Potensi streptomyces sp. isolat lokal dalam mendegradasi limbah minyak bumi

1

POTENSI Streptomyces sp. ISOLAT LOKAL
DALAM MENDEGRADASI LIMBAH MINYAK BUMI

Oleh:
Akhmaisyah
G34102066

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

2

ABSTRAK
AKHMAISYAH. Potensi Streptomyces sp. Isolat Lokal dalam Mendegradasi Limbah Minyak
Bumi. Dibimbing oleh YULIN LESTARI dan IRMANIDA BATUBARA.
Pencemaran lingkungan darat dan perairan oleh limbah minyak bumi terus berlangsung tanpa

adanya penanggulangan sehingga dapat mengganggu kestabilan ekosistem. Salah satu upaya
mengurangi dampak pencemaran limbah minyak bumi yaitu melalui bioremediasi yang
memanfaatkan proses degradasi melalui aktivitas mikrob yang dapat memulihkan tanah, air dan
sedimen dari kontaminasi minyak bumi. Penelitian ini bertujuan untuk menapis Streptomyces sp.
isolat lokal yaitu STR-2, STR-3, B56-2, SLW8-1 dan 2075-2K yang mampu mendegradasi limbah
minyak bumi. Proses degradasi dilakukan dengan cara menumbuhkan isolat pada media
International Streptomyces Project 4 (ISP 4) yang dimodifikasi dengan penambahan minyak bumi,
fenol atau iso-oktana sebagai sumber karbon. Parameter yang digunakan adalah biomassa kering,
persentase biodegradasi, pH dan perubahan komponen minyak bumi yang dianalisis menggunakan
Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) Shimadzu QP2010. Hasil pertumbuhan
Streptomyces sp. pada suhu ruang selama 21 hari inkubasi menunjukkan bahwa isolat SLW8-1
menghasilkan biomassa kering tertinggi yaitu 89,60 mg (ISP 4 modifikasi + minyak bumi), 92,50
mg (ISP 4 modifikasi + fenol) dan umur 14 hari 132,80 mg (ISP 4 modifikasi + iso-oktana).
Persen biodegradasi tertinggi mencapai 31% dimiliki oleh isolat SLW8-1 dan terjadi penurunan
pH selama inkubasi. Hasil analisis GCMS minyak bumi sebelum perlakuan dibandingkan dengan
setelah perlakuan isolat SLW8-1 ternyata terjadi perubahan struktur senyawa dari rantai karbon
panjang (kisaran C20-C27) menjadi lebih pendek (kisaran C10-C19). Struktur senyawa contoh
minyak bumi pada penelitian ini didominasi oleh senyawa alkana. Data tersebut menunjukkan
bahwa isolat SLW8-1 dapat mendegradasi serta memanfaatkan minyak bumi sebagai sumber
karbon bagi pertumbuhannya.

Kata kunci: biodegradasi, Streptomyces, minyak bumi.

ABSTRACT
AKHMAISYAH. The Capability of Streptomyces sp. in Degrading Crude Oil Pollutant.
Supervised by YULIN LESTARI and IRMANIDA BATUBARA.
Petroleum hydrocarbon pollution of land and water environments has been increasing without
proper treatment that can affect stability of ecosystem. One of suitable techniques to solve the
crude oil pollution is bioremediation using microbes that can degrade crude oil pollutants to
recover the land, water and sediment from contamination. The aim of this research was to screen
the capability of indigenous Streptomyces sp. e.g. STR-2, STR-3, B56-2, SLW8-1 and 2075-2K in
degrading crude oil pollutants. Degradation processes were assed by growing isolates in
International Streptomyces Project 4 (ISP 4) medium supplemented with crude oil, phenol or isooctane as carbon sources. The parameters used were cell biomass, percentage of biodegradation,
pH and the changes in crude oil component which was analyzed by Gas Chromatography Mass
Spectrophotometry (GCMS) Shimadzu QP2010. The results showed that Streptomyces sp.
SLW8-1 had the highest cell biomass during 21 days incubation at room temperature when grown
in ISP 4 supplemented with either crude oil (89,60 mg), phenols (92,50 mg) and 14 days
incubation in iso-octane (132,80 mg) respectively. The SLW8-1 isolate gave also the highest
biodegradation percentage (31%) and decreased the pH during incubation period. The analyzed of
carbon structure compounds in non treated crude oil by GCMS when compared with degraded
crude oil by the SLW8-1 isolate showed broken from long chain carbon (C20-C27) into short chain

carbon (C10-C19). The carbon structures of crude oil was dominated by alcane compounds. The
data indicate that SLW8-1 isolate has the ability to degrade crude oil pollutant as carbon source for
their growth.
Keywords: biodegradation, Streptomyces, crude oil.

3

POTENSI Streptomyces sp. ISOLAT LOKAL
DALAM MENDEGRADASI LIMBAH MINYAK BUMI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Oleh:
Akhmaisyah
G34102066


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

4

Judul

: Potensi Streptomyces sp. Isolat Lokal dalam Mendegradasi
Limbah Minyak Bumi

Nama

: Akhmaisyah

NRP

: G34102066


Menyetujui :
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Ir. Yulin Lestari
NIP. 131779515

Irmanida Batubara, SSi. MSi.
NIP. 132311929

Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS
NIP. 131473999

Tanggal Lulus:


5

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya
ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian yang berjudul Potensi Streptomyces sp. Isolat Lokal dalam
Mendegradasi Limbah Minyak Bumi ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Agustus 2006,
bertempat di Laboratorium Mikrobologi Departemen Biologi, Laboratorium Kimia Analitik
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
dan Laboratorium Pangan Pusat Laboratorium Terpadu, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Yulin Lestari dan Ibu Irmanida Batubara,
SSi. MSi. selaku pembimbing atas arahan, nasehat dan bimbingannya. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Bapak Ir. Hadisunarso yang telah memberikan koreksi dan sumbang sarannya.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu, kakak, adik serta seluruh
keluarga atas doa, kasih sayang, dorongan semangat dan nasehatnya. Disamping itu, ucapan terima
kasih juga ditujukan kepada Nirli, Vitria, Dhilah, Mbak Elsie, Mbak Wulan, Ibu It, Achie, Dewi,
Ary, Tika W, Tika T, Desi, teman-teman di Lab. Mikro dan Mbak Heni, Bp. Endang, Bp. Jaka, Ibu
Kokoy atas kerjasamanya selama penelitian serta Ibu Nunung dan Om Eman di Lab. Analitik yang
telah membantu selama ekstraksi dan penyediaan bahan-bahan kimia dan Bp. Aris, Bp. Irawan
serta Bp. Hermanto yang membantu dalam melakukan analisis GCMS.

