Analisis Penggunaan Polisemi Pada Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007

Halaman 105
❏ Marini Nova Siska Naibaho
❏ Dardanila

Analisis Penggunaan Polisemi pada
Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007

ANALISIS PENGGUNAAN POLISEMI
PADA HARIAN MEDAN BISNIS EDISI AGUSTUS 2007 1
Marini Nova Siska Naibaho dan Dardanila
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Abstract
This paper aimed to make an analysis of polysemic matter found on August 2007 edition of
daily Medan Medan Bisnis. The purposes to be maintained mainly are: to know about
polysemic matter found and to describe the polysemic types found in the above mentioned
Newspaper. The data collected by using observation method, while in data analysing it was
distributional method. The theory was by following Abdul Chaerconcepts for semantics,
polysemy, and types of words. The achievement lastly from this analysis is that there are
three kinds of polysemy found in the above mentioned newspaper. They arepolysemic verbs
(46,7%), polysemic nouns (33,3%), and polysemic adjectives (20%). So it was a tendency in

daily Medan Bisnis, August 2007 to use verbs in usage.
Key words: semantics, polysemy, types of words

1. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Bahasa terus
berkembang sesuai dengan perkembangan
pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian bahasa
diwujudkan di dalam bentuk kata – kata dan
kalimat. Manusialah yang menggunakan kata,
kalimat dan manusia yang menambah kosakata
sesuai dengan kebutuhan.
“Bahasa dan masyarakat mempunyai
hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan
karena bahasa adalah sistem lambang bunyi
arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok
sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri” (Kridalaksana 1982 : 2).
Maksud sistem lambang bunyi yang arbitrer yakni
tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai

hal yang menandai, berwujud kata atau leksem
dengan benda atau konsep yang ditandai yaitu
referensi dari kata atau leksem tersebut.
“Kearbitreran lambang bahasa dapat
menyebabkan orang dalam sejarah linguistik
menelantarkan penelitian mengenai makna” (Chaer
1995 : 1). Namun, mengenai makna menjadi
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari studi
linguistik lainnya. Hal itu terjadi karena orang
mulai menyadari bahwa kegiatan berbahasa
sesungguhnya adalah kegiatan mengekspresikan
lambang dua bahasa untuk menyampaikan makna
– makna yang ada pada lambang tersebut, kepada
lawan bicara (dalam berkomunikasi lisan) atau
pembaca (dalam komunikasi tulis).

Dalam kehidupan sehari–hari kita harus
berkomunikasi dengan baik. Alat komunikasi yang
kita gunakan adalah bahasa. Bahasa yang kita
sampaikan akan lancar jika bahasa tersebut berupa

kata–kata yang memiliki makna yang jelas. Oleh
karena itu, bahasa merupakan alat pemersatu
antara seseorang dengan yang lainnya.
“Salah satu bahasa yang ada hubungan
kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata
atau satuan bahasa lainnya adalah polisemi atau
kegandaan makna” (Chaer 1995: 101).
Menurut Aminuddin (200: 123) polisemi
adalah hubungan antara bentuk kebahasaan dengan
perangkat makna. Misalnya, kata berjalan dapat
mengandung
makna
(1)
terlaksana,
(2)
berlangsung, dan (3) dengan alat. Makna tersebut
dapat dilihat dalam kalimat berikut:
(1) Ali pergi ke sekolah berjalan kaki.
Makna kata berjalan adalah dengan alat.
(2) Acara itu telah berjalan dengan sukses.

Makna kata berjalan adalah terlaksana.
(3) Pesta adat itu berjalan hingga pukul 18.00 WIB.
Makna kata berjalan adalah berlangsung..
Pada kalimat (1) terkandung makna
aslinya, sedangkan pada kalimat (2) dan kalimat
(3) kata berjalan berubah maknanya tetapi masih
mempunyai pertalian dengan makna aslinya
walaupun sedikit dan dapat disebut sebagai
polisemi.
Surat kabar merupakan salah satu sumber
informasi tertulis yang dapat memberikan
informasi berbagai hal dan peristiwa. Sebagai

❏ Marini Nova Siska Naibaho
❏ Dardanila
sumber informasi yang penting, surat kabar
memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam
perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa yang
digunakan haruslah bahasa lugas yang dapat
dipahami dengan baik sehingga informasi yang

disampaikan kepada pembaca sesuai dengan apa
yang diharapkan penulis. Informasi yang jelas dan
akurat akan diperoleh dari pemilihan kata dan
kalimat yang tepat

