TRANSFORMASI GAYA TARI PISO SURIT DI KABUPATEN LANGKAT.

TRANSFORMASI GAYA TARI PISO SURIT
DI KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

IRWANSYAH
NIM. 2112142005

PRODI PENDIDIKAN TARI
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK
Irwansyah. NIM. 2112142005. Transformasi Gaya Tari Piso Surit di
Kabupaten Langkat. Skripsi. Jurusan Sendratasik. Program Studi

Pendidikan Seni Tari . Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan,
2016
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan transformasi gaya tari Piso Surit yang
berada di Kabupaten Langkat Kecamatan Selesai.
Dalam pembahasan ini menggunakan teori-teori yang berhubungan topik
penelitian seperti teori transformasi dan teori gaya.
Metode yang digunakan metode kualitatif, Populasi pada penelitian tokoh-tokoh
adat, tokoh-tokoh budaya masyarakat dan seniman. Teknik pengumpulan data
meliputi Observasi lapangan, Wawancara, Dokumentasi, dan Studi Kepustakaan.
Berdasarkan penelitian ini, maka dapat dilihat bahwa tari Piso Surit di Kabupaten
Langkat mengalami transformasi gaya, gaya tari yang terlihat lebih terbuka dan
energik, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: revolusi, perubahan sosial
yang berlangsung secara cepat menimbulkan perubahan terhadap tari piso surit,
selain revolusi faktor lainnya seperti faktor internal dan eksternal. Internal :
kurangnya perhatian dari masyarakat Karo sehingga kebudayaan berangsur-angsur
berubah terutama dikesenian tari piso surit, eksternal: masyarakat Melayu
merupakan suku yang mendominasi didaerah Langkat sehingga menyebabkan
masyarakat Karo menyerap kebudayaan Melayu, salah satunya yang terjadi pada
tari piso surit dimasyarakat Karo yang berada di Langkat.
Kata Kunci: Revolusi, Masyarakat Suku Karo, Masyarakat Suku Melayu


Abstrac

This study aimed to describe the transformation of dance styles
Piso Surit located in Langkat District of done. In this discussion
the use of theories related research topics such as the theory of
transformation and the theory of style. The method used
qualitative methods, population research traditional leaders,
cultural figures and artist. File collection techniques in clude
field observation, interviews, documentation, and literature
study. Based on this study, it can be seen that dance Piso Surit
in Langkat undergo transformation style, a style of dance that
looks more open and energetic, it isinfluenced by several
factors,namely:revolution, social change takes place rapidly
result in changes to the dance Piso Surit, in addition to other
factor such as the revolution of the internal and exsternal
factors. Interna : the lack of attention from the public Karo so
that the culture gradually changed mainly in art dance Piso
Surit. External:Malay society is a tribal dominated area
Langkat causing people Karo absorb the malay culture, one of

which happens to dance Piso Surit community Karo who was in
Langkat.
Keyword: Revolution, Karo tribe Society, Society Malays

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................
B. Identifikasi Masalah ..................................................................
C. Pembatasan Masalah .................................................................
D. Rumusan Masalah .....................................................................
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
F. Manfaat Penelitian ....................................................................
BAB II

i
ii
1

6
6
7
8
8

LANDASAN PENELITIAN DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teoristis .................................................................... 10
1. Teori Transformasi ............................................................... 10
2. Teori Gaya Tari .................................................................... 12
B. Kerangka Konseptual ................................................................ 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian ...............................................................
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................
1. Lokasi Penelitian ..................................................................
2. Waktu Penelitian ..................................................................
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ...............................................
1. Populasi ................................................................................
2. Sampel ..................................................................................

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................
1. Obesrvasi ..............................................................................
2. Wawancara ...........................................................................
3. Dokumentasi ........................................................................
4. Studi Pustaka ........................................................................
E. Teknik Analisis Data ................................................................

16
16
16
17
17
17
17
18
18
19
19
20
21


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAAN
A. Gambaran Umum Wilayah Langkat .........................................
B. Asal Usul Orang Karo DI Langkat............................................
C. Tari Piso Surit Di Langkat ........................................................
1. Tari Piso Surit .......................................................................
2. Ragam Gerak Tari Piso Surit ................................................

23
26
28
28
30

iii

D. Transformasi Gaya Tari Pio Surit .............................................
1. Transformasi Tari Piso Surit ................................................
2. Gaya Tari Piso Surit .............................................................
E. Faktor Yang Mempengaruhi Transformasi Gaya .....................


