Pemanfaatan Cyber Extension melalui Telepon Genggam oleh Petani Anggrek di Taman Anggrek Ragunan Jakarta Selatan

PEMANFAATAN CYBER EXTENSION MELALUI
TELEPON GENGGAM OLEH PETANI ANGGREK
DI TAMAN ANGGREK RAGUNAN JAKARTA SELATAN

AIRA PUTRI ERI DASLI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Cyber
Extension melalui Telepon Genggam oleh Petani Anggrek di Taman Anggrek
Ragunan, Jakarta Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari peneliti lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor,

Juli 2015

Aira Putri Eri Dasli
NIM I351130191

RINGKASAN
AIRA PUTRI ERI DASLI. Pemanfaatan Cyber Extension melalui Telepon
Genggam oleh Petani Anggrek di Taman Anggrek Ragunan Jakarta Selatan.
Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan DJOKO SUSANTO.
Cyber extension merupakan salah satu media penyuluhan berbasis
teknologi modern yang dapat dimanfaatkan oleh petani, penyuluh dan pelaku
usaha untuk memperoleh informasi dan mengembangkan usaha pertanian. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis hubungan karakteristik petani dan lingkungan
dengan perilaku petani dalam pemanfaatan cyber extension (Hp dan internet)
untuk mendukung kegiatan usahatani serta manfaat telepon genggam dalam
usahatani tanaman anggrek menggunakan cyber extension.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan

menggunakan metode survei. Penelitian dilaksanakan di Taman Anggrek Ragunan,
Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta selama bulan Februari sampai Maret 2015.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh petani tanaman anggrek sebanyak 35
orang dengan syarat minimal memiliki telepon genggam. Perilaku petani dalam
menggunakan media cyber extension terkhusus pada pemanfaatan telepon
genggam. Hal ini juga memberikan manfaat yang positif dalam pengembangan
usahatani terutama dalam memasarkan tanaman anggrek ke dalam maupun luar
kota. Hubungan yang positif dengan memiliki dan memanfaatkan telepon
genggam dalam usahatani oleh petani adalah meningkatnya keuntungan,
konsumen dan kualitas produk dari usahatani tersebut. Artinya, ketika
pemanfaatan telepon genggam oleh petani meningkat, maka keuntungan, jumlah
konsumen dan kualitas produk dari usahatani mengalami peningkatan. Hubungan
negatif terjadi pada implikasi kebijakan dalam pemanfaatan cyber extension
dimana sosialisasi kebijakan masih minim dilakukan, sehingga persepsi petani
masih rendah.
Kata kunci: cyber extension, penyuluh dan petani anggrek

SUMMARY
AIRA PUTRI ERI DASLI. Utilization of Cyber Extension via Mobile Phones by
Farmers in Ragunan Orchid Park, South Jakarta. Supervised by PUDJI

MULJONO and DJOKO SUSANTO.
Cyber extension is one of the modern technology which can be utilized by
the farmers, extension workers, and Business actors to obtain informations and
develop agricultural business. The purpose of this study was to analyze
relationship between characteristics of petanits and environmental with the
farmers behavior in utilizing cyber extension (Hp and internet) to support farming
activities as well as the utilized mobile phones on farm orchid plants.
This study is descriptive correlational type of survey method. Research
conducted at the Ragunan Orchid Park, South Jakarta, Jakarta Province during
February to March 2015. The sample were all growers of orchids as many as 35
people with a minimum requirement have a mobile phone. The behavior of
farmers for using cyber media, especially utilized of mobile phones. It also had a
positive utilized in the development of farming, especially in marketing orchids in
town and out of town. A positive relationship with the own and use a mobile
phone in farming by farmers is increasing profits, consumer and quality of
products from the farm. It means, when the use of mobile phones by farmers
increases, the profit, quantity of konsumen and quality products on farm has
increased. The negative relationship occurs on the policy implications in the use
of cyber extension where the socialization of policies is still minimal, so the
perception of farmers is still low.

Keywords: cyber extension, extension workers, and orchid farmer

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penelitian karya ilmiah, penyusunan laporan, penelitian kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMANFAATAN CYBER EXTENSION MELALUI
TELEPON GENGGAM OLEH PETANI ANGGREK
DI TAMAN ANGGREK RAGUNAN JAKARTA SELATAN

AIRA PUTRI ERI DASLI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Basita Ginting Sugihen, MA

Judul Tesis
Nama
NIM

: Pemanfaatan Cyber Extension melalui Telepon Genggam oleh
Petani Anggrek di Taman Anggrek Ragunan Jakarta Selatan
: Aira Putri Eri Dasli
: I351130191


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Pudji Muljono, MSi
Ketua

Prof (Ris) Dr Ign. Djoko Susanto, SKM
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan
Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian: 19 Juni 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Judul penelitian ini adalah Pemanfaatan Cyber Extension melalui Telepon
Genggam oleh Petani Anggrek di Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan.
Penyusunan tesis ini dilatarbelakangi oleh pentingnya media penyuluhan berbasis
teknologi informasi seperti pemanfaatan telepon genggam untuk dapat mengakses
informasi pertanian, namun pemanfaatannya masih terbatas pada komunikasi
interpersonal. Oleh sebab itu, penelitian tentang pemanfaatan cyber extension
melalui telepon genggam dipilih sebagai topik dalam tesis.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian, oleh sebab
itu kritik, pendapat dan saran sangat diharapkan. Atas semuanya peneliti
mengucapkan terima kasih. Selama penelitian tesis berlangsung banyak pihak
yang telah membantu. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:

1.
Dr Ir Pudji Muljono, MSi dan Prof (Ris) Dr Ign. Djoko Susanto, SKM
selaku komisi pembimbing yang dengan sabar dan ikhlas meluangkan
waktu, pemikiran, arahan dan bimbingannya kepada peneliti.
2.
Dr Ir Basita Ginting Sugihen, MA selaku penguji luar komisi yang telah
banyak memberi saran.
3.
Prof Dr Ir Sumardjo, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan, atas masukannya dalam penelitian karya ilmiah peneliti.
4.
Dr Ir Dyah Gandasari, MSi atas bantuan berupa masukan dan saran dalam
penelitian karya ilmiah peneliti.
5.
Dosen-dosen Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah
mengajar peneliti selama ini.
6.
Kepala Taman Anggrek Ragunan beserta staf, Petani Taman Anggrek
Ragunan, Kementerian Pertanian serta Dirjen Hortikultura atas
kesediaannya berbagi informasi dengan peneliti.

