Kajian Daya Simpan Buah Lima Genotipe Pepaya

4-?kt4
~ v b b
h l?

KAJIAN DAYA SIMPAN BUAH LIMA GENOTIPE PEPAYA

Oleh:
Krisna Deviana Purba
A34302061

PROGRAM STUD1 HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

KRISNA DEVIANA PURB.4, Kajian Daya Simpan Buah Lima
Genotipe Pepaya. Dibimbing oleh WINARSO DRAJAD WIDODO dan
KETTY SUKETI.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji daya simpan dan
karakter fisik serta kimia lima genotipe pepaya dengan mempelajari perubahan

fisik dari pepaya yang dipanen pada tiga tingkat kematangan sampai dengan buah
tidak layak dikonsumsi (busuk), serta mengukur kandungan kimia buah dari saat
petik hingga tidak layak dikonsumsi. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah buah pepaya koleksi PKBT IPB di Kebun Percobaan Tajur 1, Bogor,
terdiri atas lima genotipe: IPB 1 betina, IPB 1 x Str 6-4 betina, IPB 10A,
IPB 10A x PB 174, dan IPB 1 x IPB 10A hermaprodit. Bahan kimia yang
digunakan berupa larutan NaOH, iodium, amilum, alkohol, dan indikator
phenolphtalein. Alat yang digunakan meliputi meteran, penggaris, pisau,
timbangan, hand refractometer, hand fruit hardness tester, pHmeter, blender,
gelas ukur, labu takar, erlenmeyer, buret dan alat titrasi lainnya.
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
2 faktor. Faktor yang diuji adalah umur panen dan waktu simpan. Buah yang
diamati meliputi 5 genotipe pepaya dengan 3 umur panen (Ul, U2, U3) dan
3 waktu sirnpan (PI, P2, P3) yang masing-masing terdiri dari 6 buah pepaya.

Umur panen dihitung sejak bunga mekar, untuk genotipe IPB 1 dipanen pada 130,
135 dan 140 hari setelah anthesis (HSA), genotipe IPB 10A dipanen pada 160,
165 dan 170 HSA, dan genotipe IPB 1 x Str 6-4, IPB 10A x PB 174 dan
IPB 1 x IPB 10A dipanen pada saat 140, 145 dan 150 HSA. Waktu simpan
dilakukan selama 2 hari, 4 hari dan pada saat buah tidak dapat dikonsumsi lagi

(busuk), untuk genotipe IPB 1, IPB 1 x Str 6-4, dan IPB 1 x IPB 10A berkisar
selama 7 hari, genotipe IPB 10A x PB 174 berkisar 6 hari, dan genotipe IPB 10A
berkisar 9 hari. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji F pada
program SAS 6.12. Data yang menunjukkan pengaruh yang nyata, dilakukan uji
lanjut dengan Uji Tukey pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen dan waktu simpan
pepaya mempengaruhi karakter fisik serta kimia buah. Pengkajian terhadap sifat
kimia menunjukkan bahwa nilai pH meningkat dengan semakin mudanya umur
panen pada genotipe IPB 10A dan IPB 10A x PB 174. Umur panen berpengaruh
terhadap nilai PTT genotipe IPB 1 x IPB 10A dan waktu simpan berpengaruh
terhadap nilai PTT genotipe IPB 10A. Nilai PTT meningkat dengan semakin tua

umur panen dan semakin lamanya waktu simpan. Umur panen berpengaruh pada
nilai ATT genotipe IPB 1, sedangkan waktu simpan berpengaruh terhadap nilai
ATT genotipe IPB 10A. Nilai ATT meningkat dengan semakin muda wnur panen
dan semakin lamanya waktu simpan. Semakin tua umur panen pada genotipe
IPB 1 dan IPB 1 x IPB 10A, meningkatkan kandungan vitamin C buah.
Kandungan karoten tertinggi terdapat pada genotipe IPB 1 x Str 6-4. Daya simpan
buah yang paling lama terdapat pada genotipe IPB 10A berkisar 9 hari.

Umur panen dan waktu simpan berpengaruh terhadap karakter fisik buah
terutama wama kulit dan kekerasan buah. Semakin tua umur panen atau semakin
lama waktu simpan, persentase wama kulit buah yang berwama kuning semakin
besar dan buah semakin lunak. Umur panen dan waktu simpan tidak berpengaruh
terhadap wama daging buah, dimana masing-masing genotipe mempunyai daging
buah benvama oranye hingga merah. Waktu simpan berpengaruh terhadap
besamya persentase bobot bagian yang dapat dimakan pada genotipe IPB 1 dan
IPB IOA,

KAJIAN DAYA SIMPAN BUAH LIMA GENOTIPE PEPAYA

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar saj a n a pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:
Krisna Deviana Purba
A34302061

PROGRAM STUD1 HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Judul

: KAJIAN DAYA SIMPAN BUAH LIMA GENOTIPE PEPAYA

Nama

: Krisna Deviana Purba

NRP

: A34302061

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I


Dr Ir ~ i n a r s oWidodo,
~.
MS
NIP : 131 664 405

-:*.
"*rl-2-x
**, \ >.
,

,

,

.

*i.
,

Ir ~ e t t ~dketi,

v
MSi
NIP : 131 578 793

Mengetahui,
akultas Pertanian

Tanggal Lulus :

2 9 f?OV 23%

.

RIWAYAT HIIlT.JP
Penulis dilahirkan di Kota Pematangsiantar, Propinsi Sumatera Utara pada
tanggal 23 Desember 1983. Penulis merupakan anak kelima Hasiholan Purba, SH
dan Rosmadiana Sumbayak, SH.
Tahun 1996 penulis lulus dari SD RK Cinta Rakyat 4 Pematangsiantar,
kemudian pada tahun 1999 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1
Pematangsiantar. Selama bersekolah di SMP Negeri 1, penulis menjadi anggota

Pramuka pada Gugus Depan 047-048. Selanjutnya penulis lulus dari SMU
Negeri 2 Pematangsiantar pada tahun 2002. Selama SMU, penulis menjadi
anggota siswa pencinta alam (Brimantala), dan menjabat sebagai bendahara OSIS
pada tahun 2000-2002.
Taliun 2002 penulis diterima di P B melalui jalur SPMB sebagai
mahasiswa pada Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti
kegiatan Pelatihan Kerja di Kantor Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura
dan Direktorat Tanaman Buah Departemen Pertanian Jakarta pada tahun 2004.
Penulis juga menjadi anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) P B .

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TUHAN, berkat kasih karunia
dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sajana pada program
studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada:


1. Dr Ir Winarso Drajad Widodo, MS dan Ir Ketty Suketi, MSi yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan penelitian dan
selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Dr Ir Sriani Sujiprihati, MS selaku dosen penguji atas kritik dan saran
yang telah diberikan.
3. Dr Ir Surjono Hadi Sutjahjo, MS atas bimbingan selama penulis belajar di
Institut Pertanian Bogor.