39
39
42
47

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran ..........................................................................................

50
51

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
Lampiran

iv

52


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Desa-Desa Di Kecamatan Selesai ..................................................
Tabel 4.2 Motif Gerak Dasar Tari Karo Yang Digunakan Pada Tari
Piso Surit di Kabupaten Langkat ...................................................
Tabel 4.3 Ragam Gerak Tari Piso Surit di Kabupaten Langkat .....................
Tabel 4.4 Gaya Tari Piso Surit Di Kecamatan Selesai Kabupaten
Langkat ..........................................................................................

v

25
31
33
45

Daftar Gambar
Gambar 4.1 Uis Kepala Pria...........................................................................
Gambar 4.2 Uis Bawah Pria ...........................................................................
Gambar 4.3 Perbedaan Busana Wanita ..........................................................


vi

40
41
42

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami
beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo
jauh lebih luas dari pada Kabupaten Karo. Adapun wilayah yang dijadikan
sebagai permukiman oleh suku Karo dari dahulu hingga sampai saat ini yaitu:
Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Deli
Serdang, Kota Medan, Kota Binjai dan Kabupaten Langkat.
Beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara dihuni orang-orang Karo.
Perpindahan orang Karo ke daerah Langkat dapat dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, perdagangan, pekerjaan dan pengembangan wilayah. Untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi (pelanjasira), perdagangan hewan dan hasil bumi lainnya,

pekerjaan dan juga dalam rangka perluasan kekuasaan atau perladangan, karena
meraka harus mencari lahan baru menanam lada di daerah Pesisir seperti Deli
Serdang, Medan dan Langkat.
Tanah Langkat merupakan salah satu daerah yang dihuni oleh masyarakat
Karo yang berasal dari dataran tinggi tanah Karo, yang berpindah kewilayah
Langkat. Suku Melayu merupakan masyarakat asli wilayah Langkat, dengan adat
istiadat dan budayanya, maka wilayah Langkat dipenuhi oleh suku Melayu yang
dikenal sebagai suku Melayu Langkat. Masyarakat suku Karo yang pada awalnya
mendiami wilayah inipun akhirnya sebagian memeluk agama Islam, dan ikut
menyerap budaya Melayu dan ikut menjadi bahagian dari etnik Melayu, yang

1

2

lebih dikenal sebagai suku Melayu Karo Langkat atau yang lebih dikenal dengan
istilah Mekarlang.
Selain memiliki daerah penyebaran suku yang begitu luas, masyarakat
Karo juga memiliki berbagai macam Kebudayaan. Kebudayaan merupakan
bentuk aktivitas masyarakat, segala bentuk dan fungsinya akan berkaitan dengan

kehidupan masyarakat. Kebudayaan tradisional memerlukan perhatian sungguhsungguh untuk kelestariannya, agar tidak punah di telan zaman; hal ini perlu
dilakukan pemeliharaan kebudayaan itu secara serius yang merupakan sumber
kekayaan yang sangat kompleks dimiliki oleh bangsa kita. Sebagaimana hal itu
dikemukakan oleh E.B Taylor (1871:1) bahwa: “kebudayaan adalah kompleks
yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Begitu pula dengan pendapat Koentjaraningrat (1970:193)
menyatakan bahwa: “kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan,
dan hasil karya dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik dari
manusia dengan belajar.” Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan
merupakan tingkah laku bangsa.
Kebudayaan yang masih dipertahankan oleh masyarakat Karo antara lain
perkawinan, pesta adat, kematian dan lain sebagainya. Masing-masing bentuk
Upacara tersebut dilakukan dengan cara-cara tertentu yang menjadi ciri khas dari
masyarakat Karo. Ciri khas tersebut disatu pihak ada yang masih dipertahankan
oleh masyarakat Karo dan tidak mengalami perubahan sebagai kebudayaan yang
menjadi bagian dari masyarakat Karo. Selain memiliki daerah penyebaran suku