7.
Kedua orang tua peneliti, Papa Drs. Eri Dasli dan Mama Nurhayati. Kepada
kedua adik peneliti, Harvi Dasnoer, dan Ike Mai Suri Guci, dan kepada
seluruh keluarga besar di Jakarta dan di Padang yang telah membantu
peneliti sehingga dapat menyelesaikan sekolah pascasarjana.
8.
Bivon Dusakluh, SE atas kesabaran, keikhlasan dan perhatiannnya dalam
menemani peneliti selama ini.
9.
Indah Listiana, SP. MSi, Tiara A.P Hernanda, SP, M.Si dan Riana, SIP, dan
rekan-rekan di PPN 2013 atas diskusi dan masukannya selama ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka dan semoga karya
ilmiah ini dapat memberi manfaat.
Bogor, Juli 2015

Aira Putri Eri Dasli

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

vi
vi
vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
4
4
4


2 TINJAUAN PUSTAKA
Media Penyuluhan
Cyber Extension
Karakteristik Cyber Extension
Lingkungan yang Mendukung Pemanfaatan Cyber Extension
Perilaku Pengguna dalam Memanfaatkan Cyber Extension
Hasil Penelitian yang Telah Dilakukan dan State of The Art
Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian

5
5
6
9
13
14
18
20

3 METODE
Desain Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Uji Validitas dan Reliabilitas
Analisis Data
Definisi Operasional

23
23
23
23
24
25
27
27

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
36
Deskripsi Umum Taman Anggrek Ragunan
36
Profil Gapoktan Primatara
41
Karakteristik Petani
42
Lingkungan
46
Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Cyber Extension
49
Hubungan Karakteristik Petani dengan Perilaku Petani dalam Pemanfaatan
Cyber Extension
50
Hubungan Lingkungan dengan Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Cyber
Extension
52
Analisis Manfaat sebelum Menggunakan Telepon Genggam
53
Hubungan Karakteristik Petani dengan Manfaat sebelum Menggunakan
Telepon Genggam
55
Hubungan Lingkungan dengan Manfaat sebelum Menggunakan Telepon
Genggam
56
Analisis Manfaat setelah Menggunakan Telepon Genggam
57
Hubungan Karakteristik Petani dengan Manfaat setelah Menggunakan
Telepon Genggam
59

Hubungan Lingkungan dengan Manfaat setelah Menggunakan Telepon
Genggam
60
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

61
61
62

DAFTAR PUSTAKA

62

LAMPIRAN

66

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Nilai hasil uji validitas instrumen penelitian
Nilai hasil uji reliabilitas instrumen penelitian
Definisi operasional dan parameter kelompok peubah karakteristik
petani
Definisi operasional dan parameter kelompok peubah lingkungan
Definisi operasional dan parameter kelompok peubah perilaku
petani dalam pemanfaatan cyber extension
Definisi operasional dan parameter kelompok peubah manfaat
menggunakan telepon genggam
Sebaran petani berdasarkan kategori peubah karakteristik petani
Sebaran petani berdasarkan kategori peubah lingkungan
ketersediaan media komunikasi konvensional
Sebaran petani berdasarkan kategori peubah lingkungan
ketersediaan sarana akses informasi berbasis teknologi informasi
Sebaran petani berdasarkan perilaku dalam memanfaatkan cyber
extension
Koefisien korelasi karakteristik petani dengan perilaku dalam
memanfaatkan cyber extension
Koefisien korelasi lingkungan dengan perilaku dalam
memanfaatkan cyber extension
Sebaran petani berdasarkan kategori peubah tingkat pengetahuan
dalam berusahatani (sebelum)
Sebaran petani berdasarkan kategori peubah sikap dalam
berusahatani (sebelum)
Sebaran petani berdasarkan kategori peubah keuntungan relatif
menggunakan cyber extension (sebelum)
Sebaran petani berdasarkan kategori peubah tingkat pengetahuan
dalam berusahatani (setelah)
Sebaran petani berdasarkan kategori peubah sikap dalam
berkegiatan usahatani tanaman anggrek (setelah)
Sebaran petani berdasarkan kategori peubah keuntungan relatif
menggunakan cyber extension (setelah)

26
27
28
30
32
33
43
47
48
49
51
52
53
54
54
57
58
59

DAFTAR GAMBAR
1
2

Kerangka berpikir penelitian
Struktur organisasi Taman Anggrek Ragunan

22
37

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Koefisien korelasi karakteristik petani dengan manfaat sebelum
menggunakan telepon genggam dalam usahatani tanaman anggrek
Koefisien korelasi lingkungan dengan manfaat sebelum
menggunakan telepon genggam dalam usahatani tanaman anggrek
Koefisien korelasi karakteristik petani dengan manfaat setelah
menggunakan telepon genggam dalam usahatani tanaman anggrek
Koefisien korelasi lingkungan dengan manfaat setelah
menggunakan telepon genggam
Dokumentasi
Peta lokasi
Daftar riwayat hidup

