Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek Indonesia Permai

2

NOVRIYANTI. Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek Indonesia
Permai. Dibimbing oleh DJOKO WALUYO dan YOS SUTIYOSO.
Hama sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anggrek, sehingga diperlukan
identifikasi hama untuk penanggulangannya. Pada penelitian ini hama diambil
dari 18 kavling di Taman Anggrek Indonesia Permai, kemudian diawetkan
menggunakan alkohol 70% untuk keperluan identifikasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui keanekaragaman, gejala serangan, serta intensitas serangan
hama pada tanaman anggrek. Hama yang didapat terbagi atas: dua jenis tungau
yaitu
dan
tiga jenis
serangga yaitu
dan
dan dua jenis moluska yaitu
dan
. Hama yang memiliki intensitas serangan tertinggi ialah
dan serangan terendah ialah
. Serangan hama yang meningkat pada
musim kemarau ialah

dan
, dan pada
musim hujan tanaman anggrek banyak diserang oleh
, dan
.

NOVRIYANTI. The Diversity of Orchid Pests in Taman Anggrek Indonesia
Permai. Supervised by DJOKO WALUYO and YOS SUTIYOSO
Orchid pests attack on every growth stages of plant, so it’s necessary to
identify the pests and to make pest control to be done. Samples were taken from
18 plots in Taman Anggrek Indonesia Permai, and specimens were preserved in
alcohol (70%). The aim of the research is to identify and to know the symptoms of
pests and their intensities of attack on orchid plants. The identified pests were two
species of mites:
and
three species of insects:
and
and two species of molluscas:
and
The highest attack intensity is by

and
is the lowest. The attack by the pests
and
, increased in the dry season; and in the wet season were
, and
.

3

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

Oleh:
!"
G34102001

4


Judul

:

Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek
Indonesia Permai

Nama

:

Novriyanti

NIM

:

G34102001

Menyetujui:


Pembimbing I,

#$ % & ' () *
NIP.

Pembimbing II,

$ $

$

130350056

+ )"

NIP.

Mengetahui:


Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor,

,$
NIP.

Tanggal Lulus:

$

$

!!

-+.

131473999

! *


$ $

+

5

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang Pemilik Cinta
yang memberikan kemudahan, inspirasi untuk berkarya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Anggrek
Indonesia Permai yang berlokasi di Jalan Raya Taman Mini Indonesia Indah,
Kelurahan Pinang ranti, Jakarta Timur. Judul yang penulis pilih ialah
Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek Indonesia Permai.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak drh. Djoko Waluyo, M.S. dan Bapak Ir. Yos
Sutiyoso sebagai pembimbing, serta Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti yang telah banyak memberikan
masukan dan saran. Terimakasih kepada Bapak Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. yang telah membantu
mengidentifikasi moluska; Bapak Djoni dari staf Departemen Biologi; sahabatAsahabat: Noni,
Iqbal, Bian, Gema, Angga, Warman, dan seluruh mahasiswa biologi angkatan 39.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih terbesar kepada Nyanyak, Ayah, Kak Serli, Yuli,
Kak Fifi, dan Bang Eril yang selalu memberi semangat, doa dan kasih sayangnya yang tiada henti.


Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Jakarta, Juli 2007

6

'
Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 10 Nopember 1984 dari ayah Drs.
Samsuar Syam dan ibu Tjut Saflina. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Negri 04 Banda Aceh dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis
memilih Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan teater Garis
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun 2004 penulis menjabat
sebagai ketua teater. Penulis juga aktif menjadi anggota Orientasi Alam Biologi
(OWA), dan anggota Bioworld divisi Anggrek dan Tanaman Hias. Tahun 2005
penulis berhasil menyelesaikan praktek lapangannya dengan judul ”Budidaya
Tanaman Anggrek
! di Taman Anggrek Indonesia

Permai” di Taman Anggrek Indonesia Permai.

7

DAFTAR TABEL

Halaman
vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

Waktu dan Tempat

1
1
1
1

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Metode
Pengambilan sampel
Pengamatan
Identifikasi
Analisis data

1
1
1
1
1

2
2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Identifikasi hama
Gejala serangan hama
Intensitas serangan hama
Pembahasan
Taksonomi Hama
Gejala dan Intensitas Serangan Hama

2
2
2
4
5
6
6
6


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

7
7
7

DAFTAR PUSTAKA

7

LAMPIRAN

9

8

( . !
2

1

Nilai kriteria kerusakan ditentukan berdasarkan proporsi bagian
tanaman yang rusak (Yi).

2

Hama tanaman anggrek dan bagian tanaman yang diserang, di Taman
Anggrek Indonesia Permai.

5

9

1

( . !
Tungau
(a) BagianAbagian tubuh (tampak dorsal) 2
perbesaran 10x10, (b) seta pada bagian posterior, (c) Bagian anterior.
Perbesaran 10x40 (b, c).

2

Tungau D.
(a) tungau dewasa, perbesaran
bagian anterior, perbesaran 10x40.

10x10, (b)

3

3

Kumbang
: (a) kumbang dewasa, (b) tungkai, (c) probosis,
(d) funikulus. Perbesaran 10x40 (b, c, d).

3

4

Serangga

3

5

Kutu
dewasa (a) Bagian dorsal, (b) Bagian ventral.
Perbesaran 10x10 (a & b).

3

6

Siput

4

7

Keong

4

8

Gejala serangan hama pada
(b) serangan

9

Luas Serangan Hama.

5

Intensitas Serangan Tungau.

5

10

: tungkai, sayap.

sp. (a) serangan

,

4

10

( . !
10

1

Peta Taman Anggrek Indonesia Permai.

2

Gambar siklus hidup
(a) larva pada pseudobulb , (b) 11
larva, (c) kumbang muda, (d) kumbang dewasa.

"

/-( & !0
Anggrek (Famili Orchidaceae) ialah
karya alam yang unik, indah dan eksotis.
Anggrek merupakan salah satu tanaman asli
Indonesia yang dapat dijadikan devisa
potensial bagi negara. Tanaman anggrek
memiliki warna dan bentuk yang menarik,
dan bunga anggrek juga dapat mekar jauh
lebih lama dibandingkan tanaman lain.
Tanaman anggrek Indonesia memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dapat
dijadikan komoditi ekspor. Hongkong,
Singapura, dan Amerika Serikat merupakan
contoh beberapa negara yang banyak
mengimpor anggrek yang berasal dari
Indonesia, karena memiliki keragaman serta
ciri khas sebagai bunga tropis (Litbang
Deptan 2006).
Dibandingkan dengan ekspor anggrek
negara lain, ekspor anggrek yang berasal
dari Indonesia masih sangat rendah
mutunya. Salah satu kendala terbesar dari
rendahnya mutu anggrek Indonesia ialah
adanya serangan hama. Hama ialah semua
binatang yang merugikan tanaman terutama
yang berguna dan dibudidayakan manusia
(Pracaya 1992).
Pengendalian hama tanaman anggrek ini
merupakan kunci penting dalam budidaya
anggrek. Anggrek tidak akan tampil prima
dan memiliki daya jual yang tinggi apabila
tanaman rusak akibat serangan hama.
Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya
menyebabkan luka pada tanaman, namun
berdampak besar pada populasi tanaman.
Hama yang menyerang anggrek terdiri
atas: tungau, serangga, dan moluska. Tungau
sp.,
sp., dan
"
sp. dilaporkan sebagai hama
umum pada anggrek di Florida (Childers &
Rodrigues 2005). Kondo
. (2003)
menyatakan hal yang serupa, bahwa
"
sp. menjadi hama yang penting
pada tanaman anggrek. Gutierrez & Schicha
(1982)
menemukan
jenis
tungau
!
dan
banyak menyerang perkebunan
anggrek di Australia. Pada perkebunan
anggrek di desa Bojongsari Baru, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat dilaporkan terserang
hama tungau
serangga #
sp.,
sp.,
sp.,
sp.,
sp.; keong $ %
sp., dan
sp. (Nurhayati 1990).

