Mediakom Edisi 13 Agustus 2008 : B4M, Bincang-bincang dengan Bu Menteri, Bersih indah, Virus sharing - [ MAJALAH ]

PORTO DIBAYAR

EDISI XIII - AGUSTUS 2008

IZIN No. 63 / PRTD / JKP / WILPOS IV / 2008

Departemen Kesehatan RI

BERLAKU S.D 31 DESEMBER 2008

Info sehat Untuk Semua

Menkes Prioritaskan Tingkat
Kesehatan Masyarakat Papua
Rp. 19.3 Triliyun
Alokasi Anggaran Kesehatan Tahun 2009

Pendataan Penyakit
Hepatitis C Tahap II
Med!akom|Edisi XII|Agustus 2008| 1


ETALASE

Dari
DariRedaksi
Redaksi
AIR & RAKYAT MISKIN
PENANGGUNG JAWAB
dr. Lily S. Sulistyowati, MM
PIMPINAN UMUM
Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS
PIMPINAN REDAKSI
drs. Sumardi
SEKRETARIS REDAKSI
Prawito, SKM, MM
ANGGOTA REDAKSI
Dra. Hikmandari A., M.Ed
Drg. Anitasari S.M.
Drg. Ria Purwanti, M.Kes
Busroni, S.IP
Nursila Dewi, Psi, M,Sc

Mety Setiowati, SKM
REPORTER
Dra. Isti Ratnaningsih, MARS
Resty Kiantini, SKM, M.Kes.
Sri Wahyuni, S.Sos
Giri Inayah, S.Sos
FOTOGRAFER
Aji Muhawarman, ST
Wayang Mas Jendra, S.Sn
SEKRETARIAT
Agus Tarsono
Waspodo Purwanto
Sudirman
Hambali
Yan Zefrial
ALAMAT REDAKSI :
Pusat Komunikasi Publik
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan
Telp./Fax : 021-522 3002, 52960661
Email : puskom.depkes@gmail.com

2 |Med!akom|Edisi XIII|Agustus 2008

A

ir, unsur kehidupan vital. Sebab tak ada air, berarti mati. Itulah
mengapa kehidupan itu identik dengan air. Buktinya, komposisi
tubuh kita lebih banyak air. Bumi yang kita huni, lautan
lebih luas dari daratannya. Semua itu memastikan kompisisi air lebih
banyak dan penting dari yang lainnya, karena seluruh mahluk hidup
membutuhkan air. Bukan hanya untuk minum, mandi dan cuci. Tapi juga
untuk menyejukan, mendinginkan, menumbuhkan dan melangsungkan
kehidupan dan ribuan manfaat lainnya.
Kini, air yang besar manfaatnya itu menipis, bahkan disebagian tempat
langka, khususnya air bersih. Manusia telah mencemari dengan berbagai
alasan. Mulai dari alasan ekonomi seperti di Bangka Belitung. Air bersih
telah menjadi barang mahal, karena telah rusak, akibat berbagai
kepentingan. Jakarta, Bekasi, Tangerang dan masih banyak wilayah
lain air sungainya telah berubah menjadi hitam, tercemar oleh limbah
industri dan rumah tangga, padahal digunakan sebagai bahan baku air
bersih.

Ketika air telah tercemar, akan menambah panjang derita manusia. Sebab
air tersebut akan menjadi sumber berbagai penyakit; seperti penyakit
diare, kulit, dll. Sehingga suatu saat wabah penyakit tinggal menunggu
waktu. Celakanya, rakyat miskinlah yang paling terkena dampaknya.
Mereka tak sanggup membeli air bersih, apalagi berlangganan air PAM.
Akhirnya air kolam dan sungai yang tercemar itu yang digunakan untuk
kebutuhan masak, mandi dan cuci. Inilah masalah kesehatan yang tak
kunjung selesai, bahkan bertambah panjang jalan ceritanya. Sekalipun
berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, tapi belum dapat tuntas
pencegahannya. Masih membutuhkan banyak cara, waktu dan dana
untuk mencegahnya.
Wajar, jika kemudian pemerintah memberi perhatian lebih untuk rakyat
miskin, karena merekalah yang paling mudah terkena dampaknya.
Untuk itu Departemen Kesehatan menggulirkan program Jaminan
Kesehatan masyarakat untuk rakyat miskin. Harapannya, penyakit yang
timbul akibat pencermaran lingkungan, kelangkaan air bersih dan
penyakit infeksi lainnya dapat segera ditanggulangi. Selanjutnya harus
menyediakan air bersih yang terjangkau dan mendorong rakyat miskin
menciptakan lingkungan yang sehat.
Redaksi MEDIAKOM menerima naskah dari pembaca

dan berhak mengedit sesuai kaidah bahasa jurnalistik.
Naskah yang tidak dimuat menjadi dokumen redaksi.
Naskah dapat dikirimkan melalui email Pusat Komunikasi
Publik di :
puskom.publik@yahoo.co.id atau puskom.depkes@gmail.com

DAFTAR ISI

Pengantar Redaksi :
Suara Pembaca dan Daftar Isi ............................................................................................................

2-3

Laporan Utama :
4-7
Pembagian Pendataan Penyakit Hepatitis C Tahap II ....................................................... 8-10
Pembagian Virus Flu Burung RI - AS Sepakati Mekanisme Baru .................................. 11-12
Kunjungan Menkes ke Provinsi Gorontalo Tingkatkan Tarap Hidup masyarakat .. 13-15

1. Rp. 19.3 Triliyun Alokasi Anggaran Kesehatan Tahun 2009...............................................

2.
3.
4.

5. Save Papua Untuk Melindungi Rakyat Papua
Dari Ancaman Kematian Ibu Dan Hiv/aids ................................................................................ 16
5. Menkes Prioritaskan Tingkat Kesehatan Masyarakat Papua ........................................ 17-19
6. Kami Berbakti Untuk Jamkemas ............................................................................................ 18-22

Berita :
1. Pemuda Siaga Peduli Bencana ( Da S I Pena )............................................................... 23-24

25-28
3. Depkes Pilih 129 Tenaga Kerja Kesehatan Tingkat Nasional ...................................... 29-30
4. Dialog Menkes-Tenaga Kesehatan Teladan ...................................................................... 31-33
5. Apa Kita Nakes Teladan .......................................................................................................... 34-36
6. PKD Kunci Kesehatan Bagi Semua ....................................................................................... 37-39
7. 125 Juta Penduduk Indonesia Beresiko Tertular Filariasis ........................................... 44-43
8. B4M Dan Harap-harap Cemas ........................................................................................................................ 48
9. B4M Menyapa Pemirsa ....................................................................................................................................... 49

2. Dokter Bersepakat Layani Jemaah Haji Indonesia ........................................................

Ragam :
1. Target Sumsel: 2009 Seluruh Desa Jadi Desa Siaga Buku
”Saatnya Dunia Berubah” Disambut Antusias.......................................................................

46-49

2. Merancang Aksi Panggung Kotawaringin Timur
Dengan Perspektif kesehatan ................................................................................................ 50-53

Pelita Hati :
3. Iklas .................................................................................................................................................

54-55

Kolom :
4. Bersih Itu Indah ..................................................................................................................................

