bahasa indonesia.pdf

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)
BERBANTUAN MEDIA MOVIE UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
1)

Suluk Fithria Nur Rahman; 2)Sudarno Herlambang; 3)Purwanto
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang

ABSTRAK
Penelitian menggunakan model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) Berbantuan Media Movie. Tujuan penelitian untuk
mengetahui dapat tidaknya model pembelajaran ini meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas X-D SMAN 2 Trenggalek berjumlah
35 siswa. Tahapan setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan keaktifan
belajar siswa meningkat dari 77,78% siklus I menjadi 88,70% siklus
II. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 76,09 siklus I
menjadi 86,63 siklus II.
Kata Kunci: keaktifan, hasil belajar, PBI, media movie.

ABSTRACT
The research using learning model of Problem Based Instruction
(PBI) with movie media assistance.The purpose of this research is to
know weather the learning model can improve student effectiveness
and learning result in the geography subject. Research subject is the
student in the 10th-D grade of SMAN 2 Trenggalek with the
population number is 35 students. The step in each cycle including
designing, acting, observation and reflection. Research result shows
that the effectiveness of student learning is improve from 77.78% in
the cycle I become 88.70% in the cycle II. The average of student
learning result is improve from 76.09 in the cycle I become 86.63 in
the cycle II.
Keywords: effectiveness, learning result, PBI, movie media
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan
suatu negara. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan kualitas
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi dapat
meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia. Peningkatan dan pembaharuan di
dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan


1)
2)
3)

Mahasiswa Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang
Dosen Jurusan Geografi
Dosen Jurusan Geografi

nasional Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam
bidang pembaharuan model pembelajaran maupun pembaharuan dalam bidang
teknologi media pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas.
Ketidaktertarikan pada mata pelajaran, siswa yang merasa cepat bosan karena
metode pembelajaran yang kurang menarik, partisipasi siswa yang kurang dalam
kegiatan-kegiatan pembelajaran dan tidak adanya variasi dalam penyampaian
materi pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut guru dapat
menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan
media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa.

Diedrich (dalam Hamalik 2008 : 172-173) menyatakan bahwa macammacam aktifitas siswa antara lain visual activities, oral activities, listening
activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities,
emotional activities. Slameto (2001:57) menggolongkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor intern
(dalam) dan faktor-faktor ekstern (luar). Faktor intern ini dibedakan menjadi tiga
faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan
faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media
movie merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu permasalahan di
dalam kehidupan sehari-hari untuk diidentifikasi dan dipecahkan, tidak hanya
terpusat pada penguasaan materi. Model pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) berbantuan media movie mendorong siswa untuk menganalisis masalah,
mencari informasi, menyusun hipotesis, serta memecahkan masalah dengan
bantuan tayangan video maupun film dalam mengidentifikasi suatu permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang
diadaptasi dari Ibrahim dan Nur (2004) yaitu mampu meningkatkan motivasi
siswa dalam pembelajaran, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah,
mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain,


2

melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan
siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai
fenomena tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan
media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan
guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri.
Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri
dalam kehidupan kelak.

METODE PENELITIAN
Penelitian penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) berbantuan media movie untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa mata pelajaran geografi kelas X-D SMA Negeri 2 Trenggalek merupakan
penelitian tindakan (action research) dan menggunakan rancangan Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan memiliki dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri
dari 2 x pertemuan. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini terdiri dari empat
komponen meliputi: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, 4) refleksi.

Perencanaan tindakan meliputi memilah media movie yang sesuai dengan
materi, mengembangkan sistem penilaian, membuat skenario pembelajaran yang
berisi langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dan tertuang pada
RPP, menyusun kisi-kisi soal tes dan kisi-kisi soal diskusi yang telah
dikonsultasikan

dengan

guru

bidang

studi

untuk

menunjang

kegiatan


pembelajaran, mempersiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi
yang digunakan untuk mencatat setiap proses pembelajaran dengan model PBI
berbantuan media movie, menyusun soal tes hasil belajar siswa.
Pada pelaksanaan tindakan, secara sekilas memiliki tahapan: 1) tahap
penyajian materi, 2) tahap belajar kelompok, menampilkan movie atau film, siswa
menganalisis pokok-pokok yang terkandung dalam film tersebut, 3) Pada tahap
akhir kegiatan guru memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa selama
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBI
berbantuan media movie. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