Terima kasih penulis ucapkan pada rekan-rekan Biologi 39 khususnya Awie, Ninda, Venti,
Usy, Popi, Ela, Ina atas dorongan semangatnya serta semua teman mantan Kost MPU yang selalu
menyediakan tempat berbagi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2006
Akhmaisyah

6

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 7 Oktober 1984 dari Bapak S. Abidin dan Ibu
Nani Maryani. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Bekasi dan pada tahun yang sama diterima di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis
memilih Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten Biologi Dasar, Mikrobiologi Dasar, Genetika
Dasar, Taksonomi Tumbuhan Berpembuluh dan Ekologi Mikrob pada tahun ajaran 2005/2006.
Penulis melaksanakan praktik lapangan di PT. Pupuk Kujang Cikampek selama 1 bulan lebih pada

alih semester tahun 2005. Penulis juga pernah mengikuti International Symposium on Sustainable
Agriculture: Challenges for Agricultural Sciences on Environmental Problems under Global
Changes, 18-21 September 2006, Bogor, Indonesia untuk mempresentasikan hasil penelitian ini.
Penulis juga mendapatkan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dari tahun ajaran
2003/2004 sampai sekarang. Pada tahun 2006, penulis telah bekerja sebagai staf pengajar untuk
mata ajaran Biologi di Bimbingan Belajar Mathemata Private Club (MPC), Bekasi.

7

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................


vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................................
Tujuan ......................................................................................................................
Waktu dan Tempat ...................................................................................................

1
2
2

BAHAN DAN METODE
Pengambilan Contoh Tanah Terkontaminasi Minyak Bumi ...................................
Peremajaan Isolat Lokal Streptomyces sp. ...............................................................
Ekstraksi Minyak Bumi dari Tanah Terkontaminasi ...............................................
Uji Kemampuan Tumbuh Isolat pada Minyak Bumi, Fenol atau Iso-Oktana .........
Analisis Minyak Bumi Menggunakan Gas Chromatography
Mass Spectrophotometry (GCMS) ...........................................................................


2
2
2
2
3

HASIL
Pertumbuhan Isolat Lokal Streptomyces sp. ..........................................................
Kemampuan Tumbuh Isolat pada Minyak Bumi, Fenol atau Iso-Oktana ...............
Biodegradasi Minyak Bumi oleh Streptomyces sp. .................................................
Perubahan pH Media Sebelum dan Setelah Perlakuan Bakteri ...............................
Komposisi Minyak Bumi Sebelum dan Setelah Didegradasi oleh
Streptomyces sp. .......................................................................................................

3
3
3
4
4


PEMBAHASAN
Pertumbuhan Isolat Lokal Streptomyces sp. ............................................................
Kemampuan Tumbuh Isolat pada Minyak Bumi, Fenol atau Iso-Oktana ...............
Biodegradasi Minyak Bumi oleh Streptomyces sp. .................................................
Perubahan pH Media Sebelum dan Setelah Perlakuan Bakteri ...............................
Komposisi Minyak Bumi Sebelum dan Setelah Didegradasi oleh
Streptomyces sp. .......................................................................................................

7
7
9
9
9

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ..................................................................................................................
Saran ........................................................................................................................

10
10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

11

LAMPIRAN .....................................................................................................................

13

8

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Biomassa kering Streptomyces sp. isolat lokal yang ditumbuhkan pada
media cair ISP 4 dengan penambahan minyak bumi dan fenol ....................................

3

2 Biomassa kering Streptomyces sp. isolat lokal yang ditumbuhkan pada
media cair ISP 4 dengan penambahan iso-oktana .......................................................

4

3 Persen (%) biodegradasi minyak bumi ........................................................................

4

4 Perubahan pH media cair ISP 4 dan ISP 4 modifikasi ................................................

4

5 Senyawa yang teridentifikasi pada kromatogram minyak bumi sebelum
perlakuan isolat Streptomyces sp. SLW8-1 .................................................................

6

6 Senyawa yang teridentifikasi pada kromatogram minyak bumi setelah
perlakuan isolat Streptomyces sp. SLW8-1 .................................................................

6

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Isolat Sterptomyces sp. yang digunakan dalam penelitian, isolat STR-2 (a); isolat
STR-3 (b); isolat B56-2 (c); isolat SLW8-1 (d) dan isolat 2075-2K (e) ......................

3

2 Kromatogram contoh minyak bumi sebelum perlakuan Streptomyces sp. SLW8-1 ...

5

3 Kromatogram contoh minyak bumi setelah perlakuan Streptomyces sp. SLW8-1 .....

5

4 Oksidasi n-alkana melalui oksidasi gugus metil terminal (Cookson 1995) .................

8

5 Oksidasi n-alkana melalui jalur subterminal (Atlas & Bartha 1998) ...........................

8

6 Reaksi perubahan senyawa benzena menjadi katekol .................................................

9

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Komposisi media agar YM per liter ...................................................................