58


Med!akom|Edisi XII|Agustus 2008| 3

LAPORAN UTAMA

Rp 19,3 Trilyun
Alokasi Anggaran Kesehatan Tahun 2009
Tanggal 15 Agustus 2008, di depan Rapat Paripurna DPR-RI Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato Kenegaraan serta
Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

P

enyejuk udara gedung DPR/MPR seakan tak
sanggup mendinginkan Presiden SBY. Butiran
keringat tampak membasahi dahi sang Presiden.
Beberapa kali ia harus menyeka keringat dan meneguk
air putih yang telah disediakan.
Sebagaimana kegiatan serupa tahun-tahun sebelumnya,

hadir Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR, Ketua, Wakil
Ketua, dan Anggota Lembaga-lembaga Negara, para
Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Duta Besar Negara
Sahabat, dan tamu undangan. Juga para teladan dari
berbagai bidang termasuk Tenaga Kesehatan Teladan
Tingkat Nasional 2008.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
memaparkan, tahun ini adalah tahun yang sulit dan
sarat dengan tantangan. Harga minyak mencapai titik
tertinggi dalam sejarah, harga pangan di berbagai
penjuru dunia pun melonjak tajam. Akibatnya, ekonomi
dunia terancam resesi. Bank Dunia memprediksi bahwa
situasi energi dan pangan ini berpotensi memicu
krisis social, ekonomi dan politik di 33 negara, dan
mengakibatkan 100 juta orang di seluruh dunia kembali
jatuh dibawah garis kemiskinan, ujar Presiden SBY.
Di tengah tekanan eksternal yang bertubi-tubi,
pemerintahan SBY berhasil menekan tingkat
pengangguran terbuka dari 10,5 persen pada Februari
2006, menjadi 8,5 persen pada Februari 2008. Begitu

pula, tingkat kemiskinan, mengalami penurunan dari
17,7 persen pada tahun 2006 menjadi 15,4 persen
pada Maret 2008. Angka kemiskinan tahun 2008 ini,
adalah angka kemiskinan terendah, baik besaran
maupun prosentasenya, selama 10 tahun terakhir. Tren
penurunan angka kemiskinan ini juga terjadi, walaupun
4 |Med!akom|Edisi XIII|Agustus 2008

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
saat menyampaikan pidato RAPBN 2009

LAPORAN UTAMA

kita menggunakan criteria angka
kemiskinan dari Bank Dunia.
Pemerintahan SBY juga dapat
menjaga tingkat pertumbuhan
ekonomi diatas 6% selama tujuh
triwulan berturut-turut. Bahkan
produk domestik bruto non-migas

tumbuh mendekati 7% pada
tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi
meningkat dari 5,5% pada 2006
menjadi 6,3% pada 2007.
Tingkat pertumbuhan ini dicapai
ditengah tekanan melambatnya
pertumbuhan ekonomi dunia dan
melonjaknya harga pangan dan
energi,” kata SBY. Pada semester
I 2008, pemerintah tetap bisa
menjaga momentum perekonomian
dengan
tingkat
pertumbuhan
mencapai 6,4%. Ini merupakan laju
pertumbuhan tertinggi setelah krisis
ekonomi pada 1998.
Dengan serangkaian
reformasi
ekonomi, seperti perbaikan iklim
investasi dan amandemen UndangUndang Perpajakan , SBY yakin,
momentum ini akan terus berlanjut.
“Insya Allah dalam waktu dekat, laju
pertumbuhan ekonomi kita akan
kembali pada prestasi yang pernah
kita alami selama 30 tahun sebelum
krisis ekonomi,” ia menambahkan.
Tiga Prioritas

Kegembiraan itu makin menjadijadi lantaran dalam hal pangan,
Indonesia
relatif
lebih
baik
dibandingkan
dengan
banyak
negara lain. SBY bahkan melaporkan,
pada tahun ini Indonesia bakal
berswasembada beras. “Ini adalah
untuk pertama kalinya sejak masa
orde baru, produksi beras nasional
lebih tinggi daripada konsumsi
beras kita,” katanya. Demikian pula
dari sisi harga, beras di dalam negeri
lebih murah ketimbang harga
internasional.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ketua DPR Agung Laksono memasuki
Gedung DPR

Percepatan pembangunan ekonomi
memberikan
dampak
positif,
baik pada percepatan penurunan
tingkat pengangguran terbuka
maupun angka kemiskinan. Tingkat
pengangguran
terbuka
pada
Februari 2006 mencapai 10,5% dan
pada Februari 2008 turun menjadi
8,5%. Tingkat kemiskinan yang
menggunakan kriteria Bank Dunia
menurun 17,7% (2006) menjadi
15,4% pada Maret 2008. Angka ini
terendah, baik besaran maupun
persentasenya, selama 10 tahun
terakhir.
Terasa ada ketegangan yang
menyelimuti ruangan Sidang DPR/
MPR ketika SBY menyampaikan Nota
Keuangan dan Rancangan UndangUndang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara 2009. Semua
anggota Dewan, jajaran Menteri
Kabinet Indonesia Bersatu dan para
tamu undangan menyimak dengan
serius.
“Kalau presidennya berkeringat
begini, berarti serius,” kata SBY
mencairkan suasana. Ia pun berhasil,
kesunyian ruang rapat paripurna
Senayan “meledak” seketika. Hadirin

tertawa riuh.
Gurauan itu dilontarkan sesaat
setelah Presiden SBY mengucapkan
sebuah janji besar “alokasi anggaran
pendidikan tahun depan menjadi
20 persen dari total anggaran“.
Pemerintah terus melanjutkan
tekadnya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Tantangan ke
depan masih sangat besar. ”Untuk itu,
sebagai rangkaian pembangunan
jangka menengah 2004-2009,
pemerintah telah menetapkan
tema pembangunan pada Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009,
yaitu”Peningkatan Kesejahteraan
Rakyat
dan
Pengurangan
Kemiskinan,” ujar Presiden.
Tema itu, diterjemahkan ke dalam
tiga
prioritas
pembangunan
nasional. Pertama, peningkatan
pelayanan dasar dan pembangunan
pedesaan.
Kedua,
percepatan
pertumbuhan yang berkualitas
dengan
memperkuat
daya
tahan ekonomi yang didukung
oleh pembangunan pertanian,
infrastruktur, dan energi. Ketiga,
peningkatan upaya anti korupsi,
Med!akom|Edisi XII|Agustus 2008| 5

LAPORAN UTAMA

reformasi birokrasi, pemantapan
demokrasi, pertahanan keamanan
dalam negeri.
Dengan prioritas itu, papar Presiden.
kebijakan alokasi anggaran belanja
pemerintah pusat pada tahun
2009 diarahkan untuk mendukung
kegiatan ekonomi nasional dalam
memacu pertumbuhan (pro growth),
menciptakan dan memperluas
lapangan pekerjaan (pro job), serta
mengurangi kemiskinan (pro poor).
Dalam tahun anggaran 2009
Pemerintah
bertekad
untuk
memenuhi amanat konstitusi dalam
pengalokasian anggaran pendidikan
sebesar 20 persen, meskipun dalam
kondisi anggaran yang masih
sangat terbatas. Dalam rangka
memenuhi Keputusan Mahkamah
Konstitusi tanggal 13 Agustus 2008,
tentang alokasi dana pendidikan,
maka postur RAPBN 2009 dilakukan
perubahan dan pemutakhiran.
Anggaran pendidikan meningkat
hampir dua kali lipat dari Rp78,5
trilyun
pada
2005
menjadi
Rp.154,2 trilyun pada 2008. Tahun
2009,
pemerintah
memenuhi
anggaran pendidikan 20% dari
APBN, sebagaimana diamanatkan
konstitusi.
SBY mengaku prihatin lantaran masih
ada keluarga Indonesia yang tidak
mampu menyekolahkan anaknya.
Untuk mengatasi masalah ini, kata
SBY,
pemerintah
memberikan
Bantuan Langsung Tunai (BLT)
kepada keluarga miskin. BLT
bersyarat ini, dikenal juga sebagai
Program Keluarga Harapan (PKH),
dilaksanakan di 73 kabupaten/kota.
Ke depan, program ini diperluas
karena berpotensi memutus mata
rantai kemiskinan antargenerasi.
Selain
PKH,
pemerintah
menyediakan beasiswa untuk lebih
6 |Med!akom|Edisi XIII|Agustus 2008

