Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PERTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PERENCANAAN PEMBANGUNAN

(Studi pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Program Studi S1 Ekstensi Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh:

Dian Oktafani 060921021

PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Dian Oktafani

Nim : 060921021

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdan

Medan, Juli 2008

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Dra. Elita Dewi, M. SP Drs. Marlon Sihombing, MA Nip. 131 757 009 Nip. 130 568 390

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA Nip 131757010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini telah dipertahankan didepan penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara:

Nama : Dian Oktafani

Nim : 060921021

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara Judul Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Kepala Desa Terhadap Peningkatan

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

Yang dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Panitia Penguji:

Ketua : (………)


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan dan merupakan kelengkapan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Marlon Sihombing, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah membuka wawasan penulis dalam banyak hal serta kebaikan beliau atas waktu yang telah diluangkan dalam membimbing penulis dari awal penyusunan proposal hingga skripsi ini.


(5)

4. Kepada seluruh Dosen Pengajar dan pegawai di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis.

5. Ibu Asia Juniati, selaku Kepala Desa Galang Suka Kecamtan Galang Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan izin dalam melaksanakan penelitian.

6. Teman-teman yang selalu membantuku memberikan semangat dalam menjalani perkuliahan ini, buat Doni terima kasih atas nasehat dan semangatnya, Helina terima kasih atas saran-sarannya, tetap semangat!, Luky, Udur, Vida, Oka, dan Sepupuku tersayang Herlambang, dan seluruh teman-teman Ekstensi Ilmu Administrasi Negara yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu terima kasih semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahNya buat temen-teman semua.

Penuliis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2008


(6)

ABSTRAK

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PERENCANAAN

(Studi pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

Nama : Dian Oktafani Nim : 060921021

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Elita Dewi, M.SP

Penelitian ini dilakukan pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Masalah yang dikaji dalam penelitian bagaimana gambaran gaya kepemimpinan Kepala Desa, bagaimana peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, dan seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

Aspek yang diteliti secara garis besar meliputi dua hal, yaitu gaya kepemimpinan Kepala Desa dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Indikator yang digunakan untuk gaya kepemimpinan Kepala Desa adalah kepemimpinan demokratis, kepemimpinan otokratis, dan kepemimpinan laissez faire. Sedangkan indikator peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan adalah frekuensi kehadiran dalam rapat yang membicarakan program-program tentang pembangunan, Pernah tidaknya mengajukan saran untuk pembangunan desa, Frekuensi keterlibatan secara fisik dalam pelaksanaan operasional program pembangunan, Intensitas pemberian sumbangan/konstribusi yang bersifat material seperti uang, barang atau bahan, Pernah tidaknya mengadakan evaluasi terhadap program pembangunan.


(7)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanasi kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui cara penyebaran angket, observasi, dan wawancara, serta ditunjang pula dengan studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Setelah data lapangan terkumpul kemudian diolah berdasarkan model pengolahan yang sesuai dengann karakteristik data dan dikembangkan kedalam sejumlah kriteria yang menunjukkan suatu hubungan yang signifikan antara pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kolerasi produk moment dan Koefisien Determinan. Setelah melakukan pengumpulan data baik melalui kuisioner dan wawancara di lapangan kemudian dianalisa, maka hipotesa yang dikemukakan dapat diterima, yakni terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Peningkatan partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembanguanan yaitu 0,599 dari r tabel 0,599>0,213 untuk nilai N: 86. Dari hasil rxy sebesar 0,599 maka menurut interpretasi Koefisien Korelasi Pearson Productn Moment menunjukan adanya pengaruh yang sedang atau cukup kuat antara 0,40-0,599. Dengan demikian dapat dilihat pengaruh antara Gaya Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Peningkatan Partisipasi masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang adalah 35,8% yang didapat dari perhitungan rumus koefisien determinan

Medan, Juli 2008


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….i

ABSTRAK………..iii

DAFTAR ISI ………...v

DAFTAR TABEL ………viii

\BAB. I PENDAHULUAN ………1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ...4

1.3 Tujuan Penelitian ...5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Kerangka Teori ...5

1.5.1 Kepemimpinan...5

1.5.1.1 Pengertian Kepemimpinan ...5

1.5.1.2 Gaya Kepemimpinan ...8

1.5.1.3 Fungsi kepemimpinan ...14

1.5.2 Desa ………15

1.5.2.1 Pengertian Desa ...15

1.5.2.2 Perencanaan Pembangunan Desa ...16

1.5.2.3 Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak kepala Desa ...16

1.5.3 Partisipasi Masyarakat ...19

1.5.3.1 Pengertian Partisipasi ...19

1.5.3.2 Bentuk Partisipasi ...21

1.5.4 Perencanaan ...22


(9)

1.5.6 Perencanaan Pembangunan ...25

1.6 Hipotesis ...28

1.7 Defenisi Konsep ………..29

1.8 Defenisi Operasional ………...29

1.9 Sistematika Penulisan ………..30

BAB. II METODE PENELITIAN ……….34

2.1 Bentuk Penelitian ...34

2.2 Lokasi Penelitian ...34

2.3 Populasi dan Sampel ...34

2.4 Teknik Pengumpulan Data ...36

2.5 Penentuan Skor ...37

2.6 Teknik Analisa Data ...38

BAB. III DESKRIPSI LOKASI PENALITIAN ...41

3.1 Gambaran Umum Desa Galang Suka ...41

3.1.1 Keadaan Geografis ...41

3.1.2 Demokrafi ...41

3.1.3 Sosial Budaya ...42

3.1.4 Mata Pencaharian ...42

3.2 Pemerintahan ...43

3.2.1 Susunan Organisasi Kepala Desa Galang Suka ...43

3.2.2 Uraian Tugas dan Fungsi ...44

BAB. IV PENYAJIAN DATA ...48


(10)

4.2.1 Informasi Jawaban Responden Tentang Gaya Kepemimpinan

Kepala Desa ...51

4.2.2 Informasi Jawaban Responden Tentang Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan ...66

BAB. V ANALISA DATA ...81

5.1 Klasifikasi Data ...81

5.1 Klasifikasi Data Gaya Kepemimpinan Kepala Desa ...81

5.2 Klasifikasi Data Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan ...82

5.2 Pengujian Hipotesisis ...83

5.3 Koefisien Determinan ...86

BAB. VI PENUTUP ...87

A. Kesimpulan ...87

B. Saran ...88


(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi...39 2. Tabel 2 Distribusi responden Berdasarkan Jenis Kelamin...48 3. Tabel 3 Distribusi responden Berdasarkan Umur………...49 4. Tabel 4 Distribusi responden Berdasarkan Tingkat Pendidikkan………...50 5. Tabel 5 Distribusi responden Berdasarkan Pekerjaan……….51 6. Tabel 6 Distribusi Jawaban responden mengenai Kepala Desa

dalam melaksanakan tugasnya memberikan bimbingan yang efisien kepada masyarakat………..52