Hama yang menyerang tanaman
anggrek menimbulkan kerusakan dan keruA
gian yang sangat tinggi. Oleh sebab itu
dibutuhkan informasi mengenai keanekragaA
man hama, sehingga memudahkan dalam
pengendaliannya.
)%) !
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui keanekaragaman, gejala serangA
an, serta intensitas serangan hama pada
tanaman anggrek.
' &") ! -.1 "
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari sampai dengan Mei 2007. PengA
amatan dan pengambilan sampel dilakukan
di Taman Anggrek Indonesia Permai

# ! ! ( "
Bahan yang digunakan ialah tanaman
anggrek dari berbagai usia pertumbuhan dan
alkohol 70%.
AlatAalat yang digunakan dalam
penelitian ini ialah botol film, pinset,
mikroskop stereo, mikroskop cahaya, kertas
label, gelas objek, kaca penutup, dan kamera
digital Canon Power Shot A430.
-"

Data yang didapat ialah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari
pengamatan langsung di lapang dan
pengamatan serta identifikasi menggunakan
mikroskop di laboratorium. Sedangkan data
sekunder berasal dari wawancara dengan
pekerja kebun di Taman Anggrek Indonesia
Permai.
-!0 ./ ( ! + .1-($ Pada penelitian
ini hama diambil dari 18 kavling di Taman
Anggrek Indonesia Permai (Lampiran 1).
Hama diambil dari bagian tanaman seperti
bunga, helai daun, pelepah daun,
&
, akar tanaman, dan media tanaman.
Sampel diambil dengan pinset, kemudian
disimpan di dalam botol yang berisi alkohol
70 % (Borror
1996) untuk keperluan
identifikasi.
-!0 . " !$ Pengamatan dilakukan
pada bagian tanaman yang terserang hama.
Serangan hama ditandai dari luka akibat
tusukan, gigitan, lendir, dan feses.
-!" , & + . Tungau diletakkan pada
gelas objek yang telah diberi sedikit air,
kemudian ditutup dengan kaca penutup.

2

Selanjutnya diamati dengan mikroskop
untuk diidentifikasi. Serangga dan moluska
yang telah diawetkan diamati dengan
mikroskop
stereo
untuk
keperluan
identifikasi, kemudian difoto menggunakan
foto mikroskop. Pada pengamatan langsung
di lapangan digunakan kamera digital Canon
Power Shot A430. Hama diidentifikasi
hingga tingkat spesies. Identifikasi tungau
menggunakan pustaka Kalshoven (1981),
Krantz (1978) Helle & Sabelis (1985), dan
Tjoa
(1964).
Identifikasi
serangga
menggunakan pustaka Borror
(1996),
Tjoa (1964), Kalshoven (1981), William
dan Watson (1988). Moluska diidentifikasi
menggunakan
pustaka
Tjoa
(1964),
Kalshoven (1981) dan Dharma (1988).
! ( + + " $ Intensitas serangan hama
dihitung menggunakan rumus Townsend
dan Heuberger (diacu dalam UntherstenA
hofer 1963):

+(
-!" , & + # . $ Dari pengamatan di
lapangan dan identifikasi di laboratorium,
didapatkan 7 jenis hama yang menyerang
tanaman anggrek di Taman Anggrek
Indonesia Permai. Hama yang ditemukan
ialah: dua jenis tungau yaitu
dan
&
tiga jenis serangga yaitu
&
dan
yaitu

dan dua jenis moluska
dan
.

'

I = ∑ niYi x 100%
9N
I = Intensitas serangan, ni = jumlah
pohon yang diserang, Yi = nilai kriteria
untuk klasifikasi tertentu (Tabel 1), N =
jumlah pohon yang diamati, 9 = nilai
tertinggi dalam klasifikasi.
Tabel 1 Nilai kriteria kerusakan ditentukan
berdasarkan proporsi bagian tanaA
man yang rusak (Yi).
Tingkat serangan
(%)
Yi ≤ 10
10 < Yi ≤ 20
20 < Yi ≤ 30
30 < Yi ≤ 40
40 < Yi ≤ 50
50 < Yi ≤ 60
60 < Yi ≤ 70
70 < Yi ≤ 80
80 < Yi ≤ 90
Yi > 90

Garis yang
membagi tubuh

(a)
palpus celicera

Nilai numerik
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Luas serangan untuk semua hama
dihitung dengan rumus Tarr (1972):
L = n x 100%
N
L = luas serangan (%), n = jumlah tanaman
yang diserang, dan N= jumlah tanaman yang
diamati.

(b)

(c)

Gambar 1 Tungau
(a)
BagianAbagian tubuh (tampak
dorsal) perbesaran 10x10, (b)
seta pada bagian posterior, (c)
Bagian anterior. Perbesaran
10x40 (b, c).
Tungau
dewasa memiliki 4
pasang tungkai dengan panjang tubuh 0.2
mm, terdapat garis yang membagi tubuh di
bagian abdomen. Tubuh tungau berwarna
merah dan secara umum terbagi menjadi 3
bagian:
, dan
&
yang terlihat jelas (Gambar 1a).

3

bagian posterior (Gambar 2a,b). Panjang
tubuh 0.33 mm. Tungau
tidak memiliki garis yang membagi tubuh di
bagian abdomen.
Sayap

Tungkai

palpus
(b)

(a)

Gambar 2

tungkai

Tungau D.
(a)
tungau dewasa, perbesaran
10x10, (b) bagian anterior,
perbesaran 10x40.

Gambar 4

Serangga
sayap.

: tungkai,

(a)
tungkai

kuku
tungkai

(a)

(b)

(b)
Probosis

funikulus
Gambar 5
(c)

(d)

Gambar 3 Kumbang
: (a) kumA
bang dewasa, (b) tungkai, (c)
probosis, (d) funikulus. PerbeA
saran 10x40 (b, c, d).
Bagian anterior disebut
, terdiri
dari palpus dan celicera (Gambar 1c).
ialah bagian tubuh yang terdiri
dari tungkai dan
ialah bagian
tubuh dibelakang tungkai. Memiliki seta
pada bagian posterior dan tungkai (Gambar
1b). Tungau
berbentuk
lonjong, berwarna jingga. Tungau dewasa
memiliki empat pasang tungkai, dua pasang
di bagian anterior dan dua pasang lagi di

Kutu
dewasa (a)
Bagian dorsal, (b) Bagian
ventral. Perbesaran 10x10 (a &
b).

Kumbang
tubuh berwarna
hitam dengan panjang tubuh 5 mm (Gambar
3a). Memiliki probosis yang panjang
(Gambar 3c) dan sepasang funikulus yang
membengkok, masingAmasing memiliki
tujuh ruas (Gambar 3d). Terdapat tiga
pasang tungkai yang dilengkapi dengan
kukuAkuku tarsus sederhana dengan sebuah
kuku tunggal (Gambar 3b). Serangga
berbentuk panjang, ramping, dan
berwarna hitam. Memiliki tiga pasang
tungkai, dan panjang tubuh 1.2 mm (Gambar
4). Terdapat rambutArambut halus pada
bagian tepi sayap, tungkai, abdomen, dan

4

toraks yang tersusun tidak teratur. Terdapat
dua pasang sayap yang melekat pada bagian
toraks.
Kutu
mensekresikan malam
yang menutupi tubuhnya (Gambar 5a).
Terdapat cairan tubuh yang berwarna
kemerahan. Tubuh bulat telur memanjang
dan beruas dengan 3 pasang tungkai, dan
sepasang antena dengan delapan ruas
(Gambar 5b). Tubuh tertutup sekresi tipis
berwarna putih, sehingga segmen tubuh
masih jelas terlihat. Terdapat duriAduri
diseluruh tepi tubuh. Duri tegang dan mudah
patah. Apikal seta pada bagian posterior
panjang. Panjang tubuh 5 mm.