2. TEORI
2.1 Semantik
Chaer (1995: 2) menyatakan bahwa kata semantik
dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Yunani “ Sema “ (kata benda) yang berarti “ tanda
“ atau “ lambang “. Kata kerjanya adalah semaino
yang berarti “ menandai “ atau “ melambangkan “.
Yang dimaksud dengan tanda atau lambang
sebagai padanan kata “ sema ” adalah tanda
linguistik. Kata semantik yakni sebagai istilah
yang digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda – tanda
linguistik dengan hal – hal yang ditandainya atau
bidang studi linguistik yang mempelajari makna
atau arti dalam bahasa. Semantik juga dapat

diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang
arti. Oleh karena itu, makna merupakan objek
semantik.
Pengertian makna berbeda dengan arti di
dalam semantik. Makna adalah pertautan yang ada
diantara unsur – unsur bahasa itu sendiri (terutama
kata–kata). Lyons (1977: 204) menyebutkan
bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu
kata ialah memahami kajian kata tersebut yang
berkenaan dengan hubungan – hubungan makna
yang dibuat kata tersebut berbeda dari kata – kata
lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna
leksikal dari kata itu sendiri yang cenderung
terdapat di dalam kamus sebagai leksem.
Mempelajari makna pada hakikatnya
berarti mempelajari bagaimana setiap pengguna
bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling
mengerti. Untuk menyusun kalimat yang dapat
dimengerti, sebagian pengguna bahasa dituntut
agar menaati kaidah gramatikal dan tunduk pada

kaidah pilihan kata menurut leksikal yang berlaku
di dalam suatu bahasa.
Makna sebuah kalimat sering tidak
bergantung pada sistem gramatikal dan leksikal
saja tetapi bergantung pada kaidah wacana. Makna
sebuah kalimat yang baik pilihan katanya dan
susunan gramatikalnya sering tidak dapat dipahami
tanpa memperhatikan hubungannya dengan
kalimat lain dalam sebuah wacana.
Contoh: “ terima kasih “ bermakna “ tidak mau “
dalam situasi jamuan makan atau minum,
bila kita ditawari sesuatu pada jamuan
itu.

Halaman 106
Analisis Penggunaan Polisemi pada
Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007
Kata laki – laki secara leksikal memiliki
makna sama dengan pria. Maknanya akan berbeda
bila dilihat hubungannya dengan unsur lain secara

gramatikal.
(4) Laki – laki itu suaminya.
(5) Ih, dasar laki – laki !
Pada ekspresi (4) bermakna kebapaan,
sedangkan kata laki – laki pada ekspresi (5)
memiliki makna tamak, rakus, tidak sesuai dengan
kodrat kebapaan (makna konotatif).
Semantik juga bermanfaat bagi kita.
Manfaat semantik itu tergantung dari bidang apa
yang kita geluti dalam tugas sehari – hari.
1. Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau
orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
persuratkabaran dan pemberitaan, mereka
akan memperoleh manfaat praktis dari
pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan
semantik akan memudahkannya dalam
memilih dan menggunakan kata dengan
makna yang tepat dalam menyampaikan
informasi kepada masyarakat umum.
2. Bagi mereka yang berkecimpung dalam

penelitian bahasa, pengetahuan semantik akan
banyak memberi bekal teoritis kepadanya
untuk dapat menganalisis bahasa atau bahasabahasa
yang
sedang
dipelajarinya.
Pengetahuan teori harus dapat dipahami dan
dimiliki secara memadai. Tanpa pengetahuan
teori, tidak akan dapat dengan tepat
menjelaskan perbedaan dan persamaan
semantis antara dua bentuk kata serta
bagaimana menggunakan kedua bentuk kata
yang mirip itu dengan benar.
3. Bagi orang awam pada umumnya pengetahuan
yang luas tentang teori semantik tidaklah
diperlukan. Tetapi penggunaan dasar-dasar
semantik tentunya masih diperlukan untuk
dapat memahami dunia di sekelilingnya yang
penuh dengan informasi dan lalu lintas
kebahasaan.

