model bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran – peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain (Uno, 2012:32). Siswa yang sudah mahir dalam menari bisa dijadikan sebagai pelatih bermain peran menggantikan peran guru sehingga ia merasa tidak bosan melainkan dapat melatih mentalnya didepan umum selain itu, dengan teman sendiri yang melatih siswa lebih berani untuk mengutarakan kemampuannya


(7)

dalam menari. seorang pelatih harus mempunyai rasa tanggung jawab sehingga diharapkan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar seni tari sigeh pengunten.

Dari permasalahan diatas maka dipilihnya judul pembelajaran ragam gerak tari

sigeh pengunten menggunakan model bermain peran dalam kegiatan

ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng. Setelah dilakukan pra observasi dilihat permasalahan yang terjadi pada pembelajaran tari dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng serta model pembelajaran bermain peran diterapkan oleh guru dalam mengajarkan tari dimulai per ragam gerak. Sehingga tertarik untuk meneliti bagaimana proses dan hasil model bermain peran dalam pembelajaran khususnya pembelajaran seni tari, dengan guru yang bukan pada bidangnya. Selain itu, penelitian ini belum ada peneliti yang meneliti pembelajaran ragam gerak tari sigeh pengunten menggunakan model bermain peran dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam latar belakang yang dijelaskan sebelumnya maka dengan ini dapat dirumuskan masalah yaitu.

2.1.1 Bagaimanakah proses pembelajaran ragam gerak tari sigeh pengunten

menggunakan model bermain peran dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang?


(8)

2.1.2 Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran ragam gerak tari

segeh pengunten menggunakan model pembelajaran bermain peran dalam

kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan pada penelitian ini yaitu. 1.3.1 Mendeskripsikan proses pembelajaran ragam gerak tari sigeh pengunten

menggunakan model bermain peran dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang.

1.3.2 Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari sigeh pengunten menggunakan model bermain peran dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi siswa dengan proses pembelajaran yang menggunakan bermain peran teman sendiri atau sebagai tutor akan memberikan kesempatan yang leluasa pada siswa untuk bertanya, mengajarkan dan menyerap materi pelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk menguasai tari sigeh


(9)

1.4.2 Bagi guru hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam mencari model pembelajaran untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif dan efektif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam bidang seni tari Lampung khususnya tari sigeh pengunten dengan menerapkan model pembelajaran bermain peran.

1.4.3 Bagi peneliti, melalui penelitian ini dapat memperoleh wawasan dan pengalaman dalam merancang serta menerapkan pembelajaran dengan memanfaatkan model bermain peran.

1.4.4 Bagi sekolah, tidak ada halangan dalam membuka ekstrakurikuler tari di sekolah tanpa adanya guru seni tari. Bila dalam Penelitian ini ada pengaruh yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam bidang pelajaran seni tari, maka diharapkan agar guru-guru yang lain termotivasi untuk menggunakan model bermain peran dalam pembelajaran.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.5.1 Objek dalam penelitian ini adalah penggunaan model bermain peran dalam kegiatan ekstrakulikuler pada pembelajaran tari sigeh pengunten di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang.


(10)

1.5.2 Subjek penelitian ini dilakukan pada siswa dan guru ekstrakulikuler seni tari di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang Tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 15 siswa.

1.5.3 Tempat penelitian adalah SMP Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Rusman, 2013:1).

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (Rusman, 2013:3). Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peseta belajar dengan pengajar/instruktur dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu (Uno,2012:54). Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetik”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes.


(12)

2.2Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (Rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2013:144). Model pembelajaran adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Dalam sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang relatif tetap dan pasti untuk menyajikan materi pelajaran secara berurutan (Muhibbin, 1996:190).

2.3 Model Bermain Peran

Bermain peran pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik kedalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan perasaanya dan bahkan melepaskan. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis (George dalam Uno, 2012:25). Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran – peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain (Uno, 2012:32).


(13)

Model bermain peran merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok didalam kelompok tentu adanya peran pelatih yang menggantikan guru, pelatih disini yaitu siswa bermain peran sebagai pelatih menggantikan guru. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan model bermain peran adalah kelompok dibentuk oleh siswa sendiri dengan beranggotakan 5-6 orang, setiap kelompok bebas menentukan siapa yang akan memainkan peran terlebih dahulu serta siapa yang menjadi pengamat. Untuk melihat temanya memperagakan gerak bagian mana yang belum tepat agar segera dibenahi sehingga gerakan menjadi lebih sempurna. Kemudian setiap kelompok mempersentasikan atau memamerkan hasil kelompoknya untuk saling berbagi dan bertukar informasi temuan mereka.

Model pembelajaran bermain peran dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas dan rasa percaya diri siswa baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran bermain perandirancang untuk membantu siswa menemukan jati diri didalam lingkungan sosial dan memecahkan masalah dengan bantuan kelompok (Uno, 2012:32).

2.4Prosedur Pembelajaran Bermain Peran

Prosedur bermain peran ada sembilan langkah : (1) pemanasan (warming Up), (2)memilih partisipan , (3) menyiapkan pengamat (observer), (4) menata panggung, (5) memainkan peran (manggung), (6) diskusi dan evaluasi, (7)


(14)

memainkan peran ulang (manggung ulang ), (8) diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagi pengalaman dan kesimpulan.

Langkah pertama, pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai contoh. Hal ini bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh guru/pelatih memperagakan beberapa ragam gerak kemudian dilakukan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berfikir tentang hal tersebut dan memprediksi dari akhir gerak.

Langkah kedua, memilih pemain (partisipan). Siswa dan guru mebahas peran dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan pemain ini, guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan atau mendeskripsikan peran-perannya. Langkah kedua ini lebih baik. Langkah pertama dilakukan jika siswa pasif dan enggan untuk beperan apa pun. Sebagai contoh, seorang anak diminta untuk memperhatikan pelatih dalam mengajarkan ragam gerak kemudian memilih 1 ragam gerak dipraktikan terhadap teman-temannya. Namun dia tidak ingin memerankan 1 ragam gerak pun karena dia merasa malu kurang rasa percaya diri. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk membantunya dalam meragakan bersamanya. Langkah ketiga, menata panggung. Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa di mana dan bagai mana peran itu akan dimainkan.


(15)

Apa saja kebutuhan yang diperlukan. Penataan panggung ini dapat sederhana atau kopleks. yang mengambarkan urutan permainan peran.

Langkah keempat, guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pengamat juga harus terlibat aktif dalam permainan peran. Untuk itu, walaupun mereka ditugaskan sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka agar dapat terlibat aktif dalam permainan peran tersebut. Dengan di tunjuknya salah satu teman mereka maka akan ada yang mengamati temannya bagian gerak mana yang salah dilakukan tidak sesuai dengan apa yang diperagakan oleh pelatihnya. Setelah itu bisa disampaikan pada saat evaluasi. Setelah diakhir maka guru lah yang menjadi pengamat, seluruh siswa mempraktikkan dari awal hingga akhir secara berkelompok.