3

tindakan. Aspek yang diamati adalah segala aktivitas siswa dalam proses belajar
siswa pada baik dalam hal kerjasama antar siswa dan ketepatan waktu dan hasil
dalam mengerjakan soal.
Tindakan refleksi digunakan untuk memahami segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses dan hasil belajar dari pemberian tindakan pada tiap
siklus. Tindakan yang akan dilaksanakan dalam tahap ini antara lain: 1)
mengumpulkan dan menganalisis data hasil observasi yang telah dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung, 2) melakukan refleksi dengan mengkaji proses

apa yang telah terjadi, atau belum terjadi, apa yang telah dihasilkan, dan tindakan
apa yang nantinya perlu dilakukan, 3) hasil dari refleksi digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya yang akan dilaksanakan pada siklus dua sebagai
upaya perbaikan dari siklus satu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SMA Negeri 2 Trenggalek berlokasi di jalan Soekarno-Hatta Gang Siwalan
Trenggalek. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X-D SMAN 2 Trenggalek.
Subjek penelitian yang akan digunakan adalah seluruh siswa kelas X-D SMAN 2
Trenggalek dengan jumlah 35 siswa. Peneliti memilih kelas X-D SMAN 2
Trenggalek karena siswa kelas X-D kebanyakan pasif sehingga keaktifan dalam
pembelajaran kurang. Pada observasi awal diketahui bahwa hanya 9 siswa yang
terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, 6 siswa yang aktif bertanya,
berpendapat 8 siswa, dan menjawab 5 siswa. Dari observasi yang dilakukan
diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Sebanyak 42,86% siswa yang dinyatakan
tuntas dalam belajar dengan SKM 70. (2) Rendahnya keaktifan belajar, siswa
kurang berani mengungkapkan ide-ide dalam pikirannya, bertanya, dan
mengemukakan pendapat. (3) Siswa jarang bertanya pada guru tentang materi
yang belum dipahami yang berhubungan dengan materi pembelajaran. (4) Pola
pembelajaran yang diterapkan cenderung berpusat pada guru dimana siswa kurang
berkesempatan untuk mengembangkan kreativitas, ide-ide, pendapat, dan belum

terlibat langsung dalam pembelajaran.

4

Persentase hasil belajar

Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan
60%
40%
Hasil belajar Siswa
Ha
Pr Tindakan
Pra

20%
0%
Sang
ngat
Bai
aik


Baik

Cukup

Kurang

Kriteria hasil belajar

Sangat
Kurang

Diagram 4.1 Distribusii Frekuensi
F
Hasil Belajar Siswa Pra-Tindakan di Kel
elas X-D

Diagram 4.11 ddiketahui bahwa sebanyak 14,29% dengann jumlah 5 siswa
memiliki hasil belajar
jar masih sangat kurang yaitu dibawah nilaii 55.

5 Sebanyak 15
siswa memperoleh hasil
ha belajar kurang dengan persentase 42,8
2,86%. Sedangkan
sebanyak 15 siswa memiliki
m
hasil belajar yang cukup. Ketuntasa
san belajar secara
klasikal pada pra tinda
ndakan ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut
ut iini.
Tabel 4.1 Distribusi Ketu
etuntasan Belajar Klasikal Kelas X-D Pra Tindakan
an
Tahapan

fi

%


Kriteria

15

42.86%

Tuntas

20

57.14%

Tidak Tunt
untas

Pra Tindakan

Berdasarkan Tabel
T
4.1, ketuntasan hasil belajar individuu siswa diperoleh
kriteria tuntas sebesa
esar 42,86%, dengan jumlah siswa sebanyak
ak 15 yang telah
mampu mencapai tin
tingkat ketuntasan siswa ≥ 70, sedangkan sebanyak
se
57,14%
siswa belum mampuu mencapai ketuntasan belajar karena nilainya
ya masih dibawah
70. Dari tabel di atas
tas diketahui bahwa belum ada siswa yang mencapai
m
kriteria
baik dan sangat baik.
k.