14

2 Komposisi media ISP 4 per liter ..................................................................................

14

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak
bumi dilakukan secara besar-besaran sejak 30
tahun lalu. Hasilnya, jumlah cadangan minyak
bumi dunia terbukti meningkat dari sekitar
dua milyar barel (tahun 1970-an) menjadi
lima milyar barel (tahun 1980-an) bahkan
sampai dekade 1990-2000 pun masih terus
terjadi penemuan cadangan baru (Anonim
2005). Seiring dengan meningkatnya produksi
minyak bumi, limbah yang dihasilkannya
meningkat. Pencemaran lingkungan darat dan
perairan oleh limbah minyak bumi terus
berlangsung tanpa adanya pencegahan atau
penanggulangan yang intensif. Contohnya,
tumpahan minyak (heavy crude oil) yang
disebabkan oleh dampak pengoperasian
perusahaan pengeboran dan buangan dari
kapal pengangkut minyak. Tumpahan minyak
tersebut hampir setiap tahun mencemari
perairan Kepulauan Seribu (gugusan pulau
Pramuka, Panggang, Gosong dan pulau
lainnya) sehingga dipenuhi tumpahan minyak
setebal 5 cm (Syakti 2004). Contoh lain,
tumpahan
minyak
selama
aktivitas
pengeboran yang terjadi hampir setiap tahun.
Seperti tumpahan minyak pada kawasan
pengeboran minyak bumi Pertamina Daerah
Operasi Hulu Jawa Bagian Barat (DOH JBB)
Babelan, Bekasi, Jawa Barat. Material organik
yang tumpah dan menjadi limbah perlu
dihilangkan agar tidak mengganggu kestabilan
ekosistem dalam lingkungan tersebut. Salah
satu
upaya
yang
dilakukan
untuk
menghilangkan atau mengurangi limbah
minyak
bumi
yaitu
melalui
proses
bioremediasi.
Bioremediasi merupakan bagian dari
bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan
proses degradasi melalui aktivitas makhluk
hidup yang dapat memulihkan lahan tanah, air
dan sedimen dari kontaminan, dalam hal ini
minyak bumi. Minyak bumi merupakan
campuran
senyawa
kompleks
yaitu
hidrokarbon alifatik, alisiklik (struktur cincin
jenuh sikloalifatik) aromatik dan senyawa
nonhidrokarbon dalam jumlah kecil seperti
asam naftenik, fenol,
tiol, nitrogen
heterosiklik,
senyawa
sulfur
dan
metaloforpirin (Atlas & Bartha 1998). Banyak
sedikitnya senyawa tersebut bergantung pada
tempat asal minyak bumi (Koesoemadinata
1987). Lebih dari 500 senyawa terdeteksi
dalam minyak bumi (Fessenden & Fessenden
1986).

Kemampuan
biodegradasi
terhadap
senyawa hidrokarbon berbeda-beda. Senyawa
alifatik normal alkana (n-alkana) merupakan
senyawa yang mudah didegradasi (Lepo &
Cripe 1999). Senyawa n-alkana dengan rantai
karbon 10 (C10) sampai C22 dapat didegradasi
lebih cepat dibandingkan dengan n-alkana
rantai karbon panjang (lebih dari C22) yang
bersifat lebih resisten. Secara umum, rantai
karbon bercabang dapat mengurangi tingkat
biodegradasi. Senyawa aromatik, khususnya
kelompok
polinuklear
terkondensasi
didegradasi lebih lambat dibandingkan dengan
alkana. Sedangkan senyawa alisiklik tidak
dapat digunakan sebagai sumber karbon satusatunya bagi pertumbuhan mikrob secara
berkesinambungan, tetapi senyawa tersebut
dapat didegradasi melalui kometabolisme dua
atau lebih mikrob (Atlas 1981, diacu dalam
Atlas & Bartha 1998). Transformasi biologis
minyak sebagai polutan merupakan proses
mineralisasi material organik. Menurut Atlas
& Bartha (1998), biodegradasi polutan di
lingkungan merupakan proses kompleks yang
berdasarkan aspek kuantitatif dan kualitatif
bergantung pada alam dan sejumlah besar
keberadaan polutan, kualitas dan kondisi
lingkungan yang cocok serta komunitas
mikrob indigenus.
Mikrob yang mampu mendegradasi
minyak bumi akan mengubah material organik
hidrokarbon kompleks menjadi senyawa
sederhana yang digunakan sebagai sumber
nutrisinya. Mikrob dilaporkan mampu
mendegradasi dan membersihkan tanah yang
terkontaminasi oleh gasolin dan minyak diesel
hidrokarbon (terutama senyawa alifatik),
selama tidak ada faktor pembatas utama
seperti ketersediaan biologis, oksigen dan
temperatur (Atlas 1981, Leahly & Colwell
1990 dan Alexander 1999, diacu dalam
Eriksson et al. 2001). Beberapa jalur
metabolisme mikrob terlibat dalam degradasi
senyawa polynuclear aromatic hydrocarbons
(PAHs), n-alkana (C5 sampai C12), naftalena
dan toluena (Whyte et al. 1997).
Beberapa
kelompok
mikrob
telah
diketahui
mempunyai
peranan
dalam
bioremediasi diantaranya kelompok bakteri,
fungi, alga, protozoa dan bahkan dalam
bentuk consortia of microorganisms. Bakteri
mempunyai peranan yang sangat besar dalam
mendegradasi kontaminan senyawa organik
karena keberadaannya di alam sangat beragam
dan melimpah (Eweis et al. 1998). Bakteri
yang dapat mendegradasi hidrokarbon minyak
bumi adalah Pseudomonas, Arthrobacter,
Micrococcus,
Vibrio,
Acinebacter,

2

Brevibacterium,
Corynebacterium,
Flavobacterium, Leucothrix, Rhizobium,
Spirillum,
Alcaligenes,
Xanthomonas,
Cytophaga, Thermomicrobium,
Klebsiella
dan termasuk Actinomycetes, contohnya
Nocardia
(Atlas
&
Bartha
1998).
Actinomycetes diketahui dapat mendegradasi
fenol, aromatik, steroid, aromatik terklorinasi
dan
lignoselulosa
(U. S. EPA 1986).
Streptomyces sp. merupakan genus terbesar
dari Actinomycetes, kelompok bakteri gram
positif, berfilamen dengan diameter 0,5-1,0
m, memiliki kandungan guanin dan sitosin
(G+C) tinggi (63-78%), aerob (Holt et al.
1994) serta penghasil senyawa bioaktif
terbesar, seperti senyawa antibakteri yang
dilaporkan oleh Lestari (1997); Pancawati
(1998); Frewari (1999) dan Yuliani (1999).
Keragaman dan kelimpahan Streptomyces sp.
sangat tinggi di Indonesia (Lestari 1997).
Kondisi ini memberikan peluang besar untuk
mengkaji kemampuan Streptomyces sp. dalam
mendegradasi limbah minyak bumi.
Tujuan
Penelitian
ini
bertujuan
menapis
Streptomyces sp. isolat lokal yang mampu
mendegradasi limbah minyak bumi.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Februari
sampai
Agustus
2006
di
Laboratorium Mikrobiologi Departemen
Biologi FMIPA IPB, Laboratorium Kimia
Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB dan
Laboratorium Pangan Pusat Laboratorium
Terpadu UIN Jakarta.

BAHAN DAN METODE
Pengambilan
Contoh
Terkontaminasi Minyak Bumi.