Langkah kelima, permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan banyak siswa yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan, mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya, jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segera masuk ke langkah berikutnya. Langkah keenam, Guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa yang meminta untuk berganti peran. Apa pun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah. Setelah diskusi dan evaluasi selesai, dilanjutkan ke langkah tujuh, yaitu permainan peran ulang. Seharusnya, pada permainan peran kedua ini akan


(16)

berjalan lebih baik. Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan ragam gerak yang diberikan.

Dalam diskusi dan evaluasi pada langkah kedelapan, pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas. Karena pada saat permainan peran dilakukan, banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misalnya seorang siswa memainkan peran sebagai pelatih. Maka ia harus berlaku sebagai seorang pelatih yang mengajarkan teman-temannya yang berperan sebagai siswa. Hal ini menjadi bahan diskusi.

Langkah kesembilan, siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan kemudian dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia ketika menjadi seorang pelatih yang berada didepan kelas dan mengajarkan kepada teman-temannya. Kemudian guru membahas tentang situasi tersebut. Ketika ia menyampaikan materi yang akan diberikan kemudian salah satu di antaranya tidak memperhatikan, membuat keributan, mengganggu temannya dalam situasi ini apa yang harus dilakukan. Dengan cara ini siswa akan lebih menghargai guru/pelatihnya.

2.5Program Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di maksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang di minati oleh sekelompok siswa, misalnya olah raga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan di selenggarakan disekolah


(17)

diluar jam pelajaran biasa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler antara satu sekolah dan sekolah yang lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah (Suryosubroto, 2009:286).

Yang dimaksud dengan kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan (Suharsimi dalam Suryosubroto, 2009:286). Menurut kementerian pendidikan dan kebudayaan tahun 2014 pembelajaran ekstrakulikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan diluar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstrakulikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan diluar struktur program dilaksanakan diluar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.

2.5.1 Tujuan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakulikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler disekolah menurut direktorat pendidikan menengah kejuruan Kegiatan ekstrakulikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju manusia seutuhnya yang positif, dan dapat mengetahui, mengenal serta


(18)

membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lain (Suryosubroto, 2009:287).

2.5.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler adalah berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program intrakurikuler yaitu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap yang ada pada program intrakurikuler (Suryosubroto, 2009:288).

2.6 Tari

Tari merupakan ungkapan ekspresi jiwa yang berbentuk gerakan tubuh. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Hawkins dalam Mustika, 2012:21).

Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Seni tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi. Dalam tari juga dikenal dengan wiraga (Tubuh), wirama (irama), wirasa (penghayatan), wirupa (wujud). Keempat unsur tersebut merupakan satu ikatan yang membentuk harmoni.(Mustika, 2012:22). Wiraga: raga atau tubuh, yaitu gerak kaki sampai kepala, merupakan media pokok gerak tari. Gerak tari


(19)

dirangkai sesuai dengan bentuk yang tepat misalnya seberapa jauh badan merendah, tangan merentang, kaki diangkat atau ditekuk, dan seterusnya.

Wirama: ritme (tempo) atau suatu pola untuk mencapai gerakan yang harmonis. Seberapa lamanya rangkaian gerak ditarikan serta ketepatan perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya irama. Irama ini biasanya dari alat musik yang mengiringi. Wirasa: tingkatan penghayatan dan penjiwaan dalam tarian, perasaan yang diekspresikan lewat raut wajah dan gerak. Keseluruhan gerak tersebut menjelaskan jiwa dan emosi tarian. Seperti sedih, gembira, tegas, marah. Wirupa: rupa atau wujud, memberi kejelasan gerak tari yang diperagakan melalui warna, busana, dan rias yang disesuaikan dengan peranannya.

2.6 Tari Sigeh Pengunten

Tari sigeh pengunten adalah tarian untuk menyambut dan memberi penghormatan

kepada para tamu atau undangan yang datang. Dapat dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Tari sigeh pengunten merupakan tari selamat datang atau sekapur sirih yang menggambarkan rasa kegembiraan. Tari ini biasanya digelar pada saat menyambut tamu atau juga pada saat resepsi dan upacara selamatan, yang diiringi dengan musik yang mengekspresikan kehangatan dan kegembiraan dalam penyambutan (Mustika, 2013:38).

Tari sigeh pengunten adalah tari persembahan yang ditarikan oleh penari putri

berkelompok yang jumlahnya ganjil. Meskipun tarian ini mempunyai ketentuan harus berjumlah ganjil, tidak ada makna khusus dari jumlah penari tersebut.


(20)

Jumlah ganjil pada tari ini hanya untuk kebutuhan komposisi saja. Bisa dikatakan seluruh penari menyatu secara harmonis sampai seluruh tarian berakhir (Mustika, 2013:39).

2.8Ragam Gerak Dasar Tari Sigeh Pengunten

1. Lapah tebeng

2. Seluang mudik

3. Sembah

4. Kilat mundur

5. Ngerujung

6. Samber melayang

7. Gubuh gakhang

8. makuraccang

9. Nginyau Bias

10.Knui melayang

11.Tolak tebing

12.Sabung melayang

13.Belah hui

14.Mepan Biyas

15.Lipeto

1. Lapah tebeng

Lapah tebeng merupakan gerak jalan kedepan dengan kaki kanan lebih dulu


(21)

lapah tebeng diiringi dengan bentuk iringan gupek, iringan dengan tempo cepat. Gerakan lapah tebeng juga dipakai untuk mengatur posisi penari agar pola lantai berbentuk “V” dapat terlihat.

1 2 3 4

Gambar.1. sikap awal

lapah tebeng

tampak dari depan (Foto : Made sudarme, 2014 )

Gambar.2. sikap awal lapah

tebeng tampak

samping (Foto Made Sudarme, 2014 )

Gambar.3. kaki kanan melangkah terlebih dahulu pada hitungan pertama(Foto : Made Sudarme, 2014) Gambar.4. kaki kiri melangkah terlebih dahulu pada hitungan

selanjutnya (Foto : Made Sudarme, 2014)

2. Seluang mudik

Seluang mudik merupakan motif gerak yang dipakai pada pergantian posisi gerak

dari berdiri menuju posisi duduk jong simpuh. bentuk gerak ini digunakan oleh penari yang membawa tepak untuk meletakkan tepaknya. Dimulai dengan hitungan 1 sampai 4 tangan diukel kearah kanan posisi badan mendak, hitungan 5 sampai 8 tangan diukel kearah kiri posisi badan mendak dan transisi untuk turun, hitungan 1 sampai 4 tangan tangan diukel kearah kanan lutut menempel dilantai dengan level sedang, hitungan 5 sampai 8 tangan diukel hadap depan badan posisi duduk simpuh satu ragam gerak sebanyak 2x8 hitungan.