Siklus I
Pelaksanaan tindakan
ti
siklus I dilaksanakan dengan duaa kali pertemuan.
Peneliti bertindak seb
sebagai guru mata pelajaran pada bab Atmos
osfer. Pada tahap
awal guru mengutarak
rakan tujuan pembelajaran dan memberikan ap
apersepsi kepada
siswa. Guru menjelas
laskan tentang tata cara pembelajaran model
el PBI berbantuan
media movie kepada
da siswa sebelum menyampaikan pokok-pok
okok materi yang

5

akan dibahas. Guru memberikan nomor urut sesuai absensi kepada siswa untuk
dipasang di dada kiri.
Tahap selanjutnya siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan cara
berhitung sesuai urut tempat duduk. Setelah semua siswa berkelompok, guru
membagikan LKDK untuk dikerjakan semua kelompok belajar. Pada kegiatan
inti, guru memberikan materi secara singkat. Hal ini bertujuan agar waktu untuk
diskusi lebih lama, siswa lebih aktif dalam diskusi, dan mandiri untuk mencari
sumber reverensi lain. Setelah pemberian materi selesai siswa diputarkan movie
untuk didiskusikan bersama kelompoknya permasalahan apa saja yang terdapat di
dalam movie tersebut.
Pada pertemuan ke-2 guru memulai kegiatan pembelajaran dengan
mengkondisikan kelas terlebih dahulu agar tenang, guru mengucapkan salam, dan
mengabsensi siswa. Guru mengorganisasi siswa untuk duduk menurut
kelompoknya masing-masing. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk
mempersiapkan hasil diskusi yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya
untuk dipresentasikan. Pertemuan kedua ini diakhiri dengan memberikan tes akhir
siklus I.
Observasi dilakukan dengan bantuan observer saat proses pembelajaran
sedang berlangsung. Dari hasil observasi diperoleh ketuntasan keaktifan siswa
individu mencapai 54,29%. Tingkat pencapaian ketuntasan keaktifan kelompok
pada siklus I mencapai 60% dengan persentase nilai rata-rata keaktifan kelompok
sebesar 80%. Sedangkan berdasarkan catatan di lapangan siklus I diketahui bahw
saat diskusi pada pertemuan pertama banyak kelompok yang kurang tepat waktu
dalam mengerjakan tugas, pada saat tes siklus I dilaksanakan banyak siswa yang
masih terlihat gugup dan kebingungan dalam mengerjakan soal-soal.
Tabel 4.2 Hasil Observasi Keaktifan belajar individu dalam kelompok siklus I kelas X-D
Hasil Observasi
Skor rata-rata individu dalam kelompok

Persen

Kriteria

1

2.44

81.27

Cukup

2

2.37

79.05

Cukup

3

2.20

73.33

Cukup

4

2.23

74.29

Cukup

5

2.43

80.95

Cukup

Kelompok

6

Berdasarkan Tabel
T
4.2 tersebut diketahui bahwa semuaa kkelompok masih
memiliki kriteria kea
eaktifan ”Cukup”. Terdapat 2 kelompok disk
iskusi siswa yang
masih belum tuntass yyaitu kelopok 3 dan kelompok 4. Kelompok
ok 3 memperoleh
rata-rata keaktifan ke
kelompok sebesar 73.33% dan kelompok 4 memperoleh
m
ratarata keaktifan kelomp
mpok sebesar 74.29. Sedangkan data nilai hasil
has belajar siswa
dapat dilihat pada Tab
abel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Frek
rekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas X-D Siklus I
Nilai interval

Kriteria

fi

%

100

Sangat Baik

0

0

85 - 99

Baik

6

17.14

70 - 84

Cukup

21

60

55 - 69

Kurang

5

14.29

≤ 54

Sangat Kurang

3

8.57

35

100

Jumlah

Berdasarkan Tabel
T
4.3 tersebut diketahui bahwa seba
ebanyak 3 siswa
memperoleh nilai dibawah
dib
54 (8,57%) dengan criteria sangat
at kurang, kurang
sebanyak 5 siswa (14,29%).
(14
Siswa yang memperoleh criteria has
asil belajar cukup
sebesar 21 siswa den
engan persentase 60%. Kriteria hasil belajarr bbaik sebanyak 6
siswa dengan persenta
ntase 17,14%.