7. Tabel 7 Distribusi Jawaban responden mengenai Kepala Desa dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

mengeluarkan pendapat tentang pembangunan Desa...53

8. Tabel 8 Distribusi Jawaban responden mengenai Kepala Desa

dalam mengajak anggota masyarakat membuat keputusan…………54

9. Tabel 9 Distribusi Jawaban responden mengenai Kepala Desa dalam menanggapi saran dan kritik dari masyarakat

tentang pembangunan Desa………55

10. Tabel 10 Distribusi Jawaban responden Distribusi jawaban responden mengenai Kepala Desa bekerja sama dengan masyarakat

dalam menyusun tugas-tugas tentang pembangunan...56

11. Tabel 11 Distribusi Jawaban responden mengenai Kepala Desa Dalam memberikan kesempatan dalam dalam menyusun


(12)

dalam menjalankan tugasnya bersifat otoriter...58

13. Tabel 13 Distribusi Jawaban responden mengenai dalam menjalankan tugasnya Kepala Desa memberikan perhatian

kepada masyarakat ……….59

14. Tabel 14 Distribusi Jawaban responden mengenai terlibatnya masyarakat dalam merumuskan tujuan pembangunan desa...60

15. Tabel 15 Distribusi Jawaban responden mengenai Kepala Desa

memberikan koreksi terhadap kesalahan yang terjadi pada

saat merumuskan program-program pembangunan di Desa...61

16. Tabel 16 Distribusi Jawaban responden mengenai Kepala Desa yakin

pada kemampuannya selama melaksanakan tugasnya...62

17. Tabel 17 Distribusi Jawaban responden mengenai ketegasan Kepala Desa dalam menetapkan tujuan perencanaan pembangunan Desa...63

18. Tabel 18 Distribusi Jawaban responden mengenai Kepala Desa berani mengambil resiko apabila terjadi kesalahan pada

pelaksanaan program pembangunan yang telah di jalankan………...64

19. Tabel 19 Distribusi Jawaban responden mengenai apabila dalam menjalani tugasnya kepala desa membatasi hubungan

komunikasi dengan anggota masyarakat...65

20. Tabel 20 Distribusi Jawaban responden mengenai masyarakat berpartisipasi dalam musyawarah pembangunan di Desa.. .……….67

21. Tabel 21 Distribusi Jawaban responden mengenai masyarakat yang

mengetahui program-program tentang pembangunan di Desa...68

22. Tabel 22 Distribusi Jawaban responden mengenai kerjasama dan hubungan yang baik antara Kepala Desa dengan masyarakat dalam


(13)

merencanaka program-program pembangunan………...69

23. Tabel 23 Distribusi Jawaban responden mengenai masyarakat keberatan dalam memberikan sumbangan baik fisik maupun materi...70

24. Tabel 24 Distribusi Jawaban responden mengenai kehadiran dalam setiap pertemuan yang membicarakan tentang

program pembangunan ………...71

25. Tabel 25 Distribusi Jawaban responden mengenai pengajuan

saran-saran masyarakat untuk pembangunan Desa...72

26. Tabel 26 Distribusi Jawaban responden mengenai keterlibatnya masyarakat secara fisik dalam pelaksanaan operasional

program pembangunan………73

27. Tabel 27 Distribusi Jawaban responden mengenai bantuan untuk

pembangunan Desa……….74

28. Tabel 28 Distribusi Jawaban responden mengenai keikutsertaan

masyarakat dalam merencanakan program pembangunan………….75

29. Tabel 29 Distribusi Jawaban responden mengenai dalam

menyusun program pembangunan masyarakat memberikan

bantuan berupa materi……….76

30. Tabel 30 Distribusi Jawaban responden mengenai kepuasan masyarakat dengan program pembangunan yang telah ditetapkan………77

31. Tabel 31 Distribusi Jawaban responden mengenai saran dalam

perencanaan pembangunan untuk desa………...78

32. Tabel 32 Distribusi Jawaban responden mengenai keikutsertaan


(14)

terhadap program-program prmbangunan………..80

34. Tabel 34 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden

Untuk Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Variabel (X)………...81 35. Tabel 35 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden

Untuk Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Variabel (Y)………....82


(15)

ABSTRAK

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PERENCANAAN

(Studi pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

Nama : Dian Oktafani Nim : 060921021

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Elita Dewi, M.SP

Penelitian ini dilakukan pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Masalah yang dikaji dalam penelitian bagaimana gambaran gaya kepemimpinan Kepala Desa, bagaimana peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, dan seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

Aspek yang diteliti secara garis besar meliputi dua hal, yaitu gaya kepemimpinan Kepala Desa dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Indikator yang digunakan untuk gaya kepemimpinan Kepala Desa adalah kepemimpinan demokratis, kepemimpinan otokratis, dan kepemimpinan laissez faire. Sedangkan indikator peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan adalah frekuensi kehadiran dalam rapat yang membicarakan program-program tentang pembangunan, Pernah tidaknya mengajukan saran untuk pembangunan desa, Frekuensi keterlibatan secara fisik dalam pelaksanaan operasional program pembangunan, Intensitas pemberian sumbangan/konstribusi yang bersifat material seperti uang, barang atau


(16)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanasi kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui cara penyebaran angket, observasi, dan wawancara, serta ditunjang pula dengan studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Setelah data lapangan terkumpul kemudian diolah berdasarkan model pengolahan yang sesuai dengann karakteristik data dan dikembangkan kedalam sejumlah kriteria yang menunjukkan suatu hubungan yang signifikan antara pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kolerasi produk moment dan Koefisien Determinan. Setelah melakukan pengumpulan data baik melalui kuisioner dan wawancara di lapangan kemudian dianalisa, maka hipotesa yang dikemukakan dapat diterima, yakni terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Peningkatan partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembanguanan yaitu 0,599 dari r tabel 0,599>0,213 untuk nilai N: 86. Dari hasil rxy sebesar 0,599 maka menurut interpretasi Koefisien Korelasi Pearson Productn Moment menunjukan adanya pengaruh yang sedang atau cukup kuat antara 0,40-0,599. Dengan demikian dapat dilihat pengaruh antara Gaya Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Peningkatan Partisipasi masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang adalah 35,8% yang didapat dari perhitungan rumus koefisien determinan

Medan, Juli 2008


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses penyelenggaraan pemerintah, baik ditingkat pusat maupun daerah adalah bagaimana membangun dan menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban misinya untuk mewujudkan pembangunan pemerintahan yaitu mensejahterakan masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, pemerintah harus melaksanakan pembangunan. Selain untuk memelihara keabsahan (legitimasi), pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan jaman. Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah:

Pertama: Perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu sensitif terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. Kedua: Pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat communuty development sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah


(18)

efektif adalah pemerintahan yang mampu melibatkan rakyat dalam proses kebijakkan publik dan menjadikan rakyat sebagai subjek dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 150 yaitu dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah ini disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu bentuk kesatuan sistem perencanaan nasional. Hal ini juga terdapat pada Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 33 yaitu:

1. Kepala daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan daerah di daerahnya.

2. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah, kepala daerah di bantu oleh kepala Bappeda.

3. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

4. Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan pembangunan antar kabupaten/kota.

Menurut undang-undang ini adalah Bappeda mempunyai peranan yang penting di dalam melaksanakan perencanaan daerah. Perencanaan daerah yang direncanakan oleh Bappeda di mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota hingga tingkat provinsi melalui Musrembang (Musyawarah perencanaan pembangunan). Dalam perencanaan pembangunan daerah ini diperlukan adanya partisipasi masyarakat lokal dalam implementasi pembangunan daerahnya.


(19)

Dengan cara ini pemerintah makin mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang di laksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Rakyat harus menjadi pelaku dalam pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.

Dalam perencanaan pembangunan sangat diperlukannya partisipasi masyarakat. Partisipasi merupakan jembatan antara kebijakan pemerintah dan kepentingan masyarakat itu, Sehingga perencanaan daerah harus dilakukan dengan model dari bawah (battom-up planning) atau yang disebut sebagai perencanaan partisipatif. Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik langsung maupun tiak langsung). Akan tetapi pada kenyataannya perencanaan itu sendiri masih banyak dilakukan dari atas (top-down planning).