2.2 Polisemi
Djajasudarma (1993 : 43) menyatakan bahwa
polisemi merupakan suatu kata memiliki lebih dari
satu makna. Misalnya, kata jalan yang berarti
“tempat berjalan” dan “kegiatan berjalan“. Makna
tersebut dapat dilihat dari kalimat berikut:
(6) Jalan ke rumah si Tuti rusak
(7) Jalan dulu, saya menyusul
Kata jalan pada kedua contoh tersebut
dikatakan polisemi karena memiliki makna ganda.
Pada kalimat (6) kata jalan bermakna “tempat
berjalan” sedangkan kalimat (7) kata jalan
bermakna “kegiatan berjalan”. Chaer (1995: 101)

Halaman 107
❏ Marini Nova Siska Naibaho
❏ Dardanila
menyatakan bahwa polisemi lazim diartikan
sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga
frase) yang memiliki makna lebih dari satu.

Misalnya, kata mata dalam bahasa Indonesia yang
memiliki makna yang banyak.
1. Mata manusia yang bermakna bagian organ
tubuh untuk melihat.
2. Mata air yang bermakna sumber keluarnya air.
3. Mata pencaharian yang bermakna pekerjaan
yang menghasilkan.
4. Mata angin yang bermakna arah letaknya
angin.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
dalam bahasa kata mata setidaknya mengacu
kepada 4 buah makna.
Contoh lain pada kata tangan yang
memiliki komponen makna, antara lain:
(8) Anggota tubuh manusia, seperti tangan Lulu
terkilir.
(9) Kegiatan mencuci tangan setelah bekerja atau
makan, seperti cuci tanganmu setelah makan
supaya tidak kotor.
(10) Berfungsi untuk memberi dan menerima
sesuatu, seperti pada frase tangan kanan.
Komponen makna (8) adalah makna asal
yang sesuai dengan referen, atau juga makna
leksikal dari kata itu. Komponen makna (9)
berkembang menjadi makna tersendiri untuk
menyatakan kegiatan mencuci tangan. Komponen
makna (10) juga berkembang menjadi makna
sendiri untuk menyatakan bagian dari segala
sesuatu yang berfungsi untuk memberi dan
menerima.
Jika kita perhatikan kata mata dan kata
tangan yang memiliki berbagai macam makna,
dapat dinyatakan bahwa makna - makna yang
banyak dari sebuah kata yang berbentuk polisemi
masih ada sangkut pautnya dengan makna asal
karena dijabarkan dari komponen makna yang ada
pada makna asal kata tersebut.
Di dalam meneliti penggunaan polisemi,
peneliti harus memiliki kosakata yang besar
jumlahnya karena pengertian yang akan digunakan
berbeda-beda satu dengan yang lain. Namun, hal
itu bukan persyaratan mutlak. Pada perkembangan
pemikiran manusia, secara bergelombang makna
dasar suatu kata berkembang, bertambah atau
berubah akibat pola pikir pengguna bahasa yang
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Hal
ini dapat juga menggambarkan perkembangan
bentuk polisemi dalam bahasa.
Makna ganda dapat membuat pendengar
atau pembaca ragu – ragu dalam menafsirkan
makna atau kalimat yang didengar atau dibaca.
Misalnya, jika kita mendengarkan orang