4. PKBT atas penggunaan lahan, penyediaan bahan tanaman, bahan kimia
dan penggunaan laboratorium yang diberikan.

5. Bapak, Mamak, kakak d m abang penulis (Lenny, Rosalin, Ganda, dan
Padu) atas kasih sayang, dukungan moral d m materil, serta doa yang tak
pemah putus kepada penulis.

6. Teman-teman Hortikult~ua'39 untuk segala bantuan dan semangat yang
telah diberikan pada penulis saat pelaksanaan penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2006
Penulis

DAFTAR IS1

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................................1
3
Tujuan ......................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Biologi Bunga ............................................................................. 4
Ekologi Tanaman Pepaya .............................................................................. 5
Kultivar Pepaya .............................................................................................
6
Panen dan Pasca Panen .................................................................................7
Perubahan Fisiologi Selama Pematangan Buah ............................................ 8
Kandungan Gizi dan Manfaat Pepaya ........................................................... 10
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .......................................................................................12
Bahan dan Alat ..............................................................................................12

..
Metode Penelltlan ..........................................................................................12
Pelaksanaan ...................................................................................................
13
Pengamatan ...................................................................................................14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum .............................................................................................. 17
Pertumbuhan Panjang dan Diameter .......................................................... 17
19
Panjang. Diameter. Volume. dan Bobot Buah ..............................................
Karakter Kimia, Kandungan Vitamin C dan Karoten ................................... 20
Daya Simpan Masing-Masing Genotipe ....................................................... 26
..
Karakter Fislk ................................................................................................ 27
.
.
Uji Organoleptik ............................................................................................
33
IUESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ...................................................................................................36
Saran .............................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA

......................
.
..................................................

37

DAFTAR TABEL
Halaman

Nomor
Teks

1. Kandungan Vitamin dan Kalsium dalam 100 g Bahan Beberapa Jenis
Buah ..........................................................................................................

11

2 . Panjang. Diameter. Volume Lima Genotipe Pepaya

19

...............................

3. Bobot Utuh. Bobot Kulit. dan Bobot Biji Lima Genotipe Pepaya
4 . Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 1

...........20

...................20

5. Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 1 x Str 6-4
6. Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 10A

.... 22

..............23

7 . KaraMer Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe
IPB 10Ax PB 174 ....................................................................................

24

8. Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe
25
IPB 1 x IPB IOA .......................................................................................

9

.

Daya Simpan Pepaya Hingga Busuk

.................................................
27

10. Karakter Fisik Genotipe IPB 1 .................................................................
11. Karakter Fisik Genotipe IPB 1 x Str 6-4
12. Karakter Fisik Genotipe IPB 10A

28

..................................................29

.........................................................
30

31
13. Karakter Fisik Genotipe IPB 10A x PB 174 .............................................
14. Karakter Fisik Genotipe IPB 1 x IPB 10A ............................................... 32
15. Penerimaan Panelis Terl~adapAroma. Rasa. Warna, dan Keempukan
Buah Genotipe IPB 1 ................................................................................
33
16. Penerimaan Panelis Terhadap Aroma. Rasa. Wama. dan Keempukan
Buah Genotipe IPB 1 x Str 6-4 .................................................................
34
17. Penerimaan Panelis Terhadap Aroma. Rasa, Wama. dan Keempukan
Buah Genotipe IPB 10A ...........................................................................34
18. Peneritnaan Panelis Terhadap Aroma. Rasa. Wama. dan Keempukan
Buah Genotipe IPB 10A x PB 174 ...........................................................
35

19. Penerimaan Panelis Terhadap Aroma. Rasa. Wana. dan Keempukan
Buah Genotipe IPB 1 x IPB 10A .............................................................. 35

Halaman

Nomor
Lampiran

1. Curah Hujan Bulanan selama Penelitian

.............................................
40

2 . Sidik Ragam pH .................................................................................

41

3. Sidik Ragam Padatan Terlarut Total ....................................................... 42
4 . Analisis Korelasi Pearson Genotipe IPB 1 ................................................43
5. Sidik Ragam Asam Tertitrasi Total

..........................................................44

6. Sidik Ragam Kandungan Vitamin C .........................................................45
7 . Analisis Korelasi Pearson Genotipe IPB 1 x Str 6-4 .................................
46
8. Analisis Korelasi Pearson Genotipe IPB 10A

..........................................47

9. Analisis Korelasi Pearson Genotipe IPB 1 x IPB 10A ............................. 48
10. Sidik Ragam Warna Kulit

..................................................................49

11. Sidik Ragam Kekerasan Buah ................................................................... 50
12. Sidik Ragam Warna Daging Buah ............................................................
13. Sidik Ragan Persentase Bobot Bagian yang Dapat Dimakan

51

..................52

14. Analisis Korelasi Pearson Genotipe IPB 10A x PB 174 ........................... 53

DAFTAR GAMBAR

Nomor

1. Grafik Pertumbuhan Panjang Buah

.....................................................
18

2 . Grafik Pertumbul~anDiameter Buah ........................................................
3. Grafik Kandungan Karoten

18

......................................................................26

4. Gejala Pepaya yang Terserang Cendawan Colletotrichum

......................27

Lampiran
1. Wama Daging Buah Genotipe IF'B 1 Betina ............................................ 54
2 . Warna Daging Buah Genotipe IPB 1 x Str 6-4 Betina ............................. 54
3. Wama Daging Buah Genotipe IF'B 10A Hermaprodit .............................55
4 . Warna Daging Buah Genotipe IPB 1 x IPB 10A Hermaprodit

............... 55

5 . Warna Daging Buah Genotipe IPB 10A x PB 174 Hermaprodit ............. 56

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan
yang berasal dari Amerika Tropika. Tanaman pepaya berupa herba yang mirip
pohon, pertumbuhannya cukup cepat, tingginya mencapai 2-10 m, dan umumnya
tidak bercabang (Villegas, 1997). Tanaman ini telah dibudidayakan di India,
Srilanka, Malaysia, Indonesia, Amerika Tengah dan Selatan, A E i a Utara dan
Hawaii (Ditjen BPH, 2003).
Terdapat banyak varietas pepaya dengan ukuran dan bentuk yang
beragam. Pepaya di pasar internasional dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu Solo,
Sunrise dan Sunset dengan bobot masing-masing buah berkisar antara
220-600 g/buah. Ketiganya juga dapat dibedakan atas kandungan sukrosa, ukuran,
bentuk dan warna daging bud1 (Ditjen BPH, 2003).
Pepaya merupakan salah satu komoditas buah yang memiliki berbagai
fungsi dan manfaat. Sebagai buah segar, pepaya banyak dipilih konsumen karena
memiliki kandungan nutrisi yang baik dan harganya yang relatif terjangkau
dibandingkan buah laimya. Pepaya juga dapat digunakan untuk membuat rujak
buah, minuman, agar-agar, selai, kue-kue dan buah beku. Buah yang muda dapat
diacar atau direbus sebagai sayur (Villegas, 1997).
Selain mudah dibudidayakan dan berpotensi produksi yang cukup besar,
buah pepaya juga merupakan sumber gizi yang penting terutama sebagai sumber
vitamin C, sedikit vitamin A dan vitamin B kompleks (Broto et al., 1991).
Villegas (1997) mengemukakan bahwa kandungan bahan per 100 g bagian yang
dapat dimakan adalah : 86.6 g air, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 12.1 g karbohidrat,
0.7 g serat, 0.5 g abu, 0.204 g kalium, 0.034 g kalsium, 0.011 g fosfor, 0.001 g
besi, 0.45 g vitamin A, 0.075 g vitamin C, dan jenis gula utarnanya terdiri dari
48.3% sukrosa, 29.8% glukosa, dan 21.9% fruktosa.
Saat ini terdapat kecenderungan konsumen menginginkan jenis pepaya
yang berukuran kecil namun daging buahnya berwanla merah jingga dan rasanya
manis (PKBT, 2004). Hasil penelitian Broto et al. (1991) menunjukkan bahwa
akhir-akhir ini konsumen pasar swalayan di Jakarta cenderung memilih pepaya