tua disebabkan karena pada daun tua lebih
terlindungi dari hujan dibandingkan pada
bagian pucuk daun. Luka akibat tusukan
tungau ini ditandai dari perubahan warna
daun. Daun yang terserang berubah warna
seperti perunggu kemudian menghitam.
Tungau
menyerang bagian
helai daun hingga ke pelepah daun (Gambar
8b).
Kumbang
banyak menyeA
rang daun muda dan
. Kerusakan
pada daun menyebabkan daun berlubang
(Gambar 8a), serangan tertinggi pada jenis
sp.. Pada daun dan bunga yang
terserang serangga
(
)
terdapat bintikAbintik hitam dan feses
yang telah mengering.
tidak mampu
terbang jauh karena tubuhnya yang kecil.
Mudah terbawa angin dan berpindah ke
tanaman lain, sehingga dapat menjadi vektor
penyebar virus. Bunga dan daun juga dapat
terserang kutu
. Serangan kutu ini
mudah dikenali karena kutu hidup dalam
koloni dan mudah terlihat dengan jelas.
Koloni berwarna putih.

Gambar 6 Siput

Gambar 7 Keong
Siput
mempunyai tonjolan
yang ditutupi cangkang pipih rudimenter di
bagian punggung (Gambar 6). Tubuh
berwarna coklat keabuAabuan dengan
panjang tubuh 4 cm. Keong
berukuran kecil dengan cangkang yang
berbentuk silindris, panjang tubuh 11 mm
(Gambar 7). Cangkang berwarna coklat
keabuAabuan dan tubuh bagian dalam
berwarna kuning pucat.
-% ( +- !0 ! # . $ Berdasarkan
hasil pengamatan pada bagian yang
terserang hama, didapatkan tungau
dan
menyerang
bagian daun, terutama pada daun tua.
Serangan tungau banyak tejadi pada daun

(a)

(b)

Gambar 8 Gejala serangan hama pada
sp. (a) serangan
, (b) serangan

Siput
dan keong
menyerang anggrek yang tumbuh pada
media yang lembab. Tanda serangannya
dapat mudah dikenali dari lendir dan feses
yang mengering. Hama ini menyerang daun,
bunga, dan akar anggrek (Tabel 2).

5

Tabel 2 Hama tanaman anggrek dan bagian tanaman yang diserang, di Taman Anggrek Indonesia
Permai.

No

Hama

Bunga

1
2

A
A

3
4
5
6
7

A
+
+
+
+

!"-!+ " + +- !0 ! # . $ Intensitas
serangan hama berbedaAbeda, tergantung
musim dan jenis hama yang menyerang.
Beberapa jenis hama yang banyak
menyerang tanaman anggrek pada musim
kemarau, musim hujan, bahkan ada beberapa
jenis yang dapat menyerang sepanjang
tahun. Luas serangan hama pada tiap kavling
sangat berbeda (Gambar 9).
Tungau
dan
menyerang seluruh kavling,
namun dengan intensitas serangan yang
berbedaAbeda (Gambar 10). Tungau banyak
menyerang
sp.. Kumbang
dapat menyerang sepanjang tahun.
Serangan
meningkat pada awal
musim hujan. Serangga
banyak
menyerang anggrek pada musim kemarau.

Gambar 9 Luas Serangan Hama

Gambar 10 Intensitas Serangan Tungau

Bagian tanaman yang terserang hama
Helai
Pelepah
daun
daun
A
+
A
A
+
+
+
A
A
A
A

+
+
+
+
+

+
A
+
+
+

Akar
A
A
A
A
A
+
+

hanya ditemukan pada kavling 1
dengan intensitas serangan yang sangat
rendah.
Kutu
berkembang biak pada
musim hujan sehingga intensitas serangan
sangat meningkat pada musim hujan.
Penyebaran kutu ini terutama oleh angin dan
hujan. Hama ini hanya ditemukan pada
kavling 1 dengan intensitas serangan yang
sangat rendah. Siput
dan keong
banyak menyerang tanaman
anggrek pada malam hari, karena jenis hama
ini menyukai kelembapan yang tinggi untuk
mengurangi dehidrasi. Pada musim hujan
hama ini juga banyak ditemukan pada siang
hari, karena memiliki kelembapan tinggi.
Serangan tertinggi terjadi pada musim hujan.
Jenis hama ini ditemukan di semua kavling
dengan intensitas serangan yang merata.

6

-./ # + !
&+ ! .
. $ Tungau
&
dan
di temukan pada
bagian daun anggrek. Tungau
#
&
di temukan pada bagian pelepah dan
pangkal daun. Tungau
dan
termasuk anggota: Filum ArA
thropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas
Arachnida, Subkelas Acari, Ordo AcariA
formes, Subordo Actinedida, Supercohort
Promatides, Cohort Eleutherengonina, SubA
cohort Raphignathae, Superfamili TetranyA
choidea, Famili Tenuipalpidae (Krantz
1978).
Pada Famili Tenuipalpus bagian
memiliki
berbentuk
stilet, palpus dengan lima segmen, tibia
pendek, stigmata dan peritremes. (
dan palpus berfungsi sebagai alat mulut,
digunakan untuk menusuk dan
menghisap cairan tanaman. Stigmata dan
peritremes berfungsi sebagai alat pernaA
pasan. Pada bagian
, tungkai
dilengkapi kuku dan empodial dengan
(rambut yang berfungsi sebagai alat
pelekat pada inang).
(pemaA
kan jaringan tumbuhan) spesies (Krantz
1978).
Kumbang
di temukan pada
bagian daun muda dan di dalam
Taksonomi
)
ialah: Filum
Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas InA
secta, Ordo Coleoptera, Superfamili CurcuA
lionoidea, Famili Curculionidae, Subfilum
Barinae, (Borror
1996, Kalshoven
1981).
Bagian mulut anggota Famili CurcuA
lionidae mengalami modifikasi menjadi
probosis, dan memiliki funikulus yang
membengkok seperti siku (Borror
1996).
Serangga
di temukan pada
bagian bunga. Taksonomi dari
*
ialah: Filum Arthropoda, Subfilum AteloA
cerata, Kelas Insekta, Ordo Thysanoptera,
Subordo Terebrantia, Famili Thripidae
(Borror
1996, Kalshoven 1981).
merupakan anggota: Filum
Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas
Insecta, Ordo Homoptera, Sobordo SteA
norrhyncha, Superfamili Coccoidae, Famili
Pseudococcidae (Borror
1996,
Williams & Watson 1988).
Siput
adalah anggota:
Filum Mollusca, Kelas Gastropoda, Ordo
Stylommathophora, Famili Ariophantidae,
(Dharma 1988). Keong
di
temuakan pada bagian daun dan akar