Analisis Penggunaan Polisemi pada
Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007
mengatakan pukul kita menjadi ragu – ragu.
Apakah yang dimaksud adalah (1) jam (pukul
delapan mereka berangkat), dan (2) kegiatan
memukul (pukul saja kalau memang berani).
Kesalahpahaman sering terjadi jika kita tidak
melihat konteks kalimat lebih dahulu.
Selain pendapat Chaer dan Djajasudarma
mengenai polisemi, ada beberapa pandangan
mengenai polisemi sebagai berikut:
1. Gorys (2006: 36) mendefinisikan bahwa
polisemi ialah satu bentuk mempunyai
beberapa makna.
2. Parera (2004: 81) mendefinisikan bahwa
polisemi ialah satu ujaran dalam bentuk kata
yang mempunyai makna berbeda – beda tetapi
masih ada hubungan dan kaitan antara maknamakna yang berlainan tersebut.
3. Usman (dalam Bandana 2002: 42) mengatakan
bahwa polisemi berarti suatu bentuk yang
memiliki makna lebih dari satu.
Dari pendapat para ahli di atas,
disimpulkan bahwa polisemi adalah makna ganda
yang saling berhubungan, berkaitan baik berupa
denotasi maupun konotasi, seperti contoh di bawah
ini:
(11) Tidak ada rezeki kita memancing hari ini.
(12) Sudah 3 tahun berumah tangga mereka belum
mendapat rezeki.
Kata rezeki pada (11) mempunyai arti
yang sebenarnya yaitu mempunyai rezeki, tetapi
pada (12) maknanya adalah makna kiasan yaitu
mempunyai anak karena anak merupakan rezeki
dari Tuhan, seperti juga harta, jabatan, dan lainlain.
Dari beberapa pendapat ahli di atas,
penelitian ini menggunakan pendapat Chaer dan
Djajasudarma mengenai polisemi.
Menurut Ullman (dalam Aminuddin),
terdapat beberapa unsur penyebab polisemi.
Unsur-unsur tersebut meliputi:
1. Spesifikasi dalam ilmu pengetahuan.
Misalnya: kata bentuk dalam bidang
kebahasaan, arsitektur, maupun seni rupa
memiliki maknanya sendiri-sendiri.
2. Spesialisasi penggunaan dalam kehidupan
sosial – masyarakat yang beraneka ragam,
sehingga kata jalan oleh para sopir diartikan
“bekerja“, oleh para pedagang diartikan
“berlangsung“.
3. Penggunaan dalam gaya bahasa.
Misalnya: puisi, sehingga kata darah dan beku
dalam baris puisi Chairil, Nanti darahku jadi
beku, telah mengalami penambahan maupun
perpindahan makna; dan

❏ Marini Nova Siska Naibaho
❏ Dardanila
4.

Dalam tuturan lisan maupun tulisan yang
salah, bentuk seperti kelapangan dapat
mengandung makna
“sesuatu yang lapang“ dan “pergi ke lapangan“.

Polisemi, selain dapat berakibat negatif
juga merupakan unsur positif. Disebut berakibat
negatif karena dapat menimbulkan kesalahan
penerimaan informasi. Disebut positif karena
memperkaya kandungan makna suatu bentuk
kebahasaan sehingga lebih jelas digunakan dalam
berbagai konteks yang berbeda. Oleh karena itu,
pengguna bahasa harus menghapal, mengingat,
dan menguasai banyak kata. Untuk memudahkan
beban ingatan pengguna bahasa, kata– kata
seharusnya:
1. Ditambah unsurnya, baik ditambah di sebelah
kiri atau ditambah di sebelah kanan, misalnya
kata kemeja. Jika. ditambah di sebelah kiri
terdapat urutan kata tangan kemeja yang
maknanya berbeda dengan makna kemeja.
Jika ditambah di sebelah kanan terdapat
urutan kata kemeja biru yang maknanya
berbeda dengan makna kata kemeja.
2. Leksem diberi imbuhan, misalnya leksem
datang menjadi berdatangan, didatangi,
mendatangi yang tentu saja maknanya tidak
sama lagi dengan makna datang.
3. Penggunaannya diperluas, misalnya kata
mengudara dapat digunakan di lingkungan
penerbangan dan di lingkungan siaran radio.
2.3 Jenis Kata
Kata merupakan masalah yang sering dihadapi
oleh para linguis dalam linguistik. Para pengguna
bahasa yang awam dengan mudah membentuk
kalimat-kalimat dengan kata dan dapat memisahmisahkan kalimat terhadap kata-kata. Begitu juga
terhadap orang pandai dapat menuliskan kalimatkalimat dan dengan mudah memisahkan kata-kata
antar sesamanya dalam tulisan mereka.
Adapun ciri-ciri kata yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, seperti:
1. Bloomfield (dalam Pateda 2001 : 134)
menggunakan kebebasan berdiri sendiri di
dalam ujaran sebagai ciri kata.
2. Hockett (dalam Pateda 2001 : 134)
menggunakan jeda dan dapat diisolasi.
3. Reichling (dalam Pateda 2001 : 134)
menggunakan ciri-ciri sebagai momen bahasa,
dapat dipisahkan, dapat dipindahkan, dan
dapat ditukar.
4. de Groot (dalam Pateda, 2001 : 134)
berpendapat ciri kata adalah berdiri sendiri
dan bermakna.
Berdasarkan
ciri-ciri
yang
telah
disebutkan di atas, kata adalah satuan ujaran yang