3

yang begitu luas, masyarakat Karo juga memiliki berbagai macam kesenian
seperti tarian, musik, sastra, dan dan lain sebagainya. Salah satu kesenian yang
digunakan suku Karo dalam berbagai aktifitas kehidupan masyarakatnya adalah
seni tari. Tarian bagi masyarakat Karo selalu digunakan pada berbagai kegiatan
adat, apakah sebagai media utama ataupun sebagai media hiburan. Tarian-tarian
yang disertakan itu antara lain, piso surit, lima serangkai, ndilo wari udan, ndikar
dan lain-lain.
Dalam skripsi Shelvi Heryanti (2014) piso surit adalah salah satu lagu,
syair, serta tarian suku Karo yang menggambarkan seorang gadis yang sedang
menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian tersebut sangatlah lama dan
menyedihkan juga dapat digambarkan seperti burung piso surit yang sedang
memanggil-manggil. Piso dalam bahasa Karo berarti pisau dan banyak orang
mengira bahwa piso surit merupakan nama sejenis pisau khas orang Karo.
Sebenarnya pisau surit adalah kicau burung yang suka bernyanyi. Kicau burung
ini bila didengar secara seksama seperti sedang memanggil-manggil dan
kedengarannya sangat menyedihkan. Burung piso surit biasanya berkicau disore
hari. Jenis burung tersebut dalam bahasa Karo disebut “pincala” bunyinya nyaring
dan berulang-ulang dengan bunyi seperti “piso serit”.
Djaga Depari menciptakan lagu piso surit sekitar tahun 1960-an. Setelah
terciptanya lagu piso surit dan sering diperdengarkan pada setiap acara-acara adat,
lalu seiring berjalannya waktu maka masyarakat Karo mencoba untuk
menciptakan gerak-gerak yang tidak terlepas dari gerak dasar tari Karo menjadi
sebuah tarian yang sekarang ini dikenal dengan tari piso surit. Baik tari piso surit

4

maupun tari-tari Karo yang lain semuanya berasal dari gerak dasar tari Lima
Serangkai, baru kemudian dipecahkan lagi menjadi gerak-gerak yang baru untuk
dijadikan sebuah tarian. Walaupun tari piso surit tergolong tari kreasi yang
memiliki perjalanan singkat dari tahun 1960-an sampai dengan sekarang, tetapi
masyarakat Karo sudah menganggap tari ini masuk dalam bentuk tari tradisi
masyarakat Karo (http.//id.wikipedia.org/wiki/piso_surit) diunggah melalui
google chrome pada tanggal 5 februari 2016 di Desa Bandar Khalifah.
Selain ditarikan pada acara-acara adat pada masyarakat Karo tari piso surit
juga ditampilkan pada setiap kesempatan yang diadakan oleh pemerintah
Kabupaten Langkat, misalnya pada acara hari ulang tahun Kabupaten Langkat,
pesta rakyat dan diadakannya lomba tari piso surit disetiap tahunnya. Hal ini
disebabkan posisi geografis Kabupaten Langkat berbatasan langsung dengan
Kabupaten Karo di bagian Selatan.
Tari piso surit dikenal masyarakat Langkat karena adanya orang Karo dari
Kabupaten Karo yang tinggal, bermukim dan menetap di daerah Langkat. Tetapi,
tidak diketahui secara pasti kapan tari piso surit ini hadir dan populer
disana.Tetapi orang Karo yang berada di daerah Langkat menyambut tari piso
surit dengan senang hati karena mereka menganggap itu adalah salah satu
kesenian mereka juga sebagai orang Karo yang tinggal di Kabupaten Langkat.
Masyarakat Karo di Kabupaten Langkat juga mengakui bahwa tari piso surit ini
adalah tarian yang berasal dan diciptakan oleh masyarakat Karo yang ada di
Kabupaten Karo.

5

Perbedaan daerah ternyata dapat menyebabkan gaya tari ini menjadi
berbeda pula; hal ini disebabkan oleh adanya interaksi etnik-suku lain yang juga
berdomisili di wilayah Kabupaten Langkat dengan topografi yang berbeda bisa
mempengaruhi tari piso surit menjadi berubah gaya. Suku Karo asli lebih banyak
bermukim di daerah Kabupaten Karo, sedangkan di daerah Kabupaten Langkat
masyarakat Karo hanya beberapa persen saja dan didominasi oleh suku-suku lain
seperti Melayu, Aceh, dan Jawa. Hal menjadi salah satu penyebab adanya
perbedaaan gaya dalam membawakan tarian, seperti yang terjadi pada tari piso
surit di Langkat.
Gaya yang terlihat pada tari Piso Surit yang ada di Kabupaten Langkat
merupakan gaya yang biasanya kita lihat apabila penari Melayu menarikan tarian
Melayu, namun sturuktur dan motif tarian yang ditarikan tetap tari Piso Surit
hanya saja gaya menarinya hampir seperti langgam tari melayu. Hal ini terjadi
karena adanya faktor-faktor perubahan sosial. Faktor perubahan sosial tersebut
terbagi menjadi dua yaitu terbagi menjadi dua yaitu internal faktor yang berasal
dari dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan, adapun beberapa faktor
internal yaitu: faktor pertumbuhan penduduk, adanya penemuan baru dan invensi
(Kombinasi baru dari suatu pengetahuan yang sudah ada). Sedangkan faktor
eksternal ialah kebalikan dari internal, yaitu berasal dari luar lingkungan
masyarakat yang bersangkutan, faktor-faktor eksternal salah satunya adalah
pengaruh kebudayaan lain.
Berdasarkan penjabaran yang terkait dengan penulisan penelitian skripsi
diatas tadi maka penulis tertarik dan memberanikan diri untuk dicoba mengangkat