67
68
69
70
71
73
74

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia dan negara Asean menghadapi pasar bebas Asean atau Asean
Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015, di mana seluruh negara yang
bergabung dalam Asean dapat melakukan transaksi perdagangan secara bebas.
Berdasarkan kondisi tersebut, Indonesia merupakan salah satu pasar yang menjadi
incaran para pengusaha negara Asean untuk mengembangkan usaha. Hal ini
menjadi peluang bagi pengusaha dari Indonesia maupun petani untuk dapat
mengembangkan usaha dan bersaing. Pengetahuan dan keterampilan yang lebih
baik dapat digunakan sebagai senjata dalam bersaing dengan negara Asean
lainnya.
Pemanfaatan teknologi dan sumber daya alam yang dimiliki oleh
Indonesia merupakan salah satu keunggulan yang dapat dikembangkan menjadi
senjata dalam bersaing. Keragaman hayati yang dimiliki Indonesia menjadi nilai
jual yang sangat tinggi, seperti pada komoditi tanaman hias khususnya tanaman
anggrek. Tanaman anggrek memiliki komunitas pencinta yang sangat tinggi.
Indonesia memiliki jenis-jenis tanaman anggrek yang sangat langka dan unik
sehingga dapat bersaing didunia Internasional. Salah satu cara untuk dapat
bersaing dengan pasar dunia adalah dengan belajar memanfaatkan teknologi
informasi sebagai media.
Susanto (2008), tidak ada cara yang lebih tepat untuk meningkatkan
kualitas SDM selain melalui belajar. Petani, penyuluh dan stakeholders dapat
belajar untuk menggunakan teknologi. Pemanfaatan teknologi dapat digunakan
untuk melihat bagaimana perkembangan tanaman anggrek yang sedang di minati,
pembudidayaan dan pemanenan bahkan dapat melakukan transaksi jual beli oleh
penyuluh, petani, maupun pengusaha tanaman anggrek.
Pelaksanaan penyuluhan, teknologi informasi dan komunikasi terutama di
bidang pertanian merupakan hal yang sangat penting. Keberadaan teknologi
informasi, petani dan penyuluh lebih di mudahkan dalam memperoleh informasi
baik berupa inovasi teknologi maupun kelembagaan. Penyuluhan merupakan salah
satu bentuk keterlibatan individu/kelompok dalam melakukan komunikasi
informasi yang dilakukan secara sadar dengan membawa pesan penyuluhan untuk
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi sehingga dapat memberikan
sebuah keputusan.
Taragola dan Gelb (2009), berdasarkan survei yang dilakukan oleh
the International Society for Horticultural Sciences (ISHS) hambatan-hambatan
dalam mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) oleh petani
khususnya petani hortikultura, yaitu: keterbatasan kemampuan, kesenjangan
dalam pelatihan (training), kesadaran akan manfaat TIK, waktu, biaya dari
teknologi yang digunakan, integrasi sistem dan ketersediaan software. Petani
dari negara-negara berkembang, lebih menekankan pentingnya “biaya teknologi
TIK” dan “kesenjangan infrastruktur teknologi.
Leeuwis (2004) menyatakan bahwa pesan dan teknologi (inovasi)
pertanian yang dipromosikan oleh agen penyuluhan sering tidak sesuai dan tidak
mencukupi. Hal ini memberikan implikasi bahwa informasi yang ditujukan pada

2
petani dan agen penyuluh sangat terbatas karena beberapa faktor, di antaranya
adalah: staf universitas dari disiplin yang berbeda, peneliti yang terlibat, politisi,
pengambil kebijakan, agroindustri dan birokrat yang memainkan peranan dalam
proses promosi inovasi pertanian tersebut. Konsekuensinya, inovasi yang terpadu
hanya dapat diharapkan muncul ketika berbagai aktor (termasuk petani) yang
dapat mempengaruhi kecukupan pengetahuan dan teknologi, bekerja sama untuk
memperbaiki kinerja kolektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan
upaya untuk memperbaiki fungsi dari sistem pengetahuan dan informasi pertanian
(FAO(Agricultural Knowledge and Information System–AKIS), 2000).
Dewasa ini kemajuan teknologi informasi yang canggih seperti jaringan
internet dapat dijadikan sarana untuk memperoleh informasi, sebagai sarana
penyampaian informasi dan teknologi pertanian melalui sistem jaringan berbasis
internet (website) yang diberi nama cyber extension. Dalam rangka meningkatkan
kompetensi penyuluh dan produktivitas sumber daya penyuluhan maka Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Departemen
Pertanian pada tahun 2009 mengembangkan cyber extension yang dikelola dari
pusat sampai ke Kabupaten/Kota bahkan sampai ke tingkat BPP model. Cyber
extension adalah sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet
yang mendukung penyediaan materi dan informasi penyuluhan bagi penyuluh
sebagai bahan untuk memfasilitasi proses pembelajaran petani dan kelompok tani,
agar usahataninya lebih produktif dan efisien.
Cyber extension merupakan salah satu mekanisme pengembangan jaringan
komunikasi informasi inovasi pertanian yang terprogram secara efektif dengan
mengimplementasikan teknologi, informasi dan komunikasi dalam sistem
komunikasi inovasi atau penyuluhan pertanian. Cyber extension juga merupakan
salah satu mekanisme komunikasi inovasi pertanian yang dapat difungsikan untuk
mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan
diseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani, dan kelompok stakeholders
lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk
informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling
melengkapi (Sumardjo et al, 2009).
Meskipun masih terdapat beberapa kendala, sehingga pemanfaatan cyber
extension menjadi sangat kompleks dan sulit untuk diadopsi, cyber extension
sebenarnya dapat menyediakan kesempatan yang lebih besar untuk mencapai
suatu tingkatan tertentu yang lebih baik bagi petani apabila didukung oleh
kompetensi pelaku komunikasi yang terkait. Hal ini ditunjukkan ketika beberapa
lembaga penelitian dan pengembangan menyampaikan studi kasus yang
mendeskripsikan bagaimana cyber extension telah dimanfaatkan oleh petani dan
stakeholders usahawan pelaku bidang pertanian sehingga memperoleh peluang
yang lebih besar untuk memajukan kegiatan usahataninya.
Keberhasilan pemanfaatan cyber extension oleh petani sayuran di
Indonesia dalam memajukan usahataninya ditunjukkan oleh beberapa kelompok
tani yang telah memanfaatkan internet untuk akses informasi dan promosi hasil
produksinya dengan menggunakan fasilitas yang disediakan Community Training
and Learning Centre (CTLC) di Pancasari (Bali) dan Pabelan (Salatiga) yang
dibentuk Microsoft bekerja sama dengan lembaga non profit di bawah program
Unlimited Potential. Petani mengenal teknologi budi daya paprika dalam rumah
kaca melalui internet. Sejak mengirimkan profil produksi di internet, permintaan