berukuran kecil, dalam arti sebuah pepaya habis dikonsumsi oleh seorang. Jenis
pepaya tersebut umumnya berasal dari pepaya impor yang telah berhasil
dibudidayakan di Indonesia oleh pengusaha yang jeli melihat kecenderungan
konsumen kelas menengah keatas dan peluang ekspornya. Menurut Santoso dan
Purwoko (1995) salah satu faktor yang mempengaruhi selera konsumen adalah
kualitas buah. Kualitas buah ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu
penampilan, tekstur, flavour, nilai nutrisi dan keamanannya. Chan (1979)
mengemukakan bahwa kandungan gula pada pepaya mempunyai peranan penting
dalam penentuan kualitas buah untuk buah segar maupun olahan. Wills dan
Widjanarko (1995) menyatakan bahwa biasanya kualitas buah dan uji
organoleptik dilakukan pada buah yang telah matang penuh yang ditentukan
dengan wama kulit.
Perbedaan tingkat kematangan buah menghasilkan perbedaan sifat fisik
dan kimia huah selama penyimpanan pada suhu kamar. Buah pepaya dapat
dimakan bila sudah matang 60% (Villegas, 1997). Selama proses pematangan
buah mengalami pembahan-pembahan fisik melipt~tisusut bobot, pelunakan
daging buah, pembahan wama kulit serta citarasa. Sedangkan pembahan kimia
meliputi keasaman, padatan terlm~ttotal, pati, vitamin C (Pantastico, 1975).
Kajian sifat mutu terhadap beberapa varietas pepaya yang terkenal di
Indonesia bel~unbanyak dilakukan (Broto et al., 1991). Pusat Kajian Buahbuahan Tropika (PKBT) mempunyai koleksi jenis genotipe pepaya yang baru,
yang kualitas buahnya belum secara keseluruhan diketahui. Masing-masing
genotipe menlpunyai karakter fisik dan kimia yang berbeda sehingga
penggunaannya juga disesuaikan dengan kandungan yang terdapat didalamnya.
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai
karakter fisik dan kimia buah pepaya dari lima genotipe pepaya disesuaikan
dengan umur panen dan waktu simpan yang paling baik untuk masing-masing
genotipe.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji daya simpan dan karakter fisik
dan kimia lima genotipe pepaya dengan :

1.

mempelajari perubahan fisik dari pepaya yang dipanen pada tiga tingkat
kematangan sarnpai dengan buah tidak layak dikonsumsi (husuk)

2.

mengukur kandungan kimia buah dari saat petik hingga tidak layak
dikonsumsi

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Biologi Bunga Pepaya
Tanaman pepaya berasal dari kawasan Amerika Tropika. Saat ini tanaman
pepaya telah menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Dalam taksonomi
tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya (Carica papaya L.) diiasifikasikan sebagai
berikut dengan Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,
Kelas Dicotyledonae, Ordo Caricales, Famili Caricaceae, Genus Carica, dan
Spesies Caricapapaya L (Villegas, 1997).
Tanaman pepaya berupa herba yang mirip pohon, pertumbuhannya cukup
cepat, tingginya dapat mencapai 2-10 m, umumnya tidak bercabang, tetapi dapat
mempunyai cabang bila terjadi pelukaan, mengandung getah putih pada seluruh
bagian batangnya. Daunnya tersusun secara spiral m e l i i a r batang, lembaran
dam bercelah-celah menjari dan bunga biasanya berumah dua (dioecious).
Panjang tangkai daun mencapai 1 m, berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11,
menjari dalam, tidak berbulu, bervena menonjol, cuping-cupingnya bergerigi
dalam dan lebar (Villegas, 1997). Batang l m ~ s ,bulat berongga, dan lunak
(Ashari, 1995).
Bunga pepaya terdiri dari tiga jenis yaitu bunga jantan, bunga betina, dan
bunga hermaprodit. Bunga jantan tersusun dalam malai yang panjangnya
25-100 cm, menggantung, tidak bertangkai, daun kelopak berbentuk cawan,
berukwan kecil, bergerigi lima, daun mahkota berbentuk terompet, panjangnya
2.5 cm, memiliki 5 cuping yang memencar, benvama kuning cerah, benangsari
10 utas dalam 2 lingkaran yang bergiliran dengan cuping daun mahkota. Bunga
betina soliter atau beberapa kuntum berada pada suatu payung menggarpu,
panjang bunga 3.5-5 cm, dam kelopak berbentuk cawan dengan panjang 3-4 mrn,
memilii 5 gigi sempit wama hijau-kuning, mahkota tersusun atas 5 daun
mahkota yang hampir lepas, dam mahkota berbentuk lanset, melilit, berdaging,
dan benvarna kuning, bakal buah bulat telur sampai lonjong, panjang 2-3 cm,
memilii rongga tengah berisi banyak sekali bakal biji, kepala putik 5 berbentuk
kipas, tak bertangkai, bercelah 5 yang dalam. Bunga hermaprodit ada 2 macam;
tipe 'elongata' yang bunganya berkelompok, bertangkai pendek, memiliki daun

mahkota yang menyatu sebagian, benangsari 10 utas tersusun ddam 2 seri, bakal
buah memanjang; tipe 'pentandria' yang bunganya mirip bunga betina, tetapi
melniliki 5 benangsari. Bunga perantara, benangsari menjadi daun buah semu
yang menghasilkan buah yang bentuknya tidak beraturan. Perbandingan dan
macam bunga yang dihasilkan pada satu pohon dapat bervariasi bergantung
kepada umur dan keadaan lingkungan (Villegas, 1997). Kalie (1994) menyatakan
bahwa bentuk buah ditentukan oleh tipe bunga khususnya oleh bentuk putik dan
komposisi benang sari yang dimiliki. Buah yang dihasilkan oleh putik bunga
betina yang berbentuk bulat akan berbentuk bulat juga. Pohon jantan kadangkadang menghasilkan buah berukuran kecil yang disebut pepaya gantung.
Arkle dan Nakasone (1984) menyatakan bahwa meskipun suhu di kebun
buah tidak dapat dikendalikan, faktor lain yang dapat mempengaruhi ekspresi
seks, seperti kelembaban dan kandungan nitrogen, dapat digunakan untuk
mengurangi penganlh kegagalan perkembangan bunga dari suhu yang ekstrim.
Buah pepaya berdasarkan asal usulnya dan jumlah ruang bakal buahnya
termasuk kedalam buah sejati tunggal yaitu buah sejati yang berasal dari
perkembangan satu bakal buah dari satu kuntum bunga yang sama. Berdasarkan
bentuk dan sifat daging buah, pepaya temasuk kedalam tipe buah buni, memiliki
kulit l u x yang tipis, kuat, lentur, sedangkan lapisan dalam berdaging, berair, dan
dapat dimakan, dengan rongga besar ditengah (Pantastico, 1993; Ashari, 1995).
Ekologi Tanaman Pepaya