6

topik pembicaraan tersebut menjadi sebuah penelitian skripsi dengan judul
“Tranformasi Gaya Tari Piso Surit Di Kabupaten Langkat” .

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan lembaran latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya,
ada banyak hal yang dapat diungkapkan, sebagaimana Sugiyono menyatakan
bahwa “Setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari
masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan
hal yang paling sulit dalam proses penelitian (2008:85)”.
Adanya identifikasi masalah akan lebih mudah mengenal permasalahan
yang diteliti sehingga penulisan akan mencapai sasaran. Adapun identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keberadaan tari piso surit di Kabupaten Langkat?
2. Bagaimana perkembangan tari piso surit di Kabupaten Langkat?
3. Bagaimana gerak tari piso surit di Kabupaten Langkat?
4. Bagaimana transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan gaya tari piso
surit di Kabupaten Langkat?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan
kemampuan teoritis, maka penulis merasa perlu mengadakan pembatasan masalah
yang dihadapi dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan
pendapat Winarno Surakhmad (1982:34) yang mengatakan bahwa:

7

“Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu
dipakai sebagai masalah penyelidikan, oleh karena tidak akan
pernah jelas batas-batas masalahnya. Pembatasan ini perlu
bukan saja untuk mempermudah atau menyederhanakan
masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk menetapkan lebih
dulu segala sesuatu yang diperlukan untuk memecahkan
masalah tenaga, waktu, ongkos dan lain-lain yang timbul dari
rencana tertentu”
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis membatasi masalah ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan gaya tari piso
surit di Kabupaten Langkat?

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah diperlukan agar dalam penelitian di lapangan tidak
terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arikunto (2012:6) bahwa “agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaiknya,
maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana dimulai,
kemana harus pergi dan dengan apa”.
Perumusan masalah yang baik juga dikemukakan oleh I Made Wirartha
(2005:26) sebagai berikut:
a.

Masalah harus fleksibel, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan
jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana,
tenaga dan waktu.

b.

Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberi persepsi yang sama terhadap
masalah tersebut.

8

c.

Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus
memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah
kehidupan manusia.
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah

diatas, maka permasalahan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat dan
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan gaya tari piso
surit di Kabupaten Langkat”.

E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian selalu berorientasi pada tujuan, tanpa tujuan yang jelas
maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak akan terfokus karena tidak tahu apa
yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Tujuan dari penelitian ini tentunya
menjadi sebuah kerangka pemikiran dan selalu dirumuskan untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh. Adapun tujuan penelitian
skripsi ini adalah:
1. Mendeskripsikan transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten
Langkat.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan
gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat.

F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan ada hasil yang bermanfaat, karena dengan
adanya hasil dari penelitian maka akan tahu bagaimana masa lalu, dan bagaimana

9

menghadapi masa yang akan datang. Dalam penelitian ini penulis dapat
menguraikan segala sesuatu yang dapat digunakan baik peneliti itu sendiri
maupun lembaga tertentu ataupun orang lain.
Setelah penelitian ini diterangkan maka penelitian ini dapat memberi
manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai sumber informasi mengenai kesenian yang terdapat pada
masyarakat Karo.
2. Sebagai masukkan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai tari piso surit pada Masyarakat Karo di
pegunungan maupun masyarakat Karo langkat.
3. Penelitian ini secara teoritis berguna untuk mengembangkan konsep
pengembangan budaya khususnya dalam konteks pelestarian warisan
nilai-nilai budaya.
4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada teori
pembangunan sosial budaya yang mungkin bisa dirujuk untuk kajiankajian ilmiah selanjutnya.
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk sarana
memajukan kebudayaan.