3
terhadap produk pertanian yang diusahakan terus berdatangan. Promosi melalui
internet dapat memutus hubungan petani dengan tengkulak yang sering
memberikan harga jauh di bawah harga pasar (Sigit et al, 2006). Melalui Unit
Pelayanan Informasi Pertanian tingkat Desa – Program Peningkatan Pendapatan
Petani melalui Inovasi (UPIPD-P4MI) yang dilaksanakan oleh Badan Litbang
Pertanian, petani di sekitar lokasi UPIPK sudah memanfaatkan internet untuk
akses informasi dan promosi hasil pertanian yang diusahakan (UPIPD Kelayu
Selatan - P4MI 2009).
Cyber extension merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang
digunakan untuk dapat memperoleh informasi yang dapat diakses tanpa terikat
waktu. Salah satu contoh pemanfaatan cyber extension adalah melalui
pemanfaatan telepon genggam. Dalam penelitian ini, pemanfaatan cyber extension
difokuskan untuk melihat manfaat dari telepon genggam dalam mengakses
informasi dan manfaat terhadap usahatani. Penggunaan telepon genggam bagi
petani di Taman Anggrek Ragunan sudah menjadi barang kebutuhan utama dalam
keseharian. Telepon genggam digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen
dan mencari informasi yang dibutuhkan.
Provinsi DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat informasi,
memiliki pasar tanaman hias khususnya tanaman anggrek, yang menjadi daya
tarik wisatawan. Pemerintah DKI memiliki Taman Anggrek Ragunan yang
terletak di Jakarta Selatan. Taman Anggrek Ragunan merupakan sentral tanaman
hias khususnya anggrek yang berfungsi sebagai agrowisata dan sekaligus sebagai
pasar tanaman hias terutama anggrek yang melayani pembelian baik eceran
maupun grosir. Taman Anggrek Ragunan merupakan aset Pemerintah DKI Jakarta
yang dikelola oleh Gabungan Kelompok Tani (Prima Tani) dengan luas ± 5 Ha
dan terbagi dalam 45 kavling, yang berupa Screen House yang dikelola oleh 1
orang petani dan dibantu oleh 3 orang karyawan. Namun, terdapat beberapa
kavling yang dimiliki oleh satu orang, sehingga jumlah penyewa kavling
sebanyak 35 orang. Petani anggrek menyewa lahan kepada Pemerintah DKI
Jakarta dan MOU dengan jangka waktu 5 tahun dapat diperpanjang dengan
pembayaran setiap bulan. Dalam mengembangkan usahatani, akses informasi dan
pemanfaatan teknologi, serta pemanfaatan cyber extension melalui telepon
genggam membantu dalam memasarkan tanaman anggrek dan mengetahui
komoditas yang sedang berkembang. Komoditi tanaman anggrek yang
dikembangkan di taman ini terdiri dari beberapa jenis, namun yang menjadi
unggulan adalah jenis anggrek dendrobium dan anggrek bulan.
Rumusan Masalah
Analisis pemanfaatan cyber extension melalui telepon genggam
merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan peran teknologi informasi dan
komunikasi dalam mengembangkan sistem informasi pertanian. Penelitian tentang
analisis cyber extension sebagai media penyuluhan bagi petani tanaman anggrek
dilakukan karena adanya dua alasan utama. Pertama, melihat kondisi lapangan
yang menggunakan telepon genggam dalam keseharian namun belum
memanfaatkan telepon genggam sebagai sarana promosi tanaman anggrek yang
belum strategis. Kedua, belum terdapat penyusunan dan penyebaran media
informasi yang spesifik di lokasi.

4
Berdasarkan latar belakang tersebut, secara rinci permasalahan penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Sejauhmana hubungan karakteristik petani dan lingkungan dengan perilaku
petani dalam pemanfaatan cyber extension (Hp dan internet) untuk mendukung
kegiatan usahatani?
2. Bagaimana hubungan karakteristik petani dan lingkungan dengan manfaat
telepon genggam dalam usahatani petani tanaman anggrek?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembatasan dari permasalahan di atas, maka tujuan utama
penelitian ini adalah untuk :
1. Menganalisis hubungan karakteristik petani dan lingkungan dengan perilaku
petani dalam pemanfaatan cyber extension (Hp dan internet) untuk mendukung
kegiatan usahatani.
2. Mengkaji hubungan karakteristik petani dan lingkungan dengan manfaat
telepon genggam dalam usahatani tanaman anggrek.
Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat menghasilkan keragaman pentingnya peranan
cyber extension sebagai media penyuluhan. Secara spesifik, kegunaan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kegunaan dalam lingkungan akademis/keilmuan
1. Memberikan informasi dan pemahaman bahwa aplikasi cyber extension dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam memanfaatkan
teknologi dan informasi dalam berusahatani.
2. Mengembangkan peranan cyber extension sebagai media penyuluhan yang
berbasis teknologi dan informasi sebagai media penyuluhan yang baru sesuai
dengan perkembangan zaman.
Kegunaan dalam lingkungan praktis
1. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi untuk
mengambil kebijakan atau keputusan dalam memanfaatkan media penyuluhan
terutama cyber extension.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu stakeholders terkait untuk
mengembangkan program dan media yang sesuai dengan kebutuhan petani.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada pemanfaatan cyber extension melalui telepon
genggam oleh petani anggrek di Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan. Fokus
utama penelitian adalah dengan melakukan analisis hubungan karakteristik petani
dan lingkungan dengan perilaku petani dalam pemanfaatan cyber extension (Hp
dan internet) untuk mendukung kegiatan usahatani dan melakukan kajian
hubungan karakteristik petani dan lingkungan dengan manfaat telepon genggam
dalam usahatani tanaman anggrek.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Media Penyuluhan
Media penyuluhan dapat digambarkan sebagai sarana untuk
menghubungkan penyuluh dengan petani sebagai sasaran, sehingga terjadi
perpindahan materi ilmu dan teknologi pertanian dari penyuluh ke petani. Media
komunikasi penyuluhan berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi media
perorangan (PPl, petugas), media forum (ceramah, diskusi), media cetak (folder,
poster, komik dan lain – lain) dan media dengar pandang (TV, Radio dan Film)
(Leeuwis, 2004).
Media secara harfiah sering diartikan sebagai perantara atau pengantar.
Media juga sering diartikan sebagai sarana komunikasi untuk mengantarkan pesan.
Media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk memproduksi,
mereproduksi mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan informasi
(Suranto, 2005).
Berdasarkan fungsinya, media komunikasi pada dasarnya dibagi menjadi
tiga, yaitu fungsi produksi, reproduksi, dan penyampaian informasi. Fungsi
produksi ialah media komunikasi yang berguna untuk menghasilkan informasi,
misalnya komputer dan pengolah kata word processor. Fungsi reproduksi ialah
media komunikasi yang kegunaannya untuk memproduksi ulang dan
menggandakan informasi, misalnya audio tapes recorder dan video tapes. Fungsi
penyampaian informasi, ialah media komunikasi dipergunakan untuk
menyebarluaskan dan menyampaikan pesan. Sedangkan berdasarkan bentuknya,
media komunikasi dibagi menjadi media cetak, media visual atau media pandang,
media audio, dan media audio-visual. Media audiovisual ialah media komunikasi
yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar.
Mc Luhan (Budiargo, 2004) membagi media ke dalam tiga kategori, yaitu
1) presentation media, 2) representation media, dan 3) electronic media.
Presentation media adalah bentuk komunikasi yang sifatnya face to face seperti:
pidato, ceramah, atau bentuk-bentuk komunikasi dengan lebih dari dua orang
tetapi masih face to face. Representation media adalah media yang pesannya
diwujudkan dalam bentuk simbol yang dicetak, disampaikan melalui jarak jauh
dan menggunakan teknologi untuk mereproduksi pesan-pesannya, misalnya surat
kabar dan majalah. Electronic media atau mechanical media adalah media yang
penggunaannya hampir sama dengan representation media namun ada proses
encoding dan decoding pesan pada saat penerimaan dan pengiriman pesan,
misalnya: radio, telepon, dan televisi.
Pemanfaatan akses informasi dan teknologi pertanian memiliki peranan
dalam proses pembangunan pertanian. Ketersediaan sumber informasi mampu
menyebarkan, menyampaikan dan memproses informasi teknologi pertanian
sehingga mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan maupun di
perkotaan. Informasi adalah sesuatu yang disampaikan, dapat berupa berita, kata,
atau pengetahuan; pengetahuan tersebut diperoleh dari investigasi, studi, atau
instruksi. Informasi merupakan susunan fakta atau data yang disampaikan dari
seseorang kepada orang lain.