Halaman 108
Analisis Penggunaan Polisemi pada
Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007
berdiri sendiri dalam kalimat, dapat dipisahkan,
dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai
makna serta digunakan untuk berkomunikasi.
Di dalam KBBI (Depdikbud 1993 : 451)
kata bermakna sebagai berikut:
1. Unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan
pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa.
2. Ujar, bicara.
3. Morfem atau kombinasi morfem yang oleh
bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil
yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang
bebas.
4. Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri,
terjadi dari morfem tunggal atau gabungan
morfem.
Adapun penggolongan kata yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:
Alwi (dalam Bandana 2002: 78-79)
membagi kelas kata ke dalam empat kelompok
kata yaitu:
1. Verba (kata kerja), yaitu kata yang berfungsi
sebagai predikat dalam tataran klausa atau
kalimat. Misalnya: mandi, makan.
2. Nomina (kata benda), yaitu kata yang
mengacu pada manusia, binatang, benda,
konsep, atau pengertian. Misalnya: pedagang,
tikus, buku, dan komputer.
3. Adjektiva (kata sifat), yaitu:
a. Kata yang dapat bergabung dengan
partikel sekali, tidak, sangat seperti tidak
jahat.
b. Kata yang dapat mendampingi nomina,
seperti: guru baik, anak malas.
c. Kata yang dapat didampingi partikel
sekali, seperti: jelek sekali, hancur sekali.
4. Adverbia (kata keterangan).
Berdasarkan ciri bentuk dan kelompok
kata, Keraf (dalam Ramlan 1985: 44-46)
menggolongkan kata-kata menjadi empat golongan,
yaitu:
1. Kata benda.
Berdasarkan bentuknya, semua kata yang
mengandung morfem terikat atau imbuhan ke-an,
pe-an, pe-, -an, ke- merupakan calon kata benda.
Misalnya: perumahan, perbuatan, kecantikan,
pelari, jembatan, kehendak, dan lain – lainnya.
Berdasarkan kelompok kata, kata benda
mempunyai ciri dapat diperluas dengan yang +
kata sifat. Jadi, yang disebut kata benda adalah
semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas
dengan yang + kata sifat. Kata ganti merupakan
sub golongan kata benda.

Halaman 109
❏ Marini Nova Siska Naibaho
❏ Dardanila
2.

Kata Kerja.
Berdasarkan bentuknya, semua kata yang
mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, -i, didicalonkan sebagai kata kerja. Berdasarkan
kelompok kata, semua jenis kata dapat diperluas
dengan kelompok kata dengan + kata sifat
termasuk golongan kata kerja. Misalnya, kata
berjalan,
menyanyi,
tidur,
mendengar,
memperbaiki, dan sebagainya.
3.

Kata Sifat.
Berdasarkan bentuknya, semua kata dapat
menggunakan se + reduplikasi kata dasar + nya
dicalonkan sebagai kata sifat, misalnya kata
setinggi –tingginya. Berdasarkan kelompok kata
semua kata sifat dapat diterangkan oleh kata
paling, lebih, sekali. Kata bilangan merupakan sub
golongan kata sifat.
4.

Kata Tugas
Berdasarkan bentuknya kata tugas sukar
sekali mengalami perubahan bentuk. Misalnya:
kata dengan, telah, dan, tetapi. Ada juga yang
dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya kata
tidak, sudah.
Berdasarkan kelompok kata, kata tugas
hanya mempunyai tugas untuk memperluas
transformasi kalimat. Kata tugas tidak dapat
menduduki fungsi – fungsi pokok dalam sebuah
kalimat dan tidak dapat membentuk kalimat
meskipun ada juga kata tugas yang dapat
membentuk kalimat. Misalnya: sudah, belum,
tidak, bukan.
Berdasarkan empat kategori kata yang
dikemukakan oleh Alwi (dalam Bandana, 2002)
dan Gorys Keraf (dalam Ramlan 1985 : 44 – 46)
peneliti menggunakan teori Alwi dan Gorys Keraf
berdasarkan kelas kata verba (kata kerja), nomina
(kata benda), dan adjektiva (kata sifat) dalam
penelitian ini.