Demikian halnya dengan desa, pemerintah bekerja sama dengan masyarakat dalam merencanakan program-program pembangunan. Masyarakat dibina dan dibimbing untuk menyusun rencana program-program pembangunan. Akan tetapi kesadaran masyarakat untuk mau berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan masih sangat kurang. Tidak tahu pasti, apakah di karenakan kurangnya dukungan dari atas ataukah masyarakat sendiri yang tidak mau berpartisipasi. Dari informasi yang didapat, penulis melihat bahwa masih kurangnya masyarakat yang mau


(20)

seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi dan mengajak masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam merencanakan program-program pembangunan.

Dengan adanya dukungan dari atas, masyarakat akan tergerak untuk berperanserta dalam perencanaan pembangunan demi terwujudnya kesejahteraan rakyat. Dari pandangan tersebut, dapat dilihat bahwa masyarakat mau berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan memerlukan adanya rangsangan dari atas, dalam hal ini seorang kepala Desa. Sangat diharapkannya seorang pemimpin yang mampu untuk berperan aktif mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi. Perlunya seorang pemimpin yang demokratis agar mau membimbing, menggerakkan masyarakatnya dan mampu bertanggung jawab serta bekerjasama dalam membangun dan menata kembali daerahnya dengan tujuan yang telah di tetapkan.

Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut:

“Pengaruh gaya kepemimpinan kepala Desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan (Studi pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)”.

1.2 Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

“Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan”.


(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan Kepala desa di Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

2. Untuk mengetahui partispasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah, serta melatih penulis untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama perkulahan di FISIP USU. 2. Bagi Kepala Desa, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kinerja dan

keberhasilan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.

3. Bagi masyarakat umum, sebagai bahan literatur dan perbandingan untuk menghadapai masalah yang terkait dengan penelitian di masa mendatang.

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Kepemimpinan

1.5.1.1 Pengertian Kepemimpinan


(22)

luas dan termasuk di dalamnya bermacam-macam prilaku yang diperlukan untuk mempengaruhi orang lain. Sebagian besar persfektif kepemimpinan memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin dalam memimpin pada dasarnya mempengaruhi dan para pengikutnya mengikuti sebagai pihak yang dipengaruhi.

Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik harus mampu menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan upaya memenuhi kepentingan mereka yang terbaik. Dengan demikian kepemimpinan dapat dikatakan sebagai peranan dan juga suatu proses untuk mempengaruhi orang lain. (Rivai 2004:64)

Selanjutnya, Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu team untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu.(Bintoro, 1987: 110)

Kepemimpinan juga merupakan relasi dan pengaruh antara pimpinan dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan ini dapat berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi dan menggerakan orang-orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian satu tujuan tertentu. Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada di tengah-tengah kelompoknya (anak buah, bawahan. Rakyat). (Kartono, 2005: 6)


(23)

Sehubungan dengan itu, dapat diuraikan beberapa persyaratan kepemimpinan yaitu sebagai berikut:

1. Jujur

2. Berpengetahuan 3. Berani

4. Tegas

5. Dapat diandalkan 6. Berinisiatif 7. Bijaksana 8. Adil 9. Gairah 10. Ulet

11. Tidak mementingkan diri sendiri 12. Setia

13. Berwibawa

14. Mampu membuat pertimbangan. (Mar’at 1985:48)

Demikian dapat di lihat bahwa untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, diperlukannya syarat-syarat yang sangat kuat agar seorang pemimpin dapat memimpin anggotanya atau kelompoknya dengan bijaksana serta bertanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi.

Keberhasilan seorang pemimpin banyak tergantung dari keberhasilannya dalam kegiatan komunikasi. Seseorang tak mungkin menjadi pemimpin tanpa punya pengikut. Lebih tinggi kedudukannya sebagai pemimpin, akan lebih banyak


(24)

kepemimpinannya tanpa kemampuan membina hubungan komunikatif dengan pengikut-pengikutnya dan bakal pengikut-pengikutnya.

Yang sangat penting bagi seorang pemimpin dalam kegiatannya sebagai komunikator ialah adanya faktor daya tarik komunikator dan faktor kepercayaan pada komunikator. (Sunindhia; Widiyanti, 1993:23)

1.5.1.2 Gaya Kepemimpinan

Berbicara mengenai gaya kepemimpinan berarti juga membahas tentang kepemimpinan dan masalahnya. Kepemimpinan kadang kala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif yang bertindak yang menghasilkan suatu pola kosisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. (Thoha, 2003:5) Lebih lanjut George R.Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain. Gaya kepemimpinan juga didefenisikan sebagai suatu istilah tentang bagaimana seseorang pemimpin terlihat dimata bawahannya. (Paul Hersey, 1994: 27)

Seorang pemimpin harus mampu melihat dan memahami orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Dengan menggunakan pengetahuannya tentang hubungan manusia dalam kelompoknya. Seorang pemimpin akan dapat melihat gambaran tentang motif-motif seseorang untuk lebih giat lagi melaksanakan tugasnya. Kegiatan memberi motivasi tersebut tidak akan berhasil apabila pemimpin tidak memiliki cara-cara tertentu untuk melaksanakannya. Cara-cara


(25)

tertentu inilah yang secara umum disebut dengan gaya. Karena itulah gaya kepemimpinan dapat di lihat dari bagaimana cara membawakan diri sebagai seorang pemimpin dalam menggunakan kekuasaannya.

Thoha (2003:49), mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba untuk mempengaruhi prilaku orang lain seperti yang ia lihat. Secara garis besar gaya kepemimpinan itu terdiri dari gaya kepemimpinan demokratis dan otokratis. Gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan personal serta keikutsertaan para pengikutnya dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sedangkan gaya kepemimpinan otokratis dipandang sebagai gaya yang berdasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas.

Pendekatan prilaku gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisiten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari prilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukan secara langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah prilaku dan strategi sebagai hasil strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja pegawai. (Rivai, 2003:61)

Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:


(26)

1. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal.

2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerjasama pemimpin.

3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok atau orang. (Nawawi, 2004: 83)

Selanjutnya Nawawi (2004:94), menjelaskan beberapa gaya kepemimpinan yang pada pimpinan hingga kepemimpinan berpusat pada bawahan. Gaya kepemimpinan tersebut diantaranya:

1. Kepemimpinan otoriter

Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling berkuasa. Pimpinan bertindak sebagai penguasa tunggal.

2. Kepemimpinan demokratis

Kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisai. Gaya ini mewujudkan dengan domisi prilaku sebagai pelindung dan penyelamat serta mengembangkan organisasi atau kelompok. Disamping itu mewujudkan juga melalui prilaku kepemimpinan sebagai pelaksana.

3. Kepemimpinan bebas (laissez faire)

Tipe Kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol, kepemimpinan


(27)

dijalankan dengan memberi kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan, pemimpin hanya berfungsikan dirinya sebagai penasehat.

Berikut ini Ada kelompok sarjana yang membagi tipe atau gaya kepemimpinan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tipe Kharismatis

Tipe kepemimpinan kharismatis ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan perbawa yang luar biasa untuk memepengaruhi orang lain, Sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pegawai-pegawai yang luar biasa dipercaya.

2. Tipe Paternalistis dan Maternalistis

Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifatnya antara lain sebagai berikut :

a. Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan .

b. Bersikap terlalu melindungi

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.

d. Hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.

e. Tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri. f. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.


(28)

Selanjutnya tipe kepemimpinan yang maternalistis juga mirip dengan tipe paternalistis, hanya dengan perbedaan adanya sikap over-protective atau terlalu melindungi yang lebih menonjol, serta kasih sayang yang berlebih-lebihan.