tanaman. Keong ini termasuk anggota:
Filum
Mollusca,
Kelas
Gastropoda,
Subkelas Pulmonata, Ordo Mesurethra,
Superfamili Achatinacea, Famili Subulidae
(Dharma 1998).
-% (
!
!"-!+ " +
- !0 !
. $ Tungau
dan
banyak menyerang
&
sp., disebabkan karena
sp.
tidak terlindung oleh naungan. Ini sesuai
dengan Tjoa (1964) yang menyatakan bahwa
tungau mudah berkembang biak pada
keadaan kering dan panas serta pada
tanaman yang tidak terlindung dari sinar
matahari. Tungau menyerang tanaman
dengan cara menusuk dinding sel dan
menghisap cairan tanaman, tusukan tungau
juga dapat menjadi vektor penularan virus
antar tanaman (Jhonson 2006). Serangan
tungau merata disemua kavling. Penularan
tungau disebabkan karena ukuran tungau
yang kecil sehingga mudah terbawa air pada
saat penyiraman (Tjoa 1964).
Serangan larva dan kumbang
dewasa menyebabkan kerusakan
pada daun dan
. Kerusakan yang
terjadi mengakibatkan terhambatnya aliran
air dan hara dari akar terputus sehingga
tanaman menjadi layu. Anonim (2001)
menyatakan bahwa perkembangan larva
terjadi di dalam
. Serangga
dewasa memasukkan telurnya. Larva yang
berada di dalam lubang berkembang menjadi
pupa lalu menjadi serangga dewasa, yang
kemudian muncul ke permukaan tanaman
untuk menyerang daun muda
Serangan serangga
pada
bunga, banyak terjadi musim kemarau. Hal
ini sesuai dengan penelitian Hollingsworth
. (2001) dimana serangan
tinggi
karena produksi bunga anggrek, meningkat
pada musim kemarau. Serangan
dapat
mengakibatkan penurunan produksi bunga.
Kutu
menyerang tanaman dengan
cara menusukkan stilet pada jaringan
tanaman dan menghisap cairan. William dan
Watson (1988) menyatakan bahwa kutu
menusuk jaringan tanaman, sehingga
menyebabkan klorosis dan gugur daun. Jika
seluruh cairan tanaman dihisap, maka dapat
menyebabkan kerusakan yang berat pada
tanaman.
Siput
dan keong
banyak ditemukan pada berbagai usia
pertumbuhan anggrek, namun keong
lebih banyak ditemukan pada
anggrek dewasa. Ini sesuai dengan pendapat
Apriyanto (2003) yang menyatakan

7

cendrung lebih banyak ditemukan
pada tanaman tua dibandingkan pada
tanaman muda. Populasi
meningkat mengikuti umur tanaman.
2

.1)( !
Hama yang ditemukan pada lokasi
pengamatan ialah
(Acari:
Tetranychidae),
(Acari: TeA
tranychidae),
(Coleoptera: CurA
culionidae),
(Thysanoptera: ThriA
pidae),
(Homoptera: PseudococA
cidae),
(Stylommathophora:
Ariophantidae),
(Mesurethra:
Subulidae). Intensitas serangan hama
tertinggi ialah
Serangan
terendah ialah
. Serangan
dan
meningkat pada musim kemarau, sedangkan
pada musim hujan tanaman anggrek banyak
diserang oleh
, dan
. Perbedaan
musim pada pola serangan hama disebabkan
karena perbedaan siklus hidup dan
kebutuhan makan pada setiap jenis hama.
!
Penelitian lebih lanjut diperlukan
adanya informasi mengenai macamAmacam
pestisida, agar diketahui efektivitasnya
dalam pengendalian hama. Selain itu
diperlukan juga pengetahuan mengenai
siklus hidup hama untuk mengetahui pola
serangannya.

[Anonim].
2001.
Orchid
Weevil
Orchidophilus
aterrimus
Outbreak
Reported.
*
*
+
+ (
20
Apriyanto D. 2003. Koisidensi Dua Spesies
Respo di Sentra Produksi Sayur Rejang
Lebong, Bengkulu. $
&
$
5: 7A11.
Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson NF.
1996.
,
*
.
Ed. KeA6. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univ Pr. Terjemahan dari: )
$
*
+$
.
Childers CC, Rodrigues JCV. 2005.
Potential Pest Mite Species Collected
on Ornamental Plants From Central
America at Port of Entry to the United

State. .
88(4): 408A
414.
Dharma B. 1988. *
/
$
0$
*
1. Jakarta:
PT Sarana Graha.
Gutierrez J, Schicha E. 1982. Two New
Species of
Donnadieu from
New
South
Wales
(Acari:
Tenuipalpidae). - )
.
*
21:
137A141.
Helle W, Sabelis MW. 1985. *
2
"
.
3
(
. Amsterdam: Elsevier.
Hollingsworth RG, Hara AH, Sewake KT.
2001. Scouting for Thrips in Orchids
Flowers - $
8:1A4
Jhonson PJ. 2006. Mites on Cultivated
Orchids. $
4
(
,
South
Dakota
State
University,
Brookings, SD 57007
Kalshoven LGE. 1981.
+ (
$
. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta: Ichtiar BaruA Van
Hoeve. Terjemahan dari:
(
$
.
Kondo H, Maeda T, Tamada T. 2003.
Orchid Fleck Virus: "
+
Mite Transmisson, Biologi
Properties and Genome Structure. .
)
)
30: 215A223.
Krantz GW. 1978. ) 2
+)
.
Second Edition. Corvallis: Oregon Univ
Book Store.
[Litbang Deptan] Penelitian dan PengemA
bangan Departemen Pertanian. 2006.
!
)
)
)
!. 0104.
Nurhayati A. 1990. Pengamatan HamaAhama
Tanaman Anggrek di Desa Bojongsari
Baru, Kecamatan Sawangan, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Pracaya. 1992 5
!
. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tarr SAJ. 1972.
+
The Macmillan Press.
London Bastoke, New York. 632p
Tjoa Tjien Mo. 1964. 2
5
&
, ! & , ! )
!.
Jakarta: PT Kinta.
Untherstenhofer G. 1963.
"
+ (
. Bayer PflanzenschutzA LeA
Verkusen. 83 p.
Williams DJ, Watson GW. 1988.
*
$
+
*
+
4
. Part 2. The Mealybugs

8

(Pseudococcidae). CAB International
Institut of Entomology.

9

10

Lampiran 1 Peta Taman Anggrek Indonesia Permai.

11

Lampiran 2 Gambar
(a) kerusakan pada pseudobulb , (b) larva, (c) kumbang muda,
(d) kumbang dewasa.

(a)

(b)

(c)

(d)

2

ABSTRAK
NOVRIYANTI. Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek Indonesia
Permai. Dibimbing oleh DJOKO WALUYO dan YOS SUTIYOSO.
Hama sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anggrek, sehingga diperlukan
identifikasi hama untuk penanggulangannya. Pada penelitian ini hama diambil
dari 18 kavling di Taman Anggrek Indonesia Permai, kemudian diawetkan
menggunakan alkohol 70% untuk keperluan identifikasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui keanekaragaman, gejala serangan, serta intensitas serangan
hama pada tanaman anggrek. Hama yang didapat terbagi atas: dua jenis tungau
yaitu Tenuipalpus orchidarum dan Dolichotetranychus vandergooti; tiga jenis
serangga yaitu Orchidophilus aterrimus, Dichromothrips simithi, dan Ferrisia
virgata, dan dua jenis moluska yaitu Parmarion pupillaris, dan Lamellaxis
gracilis. Hama yang memiliki intensitas serangan tertinggi ialah T. orchidarum,
dan serangan terendah ialah D. simithi. Serangan hama yang meningkat pada
musim kemarau ialah T. orchidarum, D. vandergooti dan D. simithi, dan pada
musim hujan tanaman anggrek banyak diserang oleh F. virgata, P. pupillaris, L.
gracilis, dan O. aterrimus.

ABSTRACT
NOVRIYANTI. The Diversity of Orchid Pests in Taman Anggrek Indonesia
Permai. Supervised by DJOKO WALUYO and YOS SUTIYOSO
Orchid pests attack on every growth stages of plant, so it’s necessary to
identify the pests and to make pest control to be done. Samples were taken from
18 plots in Taman Anggrek Indonesia Permai, and specimens were preserved in
alcohol (70%). The aim of the research is to identify and to know the symptoms of
pests and their intensities of attack on orchid plants. The identified pests were two
species of mites: Tenuipalpus orchidarum and Dolichotetranychus vandergooti;
three species of insects: Orchidophilus aterrimus, Dichromothrips simithi, and
Ferrisia virgata and two species of molluscas: Parmarion pupillaris, and
Lamellaxis gracilis. The highest attack intensity is by T. orchidarum, and D.
simithi is the lowest. The attack by the pests T. orchidarum, D. vandergooti and
D. simithi, increased in the dry season; and in the wet season were F. virgata, P.
pupillaris, L. gracilis, and O. aterrimus.