Tanah

Contoh tanah terkontaminasi berasal dari
lokasi pengeboran minyak Pertamina DOH
JBB
Babelan,
Bekasi,
Jawa
Barat.
Pengambilan tanah dilakukan pada kedalaman
0 sampai 20 cm. Tanah berasal dari satu titik
di sekitar sumur pengeboran dalam kondisi
tergenang minyak bumi.
Peremajaan Isolat Lokal Streptomyces sp.
Isolat Streptomyces sp. yang digunakan
pada penelitian ini yaitu STR-2, STR-3, B562, SLW8-1 dan 2075-2K yang merupakan
koleksi Dr. Yulin Lestari, Laboratorium
Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA

IPB. Isolat Streptomyces sp. yang digunakan,
diisolasi dari tanah. Isolat STR-2 dan STR-3
berasal dari Cibinong, B56-2 berasal dari
Pulau Bokor Kep. Seribu, SLW8-1 berasal
dari Sukabumi dan 2075-2K berasal dari
Kalimantan. Peremajaan isolat dilakukan
dengan cara menumbuhkan bakteri pada
media agar yeast malt (YM). Komposisi
media agar YM dapat dilihat pada Lampiran 1.
Ekstraksi Minyak
Terkontaminasi.

Bumi

dari

Tanah

Tanah sebanyak 100 g ditempatkan dalam
labu 500 ml kemudian ditambah akuades 50
ml, metanol 100 ml, kalium hidroksida (KOH)
3 g, toluena 50 ml dan batu didih 4-5 biji,
kemudian dipanaskan menggunakan alat
refluks di atas penangas bersuhu 150 C
selama 45 menit. Setelah itu campuran
didinginkan, disaring dan diekstraksi dengan
n-heksana, kemudian dimasukkan ke dalam
corong pisah (Herdiyantoro 2001). Fase
heksana yang terbentuk berada di lapisan atas,
kemudian dipekatkan menggunakan rotavapor
sehingga dihasilkan minyak bumi pekat.
Uji Kemampuan Tumbuh Isolat pada
Minyak Bumi, Fenol atau Iso-Oktana.
Uji kemampuan tumbuh isolat dengan
minyak bumi, fenol dan iso-oktana sebagai
sumber karbon dilakukan dengan cara
menumbuhkan isolat hasil peremajaan dalam
Erlenmeyer 250 ml berisi 50 ml media cair
International Streptomyces Project 4 (ISP 4)
dengan sumber karbon soluble starch
digantikan dengan minyak bumi, fenol dan
iso-oktana. Komposisi media cair ISP 4 dapat
dilihat pada Lampiran 2. Kultur bakteri
diinkubasi selama 21 hari (untuk ISP 4
modifikasi + minyak bumi dan ISP 4
modifikasi + fenol sebagai sumber karbon)
serta 14 hari inkubasi (untuk kultur bakteri
pada media cair ISP 4 modifikasi + iso-oktana
sebagai sumber karbon) dengan agitasi 75 rpm
pada suhu ruang. Isolat yang sama
ditumbuhkan juga dalam media cair ISP 4
(dengan soluble starch sebagai sumber
karbon) yang diinkubasi selama 21 hari pada
suhu ruang dan dengan agitasi 75 rpm. Kultur
dikondisikan sama yaitu semua isolat berumur
±12 hari dan telah berspora. Setelah
diinkubasi, kultur bakteri disentrifugasi
dengan kecepatan 4000 xg selama 15 menit
suhu 12 ºC, kemudian disaring. Pelet
dikeringkan dan ditimbang. Kultur bakteri
pada media cair ISP 4 + minyak bumi sebagai
sumber karbon ditambahkan senyawa dimetil

3

sulfoksida (DMSO) sebanyak 1 ml. Minyak
bumi yang digunakan sebagai sumber karbon
kemudian diekstraksi dan dikeringkan dalam
ruang
asam
untuk
dihitung
persen
biodegradasi. Persen biodegradasi dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
% Biodegradasi = mb0 - mbt
mb0

x

100%

keterangan:
mb0 : bobot minyak bumi awal (gram)
mbt : bobot minyak bumi akhir (gram)

Analisis Minyak Bumi Menggunakan Gas
Chromatography Mass Spectrophotometry
(GCMS)
Contoh minyak bumi diekstraksi dalam
pelarut campuran benzena : heksana : dietil
eter (3 : 1 : 1, vol : vol : vol) (Sugoro 1999)
dengan perbandingan minyak bumi : larutan
yaitu 0,5 g : 200 ml (hingga minyak bumi
larut), kemudian diambil fase atas hasil
ekstraksi dan diencerkan hingga 100 kali,
setelah itu campuran dianalisis menggunakan
GCMS Shimadzu QP2010. Contoh minyak
bumi dianalisis pada suhu oven kolom 40 C,
suhu injeksi 150 C, menggunakan kolom
DB-5MS, pengisi kolom atau stationary phase
100%
dimethyl
polysiloxane,
dengan
menggunakan model split injeksi, tekanan 10
kPa, aliran total 56 ml/menit, aliran kolom
0,54 ml/menit, split rasio 100, suhu ion source
260 C dan suhu interface 250 C.

HASIL
Pertumbuhan Isolat Lokal Streptomyces sp.
Isolat Streptomyces sp. (Gambar 1)
tumbuh baik pada media agar peremajaan YM
yang diinkubasi pada suhu ruang.

(a)

(b)

(d)
Gambar 1

(c)

(e)
Isolat Streptomyces sp. yang
digunakan dalam penelitian,
isolat STR-2 (a); isolat STR-3
(b); isolat B56-2 (c); isolat
SLW8-1 (d) dan isolat 2075-2K
(e).

Lima isolat Streptomyces yang digunakan
menghasilkan pigmen warna sehingga dapat
mengubah warna media YM dari kuning
keruh menjadi kuning cerah pekat (isolat
STR-2 dan B56-2), coklat (STR-3) dan
kuning pudar (SLW8-1 dan 2075-2K).
Pertumbuhan koloni isolat Streptomyces yaitu
sekitar 7 sampai 14 hari.
Kemampuan
Tumbuh
Isolat
pada
Minyak Bumi, Fenol atau Iso-Oktana.
Hasil bobot biomassa kering (mg)
Streptomyces
sp.
isolat
lokal
yang
ditumbuhkan pada media cair ISP 4 dengan
penambahan minyak bumi dan fenol dapat
dilihat pada Tabel 1. Bobot biomassa kering
(mg) Streptomyces sp. isolat lokal yang
ditumbuhkan pada media cair ISP 4 dengan
penambahan iso-oktana disajikan pada Tabel
2. Pada pertumbuhan isolat dalam media cair
ISP 4 modifikasi dengan penambahan minyak
bumi dan fenol menunjukkan kisaran bobot
biomassa kering yang hampir sama. Data pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa biomassa kering
yang ditumbuhkan pada media cair ISP 4
modifikasi selama 21 hari lebih kecil daripada
biomassa kering pada media cair ISP 4. Data
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa isolat
Streptomyces sp. mampu tumbuh pada media
dengan penambahan iso-oktana selama 14 hari.
Biomassa kering tertinggi pada media ISP 4
dengan penambahan iso-oktana ditunjukkan
oleh isolat SLW8-1 sebesar 132,80 mg.
Tabel 1 Biomassa kering Streptomyces sp.
isolat lokal yang ditumbuhkan
pada media cair ISP 4 dengan
penambahan minyak bumi dan
fenol
Biomassa kering (mg)*
Isolat
ISP 4
ISP 4 +
ISP 4 +
minyak
fenol
bumi
STR-2
98,45
61,75
64,50
STR-3
119,95
70,40
79,95
2075-2K 120,05
70,45
67,55
B56-2
72,95
77,80
130,90
SLW8-1 116,80
89,60
92,50
* Kultur bakteri diinkubasi selama 21 hari