(22)

5 6 7

Gambar.5.

Gerak seluang mudik

bentuk kanan

(Foto : Made Sudarme, 2014)

Gambar.6.

Gerak seluang mudik

bentuk kiri

(Foto : Made Sudarme, 2014 )

Gambar.7.

Gerak seluang mudik

bentuk kanan level sedang

(Foto : Made Sudarme, 2014 )

8 9

Gambar.8.

Gerak seluang mudik

hadap depan (Foto : Made Sudarme, 2014)

Gambar.9.

Gerak seluang mudik

hadap samping (Foto : Made Sudarme, 2014)

3. Sembah

Sembah merupakan gerak menyatukan kedua telapak tangan dengan posisi

didepan dada, seperti hendak bersalaman. motif gerak ini disertai dengan motif gerak lain yaitu jong simpuh, jong ippek yang merupakan transisi dari posisi jong


(23)

simpuh menuju jong silo ratu. Hitungan 1 sampai 4 sembah hadap depan, 5 sampai 8 sembah serong kanan, hitungan 1 sampai 4 sembah serong kiri, dan hitungan 6 sampai 8 ukel hadap depan ragam gerak sembah mempunyai hitungan 2x8.

10 11 12

Gambar.10.

Gerak sembah hadap depan (Foto : Made Sudarme, 2014 )

Gambar.11.

Gerak sembah serong kanan (Foto : Made Sudarme, 2014 )

Gambar.12.

Gerak sembah serong kiri (Foto : Made Sudarme, 2014 )

4. Kilat mundur

Kilat mundur merupakan gerakan pergelangan tangan diikuti dengan jari-jari yang


(24)

13 14 15

Gambar.13. Sikap kilat mundur

dengan posisi awal bentuk gerak (Foto : Made

Sudarme, 2014)

Gambar.14.

Bentuk kedua putaran (Foto : Made Sudarme, 2014 )

Gambar.15.

Bentuk ketiga putaran (Foto : Made Sudarme, 2014 )

16 17

Gambar.16.

Bentuk keempat putaran tangan (Foto : Made Sudarme, 2014)

Gambar.17.

sikap akhir bentuk ragam gerak kilat mundur . (Foto : Made Sudarme, 2014)

5. Ngerujung

Ngerujung merupakan gerakan tangan ukel arah diagonal depan kanan dan

diagonal depan kiri sebanyak 4 kali dengan hitungan 1x8, kemudian diikuti dengan gerakan yang disertai tolehan dengan posisi tangan setinggi kepala, ragam


(25)

gerak ini dilakukan dalam tiga level, level rendah, sedang, dan tinggi. Sebanyak 4 kali dengan hitungan 2x8.

18 19 20 21

Gambar.18. Proses 1

ngerujung kanan

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.19. Proses 2

ngerujung kanan

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.20. Proses 3

ngerujung kanan

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.21. Proses 4

ngerujung kanan

(Foto : Made Sudarme, 2014

22 23 24 25

Gambar.22. Proses 1

ngerujung kiri

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.23. Proses 2

ngerujung kiri

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.24. Proses 3

ngerujung kiri

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.25. Proses 4

ngerujung kiri

(Foto : Made Sudarme, 2014


(26)

6. Samber melayang

Samber melayang merupakan ragam gerak dengan kedua tangan digerakan

kedepan dengan posisi ditekuk, lalu diayun diangkat setinggi bahu layaknya kupu-kupu kemudian diluruskan kesamping kanan dan kiri. Dengan hitungan 1x8 terdapat dua bentuk samber melayang yaitu level rendah dan level tinggi.

26 27 28

Gambar.26.

Proses 1 gerak samber

melayang(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.27.

Proses 2 gerak samber

melayang(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.28.

Proses 3 gerak samber

melayang(Foto : Made Sudarme, 2014

7.Gubuh gakhang

Gubuh gakhang merupakan motif gerak dengan kedua tangan diayunkan kedepan

dan kebelakang, diikuti gerakan kaki yang melangkah kedepan dengan sikap


(27)

29 30 31

Gambar.29.

Proses 1 gubuh gakhang

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.30.

Proses 2 gubuh gakhang

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.31.

Proses 3 gubuh gakhang

(Foto : Made Sudarme, 2014

32 33 34

Gambar.32.

Proses 4 gubuh gakhang

hitungan 1 (Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.33.

Proses 5 gubuh gakhang

hitungan 1,2 (Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.34.

Proses 6 gubuh gakhang

hitungan 3,4 (Foto : Made Sudarme, 2014

8. Makuraccang dan ngiyau bias

Makuraccang merupakan sikap awal ragam gerak Ngiyau bias kedua kaki agak

ditekuk, tangan kiri ditekuk kearah lutut dan tangan kanan ditekuk diarah pinggang begitu sebaliknya merupakan motif gerak yang diawali dengan sikap


(28)

makuraccang. Motif gerak ini dilakukan disisi kanan depan dan kiri depan penari dengan tangan melakukan gerak ukel.

35 36

Gambar.35.

Proses 1 sikap makuraccang

dan nginyau bias kanan

hitungan 1,2 (Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.36.

Proses 2 sikap makuraccang

dan nginyaubias tangan

diukel hitungan 3,4 (Foto : Made Sudarme, 2014

37 38

Gambar.37.

Proses 3 sikap makuraccang

dan nginyaubias kiri

hitungan 5,6 (Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.38.

Proses 4 sikap makuraccang

dan nginyaubias tangan

diukel hitungan 7,8 (Foto : Made Sudarme, 2014


(29)

9. Kenui melayang

Kenui melayang merupakan bentuk gerak dengan posisi tangan ditekuk disamping

badan lalu diayun setinggi bahu kemudian diluruskan kesamping kanan dan kiri.

39 40 41

Gambar.39.

Proses 1 gerak Kenui

Melayang hitungan 1,2

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.40.

Proses 2 gerak Kenui

Melayang hitungan 3,4

(Foto : Made Sudarme, 2014

Gambar.41.

Proses 3 gerak Kenui

Melayang hitungan

5,6,7,8 (Foto : Made Sudarme, 2014

10. Tolak tebing

Tolak tebing merupakan motif gerak dengan sikap salah satu tangan ditekuk

didepan dada, dan tangan lainnya diluruskan disamping, arah pandangan mengikuti tangan yang lurus kesamping. Motif gerak ini juga disertai oleh gerakan kaki ngegiser. Motif gerak ini dilakukan tanpa adanya penari pembawa


(30)

42 43

44

Gambar.42.

Proses 1 gerakTolak

Tebing kanan hitungan 1,2

(Foto : Made Sudarme, 2014)

Gambar.43.

Proses 2 gerakTolak

Tebing kanan hitungan

3,4(Foto : Made Sudarme, 2014)

Gambar.44.