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menyampaikan pidato RAPBN 2009. Dibelakang
tampak Ketua DPR Agung Laksono dan Wakil Ketua DPR Sutardjo Suryo Guritno dan Muhaimin
Iskandar

dari satu juta siswa SD/MI, lebih dari
600.000 siswa SMP/MTs, 900.000
siswa SMA/SMK/MA, dan lebih dari
200.000 mahasiswa. “Sebagian
besar siswa dan meahasiswa
tersebut berasal dari keluarga tidak
mampu,” ujarnya. Pemerintah juga
terus memperhatikan perbaikan
kesejahteraan
dan
kualitas
kompetensi guru, antara lain
dengan menaikan gaji mereka. Pada
2004, penghasilan guru golongan
terendah Rp 842,6 ribu per bulan,
dan pada 2008 mencapai Rp1,854
juta.
Di bidang kesehatan, anggaran
fungsi kesehatan pun meningkat
tajam, hampir tiga kali lipat dari
Rp 5,8 trilyun pada 2005 menjadi
sekitar Rp 16 trilyun pada 2008.
Sebagian besar tambahan anggaran
itu dipakai untuk menggulirkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas,
Posyandu, atau Program Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat Miskin dan Kurang
Mampu (Jamkesmas).
Program Jamkesmas melayani 76,4
juta jiwa. Untuk lebih meningkatkan
keterjangkauan
masyarakat

terhadap obat, Pemerintah juga
menurunkan harga obat generik
secara subsstansial, terus menerus
dari tahun ke tahun agar harga obat
terjangkau oleh masyarakat.
Pemerintah
juga
melakukan
revitalisasi
program
Keluarga
Berencana (KB) yang sempat
terbengkalai setelah krisis yang lalu.
Selama tiga tahun terakhir, sudah
terlihat pencapaian positif program
KB. Dari 4,2 juta peserta KB baru
pada tahun 2005, menjadi 5,7 juta
peserta pada tahun 2007. ”Program
KB harus terus kita giatkan dan kita
tingkatkan, untuk menjaga agar
kecenderungan laju pertumbuhan
penduduk semakin rendah,” kata
Presiden.
Dalam rangka memperbaiki kinerja
birokrasi dan peningkatan kualitas
pelayanan publik, dalam RAPBN
2009 Pemerintah mengalokasikan
anggaran belanja pegawai sebesar
Rp 143,8 triliun atau naik sekitar
Rp 20,2 triliun (16,4 persen) dari
perkiraan tahun 2008. Kenaikan
anggaran tersebut antara lain,
untuk memperbaiki penghasilan
aparatur negara dan pensiunan

LAPORAN UTAMA

melalui kenaikan gaji pokok dan
pensiun pokok rata-rata 15 persen,
pemberian gaji dan pensiun bulan
ke 13 serta perbaikan sistem
pembayaran pensiun.
Menurut Presiden, selama empat
tahun
masa
pemerintahan,
pendapatan PNS golongan terendah
telah ditingkatkan 2,5 kali dari Rp
674 ribu per bulan pada tahun 2004
menjadi Rp 1,721 juta pada tahun
2009. Sedangkan tambahan alokasi
anggaran pendidikan sebesar Rp
46,1 triliun yang diusulkan untuk
memenuhi
amanat
konstitusi,
digunakan antara lain untuk
meningkatkan penghasilan guru
dan peneliti. Dengan demikian
pendapatan guru golongan terendah
dapat dinaikkan di atas Rp 2 juta.
RAPBN 2009
Setelah menyampaikan berbagai
keberhasilan itu, SBY menyampaikan
RAPBN 2009. Pendapatan negara
dan hibah direncanakan sebesar

Rp 1.022 trilyun, meningkat 127,6
trilyun (14,3%) dibandingkan dengan
APBN perubahan 2008. Belanja
negara mencapai 1.122 trilyun
atau naik Rp.132,7 trilyun (13,4%)
dibandingkan dengan APBN-P 2008.
Dengan besaran itu, kata SBY, “Maka,
untuk pertama kali sejak Indonesia
merdeka, pendapatan negara serta
belanja negara dapat mencapai
angka diatas Rp 1.000 trilyun.”
Berdasarkan prioritas RKP 2009 dan
mempertimbangkan tugas pokok
dan fungsi Kementerian Negara/
Lembaga dalam RAPBN tahun
2009, Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas) direncanakan
memperoleh anggaran Rp 52,0
triliun. Alokasi ini belum mencakup
tambahan anggaran pendidikan
sebesar Rp 46,1 yang akan diusulkan
pada Nota Keuangan Tambahan.
Departemen Pekerjaan Umum Rp
35, 7 triliun, Departemen Pertahanan
Rp 35 triliun, Kepolisian Negara RI Rp
25,7 triliun, Departemen Agama Rp

20,7 triliun, Departemen Kesehatan
19,3 triliun, dan Departemen
Perhubungan Rp 16,1 triliun.
Andreas H. Pareira, anggota DPR
dari PDI Perjuangan, menilai
pidato kenegeraan presiden SBY
itu dimanfaatkan sebagai ajang
kampanye. “SBY memanfaatkan
pidato
kenegaraan
untuk
kampanye, bukan menyampaikan
pertanggungjawaban
sebagai
eksekutif,”
katanya.
“Mestinya
presiden
menyampaikan
keberhasilan, ketidakberhasilan, dan
tantangan pembangunan secara
berimbang.”
Tetapi pandangan itu ditampik Wakil
Presiden Jusuf Kalla. Ia membantah
tudingan bahwa pidato kenegaraan
Presiden SBY merupakan pidato
politik menjelang Pemilu 2009. ”Bisa
saja orang berpikiran yang tidaktidak, ” katanya. (Smd).

Med!akom|Edisi XII|Agustus 2008| 7

LAPORAN UTAMA

DILUNCURKAN
Program Pendataan Penyakit Hepatitis C Tahap II

S

etelah sukses dengan
program pendataan
penyakit Hepatitis C Tahap I
di 11 propinsi bulan Oktober 2007,
kini kembali dilaksanakan program
Tahap II yang melibatkan 10 propinsi
di Indonesia. Program Tahap II
ini berlangsung mulai tanggal
1 Oktober 2008 - 31 Maret 2009
meliputi propinsi Kepulauan Riau,
Jambi, Riau, Lampung, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera
Barat, Banten, DI Yogyakarta, dan
NTB.
Sebelumnya,
program
Tahap
I dilaksanakan di Propinsi DKI
Jakarta, Sumatera Utara (Medan),
Sumatera Selatan (Palembang),
Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah
(Semarang), Jawa Timur (Surabaya),
Sulawesi Selatan (Makasar), Sulawesi
Utara (Manado), Bali (Denpasar) dan
Kalimantan Barat (Pontianak) serta
Papua (Jayapura).
Pada Tahap I, tingkat partisipasi dari
unit-unit yang terlibat pelaporan
sangat tinggi (96%), melampaui
target yang biasa ditentukan untuk
ukuran keberhasilan pelaksanaan
program (80%). Keber hasilan
pelaksanaan Tahap I ini menegaskan
komitmen pemerintah Indonesia
untuk mengurangi tingkat
penyebaran dan masalah sosial yang
disebabkan oleh penyakit menular
baik bagi orang yang terinfeksi
Hepatitis C maupun orang lain di
sekitarnya.
Tahun 2006, Indonesia menjadi yang
terdepan di tingkat regional dalam
strategi penanganan hepatitis
C dengan mengembangk an

dr. Indriono Tantoro, MPH (tengah) Staf Ahli Menkes meluncurkan program penataan
penyakit Hepatitis C tahap II

Strategi Nasional Hepatitis C, yaitu
memasukkan penyakit hepatitis
dalam daftar penyakit yang wajib
dilaporkan.
Pencegahan, pengobatan dan
surveilans merupakan 3 kunci
utama dalam strategi penanganan
hepatitis C. “Kita harus terus
melakukan peningkatan dalam
ketiga area tersebut apabila kita

ingin mengurangi penyebaran
hepatitis C, mengurangi beban
yang terkait dengan penyakit ini
dan meningkatkan pemahaman
kita tentang virus dan faktorfaktor resikonya di negara kita,”
tegas dr. Indriono Tantoro dalam
acara peluncuran Program Tahap
II pndataan Hepatitic C, di Jakarta
(11/9).