6
Schramm (1973) mengemukakan bahwa informasi adalah segala sesuatu
yang dapat membantu seseorang dalam mengorganisasikan segala aspek dari
lingkungannya yang relevan dengan situasi di mana orang tersebut harus
bertindak, informasi akan membantu dirinya dalam mengambil keputusan secara
lebih mudah. Dengan demikian, informasi merupakan pengetahuan tertentu yang
dipilih untuk memecahkan suatu masalah. Penyebarluasan informasi teknologi
penelitian kepada petani merupakan salah satu peran yang harus dijalankan oleh
penyuluh pertanian. Oleh karena itu, informasi pertanian dibutuhkan oleh
penyuluh dalam melakukan kegiatannya. Informasi yang disebarkan kepada petani
umumnya berupa teknologi pertanian sehingga hasil penelitian merupakan sumber
utama materi penyuluhan.
Materi penyuluhan pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin
dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada sasarannya. Ada dua macam tipe
pesan, yakni pesan ideologis dan pesan informatif. Havelock dalam Mardikanto
(1993) membedakan peran informatif dalam empat macam tipe pesan, yakni
pengetahuan dasar, hasil riset terapan dan pengembangan, pengetahuan praktis,
dan pesan dari penggunanya. Dari keempat tipe pesan tersebut, tiga pesan pertama
merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh sumber (misalnya lembaga
penelitian), sedangkan pesan terakhir merupakan umpan balik yang disampaikan
oleh sasaran penyuluhan.
Penyuluh pertanian sebagai “ujung tombak” pembangunan pertanian
memiliki tingkat pengetahuan tertentu, dan untuk keperluan kegiatannya mungkin
masih memerlukan tambahan pengetahuan atau masukan baru. Masukan baru
tersebut antara lain berupa informasi teknologi hasil penelitian yang dapat
diperoleh dari berbagai media penyebarluasan informasi. Dengan demikian, media
tersebut merupakan sumber informasi bagi penyuluh untuk mendukung
kegiatannya, antara lain menyusun programa dan rencana penyuluhan, membuat
petunjuk teknis, serta menyusun materi penyuluhan atau materi pengajaran pada
kursus tani.
Seseorang akan memilih alur penyampaian informasi yang paling
memenuhi kebutuhannya, paling menyenangkan baginya, dan paling cepat.
Dengan demikian, penyuluh akan memilih media yang sesuai dengan
kebutuhannya, dalam arti informasi sesuai dengan kebutuhan atau mendukung
tugasnya.
Cyber Extension
Cyber extension memberikan peluang yang lebih besar bagi petani untuk
pengembangan sistem jaringan komunikasi dan berbagi pengetahuan/akses
informasi tanpa batas sesuai dengan minat dan kebutuhannya sehingga tercipta
konvergensi komunikasi untuk mendukung usahataninya. Teori konvergensi dari
Rogers dan Kincaid (1981) merupakan dasar analisis dalam proses konvergensi
komunikasi yang terjadi dengan pemanfaatan cyber extension.
McMillan (2004) menyatakan, media komunikasi baru yang
mensinergikan aplikasi teknologi informasi (cyber extension) memungkinkan
sebuah media memfasilitasi komunikasi interpersonal yang termediasi. Sifat
interactivity dari penggunaan media konvergen telah melampaui kemampuan
potensi umpan balik (feedback), karena seorang pengguna pengakses media