Persentase Daya Serap
Klasikal

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
100.00
00%
Keterangan
K
Tuntas

50.00
00%
0.00
00%

Tidak Tuntas
Tuntas

Tidak Tuntas

Kriteria hasil belajar

Diagram 4.2 Distribusii Frekuensi
F
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X-D Sik
iklus I

Berdasarkan Diagram
D
4.2 tersebut diketahui bahwa ketuntasan
ket
belajar
individu kelas X-D
D sebesar 77.14%, karena sebanyak 27 sisw
swa telah mampu
mencapai nilai ≥ 70.
0. Sebanyak 8% siswa belum mampu menc
ncapai ketuntasan

7

belajar individu karena nilainya masih dibawah ≥ 70. Tabel 4.2 tersebut
menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan pada nilai pra
tindakan. Peningkatan hasil belajar dari pra tindakan ke siklus I sebesar 34,28%.
Hasil observasi pelaksanaan siklus I diperoleh kelemahan-kelemahan
bahwa tidak semua siswa memiliki buku, sebagian siswa masih ada yang
melamun, mengantuk, berbicara dengan teman, bermain HP. Pada waktu kerja
kelompok masih ada siswa yang bekerja sendiri-sendiri dan ada siswa yang tidak
membantu teman kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa
masih ragu-ragu dan malu dalam bertanya, menjawab, menanggapi, dan
berpendapat. Terdapat kelompok yang terlambat dalam mengumpulkan hasil
diskusi kelompoknya. Rencana perbaikan tindakan siklus I antara lain: penertiban
pelaksanaan tindakan sesuai dengan alokasi waktu, membentuk kelompok yang
merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang
memiliki kemampuan rendah, dan Guru harus memberikan pemahaman atau
memberikan motivasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

Siklus II
Perencanaan tindakan siklus II sama seperti pada siklus I. Pelaksanaan
tindakan pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. Langkah-langkah
pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua siklus II sama seperti langkahlangkah pembelajaran pada siklus I. Pada tahap observasi siklus II, hasil keaktifan
diperoleh persentase rata-rata keaktifan belajar individu siswa sebesar 88,70%
yang termasuk kategori (baik). Keberhasilan tindakan mengalami peningkatan
sebesar 10,92% dari siklus I. Sedangkan tingkat pencapaian katuntasan keaktifan
kelompok pada siklus II mencapai 100% dan meningkat 40% dari siklus I.
Pada siklus II diperoleh hasil keaktifan siswa mencapai

91,43% .

Persentase nilai rata-rata keaktifan kelompok sebesar 90,22%. Berdasarkan
catatan di lapangan siklus II diketahui bahwa pada saat diskusi sudah tepat waktu
dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan. Saat tes siklus II dilaksanakan
terlihat siswa mulai terbiasa dengan tes yang diberikan dan percaya diri. Terlihat
hanya 2 siswa yang mengobrol sendiri saat pembelajaran. Hasil observasi
keaktifan belajar secara kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

8

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan belajar individu dalam kelompok siklus I kelas X-D
Hasil Observasi
Kelompok

Skor rata-rata individu dalam kelompok

Persen

Kriteria

1

2.54

84.76

Cukup

2

2.69

89.52

Baik

3

2.67

88.89

Baik

4

2.65

88.25

Baik

5

2.76

92.06

Baik

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa mayoritas kelompok memiliki
kriteria keaktifan ”Baik”. Hanya terdapat 1 kelompok diskusi siswa yang masih
memiliki kriteria ”Cukup”. Kelompok tersebut adalah kelompok 1 yang
memperoleh rata-rata keaktifan kelompok sebesar

84,76%. Data ketuntasan

belajar individu, kelompok, dan klasikal siklus II dapat dilihat dari Tabel 4.5
berikut ini.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas X-D Siklus II
Nilai interval

Kriteria

fi

%

100

Sangat Baik

0

0

85 - 99

Baik

28

80

70 - 84

Cukup

5

14.3

55 - 69

Kurang

2

5.7

≤ 54

Sangat Kurang

0

0

35

100

Jumlah

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 tersebut diketahui bahwa sebanyak 28
siswa (80%) memiliki kriteria hasil belajar baik,

5 siswa (14,3%) memiliki

kriteria cukup. Sebanyak 2 siswa dengan persentase 5,7% memiliki kriteria hasil
belajar kurang. Sedangkan tidak ada siswa yang memperoleh kriteria hasil belajar
yang sangat baik dan sangat kurang.