Proses 3 gerakTolak

Tebing kanan hitungan

5,6 (Foto : Made Sudarme, 2014)

45 46

Gambar.45.

Proses 2 gerakTolak

Tebing kiri hitungan , 7

(Foto : Made Sudarme, 2014)

Gambar.46.

Proses 3 gerakTolak

Tebing kiri hitungan , 8

(Foto : Made Sudarme, 2014)

11. Sabung melayang

Sabung melayang bentuk gerak kedua tangan digerakkan seperti sikap awal

samber melayang namun dilakukan didepan dada kemudian direntangkan kearah


(31)

47

48

Gambar.47.

Proses 1 gerak sabung

melayang hitungan 1 (Foto :

Made Sudarme, 2014

Gambar.48.

Proses 2 gerak sabung

melayang hitungan 2 (Foto :

Made Sudarme, 2014

12. Belah hui

Belah hui merupakan motif gerak dengan kedua pergelangan tangan melakukan

gerak ukel kearah dalam. Motif gerak ini dilakukan tanpa adanya penari pembawa

tepak.

49 50 51 52

Gambar.49. Proses 1 Belah hui

tampak depan hitungan 1,2 (Foto: Made Sudarme, 2014

Gambar.50. Proses 2 Belah hui

tampak depan hitungan 3,4 (Foto: Made Sudarme, 2014

Gambar.51. Proses 1 Belah hui

tampak samping hitungan 5,6 (Foto: Made Sudarme, 2014

Gambar.52. Proses 1 Belah hui

tampak samping hitungan 7,8 (Foto: Made Sudarme, 2014


(32)

13. Mampan bias

Mampam bias merupakan gerak berjalan dengan posisi telapak tangan menegadah

ke atas sejajar bahu. Motif gerak ini dilakukan tanpa adanya penari pembawa

tepak.

53 54

Gambar.53.

Proses 1 gerak mampam

bias hitungan 1,2,3,4 (Foto :

Made Sudarme, 2014

Gambar.54.

Proses 2 gerak mampam

bias hitungan 5,6,7,8 (Foto :

Made Sudarme, 2014

14. Lipeto

Lipeto merupakan motif gerak tangan melakukan ukel sambil mengubah arah

hadap. Sikap badan mendhak, motif gerak ini dilakukan setelah penari pembawa tepak kembali kepanggung dan meletakkan tepaknya.


(33)

55 56 57

Gambar.55.

Proses 1 gerak lipeto

hitungan 1 (Foto : Made Sudarme, 2014)

Gambar.56.

Proses 2 gerak lipeto

hitungan 2(Foto : Made Sudarme, 2014)

Gambar.57.

Proses 3 gerak lipeto hitungan 3,4 (Foto : Made Sudarme, 2014)

58 59

Gambar.58.

Proses 4 gerak lipeto

hitungan 5,6 (Foto : Made Sudarme, 2014)

Gambar.59.

Proses 5 gerak lipeto

hitungan 7,8 (Foto : Made Sudarme, 2014)


(34)

2.9 Pola Lantai

Pola lantai, merupakan jalur garis lantai yang akan dilewati penari, Pola lantai juga bisa disebut gerak pindah tempat. Untuk pola lantai yang umum digunakan pada tari sigeh pengunten ini berbentuk “v”, dengan arah hadap kepenonton.

Penari yang membawa tepak berada pada posisi paling depan (Mustika, 2012:38).

Tabel 2.1 Sususanan ragam gerak dan pola lantai dalam tari sigeh pengunten

No Ragam Gerak Hit Komposisi

1 Lapah Tebeng 6X8

┬5 ┬4 ┬3 ┬2 ┬1

2 Seluang mudik turun

2X8 ┬4 ┬5 ┬ 2 ┬3

┬1

3 Duduk/Simpuh: 1. Merunduk, naik

2. Jong simpuh

3. Jong silo Ratu

4. Jong simpuh

5. Samber melayang

6. Ngerujung kanan (Rendah)

2X8 1X8 2X8 1X8 1X8 2X8

┬4 ┬5 ┬ 2 ┬3

┬1


(35)

7. Ngerujung kiri (Rendah)

8. Samber melayang

2X8 1X8

4 Seluang mudik naik

1. Kilat mundur, ngetir

2. Nginyau bias, samber melayang

3. Gubuh ghakang

4. Maku Raccang, mutar

kebelakang,samber melayang 5. Maku Raccang kenui

melayang

6. Ngiyau bias

7. Samber melayang

8. Ngerujung kanan (Rendah)

9. Ngerujung kiri (Rendah)

10. Seluang mudik turun

11. Merunduk, naik

12. Samber melayang

2X8 1X8 1X8 2X8 1X8 1X8 1X8 1X8 2X8 2X8 2X8 2X8

┬4 ┬5 ┬ 2 ┬3

┬1

┴ 4 ┴5 ┴2 ┴3

┴1

┬4 ┬5 ┬ 2 ┬3

┬1

5 Seluang mudik turun

1. jong sippuh sembah

2X8

2X8

┬4 ┬5 ┬ 2 ┬3


(36)

6 Seluang mudik naik

1. Knui jalan samping

2. Tolak tebing

3. Samber melayang

4. Mampam bias, jalan, samber

melayang

5. Belah hui

6. Mampam bias

7. Samber melayang

8. Kenui melayang jalan

samping

2X8

2X8

1X8 1X8

2X8

2X8

2X8

┬4 ┬5 ┬ 2 ┬3

┬5 ┬4 ┬3 ┬2

├4 ├5

├ 2 ├3

┬5

4

┬3 ┬4

┬45 ┬1 ┬3


(37)

7 Seluang mudik turun

1. jeng sippuh, sembah

2X8 2X8

┬4 ┬5 ┬ 2 ┬3

┬1

8 Seluang mudik naik

1. Lipeto mutar

Ditempat

2X8 2X8

┬4 ┬5 ┬ 2 ┬3

┬1

9 Seluang mudik turun

1. Jeng sippuh, samber

Ngerunjung kana

2. Jeng sippuh, samber

Ngerunjung kiri

3. Samber melayang

4. Jeng silo ratu, sembah

5. Jeng sippuh sembah

6. Seluang mudik naik

2X8 2X8 2X8 1X8 3X8 2X8 2X8

┬4 ┬5 ┬ 2 ┬3

┬1

11 Lapah tebeng

┬5 ┬4 ┬3 ┬2 ┬1


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara melakukan penelitan. Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Dan dalam arti yang luas desain penelitian mencakup proses-proses berikut (Arikunto, 2010:60).

1. Mengamati kesiapan rencana pelaksanaan pembelajaran guru pada pembelajarantari sigeh pengunten sebelum memasuki langkah pelaksanaan pembelajaran.

2. Mengamati pembelajaran tari sigeh pengunten menggunakan menggunakan model bermain peran pada setiap pertemuan.

3. Mengamati aktivitas guru dan siswa serta kondisi yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuan berupa foto, video serta catatan lapangan.