7
konvergen secara langsung memberikan umpan balik atas pesan yang
disampaikan.
Analisis sistem berdasarkan tujuh elemen sistem, yaitu 1) batasan, 2)
lingkungan, 3) masukan, 4) keluaran, 5) komponen, 6) penyimpanan, dan 7)
penghubung serta analisis sistem dengan teori kotak hitam (black box theory)
sebagaimana disampaikan oleh Eriyatno (1996) diharapkan mampu mengimbangi
salah satu karakteristik cyber extension. Sebagai media baru, teori kotak hitam
untuk analisis sistem diharapkan mampu menjawab kegamangan masyarakat
dalam pemanfaatan cyber extension. Dengan mengetahui output yang dikehendaki
dan output yang tidak dikehendaki, petani dan pengambil kebijakan dapat
memposisikan diri untuk berperan dan bersinergi mewujudkan optimalisasi
pemanfaatan cyber extension untuk peningkatan keberdayaan petani.
Cyber extension adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian
melalui area cyber, suatu ruang imajiner maya di balik interkoneksi jaringan
komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber extension ini juga memanfaatkan
kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk
memfasilitasi mekanisme berbagi informasi atau pengetahuan. Pengertian ini
sebagaimana disampaikan oleh Wijekoon et al (2009) “Cyber extension is an
agricultural information exchange mechanism over cyber space, the imaginary
space behind the interconnected computer networks through telecommunication
means. It utilizes the power of networks, computer communications and
interactive multimedia to facilitate information sharing mechanism”.
Kelemahan keterkaitan antara penyuluhan, penelitian, jaringan pemasaran
serta keterbatasan efektivitas penelitian dan penyuluhan bagi petani memberikan
kontribusi lambatnya pembangunan pertanian. Dengan berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi, mekanisme cyber extension sudah mulai diterapkan di
banyak negara dalam tahun - tahun ini sebagai suatu mekanisme penyaluran
informasi yang dapat diupayakan untuk memenuhi kebutuhan petani di pedesaan
terhadap informasi untuk mendukung kegiatan usahataninya.
Cyber extension memfokuskan pada keseluruhan pengembangan usahatani
termasuk produksi, manajemen, pemasaran, dan kegiatan pembangunan perdesaan
lainnya. Sebuah sistem komunikasi inovasi pertanian melalui pemanfaatan cyber
extension memberikan dukungan pada keseluruhan pengembangan usahatani
termasuk produksi, manajemen, pemasaran, dan kegiatan pembangunan perdesaan
lainnya.
Model komunikasi inovasi melalui pemanfaatan cyber extension adalah
menghimpun atau memusatkan informasi yang diterima oleh petani dari berbagai
sumber yang berbeda maupun yang sama dan disederhanakan dalam bahasa lokal
disertai dengan teks dan ilustrasi audio visual yang dapat disajikan atau
diperlihatkan kepada seluruh masyarakat desa khususnya petani semacam papan
pengumuman (bulletin board) pada kios atau pusat informasi pertanian.
Dalam model komunikasi cyber extension, transmisi informasi dari
sumber ke pusat informasi komunitas akan menjadi milik umum, sedangkan dari
pusat informasi komunitas ke petani, informasi tersedia di wilayah pribadi (milik
pribadi). Keuntungan yang potensial dari komunikasi cyber extension adalah
ketersediaan yang secara terus menerus, kekayaan informasi (informasi nyaris
tanpa batas), jangkauan wilayah internasional secara instan, pendekatan yang

8
berorientasi kepada penerima, bersifat pribadi (individual), dan menghemat biaya,
waktu, dan tenaga (Adekoya, 2007).
Cyber extension merupakan salah satu saluran komunikasi yang
mensinergikan aplikasi teknologi informasi dengan beragam sistem komunikasi.
Cyber extension juga merupakan tipe khusus dari suatu inovasi. Istilah saluran
merupakan sebuah terminologi yang penting untuk pembelajaran inovasi karena
memiliki beragam aplikasi yang sangat luas, namun memiliki makna yang sangat
spesifik (Browning et al, 2008).
Sejak sepuluh tahun terakhir, dengan berkembangnya teknologi informasi
dan komunikasi, Indonesia sudah mulai mengintegrasikan aplikasi teknologi
informasi dan komunikasi dalam berbagai kegiatan pembangunan dan
pengembangan masyarakat, bahkan sudah pula beberapa program dilaksanakan
khusus untuk mendukung kegiatan pertanian, yang dalam hal ini dapat dikatakan
sebagai rintisan cyber extension. Beberapa program tersebut di antaranya adalah:
Community Training and Learning Centre (CTLC) Program Unlimited Potential
(UP), Proyek Partnerships for e-Prosperity for the Poor (Pe-PP), dan
Pengembangan Sumber Informasi Pertanian Nasional dan Lokal – P4MI.
Adopsi pemanfaatan cyber extension, khususnya dalam aplikasi teknologi
informasi dan komunikasi di tingkat petani biasanya tidak spontan, teknologi
harus diajarkan, dipelajari, diadopsi untuk pengalaman yang ada dan
diintegrasikan ke dalam proses produksi (usahatani). Di beberapa negara di mana
penelitian adopsi teknologi informasi dan komunikasi dilakukan, sebagian besar
difokuskan terutama pada adopsi komputer untuk produksi pertanian umum.
Batte et al. (1990) dan Warren et al (2000) menyatakan bahwa penerapan
teknologi informasi dan komunikasi sangat terkait dengan tingkat pendidikan,
ukuran (skala) usaha pertanian dan efek negatif dari umur petani. Dinyatakan pula
bahwa terdapat perbedaan dalam adopsi teknologi informasi dan komunikasi
antara berbagai ukuran luas dan jenis lahan. Gelb dan Bonati (Mulyandari, 2011)
mengungkapkan bahwa kehadiran internet sangat berguna untuk pertanian saat ini.
Beberapa contoh yang baik untuk adopsi teknologi informasi dan
komunikasi untuk sektor pertanian di antaranya adalah pada Kenya Agricultural
Commodity Exchange (KACE) dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk menyebarluaskan informasi pasar dan intelijen. Di Filipina ada
banyak portal, aplikasi e-commerce dan teknologi inovatif yang digunakan untuk
menyediakan informasi pertanian yang relevan untuk daerah pedesaan. Di
Thailand terdapat portal Internet multi bahasa, Agricultural Information Network
(AIN) memungkinkan petani Thailand, petugas lapangan, pembuat kebijakan dan
pemerintah untuk berkomunikasi dan mengakses informasi pertanian yang relevan
dan berguna. Petani di India menggunakan e-Choupal yang merupakan salah satu
dari portal untuk membuat sebuah jaringan kios yang menyediakan akses
informasi yang telah melalui proses mediasi kepada mereka.
E-Choupal sudah menjadi inisiatif terbesar di antara semua intervensi
berbasis Internet di pedesaan India (Anon, 2006). Anggota Kredit Pertanian
Primer Masyarakat atau Primary Agricultural Credit Societies (PACS) di India
Selatan dapat mengakses harga input produksi dan informasi pasar melalui
aplikasi teknologi informasi dan komunikasi. Petani dapat memperoleh akses
terbaik terhadap nasihat di bidang pertanian di seluruh dunia dengan
menggunakan DSS/Sistem Pakar.