3. Tipe Militeristi

Tipe ini bersifat sok kemiliter-militeran. Hanya gaya luarannya saja yang mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain ialah :

a. Lebih banyak menggunakan sistem pemerintah/komando terhadap bawahannya, keras sangat otoriter, kaku dan sering kali kurang bijaksana.

b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

c. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebih-lebihan.

d. Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.

e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.

f. Komunikasi hanya berlangsung searah saja. 4. Tipe Otokratis

Tipe ini merupakan tipe kepemimpinan yang mendasar pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Pemimpin


(29)

otokratis itu senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal dan merajai keadaan.

5. Tipe Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan ini, sang pemimpin praktis tidak memimpin, dimana pemimpin membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Tipe pemimpin ini tidak mempunyai kewibawaan dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. Ringkasnya pemimpin laissez faire pada hakikatnya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian sebenarnya. Sebab bawahan dalam situasi kerja sedemikian itu tidak sama sekali terpimpin, tidak terkontrol, tanpa disiplin, masing-masing orang bekerja semau sendiri dengan irama dan tempo.

6. Tipe Populistis

Tipe kepemimpinan ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan nasionalisme.

7. Tipe Administratif atau eksekutif

Kepemimpinan administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif, sedang para pemimpin terdiri dari teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakan dinamika modernisasi dan pembangunan. Dengan


(30)

untuk memerintah, yaitu untuk memantapkan integritas bangsa pada khususnya, dan usaha pembangunan pada umumnya. Dengan kepemimpinan administrasi ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, industri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini terletak pada individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Secara ringkas dapat dinyatakan, kepemimpinan demokratis menitik beratkan masalah aktivitas setiap anggota kelompok juga para pemimpin lainnya, yang semuanya terlibat aktif dalam penentuan sikap, perbuatan rencana-rencana, pembuatan keputusan penerapan disiplin kerja (yang ditanamkan secara sukarela oleh kelompok-kelompok dalam suasana demokratis), dan pembajaan etika kerja. (Kartini Kartono. Dr, 1991:69)

1.5.1.3 Fungsi Kepemimpinan

Adapun fungsi dari pada kepemimpinan adalah: Sebagai pemandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi dan membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa para


(31)

pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan. (Kartono, 2005: 93)

Selanjutnya fungsi kepemimpinan adalah untuk dapat menciptakan visi dan rasa komunitas, membantu mengembangkan komitmen daripada sekedar memenuhinya, menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan pandangan yang berlainan, mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog, membantu menggunakan pengaruh mereka, memfasilitasi, memberi semangat pada yang lain, menopang tim, bertindak sabagai model. (Veithzal, 2004: 95)

1.5.2 Desa

1.5.2.1 Pengertian Desa

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, Bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara


(32)

1.5.2.2 Perencanaan Pembangunan Desa

Di dalam Peraturan Pemerintah Pasal 63 tentang Perencanaan Pembangunan Desa, bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa disusun perencanaan pembangungan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah Kabupaten/Kota. Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya. Dalam menyusun perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.

Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat 2 disusun secara berjangka meliputi;

a. Rencana pembangunan jangka menengah desa yang selanjutnya disebut RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

b. Rencana kerja pembangunan desa, selanjutnya disebut RKP Desa, merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

1.5.2.3 Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Kepala Desa

Sesuai dengan Peraturan Pemertintah Nomor 72 Tahun 2005, dalam melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan hak kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yaitu:

1) Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Kepala Desa mempunyai wewenang :


(33)

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD

b. mengajukan rancangan peraturan desa

c. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD

e. membina kehidupan masyarakat desa f. membina perekonomian desa

g. mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

h. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang undangan.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban:

a) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat


(34)

e) melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme

f) menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa g) menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan

h) menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik

i) melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa j) melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa

k) mendamaikan perselisihan masyarakat di desa l) mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa

m) membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial,budaya dan adat istiadat

n) memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa

o) mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun.


(35)

1.5.3 Partisipasi Masyarakat 1.5.3.1 Pengertian Partisipasi

Pengertian partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia, partisipasi masyarakat adalah hal tentang turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta. (Salim, 2002: 110)

Dimaksud dengan partisipasi adalah ke ikut sertaan masyarakat dalam proses pembangunan, baik dengan penghimpunan atau menyumbangkan benda dan uang, pikiran atau ide maupun dengan tenaga atau gotong royong.(Nitisemito, 1982: 21)

Menurut Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Taliziduhu Ndraha menyatakan bahwa belum ada defenisi yang memuaskan mengenai istilah partisipasi. Oleh karena itu mereka membatasinya pada “developmental participation” atau partisipasi di bidang pembangunan, dalam hal ini berarti partisipaasi masyarakat.

Partisipasi masyarakat sudah sekian lama di perbincangkan dan didengung-dengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau sebanyak mungkin orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuannya guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai “pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Pengertian yang lebih lengkap di kemukakan oleh Davis yang di kutip oleh Taliziduhu Ndraha sebagai berikut:

“Participation is defined as an individual mental and emotional involvment in a group situation that encourages him to contribute to group goals and to share


(36)

Apabila ditafsirkan maka “partisipasi” dalam hal ini menunjukan adanya keterlibatan mental dan emosional seseorang terhadap situasi kelompok atau komunitas di mana ia menjadi anggotanya, yang selanjutnya mendorong individu yang bersangkutan untuk memberikan konstribusi atau sumbangan tertentu serta bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan kepentingan bersama.

Ada empat aspek penting dalam rangka partisipasi dalam pembangunan yaitu: 1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme

proses politik dalam suatu negara turut menentukan arah, strategi, dan kebijaksanaan dalam pembangunan yang dilakukan pemerintah. Dalam masyarakat demokratis maka arah dan tujuan pembangunan hendaknya mencerminkan kepentingan masyarakat.

2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-tujuan dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu sebaiknya. Oleh karena itu pada umumnya pemerintah perlu memberikan pengarahan mengenai tujuan dan cara-cara mencapai tujuan pembangunan tersebut. 3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten

dengan arah, strategi, serta rencana yang telah ditetapkan.

4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam pembangunan yang berencana. (Bintoro, 1987: 222)

Dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan maka pengertian partisipasi yang dikemukakan oleh Davis tersebut setidak-tidaknya mengandung tiga pokok pikiran, yaitu:


(37)

a. Titik berat partisipasi adalah pada keterlibatan dan mental serta emosional. Kehadiran secara fisik/pribadi semata-mata dalam suatu kelompok tanpa keterlibatan tersebut bukanlah partisipasi.

b. Kesediaan memberikan konstribusi tergerakkan. Wujud konstribusi dalam pembangunan dapat bermacam-macam, misalnya: barang, uang, jasa, bahan, buah pikiran, keterampilan dan sebagainya.

c. Kesediaan untuk bertanggung jawab tergerakkan. (Ndraha, 1981:124)

Dengan demikian konsepsi partisipasi dalam pembangunan memiliki persfektif yang luas. Seseorang dikatakan telah berpartisipasi apabila ia telah terlibat secara utuh dalam proses pelaksanaan pembangunan baik secara fisik maupun mental. Keterlibatan individu tersebut dapat dimanivestasikan dalam berbagai bentuk konstribusi baik yang bersifat material seperti jasa, tenaga, buah pikiran, keterampilan dan sebagainya. (Bintoro, 1987: 222)

1.5.3.2 Bentuk Partisipasi

Ndraha (1982: 74) mengemukakan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi hal sebagai berikut:

a. Partisipasi dalam menerima dan memberi informasi.

b. Partisipasi dalam pemberian tanggapan dan saran terhadap informasi yang diterima baik yang bersifat menolak, menerima dengan syarat atau menerima dengan sepenuhnya.

c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan.