(39)

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian tidak mengubah, menambah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya (Arikunto, 2010:3).

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan tylor dalam margono, 2010:36). Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam lingkungannya sendiri dan hubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya (kirk dan miller dalam Margono, 2010:36). Penelitian ini menggunakan metode lapangan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, karena gejala-gejala informasi dan keterangan dari hasil pengamatan dalam proses penelitian berlangsung secara naturalistik karena penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Hasil penelitian ini berupa deskripsi dari proses dan hasil pembelajaran ragam gerak tari sigeh pengunten menggunakan model bermain peran dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng.


(40)

3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru pembina ekstrakurikuler tari, 15 siswa perempuan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tari sigeh pengunten

dan 15 ragam geraknya.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Penelitian, disamping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif (Margono, 2010:158).

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi.

3.3.1 Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, tersebut observasi langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melaui film, rangkaian slide atau rangkaian foto (Margono, 2010:158).


(41)

Observasi pada penelitian ini melakukan observasi langsung di SMP Negeri 1 Gedung Meneng untuk melakukan pengamatan tentang apa saja yang dilihat dan diamati secara langsung saat berjalannya kegiatan ekstrakurikuler guna mengetahui langsung permasalahan yang terjadi pada saat pembelajran. Observasi juga berfungsi untuk mengetahui dan mengenal keadaan tempat penelitian dengan melakukan pengamatan secara langsung dan dapat berinteraksi langsung dengan sumber data.

Langkah-langkah dalam observasi :

1. Harus diketahui dimana observasi itu dilakukan

2. Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi 3. Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan

4. Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

5. Harus diketahui tentang cara mencatat hasil observasi, seperti telah menyediakan buku catatan, kamera dan alat tulis lainnya.

3.3.2 Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narbuko, 2012:83). Wawancara adalah instrumen untuk mengumpulkan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan oleh pewawancara kepada seorang responden, dan pertanyaan tersebut dijawab secara lisan (Uno, 2012:74). Tujuan


(42)

wawancara ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukannya untuk merubah atau pun mempengaruhi pendapat responden (Narbuko, 2012:86).

Pada penelitian ini wawancara dilakukan pada guru pembina ekstrakurikuler tari, Pertanyaan yang ditanyakan pada saat wawancara yaitu seputar pembelajaran tari

sigeh pengunten khususnya siswa yang mengikuti kegitan ekstrakurikuler.

Langkah-langkah wawancara sebagai berikut :

1. Menghubungi orang yang akan diwawancarai, baik langsung maupun tidak langsung dan pastikan kesediaannya untuk diwawancarai.

2. Persiapkan daftar pertanyaan yang sesuai dengan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dalam wawancara. Persiapkan daftar pertanyaan secara baik dengan memperhatikan unsur berita, yaitu 5W+1H. Pada saat kegiatan wawancara berlangsung usahakan tidak terlalu bergantung pada pertanyaan yang telah disusun.

3. Berikan kesan yang baik, misalnya datang tepat waktu sesuai perjanjian.

4. perhatikan cara berpakian, gaya bicara, dan sikap agar menimbulkan kesan yang simpatik.

5. Usahakan mencatat dengan baik tanpa meminta narasumber mengulang penjelasan.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).


(43)

Dokumentasi dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data berupa catatan guru/pelatih, catatan resmi, catatan harian, tentang kegiatan ekstrakurikuler siswa, video dan foto-foto. Alat yang digunakan berupa kamera digital karena data dikumpulkan secara runtut pada saat observasi dan wawancara sehingga catatan harian harus selalu dibawa saat proses penelitian berlangsung. Alat bantu yang digunakan adalah hp, buku dan alat tulis.

Langkah-langkah dokumentasi :

1. mempersiapkan alat yang digunakan seperti hp, kamera alat tulis dan lain sebagainya

2. menentikan tempat yang akan digunakan untuk memperoleh dokumentasi 3. pastikan kesediaan objek yang akan didokumentasi baik guru maupun siswa 4. memilih setiap bagian yang akan didokumentasikan agar hasilnya menarik 5. mencatat setiap bagian yang dianggap penting

4. mengikuti setiap kegiatan untuk dapat mengambil dokumentasi berupa foto dan video. Pada saat mengambil gambar dan video usahakan tidak terlalu dekat dengan objek yang diamati agar siswa tidak terganggu.

3.4 Instrumen Penilaian

Penilaian pencapaian kopetensi pengetahuan merupakan bagian dari penilaian pendidikan. Dalam lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan dijelaskan bahwa penilaian pendidikan merupakan prosees pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.


(44)

Secara garis besar maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:

3.4.1 Tes praktik

Tes praktik adalah sederetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193)

Tes Praktik dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan belajar tari sigeh pengunten siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Gedung Meneng. Tes ini meliputi tes menari yang mengacu pada unsur-unsur tari yaitu wiraga, wirama, wirasa. Serta aktivitas belajar siswa, proses pembelajaran menggunakan model bermain peran dan lembar penilaian kinerja guru pada kegiatan ekstrakurikuler. Lembar penilaian tari sigeh pengunten

tersebut sebagai berikut.

Tabel 3.1 instrumen penilaian pengamatan tes praktik menari tari sigeh pengunten.

No Aspek yang dinilai Deskriptor Skor Skor maks 1. (Wiraga) kemampuan

gerak dan hapalan

1. Siswa mampu menari sigeh

pengunten dengan urutan yang

benar dari awal hingga akhir tarian.

2. Siswa menari sigeh pengunten

dengan urutan yang tidak benar sebanyak 3-5 kesalahan.

5

4


(45)

3. Siswa menari sigeh pengunten

dengan urutan yang tidak benar sebanyak 6-8 kesalahan. 4. Siswa menari sigeh pengunten

dengan urutan yang tidak benar sebanyak 8-10 kesalahan.

5. Siswa menari sigeh pengunten

dengan urutan yang tidak benar melakukan lebih dari 10 kesalahan.

3

2

1

Jumlah Skor Wiraga 5

2. (Wirama) kesesuaian gerak dengan musik

1. Siswa dapat menari tari sigeh

pengunten dengan ketepatan

gerak dan tempo yang tepat tanpa ada kesalahan .

2. Siswa menari sigeh pengunten

dengan ketepatan gerak dan tempo, dengan melakukan 3-5 kesalahan.

3. Siswa menari sigeh pengunten

dengan ketepatan gerak dan tempo, dengan melakukan 6-8 kesalahan.

4. Siswa menari sigeh pengunten

dengan ketepatan gerak dan tempo, dengan melakukan 8-10 kesalahan.

5. Siswa menari sigeh pengunten

namun belum dapat

menggunakan ketepatan gerak dan tempo sama sekali.