9
Beberapa sistem pakar yang telah dikembangkan untuk digunakan di
bidang pertanian di antaranya adalah: COMAX – yang menyediakan informasi
mengenai pengelolaan tanaman terpadu untuk kapas. POMME menyediakan
informasi tentang manajemen hama dan kebun untuk komoditas apel, dan
SOYEX - merupakan sistem pakar untuk ekstraksi minyak kedelai (Jayathilake et
al, 2010).
Menurut Iddings (Mulyandari, 2011) dalam berbagai penelitian, secara
jelas menunjukkan bahwa kompleksitas usahatani, tingkat dukungan eksternal
(lingkungan), usia, waktu pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,
pengalaman, jaringan, ketersediaan informasi, kepribadian dan pendekatan proses
pembelajaran memberikan pengaruh pada peningkatan atau pengurangan terhadap
penggunaan komputer atau teknologi informasi dan komunikasi. Di samping itu,
faktor-faktor seperti kurangnya kemampuan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi, kurangnya kesadaran akan manfaat teknologi informasi dan
komunikasi, terlalu sulitnya untuk digunakan, kurangnya infrastruktur teknologi,
tingginya biaya teknologi, rendahnya tingkat kepercayaan terhadap sistem
teknologi informasi dan komunikasi, kurangnya pelatihan aplikasi teknologi
informasi dan komunikasi, integrasi sistem dan rendahnya ketersediaan perangkat
lunak membatasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di tingkat
petani (Taragola dan Gelb 2009).
Kurtenbach (Mulyandari, 2011), faktor lain yang banyak mempengaruhi
adopsi dan penggunaan teknologi informasi dalam organisasi pertanian dapat
dikelompokkan menjadi lima kategori seperti akses terhadap teknologi informasi,
demografi, pelatihan/pendidikan bidang teknologi informasi, tingkat kepercayaan
terhadap teknologi informasi, dan waktu atau lama menggunakan teknologi
informasi. Hal ini dimungkinkan untuk menjadi faktor adopsi pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi masuk ke dalam lebih dari satu kategori tipe
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, Gelb (Mulyandari, 2011).
Faktor pembatas yang paling penting di negara berkembang adalah terkait dengan
keterbatasan infrastruktur dan biaya teknologi yang tidak lagi masuk dalam
ambang batas untuk diadopsinya teknologi informasi dan komunikasi di negara
maju (Mulyandari, 2011).
Karakteristik Cyber Extension
Teknologi informasi dan komunikasi seperti internet telah merevolusi cara
kita bekerja dengan informasi dan mengkomunikasikannya dengan orang lain.
Tingginya tingkat adopsi teknologi tersebut, telah mengubah kebiasaan kita baik
di tempat kerja maupun di lingkungan rumah tangga menjadi arena yang semakin
bergantung pada teknologi informasi dan komunikasi dalam tugas sehari-hari.
Penggunaan Short Message Service (SMS) maupun Web sudah biasa ditujukan
untuk mempublikasikan informasi tentang produk, perusahaan, pelatihanpelatihan/kursus dari Universitas. Internet merupakan salah satu teknologi
komunikasi dan informasi yang baru untuk praktek komunikasi.
Secara lebih spesifik, teknologi informasi dan komunikasi dianggap lebih
efisien, lebih murah, lebih cepat, dan boleh jadi merupakan cara yang lebih akurat
untuk membantu tugas kita sehari - hari (Browning et al. 2008). Teknologi
informasi dan komunikasi adalah salah satu saluran atau media komunikasi,

10
sehingga dapat dinyatakan bahwa cyber extension yang mensinergikan teknologi
informasi dan komunikasi dalam komunikasi inovasi merupakan media baru atau
sebagai suatu inovasi. Sebagaimana dinyatakan oleh Rogers (2003) dan diperjelas
oleh Browning et al (2008) terkait dengan karakteristik cyber extension sebagai
suatu inovasi adalah:
1. Keuntungan relatif teknologi informasi dalam implementasi cyber extension
adalah derajat seberapa lebih baiknya sinergi aplikasi teknologi informasi
dalam implementasi cyber extension yang digunakan dibandingkan dengan
saluran atau media yang digantikan. Keuntungan relatif dapat direpresentasikan
dengan nilai ekonomi.
2. Kompatibilitas dari sinergi aplikasi teknologi informasi dalam implementasi
cyber extension merupakan derajat di mana suatu inovasi dapat konsisten
dengan praktik, nilai, dan pengalaman masa lalu dari pengadopsi potensial.
Dalam kasus tertentu, alat web yang lebih memungkinkan pengguna untuk
meng-upload dokumen yang sebelumnya telah dibuat dalam pengolah kata
akan lebih cenderung mudah diadopsi dibandingkan dengan alat web yang
masih membutuhkan instruktur untuk materi kursus yang perlu diketik ulang.
3. Kompleksitas cyber extension adalah sejauh mana sinergi aplikasi teknologi
informasi dalam implementasi cyber extension dianggap sulit dipahami,
diterapkan, dan digunakan. Teknologi informasi cenderung akan diadopsi
dalam lingkungan proses pembelajaran apabila mudah beradaptasi
(kompleksitasnya rendah).
4. Kemudahan cyber extension untuk dapat dicoba yaitu seberapa besar
kemungkinan sinergi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension
informasi dapat dicoba dalam lingkungan yang terbatas. Dalam satu kasus,
untuk mempelajari dasar - dasar website memerlukan periode waktu yang
singkat. Namun untuk mempelajari dan memanfaatkan perangkat lunak secara
penuh perlu waktu yang lebih lama dibandingkan dengan aplikasi biasa.
5. Kemudahan sinergi aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber
extension untuk dilihat hasilnya yaitu seberapa besar sinergi aplikasi teknologi
informasi dalam implementasi cyber extension mampu memberikan hasil yang
dapat dilihat. Hasil dari beberapa ide mudah diamati dan dikomunikasikan
kepada orang lain, sedangkan beberapa inovasi sulit untuk diamati dan
dideskripsikan. Kursus secara online dengan mensinergikan aplikasi teknologi
informasi tampaknya sangat mudah dilihat hasilnya dan lebih menguntungkan
sehingga lebih cenderung untuk diadopsi.
Gandasari (2015), karakteristik khusus pada sektor agribisnis seperti
ketergantungan yang kuat antara sub sektor menuntut kolaborasi tim agribisnis
yang harmonis. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga agribisnis, lembaga
penelitian dan pengembangan serta asosiasi merupakan salah satu faktor untuk
meningkatkan daya saing agribisnis. Proses kolaboratif melalui pendekatan
interaktif diperlukan untuk menghasilkan komunikasi yang efektif. Berbagai pola
jaringan komunikasi dalam proses kolaboratif diantaranya dapat berupa informasi
dan pesan. Infrastruktur komunikasi merupakan salah satu sarana yang dapat
dibangun sebagai strategi kolaborasi.
Menurut Rosenberg (Mulyandari, 2011), teknologi akan memberikan
implikasi terhadap perubahan pelatihan yang tradisional, yaitu 1) menekankan