4

Tabel 2

Biomassa kering Streptomyces sp.
isolat lokal yang ditumbuhkan pada
media cair ISP 4 dengan
penambahan iso-oktana
Biomassa kering (mg) *
Isolat
ISP 4 + iso-oktana

STR-2
2075-2K
STR-3
B56-2
SLW8-1

* Kultur bakteri diinkubasi selama 14 hari

Bumi

oleh

Pengurangan bobot minyak bumi yang
terjadi selama inkubasi dapat dihitung untuk
mendapatkan persen biodegradasi minyak
bumi (Tabel 3).
Tabel 3 Persen (%) biodegradasi minyak
bumi
Isolat
(%) biodegradasi
STR-2
STR-3
B56-2
SLW8-1
2075-2K

23
23
25
31
25

Pada Tabel 3, terlihat bahwa minyak bumi
dapat didegradasi oleh semua Streptomyces
spp. yang diujikan. Persen biodegradasi
tertinggi mencapai 31% yang dimiliki oleh
isolat SLW8-1.
Perubahan pH Media Sebelum dan
Setelah Perlakuan Bakteri.
Kultur bakteri yang ditumbuhkan pada
media ISP 4 modifikasi mengalami penurunan
pH selama inkubasi (Tabel 4).
Tabel 4 Perubahan pH media cair ISP 4 dan
ISP 4 modifikasi
ISP
4

Isolat
7
SLW8-1
B56-2
STR-3

ISP 4 + ISP 4
minyak
+
bumi*
fenol*
pH awal
7,54
7,60
pH akhir
6,29
6,70

ISP 4 +
isooktana**
7,62
6,98

6,63
6,56

6,65
6,66

6,99
7,05

2075-2K

6,49

6,68

7,07

STR-2

6,58

6,69

7,08

6,8

Dari Tabel 4, terlihat bahwa semua media
cair ISP 4 modifikasi mengalami penurunan
pH selama inkubasi.
Komposisi Minyak Bumi Sebelum dan
Setelah Didegradasi oleh Streptomyces sp.

97,65
109,10
110,85
111,00
132,80

Biodegradasi
Minyak
Streptomyces sp.

* Kultur bakteri diinkubasi selama 21 hari
** Kultur bakteri diinkubasi selama 14 hari

Perubahan struktur minyak bumi sebelum
dan setelah digunakan sebagai sumber karbon
bagi bakteri dapat diketahui dengan
menggunakan GCMS. Analisis minyak bumi
dilakukan pada kultur terpilih (berdasarkan
pada biomassa kering dan persen biodegradasi
tertinggi) yaitu isolat SLW8-1. Hasil
kromatogram contoh minyak bumi sebelum
dan setelah perlakuan Streptomyces sp.
SLW8-1 dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.
Dari hasil kromatogram terlihat adanya
perbedaan komposisi senyawa minyak bumi
sebelum dan setelah perlakuan isolat SLW8-1.
Pada kromatogram contoh minyak sebelum
didegradasi oleh Streptomyces sp. SLW8-1
menunjukkan bahwa senyawa yang dominan
muncul memiliki waktu retensi antara 40
sampai 50 menit. Pada kromatogram contoh
minyak bumi setelah didegradasi oleh
Streptomyces sp. SLW8-1 menunjukkan
bahwa senyawa yang dominan muncul
memiliki kisaran waktu yang lebih rendah
yaitu antara 20 sampai 40 menit. Senyawa
yang teridentifikasi menurut waktu retensi
dengan luas puncak tertentu untuk minyak
bumi sebelum perlakuan Streptomyces sp.
SLW8-1 disajikan pada Tabel 5. Data
menunjukkan bahwa senyawa yang dominan
(luas puncak 76,58%) pada waktu retensi
45.041 menit adalah senyawa heneikosana
(C21H44) dan tiga senyawa lainnya yaitu
benzena (C6H6), n-eikosana (C20H42) dan
desil-siklopentana (C15H30) dengan waktu
retensi yang lebih rendah. Senyawa yang
teridentifikasi menurut waktu retensi dengan
luas puncak tertentu untuk minyak bumi
setelah perlakuan Streptomyces sp. SLW8-1
ditunjukkan pada Tabel 6. Senyawa yang
dominan (luas puncak 24,43%) dengan waktu
retensi 36.643 menit adalah senyawa
2,6,10,14-tetrametil pentadekana (C19H40) dan
13 senyawa lainnya dengan waktu retensi
yang lebih rendah.

5

Gambar 2 Kromatogram contoh minyak bumi sebelum perlakuan Streptomyces sp. SLW8-1.

Gambar 3 Kromatogram contoh minyak bumi setelah perlakuan Streptomyces sp. SLW8-1.