Data WHO menyebutkan sekitar 7 juta orang Indonesia diduga
mengidap virus hepatitis C dan diperkirakan terdapat ribuan
infeksi baru muncul setiap tahunnya. Sekitar 90% dari orang
yang mengidap hepatitis C tidak sadar bahwa dirinya telah
terinfeksi sampai gejala-gejalanya muncul bertahun-tahun
kemudian.
Dengan adanya terobosan terbaru dalam penatalaksanaan
hepatitis C saat ini, terbukti telah meningkatkan kesempatan
pasien untuk sembuh. Bahkan saat ini dalam 3 bulan terapi,
sudah dapat memprediksi pencapaian kesembuhan pasien
dengan memeriksa HCV RNA (early virological response).
Med!akom|Edisi XII|Agustus 2008| 9

LAPORAN UTAMA

yang baik serta kedisiplinan, baik dari
setiap unit pelapor maupun pihak
terkait lainnya dalam mengirimkan
data secara akurat dan tepat waktu,
yaitu antara tanggal 1 – 10 setiap
bulannya sangat diharapkan.

dr. Indriono Tantoro. MPH menyerahkan Media Promosi Hipatitis C kepada para Kepala
Dinas Kesehatan.

D r. I n d r i o n o m e n g i n g a t k a n
pentingnya peran komunitas medis
dalam memonitor dan melaporkan
penyakit hepatitis C. Siapa saja yang
terlibat dalam sistem pelaporan
harus berperan secara aktif untuk
memastikan bahwa setiap kasus
dilaporkan tepat waktu dan dengan
data yang berkualitas.
”Kita yang terlibat dalam sistem
layanan kesehatan, bertanggung
jawab atas kelancaran pelaksanaan
program ini. Paramedis dan dokter
harus benar-benar paham mengenai
penyakit ini dan secara proaktif
merekomendasikan para pasien
yang berisiko untuk menjalani tes
dan mendapatkan pengobatan
yang tepat guna,” lanjutnya.
Pro gra m Pe n d at a a n Pe nya k i t
Hepatitis C dalam rangka
Pengembangan Sistem Surveilans
di Indonesia merupakan program
kemitraan
pemerintah
swasta
yang diinisiasi oleh Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen
PP & PL) Depkes dan PT. Roche
Indonesia.
P r e s i d e n D i r e k t u r P T. R o c h e
Dr. Ait_Allah Mejri, kembali
m e n e g a s k a n k o m i t m e n P T.
Roche dalam mencapai tujuan
bersama meningkatkan kesehatan
10 |Med!akom|Edisi XIII|Agustus 2008

masyarakat Indonesia. “Program
ini merupakan suatu kerangka
koordinasi yang terintegrasi untuk
mengatasi hepatitis C di Indonesia,”
jelasnya.
Program ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran
epidemiologi dan permasalahan
penyakit hepatitis C melalui
pelaporan dari unit-unit yang
terlibat. Selanjutnyam laporan
ini akan menjadi salah satu
dasar pembentukanmkebijakan
pengendalian penyakir hepatitis C
di Indonesia di tingkat Pusat. Oleh
sebab itu partisipasi aktif, kerjasama

Selain itu, program ini juga berperan
untuk meningkatkan partisipasi
Pemerintah Daerah baik di tingkat
propinsi, kabupaten, dan kotamadya
dalam upaya pencegahan penularan
penyakit hepatitis C sekaligus
melanjutk an keberlangsungan
program. Melihat begitu
pentingnya tujuan program ini
untuk
peningkatan
pelayanan
kesehatan kepada masyarakat,
maka diharapkan setiap
Pemerintah Daerah yang terlibat
dapat
memberikan
perhatian
khusus
terhadap
kelancaran
pelaksanaannya.
“Kami yakin, dengan dukungan
politik yang kuat dan SDM yang
berkualitas, program ini akan
berjalan dengan baik.” ujar Presiden
Direktur PT.Roche Indonesia, Dr.
Ait Allah Mejri. Program yang
akan didanai oleh Roche selama
setahun mendatang merupakan
bentuk tanggung jawab sosial
PT. Roche Indonesia (Corporate
Social Responsibility = CSR) kepada
masyarakat. (gi)

Penyakit Hepatitis C merupakan masalah kesehatan masyarakat
dunia yang amat serius dan menjadi wabah global. Penyakit ini
dapat ditularkan melalui kontak dengan darah seseorang yang
telah terinfeksi.
“Beberapa cara yang memungkinkan orang terinfeksi yaitu
transfusi darah, pemakaian berulang-ulang jarum atau alat medis
yang tidak steril, saling tukar suntikan oleh pengguna narkoba,
tindik dan tato dengan peralatan yang tidak steril,” Selain itu,
penularan dapat secara seksual dan perinatal dapat pula terjadi
namun jarang. Sedangkan risiko tular ibu ke anak relatif rendah,
hanya 5 %. Virus Hepatitis C ini tidak ditularkan melalui bersin,
memeluk, batuk, makanan, air, dan menggunakan peralatan
makanan atau kontak biasa. Cara pencegahan agar tidak terinfeksi
virus hepatitis C ini, antara lain dengan memastikan bahwa telah
melakukan tindakan pencegahan yang standar pada penggunaan
jarum suntik.

LAPORAN UTAMA

RI - AS Sepakati Mekanisme Baru

Virus Sharing

Perundingan dua hari antara delegasi Indonesia dan Amerika Serikat (AS) di Sydney, Australia, membuka jalan
bagi terwujudnya mekanisme baru pembagian sampel virus dan manfaatnya (virus and beneit sharing). Sebuah
momentum bersejarah yang menandai hubungan yang lebih adil, transparan, dan setara negara-negara
anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
kesepakatan dalam pertemuan antar
pemerintah (Inter Governmental
Meeting) di Jenewa November
2008.

Menkes RI. Dr.dr Siti Fadilah Supari

M

enteri Kesehatan
S i t i Fa d i l a h S u p a r i
menyambut baik hasil
perundingan yang berlangsung pada
Sabtu (26/7) dan Minggu(27/7) lalu.
Dalam perundingan itu, pemerintah
Australia menjadi mediator kedua
belah pihak. Menkes mengatakan
perundingan yang berlangsung di
Hotel Marriott Sydney itu berjalan
lancar dan kondusif sehingga
memunculkan optimisme pada
lahirnya mekanisme baru WHO yang
akan dideklarasikan November ini.
“Mudah-mudahan untuk ke depan,
WHO bisa benar-benar menjadi
organisasi global yang melindungi
umat manusia
dari bencana
kesehatan,”
ujar Menkes.
Sementara itu,
Mantan Wakil
Tetap RI untuk PBB Jenewa, yang
juga penasIhat khusus Departemen
Kesehatan, Makarim Wibisono,
dalam pertemuan itu mengatakan
kedua pihak mencapai banyak
kemajuan yang akan memengaruhi