Tanaman pepaya ideal ditanam pada tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi dan drainase tanahnya baik dengan pH
mendekati netral (6-7). Tanaman pepaya sesuai dengan iklim yang hangat dengan
sinar matahari penuh tanpa naungan. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman
pepaya berkisar antara 22-26'~. Curah hujan (CH) berkisar 1000-2000 mdtahun,
dengan bulan kering (CH < 60 mm) 3-4 bulan, serta beriklim basah. Daerah yang
mempunyai curah hujan yang merata sepanjang tahun lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman (PKBT, 2004).
Pepaya dapat tumbuh baik jika ditanam di lahan terbuka, akan tetapi dapat
pula ditanam sebagai tanaman tumpang sari di bawah kelapa, seperti yang

dilakukan di Filipina dan di negara-negara lain. Pepaya juga dapat ditanam
sebagai tanaman penghasil uang tunai (cash crop) diantara pohon buah-buahan
yang belum dewasa seperti mangga, jeruk atau rambutan (Villegas, 1997).
Menurut Kalie (2000) buah pepaya akan mempunyai penampilan yang mulus dan
benvarna kuning cerah apabila mendapat cahaya penuh atau diproduksi pada
musim kemarau.

Kultivar Pepaya
Saat ini hanya sedikit varietas pepaya hasil persilangan yang terdapat di
dtmia. Hal ini disebabkan karena tidak banyak negara yang mat1 mengembangkan
pepaya, dan beberapa varietas kehilangan cirinya karena gagal mempertahankan
cirinya tersebut pada turunannya saat penyerbukan (Chan et al., 1994).
Terdapat dua kultivar pepaya yang populer di ASEAN. Kultivar yang
pertama adalah yang berukuran besar, bentuk buah lonjong. Bobot buah berkisar

1-3 kg dengan warna daging buah merah, empuk, tetapi kualitasnya kurang bagus.
Di Indonesia, yang termasuk kultivar ini adalah pepaya Dampit, Jingga dan Paris.
Tiga kultivar ini mempunyai morfologi yang berbeda. Pepaya Dampit mempunyai
bentuk buah yang oval dengan permukaan kulit yang kasar (tidak rata), sedangkan
pepaya Jingga dan Paris mempunyai permukaan kulit yang halus. Dari ketiga
kultivar tersebut, hanya kultivar Paris yang mempunyai kulit kuning pada saat
matang optimal. Dua kultivar lainnya mempunyai kulit yang kemerahan sekitar
75% dari total permukaan kulit pada saat buah matang optimal. Kultivar yang
kedua adalah yang berukuran kecil, bentuk buah agak bulat dengan kualitas yang
sangat bagus. Buah ini biasa dimakan dengan sendok, dimana buah dibelall dua
tanpa perlu mengupas kulitnya. Yang termasuk kultivar ini adalah pepaya Solo,
ukuran buah kecil, dengan bobot berkisar 350-500 g, biasanya disajikan untuk

satu orang. Pepaya Sunrise Solo merupakan kultivar yang paling populer di
ASEAN. Mempunyai kulit buah yang halus, dengan semburat dan wanla kulit
buah yang kuning kehijauan pada saat matang. Tekstur akan semakin empuk
untuk konsumsi segar pada saat warna kulit menjadi kuning secara keseluruhan.
Ukuran buah tergantung dari lokasi perhmbuhan. Di Malaysia, ukuran buah
berkisar 350 g untuk buah hermaprodit, dan 500 g untuk buah betina.

Di Indonesia, rata-rata ukuran buah berkisar 300 g, dan di Filipina berkisar 450 g.
Meskipun buahnya berukuran kecil, pepaya ini memp~myairasa yang enak dan
kandungan gula yang tinggi. Karena kualitas dan wanla daging buah yang cukup
bagus, pepaya Sunrise Solo digunakan pada program pemuliaan di negara-negara
ASEAN untuk mengembangkan kualitas buah pada kultivar lokal (Chan et al.,
1994).
Menurut Samson (1986) buah pepaya yang dapat dipasarkan mempunyai
bobot sekitar 0.5-2 kg dan panjang 10-20 cm. Kulit buah yang hijau tipis akan
berubah menjadi kuning pada bagian bawahnya ketika mulai matang. Daging
buah akan berwarna kuning sampai oranye, dan ada beberapa kultivar pepaya
yang berwarna kemerah-merahan, serta mempunyai aroma yang menyenangkan.

Panen dan Pasca Panen
Pepaya mulai berbunga pada umur 3-4 bulan setelah tanam, dan buahnya
dapat dipanen pada 3-4 bulan setelah bunga mekar. Buah yang akan diangkut ke
tempat yang cukup jauh biasanya dipanen pada saat semburat kuning. Penanganan
pasca panen buah pepaya diwadahi dengan peti kayu atau plastik atau keranjang
bambu yang dialasi sobekan koran atau daun pisang kering dengan posisi
tangkailpangkal buah berada di bawah (PKBT, 2004).
Kulit buah pepaya tipis, biasanya halus, hijau saat belum matang, dan
benvama kuning atau oranye kekuningan saat telah matang. Selama proses
pematangan, warna daging berubah dari putih menjadi kuning atau oranye
kekuningan, atau menjadi merah muda salmon atau merah, tergantung jenis
varietasnya. Bobot buah berkisar dari yang kecil30 g sampai antara 5 sampai 8 kg
untuk ulnlran yang besar, tergantung varietas (Nakasone, 2000). Buah pepaya
sebaiknya dipanen pada tingkat kematangan yang tepat, agar dapat menghasilkan
rasa dan aroma yang bagus (Yon dan Serrano, 1994). Buah yang belum matang
bila dipanen akan menghasilkan mutu jelek dan proses pematangan tidak berjalan
dengan baik. Sebaliiya penundaan waktu pemanenan buah-buahan akan
meningkatkan kepekaan buah pada pembusukan sehingga mutu dan nilai jualnya
rendah (Pantastico, 1989). Pemanenan pepaya untuk komoditi ekspor sebaiknya
dilakukan ketika buah seperempat matang dan dijual kepada konsumen ketika