"

/-( & !0
Anggrek (Famili Orchidaceae) ialah
karya alam yang unik, indah dan eksotis.
Anggrek merupakan salah satu tanaman asli
Indonesia yang dapat dijadikan devisa
potensial bagi negara. Tanaman anggrek
memiliki warna dan bentuk yang menarik,
dan bunga anggrek juga dapat mekar jauh
lebih lama dibandingkan tanaman lain.
Tanaman anggrek Indonesia memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dapat
dijadikan komoditi ekspor. Hongkong,
Singapura, dan Amerika Serikat merupakan
contoh beberapa negara yang banyak
mengimpor anggrek yang berasal dari
Indonesia, karena memiliki keragaman serta
ciri khas sebagai bunga tropis (Litbang
Deptan 2006).
Dibandingkan dengan ekspor anggrek
negara lain, ekspor anggrek yang berasal
dari Indonesia masih sangat rendah
mutunya. Salah satu kendala terbesar dari
rendahnya mutu anggrek Indonesia ialah
adanya serangan hama. Hama ialah semua
binatang yang merugikan tanaman terutama
yang berguna dan dibudidayakan manusia
(Pracaya 1992).
Pengendalian hama tanaman anggrek ini
merupakan kunci penting dalam budidaya
anggrek. Anggrek tidak akan tampil prima
dan memiliki daya jual yang tinggi apabila
tanaman rusak akibat serangan hama.
Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya
menyebabkan luka pada tanaman, namun
berdampak besar pada populasi tanaman.
Hama yang menyerang anggrek terdiri
atas: tungau, serangga, dan moluska. Tungau
sp.,
sp., dan
"
sp. dilaporkan sebagai hama
umum pada anggrek di Florida (Childers &
Rodrigues 2005). Kondo
. (2003)
menyatakan hal yang serupa, bahwa
"
sp. menjadi hama yang penting
pada tanaman anggrek. Gutierrez & Schicha
(1982)
menemukan
jenis
tungau
!
dan
banyak menyerang perkebunan
anggrek di Australia. Pada perkebunan
anggrek di desa Bojongsari Baru, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat dilaporkan terserang
hama tungau
serangga #
sp.,
sp.,
sp.,
sp.,
sp.; keong $ %
sp., dan
sp. (Nurhayati 1990).

Hama yang menyerang tanaman
anggrek menimbulkan kerusakan dan keruA
gian yang sangat tinggi. Oleh sebab itu
dibutuhkan informasi mengenai keanekragaA
man hama, sehingga memudahkan dalam
pengendaliannya.
)%) !
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui keanekaragaman, gejala serangA
an, serta intensitas serangan hama pada
tanaman anggrek.
' &") ! -.1 "
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari sampai dengan Mei 2007. PengA
amatan dan pengambilan sampel dilakukan
di Taman Anggrek Indonesia Permai

# ! ! ( "
Bahan yang digunakan ialah tanaman
anggrek dari berbagai usia pertumbuhan dan
alkohol 70%.
AlatAalat yang digunakan dalam
penelitian ini ialah botol film, pinset,
mikroskop stereo, mikroskop cahaya, kertas
label, gelas objek, kaca penutup, dan kamera
digital Canon Power Shot A430.
-"

Data yang didapat ialah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari
pengamatan langsung di lapang dan
pengamatan serta identifikasi menggunakan
mikroskop di laboratorium. Sedangkan data
sekunder berasal dari wawancara dengan
pekerja kebun di Taman Anggrek Indonesia
Permai.
-!0 ./ ( ! + .1-($ Pada penelitian
ini hama diambil dari 18 kavling di Taman
Anggrek Indonesia Permai (Lampiran 1).
Hama diambil dari bagian tanaman seperti
bunga, helai daun, pelepah daun,
&
, akar tanaman, dan media tanaman.
Sampel diambil dengan pinset, kemudian
disimpan di dalam botol yang berisi alkohol
70 % (Borror
1996) untuk keperluan
identifikasi.
-!0 . " !$ Pengamatan dilakukan
pada bagian tanaman yang terserang hama.
Serangan hama ditandai dari luka akibat
tusukan, gigitan, lendir, dan feses.
-!" , & + . Tungau diletakkan pada
gelas objek yang telah diberi sedikit air,
kemudian ditutup dengan kaca penutup.

"

/-( & !0
Anggrek (Famili Orchidaceae) ialah
karya alam yang unik, indah dan eksotis.
Anggrek merupakan salah satu tanaman asli
Indonesia yang dapat dijadikan devisa
potensial bagi negara. Tanaman anggrek
memiliki warna dan bentuk yang menarik,
dan bunga anggrek juga dapat mekar jauh
lebih lama dibandingkan tanaman lain.
Tanaman anggrek Indonesia memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dapat
dijadikan komoditi ekspor. Hongkong,
Singapura, dan Amerika Serikat merupakan
contoh beberapa negara yang banyak
mengimpor anggrek yang berasal dari
Indonesia, karena memiliki keragaman serta
ciri khas sebagai bunga tropis (Litbang
Deptan 2006).
Dibandingkan dengan ekspor anggrek
negara lain, ekspor anggrek yang berasal
dari Indonesia masih sangat rendah
mutunya. Salah satu kendala terbesar dari
rendahnya mutu anggrek Indonesia ialah
adanya serangan hama. Hama ialah semua
binatang yang merugikan tanaman terutama
yang berguna dan dibudidayakan manusia
(Pracaya 1992).
Pengendalian hama tanaman anggrek ini
merupakan kunci penting dalam budidaya
anggrek. Anggrek tidak akan tampil prima
dan memiliki daya jual yang tinggi apabila
tanaman rusak akibat serangan hama.
Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya
menyebabkan luka pada tanaman, namun
berdampak besar pada populasi tanaman.
Hama yang menyerang anggrek terdiri
atas: tungau, serangga, dan moluska. Tungau
sp.,
sp., dan
"
sp. dilaporkan sebagai hama
umum pada anggrek di Florida (Childers &
Rodrigues 2005). Kondo
. (2003)
menyatakan hal yang serupa, bahwa
"
sp. menjadi hama yang penting
pada tanaman anggrek. Gutierrez & Schicha
(1982)
menemukan
jenis
tungau
!
dan
banyak menyerang perkebunan
anggrek di Australia. Pada perkebunan
anggrek di desa Bojongsari Baru, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat dilaporkan terserang
hama tungau
serangga #
sp.,
sp.,
sp.,
sp.,
sp.; keong $ %
sp., dan
sp. (Nurhayati 1990).

Hama yang menyerang tanaman
anggrek menimbulkan kerusakan dan keruA
gian yang sangat tinggi. Oleh sebab itu
dibutuhkan informasi mengenai keanekragaA
man hama, sehingga memudahkan dalam
pengendaliannya.
)%) !
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui keanekaragaman, gejala serangA
an, serta intensitas serangan hama pada
tanaman anggrek.
' &") ! -.1 "
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari sampai dengan Mei 2007. PengA
amatan dan pengambilan sampel dilakukan
di Taman Anggrek Indonesia Permai

# ! ! ( "
Bahan yang digunakan ialah tanaman
anggrek dari berbagai usia pertumbuhan dan
alkohol 70%.
AlatAalat yang digunakan dalam
penelitian ini ialah botol film, pinset,
mikroskop stereo, mikroskop cahaya, kertas
label, gelas objek, kaca penutup, dan kamera
digital Canon Power Shot A430.
-"

Data yang didapat ialah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari
pengamatan langsung di lapang dan
pengamatan serta identifikasi menggunakan
mikroskop di laboratorium. Sedangkan data
sekunder berasal dari wawancara dengan
pekerja kebun di Taman Anggrek Indonesia
Permai.
-!0 ./ ( ! + .1-($ Pada penelitian
ini hama diambil dari 18 kavling di Taman
Anggrek Indonesia Permai (Lampiran 1).
Hama diambil dari bagian tanaman seperti
bunga, helai daun, pelepah daun,
&
, akar tanaman, dan media tanaman.
Sampel diambil dengan pinset, kemudian
disimpan di dalam botol yang berisi alkohol
70 % (Borror
1996) untuk keperluan
identifikasi.
-!0 . " !$ Pengamatan dilakukan
pada bagian tanaman yang terserang hama.
Serangan hama ditandai dari luka akibat
tusukan, gigitan, lendir, dan feses.
-!" , & + . Tungau diletakkan pada
gelas objek yang telah diberi sedikit air,
kemudian ditutup dengan kaca penutup.