Dalam perundingan dengan delegasi
AS yang dipimpin William Steiger itu,
Indonesia memasukkan dua prinsip
baru dalam sistem pembagian
sampel virus WHO yang ingin
dibangun. Kedua prinsip tersebut
adalah WHO inluenza network dan
proir informed consent.
Dengan demikian, jelas Willian,
diharapkan lahir satu sistem baru
yang adil, transparan dan setara di
WHO sehingga semua pihak menjadi
bagian sistem dengan perlakuan
setara. “Terwujudnya sistem baru
yang berkadilan itu akan menjadi
peristiwa bersejarah dalam kerja
sama internasional yang berhasil
memasukkan kepentingan negaranegara berkembang,” kata William.
Konsul Jenderal RI di Sydney
Sudaryomo Hartosudarmo
menambahkan, suasana
perundingan dua hari itu sangat
positif, akomodatif, dan kooperatif
sehingga memunculkan optimisme
pada tercapainya kesepakatan
tentang sistem dan mekanisme baru
viru s sharing dan beneit sharing
yang berkeadilan di WHO.
“Kita menyampaikan terima kasih
kepada pemerintah Australia yang
telah memfasilitasi perundingan
ini,” kata Sudaryomo. Terkait dengan
isu tersebut, pertemuan menteri
kesehatan negara-negara anggota
Gerakan Non Blok kesatu dalam
sidang World Health Assembly (WHA)
ke-61 Mei lalu juga mendukung usul
deklarasi Responsible Virus Sharing
And Beneits Sharing yang diajukan
Indonesia.
Sebelumnya, Indonesia pernah
menghentikan pengiriman
sampel virus lu burung (H5N1)
strain Indonesia karena WHO

membolehkan pihak mana pun
mengakses sampel virus tersebut
tanpa perlu meminta izin negara
pemilik virus. Beberapa pihak
bahkan menggunakannya untuk
kepentingan
komersial
tanpa
memberi manfaat apa pun bagi
Indonesia.
Konferensi Regional
Di tempat terpisah, Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Aburizal Bakrie membuka konferensi
re g i o n a l t e n t a n g R e v i t a l i s a s i
Pelayanan Kesehatan Dasar/PKD
(Revitalizing Primary Health Care/
PHC) tingkat Asia Tenggara, di Jakarta
(6/8). Konferensi yang berlangsung
selama 2 hari ini dihadiri 200 peserta
dari 11 negara anggota wilayah
SEARO (Indonesia, Bangladesh,
Bhutan, Democratic People Republic
of Korea, India, Maldives, Myanmar,
Nepal, Sri Lanka, Thailand and Timor
Leste) termasuk LSM dari masingmasing negara, pejabat dari sektor
terkait, serta 25 anggota SouthEast Asia Public Health Education
Institutions Network (SEAPHEIN).
Hadir pula perwakilan Badan-badan
PBB seperti UNICEF, UNDP, World
Bank dan donor bilateral (AusAID,
GTZ, JICA, USAID, dll).
Menkes Siti Fadilah Supari dalam
sambutannya menyatakan,
Indonesia telah melaksanakan
upaya PKD sebelum Deklarasi Alma
Ata dicetuskan di Rusia tahun 1978
melalui Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD). Program
PKMD merupakan kerja sama lintas
sektor yang melibatkan Departemen
Kesehatan, Departemen Dalam
Negeri, Departemen Pendidikan,
dan Pemerintah Daerah.
Menurut Menkes, berkaitan dengan
Deklarasi Alma Ata, Indonesia telah
membuat Pos Pelayanan Terpadu
Med!akom|Edisi XII|Agustus 2008| 11

LAPORAN UTAMA

(Posyandu) yang telah dikenal baik
di dunia internasional. Posyandu
memberdayakan empat prinsip
PKD yaitu partisipasi masyarakat,
kolaborasi multisektor, penggunaan
teknologi yang tepat, serta cakupan
yang luas.
Rata-rata tiap desa di Indonesia, jelas
Menkes, memiliki lima Posyandu
termasuk di pelosok daerah. Menkes
memandang, tema Revitalisasi PKD
sangat relevan dengan tantangan
pembangunan kesehatan khususnya
yang berkaitan dengan MDG.
Sampai tahun 1998, jelas Siti Fadilah,
Posyandu telah berkontribusi secara
signiikan dalam peningkatan akses
dan cakupan pelayanan kesehatan.
Proses desentralisasi pada 2000 telah
menempatkan suatu tantangan
tersendiri dalam PKD di Indonesia
dan revitalisasi Posyandu dilakukan
tahun 2001. “Kami menikmati hasil
baik dari Posyandu. Sejak dulu kita
sudah punya Puskesmas dan di tiap
desa ada lima Posyandu. Sekarang
ini kita juga punya yang lebih primer
lagi, Desa Siaga,” katanya.
Puskesmas,
Posyandu
dan
Desa Siaga, menurut Menkes,
merupakan perwujudan dari empat
prinsip pendekatan pelayanan
kesehatan dasar yakni partisipasi
masyarakat, kolaborasi lintas sektor,
pendayagunaan teknologi dan
bercakupan luas.
Lebih lanjut ia menjelaskan pula
bahwa untuk mengoptimalkan
fungsi Puskesmas dan Posyandu
yang sempat melemah pascadesentralisasi, pemerintah sudah
melakukan
revitalisasi. “Proses
revitalisasi sedang berjalan. Kita
akan mengubah konsep Puskesmas
yang lama.
Puskesmas tidak
lagi difokuskan untuk kegiatan
lapangan, tapi untuk kuratif juga
karena masyarakat butuh pelayanan
kuratif,” katanya.
Ia menambahkan, pembentukan
Desa Siaga pun masih berjalan. Saat
ini sudah ada 34.703 Desa Siaga–desa
yang memiliki satu Pos Kesehatan
Desa dengan satu tenaga kesehatan
dan dua kader kesehatan–di seluruh
Indonesia.
Menteri Kesehatan mengatakan,
pada prinsipnya, desa yang sudah
bisa menjadi Desa Siaga akan mampu
12 |Med!akom|Edisi XIII|Agustus 2008

mendeteksi masalah kesehatan
di wilayahnya serta melakukan
tindakan-tindakan yang dianggap
perlu untuk menanganinya.
Pada 2005, Departemen Kesehatan
telah
meluncurkan
program
pemberdayaan masyarakat yang
disebut Desa Siaga. Desa Siaga
adalah desa yang siaga akan
berbagai
masalah
kesehatan,
termasuk wabah penyakit di suatu
desa dan wilayah terpencil lainnya.
“Dengan
mengimplementasikan
Desa Siaga, kami siap mencapai
suatu komunitas yang mampu
menolong komunitasnya sendiri
dalam
menangani
masalah
kesehatan. Skema ini adalah suatu
bagian dari Strategi Utama Depkes
yaitu Memberdayakan Masyarakat
untuk Hidup Sehat”, papar Menkes.
Menkes
menambahkan,
ada
empat prinsip dasar Desa Siaga.
Pertama, Desa Siaga adalah “tempat
pertemuan”
antara
pelayanan
kesehatan dan program kesehatan
yang diselenggarakan pemerintah
dan partisipasi masyarakat. Kedua,
Desa Siaga memiliki konsep
kesiapsiagaan dan kewaspadaan.
Oleh karena itu untuk membuat
suatu masyarakat yang siaga
terhadap masalah kesehatan, harus
ada informasi yang akurat dan cepat
di masyarakat itu. Ketiga, respon
yang cepat. Ketika ada suatu masalah
kesehatan, komunitas setempat akan
segera mengambil langkah yang
diperlukan, jika langkah tidak cukup
maka pelayanan kesehatan formal
akan diinformasikan. Keempat,
Desa Siaga adalah “kendaraan” bagi
komunitas dan sistem kesehatan di
sana untuk menjalankan program
dan aktiitas setempat.
Untuk menjalankan empat prinsip
di atas, menurut Siti Fadilah, Desa
Siaga memerlukan elemen penting
yaitu pendirian Pos Kesehatan
Desa, penempatan tenaga
kesehatan, partisipasi masyarakat,
dan peran aktif kader Desa Siaga.
Pendekatan ini meningkatkan
akses kepada masyarakat dalam
menyediakan pelayanan kesehatan
dan meningkatkan sistem rujukan
kesehatan masyarakat dan
pengobatan.
Pada 30 tahun lalu di Alma Ata,
negara anggota yang setuju