(38)

1.5.4 Perencanaan

Perencanaan adalah alat atau unsur manajemen dalam upaya menggerakkan dan mengarahkan organisasi dan bagian-bagiannya dalam mencapai tujuan yang di tentukan. (Sitanggang, 1999: 61)

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 2004, Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Perencanaan sebenarnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan dari waktu ke waktu dengan melibatkan kebijaksanaan (policy) dari pembuat keputusan berdasarkan sumber daya yang tersedia dan disusun secara sistematis. Suatu perencanaan di buat berdasarkan tujuan yang jelas karena perencanaan tersebut dipergunakan sebagai arah atau pedoman pelaksanaan pembangunan. Menurut Ardani dan Iswara (1986), defenisi perencanaan biasanya mengandung beberapa elemen, antara lain:

a. Perencanaan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif

b. Perencanaan dapat diartikan sebagai pengalokasian berbagai sumberdaya yang tersedia

c. Perencanaan dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai sasaran

d. Perencanaan dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai target sasaran yang dikaitkan dengan waktu masa depan. (Soekartawi, 1990: 21)

Peran perencanaan didalam gerak manajemen adalah membantu pimpinan di semua bagian dan jenjang organisasi, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Oleh karena itu perencanaan sebagai alat manajemen di setiap organisasi adalah merupakan perpaduan yang mencerminkan perencanaan dari


(39)

semua bagian organisasi di bawahnya yang disusun secara sistematik sehingga merupakan suatu keerangka kerja. Hal ini memudahkan pimpinan untuk mempelajari satu persatu, karena semua telah terprogram dalam kerangka kerja. Perencanaan juga merupakan suatu persiapan langkah dan kegiatan yang disusun atas pemikiran yang logis untuk mencapai tujuan yang di tentukan. Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka perencanaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan: rasional, integratif, di ketahui dan dimengerti oleh setiap pejabat di bagian-bagian organisasi. Dengan demikian perencanaan dapat menunjukan keterkaitan kegiatan antar-bagian organisasi atau dengan pihak lain bahkan juga hubungan kegiatan organisasi dengan organisasi lainnya sehingga masing-masing mengetahui apa yang harus diperbuat, apa alat yang harus di gunakan, bagaimana cara, kapan, dimana dan lain-lain yang menjamin ketepatan pelaksanaan. (Sitanggang, 1999: 63)

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa perencanaan pada dasarnya adalah hasil analisis untuk menjawab dua pertanyaan sebagai berikut:

- Apa yang menjadi tujuan

- Bagaimana mencapai tujuan tersebut dan apa alat yang digunakan. Demikian pentingnya perencanaan dalam upaya mencapai tujuan sehingga sering disebut bahwa perencanaan yang disusun dengan baik sudah dapat diangggap separuh dari semua pekerjaan telah diselesaikan.

Selanjutnya untuk dapat mencapai hal tersebut, maka perencanaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan: rasional, integratif, diketahui dan dimengerti oleh setiap pejabat di bagian-bagian organisasi. Dengan demikian perencanaan


(40)

lain bahkan juga hubungan kegiatan organisasi dengan organisasi lainnya sehingga masing-masing mengetahui apa yang harus diperbuat, apa alat yang digunakan, bagaimana cara, kapan, dimana, dan lain-lain yang menjadi ketepatan pelakasanaan. (Sitanggang, 1999: 65)

1.5.5 Pembangunan

Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang kontinu dan terus-menerus dari satu keadaaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Dalam pelaksanaan pembangunan melibatan masyarakat luas, sesuai dengan arah dan kebijaksanaan yang ditetapkan dalam proses pembangunan.

Menurut SP Siagian (1983: 23), pembangunan itu sendiri adalah sebagai usaha atau rangkaian usaha, pertumbuhan, perubahan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Nation Building).

Dalam pandangan Coralie Bryant dan Louise White dalam “Managing Development in the Third World” (1982, 14), pembangunan ialah upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya. Ada lima implikasi utama defenisi tersebut.

1) Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok (capacity).

2) Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai dan kesejahteraan (equity).

3) Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya.


(41)

Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan (empowerment).

4) Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri (sustainability).

5) Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu dengan negara yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati (interdependence). (Ndraha, 1990: 15)

1.5.6 Perencanaan Pembangunan

Dalam beberapa literatur perencanaan pembangunan (development planning), pembahasan terhadap pentingnya perencanaan ini sering di kaitkan dengan pembangunan itu sendiri. Pentingnya aspek perencanaan yang di kaitkan dengan aspek pembangunan dapat diklasifikasikan menjadi dua topik utama, yaitu:

a. Perencanaan sebagai “alat” dari pembangunan

b. Pembangunan sebagai tolak-ukur dari berhasil tidaknya pembangunan tersebut.

Perencanaan dianggap sebagai “alat” pembangunan, karena perencanaan memang merupakan alat strategis dalam menuntun jalanya pembangunan. Suatu perencanaan yang disusun secara acak-acakan (tidak sistematis) dan tidak memperhatikan aspirasi target group (sasaran), maka pembangunan yang di hasilkan juga tidak seperti yang diharapkan. Dengan demikian dalam konteks perencanaan sebagai “alat”, maka ia mempunyai keunggulan koprehensif; yang antara lain adalah sebagai berikut:


(42)

a. Perencanaan dapat dipakai sebagai alat untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan.

b. Perencanaan dapat dipakai sebagai alat penentuan berbagai alternatif dari berbagai kegiatan pembangunan.

c. Perencanaan dapat dipakai sebagai penentuan skala prioritas.

d. Perencanaan dapat dipakai sebagai alat “peramalan” (forecasting) dari kegiatan pada masa akan datang.

Disisi lain, perencanaan dapat dipandang sebagai “tolak ukur” dari keberhasilan dan kegagalan dari pembangunan yang mengandung arti bahwa kegiatan pembangunan yang “gagal” bisa jadi karena aspek perencanaannya yang “tidak baik”, dan begitu pula sebaliknya. Sebagai tolak ukur keberhasilan dan kegagalan pembangunan, maka perencanaan selalu direvisi pada setiap saat atau pada jangka waktu tertentu. Maksudnya, tentu saja untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dan untuk dipakai sebagai pedoman perbaikan dan pelaksanaan pembangunan di masa mendatang. (Soekartiwi, 1990: 24)

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 2004 Perencanaan Pembangunan terdiri atas empat tahap, yaitu:

a. Tahap penyusunan rencana

Tahap ini di laksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengakap suatu rencana yang sudah siap untuk di tetapkan terdiri dari empat langkah:

1. Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh dan terukur.

2. Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rencana pembangunan yang telah disiapkan.


(43)

3. Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing pemerintah melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrembang).

4. Langkah terakhir adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

b. Tahap penetapan rencana

Tahap ini dimana penetapan rencana tersebut menjadi produk hukum yang mengikat semua pihak yang melaksanakannya.

c. Tahap pengendalian pelaksanaan rencana

Tahap ini dimaksudkan untuk menjamin tercapai tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang pada rencana kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.

d. Evaluasi pelaksanaan

Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian tujuan sasaran dan kinerja pembangunan.

Proses perencanaan pembangunan nasional dalam hal perencanaan menurut jangka waktu di bagi tiga, yaitu:

1) Rencana pembangunan jangka panjang, yang selajutnya di singkat dengan RPJP dan dokumen perencanaan untuk periode 20 tahun.

2) Rencana pembangunan jangka menengah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJM dan dokumen perencanaan untuk 5 tahun. RPJM ini disebut dengan


(44)

kementrian atau lembaga untuk priode 5 tahun. Untuk perangkat satuan daerah disebt dengan Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 5 tahun.