6

Tabel 5

Senyawa yang teridentifikasi
Streptomyces sp. SLW8-1
Waktu Retensi Rumus Kimia
4.666
C6 H 6
41.811
C20H42
43.154
C15H30
45.041
C21H44
48.849
C27H56

Tabel 6

pada kromatogram minyak bumi sebelum perlakuan
Nama Senyawa
benzena
n-eikosana
desil-siklopentana
heneikosana
9-etil,9-heptil oktadekana

Luas Puncak (%)
7,11
2,81
0.28
76,58
2,02

Senyawa yang teridentifikasi pada kromatogram minyak bumi setelah perlakuan
Streptomyces sp. SLW8-1
Waktu Retensi Rumus Kimia
Nama Senyawa
Luas Puncak (%)
3.663
C6H14
3-metil pentana
0,28
3.833
C6H14
n-heksana
8,94
4.256
C6H14
metil-siklopentana
0,55
7.369
C7H8
metilbenzena
0,29
24.148
C10H22
3-metil nonana
0,47
24.437
C15H32
2,7,10-trimetil dodekana
1,10
25.134
C13H28
n-tridekana
1,07
27.888
C14H30
n-tetradekana
2,08
28.024
C15H32
2,6,11-trimetil dodekana
1,26
30.421
C18H38
n-oktadekana
2,11
31.390
C15H32
n-pentadekana
5,31
33.991
C16H34
n-heksadekana
7,37
36.405
C17H36
n-heptadekana
8,14
24,43
36.643
C19H40
2,6,10,14-tetrametil pentadekana
38.649
C19H40
n-nonadekana
8,79

7

PEMBAHASAN
Pertumbuhan Isolat Lokal Streptomyces sp.
Isolat Streptomyces sp. tumbuh baik pada
suhu ruang, hal ini sesuai dengan Holt et al.
(1994) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
optimum Streptomyces sp. pada suhu 25
sampai 35 C dan pada pH optimum 6,5
sampai 8,0. Streptomyces sp. menghasilkan
berbagai pigmen yang menimbulkan warna
pada miselium udara dan substrat (Madigan et
al. 2000), sehingga dapat mengubah warna
media. Isolat Streptomyces sp. yang
digunakan dalam penelitian memiliki pigmen
warna yang berbeda-beda yaitu abu-abu,
kuning keputih-putihan, coklat dan merah
kecoklatan. Dalam pertumbuhannya, isolat
Streptomyces sp. menghasilkan spora yang
terbentuk dari tangkai spora (rantai spora)
yang dikenal dengan konidia (Eweis et al.
1998).
Kemampuan
Tumbuh
Isolat
pada
Minyak Bumi, Fenol atau Iso-Oktana.
Kemampuan tumbuh bakteri pada media
cair ISP 4 modifikasi dengan penambahan
minyak bumi dan fenol ditunjukkan dengan
bobot biomassa kering pada Tabel 1. Semua
isolat Streptomyces sp. yang digunakan pada
penelitian ini mampu tumbuh dengan
memanfaatkan minyak bumi dan fenol untuk
pertumbuhannya.
Minyak
bumi
yang
dimanfaatkan untuk pertumbuhan bakteri
melalui rangkaian proses degradasi senyawa
yang kompleks menjadi senyawa sederhana
akan masuk ke dalam jalur metabolismenya.
Proses biodegradasi senyawa hidrokarbon
merupakan transformasi senyawa toksik
menjadi senyawa yang kurang toksik bagi
makhluk
hidup.
Selama
proses
ini
berlangsung, bakteri memakan hidrokarbon
dari minyak buangan untuk menghasilkan
biomassa, yaitu suatu akumulasi dari massa
sel yang sebagian besar tersusun oleh protein
(Udiharto et al. 1995). Isolat Streptomyces spp.
juga mampu memanfaatkan senyawa fenol
(Tabel 1) yang termasuk ke dalam senyawa
aromatik non hidrokarbon, hal ini sesuai
dengan laporan U.S. EPA 1986 yang
menyebutkan bahwa Actinomycetes diketahui
dapat mendegradasi fenol, steroid, aromatik
terklorinasi dan lignoselulosa.
Kemampuan tumbuh bakteri pada media
cair ISP 4 modifikasi dengan penambahan isooktana (Tabel 2) menunjukkan bahwa semua
Streptomyces sp. isolat lokal yang diuji
mampu beradaptasi pada senyawa iso-oktana.

Senyawa iso-oktana termasuk ke dalam
senyawa alkana. Komponen minyak bumi
yang mudah didegradasi oleh bakteri
merupakan
komponen
terbesar
atau
mendominasi minyak bumi, yaitu alkana yang
bersifat lebih mudah larut dalam air dan
terdifusi ke dalam membran sel bakteri
dibandingkan dengan komponen hidrokarbon
minyak bumi lainnya. Jumlah bakteri yang
mendegradasi komponen ini relatif banyak
karena substratnya yang melimpah di dalam
minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi
komponen minyak bumi ini biasanya
merupakan pengoksidasi n-alkana (Hadi
2006).
Komponen hidrokarbon minyak bumi
diketahui tersusun dari senyawa alifatik,
alisiklik dan aromatik. Normal alkana
merupakan alkana rantai lurus. Pada n-alkana,
insersi oksigen terjadi pada gugus metil
terminal maupun gugus metil sub terminal,
selanjutnya diikuti dengan pemecahan
molekul rantai karbon kedua dan ketiga
(pemecah ). Proses degradasi n-alkana
melalui oksidasi gugus metil terminal dapat
dilihat pada Gambar 4 dan oksidasi melalui
jalur subterminal pada Gambar 5. Senyawa
sikloalkana lebih resisten terhadap serangan
mikrob. Proses degradasi senyawa sikloalkana
melalui oksidasi langsung dan ko-oksidasi
dengan cara substitusi dan insubstitusi. Kooksidasi sikloalkana menghasilkan senyawa
keton atau alkohol. Degradasi dapat melalui
pemecahan cincin dengan cara pemasukan
atom oksigen oleh enzim oksigenase (Atlas &
Bartha 1998). Berdasarkan reaksi oksidasi
pada Gambar 4 dan 5, asam karboksilat yang
terbentuk akan diproses oleh enzim oksidasi
membentuk formasi dua unit senyawa karbon
pendek, yaitu asam lemak dan asetil ko-A
disertai pembebasan gas karbondioksida
(Atlas & Bartha 1998). Metabolisme
hidrokarbon aromatik oleh bakteri diawali
dengan pembentukan protokatekuat atau
katekol. Senyawa
tersebut
selanjutnya
didegradasi menjadi senyawa yang dapat
masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam
sitrat), yaitu suksinat, asetil ko-A, dan piruvat.
Gambar 6 menunjukkan reaksi perubahan
senyawa benzena menjadi katekol. Pemecahan
cincin
pada
senyawa
katekol
atau
protokatekuat dapat melalui dua jalur, yaitu
orto dan meta yang bergantung pada jenis
bakteri dan substratnya. Senyawa antara
protokatekuat yang didegradasi melalui jalur
orto menghasilkan asam asetat dan asam
suksinat, sedangkan melalui jalur meta

8

CH3-(CH2)n-CH3
CH3-(CH2)n-CH3OH
CH3-(CH2)n-CHO

O

CH3-(CH2)n-CH2-O-C-(CH2)n-CH3

CH3-(CH2)n-COOH
-hidroksilasi
HOCH2-(CH2)n-COOH
HOOC-(CH2)n-COOH
Gambar 4

-oksidasi

Oksidasi n-alkana melalui oksidasi gugus metil terminal (Cookson 1995).