buah tiga perempat matang. Buah pepaya dipetik pada stadia tua mentah seperti
yang biasa dilakukan oleh petani produsen (Broto et al., 1991).
Proses respirasi dan transpirasi dapat menyebabkan hilangnya cadangan
makanan dan kadar air buah karena digunakan dalam reaksi metabolisme.
Kehilangan substrat dan air itu tidak dapat digantikan sehingga kerusakan buah
mulai terjadi (Santoso dan P w o k o , 1995). Penyimpanan yang baik perlu
dilakukan pada buah pepaya untuk mencegah kerusakan, terutama pada pada buah
yang telah lunak, juga pada saat pengangkutan untuk mengurangi tingkat
kerusakan buah. Kondisi optimum untuk memperpanjang masa simpan adalah,
pemanenan pada tingkat kematangan yang tepat, penanganan panen yang hatihati, buah terhindar dari sinar matahari langsung, penyimpanan pada suhu yang
tepat, pengurangan terjadinya proses respirasi, dan pencegahan dari infeksi hama
dan penyakit (Ralman et al., 1994).
Perubahan Fisiologi Selama Pematangan Buah
Secara fisiologi pepaya termasuk buah Mimakterik, yaitu buah yang
mengalami peningkatan yang tajam dalam respirasi yang ditunjukkan oleh
peningkatan produksi COz. Pertumbuhan pepaya dibagi dalam tiga tahapan
fisiologi setelah inisiasi. Tahapan tersebut meliputi pertumbuhan, pematangan dan
senesence kenuaan). Pematangan pada umumnya tejadi sebelum pertumbuhan

berakhir, dan pematangan yang terjadi secara bersamaan dengan pertumbuhan
disebut fase perkembangan. Perkembangan buah sebagian besar selesai pada saat
buah tersebut masih menempel pada pohon, sedangkan proses pematangan dan
senesence akan berlanjut pada saat tanaman masih di pohon ataupun setelah

dipetik dari pohonnya. Pada umumnya buab dipanen tidak hanya apabila sudah
matang, tapi ada beberapa buah yang dikonsumsi sebagai sayuran dipanen
sebelum pematangan mulai terjadi, contohnya pada labu-labuan (Santoso dan
Purwoko, 1995).
Matto et al. (1993) menyatakan selama pematangan, buah mengalami
beberapa perubahan dalam tekstur, wanla, dan bau, yang menunjukkan terjadinya
perubahan-perubahan dalam susunannya. Perubahan warna dapat terjadi baik oleh
proses-proses perombakan maupun proses sintetik, atau keduanya. Buah yang

lunak disebabkan oleh perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin
yang larut, atau hidrolisis zat pati (pada waluh) atau lemak (pada apokad).
Perubahan warna adalah perubahan yang jelas terjadi pada banyak buah
dan seringkali dijadikan sebagai kriteria utama bagi konsumen untuk menentukan
apakah buah tersebut matang atau mentah. Warna hijau dikarenakan adanya
klorofil yang merupakan komplek organik magnesium. Hilangnya warna hijau
karena klorofil mengalami degradasi struktur. Faktor utama yang berperan dalam
degradasi klorofil ini adalah peruballan pH (terutama disebabkan kebocoran asam
organik dari vakuola), sistem oksidatif, dan enzim chlorophyllase. Kehilangan
warna tergantung pada satu atau seluruh faktor-faktor yang bekerja b e m t a n
untuk merusak struktur klorofil.

Hilangnya klorofil berkaitan dengan

pembentukan danlatau munculnya pigmen kuning hingga merah (Santoso dan
Purwoko, 1995). Oleh karena itu, perubahan warna dalam pematangan dan
penyimpanan buah menjadi faktor yang penting (Kays, 1991).
Perubahan kulit buah terjadi karena kulit buah kehilangan klorofilnya dan
terjadi sintesis karotenoid dan antosianin selama proses pematangan buah (Kays,
1991). Karotenoid adalah kelompok senyawa yang tersusun dari unit isoprene atau
turunannya. Pada dasarnya ada dua jenis karotenoid, yaitu karoten (tanpa atom
oksigen dalam molekulnya) dan xantofil (menlpunyai atom oksigen dalam
molekulnya). Karoten adalah anggota karoten yang paling banyak terdapat,
pigmen ini pada umumnya menyebabkan warna jingga pada bahannya serta
mempunyai peranan yang penting karena bertindak sebagai pro-vitamin A.
Setelah panen, karotenoid menjadi lebih penting peranannya dibanding klorofil.
Sintesa karotenoid tidak terjadi setelah panen seperti lialnya anthosianin, pada
daun, setelah panen terjadi p e n m a n kandungan karotenoid (Winarno dan Aman,
1981). Menuntt Yon (1994) kandungan karoten pada pepaya berkisar antara
1.160-2.43 1 mg/100 g bahan, tergantung pada kultivar pepaya.
Akamine dan Goo (1971) menyatakan terdapat hubungan antara warna
kuning pada kulit buah dan kandungan padatan terlarut total (PTT) buah. Gula
merupakan komponen utama PTT. Selama pematangan buah, PTT meningkat
karena terjadi pemecahan poliier karbohidrat khususnya perubahan pati menjadi
gula sehingga kandungan gula secara m u m akan meningkat, pada tahap

selanjutnya PTT akan m e n u karena hidrolisis gula menjadi asam-asam organik
dan digunakan untuk proses respirasi. Pada buah pepaya Solo kandungan PTT
meningkat dengan semakin menguningnya kulit buah. Kandungan PTT kemudian
m e n m setelah warna kuning pada kulit buah mencapai 80%. Menurut Arriola et
al. (1980) pada buah pepaya matang teijadi peningkatan baik kandungan asam
maupun PTT, namun kandungan gula jauh lebih tinggi dibandingkan kandungan
asam organiknya sehingga rasa manis lebih dominan. Kandungan asam akan
menurun pada saat buah lewat matang. Hasil penelitian Aisyah (2002)
menunjukkan bahwa sifat kimia utama yang mempengaruhi tingkat kesukaan
adalah PTT. Membuktikan bahwa rasa manis pada buah pepaya sangat
menentukan selera konsumen.
Pematangan buah biasanya meningkatkan jumlah gula sederhana yang
memberi rasa manis, p e n m a n asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik
yang mengurangi rasa sepet dan masam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang memberi
aroma khas pada buah (Matto et al, 1993).
Kandungan Gizi dan Manfaat Pepaya
Selain mudah dibudidayakan dan berpotensi produksi yang cukup besar,
buah pepaya juga merupakan sumber gizi yang penting terutama vitamin C,
sedikit vitamin A dan vitamin B kompleks, serta kandungan kalsium yang cukup
tinggi (Broto et al., 1991). Pada Tabel 1 dapat dilihat perbandingan vitamin dan
kalsium yang terdapat pada buah pepaya dengan beberapa jenis buah laim~ya.
Vitamin C (asam askorbat) hanya merupakan komponen minor dari buah dan
sayuran tetapi sangat penting dalam nutrisi manusia untuk mencegah penyakit
gusi berdarah. Asam-asam yang dominan dalam buah dan sayuran umumnya asam
sitrat dan asam malat (Santoso dan P m o k o , 1995). Getah pepaya juga
mengandung papain yang tergolong enzim atau fennen nabati, yang mampu
melmtkan protein dan fibrin dan mempeptonisasikan sebagiannya. Getah ini
digunakan dalam ilmu kedokteran dalam jumlah yang terbatas untuk mengobati
kanker dan penyakit-penyakit lambung, terutama di Amerika (Heyne, 1987).