3. POLISEMI
DALAM
HARIAN
MEDAN BISNIS EDISI AGUSTUS
2007
Berdasarkan kategori kata polisemi dalam harian
Medan Bisnis edisi Agustus 2007 dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu (1) Polisemi Verba, (2)
Polisemi Nomina, (3) Polisemi Adjektiva. Kalimat
yang mengandung polisemi yang terdapat dalam
harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 adalah
sebagai berikut:
(13) Akhirnya Amandemen ke – 5 UUD 1945
diusulkan akhirnya kandas ditengah jalan.
(14) Aturan obligasi perbankan segera terbit
dengan dikeluarkannya aturan dari Bank
Indonesia.

Analisis Penggunaan Polisemi pada
Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007
(15) Akhirnya Inter Milan berhasil tendang AC
Milan dari posisi puncak.
(16) Tahun 2008 cadangan devisa tembus US$ 66
miliar.
(17) Pemerintah ancam pangkas anggaran dana
alokasi umum jika masih disimpan di SBI.
PT Danareksa mendorong investor domestik
untuk terjun dalam transaksi saham dipasar
modal agar persentase investor dalam negeri
semakin besar dalam pasar modal.
(18) Dalam upaya menyukseskan program
ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan,
aparat fiskus akan aktif menyisir pusat bisnis
mengikuti pusat perbelanjaan dan pertokoan,
termasuk di kota Medan.
(19) Rudd mengatakan ia sudah menduga rating
pribadinya akan rontok sebagai akibatnya.
(20) Stiker
Jerman
Miroslav
Klose
menyelamatkan muka Bayern Munich Senin
dengan mencetak gol untuk menyamakan
atas klub papan bawah Wacker Burghausan
ketika klubnya itu akhirnya menang 4 – 3
dalam adu tendangan penalti pada putaran
kedua piala Jerman.
(21) Hal tersebut disampaikan Ketua Umum
Gabungan Elektronika (Gabel) Rahmat
Gobel
dalam
workshop
fasilitas
pengembangan iklim usaha elektronika.
(22) Namun, aneh bila kini elit Golkar bereaksi
negatif karena perbedaan kacamata yang
sangat tajam padahal itu merupakan sebuah
proses demokrasi.
(23) Kegagalan meraih nilai penuh di laga
pertama harus dijadikan cambuk oleh
Manchester United.
(24) Saya rasa, faktor nonteknis yang menjadi
kunci sukses tim kami menjadi juara.
(25) Sridhar tampil gemilang dan berhasil
menyamakan kedudukan dan bahkan sempat
memaksa deuce.
(26) Saat
dikonfirmasi,
Gading
sempat
membantah, “Ah, tidak mungkin papa bilang
semacam itu. Aku masih yakin dengan
agamaku, “ tuturnya dengan mulus.
(27) Pengalaman pahit masa lalu dijanjikan tidak
lagi terulang.
3.1

Jenis Kata yang Polisemi dalam Harian
Medan Bisnis Edisi Agustus 2007
3.1.1 Polisemi Verba (Kata Kerja)
Secara sintaksis, verba berfungsi sebagai
predikat atau sebagai inti predikat dalam tataran
klausa atau kalimat yang berupa perbuatan dan
keadaan yang tidak dapat diawali kata ter(paling). Berdasarkan bentuknya, semua kata yang
mengandung imbuhan me-, ber-, -kan,-I, didicalonkan sebagai kata kerja. Contoh kata – kata