mengadopsi PKD sebagai sebuah
pendekatan dalam pembangunan
kesehatan yang bertujuan Sehat
Untuk Semua (Health For All) di
tahun 2000. Konferensi Internasional
ini melahirkan Deklarasi Alma-Ata
yang menjadi acuan pembangunan
kesehatan masyarakat. Deklarasi
ini dipicu oleh ketimpangan status
kesehatan antara berbagai daerah
di suatu negara, serta antar negara.
Mengingat pentingnya kesehatan
bagi pembangunan sosial dan
ekonomi, deklarasi ini menetapkan
PHC atau sebagai pendekatan kunci
untuk mencapai Kesehatan Bagi
Semua.
Selama berpuluh tahun, tantangan
dalam pembangunan kesehatan
demikian rumit. Sementara kita
sedang terfokus pada isu serius
seputar PKD seperti penyakit yang
ada (emerging disease) dan penyakit
yang muncul kembali (re-emerging
disease), kesehatan publik dan
lainnya. Di sisi lain kita menghadapi
tantangan baru, perubahan iklim,
krisis energi, dan krisis pangan. Walau
agenda dalam kerugian ekonomi
yang ditimbulkan oleh faktor di
atas belum selesai, suatu kepastian
adalah bahwa rakyat miskin secara
tidak proporsional terpengaruh,
menyebabkan suatu kendala dalam
kemajuan program penurunan
kemiskinan. Diperlukan pemimpin
yang kuat untuk memperhatikan
kembali kebijakan yang telah dibuat
dengan tindakan nyata di sektor
kesehatan secara komprehensif.
MDG menghadirkan kembali
Deklarasi Alma Ata dalam pencapaian
Sehat Untuk Semua di tahun-tahun
mendatang. Pakar dari sebelas
negara anggota dalam wilayah
kerja WHO Asia Tenggara bertemu
untuk menyepakati strategi untuk
mencapai Millenium Development
Goals dan Kesehatan Bagi Semua
(Health for all). Tahun 2008 juga
bertepatan dengan ulang tahun
WHO ke 60. (MI/Smd)

LAPORAN UTAMA

“Pemerintah Dituntut Inovatif untuk
Tingkatkan Taraf Hidup Masyarakat”
di Gorontalo menurut Menkes
merupakan salah satu wujud inovasi
dalam rangka meningkatkan status
kesehatan masyarakat desa.
Pada kesempatan itu Menkes Siti
Fadilah Supari berdialog dengan
masyarakat setempat, utamanya
para ibu. Menkes mengharapkan
kepada kaum perempuan yang ada
di desa itu untuk senantiasa menjaga
desanya masing-masing agar
terhindar dari masuknya berbagai
macam penyakit menular. Menkes
juga berpesan agar masyarakat Desa
Sehat Huidu senantiasa menjaga
kesehatan mulai dari bayi, anakanak, hingga orang dewasa, dan
wanti-wanti agar jangan sampai ada
ibu yang melahirkan tanpa dibantu
oleh bidan.
Menkes, DR. dr. Siti Fadilah Supari, Sp JP (K) dan rombongan tiba di Bandara Jalaluddin
Gorontalo, disambut Wakil Gubernur Gorontalo danKadinkes Provinsi Gorontalo

Tiga hari kunjungan Menkes ke Provinsi Gorontalo diisi dengan berbagai kegiatan
yang cukup padat. Di Universitas Negeri Gorontalo, Menkes memaparkan perjuangan
menegakkan keadilan dan kesetaraan dalam relasi antarbangsa di bidang kesehatan.

A

traksi drum band anak di sela
turunnya hujan rintik-rintik,
menyambut
kedatangan
Menteri Kesehatan RI Dr dr Siti
Fadilah Supari, Sp JP (K) di Desa
Sehat Huidu, Kecamatan Limboto
Barat, Kabupaten Gorontalo, Provinsi
Gorontalo, 12 Agustus 2008.
Kegiatan pada hari kedua kunjungan
kerja Menkes ke Provinsi Gorontalo
itu, diawali dengan penjelasan
Bupati Gorontalo David Bobihoe
Akib. Ia menyampaikan berbagai
program yang ditempuh Pemerintah
Kabupaten Gorontalo di bidang
kesehatan, di antaranya Program
Desa Sehat Berbasis Dasa Wisma,
sebagai bagian dari program
mensukseskan gerakan Indonesia
Sehat 2010.

Menkes dalam arahannya
menegaskan sangat menghargai
segala upaya yang telah dilakukan
Pemerintah Kabupaten Gorontalo.
Menurut Menkes hal itu merupakan
suatu inovasi dan terobosan
yang sangat baik dan perlu untuk
dikembangkan. “Memang selaku
pemerintah sangat dituntut untuk
senantiasa melakukan terobosan
dan inovasi karena muaranya adalah
untuk meningkatkan taraf hidup
bagi masyarakat yang dipimpinnya
sebagai wujud pengabdian,” jelas
Menkes.

Selesai meninjau Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) di Desa Huidu, Menkes
berkunjung ke Rumah Sakit Aloei
Saboe, Kota Gorontalo, didampingi
Gubernur Dr Ir Fadel Muhammad.
Rombongan disambut Walikota
Gorontalo Adhan Dambea dan
Kepala Rumah Sakit Aloei Saboe, dr
Nurindah Rahim. Pada kesempatan
itu Menkes meninjau salah satu
gedung
perawatan,
tepatnya
Ruang G-1 Kebidanan. Menkes
juga berdialog langsung dengan
beberapa pasien yang sedang dalam
perawatan.

Inovasi dan terobosan itu penting,
karena persoalan dan tantangan
yang dihadapi amat beragam
dan dari waktu ke waktu terus
berkembang. Program Desa Sehat
di desa Huidu dan desa-desa lain

Menkes sempat bertanya kepada
kepala rumah sakit tentang
pelayanan kesehatan, khususnya
pelayanan
Jamkesmas.
Dalam
penjelasannya, Kepala Rumah Sakit
dr Nurindah Rahim mengeluhkan
Med!akom|Edisi XII|Agustus 2008| 13

LAPORAN UTAMA

kurangnya tenaga medis di RS Aloei
Saboe. “Hambatan yang kami hadapi
adalah kurangnya tenaga dokter
spesialis,” ungkap Nurindah.
Menkes
menyanggupi
untuk
membantu memecahkan masalah
itu dengan menyediakan dokter
spesialis yang diperlukan. “Yang
pasti rumah sakit ini sudah cukup
baik, sehingga pelayanan harus lebih
ditingkatkan. Untuk tenaga dokter
spesialis, kami siap membantu,”
tegas Menkes.
Menkes juga berkunjung ke Rumah
Sakit Umum MM Dunda. Di hadapan
Menkes, Direktur Rumah sakit
Umum MM Dunda dr. Zein Suweleh,
Sp.THT menyampaikan konsep
pengembangan rumah sakit, di
antaranya pengembangan Mall
Limboto sebagai perluasan rumah
sakit.