3) Rencana Pembangunan Tahunan Nasional yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 tahun. Rencana Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 tahun. Rencana Pembangunan Tahunan Kementrian atau Lembaga yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Kementrian Lembaga (Renja-KL) adalah dokumen perencanaan kementrian atau lembaga untuk periode 1 tahun. Rencana Pembangunan yang disebut dengan Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja-SKPD) adalah dokumen perencanaan satua kerja perengkat daerah untuk periode 1 tahun.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih diuji kebenaranya. Berdasarkan konsep dan teori sebagaimana penulis kemukakan diatas, maka penulis akan mengemukakan hipotesis penelitian yakni “ Terdapat Pengaruh yang Positif dan Signifikan Antara Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan.”

Jika:

Ha : p0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar dari nol atau (-) dari nol berarti ada penngaruhnya dan hipotesa ini dapat diterima,


(45)

Ho : p = 0, 0 berarti ini tidak ada pengaruhnya dan hipotesa ini ditolak.

1.7 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang di gunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial (Singarimbun, !989: 32)

Berdasarkan judul penelitian yang dipilih oleh peneliti, maka yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Gaya kepemimpinan adalah pola atau tingkah laku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba untuk mempengaruhi prilaku orang lain, di mana gaya kepemimpinan yang biasa di gunakan adalah gaya kepemimpinan demokratis, otokratis, dan laissez faire.

2. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan adalah keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat baik secara fisik, mental maupun materi dalam menyusun program-program kegiatan pembangunan demi terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

1.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional pada dasarnya adalah petunjuk bagaimana caranya mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja yang melekat dalam variabel sebagai pendukung untuk dianalisis ke dalam variabel tersebut.


(46)

1. Variabel Bebas (Independen Variabel) Gaya Kepemimpinan indikatornya adalah:

a. Kepemimpinan Demokratis di ukur dengan:

- Memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahan - Memberi kebebasan mengeluarkan pendapat

- Membuat keputusan bersama dengan anggota kelompok - Senang menerima saran dan kritik

- Mengutamakan kerja sama

b. Kepemimpinan Otokratis di ukur dengan : - Kurang mempercayai anggota kelompoknya - otoriter

- Kurang perhatian terhadap anggota kelompoknya - Senantiasa membuat keputusan sendiri

- Kurang toleransi terhadap terhadap kesalahan yang dilakukan anggota kelompok

c. Kepemimpinan Laissez Faire diukur dengan: - Tidak yakin pada kemampuan sendiri

- Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok - Tidak berani menanggung resiko

- Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan dengan indikator: a. Frekuensi kehadiran dalam rapat yang membicarakan program-program


(47)

b. Pernah tidaknya mengajukan saran untuk pembangunan desa.

c. Frekuensi keterlibatan secara fisik dalam pelaksanaan operasional program pembangunan.

d. Intensitas pemberian sumbangan/konstribusi yang bersifat material seperti uang, barang atau bahan.


(48)

1.9Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metedologi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan sistematika penulisan BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran umum tentang lokasi penelitian yaitu Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli serdang, yaitu mengenai geografis, demografis, sosial budaya, mata pencaharian dan pemerintahan.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan identitas responden, distribusi jawaban responden terhadap jawaban gaya kepemimpinan Kepala Desa, jawaban responden terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

BAB V : ANALISA DATA

Analisa data berisikan klasifikasi data, pengujian hipotesa, dan koefisien determinan. Kemudian pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan serta hubungan antara variabel bebas/independen (X) dengan variabel terikat/devenden (Y).


(49)

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari hasil penelitian.


(50)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, yaitu mencoba meneliti hubungan antara satu variabel independen dengan satu dependen.

2.2Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

2.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2005 :90). Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah kepala rumah tangga yang

ada di desa Galang Suka. Desa Galang Suka merupakan desa yang penduduknya berjumlah 2914 jiwa atau 631 Kepala Keluarga.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005: 91). Untuk itu dalam penentuan sampel pada penelitian ini penulis menggunakan tehnik penarikan sampel berdasarkan Rumus Taro Yamane dalam buku Rakhmat (2007: 82) yakni sebagai berikut:


(51)

1 2 + = Nd N n Keterangan: n : jumlah sampel N : jumlah populasi

d : presesi (tingkat kesalahan penarikan sampel) ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90% (Rahmat, 1991: 82 )

Selanjutnya dengan mensubtitusikan jumlah populasi dan presesi kedalam rumus diatas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

( )

( )

86 1 01 , 0 631 631 1 % 10 631 631 2 = + = + = n n n

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 86 kepala rumah tangga. Selain sampel diatas, penulis juga menggunakan beberapa informan kunci yang dianggap benar-benar mengetahui masalah penelitian. Dalam hal ini, informan kunci yang ditentukan adalah:

1. Kepala Desa

2. Kepala Urusan Pembangunan 1 orang 3. Lembaga Masyarakat 2 orang

Jadi jumlah seluruh informan kunci 4 orang, informan ini sangat diperlukan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.


(52)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

4. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diambil melalui kegiatan penelitian dengan langsung terjun ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti di lakukan dengan cara: a. Kuesioner, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data yang

relevan dari responden melalui daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Dalam daftar pertanyaan tersebut telah ditentukan alternatif jawaban.

b. Wawancara, merupakan suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang masalah yang diteliti.

c. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang brkaitan dengan fokus penelitian.

5. Pengumpulan data sekunder, yaitu data yang dilakukan secara tidak langsung yang diperoleh untuk melengkapi data primer dengan cara:

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku dan bahan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menelaah catatan tertulis, baik dari dokumen maupun arsip yang menyangkut masalah yang diteliti.


(53)

2.5Penentuan Skor

Melalui penyebaran angket/kuesioner yang berisikan beberapa tentang kepemimpinan camat dan partisipasi masyarakat yang diajukan secara tertutup kepada responden, maka akan ditentukan skor dari setiap jawaban pertanyaan. Dari setiap alternative jawaban diberikan skor berbeda, yaitu:

Untuk jawaban alternative (a) diberi skor 5 Untuk jawaban alternative (b) diberi skor 4 Untuk jawaban alternative (c) diberi skor 3 Untuk jawaban alternative (d) diberi skor 2 Untuk jawaban alternative (e) diberi skor 1

Untuk mengetahui banyaknya skor yang diperoleh dari responden apakah dalam kategori tinggi, sedang, rendah, ditentukan terlebih dahulu intreval dengan cara berikut: 80 , 0 5 1 5 = − = − = ilangan banyaknyab skorrendah i skortinngg Interval

Setelah total skor jawaban responden diketahui dapat ditentukan apakah masing-masing variabel termasuk dalam kategori sangat tinggi, sedang, rendah, karena skor jawaban bergerak antara 1 s/d 5 kelas kategori menjadi:

1,00 s/d 1,80 : termasuk kategori sangat rendah 1,81 s/d 2,60 : termasuk kategori rendah

2,61 s/d 3,40 : termasuk kategori sedang 3,41 s/d 4,20 : termasuk kategori tinggi


(54)

2.6Teknik Analisa data

Teknik analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif, yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Adapun metode statistik yang digunakan adalah:

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Cara ini di gunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan rumus sebagai berikut:

( )( )

( )

[

]

[

( )

]

− = 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n rxy Keterangan : xy

r : angka indeks korelasi “r” koefisien korelasi

x : jumlah skor X

y : jumlah skor Y x : variabel bebas y : variabel terikat n : jumlah sampel

xy: jumlah hasil perkalian antara skor X dan skorY

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut maka dapat di rumuskan sebagai berikut:


(55)

1. Nilai rxy yang positif menunjukan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.

2. Nilai rxy yang negatif menunjukan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu di ikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

3. Nilai rxy yang sama dengan nol (0) menunjukan kedua variabel tidak mempunyai hubungan artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antar kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau interprestasi angka yang di kemukakan oleh Sugiyono (2005: 214) sebagai berikut:

Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 sangat rendah

0,20 - 0,399 rendah

0,40 - 0,599 sedang

0,60 - 0,799 kuat

0,80 – 1,000 sangat kuat

Dengan nilai rxy yang diperoleh, kita dapat melihat secara langsung melalui tabel korelasi yang menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut berarti atau tidak, tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu,


(56)

dalam hal ini signifikan 5% bila nilai r tersebut signifikan artinya, hipotesisi alternatif dapat diterima.