11
bukan pada proses tetapi pada output pelatihan yang memberikan efek positif bagi
kinerja, 2) belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dengan kebutuhan dan
kecepatan belajar yang fleksibel, 3) dari kertas ke online, 4) dari fasilitas fisik ke
fasilitas jaringan, dan 5) materi pelatihan akan berganti cepat sesuai dengan
kebutuhan sasaran yang nyata (real) dalam kehidupannya.
Jenis teknologi media yang berkembang dalam masyarakat di antaranya
adalah media massa. Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media
cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat. Pengertian "dapat" di sini menekankan pada pengertian
bahwa jumlah sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada
saat tertentu tidaklah esensial.
Aspek penting yang menjadi bahan kajian teori media massa sebagaimana
disampaikan oleh Tan (Mulyandari, 2011) adalah "The communicator is a social
organization capable or reproducing the message and sending it simultaneously
to large number of people who are spatially separated".
Bentuk media massa, secara garis besar, ada dua jenis, yaitu media massa
tradisional (konvensional) dan media massa modern dengan aplikasi teknologi
informasi yang bersifat konvergen dan dapat interaktif. Media massa tradisional
adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas dengan
ciri - ciri sebagai berikut :
1. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan.
2. Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran
tertentu.
3. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan
menyeleksi informasi yang mereka terima.
4. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.
Beberapa media massa yang termasuk dalam kategori media massa
konvensional meliputi :
1. Media cetak yang terdiri atas: surat kabar, majalah, dan
2. Media elektronis yang terdiri atas radio, televisi, dan film (layar lebar).
Koran merupakan media massa cetak yang berkembang seiring kemajuan
jaman. Koran lebih mengutamakan pemberitaan yang bersifat lebih mendalam
disertai dengan investigasi yang lebih akurat. Adanya pergeseran perubahan
media massa ini menurut Cole (Mulyandari, 2011) menyebabkan perbedaan antar
media menjadi samar, koran-koran menjadi lebih mirip dengan majalah-majalah
dan penyiaran. Majalah cenderung lebih memfokuskan pada pemuasan audien
sehingga muncul majalah dengan sasaran yang lebih spesifik, misalnya: remaja,
wanita, pendidikan, dan pertanian (Sinar Tani, Trubus, Trobos).
Radio merupakan media yang banyak dimanfaatkan masyarakat,
khususnya petani untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Sejumlah
kekuatan radio menurut Astuti (Mulyandari, 2011) antara lain:
1. Dapat mendidik khalayak yang spesifik karena radio memiliki kemampuan
untuk memfokuskan pada kelompok demografis yang dikehendaki. Radio juga
lebih fleksibel untuk mengubah atau mempertajam segmen audien yang dituju
dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya.

12
2. Radio bersifat mobile dan portable. Radio mudah dibawa ke mana - mana dan
sumber energinya kecil sehingga mudah terjangkau karena harganya relatif
murah. Radio dapat menyatu dengan fungsi alat penunjang kehidupan lainnya
(senter, mobil, telepon genggam).
3. Radio bersifat intrusif dan memiliki daya tembus yang tinggi. Radio dapat
menembus ruang - ruang di mana media lain tidak dapat masuk.
4. Radio bersifat fleksibel karena dapat menciptakan program, mengirim pesan,
dan membuat perubahan dengan cepat dan mudah.
5. Radio bersifat sederhana karena mudah dalam mengoperasikan, mengelola, dan
isinya juga sederhana.
Televisi dapat menyampaikan pesan audio visual dan unsur gerak. Dengan
karakteristik tersebut, media ini dapat berfungsi sebagai media informasi, media
hiburan, dan media pendidikan. Dalam bidang pertanian, RRC misalnya, melalui
Central Agricultural Broadcasting and Television School (CABTS) di bawah
departemen pemberdayaan petani China mengembangkan dan menyiarkan
program pendidikan yang target utamanya adalah petani perdesaan di seluruh
China (Pustekkom, (Mulyandari, 2011)).
Di Indonesia, siaran televisi dengan substansi pertanian melalui media
televisi juga pernah ditayangkan, di antaranya adalah dari desa ke desa pada tahun
1980-an, kuis asah terampil untuk para kelompok tani, dan Saung tani yang
disiarkan di TVRI pada tahun 2007 dan pada tahun terakhir 2011 melalui program
pelangi desa. Film melalui layar lebar (layar tancap) merupakan media yang
banyak digunakan untuk komunikasi massa pada masa pemerintahan orde baru.
Media massa baru/modern merupakan media massa yang telah
menggunakan aplikasi teknologi informasi multimedia, di antaranya adalah
komputer, telepon genggam, dan jaringan internet. Media massa yang lebih
modern ini memiliki ciri - ciri:
1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui
SMS atau internet misalnya).
2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh
individual.
3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada masing - masing individu.
4. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam.
5. Penerima yang menentukan waktu interaksi.
Media massa menurut teori agenda-setting dari McCombs (Mulyandari,
2011) memiliki pengaruh dan penekanan informasi tertentu terhadap masyarakat.
Teori ini diimbangi oleh teori Uses and Gratifications dari Katz (Mulyandari,
2011) bahwa pengguna (uses) media atau khalayak adalah aktif dan selektif dalam
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Dalam
konteks pembangunan, media massa memiliki peran penting.
Menurut Open, media massa tidak hanya berperan dalam menimbulkan
dan memberikan informasi, tetapi lebih lanjut dapat mengarahkan untuk tujuan
penyuluhan dan pembangunan (Mulyandari, 2011). Dalam perkembangannya,
dengan berkembangnya teknologi informasi, terutama munculnya internet, media
massa memiliki fungsi interaktif dan bersifat konvergen, termasuk dalam
melakukan transaksi bisnis.

13
Lingkungan yang Mendukung Pemanfaatan Cyber Extension
Lingkungan merupakan segala hal yang ada di sekitar manusia yang dapat
dibedakan menjadi benda - benda yang mati dan benda - benda yang hidup. Hal
ini berarti ada lingkungan yang bersifat kealaman atau lingkungan fisik dan ada
lingkungan yang mengandung kehidupan atau lingkungan sosial (Walgito, 2003).
Kedua jenis lingkungan ini secara nyata akan mempengaruhi perilaku individu
sebagaimana dinyatakan Delgado (Rakhmat, 2002) bahwa respon otak dan
perilaku individu dipengaruhi oleh setting atau suasana yang melingkupi individu
tersebut. Sedangkan Sarwono (1984), menyatakan bahwa individu akan merespon
stimulus