Pejabat Departemen Kesehatan dan Tim Kesehatan Provinsi Gorontalo dalam acara
Bedah Buku “Saatnya Dunia Berubah” di Universitas Negeri Gorontalo

Menkes menyatakan dukungannya
atas rencana tersebut. Menkes
menyarank an, hendak nya ada
kerjasama antara pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota dalam bentuk
pembangunan gedung, sementara
Depkes akan memberikan bantuan
berupa peralatan penunjang medis.
Sebagai awal, akan diberikan
bantuan alat medis untuk Unit
Gawat Darurat (UGD). “Segera buat
pengajuan proposal, kami akan
segera tindak lanjuti,” tegas Menkes.
Rumah Sakit Umum MM Dunda
merupakan tempat terakhir dari
serangkaian acara kunjungan kerja
Menkes di Provinsi Gorontalo.
Kunjungan berlangsung selama tiga
hari, 11 hingga 13 Agustus 2008.
Bedah Buku
Pada hari per tama, Menteri
Kesehatan Dr dr Siti Fadilah Supari,
Sp JP (K), membuka Workshop dan
Training Pendirian Desa Siaga yang
berlangsung di Universitas Negeri
Gorontalo (UNG), sekaligus menjadi
pembicara pada bedah buku karya
Menkes,“Saatnya Dunia Berubah, In
the Spirit of Dignity, Transparency,
and Equity”.
Pada bedah buku ini, Menkes
kembali menegaskan pentingnya
14 |Med!akom|Edisi XIII|Agustus 2008

Menkes, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp JP (K), memberikan bantuan secara simbolis
kepada salah satu penerima bantuan

menegakkan keadilan, ketransparanan, dan kesetaraan dalam
relasi antar bangsa. “Apa yang telah
kita perjuangkan di forum Sidang
WHA (World Health Assembly)
Jenewa, telah berhasil mereformasi
WHO dalam mekanisme virus
sharing yang kolonialistik dan
kapitalistik menjadi mekanisme
yang adil, transparan, dan setara. Hal
ini pantas menjadi catatan sejarah,
sehingga mendorong saya untuk
menuliskannya dalam bentuk buku
agar menjadi pelajaran penting bagi
kita dan generasi mendatang,” tegas
Menkes.

Menurut Menkes, ia melakukan
tindakan itu secara sadar. Patokannya
adalah Undang-Undang RI No. 37
tahun 1999 Tentang Hubungan
Luar Negeri sebagai payung
hukum. Perjuangan panjang yang
melelahkan diteruskan melalui
forum diplomasi sejak Januari 2007,
dan akhirnya membuahkan hasil
pada Inter-Govermental Meeting
(IDM) tanggal 20 November 2007.
Interim Statement pada sidang IGM
tersebut adalah:
1. Mengakui bahwa mkanisme virus
sharing yang berlaku selama ini
adalah tidak adil, tidak transparan

LAPORAN UTAMA

dan tidak setara.
2. Akan membuat mekanisme baru
yang adil, transparan dan setara.
3. Akan membentuk small working
group untuk mewujudkan hal
poin ke dua.
4. A d a n y a g o o d w i l l u n t u k
ketransparanan dalam virus
sharing (Tracking system).
5. Dibentuknya suatu advisory
board untuk mengawasi poin ke
empat.
6. Segera mengirim virus dengan
Material Transfer Agreement
(MTA).
Berkaca pada perjuangan tersebut,
Menkes berpesan, agar pada setiap
kerjasama dengan pihak asing,
hendaknya dipikirkan mengenai
kesetaraan dalam perundingan,
relevansi
kerjasama
tersebut
untuk kepentingan bangsa, dan
keuntungan apa yang diperoleh
bagi masing-masing pihak.
Menkes
Siti
Fadilah
Supari
menggarisbawahi, bahwa buku
“Saatnya Dunia Berubah” ditulis
bukan untuk memusuhi bangsa
mana pun, negara mana pun, atau
badan dunia mana pun, termasuk
Amerika Serikat, bahkan Israel atau
WHO. “Tetapi dalam buku tersebut
terdapat
spirit
yang
berkobar untuk

menuntut
kesetaraan
dalam
hubungan antar bangsa. Tidak ada
lagi eksploitasi dari bangsa yang kuat
ke bangsa yang lemah, dan jangan
ada lagi peraturan internasional
yang
berselubung
misi-misi
kemanusiaan padahal sebenarnya
mengandung perampasan hak
bahkan penindasan dari bangsa
yang maju terhadap dunia ketiga,”
tegas Menkes.
Paparan oleh Menkes mendapat
tanggapan dari Prof Dr Ir. Nelson
Pomalingo, M. Pd, Rektor Universitas
Negeri Gorontalo, serta Drs. Sun
Bik, M.Ec.Dev, Ketua DPRD Provinsi
Gorontalo, dilanjutkan dengan
diskusi dan tanya jawab. Hadir
dalam acara itu Jajaran Pemda
Provinsi Gorontalo, Dinas Kesehatan,
peserta workshop serta civitas
academica UNG. Menkes mengakhiri
kunjungannya di UNG dengan
memukul palu tanda dibukanya
Workshop dan Training Pendirian
Desa Siaga di Gorontalo.

Gorontalo. Tiga acara tersebut
diadakan bersama di Ballroom Hotel
Quality Gorontalo.
Acara diawali dengan laporan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo,
dilanjutkan sambutan Gubernur,
dan pengarahan Menkes sebagai
puncak acara. Pada kesempatan itu
pula Menkes memberikan bantuan
berupa 2 unit Mobil Penanggulangan
Krisis, masing-masing untuk Rumah
sakit Tombulilato dan Rumah Sakit
Tani Nelayan Kabupaten Bone
Bolango.
Bantuan
lainnya
adalah
2
unit Penyaring air diberikan
kepada
Kabupaten
Gorontalo
dan Bone Bolango. Sedangkan
paket laboratorium kebidanan
diperuntukan kepada
U n i ve r s i t a s M u h a m m a d i y a h .
Acara diakhiri dengan
penandatanganan prasasti
peresmian Gedung Poltekes dan
Kantor Kesehatan Pelabuhan. (isti)

Kegiatan pada hari pertama
dilanjutkan dengan Membuka Rapat
Kerja Kesehatan Daerah Provinsi
Gorontalo,
Peresmian
Kantor
Politeknik Kesehatan Gorontalo,
dan Peresmian Kantor
Kesehatan
Pelabuhan

Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp JP (K) didampingi Gubernur Gorontalo Dr. Ir Fadel Muhammad dan Kadinkes Provinsi Gorontalo dr
H Suhardi M Nur, MM diterima Direktur RS Aloei Saboe, dr. Nurindah Rahim
Med!akom|Edisi XII|Agustus 2008| 15

LAPORAN UTAMA

SAVE PAPUA UNTUK MELINDUNGI RAKYAT PAPUA
DARI ANCAMAN KEMATIAN IBU DAN HIV/AIDS

H

ampir 50% ibu hamil di
perkampungan Papua berisiko
yang memerlukan pertolongan
tenaga kesehatan profesional. Selain
itu,
kasus-kasus penyakit dalam
kelompok ATM (HIV/Aids, Tuberkolosis
dan Malaria) dan kasus gizi buruk
tergolong tinggi dibanding dengan
daerah lain. Itu sebabnya Menkes
Dr. dr. Siti Fadilah Supari merancang
program Save Papua. Tujuannya
adalah
menyelamatkan
rakyat
Papua dari ancaman kematian ibu
melahirkan, kematian bayi, ancaman
penyakit HIV/AIDS, TBC, Malaria,
serta kasus gizi buruk. Program ini
merupakan implementasi UndangUndang Nomor 21 tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
dan Instruksi Presiden RI Nomor 5
tahun 2007 tentang Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan
Papua Barat. Dalam Inpres No. 5 Tahun
2007, disebutkan pembangunan
di Papua diprioritaskan pada lima
bidang yaitu :
1.

2.
3.
4.

5.