BAB V
PENUTUP
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Dari semua yang telah diteliti dilapangan dan berdasarkan dengan uraian yang
sudah dijelaskan mulai dari latar belakang ampai pembahasan, maka penulis dapat
menyimpulkan keseluruhan dari hasil penelitian penelitian terhadap Transformasi
Gaya Tari Piso Surit di Kabupaten Langkat sebagai berikut:
1. Perpindahan orang Karo ke Kabupaten Langkat membentuk suatu arus
bolak-balik, yaitu orang Karo dari pantai ke gunung dan turun gunung
kembali kedaerah pantai disebabkan oleh faktor ekonomin dan perluasan
wilayah.
2. Tari piso surit adalah sebuah tari kreasi yang mentradisi, yang diciptakan
oleh masyarakat Karo itu sendiri. Tari piso surit memiliki banyak versi
namun tetap berpijak pada gerak-gerak dasar tari Karo.
3. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam tari Karo yaitu: endek, jole atau
jemol, dan tan lempir. Ketiga hal ini pula yang menjadi dasar acuan
penulis dalam membandingkan gaya tari piso surit.

50

51

4. Transformasi gaya tari piso surit di Kabupaten Langkat dipengaruhi oleh
perbedaaan wilayah dan masyarakat sekitar. Di Kabupaten Langkat
mayoritas bersuku Melayu.
5. Gaya gerak tari piso surit lebih terbuka, energik dan sedikit memainkan
pinggul, gaya tari Melayu dimana penari melakukan gerakkan dengan
posisi badan yang sedikit tegak dan penari wanita tersipu malu sedangkan
penari pria gagah
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
memberikan beberapa saran yaitu:
1. Kepada seniman dan masyarakat Karo, diharapkan dapat menjaga dan
melestarikan tari serta kesenian lain agar tetap terjaga kelestariannya dan
budaya daerah ini tidak tergantikan oleh budaya luar.
2. Kepada seniman-seniman tari suku Karo diharapkan agar tari piso surit
agar sepakat membakukan gerak tari supaya tidak terlalu banyak versinya
dan tetap terjaga keaslian geraknya.
3. Kepada generasi muda, pelajari dan pertahankan budaya serta kesenian
asli suku Karo khususnya kebudayaannya, serta suku-suku yang ada di
Indonesia agar tetap lestari dan bisa membuat kita bangga menjadi orang
Indonesia yang kaya akan suku, budaya dan keseniannya.

52

DAFTAR PUSTAKA

Anya, Peterson. 2007. Antropology of Dance terjemahan F.X Widaryanto,
Bandung: STSI Press
Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rehekka.
Aziz Alimut Hidayah, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data, Surabaya: Salemba Media
Boskoff, Alvin. 1964. Recent Theoris of Social Change” Warner J. Cahman dan
Alvin Boskoff, Sociology and History: Theory and reseach. London: The
Free Press of Glencoe.
E.B. Tylor 1871. Primitive Culture. New York: Brentano;s.
Heryanti, Shelvi 2014. Tari Piso Surit Masyarakat Karo Kajian Komparatif
Terhadap Gaya dan Nilai Estetika di Kabupaten Karo dan Kabupaten
Langkat. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan
I Made Wirartha, 2005. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis:
Andi Offset.
Indrianto. 2001. Tari Klasik Gaya Surakarta dan Yogyakarta. Jurnal Pengetahuan
dan Pemikiran Seni. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Lestari, Eka. 2015. Bentuk Penyajian Tari Mbuah Page Pada UpacaraKerja
Tahunan Masyarakat Karo Di Desa Dokan Kecamatan Merek Kabupaten
Karo. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Koentjaraningrat.1970.
Gramedia

Kebudayaan,Metalitas

dan

Pembangunan.

Koentjaraningrat, 1987. Metode-metode Penelitian Masyarakat.
Gramedia

Jakarta:

Jakarta:

Nurhasanah. 2011. Bentuk Penyajian dan Nilai Estetika Tari Piso Surit Pada
Masyarakat Karo. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

53

Novita Sari Dea. 2015. Trancformasi Tari Saman Kajian Dalam Konteks
Pariwisata Di Kota Banda Aceh. Skripsi. Medan: Universitas Negeri
Medan
Sachari, Agus dan Sunarya, Yan Yan, 1998. Reformasi Budaya Kita. Bandung
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung:
Angkasa.
Http://id.wikipedia.org/wiki/KabupatenLangkat
Http://id.wikipedia.org/wiki/KabupatenKaro
Http.//id.wikipedia.org/wiki/piso_surit