2.6.2 Koefisien Determinan

Koefisien determinasi di gunakan untuk mengetahui berapa persen pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah:

D =

( )

r 2x100%

D = koefisien determinasi


(57)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, yaitu mencoba meneliti hubungan antara satu variabel independen dengan satu dependen.

2.2Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

2.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2005 :90). Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah kepala rumah tangga yang

ada di desa Galang Suka. Desa Galang Suka merupakan desa yang penduduknya berjumlah 2914 jiwa atau 631 Kepala Keluarga.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005: 91). Untuk itu dalam penentuan sampel pada penelitian ini penulis menggunakan tehnik penarikan sampel berdasarkan Rumus Taro Yamane dalam buku Rakhmat (2007: 82) yakni sebagai berikut:


(58)

1 2 + = Nd N n Keterangan: n : jumlah sampel N : jumlah populasi

d : presesi (tingkat kesalahan penarikan sampel) ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90% (Rahmat, 1991: 82 )

Selanjutnya dengan mensubtitusikan jumlah populasi dan presesi kedalam rumus diatas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

( )

( )

86 1 01 , 0 631 631 1 % 10 631 631 2 = + = + = n n n

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 86 kepala rumah tangga. Selain sampel diatas, penulis juga menggunakan beberapa informan kunci yang dianggap benar-benar mengetahui masalah penelitian. Dalam hal ini, informan kunci yang ditentukan adalah:

1. Kepala Desa

2. Kepala Urusan Pembangunan 1 orang 3. Lembaga Masyarakat 2 orang

Jadi jumlah seluruh informan kunci 4 orang, informan ini sangat diperlukan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.


(59)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

4. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diambil melalui kegiatan penelitian dengan langsung terjun ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti di lakukan dengan cara: a. Kuesioner, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data yang

relevan dari responden melalui daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Dalam daftar pertanyaan tersebut telah ditentukan alternatif jawaban.

b. Wawancara, merupakan suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang masalah yang diteliti.

c. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang brkaitan dengan fokus penelitian.

5. Pengumpulan data sekunder, yaitu data yang dilakukan secara tidak langsung yang diperoleh untuk melengkapi data primer dengan cara:

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku dan bahan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menelaah catatan tertulis, baik dari dokumen maupun arsip yang menyangkut masalah yang diteliti.


(60)

2.5Penentuan Skor

Melalui penyebaran angket/kuesioner yang berisikan beberapa tentang kepemimpinan camat dan partisipasi masyarakat yang diajukan secara tertutup kepada responden, maka akan ditentukan skor dari setiap jawaban pertanyaan. Dari setiap alternative jawaban diberikan skor berbeda, yaitu:

Untuk jawaban alternative (a) diberi skor 5 Untuk jawaban alternative (b) diberi skor 4 Untuk jawaban alternative (c) diberi skor 3 Untuk jawaban alternative (d) diberi skor 2 Untuk jawaban alternative (e) diberi skor 1

Untuk mengetahui banyaknya skor yang diperoleh dari responden apakah dalam kategori tinggi, sedang, rendah, ditentukan terlebih dahulu intreval dengan cara berikut: 80 , 0 5 1 5 = − = − = ilangan banyaknyab skorrendah i skortinngg Interval

Setelah total skor jawaban responden diketahui dapat ditentukan apakah masing-masing variabel termasuk dalam kategori sangat tinggi, sedang, rendah, karena skor jawaban bergerak antara 1 s/d 5 kelas kategori menjadi:

1,00 s/d 1,80 : termasuk kategori sangat rendah 1,81 s/d 2,60 : termasuk kategori rendah

2,61 s/d 3,40 : termasuk kategori sedang 3,41 s/d 4,20 : termasuk kategori tinggi


(61)

2.6Teknik Analisa data

Teknik analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif, yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Adapun metode statistik yang digunakan adalah:

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Cara ini di gunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan rumus sebagai berikut:

( )( )

( )

[

]

[

( )

]

− = 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n rxy Keterangan : xy

r : angka indeks korelasi “r” koefisien korelasi

x : jumlah skor X

y : jumlah skor Y x : variabel bebas y : variabel terikat n : jumlah sampel

xy: jumlah hasil perkalian antara skor X dan skorY

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut maka dapat di rumuskan sebagai berikut:


(62)

1. Nilai rxy yang positif menunjukan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.

2. Nilai rxy yang negatif menunjukan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu di ikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

3. Nilai rxy yang sama dengan nol (0) menunjukan kedua variabel tidak mempunyai hubungan artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antar kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau interprestasi angka yang di kemukakan oleh Sugiyono (2005: 214) sebagai berikut:

Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 sangat rendah

0,20 - 0,399 rendah

0,40 - 0,599 sedang

0,60 - 0,799 kuat

0,80 – 1,000 sangat kuat

Dengan nilai rxy yang diperoleh, kita dapat melihat secara langsung melalui tabel korelasi yang menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut berarti atau tidak, tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu,


(63)

dalam hal ini signifikan 5% bila nilai r tersebut signifikan artinya, hipotesisi alternatif dapat diterima.

2.6.2 Koefisien Determinan

Koefisien determinasi di gunakan untuk mengetahui berapa persen pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah:

D =

( )

r 2x100%

D = koefisien determinasi


(64)

BAB III

DESKRIPSI DAN LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Desa Galang Suka 3.1.1 Keadaan Geografis

Desa Galang Suka merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Galang Suka berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Desa Jaharun A Sebelah Selatan : Desa Sei Karang

Sebelah Barat : Desa Sei Karang dan Desa Tanah Merah Sebelah Timur : Desa Jaharun A dan Kelurahan Galang Kota. Luas Desa Galang Suka 135 Ha, dengan letak astronomis:

Lintang Utara : 02 57 – 03 16 Lintang Selatan : 98 33 – 99 27

Desa Galang Suka berada di atas ketinggian 10 m dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2.294 – 2.452 mm, rata-rata suhu 22,7 C – 33,0 C dengan kelembaban 85 %. Desa Galang Suka merupakan desa yang memiliki daratan yang datar, dan berada di luar kawasan hutan.

3.1.2 Demokrafi

Berdasarkan data dari hasil rekapitulasi hasil pendaftaran keluarga tahun 2007 jumlah penduduk Desa Galang Suka sebanyak 2.914 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 631 kepala keluarga atau rata-rata tiap kepala keluarga


(65)

sebanyak 5 orang. Jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dari jumlah penduduk laki-laki yaitu 1.420 jumlah penduduk perempuan dan 1.494 jumlah penduduk laki-laki.