Tabel 1. Kandungan Vitamin dan Kalsium dalam 100 g Bahan Beberapa Jenis
Buah
Buah

Vitamin A

Vitamin B1
(mg)
0.04

Ape1
24.00 RE
Apokad
Belimbing
Jambu Biji
Jeruk Besar
Jeruk Keprok
Mwga
Nenas
Pepaya
Pisang
Saw0
Sirsak
1.00 RE
0.07
Sumber : Wirakusurnah, E.S. 1999.

Vitamin B2
(mg)
0.03

0.04

Vitamin C Kalsium
(ms)
(mg)
5.00
6.00

20.00

14.00

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur I, Bogor pada
bulan September 2005 sampai Agustus 2006. Lokasi kebun terletak pada
ketinggian 250 m dpl. Pengujian kualitas buah dilakukan di Laboratorium Pusat
Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB dan Laboratorium Produksi Tanaman
Fakultas Pertanian IPB dari bulan Januari - Agustus 2006. Pengujian kandungan
karoten dilakukan di Laboratorium Research Group on Crop Improvement
(RGCI), Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH) Fakultas Pertanian IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah dari lima genotipe
pepaya koleksi PKBT IPB yang meliputi IPB 1 dan IPB 1 x Str 6-4 betina,
IPB 10A, IPB 10A x PB 174 dan IPB 1 x IPB 10A hermaprodit. Bahan kimia
berupa larutan NaOH, iodium, amilum, alkohol, dan indikator phenolphtalein.
Alat yang digunakan meliputi meteran, penggaris, pisau, timbangan, hand
refiactometer, hand Puit hardness tester, pHmeter, blender, gelas ukur, labu

takar, erlenrneyer, buret dan alat titrasi lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
2 faktor. Faktor yang diuji adalah umur panen dan waktu simpan. Umur panen
dihitung sejak bunga mekar, untuk genotipe IPB 1 B dipanen pada 130, 135 dan
140 hari setelah anthesis (HSA), genotipe IPB 10A H dipanen pada 160, 165 dan
170 HSA, dan genotipe IPB 1 x Str 6-4 B, IPB 10A x PB 174 H dan
IPB 1 x IPB 10A H dipanen pada saat 140, 145 dan 150 HSA. Waktu simpan
yang diuji adalah selama 2 liari, 4 hari setelah panen, dan pada saat buah tidak
layak dikonsumsi (busuk), untuk genotipe IPB 1, IPB 1 x Str 6-4, dan IPB 1 x IPB
10A berkisar selama 7 hari, genotipe IPB 10A x PB 174 berkisar 6 hari, dan
genotipe IPB 10A berkisar 9 hari. Jumlah buah yang diamati meliputi lima

genotipe pepaya dengan 3 tingkat umur panen (Ul, U2, U3) dan 3 waktu simpan
(PI, P2, P3) yang masing-masing terdiri dari 6 buah pepaya. Jumlah satuan
percobaan keseluruhan adalah 270 buah.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji F pada program
SAS 6.12. Data yang menunjukkan pengaruh yang nyata, dilakukan uji lanjut
dengan Uji Tukey pada taraf 5%.
Pelaksanaan

Tanaman yang akan digunakan untuk penelitian diberi label dengan plastik
pada saat bunga mulai mekar (anthesis). Pengamatan panjang dan diameter buah
dilakukan setiap minggu dengan nlenggunakan jangka sorong hingga buah
dipanen. Buah pepaya dipanen berdasarkan umur panen masing-masing genotipe,
kemudian disimpan pada suhu ruang.
Pengkajian karakter fisik dan kimia buah dilakukan setelah penyimpanan

2 hari, 4 hari, dan saat buah tidak layak dikonsumsi lagi sesuai dengan daya
simpan masing-masing genotipe, dengan penyimpanan pada suhu ruang
(25-29'~). Pengamatan karakter fisik buah meliputi panjang dan diameter,
volume, bobot utuh, bobot kulit dan bobot biji, tingkat kekerasan buah, persentase
bobot bagian yang dapat dimakan (%BDD), warna daging buah dan persentase
kulit buah yang berwarna kuning yang diamati secara visual. Pengamatan karakter
kimia buah yang meliputi derajat keasaman sari buah (pH) yang diukur dengan
menggunakan pHmeter; padatan terlarut total (PTT) dengan menggunakan
hancuran buah yang diambil aimya dengan kain saring diteteskan pada
refraktometer; asam tertitrasi total (ATT) yang ditentukan dengan melakukan
titrasi NaOH; kandungan vitamin C yang dilakukan menurut metode
Sudarmaji et al. (1984) dengan melakukan titrasi iodium, dan kandungan karoten
dengan menggunakan spektrofotometer.
Uji organoleptik dilakukan

oleh 6 orang panelis untuk menentukan

genotipe pepaya yang paling disukai, yang meliputi warna daging buah, rasa,
aroma, serta keempukan daging buah.

Pengamatan
a. Penentuan umur panen
Umur panen ditentukan dalam tiga tingkat yang berbeda, yang disesuaikan
dengan masing-masing genotipe (Ul, U2, U3).
b. Karakter fisik yang diamati meliputi;

-

Panjang buah, diukur dengan menggunakan penggaris dan meteran
Diameter buah, diukur dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong
Volume buah, ditentukan dengan menimbang banyaknya air yang
dikeluarkan dari tumpahan air dalam wadah yang telah diisi dengan air

-

yang pen&
Bobot buah utuh, ditentukan dengan melakukan penimbangan pada buah
yang belum dikupas

-

Bobot kulit, ditentukan dengan menimbang kulit yang telah diupas dari
daging buahnya

-

Bobot biji, ditentukan dengan menimbang biji yang terdapat dalam buah
setelah dibelali

-

Persentase bobot bagian yang dapat dimakan (%BDD), ditentukan dengan
pengurangan bobot buah utub dikurangi dengan bobot kulit dan bobot biji,
kemudian dihitung persentase terhadap bobot utuh
BDD (%) = Bobot Utuh - (Bobot Kulit + Bobot Biji)

x 100%

Bobot Utuh

-

Tingkat kekerasan buah ,diukur dengan menggunakan handfruit hardness
tester. Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah d m ujung

masing-masing sebanyak dua kali (duplo), kemudian dirata-rata.
Kekerasan buah dinyatakan dalam satuan kilogram per detik (kgldetik)

-

Wama daging buah diamati secara visual dengan skoring wama:
1 = merah, 2 = merah oranye, 3 = oranye, 4 = oranye kuning

-

Wama kulit buah diamati secara visual dengan persentase nilai 1 hingga
100% kulit buah yang benvama kuning

-

Daya simpan buah yaitu lama hari penyimpanan buah mulai dari saat
panen sampai bud1 s ~ ~ d tidak
a h layak dikonsumsi (busuk). Genotipe IPB 1,

IPB 1 x Str 6-4, dan IPB 1 x IPB 10A mempunyai daya simpan berkisar
7 hari, IPB 10A berkisar 9 hari, d m IPB 10A x PB 174 berkisar 6 hari.
c. Karakter kimia yang diamati meliputi;
- Derajat keasaman sari buah, diukur dengan metode yang dilakukan oleh
Apriyantono et al. (1988). Hancuran buah ditimbang, kemudian dicampur
dengan air aquades dengan perbandingan 1 :1. Campuran hasil disaring
dengan menggunakan kertas saring, lalu dilakukan pengukuran pH buah.