OH
O2 + 2H+
R-CH2-CH2-CH3
Alkana

-H2O

O

R-CH2-CH-CH3
Alkohol
sekunder
O

O2 + 2H+
R-CH2-O-C-CH3
Asetilester

-H2O

R-CH2-C-CH3
Metilketon
(2-keton)

+H2O
R-CH2-OH + CH3-COOH
Alkohol
Asam asetat
primer
-2H+
-H2O
R-CHO
R-COOH
Aldehida -2H+
Asam
karboksilat

-oksidasi

-oksidasi

Gambar 5 Oksidasi n-alkana melalui jalur subterminal (Atlas & Bartha 1998).

9

menghasilkan dua molekul asam piruvat
(Cookson 1995).
Pertumbuhan
bakteri
tidak
hanya
bergantung pada sumber karbon, akan tetapi
oksigen dan nitrogen sebagai sumber nutrien
juga merupakan unsur yang penting.
Pertumbuhan
bakteri
pendegradasi
hidrokarbon dilaporkan lebih cepat dengan
adanya penambahan senyawa anorganik N
dan P (Roling et al. 2002) dan dapat
meningkatkan kecepatan bioremediasi secara
signifikan (Hadi 2006). Pada penelitian ini,
sumber senyawa anorganik N dan P
terkandung dalam media cair ISP 4.
Sedangkan senyawa oksigen terlibat dalam
proses oksidasi senyawa hidrokarbon.
Menurut
Hadi
(2006),
penggunaan
hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses
aerobik (menggunakan oksigen). Tanpa
adanya oksigen, hidrokarbon ini tidak
didegradasi oleh mikrob (kecuali bakteri
pereduksi sulfat). Dalam penelitian ini kondisi
inkubasi memungkinkan udara berdifusi ke
dalam medium melalui sumbat kapas sehingga
isolat Streptomyces sp. dapat memanfaatkan
oksigen untuk proses degradasi.

O2
Benzena monooksigenase
NAD+ + H2

H2O

NAD+
katekol

Gambar 6

Reaksi perubahan senyawa
benzena menjadi katekol.

Biodegradasi
Minyak
Streptomyces sp.

Bumi

oleh

Proses
biodegradasi
minyak
bumi
merupakan proses penguraian senyawa
kompleks menjadi lebih sederhana, yang
dapat dilihat dari pengurangan jumlah minyak
bumi. Kandungan minyak bumi yang
ditambahkan pada media yaitu sebesar 0,5 g,
selama proses inkubasi terjadi pengurangan
minyak bumi dalam media. Pengurangan
minyak bumi pada media menunjukkan bahwa
bakteri memanfaatkan minyak bumi sebagai
sumber karbon bagi pertumbuhannya.
Perubahan pH Media Sebelum dan
Setelah Perlakuan Bakteri.
Media ISP 4 modifikasi dengan
penambahan minyak bumi, fenol dan isooktana mengalami penurunan pH selama
inkubasi. Hal ini mengindikasikan bahwa
reaksi dari proses biodegradasi menghasilkan
asam sehingga dapat menurunkan pH media.
Menurut Udiharto et al. (1995) selama proses
biodegradasi berlangsung bakteri memakan
hidrokarbon dari minyak buangan untuk
menghasilkan biomassa dan mengeluarkan
metabolit-metabolit ke dalam media yaitu
asam, surfaktan dan gas.
Pada penelitian ini tidak diamati produk
surfaktan dari Streptomyces sp. akan tetapi
senyawa surfaktan ini ditambahkan pada
media cair ISP 4 modifikasi dengan
penambahan minyak bumi. Senyawa surfaktan
yang ditambahkan pada media yaitu DMSO.
Surfaktan merupakan senyawa organik yang
bersifat sebagai zat aktif permukaan (Wijaya
2002). Senyawa ini berfungsi sebagai
pendispersi suatu cairan ke dalam cairan lain
yang tidak saling campur, karena surfaktan
memiliki gugus polar dan gugus non polar.
Penambahan surfaktan ke dalam suatu
campuran minyak dan air juga dimaksudkan
agar substrat (minyak) lebih larut dalam air.
Larutnya substrat non polar ini dalam air
maka
proses
metabolisme
bakteri
pendegradasi minyak bumi dapat berlangsung
dengan cepat (Dahuru 2003). Penambahan
surfaktan
dapat
meningkatkan
laju
biodegradasi. Boonchan et al. (1998)
menyebutkan bahwa biodegradasi PAHs oleh
bakteri Stenotrophomonas maltophilia dengan
surfaktan mencapai 67%, sedangkan tanpa
surfaktan hanya mencapai 30%. Dahuru
(2003) melaporkan bahwa biodegradasi
dengan surfaktan anionik memberikan hasil
terbaik yaitu mampu menghilangkan diesel
pada tanah sebesar 106 g/kg tanah dalam

10

waktu 60 hari, sedangkan tanpa surfaktan
sebesar 43,4 g/kg tanah dengan waktu yang
sama.
Komposisi Minyak Bumi Sebelum dan
Setelah Didegradasi oleh Streptomyces sp.
Data pada Tabel 5 dan 6 menunjukkan
bahwa semakin bertambahnya waktu retensi
maka semakin besar jumlah atom karbon dan
semakin bertambah berat molekul senyawa
penyusun minyak bumi tersebut yang muncul
dalam kromatogram. Senyawa dengan rantai
C21 (senyawa
yang terdeteksi pada
kromatogram
minyak
bumi
sebelum
perlakuan bakteri) yang terdapat dalam jumlah
banyak dengan luas puncak sebesar 76,58%,
setelah didegradasi oleh Streptomyces sp.
menjadi C19 (8,79% dan 24,43%), C18 (2,11%),
C17 (8,14%), C16 (7,37%), C15 (5,31% dan
1,26%), C14 (2,08%), C13 (1,07%) dan C10
(0,47%). Perbedaan rantai karbon pada
senyawa penyusun minyak bumi sebelum dan
setelah perlakuan bakteri menunjukkan bahwa
isolat SLW8-1 mampu mendegradasi minyak
bumi dengan memecahnya menjadi senyawasenyawa dengan rantai karbon yang lebih
sederhana.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Isolat
SLW8-1
setelah
21
hari
pertumbuhan memiliki biomassa kering
tertinggi sebesar 89,60 mg (media ISP 4 +
minyak bumi), 92,50 mg (media ISP 4 +
fenol) dan 14 hari pertumbuhan memiliki
biomassa 132,80 mg (media ISP 4 + isooktana), sedangkan biomassa kering tertinggi
pada media ISP 4 dimiliki oleh isolat B56-2
berumur 21 hari sebesar 130,90 mg. Persen
biodegradasi tertinggi terdapat pada isolat
SLW8-1 sebesar 31%. Isolat SLW8-1 mampu
mendegradasi minyak bumi yang ditunjukkan
dengan perubahan struktur minyak bumi
menjadi lebih sederhana.
Saran
Perlu dilakukan
untuk mengetahui
pertumbuhan isolat
murah dan mudah
lapangan.