2

Selanjutnya diamati dengan mikroskop
untuk diidentifikasi. Serangga dan moluska
yang telah diawetkan diamati dengan
mikroskop
stereo
untuk
keperluan
identifikasi, kemudian difoto menggunakan
foto mikroskop. Pada pengamatan langsung
di lapangan digunakan kamera digital Canon
Power Shot A430. Hama diidentifikasi
hingga tingkat spesies. Identifikasi tungau
menggunakan pustaka Kalshoven (1981),
Krantz (1978) Helle & Sabelis (1985), dan
Tjoa
(1964).
Identifikasi
serangga
menggunakan pustaka Borror
(1996),
Tjoa (1964), Kalshoven (1981), William
dan Watson (1988). Moluska diidentifikasi
menggunakan
pustaka
Tjoa
(1964),
Kalshoven (1981) dan Dharma (1988).
! ( + + " $ Intensitas serangan hama
dihitung menggunakan rumus Townsend
dan Heuberger (diacu dalam UntherstenA
hofer 1963):

+(
-!" , & + # . $ Dari pengamatan di
lapangan dan identifikasi di laboratorium,
didapatkan 7 jenis hama yang menyerang
tanaman anggrek di Taman Anggrek
Indonesia Permai. Hama yang ditemukan
ialah: dua jenis tungau yaitu
dan
&
tiga jenis serangga yaitu
&
dan
yaitu

dan dua jenis moluska
dan
.

'

I = ∑ niYi x 100%
9N
I = Intensitas serangan, ni = jumlah
pohon yang diserang, Yi = nilai kriteria
untuk klasifikasi tertentu (Tabel 1), N =
jumlah pohon yang diamati, 9 = nilai
tertinggi dalam klasifikasi.
Tabel 1 Nilai kriteria kerusakan ditentukan
berdasarkan proporsi bagian tanaA
man yang rusak (Yi).
Tingkat serangan
(%)
Yi ≤ 10
10 < Yi ≤ 20
20 < Yi ≤ 30
30 < Yi ≤ 40
40 < Yi ≤ 50
50 < Yi ≤ 60
60 < Yi ≤ 70
70 < Yi ≤ 80
80 < Yi ≤ 90
Yi > 90

Garis yang
membagi tubuh

(a)
palpus celicera

Nilai numerik
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Luas serangan untuk semua hama
dihitung dengan rumus Tarr (1972):
L = n x 100%
N
L = luas serangan (%), n = jumlah tanaman
yang diserang, dan N= jumlah tanaman yang
diamati.

(b)

(c)

Gambar 1 Tungau
(a)
BagianAbagian tubuh (tampak
dorsal) perbesaran 10x10, (b)
seta pada bagian posterior, (c)
Bagian anterior. Perbesaran
10x40 (b, c).
Tungau
dewasa memiliki 4
pasang tungkai dengan panjang tubuh 0.2
mm, terdapat garis yang membagi tubuh di
bagian abdomen. Tubuh tungau berwarna
merah dan secara umum terbagi menjadi 3
bagian:
, dan
&
yang terlihat jelas (Gambar 1a).

2

Selanjutnya diamati dengan mikroskop
untuk diidentifikasi. Serangga dan moluska
yang telah diawetkan diamati dengan
mikroskop
stereo
untuk
keperluan
identifikasi, kemudian difoto menggunakan
foto mikroskop. Pada pengamatan langsung
di lapangan digunakan kamera digital Canon
Power Shot A430. Hama diidentifikasi
hingga tingkat spesies. Identifikasi tungau
menggunakan pustaka Kalshoven (1981),
Krantz (1978) Helle & Sabelis (1985), dan
Tjoa
(1964).
Identifikasi
serangga
menggunakan pustaka Borror
(1996),
Tjoa (1964), Kalshoven (1981), William
dan Watson (1988). Moluska diidentifikasi
menggunakan
pustaka
Tjoa
(1964),
Kalshoven (1981) dan Dharma (1988).
! ( + + " $ Intensitas serangan hama
dihitung menggunakan rumus Townsend
dan Heuberger (diacu dalam UntherstenA
hofer 1963):

+(
-!" , & + # . $ Dari pengamatan di
lapangan dan identifikasi di laboratorium,
didapatkan 7 jenis hama yang menyerang
tanaman anggrek di Taman Anggrek
Indonesia Permai. Hama yang ditemukan
ialah: dua jenis tungau yaitu
dan
&
tiga jenis serangga yaitu
&
dan
yaitu

dan dua jenis moluska
dan
.

'

I = ∑ niYi x 100%
9N
I = Intensitas serangan, ni = jumlah
pohon yang diserang, Yi = nilai kriteria
untuk klasifikasi tertentu (Tabel 1), N =
jumlah pohon yang diamati, 9 = nilai
tertinggi dalam klasifikasi.
Tabel 1 Nilai kriteria kerusakan ditentukan
berdasarkan proporsi bagian tanaA
man yang rusak (Yi).
Tingkat serangan
(%)
Yi ≤ 10
10 < Yi ≤ 20
20 < Yi ≤ 30
30 < Yi ≤ 40
40 < Yi ≤ 50
50 < Yi ≤ 60
60 < Yi ≤ 70
70 < Yi ≤ 80
80 < Yi ≤ 90
Yi > 90

Garis yang
membagi tubuh

(a)
palpus celicera

Nilai numerik
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Luas serangan untuk semua hama
dihitung dengan rumus Tarr (1972):
L = n x 100%
N
L = luas serangan (%), n = jumlah tanaman
yang diserang, dan N= jumlah tanaman yang
diamati.

(b)

(c)

Gambar 1 Tungau
(a)
BagianAbagian tubuh (tampak
dorsal) perbesaran 10x10, (b)
seta pada bagian posterior, (c)
Bagian anterior. Perbesaran
10x40 (b, c).
Tungau
dewasa memiliki 4
pasang tungkai dengan panjang tubuh 0.2
mm, terdapat garis yang membagi tubuh di
bagian abdomen. Tubuh tungau berwarna
merah dan secara umum terbagi menjadi 3
bagian:
, dan
&
yang terlihat jelas (Gambar 1a).

3

bagian posterior (Gambar 2a,b). Panjang
tubuh 0.33 mm. Tungau
tidak memiliki garis yang membagi tubuh di
bagian abdomen.
Sayap

Tungkai

palpus
(b)

(a)

Gambar 2

tungkai

Tungau D.
(a)
tungau dewasa, perbesaran
10x10, (b) bagian anterior,
perbesaran 10x40.

Gambar 4

Serangga
sayap.

: tungkai,

(a)
tungkai

kuku
tungkai

(a)

(b)

(b)
Probosis

funikulus
Gambar 5
(c)

(d)

Gambar 3 Kumbang
: (a) kumA
bang dewasa, (b) tungkai, (c)
probosis, (d) funikulus. PerbeA
saran 10x40 (b, c, d).
Bagian anterior disebut
, terdiri
dari palpus dan celicera (Gambar 1c).
ialah bagian tubuh yang terdiri
dari tungkai dan
ialah bagian
tubuh dibelakang tungkai. Memiliki seta
pada bagian posterior dan tungkai (Gambar
1b). Tungau
berbentuk
lonjong, berwarna jingga. Tungau dewasa
memiliki empat pasang tungkai, dua pasang
di bagian anterior dan dua pasang lagi di

Kutu
dewasa (a)
Bagian dorsal, (b) Bagian
ventral. Perbesaran 10x10 (a &
b).