-

Padatan Terlarut Total (PTT), diukur dengan menggunakan refraktometer.
Pengukuran dilakukan pada buah yang diiris membujur dan dihancurkan
dengan blender kemudian disaring menggunakan kertas saring. Filtrat
diteteskan secukupnya pada kaca refraktometer, kemudian PTT dihitung
sebagai nilai O~rixyang dapat dibaca pada skala (Muchtadi dan Sugiyono,
1992)

-

Asam Tertitrasi Total (ATT), diukur dengan melakukan titrasi NaOH
dengan indikator phenolphtalein. Bahan hancuran sebanyak 50 g disaring
dan dimasukkan kedalam labu takar 200 ml dan ditambahkan air destilata
sampai tanda tera. Filtrat diambil sebanyak 25 rnl diberi 3-4 tetes indikator
phenolphtalein kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N. Titrasi
dilakukan sampai terbentuk wama merah muda yang stabil
% ATT dihitung dengan nunus :

Asam Tertitrasi Total (%) = ml NaOH x N NaOH x fp x BE x 100%
bobot contoh (mg)

-

N

= Normalitas larutan NaOH

fp

= faktor pengencer

BE

= berat ekuivalen asarn sitrat = 19213

Kandungan vitamin C (asam askorbat), ditentukan dengan mentitrasi
iodium dengan indikator amilum. Persiapan yang dilakukan sampai
sebelum titrasi sama dengan persiapan pada penentuan asam tertitrasi
total. Filtrat sebanyak 25 ml dititrasi dengan iodium 0.01 N. Sebelum
titrasi filtrat ditambah dengan indikator amilum (1%). Titrasi dilakukan
sampai terbentuk wama biru ungu yang stabil (Sudarmaji et al., 1984)

Kandungan asam askorbat dihitung dengan rumus :
Asam askorbat (mg/100 g) = ml Iod 0.01 N x 0.88 x fp x 100
bobot contoh (g)

-

N

= Normalitas

fp

= faktor pengencer

Kandungan Karoten, ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer.
Bahan hancuran sebanyak 0.1 g dikocok dengan menambahkan 5 ml
hexana : aseton (1:1), kemudian di sentrifuge. Ulangi ekstraksi sampai
larutan tidak berwama. Satukan semua supernatan, uapkan pada 40-50'~.
Panaskan 2 ml KOH 5% dalam Me-OH pada 7 0 ' ~selama 30 menit.
Dinginkan 2 ml air bebas ion, dan 4 ml hexana, kemudian sentrifuge, lalu
pisahkan lapisan hexana. Ulangi ekstraksi dengan 2 ml hexana sampai
larutan tidak b e m a . Netralkan dengan 1.5 rnl CH3COOH 5%,
kemudian sentrifuge. Supernatan lewatkan pada Na2S04 anhidrat,
kemudian tera dalam labu t a k a 10 ml. Ukur h 460 nm (Parker, 1992).
Total karoten dihitung dengan rumus :
Total Karoten (mg/100g) = ml Tera x (ABSl2600) x 100
bobot contoh (g)
1 ml0.01 N Iodium = 0.88 mg asam askorbat
Tera

=

10ml

ABS

=

angka yang dihasilkan pada spektrofotometer

Konstanta

= 2600

d. Uji organoleptik yang dilakukan oleh 6 panelis untuk mengetahui kesukaan
panelis pada masing-masing genotipe berdasarkan aroma, rasa, warna daging
buah, serta keempukan daging buali.
Penilaian aroma, rasa, warna daging buah, serta keempukan buah dilakukan
dengan menggunakan skor: 5 1.50 = sangat tidak suka, 1.51-2.50 = tidak suka,
2.51-3.50 = suka, > 3.51 = sangat suka.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lahan pepaya berada pada ketinggian 250 m dpl dengan curah hujan ratarata berkisar 305 d u l a n (Tabel Lampiran 1). Pada awal pengamatan kondisi
lahan cukup subur dengan tanaman pepaya yang mempunyai cukup banyak.buah
juga tanah yang gembur, tetapi menjelang awal November 2005 terjadi peralihan
musim kemarau ke musim penghujan. Curah hujan yang cukup tinggi dan hampir
setiap hari menyebabkan tanaman pepaya dan buahnya banyak yang terserang
penyakit juga banyak bunga contoh gagal menjadi buah. Awal Januari 2006 mulai
banyak pohon dan buah yang mati dan busuk karena penyakit termasuk buah yang
diamati, sehingga terjadi pengurangan jumlah buah yang diteliti. Memasuki awal
bulan Maret kondisi lahan sudah mulai membaik tetapi dengan tanaman yang
semakin sedikit karena adanya penebangan pada pohon-pohon yang terserang
penyakit.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di laboratorium Minik tanaman,
Departemen Proteksi Tanaman, IPB, penyakit yang menyerang buah adalah
antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), sedangkan yang menyerang pada
tanaman dan daun adalah hawar dam oleh cendawan Diplodia sp. dan layu
fusarium (Fusarium sp.).
Pertumbuhan Panjang dan Diameter
Pertumbuhan panjang dan diameter masing-masing genotipe dapat dilihat
pada Gambar 1 dan 2. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh genotipe
IPB 1 x IPB 10A hemlaprodit, baik panjang maupun diametemya. Sedangkan
untuk IPB 1 betina, pertumbuhan panjangnya paling rendah, tetapi dengan
pertumbuhan diameter yang cukup tinggi. Dari sini dapat dilihat bahwa buah
pepaya hermaprodit berkembang pesat pada pertumbuhan panjang sedangkan
buah betina berkembang pesat pada pertumbuhan diameter. Menurut Samson
(1986) bentuk buah yang berasal dari bunga betina bentuknya agak bulat,
sedangkan buah yang berasal dari bunga hermaprodit bentuknya bulat panjang
atau lonjong.