3.1.3 Sosial Budaya

Penduduk Desa Galang Suka menganut agama Islam dan Katholik. Jumlah penduduk yang beragama islam lebih banyak di banding dengan jumlah penduduk yang beragama khatolik. Yaitu 2.872 jumlah penduduk yang beragama islam dan 42 jumlah penduduk yang beragama khatolik. Hampir semua penduduk Desa Galang Suka memeluk agama islam. Desa Galang Suka memiliki tempat ibadah sebanyak 5 unit, yaitu: 2 unit masjid dan 3 unit musholla. Sarana kesehatan yang ada di desa Galang Suka berjumlah 2 unit, yaitu: 1 unit posyandu dan 1 unit poliklinik/tempat pengobatan. Desa Galang Suka memiliki sarana pendidikan yang berjumlah 3 unit yang terdiri dari 1 unit Taman Kanak-kanak, 1 unit Sekolah Dasar dan 1 unit Madrasah Diniyah.

3.1.4 Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Galang Suka adalah wiraswasta, hampir 50% penduduk desa mendapatkan penghasilan dengan berwiraswasta, 32,6% pegawai swasta, dan 8,1% pegawai negeri sipil, guru 2,3% dan pedagang 7%. Penduduk desa Galang Suka banyak membuat bibitan tanaman yang nantinya akan dijual seperti bibit tanaman rambung, sawit, dan coklat. Desa Galang Suka ini termasuk desa percontohan untuk tanaman perkebunan, karena kualitas


(66)

bibit tanaman tersebut. Dan para penduduk pun semakin giat membuka usaha pembibitan ini. Tidak heran kalau penghasilan penduduk desa ini sangat tinggi, dan hanya sedikit penduduk miskin yang ada di desa ini.

3.2 Pemerintahan

Desa Galang Suka merupakan desa yang memiliki 5 dusun, yang terdiri dari dusun I, II, III, IV, dan V. Desa Galang Suka di pimpin oleh seorang Kepala Desa, dengan kepala dusun sebanyak 5 orang.

3.2.1 Susunan Organisasi Kepala Desa Galang Suka a. Kepala Desa

b. Sekretaris Desa c. Bendahara Desa

d. Kepala Urusan Pemerintahan e. Kepala Urusan Pembangunan

f. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat g. Kepala Dusun

h. Ketua Rukun Tetangga (RT) i. Ketua Rukun Warga (RW)


(67)

3.2.2 Uraian Tugas dan Fungsi a. Kepala Desa

Kepala Desa mempunyai tugas dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah desa.

b. Sekretaris Desa

1. Sekretaris Desa mempunyai tugas membantu kepala desa dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunann dan pembinaan kehidupan masyarakat.

2. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, sekretaris Desa mempunyai tugas:

3. Memberikan saran dan pendapat dan mengendalikan serta mengawasi semua unsur/kegiatan Sekretariat Desa.

4. Memberikan informasi mengenai keadaan Sekretariat Desa dan keadaan Desa

5. Merumuskan Program Kegiatan Kepala Desa

6. Memimpin, mengkoordinasi dan mengendalikan serta mengawasi semua kegiatan Sekretaris Desa

7. Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan

8. Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil-hasilnya

9. Menyusun RAPBD Desa


(1)

1. Identitas Responden

No. Responden :……..(di isi oleh peneliti)

Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Usia : a. 17-25 tahun d. 44-52 tahun

b. 26-34 tahun e. 52 tahun keatas c. 34-43 tahun

Pendidikan : a. SD d. Diploma

b. SLTP e. Sarjana c. SLTA

Pekerjaan : a. Wiraswasta d. Guru b. Pegawai negeri e. Pedagang c. Pegawai swasta

2. Petunjuk Pengisian

Dalam menjawab semua pertanyaan di bawah ini saudara di persilahkan untuk memberi tanda silang (x)pada salah satu jawaban yang telah tersedia sesuai dengan pendapat pribadi saudara.

3. Daftar pertanyaan variable penelitian

a. Kepemimpinan Demokratis

Variabel bebas (x)” Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa”

1. Menurut Saudara, apakah kepala desa dalam melaksanakan tugasnya memberikan bimbingan yang efisien kepada anggota masyarakat?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b.Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

2. Menurut saudara, apakah kepala desa memberikan kesempatan kepada anggota masyarakat dalam mengeluarkan pendapat tentang pembangunan desa?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah


(2)

3. Menurut saudara, apakah kepala desa mengajak anggota masyarakat dalam membuat keputusan?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

4. Apakah kepala desa menanggapi saran dan kritik dari masyarakat tentang pembangunan desa?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

5. Apakah kepala desa bekerja sama dengan anggota masyarakat dalam menyusun tugas-tugas tentang pembangunan?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang b. Kepemimpian Otokratis

6. Menurut saudara, apakah kepala desa memberikan kesempatan dalam mmenyusun program-program pembanggunan?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

7. Menurut saudara, apakah kepala desa bersifat otoriter dalam menjalankan tugasnnya?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah b. Seering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

8. Apakah kepala desa memperhatikan anggota masyarakat dalam menjalankan tugasnya?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah


(3)

9. Menurut saudara, apakah masyarakat dilibatkan dalam merumuskan tujuan pembangunan desa?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

10.Menurut saudara, apakah kepala desa memberikan koreksi terhadap kesalahan yang terjadi pada saat merumuskan program-program pembangunan didesa?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

c. Kepemimpinan Laissez Faire

11.Menurut saudara, apakah kepala desa yakin pada kemampuannya selama melaksanakan tugasnya?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

12.Apakah kepala desa tegas dalam menetapkan tujuan perencanaan pembangunan desa?

a. Sanagat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

13.Menurut saudara, apakah kepala desa berani mengambil resiko apabila terjadi kesalahan pada pelaksanaan program pembangunan yang telah di jalankan selama ini?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e, Tidak pernah

c. Kadang-kadang

14.Menurut saudara, apakah dalam menjalankan tugasnya kepala desa membatasi hubungan komunikasi dengan anggota masyarakat?


(4)

c. Kadang-kadang

1. Menurut saudara, apakah anggota masyarakat berpartisipasi dalam musyawarah pembangunan didesa ini?

Variabel terikat (y) “Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan”

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b.Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

2. Apakah saudara mengetahui program-program tentang pembangunan didesa ini?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

3. Menurut saudara, apakah dalam merencanakan program-program pembangunan terdapat kejasama sama dan hubungan yang baik antara kepala desa dengan anggota masyarakat?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

4. Menurut saudara, apakah anggota masyarakat keberatan dalam memberikan sumbangan baik fisik maupun materi?

a. Sangat Sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

5. Apakah saudara hadir dalam setiap pertemuan yang membicarakan tentang program-program pembangunan desa?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

6. Menurut saudara, apakah anggota masyarakat mengajukan saran-saran untuk pembangunan didesa ini?


(5)

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

7. Menurut saudara, apakah anggota masyarakat terlibat secara fisik dalam pelaksanaan operasional program pembangunan?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

8. Apakah saudara memberikan bantuan untuk pembangunan desa? a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

9. Apakah saudara ikutserta dalam merencanakan program-program pembangunan?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

10.Apakah dalam menyusun program pembangunan masyarakat memberikan bantuan berupa materi?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

11.Menurut saudara, apakah anggota masyarakat merasa puas dengan program-program pembangunan yang telah ditetapkan?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

12.Apakah saudara memberikan saran dalam perencanaan pembangunan untuk desa ini?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah


(6)

13.Apakah dalam perencanaan pembangunan masyarakat ikutserta dalam mengambil keputusan?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

14.Menurut saudara, apakah anggota masyarakat mengadakan evaluasi terhadap program-program pembangunan?

a. Sangat sering d. Hampir tidak pernah

b. Sering e. Tidak pernah

c. Kadang-kadang