penelitian lebih
media sederhana
Streptomyces sp.
diterapkan dalam

lanjut
bagi
yang
skala

11

DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2005. Energi fosil masih
primadona. http://www.pertamina.com/
indonesia/head_office/hupmas/news/Wp
ertamina/2004/Januari_04/wp010407.ht
ml [19 Desember 2005].
Atlas RM, Bartha R. 1998. Microbial Ecology
ed ke-4. Benjamin/Cummings Publishing
Company, Inc.
Boonchan S, Britz ML, Stanley GA. 1998.
Surfactant enhanced biodegradation of
high molecular weight polycyclic
aromatic
hydrocarbons
Stenotrophomonas
maltophilia.
Biotechnol and bioengineering. 59: 482494.
Cookson
JT.
1995.
Bioremediation
Engineering design and Application.
New York: McGraw-Hill, Inc.
Dahuru M. 2003. Pengaruh mikroorganisme
dari kotoran kuda dan surfaktan pada
bioremediasi
tanah
terkontaminasi
minyak diesel [skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Eriksson M, Jong OK, William WM. 2001.
Effect of low temperature and freezethaw
cycle
on
hydrocarbon
biodegradation in Artic Tundra soil. Appl
and Environt Microbiology. 67: 51075112.
Eweis JB, Ergas SJ, Chang DPY, Schroeder
ED. 1998. Bioremediation Principles.
Malaysia: MCGraw-Hill.
Fessenden RJ, Fessenden JS. Kimia Organik.
Ed ke-3 jilid 1. 1986. Jakarta: Erlangga.
Frewari I. 1999. Penapisan biologis dan
isolasi senyawa peptida antimikrob dari
Streptomyces sp. [skripsi]. Bogor:
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Hadi SN. 2006. Degradasi minyak bumi
via
”tangan”
mikroorganisme.
http://www.google.com [8 September
2006].

Herdiyantoro D. 2001. Pengaruh inokulasi
kultur campuran bakteri perombak
hidrokarbon dari ekosistem air hitam
Kalimantan Tengah dan pemberian
pupuk inorganik nitrogen dan fosfor
dalam biodegradasi minyak bumi
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Holt JG et al. 1994. Bergey`s Manual of
Determinative Bacteriology ed ke-9.
Baltimore: Williams & Wilkins.
Koesoemadinata
RP.
1987.
Geologi
Petroleum dan Gas Asli jilid I. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Malaysia.
Lepo JE, Cripe CR. 1999. Biodegradation of
polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH)
from crude oil in sandy-beach
microcosms. Di dalam: Bell CR,
Brylinsky M, Johnson-Green P, editor.
Microbial Biosystems: New Frontiers.
Proceedings of the 8th International
Symposium on Microbial Ecology;
Halifax, 1999. Canada: Atlantic Canada
Society for Microbial Ecology. hlm 1-11.
Lestari Y. 1997. Eksplorasi, isolasi dan
karakterisasi mikroskopis Streptomyces
sp. indigenus. Laporan penelitian. Pusat
Antar Universitas Bioteknologi, Institut
Pertanian Bogor.
Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2000.
Biology of Microorganisms ed ke-9. New
Jersey: Prentice-Hall.
Pancawati J. 1998. Isolasi Streptomyces sp.
dari tanah hutan Kalimantan dan uji daya
penghambatannya
terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Roling WFM et al. 2002. Robust hydrocarbon
degradation and dynamic of bacterial
communities during nutrient-enhanced
oil spill bioremediation. Appl and
Environt Microbiology. 68: 5537-5548.
Sugoro I. 1999. Analisis gas dan minyak bumi
dengan GCMS pada kultur isolat bakteri
hidrokarbonoklastik [skripsi]. Bandung:
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi
Bandung.

12

Udiharto M, SA Rahayu, A Haris, Zulkifliani.
1995. Peran bakteri dalam degradasi
minyak dan pemanfaatannya dalam
penanggulangan
minyak
buangan.
Prosiding Diskusi Ilmiah VIII. Jakarta:
PPPTMGB Lemigas.
U. S. Environmental Protection Agency. 1986.
Handbook of Control Technologies for
Hazardous Air Pollutants, EPA Report:
625/6-86/014, Research Triangle Park,
NC.
Syakti AD. 23 Oktober 2004. Bioremediasi
lingkungan. Republika: 11 (kolom 6-8).
Whyte LG, Bourbonniere L, Greer CW. 1997.
Biodegradation
of
petroleum
hydrocarbons
by
psychrotrophic
Pseudomonas strains possessing both
alkane (alk) and naphthalene (nah)
catabolic pathways. Appl and Environt
Microbiology. 63: 3719-3723.
Wijaya H. 2002. Kinetika biodegradasi alkil
sulfonat linear dan alkil benzena sulfonat
oleh isolat bakteri dari campuran lumpur
aktif dengan tanah tercemar detergen
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Yuliani E. 1999. Biodiversitas dan
karakterisasi senyawa antibakteri dari
Streptomyces sp. [skripsi]. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahua Alam,
Institut Pertanian Bogor.

13

LAMPIRAN

14

Lampiran 1 Komposisi media agar YM per liter
Agar-agar
Glukosa
Yeast extract
Malt extract

15 g
4g
4g
10 g

Lampiran 2 Komposisi media ISP 4 per liter
Soluble starch
CaCO3
(NH4)2SO4
K2HPO4
MgSO4.7H2O
NaCl
FeSO4.7H2O
MnCl2.7H2O
ZnSO4.7H2O

10 g
2g
2g
1g
1g
1g
1 mg
1 mg
1 mg