9

Persentase Daya Serap
Klasikal

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
100.00
00%

Keterangan
Ke
Tuntas

50.00
00%
0.00
00%

Tidak Tuntas
Tuntas

Tidak Tuntas

Kriteria hasil belajar

Diagram 4.5 Distribusii Frekuensi
F
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X-D Sik
iklus II

Diagram 4.5
.5 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar indi
ndividu kelas X-D
sebesar 94,3%, karen
rena sebanyak 33 siswa telah mampu menca
ncapai nilai ≥ 70.
Sebanyak 5,7% siswa
wa belum mampu mencapai ketuntasan belajar
jar individu karena
nilainya masih dibawa
wah ≥ 70. Tabel 4.3 tersebut menunjukkan terj
erjadi peningkatan
hasil belajar siswa dib
dibandingkan pada nilai siklus I. Peningkatann hhasil belajar dari
siklus I ke siklus II sebesar
se
10,54%.
Penerapan model
m
pembelajaran Problem Based Insr
nsruction
berbantuan media

(PBI)

movie pada siklus I secara klasikal sudah
dah menunjukkan

peningkatan. Berdasa
asarkan hasil analisis data, diketahui bahwa pada
pad siklus I kelas
X-D SMA Negeri 2 Trenggalek
T
ada kemajuan belajar khususnyaa kkeaktifan belajar
siswa. Namun padaa siklus
si
I masih terdapat siswa yang kurang aktif
ak bertanya dan
menanggapi jawaban
an dari teman mereka.
Peningkatan kkeaktifan belajar dengan model pembelajaran
an Problem Based
Instruction berbantua
tuan media movie disebabkan karena ada pem
embelajaran siswa
tidak lagi dijadikann sebagai
s
objek melainkan siswa terlibat aktif
ktif dalam analisis
pemecahan masalah
ah nyata. Pada pembelajaran Problem Based
Ba
Instruction
berbantuan media movie
mo
siswa dilatih, dituntut untuk bekerja sa
sama, tidak malu
mengemukakan ideaa ttaau pendapatnya, dan meningkatkan aktivita
vitas belajar siswa.
Selain itu, peningkat
katan kaktifan tersebut disebabkan oleh sisw
iswa sudah mulai
terbiasa belajar denga
gan mandiri dan bekerjasama dalam kelompok.
ok.
Berdasarkan hasil
h
analisis secara deskriptif, pada siklus
us I di kelas X-D
SMA Negeri 2 Treng
enggalek banyak siswa yang mendapatkan niilai hasil belajar
yang kurang baik. Banyak
B
siswa kelas X-D yang masih belum
um tuntas belajar.

10

Siswa masih kesulitan menganalisis permasalahan dalam bentuk movie. Pada
siklus I meskipun belum mencapai standar ketuntasan yang diinginkan tetapi hasil
belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan nilai pra
tindakan.
Pada siklus II, pembelajaran di kelas berjalan lebih baik dibandingkan
dengan tindakan siklus I di kelas. Hasil belajar siswa pada siklus II meningkat jika
dibandingkan dengan siklus I. Siswa mulai mengerti dan paham dengan maksud
dan tujuan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Instruction berbantuan media movie. Siswa sudah terbiasa dengan model Problem
Based Instruction berbantuan media movie dan dalam menganalisis permasalahan
menggunakan

movie

siswa

menjadi

lebih

mudah

dalam

menganalisis

permasalahan yang terdapat dalam movie tersebut. Pada siklus II hasil belajar
siswa sudah mencapai standar ketuntasan belajar yang diharapkan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA
Negeri 2 Trenggalek kelas X-D, maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie
dapat meningkatkan keaktifan siswa secara berkelompok dan individu pada mata
pelajaran Geografi di kelas X-D SMA Negeri 2 Trenggalek. Penerapan model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Geografi di kelas X-D SMA
Negeri 2 Trenggalek Kompetensi Dasar ”Menganalisis Atmosfer dan Dampaknya
terhadap Kehidupan di Muka Bumi”.

DAFTAR RUJUKAN
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ibrahim, M dan M. Nur. 2004. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pascasarjana UNESA,
University Press.
Slameto. 2001. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

11