Kumbang
tubuh berwarna
hitam dengan panjang tubuh 5 mm (Gambar
3a). Memiliki probosis yang panjang
(Gambar 3c) dan sepasang funikulus yang
membengkok, masingAmasing memiliki
tujuh ruas (Gambar 3d). Terdapat tiga
pasang tungkai yang dilengkapi dengan
kukuAkuku tarsus sederhana dengan sebuah
kuku tunggal (Gambar 3b). Serangga
berbentuk panjang, ramping, dan
berwarna hitam. Memiliki tiga pasang
tungkai, dan panjang tubuh 1.2 mm (Gambar
4). Terdapat rambutArambut halus pada
bagian tepi sayap, tungkai, abdomen, dan

4

toraks yang tersusun tidak teratur. Terdapat
dua pasang sayap yang melekat pada bagian
toraks.
Kutu
mensekresikan malam
yang menutupi tubuhnya (Gambar 5a).
Terdapat cairan tubuh yang berwarna
kemerahan. Tubuh bulat telur memanjang
dan beruas dengan 3 pasang tungkai, dan
sepasang antena dengan delapan ruas
(Gambar 5b). Tubuh tertutup sekresi tipis
berwarna putih, sehingga segmen tubuh
masih jelas terlihat. Terdapat duriAduri
diseluruh tepi tubuh. Duri tegang dan mudah
patah. Apikal seta pada bagian posterior
panjang. Panjang tubuh 5 mm.

tua disebabkan karena pada daun tua lebih
terlindungi dari hujan dibandingkan pada
bagian pucuk daun. Luka akibat tusukan
tungau ini ditandai dari perubahan warna
daun. Daun yang terserang berubah warna
seperti perunggu kemudian menghitam.
Tungau
menyerang bagian
helai daun hingga ke pelepah daun (Gambar
8b).
Kumbang
banyak menyeA
rang daun muda dan
. Kerusakan
pada daun menyebabkan daun berlubang
(Gambar 8a), serangan tertinggi pada jenis
sp.. Pada daun dan bunga yang
terserang serangga
(
)
terdapat bintikAbintik hitam dan feses
yang telah mengering.
tidak mampu
terbang jauh karena tubuhnya yang kecil.
Mudah terbawa angin dan berpindah ke
tanaman lain, sehingga dapat menjadi vektor
penyebar virus. Bunga dan daun juga dapat
terserang kutu
. Serangan kutu ini
mudah dikenali karena kutu hidup dalam
koloni dan mudah terlihat dengan jelas.
Koloni berwarna putih.

Gambar 6 Siput

Gambar 7 Keong
Siput
mempunyai tonjolan
yang ditutupi cangkang pipih rudimenter di
bagian punggung (Gambar 6). Tubuh
berwarna coklat keabuAabuan dengan
panjang tubuh 4 cm. Keong
berukuran kecil dengan cangkang yang
berbentuk silindris, panjang tubuh 11 mm
(Gambar 7). Cangkang berwarna coklat
keabuAabuan dan tubuh bagian dalam
berwarna kuning pucat.
-% ( +- !0 ! # . $ Berdasarkan
hasil pengamatan pada bagian yang
terserang hama, didapatkan tungau
dan
menyerang
bagian daun, terutama pada daun tua.
Serangan tungau banyak tejadi pada daun

(a)

(b)

Gambar 8 Gejala serangan hama pada
sp. (a) serangan
, (b) serangan

Siput
dan keong
menyerang anggrek yang tumbuh pada
media yang lembab. Tanda serangannya
dapat mudah dikenali dari lendir dan feses
yang mengering. Hama ini menyerang daun,
bunga, dan akar anggrek (Tabel 2).

5

Tabel 2 Hama tanaman anggrek dan bagian tanaman yang diserang, di Taman Anggrek Indonesia
Permai.

No

Hama

Bunga

1
2

A
A

3
4
5
6
7

A
+
+
+
+

!"-!+ " + +- !0 ! # . $ Intensitas
serangan hama berbedaAbeda, tergantung
musim dan jenis hama yang menyerang.
Beberapa jenis hama yang banyak
menyerang tanaman anggrek pada musim
kemarau, musim hujan, bahkan ada beberapa
jenis yang dapat menyerang sepanjang
tahun. Luas serangan hama pada tiap kavling
sangat berbeda (Gambar 9).
Tungau
dan
menyerang seluruh kavling,
namun dengan intensitas serangan yang
berbedaAbeda (Gambar 10). Tungau banyak
menyerang
sp.. Kumbang
dapat menyerang sepanjang tahun.
Serangan
meningkat pada awal
musim hujan. Serangga
banyak
menyerang anggrek pada musim kemarau.

Gambar 9 Luas Serangan Hama

Gambar 10 Intensitas Serangan Tungau

Bagian tanaman yang terserang hama
Helai
Pelepah
daun
daun
A
+
A
A
+
+
+
A
A
A
A

+
+
+
+
+

+
A
+
+
+

Akar
A
A
A
A
A
+
+

hanya ditemukan pada kavling 1
dengan intensitas serangan yang sangat
rendah.
Kutu
berkembang biak pada
musim hujan sehingga intensitas serangan
sangat meningkat pada musim hujan.
Penyebaran kutu ini terutama oleh angin dan
hujan. Hama ini hanya ditemukan pada
kavling 1 dengan intensitas serangan yang
sangat rendah. Siput
dan keong
banyak menyerang tanaman
anggrek pada malam hari, karena jenis hama
ini menyukai kelembapan yang tinggi untuk
mengurangi dehidrasi. Pada musim hujan
hama ini juga banyak ditemukan pada siang
hari, karena memiliki kelembapan tinggi.
Serangan tertinggi terjadi pada musim hujan.
Jenis hama ini ditemukan di semua kavling
dengan intensitas serangan yang merata.

6

-./ # + !
&+ ! .
. $ Tungau
&
dan
di temukan pada
bagian daun anggrek. Tungau
#
&
di temukan pada bagian pelepah dan
pangkal daun. Tungau
dan
termasuk anggota: Filum ArA
thropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas
Arachnida, Subkelas Acari, Ordo AcariA
formes, Subordo Actinedida, Supercohort
Promatides, Cohort Eleutherengonina, SubA
cohort Raphignathae, Superfamili TetranyA
choidea, Famili Tenuipalpidae (Krantz
1978).
Pada Famili Tenuipalpus bagian
memiliki
berbentuk
stilet, palpus dengan lima segmen, tibia
pendek, stigmata dan peritremes. (
dan palpus berfungsi sebagai alat mulut,
digunakan untuk menusuk dan
menghisap cairan tanaman. Stigmata dan
peritremes berfungsi sebagai alat pernaA
pasan. Pada bagian
, tungkai
dilengkapi kuku dan empodial dengan
(rambut yang berfungsi sebagai alat
pelekat pada inang).
(pemaA
kan jaringan tumbuhan) spesies (Krantz
1978).
Kumbang
di temukan pada
bagian daun muda dan di dalam
Taksonomi
)
ialah: Filum
Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas InA
secta, Ordo Coleoptera, Superfamili CurcuA
lionoidea, Famili Curculionidae, Subfilum
Barinae, (Borror
1996, Kalshoven
1981).
Bagian mulut anggota Famili CurcuA
lionidae mengalami modifikasi menjadi
probosis, dan memiliki funikulus yang
membengkok seperti siku (Borror
1996).
Serangga
di temukan pada
bagian bunga. Taksonomi dari
*
ialah: Filum Arthropoda, Subfilum AteloA
cerata, Kelas Insekta, Ordo Thysanoptera,
Subordo Terebrantia, Famili Thripidae
(Borror
1996, Kalshoven 1981).
merupakan anggota: Filum
Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas
Insecta, Ordo Homoptera, Sobordo SteA
norrhyncha, Superfamili Coccoidae, Famili
Pseudococcidae (Borror
1996,
Williams & Watson 1988).
Siput
adalah anggota:
Filum Mollusca, Kelas Gastropoda, Ordo
Stylommathophora, Famili Ariophantidae,
(Dharma 1988). Keong
di
temuakan pada bagian daun dan akar