❏ Marini Nova Siska Naibaho
❏ Dardanila
polisemi verba yang terdapat dalam harian Medan
Bisnis edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut:
(28) a. Akhirnya Amandemen ke – 5 UUD 1945
diusulkan akhirnya kandas di tengah jalan.
b. Kapal itu kandas di tepi pelabuhan.
Dari contoh di atas makna kandas pada (a) adalah
gagal, tidak berhasil. Sedangkan makna leksikal
pada (b) adalah terlanggar pada dasar laut.
Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut
polisemi.
(29) a. Aturan obligasi perbankan segera terbit
dengan dikeluarkannya aturan dari Bank
Indonesia.
b. Matahari yang terbit di timur selalu
menjadi pemandangan yang sangat indah
di pulau Dewata.
Dari contoh di atas makna terbit pada (a) adalah
dibuat, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah
timbul, naik, keluar sehingga kalimat (a) dan
kalimat (b) disebut polisemi.
(30) a. Akhirnya Inter Milan berhasil tendang AC
Milan dari posisi puncak.
b. Nenek tua yang sedang berjalan kena
tendang bola.
Dari contoh di atas makna tendang pada (a) adalah
menggeser. Sedangkan makna leksikal pada (b)
adalah sepak, terjang. Sehingga kalimat (a) dan
kalimat (b) disebut polisemi.
(31) a. Tahun 2008 cadangan devisa tembus US$
66 miliar.
b. Peluru yang ditembak ke dadanya tembus
sampai ke tulangnya.
Dari contoh di atas makna tembus pada (a) adalah
mencapai. Sedangkan makna leksikal pada (b)
adalah masuk sampai (keluar). Sehingga kalimat
(a) dan kalimat (b) disebut polisemi.
(32) a. Pemerintah ancam pangkas anggaran dana
alokasi umum jika masih disimpan di SBI.
b. Akibat tidak pernah pangkas, sekarang
rambutnya bertambah panjang.
Dari contoh di atas makna pangkas pada (a) adalah
memperkecil. Sedangkan makna leksikal pada (b)
adalah bergunting (rambut). Sehingga kalimat (a)
dan kalimat (b) disebut polisemi.
33) a. Dalam upaya menyukseskan program
ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan,
aparat fiskus akan aktif menyisir pusat
bisnis mengikuti pusat perbelanjaan dan
pertokoan, termasuk di kota Medan.
b. Wanita cantik itu menyisir rambut dari
ujung rambut.

Halaman 110
Analisis Penggunaan Polisemi pada
Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007
Dari contoh di atas makna menyisir pada (a) adalah
menertibkan. Sedangkan makna leksikal pada (b)
adalah merapikan dengan sisir. Sehingga kalimat
(a) dan kalimat (b) disebut polisemi.
(34) a. Rudd mengatakan ia sudah menduga
rating pribadinya akan rontok sebagai
akibatnya.
b. Musim kemarau telah membuat daun
pepohonan rontok.
Dari contoh di atas makna rontok pada (a) adalah
menurun. Sedangkan makna leksikal pada (b)
adalah gugur.Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b)
disebut polisemi.
3.1.2 Polisemi Nomina (Kata Benda)
Kata benda yaitu kata yang mengacu pada
manusia, binatang, benda, konsep, atau pengertian.
Dalam kalimat yang predikatnya verba cenderung
menempati fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Kata benda juga dapat diikuti oleh adjektiva.
Semua kata mengandung morfem terikat atau
imbuhan ke – an, pe – an, pe-, -an, ke- merupakan
calon kata benda. Contoh kata – kata polisemi
nomina yang terdpat dalam harian Medan Bisnis
edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut:
(35) a. Stiker Jerman Miroslav Klose menyelamatkan
muka Bayern Munich Senin dengan
mencetak gol untuk menyamakan atas
klub papan bawah Wacker Burghausan
ketika klubnya itu akhirnya menang 4 – 3
dalam adu tendangan penalti pada putaran
kedua piala Jerman.
b. Setiap pagi ia membasuh muka dengan air
hangat.
Makna muka pada (a) adalah harga diri, sedangkan
makna leksikal pada (b) adalah bagian depan
kepala, dari dahi atas sampai ke dagu dan dari
telinga yang satu ke telinga yang lain sehingga
kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi.
(36) a. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum
Gabungan Elektronika (Gabel) Rahmat
Gobel
dalam
workshop
fasilitas
pengembangan iklim usaha elektronika.
b. Indonesia merupakan negara yang
mempunyai iklim tropis.
Makna iklim pada (a) adalah suasana, keadaan,
sedangkan makna leksikal pada (b) adalah keadaan
hawa (suhu, kelembapan) sehingga kalimat (a) dan
kalimat (b) disebut polisemi.
(37) a. Namun, aneh bila kini elit Golkar bereaksi
negatif karena perbedaan kacamata yang
sangat tajam padahal itu merupakan
sebuah proses demokrasi.
b. Dia memakai kacamata yang sangat kecil.

Halaman 111
❏ Marini Nova Siska Naibaho
❏ Dardanila

Analisis Penggunaan Polisemi pada
Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007

Makna kacamata pada (a) adalah pandangan
seseorang terhadap suatu hal ditinjau dari sudut
tertentu, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah
lensa tipis untuk mata guna menormalkan dan
mempertajam penglihatan sehingga kalimat (a) dan
kalimat (b) disebut polisemi.

b. Kulit tubuhnya kelihatan mulus tanpa ada
noda.
Dari contoh di atas makna mulus pada (a) adalah
jujur, tulus. Sedangkan makna leksikal pada (b)
adalah halus. Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b)
disebut polisemi.