5 4 3 2 1 5


(46)

Jumlah Skor Wirama 5 3. (Wirasa) ekspresi dan

penjiwaan

1. Siswa dapat menari sigeh

pengunten dengan baik dengan

menggunakan ekspresi wajah, senyum dari awal hingga akhir tarian dengan tidak menunjukkan wajah bingung atau ragu-ragu.

2. Siswa dapat menari sigeh

pengunten dengan baik dengan

menggunakan ekspresi wajah, senyum, namun tidak konsisten. Terkedang lupa lagi dengan ekspresi

3. Siswa dapat menari sigeh

pengunten dengan baik dengan

menggunakan ekspresi wajah, senyum, namun terlihat gugup. 4. Siswa dapat menari dengan baik, namun tidak dapat mengontrol ekspresi wajah terkadang terlalu berlebihan. 5. Siswa dapat menari dengan

baik, namun belum dapat menggunakan ekspresi wajah.

5

4

3

2

1

Jumlah Skor Wirasa 5

Jumlah Skor Maksimal 15

Hasil belajar tari sigeh pengunten siswa dapat diukur dengan lembar pengamatan tes praktik 1 dengan total skor keseluruhan berjumlah 15 sehingga hasil belajar


(47)

siswa dapat dilihat menggunakan patokan perhitungan persentase untuk skala lima, dengan rumus sebagai berikut.

NS (Nilai Skor) =

X 100 %

Tabel 3.2 perhitungan presentase untuk skala lima Interval Presentase

Tingkat Penguasaan

Keterangan 85%-100%

Baik Sekali 75%-84%

Baik 60%-74%

Cukup 40%-59%

Kurang 0%-39%

Gagal Menurut ( Sudjana, 2009:118).

Setelah skor didapat maka dilakukan perhitungan untuk tiga aspek yang dijadikan indikator penilaian yaitu bentuk gerak (wiraga) hapalan gerak, kesesuaian gerak dengan musik (wirama), dan ekspresi saat menari (wirasa). Setelah itu kita dapat mengetahui hasil yang diperoleh siswa dikatakan baik atau kurang sesuai dengan tabel persentase skala lima (Sudjana, 2009:118). Berikut Penjelasan tabel 3.1

1. Wiraga

Dalam indikator wiraga yang menjadi penilaian, yaitu hafalan ragam gerak. Berdasarkan indikator hafalan, jika siswa menari tari sigeh pengunten dengan urutan yang benar dari awal hingga akhir tarian mendapat skor 5. Jika siswa menari tari sigeh pengunten dengan urutan yang tidak benar sebanyak 3-5 kesalahan mendapat skor 4. Jika siswa menari tari sigeh pengunten dengan urutan


(48)

yang tidak benar sebanyak 6-8 kesalahan mendapat skor 3. Jika siswa menari tari

sigeh pengunten dengan urutan yang tidak benar sebanyak 8-10 kesalahan

mendapat skor 2. Jika siswa menari tari sigeh pengunten dengan urutan yang tidak benar melakukan lebih dari 10 kesalahan mendapat skor 1.

2. Wirama

Dalam indikator wirama yaitu, ketepatan gerak dengan tempo musik pengiring. Pada indikator ketepatan gerak dengan tempo, siswa dapat menarikan tari dengan ketepatan gerak dan tempo yang tepat tanpa ada kesalahan mendapat skor 5. jika siswa dapat menari tari sigeh pengunten dengan ketepatan gerak dan tempo, dengan melakukan 3-5 kesalahan mendapat skor 4. Jika siswa dapat menari tari

sigeh pengunten dengan dengan ketepatan gerak dan tempo 6-8 kesalahan

mendapat skor 3. Jika siswa dapat menari tari sigeh pengunten dengan ketepatan gerak dan tempo, dengan melakukan 8-10 kesalahan mendapat skor 2. Jika siswa dapat menari tari sigeh pengunten namun belum dapat menggunakan ketepatan gerak dan tempo sama sekali mendapat skor 1.

3. Wirasa

Dalam indikator wirasa yaitu dapat mengekspresikan wajah atau mimik saat menari tari sigeh pengunten, jika siswa dapat menari dengan baik dengan menggunakan ekspresi wajah, senyum dari awal hingga akhir dengan tidak menunjukkan ekspresi wajah yang bingung atau ragu-ragu mendapat skor 5. Jika siswa dapat menari tari sigeh pengunten dengan baik menggunakan ekspresi wajah, senyum namun tidak konsisten mendapat skor 4. Jika siswa menari dengan


(49)

baik , menggunakan ekpresi wajah senyum namun terlihat gugup mendapat skor 3. Jika siswa dapat menari dengan baik, namun belum dapat mengontrol ekspresi wajah terkadang ekspresi berlebihan mendapat skor 2. Jika siswa dapat menari dengan baik, namun belum dapat menggunakan ekspresi wajah sama sekali mendapat skor 1.

3.4.2 Non tes

Teknik non tes yaitu untuk menggali informasi atau mengumpulkan data yang berkaitan dengan penilaian, pendapat, atau opini terhadap sesuatu berkaitan dengan perolehan keterampilan, perilaku, sikap atau nilai (Uno, 2012:74). Teknik non tes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas belajar siswa pada pembelajaran tari sigeh pengunten saat proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengukur lembar pengamatan aktivitas siswa sebagai berikut.

Tabel 3.3 Lembar Penilaian Akktivitas Siswa

No Aspek Indikator Skor Skor

Maksimum

1 Visual

Activities

Semua siswa memperhatikan guru / pelatih pada saat proses pembelajaran tari

5

5 Siswa yang tidak memperhatikan guru /

pelatih pada saat proses pembelajaran tari ada 1-3 siswa

4 Siswa yang tidak memperhatikan guru / pelatih pada saat proses pembelajaran tari ada 4-8 siswa

3 Siswa yang tidak memperhatikan

guru/pelatih pada saat proses pembelajaran tari ada 9-12 siswa

2 Siswa yang tidak memperhatikan guru / pelatih pada saat proses pembelajaran


(50)

tari ada 12-15 siswa

2 Listening

Activities

Semua siswa mendengarkan guru/pelatih pada saat proses pembelajaran tari

5

5 Siswa yang tidak mendengarkan guru /

pelatih pada saat proses pembelajaran tari 1-3 siswa

4 Siswa yang tidak mendengarkan guru / pelatih pada saat proses pembelajaran tari 4-8 siswa

3 Siswa yang tidak mendengarkan guru / pelatih pada saat proses pembelajaran tari 9-12 siswa

2 Siswa yang tidak mendengarkan guru / pelatih pada saat proses pembelajaran tari 12-15 siswa

1

3 Motor

Activities

Semua siswa melakukan percobaan gerak tari sigeh pengunten pada saat proses pembelajaran tari

5

5 Siswa tidak melakukan percobaan pada

saat proses pembelajaran tari ada 1-3 siswa

4 Siswa tidak melakukan percobaan pada saat proses pembelajaran tari ada 4-8 siswa

3 Siswa tidak melakukan percobaan pada saat proses pembelajaran tari ada 9-12 siswa

2 Siswa tidak melakukan percobaan pada saat proses pembelajaran tari ada 12-15 siswa

1

Total skor maksimum 15

Hasil belajar aktivitas siswa pada pembelajaran tari sigeh pengunten dapat diukur menggunakan lembar non tes dengan skor maksimal 15, untuk memperoleh nilai skor pada penilaian aktivitas belajar siswa adalah dengan rumus berikut (Sardiman, 2012:101).