Pertumbuhan panjang dan diameter genotipe IPB 10A hermaprodit paling
lambat dibandingkan genotipe lainnya, pertumbuhannya berhenti pada sekitar
minggu ke-22 sebelum akhirnya dapat dipanen, sehingga menyebabkan umur
panen genotipe IPB 10A mempunyai umur panen yang paling tua dibandingkan
keempat genotipe lainnya. Pertumbuhan genotipe IPB 1 betina berlangsung
sampai minggu ke-19, sehingga umur panennya juga menjadi lebih muda dari
keempat genotipe lainnya.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

MSA

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Panjang Buah

, -0 1

-

,

,

,

,

,

,

,

, ,

,

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

MSA

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Diameter Buah

,

Panjang, Diameter, Volume dan Bobot Buah
Ukuran fisik buah saat panen dari masing-masing genotipe disajikan pada
Tabel 2. Genotipe IPB 1 betina mempunyai ukuran yang lebih pendek
dibandiigkan dengan genotipe IPB 1 x Str 6-4 betina. Sedangkan untuk genotipe
IPB 10A x

PB 174 hermaprodit mempunyai ukuran yang paling pendek

dibandingkan dengan genotipe IPB 1 x IPB 10A dan IPB 10A yang mempunyai
ukuran terpanjang. Berdasarkan ukuran diameter buah, terlihat bahwa genotipe

IPB 1 dan persilangannya mempunyai diameter yang paling besar baik pada buah
betina maupun buah hermaprodit.
Volume buah terkecil dimiliki oleh IPB 1 betina, sedangkan yang terbesar
adalah IPB 1 x IPB 10A hermaprodit. Dengan melihat perbandingan volume
IPB 1 x Str 6-4 betina dengan buah hermaprodit lain terlihat baliwa buah betina
mempunyai volume rata-rata yang cukup besar dibandingkan dengan hermaprodit
karena bentuknya yang lebih membulat dengan diameter yang lebih besar
dibandingkan dengan buah hermaprodit, sehingga memerlukan lebih banyak
ruang. Buah IPB 1 x IPB 10A mempunyai volume yang paling besar
dibandiigkan genotipe lainnya.
Tabel 2. Panjang, Diameter, Volume Lima Genotipe Pepaya

+

Kode (Jenis)

Panjang sd
( 4
IPB 1 (B)
13.88 2.23
17.91 2 2.07
IPB 1 x Str 64 (B)
IPB 10A (H)
23.08 2 2.67
IPB 10A x PB 174 (H) 22.24 3.37
22.78 3.32
IPB 1 x IPB 10A (H)

+

+
+

Diameter 2 sd
(cm)
11.03 2.35
12.53 + 2.10
10.01 + 1.56
10.66 1.81
11.72 1.96

+
+
+

+

Volume sd
(ml)
861.15 +432.55
1358.44 2 548.63
1250.78 t 431.12
1280.44 542.14
1669.63 682.17

+
+

Keterangan : B = Betina, H = Hermaprodit, sd = Standar Deviasi

Bobot utuh, bobot kulit, dan bobot biji buah masing-masing genotipe
disajikan pada Tabel 3. Bobot utuh yang semakin besar, akan diikuti dengan
bobot kulit dan bobot biji yang juga akan semakin besar, tetapi untuk genotipe
IPB 10A terlihat bahwa dengan bobot utuh yang tidak terlalu berbeda jauh dengan
genotipe IPB 10A x PB 174, memiliki bobot biji yang cukup besar.

Tabel 3. Bobot Utuh, Bobot Kulit, dan Bobot Biji Lima Genotipe Pepaya
Kode (Jenis)
IPB 1 (B)
IPB 1 x Str 64 (B)
IPB 10A (H)
IPB 10A x PB 174 (H)
IPB 1 x IPB 1OA (H)

Bobot Utuh + sd
(g)
759.25 2 344.34
1098.72 2 433.07
1134.70 2 357.97
1136.09t457.36
1487.39 2 573.34

+

+

Bobot Kulit sd Bobot Biji sd
(g)
(g)
127.74 2 58.00
62.97 t 42.52
158.63 2 66.72
75.31 2 52.83
129.24 40.28
86.13 29.10
147.87 61.10
58.05 2 29.92
195.52 2 88.67
106.65 2 49.77

+
+

+

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Karakter Kimia, Kandungan Vitamin C dan Karoten

Karakter kimia dan kandungan vitamin C genotipe IPB 1 dapat dilihat
pada Tabel 4. Hasil sidii ragam (Tabel Larnpiran 2 dan 3) menunjukkan urnur
panen dan waktu silnpan tidak berpengaruh terhadap nilai pH dan kandungan
PTT. Nilai pH berkisar antara 5.1-5.9, sedangkan nilai PTT berkisar antara
1 0 - 1 2 ~ ~ r i Umur
x.
panen dan waktu simpan berpengaruh nyata terhadap nilai
ATT. Nilai ATT semakin menurun pada umur panen yang lebih tua atau demikian
sebaliknya (Tabel Lampiran 4). Nilai terendah sebesar 0.07% dicapai pada umur
Tabel 4. Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 1

U3P3

pH

PTT

ATT

PTTIATT

Vit C

5.82

11.07

0.09ab

133.90

120.73ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh hwuf yang- sama pada kolom yang
. - sama tidak berbeda nyata
pads ~ j ~i u k taraf
e ~ 5%
U1 = Umw panen 130 HSA
PI = Waktu simpan 2 hari
U2 = Umur panen 135 HSA
P2 = Waktu simpan 4 hari
U3 = Umur panen 140 HSA
P3 = Waktu simpan 7 hari
~

panen 140 HSA penyimpanan 2 hari dan tertinggi sebesar 0.12% pada umur panen
130 HSA penyimpanan 4 dan 7 hari. Menurut Arriola et al. (1980) selama
pematangan buah pepaya pada suhu ruang, ATT akan meningkat kemudian ketika
buah lewat matang akan mengalami penunman. Pada data rasio perbandingan
PTTJATT, dapat dilihat bahwa semakin besar kandungan ATT maka nilai rasio
perbandingan PTTIATT akan semakin kecil. Semakin tinggi nil& PTT, nilai ATT
juga akan semakin tinggi. Winarno dan Aman (1981) menyatakan bahwa apabila
buah-buahan menjadi matang, maka kandungan gulanya meningkat, tetapi
kandungan asamnya menurun. Akibatnya rasio gula dan asam akan mengalami
perubahan yang drastis. Keadaan ini berlaku pada buah klimakterik, sedang pada
buah non-klimakterik perubahan tersebut pada umurnnya tidak jelas.
Umur panen berpengaruh nyata terhadap kandungan nilai vitamin C, tetapi
tidak berpengaruh untuk waktu simpan, dimana nilai tertinggi terdapat pada urnur
panen 135 HSA dengan penyimpanan selama 4 hari sebesar 175.61 mg/100 g dan
nilai terendahnya terdapat pada umw panen 130 HSA dengan penyinlpanan
selama 4 hari sebesar 85.36 mg/100 g. Hasil penelitian Wills dan Widjanarko
(1995) nlenunjukkan bahwa kandungan vitamin C pada buah pepaya akan
meningkat sampai akhirnya buah matang penuh. Menurut Arriola et al. (1980)
selama proses pematangan buah, kandungan vitamin C akan meningkat secara
gradual dan mempunyai nilai maksimum saat matang penuh kemudian akan
menurun secara perlahan.
Karakter kimia serta kandungan vitamin C genotipe IPB