(38) a. Kegagalan meraih nilai penuh di laga
pertama harus dijadikan cambuk oleh
Manchester United.
b. Pennjahat yang tertangkap kemarin
dikenai cambuk oleh polisi.
Makna cambuk pada (a) adalah sesuatu yang dapat
menimbulkan dorongan untuk maju (lebih baik),
sedangkan makna leksikal pada (b) adalah cemeti
yang besar sehingga kalimat (a) dan kalimat (b)
disebut polisemi.

(42) a. Pengalaman pahit masa lalu dijanjikan
tidak lagi terulang.
b. Setelah diminum ternyata kopi itu terasa
pahit.
Makna pahit pada (a) adalah sedih, tidak
menyenangkan hati, sedangkan makna leksikal
pada (b) adalah rasa tidak sedap sehingga kalimat
(a) dan kalimat (b) disebut polisemi.

(39) a. Saya rasa, faktor nonteknis yang menjadi
kunci sukses tim kami menjadi juara.
b. Kunci pintu depan hilang di tengah jalan.
Makna kunci pada (a) adalah sesuatu yang dipakai
untuk menentukan kalah menang, sedangkan
makna leksikal pada (b) adalah alat yang terbuat
dari logam untuk membuka atau mengancing pintu
dengan cara memasukkan ke dalam lubang
sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut
polisemi.
3.1.2 Polisemi Adjektiva (Kata Sifat)
Kata sifat adalah kategori yang ditandai
dengan
1. bergabung dengan partikel tidak.
2. mendampingi nomina.
3. di dampingi partikel sekali.
Semua kata yang dapat menggunakan se
+ reduplikasi kata dasar + nya dicalonkan sebagai
kata sifat.
Contoh kata-kata polisemi adjektiva
dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007
adalah sebagai berikut:
(40) a. Sridhar tampil gemilang dan berhasil
menyamakan kedudukan dan bahkan
sempat memaksa deuce.
b. Karirnya semakin gemilang sejak ia
membuka usaha restoran di sekitar
kampus.
Makna gemilang pada (a) adalah bagus, baik
sekali, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah
bersinar sehingga kalimat (a) dan kalimat (b)
disebut polisemi.
(41) a. Saat dikonfirmasi, Gading sempat
membantah, “Ah, tidak mungkin papa
bilang semacam itu. Aku masih yakin
dengan agamaku,“ tuturnya dengan
mulus.

4. SIMPULAN
Setelah melihat keterangan di atas, dapat
dinyatakan bahwa harian Medan Bisnis edisi
Agustus 2007 memiliki tiga kelas kata polisemi
yakni polisemi verba (kata kerja) sebanyak 46,7%,
polisemi nomina (kata benda) sebanyak 33,3%,
polisemi adjektiva (kata sifat) sebanyak 20%. Oleh
karena itu, polisemi pada harian Medan Bisnis
edisi Agustus 2007 lebih cenderung menggunakan
kata kerja.
-------------------------------Catatan:
1
Artikel ini merupakan ringkasan dari skripsi
yang telah dipertahankan di hadapan dewan
penguji pada 28 Desember 2007 di
Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra
USU dengan pembimbing utama Drs. Kabar
Bangun dan pembimbing pendamping Dra.
Dardanila, M.Hum.

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2001. Semantik Pengantar Studi
Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru.
Bandana, dkk. 2002. Polisemi dalam Bahasa Bali.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Chaer Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1.
Pengantar Ke arah Ilmu Makna. Bandung:
Refika.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik.
Jakarta: Gramedia.

❏ Marini Nova Siska Naibaho
❏ Dardanila

Halaman 112
Analisis Penggunaan Polisemi pada
Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007

Lyons, John. 1077. Semantics 1. Cambridge:
Cambridge University Press.

Ramlan, M. 1985. Penggolongan
Yogyakarta: Andi Offset.

Parera, Daniel Jos. 2004. Teori Semantik. Jakarta:
Erlangga.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik
Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta:
Rineka Cipta.

Sumber Data:
Surat Kabar Medan Bisnis edisi Agustus 2007

Kata.