NS (Nilai Skor) =


(51)

Tabel 3.4 perhitungan presentase untuk skala lima Interval Presentase

Tingkat Penguasaan

Keterangan 85%-100%

Baik Sekali 75%-84%

Baik 60%-74%

Cukup 40%-59%

Kurang 0%-39%

Gagal Menurut ( Sudjana, 2009:118).

Tabel 3.5 Instrumen pengamatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model bermain peran

No Aspek penilaian Pertemuan

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Mengatur siswa untuk pemanasan

2 Memilih Pemain partisipan 3 Menyiapkan pengamat

4 Menata ruangan untuk tempat latihan 5 Memainkan peran

6 Diskusi dan evaluasi 7 persentasi

8 Diskusi dan evaluasi kedua

9 Berbagi pengalaman dan kesimpulan

Lembar pengamatan menggunakan model bermain peran diisi pada saat proses penerapannya dilakukan. Penilaian dilakukan dengan memberi tanda ceklis (√) pada kolom yang sudah ditentukan setelah aspek-aspek kegiatan tersebut dilakukan.


(52)

3.5 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiono, 2013:335).

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Langkah-langkah untuk menganalisis data tersebut yaitu sebagai berikut (1) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu . Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan akan mempermudahkan peneliti untuk mengumpulkan data berikutnya, (2) Mendisplay data, dengan penyajian data seperti ini akan lebih mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, sehingga dapat merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya, (3) Kesimpulan dan ferifikasi.

Berikut merupakan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mereduksi dan memeriksa data-data yang telah diperoleh

2. Menganalisis hasil tes gerak tari sigeh pengunten yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan model bermain peran tes praktik dengan baik dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.


(53)

3. Mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar pengamatan aktivitas

4. Memberi penskoran terhadap hasil kemampuan siswa dalam menarikan tari

sigeh pengunten, sesuai dengan indikator penskoran, Dengan menggunakan

rumus persentase sebagai berikut:

NS (Nilai Skor) =

X 100 %

5. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolak ukur yang digunakan. 6. Menghitung rata-rata kemampuan siswa dalam menari tari sigeh pengunten

7. Menyimpulkan hasil kemampuan siswa dalam menari tari sigeh pengunten.

Tabel 3.6 penentuan patokan dengan perhitungan persentase untuk skala lima.

Interval Presentase Tingkat Penguasaan

Keterangan 85%-100%

Baik Sekali 75%-84%

Baik 60%-74%

Cukup 40%-59%

Kurang 0%-39%

Gagal Menurut ( Sudjana, 2009:118).

Hasil analisis tersebut disusun untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran ragam gerak tari sigeh pengunten menggunakan model bermain peran di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Model bermain peran telah diterapkan dalam pembelajaran tari sigeh pengunten

pada kegiatan ekstrakurikuler tari di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang, dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan memiliki sembilan langkah yaitu (1) Mengatur siswa untuk pemanasan, guru berupaya mengajarkan kepada siswa untuk pemanasan sebelum melakukan pembelajaran gerak tari dipimpin siswa yang bermain peran kemudian membagi siswa kedalam 3 kelompok. (2) Memilih pemain partisipan, guru membahas peran dari masing-masing peran dalam memilih pemain guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan.( 3) Menyiapkan pengamat, guru berperan sendiri sebagai pengamat selama proses pembelajaran sehingga diakhir pertemuan guru membahas hasil pengamatan yang dilihat selama proses pembelajaran untuk dilakukan evaluasi. (4) Menata panggung tempat latihan, siswa bersama-sama diminta sebelum memulai latihan untuk menyiapkan ruangan agar selama proses pembelajaran siswa belajar dengan nyaman. (5) Memainkan peran, permainan peran dilakukan secara spontan siswa yang telah dipilih untuk bermain peran menggantikan guru sebagai pelatih diminta untuk mengajarkan tari


(55)

kepada kelompok masing-masing yang telah dibagi layaknya seorang guru, dimulai beberapa ragam gerak dengan hitungan agar siswa lebih mudah dalam menangkap (6) Diskusi dan evaluasi pertama, diskusi dan evaluasi pertama, guru bersama siswa mendiskusikan selama proses pembelajaran ragam gerak tari dilatih oleh teman sendiri dan melakukan evaluasi sebelum melakukan persentasi. (7) Persentasi, siswa bersama kelompok diminta untuk mempersentasikan ragam gerak yang telah diberikan selama proses pembelajaran tujuannya untuk melihat kemampuan siswa dalam menari dan menangkap materi yang diberikan kemudian guru mengamati siswa selama persentasi untuk menentukan bagian ragam gerak yang akan didiskusikan.(8) Diskusi dan evaluasi kedua, setelah siswa mempersentasikan bersama kelompok kemudian guru melakukan diskusi dan evaluasi kedua terkait materi yang dipersentasikan (9) Berbagi pengalaman dan kesimpulan setelah diskusi dan evaluasi kedua guru meminta siswa untuk berbagi pengalaman selama proses pembelajaran yang dilatih oleh teman sendiri kemudian memberikan kesimpulan diakhir pembelajaran. Semua aspek telah dilaksanakan meskipun masih ada beberapa aspek yang tidak dilaksanakan karena cukup dilakukan 1 kali saja seperti evaluasi dan aspek yang lain karena keterbatasan waktu sehingga tidak dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Hasil tes pada pembelajaran tari sigeh pengunten menggunakan model bermain peran menunjukkan bahwa siswa sudah mampu mempraktikkan tari sigeh

pengunten sesuai dengan pembelajaran. Penilaian diberikan melalui tiga aspek

yaitu wiraga dengan nilai rata-rata (74,6%) dengan kriteria baik, wirama (77,3%) dengan kriteria baik, wirasa (63,5%) dengan kriteria kurang. Hasil proses


(56)

penerapan model bermain peran pada pada seluruh penilaian tari sigeh pengunten

mendapat kriteria cukup dengan rata-rata skor (63,5 %).

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti menyarankan:

1. Bagi peneliti ekstrakurikuler tari dan peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan model bermain peran sebagai model pembelajaran tari di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang, serta dapat melengkapi aspek-aspek yang belum terlaksana pada model bermain peran pada aspek diskusi dan evaluasi pertama, dan aspek ke 9 berbagi pengalaman dan kesimpulan dalam setiap pertemuan .