tanaman. Keong ini termasuk anggota:
Filum
Mollusca,
Kelas
Gastropoda,
Subkelas Pulmonata, Ordo Mesurethra,
Superfamili Achatinacea, Famili Subulidae
(Dharma 1998).
-% (
!
!"-!+ " +
- !0 !
. $ Tungau
dan
banyak menyerang
&
sp., disebabkan karena
sp.
tidak terlindung oleh naungan. Ini sesuai
dengan Tjoa (1964) yang menyatakan bahwa
tungau mudah berkembang biak pada
keadaan kering dan panas serta pada
tanaman yang tidak terlindung dari sinar
matahari. Tungau menyerang tanaman
dengan cara menusuk dinding sel dan
menghisap cairan tanaman, tusukan tungau
juga dapat menjadi vektor penularan virus
antar tanaman (Jhonson 2006). Serangan
tungau merata disemua kavling. Penularan
tungau disebabkan karena ukuran tungau
yang kecil sehingga mudah terbawa air pada
saat penyiraman (Tjoa 1964).
Serangan larva dan kumbang
dewasa menyebabkan kerusakan
pada daun dan
. Kerusakan yang
terjadi mengakibatkan terhambatnya aliran
air dan hara dari akar terputus sehingga
tanaman menjadi layu. Anonim (2001)
menyatakan bahwa perkembangan larva
terjadi di dalam
. Serangga
dewasa memasukkan telurnya. Larva yang
berada di dalam lubang berkembang menjadi
pupa lalu menjadi serangga dewasa, yang
kemudian muncul ke permukaan tanaman
untuk menyerang daun muda
Serangan serangga
pada
bunga, banyak terjadi musim kemarau. Hal
ini sesuai dengan penelitian Hollingsworth
. (2001) dimana serangan
tinggi
karena produksi bunga anggrek, meningkat
pada musim kemarau. Serangan
dapat
mengakibatkan penurunan produksi bunga.
Kutu
menyerang tanaman dengan
cara menusukkan stilet pada jaringan
tanaman dan menghisap cairan. William dan
Watson (1988) menyatakan bahwa kutu
menusuk jaringan tanaman, sehingga
menyebabkan klorosis dan gugur daun. Jika
seluruh cairan tanaman dihisap, maka dapat
menyebabkan kerusakan yang berat pada
tanaman.
Siput
dan keong
banyak ditemukan pada berbagai usia
pertumbuhan anggrek, namun keong
lebih banyak ditemukan pada
anggrek dewasa. Ini sesuai dengan pendapat
Apriyanto (2003) yang menyatakan

7

cendrung lebih banyak ditemukan
pada tanaman tua dibandingkan pada
tanaman muda. Populasi
meningkat mengikuti umur tanaman.
2

.1)( !
Hama yang ditemukan pada lokasi
pengamatan ialah
(Acari:
Tetranychidae),
(Acari: TeA
tranychidae),
(Coleoptera: CurA
culionidae),
(Thysanoptera: ThriA
pidae),
(Homoptera: PseudococA
cidae),
(Stylommathophora:
Ariophantidae),
(Mesurethra:
Subulidae). Intensitas serangan hama
tertinggi ialah
Serangan
terendah ialah
. Serangan
dan
meningkat pada musim kemarau, sedangkan
pada musim hujan tanaman anggrek banyak
diserang oleh
, dan
. Perbedaan
musim pada pola serangan hama disebabkan
karena perbedaan siklus hidup dan
kebutuhan makan pada setiap jenis hama.
!
Penelitian lebih lanjut diperlukan
adanya informasi mengenai macamAmacam
pestisida, agar diketahui efektivitasnya
dalam pengendalian hama. Selain itu
diperlukan juga pengetahuan mengenai
siklus hidup hama untuk mengetahui pola
serangannya.

[Anonim].
2001.
Orchid
Weevil
Orchidophilus
aterrimus
Outbreak
Reported.
*
*
+
+ (
20
Apriyanto D. 2003. Koisidensi Dua Spesies
Respo di Sentra Produksi Sayur Rejang
Lebong, Bengkulu. $
&
$
5: 7A11.
Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson NF.
1996.
,
*
.
Ed. KeA6. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univ Pr. Terjemahan dari: )
$
*
+$
.
Childers CC, Rodrigues JCV. 2005.
Potential Pest Mite Species Collected
on Ornamental Plants From Central
America at Port of Entry to the United

State. .
88(4): 408A
414.
Dharma B. 1988. *
/
$
0$
*
1. Jakarta:
PT Sarana Graha.
Gutierrez J, Schicha E. 1982. Two New
Species of
Donnadieu from
New
South
Wales
(Acari:
Tenuipalpidae). - )
.
*
21:
137A141.
Helle W, Sabelis MW. 1985. *
2
"
.
3
(
. Amsterdam: Elsevier.
Hollingsworth RG, Hara AH, Sewake KT.
2001. Scouting for Thrips in Orchids
Flowers - $
8:1A4
Jhonson PJ. 2006. Mites on Cultivated
Orchids. $
4
(
,
South
Dakota
State
University,
Brookings, SD 57007
Kalshoven LGE. 1981.
+ (
$
. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta: Ichtiar BaruA Van
Hoeve. Terjemahan dari:
(
$
.
Kondo H, Maeda T, Tamada T. 2003.
Orchid Fleck Virus: "
+
Mite Transmisson, Biologi
Properties and Genome Structure. .
)
)
30: 215A223.
Krantz GW. 1978. ) 2
+)
.
Second Edition. Corvallis: Oregon Univ
Book Store.
[Litbang Deptan] Penelitian dan PengemA
bangan Departemen Pertanian. 2006.
!
)
)
)
!. 0104.
Nurhayati A. 1990. Pengamatan HamaAhama
Tanaman Anggrek di Desa Bojongsari
Baru, Kecamatan Sawangan, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Pracaya. 1992 5
!
. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tarr SAJ. 1972.
+
The Macmillan Press.
London Bastoke, New York. 632p
Tjoa Tjien Mo. 1964. 2
5
&
, ! & , ! )
!.
Jakarta: PT Kinta.
Untherstenhofer G. 1963.
"
+ (
. Bayer PflanzenschutzA LeA
Verkusen. 83 p.
Williams DJ, Watson GW. 1988.
*
$
+
*
+
4
. Part 2. The Mealybugs

7

cendrung lebih banyak ditemukan
pada tanaman tua dibandingkan pada
tanaman muda. Populasi
meningkat mengikuti umur tanaman.
2

.1)( !
Hama yang ditemukan pada lokasi
pengamatan ialah
(Acari:
Tetranychidae),
(Acari: TeA
tranychidae),
(Coleoptera: CurA
culionidae),
(Thysanoptera: ThriA
pidae),
(Homoptera: PseudococA
cidae),
(Stylommathophora:
Ariophantidae),
(Mesurethra:
Subulidae). Intensitas serangan hama
tertinggi ialah
Serangan
terendah ialah
. Serangan
dan
meningkat pada musim kemarau, sedangkan
pada musim hujan tanaman anggrek banyak
diserang oleh
, dan
. Perbedaan
musim pada pola serangan hama disebabkan
karena perbedaan