Pemantapan ketahanan pangan
dan pengurangan kemiskinan.
Peningaktan
kualitas
penyelenggaraan pendidikan.
Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan.
Peningkatan infra struktur dasar
guna meningkatkan aksesibilitas di
wilayah terpencil, pedalaman dan
perbatasan Negara.
Perlakuan khusus (airmative
action)
bagi
pengembangan
kualitas sumberdaya manusia
putra-putri asli Papua

Untuk
mengimplementasikanya,
Menkes membentuk Tim dan
menyusun kebijakan Save Papua atau
Percepatan Pembangunan Bidang
Kesehatan Tanah Papua (P2KTP)
meliputi dua tahap yaitu rencana
jangka pendek dan jangka panjang.
Jangka Pendek
Intervensi jangka pendek, dibagi
dalam dua kegiatan besar yaitu
kegiatan Mobile Clinic dan Penguatan
Sistem Pelayanan Kesehatan yang ada
Kegiatan Tim Mobile Clinic dan
kegiatan penguatan sistem pelayanan
kesehatan yang ada merupakan upaya
penguatan dari berbagai kegiatan yang
telah dilaksanakan dan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang ada.
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk
segera mengatasi beberapa masalah
kesehatan seperti masalah TBC,
16 |Med!akom|Edisi XIII|Agustus 2008

malaria, HIV/AIDS, kesehatan ibu dan
anak, serta penanggulangan masalah
gizi.
Mobile Clinic
Sebagai satu upaya untuk menjangkau
masyarakat di wilayah terpencil dan
mempercepat upaya penanganan
masalah kesehatan di Provinsi Papua
dan Papua Barat
seperti TBC,
Malaria, HIV/AIDS, Kesehatan Ibu
dan Anak, serta Gizi. Pelayanan ini
merupakan kegiatan awal yang akan
diikuti kegiatan pelayanan rutin oleh
Puskesmas sebagai upaya tindak lanjut.
Sambil membangun sistim pelayanan
kesehatan yang diharapkan.
Pelayanan dengan menggunakan
klinik bergerak (Mobile Clinic) dari
kampung ke kampong. Pelayanan
mencakup seluruh penduduk di
kampong. Pelayanan diutamakan
bersifat early diagnosis dan promp
treatment (termasuk bila ditemukan
kasus atau penyakit lainnya).
Lingkup pelayanan : Penyakit menular
(HIV/AIDS, TBC, Malaria,dan Imunisasi),
Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, dan
Promosi Kesehatan
Tim mobile clinic diupayakan dari
tenaga local terdiri dari : 1 Dokter, 1
Bidan, 1 Perawat, 1 Laboran, 1 Gizi/
survainance atau Petugas kesehatan
lainnya.
Tim mobile clinik dilengkapi dengan
Alat dan bahan yang dibutuhkan
berupa : Alat dan reagen Laboratorium
(HIV/AIDS, TBC dan Malaria), Obat
program, Peralatan pemeriksaan KIA,
Peraltan pemeriksaan Gizi, Obat dan
bahan ( habis pakai, kontak/makanan
pendamping ASI).
Cara kerja tim mobile clinic, yaitu
setiap kampung dikunjungi dua kali
dalam tiga bulan sesuai dengan rute
yang telah ditetapkan. Kegiatannya
berupa
penemuan kasus yang
dilakukan dengan 3 kali rapid test
HIV/AIDS, rapid test TB, Active case
inding malaria, KIA meliputi :
pelayanan Antenatal, persalinan, Nifas,
Neonatal, pemeriksaan bayi dan Balita
dan pemeriksaan kesehatan lainnya.
Selain itu juga dilakukan tatalaksana
kasus yang ditemukan, promosi (KIE &
Konseling) dan kasus-kasus yang tidak
bida ditangani dilakukan rujukan
Sebelum melakukan tugas, tenaga
mobile clinic memperoleh pelatihan
dilakukan secara regional di Provinsi
Papua dan Papua Barat dengan
materi dasar : Dasar-dasar Survival,
Penanganan Kasus Gawat Darurat,
Penanganan
Penyakit
Menular

(HIV/AIDS, TBC, Malaria, Frambusia),
Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi, Balita,
Tatalaksana Kasus Gizi, Promosi
Kesehatan dan Kerja sama tim.
Dalam
pelaksanaannya,
setiap
Kabupaten/ kota dibentuk 2 tim mobile
clinic. Tugasnya adalah kunjungan ke
kampung selama kurang lebih 3 hari
tiap kampung, memberikan paket
pelayanan kesehatandan promosi
kesehatan, transfer pelayanan dan
rujukan ke Puskesmas dan RS. Putaran
(siklus): Setelah paket pelayanan
di kampung (15 hari) selesai, tim
kembali ke Base Camp 5 hari (istirahat,
mengisi perbekalan dan melengkapi
administrasi dan laporan). Setiap
kampung dikunjungi 2 kali/ 3 bulan.
Penguatan Sistem yang ada
Penguatan sistim pelayanan yang
ada diarahkan untuk memperkuat
Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai
sarana rujukan serta membina kader
untuk mendukung kelanjutan program
tersebut. Rumah sakit dan puskesmas
menerima dan merawat dengan baik
pasien rujukan yang ditemukan oleh
tem mobile clinic maupun pasien yang
secara aktif datang langsung, baik
kasus HIV/AIDS, TBC, Malaria maupun
Kesehtan ibu, KesehatanAnak dan
Gizi.
Rencana Jangka Panjang









Pengiriman tugas belajar putra
daerah terbaik untuk mengikuti
pendidikan dokter, keperawatan
dan tenaga kesehatan lainnya
sesuai kebutuhan.
Pengiriman tugas belajar melalui
program pendidikan spesialis
berbasis
kompetensi,
yaitu
pengiriman tugas belajar dokter
putra daerah yang telah bekerja,
baru selesai pendidikan/ yang akan
diangkat menjadi PNS, dokter
pasca PTT, PNS yang telah bekerja
di Kawasan Timur Indonesia (KTI)
dan bersedia bekerja di KTI setelah
menjalani pendidikan.
Mengembangkan
RSUD
di
Kawasan Timur Indonesia sebagai
Rumah Sakit Ailiasi/ Satelit
Pendidikan serta pengembangan
kompetensi SDM RSUD secara
berkesinambungan
sesuai
kemampuan dan kebutuhan.
Pemberdayaan Masyarakat.
PHBS (perilaku hidup bersih dan
sehat) (Smd)

LAPORAN UTAMA

Menkes Prioritaskan Tingkat
Kesehatan Masyarakat Papua
Masalah kesehatan di Tanah Papua mendapat
perhatian khusus Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.

Pertemuan Menkes Dr. Siti Fadilah Supari dengan para Bupati Papua

U

ntuk menyukseskanprogram itu, pemerintah
melalui Depkes mengalokasikan anggaran sebesar Rp700
miliar. “Situasi Papua sangat khusus,
tidak bisa hanya dengan pelayanan
standar seperti di Jawa. Pelayanan
kesehatan masyarakat harus bisa
mencapai kelompok- kelompok
masyarakat yang terpencar-pencar
dan terpencil di seluruh Papua.
Semua desa di Papua harus menjadi
desa siaga,” ujar Siti, beberapa waktu
lalu.
Siti menambahkan, program Save
Papua P2KTP sudah digelar mulai

Juli 2008. Dana dan SDM semua
sudah ada. Menkes menjelaskan
itu usai bertemu dengan sejumlah
bupati dan pejabat Pemda Papua, di
Kantor Depkes Jakarta. “Pelaksanaan
program kali ini akan lebih
memfokuskan pada upaya pemetaan
(maping) kondisi sebaran penyakit
di daerah ujung timur nusantara itu.
Kalau semua data telah terpetakan,
baru langkah pengobatan dapat
segera dilakukan”, tambah Menkes.
Beberapa masalah kesehatan yang
terjadi di Papua, jelas Menteri dari
Partai Amanat Nasional (PAN) ini di
antaranya meningkatnya prevalensi

HIV/AIDS (ketiga tertinggi di
Indonesia),