2. Bagi sekolah, sekolah harus lebih menyediakan media pembelajaran dalam pembelajaran tari sigeh pengunten, seperti LCD serta aliran listrik agar dapat mengggunakan LCD menayangkan video tari.

3. Bagi guru mata pelajaran lain agar dapat termotifasi untuk menggunakan model bermain peran dalam proses pembelajaran.

4. Siswa harus lebih belajar menggunakan ekspresi dalam menari karena penilaian pada bagian ekspresi siswa memperoleh kriteria kurang.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

B.Uno, Hamzah. 2004. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Implementasi

kurikulum 2013 Seni Budaya. Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjamin Mutu Pendidikan Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta Mustika, I Wayan. 2013. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Bandar Lampung :

Anugrah Utama Raharja

Narbuko, cholid. 2012. Metodologi Penelitian.Jakarta : PT Bumi Aksara Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Sadirman. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja

Grafindo

Sugiono. 2013. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya Offset

Syah, Muhibbin. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset


(58)

Universitas Lampung. 2014.Format Penulisan Karya ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung


(1)

52

3. Mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar pengamatan aktivitas

4. Memberi penskoran terhadap hasil kemampuan siswa dalam menarikan tari sigeh pengunten, sesuai dengan indikator penskoran, Dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

NS (Nilai Skor) =

X 100 %

5. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolak ukur yang digunakan. 6. Menghitung rata-rata kemampuan siswa dalam menari tari sigeh pengunten 7. Menyimpulkan hasil kemampuan siswa dalam menari tari sigeh pengunten.

Tabel 3.6 penentuan patokan dengan perhitungan persentase untuk skala lima. Interval Presentase Tingkat Penguasaan Keterangan 85%-100% Baik Sekali 75%-84% Baik 60%-74% Cukup 40%-59% Kurang 0%-39% Gagal Menurut ( Sudjana, 2009:118).

Hasil analisis tersebut disusun untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran ragam gerak tari sigeh pengunten menggunakan model bermain peran di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Model bermain peran telah diterapkan dalam pembelajaran tari sigeh pengunten pada kegiatan ekstrakurikuler tari di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang, dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan memiliki sembilan langkah yaitu (1) Mengatur siswa untuk pemanasan, guru berupaya mengajarkan kepada siswa untuk pemanasan sebelum melakukan pembelajaran gerak tari dipimpin siswa yang bermain peran kemudian membagi siswa kedalam 3 kelompok. (2) Memilih pemain partisipan, guru membahas peran dari masing-masing peran dalam memilih pemain guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan.( 3) Menyiapkan pengamat, guru berperan sendiri sebagai pengamat selama proses pembelajaran sehingga diakhir pertemuan guru membahas hasil pengamatan yang dilihat selama proses pembelajaran untuk dilakukan evaluasi. (4) Menata panggung tempat latihan, siswa bersama-sama diminta sebelum memulai latihan untuk menyiapkan ruangan agar selama proses pembelajaran siswa belajar dengan nyaman. (5) Memainkan peran, permainan peran dilakukan secara spontan siswa yang telah dipilih untuk bermain peran menggantikan guru sebagai pelatih diminta untuk mengajarkan tari


(3)

175

kepada kelompok masing-masing yang telah dibagi layaknya seorang guru, dimulai beberapa ragam gerak dengan hitungan agar siswa lebih mudah dalam menangkap (6) Diskusi dan evaluasi pertama, diskusi dan evaluasi pertama, guru bersama siswa mendiskusikan selama proses pembelajaran ragam gerak tari dilatih oleh teman sendiri dan melakukan evaluasi sebelum melakukan persentasi. (7) Persentasi, siswa bersama kelompok diminta untuk mempersentasikan ragam gerak yang telah diberikan selama proses pembelajaran tujuannya untuk melihat kemampuan siswa dalam menari dan menangkap materi yang diberikan kemudian guru mengamati siswa selama persentasi untuk menentukan bagian ragam gerak yang akan didiskusikan.(8) Diskusi dan evaluasi kedua, setelah siswa mempersentasikan bersama kelompok kemudian guru melakukan diskusi dan evaluasi kedua terkait materi yang dipersentasikan (9) Berbagi pengalaman dan kesimpulan setelah diskusi dan evaluasi kedua guru meminta siswa untuk berbagi pengalaman selama proses pembelajaran yang dilatih oleh teman sendiri kemudian memberikan kesimpulan diakhir pembelajaran. Semua aspek telah dilaksanakan meskipun masih ada beberapa aspek yang tidak dilaksanakan karena cukup dilakukan 1 kali saja seperti evaluasi dan aspek yang lain karena keterbatasan waktu sehingga tidak dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Hasil tes pada pembelajaran tari sigeh pengunten menggunakan model bermain peran menunjukkan bahwa siswa sudah mampu mempraktikkan tari sigeh pengunten sesuai dengan pembelajaran. Penilaian diberikan melalui tiga aspek yaitu wiraga dengan nilai rata-rata (74,6%) dengan kriteria baik, wirama (77,3%) dengan kriteria baik, wirasa (63,5%) dengan kriteria kurang. Hasil proses


(4)

176

penerapan model bermain peran pada pada seluruh penilaian tari sigeh pengunten mendapat kriteria cukup dengan rata-rata skor (63,5 %).

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti menyarankan:

1. Bagi peneliti ekstrakurikuler tari dan peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan model bermain peran sebagai model pembelajaran tari di SMP Negeri 1 Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang, serta dapat melengkapi aspek-aspek yang belum terlaksana pada model bermain peran pada aspek diskusi dan evaluasi pertama, dan aspek ke 9 berbagi pengalaman dan kesimpulan dalam setiap pertemuan .

2. Bagi sekolah, sekolah harus lebih menyediakan media pembelajaran dalam pembelajaran tari sigeh pengunten, seperti LCD serta aliran listrik agar dapat mengggunakan LCD menayangkan video tari.

3. Bagi guru mata pelajaran lain agar dapat termotifasi untuk menggunakan model bermain peran dalam proses pembelajaran.

4. Siswa harus lebih belajar menggunakan ekspresi dalam menari karena penilaian pada bagian ekspresi siswa memperoleh kriteria kurang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

B.Uno, Hamzah. 2004. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Implementasi kurikulum 2013 Seni Budaya. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjamin Mutu Pendidikan Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta Mustika, I Wayan. 2013. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Bandar Lampung :

Anugrah Utama Raharja

Narbuko, cholid. 2012. Metodologi Penelitian.Jakarta : PT Bumi Aksara Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Sadirman. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja

Grafindo

Sugiono. 2013. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya Offset

Syah, Muhibbin. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset


(6)

178

Universitas Lampung. 2014.Format Penulisan Karya ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung