0.05 Pengaruh Konsentrasi Ragi Dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Minuman Beralkohol Dari Nenas (Ananas sativus)

perlakuan L 3 12 hari. Semakin lama waktu fermentasi yang dilakukan maka semakin rendah kandungan total padatan terlarut. Penurunan total padatan terlarut disebabkan selama proses fermentasi karbohidrat dirombak menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Menurut Hidayat, et al. 2006 fermentasi dapat diartikan sebagai perubahan gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir dan jamur. Dalam hal ini, semakin lama proses fermentasi berlangsung, maka jumlah karbohidrat yang dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana semakin banyak sehingga semakin lama proses fermentasi maka semakin rendah lah nilai total padatan terlarut. Pengaruh interaksi penambahan ragi dan lama fermentasi dengan total padatan terlarut Dari analisa sidik ragam Lampiran 1 pengaruh interaksi penambahan ragi dan lama fermentasi memberi pengaruh yang tidak nyata p0.05 terhadap total padatan terlarut sehingga uji LSR tidak dilanjutkan. Asam Mudah Menguap Pengaruh penambahan ragi terhadap asam mudah menguap dihitung sebagai asam asetat Dari analisa Sidik ragam pada Lampiran 2 dapat diketahui bahwa penambahan ragi memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata P0.01 terhadap kadar asam mudah menguap yang dihasilkan. Untuk mengetahui perbedaan kadar asam mudah menguap akibat penambahan konsentrasi ragi pada masing-masing taraf perlakuan maka dilanjutkan dengan uji LSR least significant Ranges, seperti tertera pada Tabel 10. Tabel 10. Pengaruh konsentrasi ragi terhadap kandungan asam mudah menguap x10 -2 Jarak LSR Perlakuan Rataan x10 -2 Notasi 0.05

0.01 0.05

0.01 Universitas Sumatera Utara - - - K 1 = 1 2.63 e E 2 0.15524 0.21507 K 2 = 2 3.04 d D 3 0.16298 0.22538 K 3 = 3 3.36 c C 4 0.16762 0.23209 K 4 = 4 3.66 b B 5 0.17071 0.23621 K 5 = 5 4.04 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Dari Tabel 10 dapat kita lihat bahwa K 1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap K 2 , K 3 , K 4 dan K 5 . Perlakuan K 2 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap K 3 , K 4 ,dan K 5 . Perlakuan K 3 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap K 4 dan K 5 . Perlakuan K 4 Memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 5 Total kandungan asam mudah menguap tertinggi terdapat pada perlakuan K 5 pemberian ragi 5 yaitu sebesar 4.04 x 10 -2 , sedangkan total kandungan asam mudah menguap terendah terdapat pada perlakuan K 1 pemberian ragi 1 yaitu sebesar 2.63 x 10 -2 . Hubungan penambahan ragi terhadap total kandungan asam mudah menguap mengikuti garis regresi linier dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Grafik hubungan penambahan ragi dengan kandungan asam mudah menguap Dari Gambar 7 dapat kita lihat ada peningkatan kandungan asam mudah menguap dari perlakuan K 1 1 menuju perlakuan K 2 2. Dan terus mengalami peningkatan hingga ŷ = 34.4K + 2.314 r = 0.998 1 2 3 4 5 6 A sa m M u d a h M e n g u a p x 1 -2 Konsentrasi Ragi Universitas Sumatera Utara perlakuan K 3 3, K 4 4, dan K 5 5. Semakin besar konsentrasi ragi yang diberikan jumlah mikroba perombak pun semakin besar, maka keasaman bahan semakin tinggi, dimana asam dihasilkan dari perombakan alkohol menjadi asam asetat dan asam-asam lainnya. Menurut Amerine, et al, 1972 pada proses fermentasi dihasilkan asam-asam mudah menguap, di antaranya asam laktat, asam asetat, asam formiat, asam butirat dan asam propionat. Sehingga Semakin besar persentase ragi maka jumlah asam semakin tinggi. Semakin tinggi persentase ragi, semakin banyak khamir dan bakteri yang terdapat di dalam minuman anggur, sehingga semakin banyak karbohidrat yang dirombak menjadi glukosa, alkohol , asam asetat dan senyawa lainnya. Sehingga semakin besar jumlah persentase ragi maka akan semakin besar asam mudah menguap yang dihasilkan Tim Penulis UNAIR, 2007. Pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan asam mudah menguap Dari analisa sidik ragam pada Lampiran 2 dapat diketahui bahwa Lama fermentasi akan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata P0.01 terhadap kandungan asam mudah menguap. Untuk mengetahui perbedaan kadar asam mudah menguap akibat lama waktu fermentasi pada masing-masing taraf perlakuan maka dilanjutkan dengan uji LSR, seperti tertera pada Tabel 11. Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa taraf lama fermentasi perlakuan L 1 memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan L 2 dan L 3. Perlakuan L 2 memberi pengaruh yang sangat nyata pada perlakuan L 3 . Tabel 11. Uji LSR pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan asam mudah menguap x10 -2 Jarak LSR Perlakuan Rataan x10 -2 Notasi 0.05

0.01 0.05

0.01 - - - L 1 = 4 hari 2.89 c C Universitas Sumatera Utara 2 0.12025 0.16659 L 2 = 8 hari 3.37 b B 3 0.12624 0.17458 L 3 = 12 hari 3.78 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Total asam mudah menguap tertinggi terdapat pada L 3 lama fermentasi 12 hari yaitu sebesar 3.78 x 10 -2 dan kandungan asam mudah menguap terendah terdapat pada L 1 lama fermentasi 4 hari yaitu sebesar 2.89 x 10 -2 . Hubungan lama fermentasi dengan kandungan asam mudah menguap dapat dilihat pada Gambar 8 yang mengikuti garis regresi linier. Gambar 8. Grafik hubungan lama fermentasi dengan kandungan asam mudah menguap Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa ada peningkatan kandungan asam mudah menguap dari perlakuan L 1 4 hari menuju L 2 8 hari dan terus mengalami peningkatan hingga L 3 12 hari. Semakin lama proses fermentasi berlangsung maka semakin besar asam-asam organik yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan literatur Amerine, et al. 1972 yang menyatakan semakin lama fermentasi , maka asam-asam mudah menguap yang dihasilkan semakin banyak. Semakin lama fermentasi maka kadar keasamannya semakin tinggi , Desroiser 1988, menyatakan bahwa pada proses fermentasi akan dihasilkan asam-asam mudah menguap, ŷ = 0.111L + 2.452 r = 0.9989 2 4 6 8 10 12 14 A sa m M u d a h M e n g u a p x 1 -2 Lama Fermentasi hari 4.00 3.50 3.00 2.50 0.00 Universitas Sumatera Utara diantaranya asam laktat, asam asetat, asam formiat, asam butirat, dan asam propionat. Asam dihasilkan dari perombakan glukosa dan alkohol. Pengaruh interaksi penambahan konsentrasi ragi dan lama fermentasi dengan kandungan asam mudah menguap Dari analisa sidik ragam pada Lampiran 2 pengaruh interaksi penambahan konsentrasi ragi dan lama fermentasi memberi pengaruh yang tidak nyata p0.05 terhadap kandungan asam mudah menguap yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan. pH Pengaruh penambahan ragi terhadap pH Dari analisa sidik ragam pada Lampiran 3 dapat diketahui bahwa penambahan konsentarsi ragi memberi pengaruh sangat nyataP0,01 terhadap nilai pH. Untuk mengetahui perbedaan pH akibat penambahan konsentrasi ragi pada masing-masing taraf perlakuan maka dilanjutkan dengan uji LSR , seperti tertera pada Tabel 12. Tabel 12. Uji LSR pengaruh konsentrasi ragi terhadap nilai pH Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01 - - - K 1 = 1 3.90 a A 2 0.04448 0.06162 K 2 = 2 3.85 b B 3 0.04669 0.06457 K 3 = 3 3.79 c C 4 0.04802 0.06649 K 4 = 4 3.72 d D 5 0.04891 0.06767 K 5 = 5 3.62 e E Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Dari Tabel 12 dapat diketahui bahawa K 1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 2 , K 3 , K 4 dan K 5 . Perlakuan K 2 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 3 , K 4 dan K 5 . Perlakuan K 3 Memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap Perlakuan K 4 dan K 5 . Perlakuan K 4 memberi pengaruh sangat nyata pada perlakuan K 5. Universitas Sumatera Utara pH tertinggi diperoleh pada perlakuan K 1 pemberian ragi 1 yaitu sebesar 3.90 sedangkan kadar pH Terendah terdapat pada perlakuan K 5 pemberian ragi 5 yaitu sebesar 3,68 . Hubungan besar konsentrasi ragi terhadap kandungan pH dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 .Grafik hubungan konsentrasi ragi dengan pH Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa pH dari perlakuan K 1 lebih besar dibandingkan perlakuan K 2 2 dan terus mengalami penurunan sampai perlakuan K 3 3, K 4 4, dan K 5 5. Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi ragi yang diberikan maka semakin besar jumlah mikroba perombak yang terdapat pada sari buah nenas, Maka keasaman bahan semakin meningkat , dimana asam dihasilkan dari perombakan alkohol menjadi asam asetat dan asam- asam lainnya, sehingga pH minuman fermentasi yang dihasilkan semakin menurun. Menurut Amerine, et al, 1972 pada proses fermentasi dihasilkan asam-asam mudah menguap, diantaranya asam laktat, asam asetat, asam formiat, asam butirat dan asam propionat. Sehingga Semakin besar persentase ragi maka jumlah asam semakin tinggi. Semakin tinggi kadar keasaman bahan maka pH semakin menurun. ŷ= -7.05x + 3.987 r = -0.9899 1 2 3 4 5 6 N il a i p H Konsentrasi Ragi 4.00 3.90 3.80 3.70 3.60 0.00 Universitas Sumatera Utara Menurut Buckle, et al. 1987 karbon dan energi dapat diperoleh dari gula karbohidrat sederhana seperti glukosa. Karbohidrat merupakan sumber karbon yang paling banyak digunakan dalam fermentasi oleh sel khamir.Bakteri asam asetat melakukan metabolisme yang bersifat aerobik. Peranan utamanya dalam fermentasi yaitu mengoksidasi alkohol dan karbohidrat lainnya menjadi alkohol dan asam asetat. Asam yang dihasilkan pada proses tersebut akan menurunkan pH lingkungan dan menimbulkan rasa asam. Jika tumbuh dalam anaerobik, kebanyakan khamir cenderung memfermentasikan substrat karbohidrat untuk menghasilkan etanol bersama sedikit produk lainnya. Jika persentase ragi semakin tinggi, kadar alkohol dan keasaman akan semakin meningkat dan kadar gula pun akan menurun. Pengaruh lama fermentasi terhadap nilai pH Dari analisa sidik ragam pada Lampiran 3 dapat diketahui bahwa lama waktu fermentasi memberi pengaruh berbeda sangat nyata P0.01 terhadap pH. Untuk mengetahui perbedaan pH akibat lama waktu fermentasi pada masing-masing taraf perlakuan maka dilanjutkan dengan uji LSR, seperti tertera pada Tabel 13. Tabel 13. Uji LSR pengaruh lama fermentasi terhadap nilai pH Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01 - - - L 1 = 4 hari 3.94 a A 2 0.03445 0.04773 L 2 = 8 hari 3.67 c C 3 0.03617 0.05002 L 3 =12 hari 3.72 b B Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa taraf lama fermentasi perlakuan L 1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L 2 dan L 3 . Perlakuan L 2 memberi pengaruh berbeda nyata pada perlakuan L 3 . Universitas Sumatera Utara Kadar pH tertinggi terdapat pada perlakuan L 1 lama fermentasi 4 hari yaitu 3.94 sedangkan kadar pH terendah pada perlakuan L 2 lama fermentasi 8 hari yaitu 3.67. Hubungan lama fermentasi terhadap kandungan pH dapat dilihat pada Gambar 10. - Gambar 10. Grafik hubungan lama fermentasi dengan nilai pH Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa pH dari perlakuan L 1 lama fermentasi 4 hari lebih besar dari pada perlakuan L 2 lama fermentasi 8 hari dan L 3 lama fermentasi 12 hari. Hal ini disebabkan oleh karena semakin lama fermentasi maka semakin besar asam-asam organik yang dihasilkan , Menurut Desroiser 1988, pada proses fermentasi akan dihasilkan asam-asam mudah menguap, diantaranya asam laktat, asam asetat, asam formiat, asam butirat, dan asam propionat. Sehingga apabila semakin besar kandungan asam yang terdapat pada bahan maka nilai pH pun menurun. Pada Tabel 13 dan Gambar 10 dapat dilihat ada peningkatan nilai pH dari taraf 8 hari menuju 12 hari yaitu dari 3,67 menuju 3,72. Hal ini dapat disebabkan oleh karena pada proses fermentasi dihasilkan asam-asam mudah menguap. Diantara asam-asam mudah menguap yang dihasilkan terdapat asam laktat yang termasuk dalam asam karboksilat. Asam laktat yang semula diproduksi selama proses fermentasi bereaksi dengal alkohol menghasilkan ester dan air ŷ = 0.010L 2 - 0.190L + 4.54 R 2 = -1 4 8 12 16 N il a i p H Lama Fermentasi Hari 4.00 3.80 3.60 0.00 Universitas Sumatera Utara sehingga pada taraf 12 hari terjadi peningkatan nilai pH. Menurut Gaman dan Sherington 1992 asam karboksilat yang bereaksi dengan alkohol akan menghasilkan ester dan air, karena ion H + - dari asam laktat bergabung dengan ion-ion hidroksil dari alkohol dan menghasilkan air. Semakin lama proses fermentasi berlangsung maka semakin banyak alkohol dan asam- asam organik yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan literatur Amerine, et al. 1972 yang menyatakan semakin lama fermentasi, maka asam-asam mudah menguap yang dihasilkan semakin banyak. Dengan semakin banyaknya asam-asam mudah menguap yang dihasilkan maka nilai pH akan semakin menurun. Pengaruh interaksi penambahan ragi dan lama fermentasi terhadap nilai pH Dari analisa sidik ragam pada Lampiran 3 pengaruh interaksi penambahan ragi dan lama fermentasi memberi pengaruh berbeda nyata p0.05 terhadap nilai pH . Untuk mengetahui perbedaan pada masing-masing taraf perlakuan dilanjutkan dengan uji LSR seperti terlihat pada Tabel 14. Dari Tabel 14 diperoleh nilai pH tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan K 1 L 1 dengan nilai pH sebesar 4.07 sedangkan nilai pH terendah diperoleh pada kombinasi K 5 L 3 dengan nilai pH sebesar 3.50. Hubungan interaksi perlakuan penambahan gula dengan lama fermentasi terhadap nilai pH dapat dilihat pada Gambar 11. Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi ragi yang diberikan serta semakin lama waktu fermentasi maka semakin menurunlah nilai pH, hal ini disebabkan oleh karena dengan penambahan konsentrasi ragi yang semakin besar dan waktu fermentasi yang semakin lama maka jumlah mikroba perombak akan semakin meningkat sehingga keasaman Universitas Sumatera Utara bahan semakin tinggi, dimana asam dihasilkan dari perombakan alkohol menjadi asam asetat dan asam-asam lainnya , sehingga pH yang dihasilkan semakin menurun. Tabel 14. Efek pengaruh interaksi konsentrasi ragi dan lama fermentasi terhadap nilai pH Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi 0.05

0.01 0.05

0.01 - - - K 1 L 1 4.07 a A 2 0.07703 0.10672 K 1 L 2 3.76 d D 3 0.08087 0.11184 K 1 L 3 3.88 bc B 4 0.08318 0.11517 K 2 L 1 4.02 ab A 5 0.08471 0.11722 K 2 L 2 3.70 e D 6 0.08599 0.11875 K 2 L 3 3.84 c C 7 0.0865 0.1208 K 3 L 1 3.96 b AB 8 0.08702 0.12208 K 3 L 2 3.68 e DE 9 0.08753 0.1231 K 3 L 3 3.73 de D 10 0.08778 0.12387 K 4 L 1 3.87 c BC 11 0.08778 0.12464 K 4 L 2 3.64 ef E 12 0.08804 0.12541 K 4 L 3 3.67 e E 13 0.08804 0.12592 K 5 L 1 3.79 cd CD 14 0.0883 0.12643 K 5 L 2 3.57 f EF 15 0.0883 0.12669 K 5 L 3 3.50 g F Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Universitas Sumatera Utara Gambar 11. Grafik hubungan interaksi konsentrasi ragi dan lama fermentasi dengan nilai pH Semakin tinggi persentase ragi maka semakin besar kandungan khamir dan bakteri yang terdapat sehingga semakin banyak karbohidrat yang dirombak menjadi alkohol, asam asetat dan senyawa lainnya Tim Penulis UNAIR, 2007. Menurut Amerine, et al, 1972 pada proses fermentasi dihasilkan asam-asam mudah menguap, di antaranya asam laktat, asam asetat, asam formiat, asam butirat dan asam propionat. Sehingga apabila semakin lama proses fermentasi maka asam-asam mudah menguap yang dihasilkan akan semakin besar, Semakin besar jumlah asam-asam mudah menguap maka semakin turunlah nilai pH. Kadar Alkohol Pengaruh penambahan ragi terhadap kadar alkohol Dari analisa sidik ragam pada Lampiran 4 dapat diketahui bahwa penambahan ragi memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata p0.01 terhadap kadar alkohol yang dihasilkan. ŷ1= -0.072K + 4.156 r = -0.9939 ŷ2= -0.045K + 3.803 r = -0.9879 ŷ3 = -0.093K + 4.001 r = -0.950 1 2 3 4 5 6 N il a i p H Konsentrasi Ragi 4.20 4.10 4.00 3.90 3.80 3.70 3.60 3.50 0.00 ŷ 1 ŷ 2 ŷ 3 Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui perbedaan kadar alkohol akibat penambahan Konsentrasi ragi pada masing- masing taraf perlakuan maka dilanjutkan dengan uji LSR seperti tertera pada Tabel 15. Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa K 1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 2 , K 3 , K 4 dan K 5 . Perlakuan K 2 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 3 , K 4 dan K 5 . Perlakuan K 3 Memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap Perlakuan K 4 dan K 5 . Perlakuan K 4 memberi pengaruh sangat nyata pada perlakuan K 5. Tabel 15. Uji LSR pengaruh konsentrasi ragi terhadap kadar alkohol Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01 - - - K 1 = 1 3.35 e E 2 0.35402 0.49046 K 2 = 2 3.93 d D 3 0.37166 0.51398 K 3 = 3 4.42 c C 4 0.38225 0.52927 K 4 = 4 4.93 b B 5 0.38931 0.53868 K 5 = 5 5.52 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Kadar alkohol tertinggi terdapat pada perlakuan K 5 konsentrasi ragi 5 yaitu 5.53 dan kadar alkohol terndah terdapat pada perlakuan K 1 konsentrasi ragi 1 yaitu 3.35 . Hubungan besar konsentrasi ragi terhadap kadar alkohol dapat dilihat pada Gambar 12 yang mengikuti garis regresi linier. gambar 12. Gambar hubungan konsentrasi ragi dengan kandungan alkohol. ŷ = 0.533K + 2.83 r = 0.9989 1 2 3 4 5 6 K a d a r a lk o h o l Konsentrasi Ragi 6.00 5.50 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 0.00 Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 12 dapat kita lihat bahwa ada peningkatan kadar alkohol pada perlakuan K 2 2 lebih besar dari perlakuan K 1 1 dan terus mengalami peningkatan hingga K 3 3, K 4 4 dan K 5 5. Semakin besar konsentrasi ragi yang diberikan maka semakin besar jumlah khamir yang terdapat pada sari buah nenas terutama Sacharomyces cerevisiae. Khamir inilah yang merombak gula-gula sederhana yang terdapat pada sari buah menjadi alkohol melalui proses fermentasi. Hal ini sesuai dengan Judoamidjojo, et al 1992 yang menyatakan, salah satu jenis mikroorganisme yang memiliki daya konversi gula yang sangat tinggi adalah Sacharomyces cerevisiae. Mikroorganisme ini menghasilkan enzim zimase dan invertase. Enzim zimase berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida glukosa dan fruktosa. Enzim invertase selanjutnya mengubah glukosa menjadi alkohol. Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar alkohol Dari analisa sidik ragam pada Lampiran 4 dapat diketahui bahwa lama fermentasi memberi pengaruh berbeda sangat nyata p0.01 terhadap kadar alkohol yang dihasilkan. Untuk mengetahui perbedaan kadar alkohol akibat lama fermentasi pada masing-masing taraf perlakuan maka dilanjutkan dengan uji LSR seperti tertera pada Tabel 16. Tabel 16. Uji LSR pengaruh lama fermentasi terhadap kadar alkohol Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01 - - - L 1 = 4 hari 2.03 c C 2 0.27034 0.37453 L 2 = 8 hari 4.81 b B 3 0.28381 0.39249 L 3 = 12 hari 6.44 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa taraf lama fermentasi perlakuan L 1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L 2 dan L 3 . Perlakuan L 2 memberi pengaruh berbeda sangat nyata pada perlakuan L 3 . Universitas Sumatera Utara Kadar alkohol terendah terdapat pada perlakuan L 1 lama fermentasi 4 hari yaitu 2.03 sedangkan kadar alkohol tertinggi pada perlakuan L 3 lama fermentasi 8 hari yaitu 6.44. Hubungan lama fermentasi terhadap kandungan pH dapat dilihat pada Gambar 13 yang mengikuti garis regresi linier. Gambar13 .Grafik hubungan lama fermentasi dengan kadar alkohol Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa ada peningkatan kadar alkohol dari dari perlakuan L 1 lama fermentasi 4 hari kepada perlakuan L 2 lama fermentasi 8 hari dan terus terjadi peningkatan kadar alkohol hingga perlakuan L 3 lama fermentasi 12 hari. Dari Tabel 16 dan Gambar 13 dapat dilihat bahwa dengan semakin lama dilakukan fermentasi maka kadar alkohol yang dihasilkan semakin meningkat, karena dengan semakin lamanya fermentasi yang dilakukan maka akan semakin banyak waktu yang dipergunakan oleh khamir dan enzim dalam merombak gula menjadi alkohol. Hal inilah yang menyebabkan kadar alkohol yang dihasilkan semakin meningkat hal ini sesuai dengan Said 1987 yang meyatakan bahwa dengan semakin lamanya fermentasi maka kadar alkohol akan semakin meningkat yang berhubungan erat dengan terjadinya peningkatan jumlah sel khamir dan enzim. ŷ = 0.552L + 0.01 r = 0.987 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 2 4 6 8 10 12 14 K a d a r A lk o h o l Lama Fermentasi hari Universitas Sumatera Utara Pengaruh interaksi penambahan ragi dan lama fermentasi dengan kadar alkohol Dari analisis sidik ragam Lampiran 4 pengaruh interaksi penambahan konsentrasi ragi dan lama fermentasi memberi pengaruh berbeda nyata P0.05 terhadap alkohol yang dihasilkan. Untuk melihat perbedaan kadar alkohol pada masing-masing taraf perlakuan dilanjutkan dengan uji LSR seperti terlihat pada Tabel 17. Dari Tabel 17 diperoleh bahwa kadar alkohol tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan K 5 L 3 konsentrasi ragi 5 dan lama fermentasi 12 hari sebesar 8.05, dan kadar alkohol terendah diperoleh pada kombinasi perlakuan K 1 L 1 Konsentrasi ragi 1 dan lama fermentasi 4 hari sebesar 1.25. Tabel 17. Efek pengaruh interaksi konsentrasi ragi dan lama fermentasi terhadap kadar alkohol Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi 0.05

0.01 0.05

0.01 - - - K 1 L 1 1.25 h H 2 0.61318 0.84949 K 1 L 2 4.05 e E 3 0.64374 0.89024 K 1 L 3 4.75 e E 4 0.66208 0.91672 K 2 L 1 1.50 g G 5 0.6743 0.93302 K 2 L 2 4.45 e E 6 0.68448 0.94524 K 2 L 3 5.85 c C 7 0.68856 0.96154 K 3 L 1 1.90 g G 8 0.69263 0.97172 K 3 L 2 4.85 e E 9 0.69671 0.97987 K 3 L 3 6.50 b B 10 0.69874 0.98598 K 4 L 1 2.55 fg FG 11 0.69874 0.99209 K 4 L 2 5.20 d D Universitas Sumatera Utara 12 0.70078 0.99821 K 4 L 3 7.05 ab AB 13 0.70078 1.00228 K 5 L 1 2.90 f F 14 0.70282 1.00635 K 5 L 2 5.60 cd CD 15 0.70282 1.00839 K 5 L 3 8.05 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Hubungan interaksi perlakuan penambahan gula dengan lama fermentasi terhadap kadar alkohol dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Grafik interaksi konsentrasi ragi dan lama fermentasi dengan kadar alkohol Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi ragi yang diberikan serta semakin lama waktu fermentasi maka kadar alkohol yang dihasilkan semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi ragi yang diberikan maka akan semakin besar jumlah mikroba perombak yang terdapat didalam sari buah nenas, hal ini sesuai dengan Tim Penulis UNAIR 2007 yang menyatakan semakin tinggi persentase ragi maka semakin besar kandungan khamir dan bakteri yang terdapat sehingga semakin banyak karbohidrat yang dirombak menjadi alkohol, asam asetat dan senyawa lainnya. ŷ 1 = 0.435K + 0.715 r = 0.9889 ŷ 2 = 0.385K + 3.675 r = 0.9994 ŷ 3 = 0.78K + 4.1 r = 0.9924 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 1 2 3 4 5 6 K a d a r A lk o h o l Konsentrasi Ragi ŷ 1 ŷ 2 ŷ 3 Universitas Sumatera Utara Semakin lama waktu fermentasi maka semakin meningkatlah jumlah mikroba perombak yang terdapat pada anggur dari buah nenas. Hal ini sesuai dengan Said 1987 yang meyatakan bahwa dengan semakin lamanya fermentasi maka kadar alkohol akan semakin meningkat yang berhubungan erat dengan terjadinya peningkatan jumlah sel khamir dan enzim. Sehingga apa bila konsentrasi ragi diperbesar dan waktu fermentasi diperpanjang maka jumlah mikroorganisme pengurai akan semakin besar dan akan dapat lebih berkembang lagi seiring bertambhanya waktu sehingga jumlah gula-gula sederhana yang dirombak menjadi alkohol akan semakin besar atau meningkat. Uji Organoleptik Pengaruh penambahan ragi terhadap uji organoleptik warna dan aroma Dari analisa sidik ragam pada Lampiran 5 dapat diketahui bahwa penambahan konsentarsi ragi memberi pengaruh berbeda sangat nyata p0.01 terhadap Uji Organoleptik. Untuk mengetahui perbedaan uji organoleptik akibat penambahan Konsentrasi Ragi pada masing-masing taraf perlakuan maka dilanjutkan dengan uji LSR seperti tertera pada Tabel 18. Tabel 18. Uji LSR pengaruh konsentrasi ragi terhadap uji organoleptik warna dan aroma numerik Jarak LSR K Rataan Numerik Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01 - - - K 1 = 1 2.86 d D 2 0.15964 0.22116 K 2 = 2 3.00 c C 3 0.16759 0.23177 K 3 = 3 3.19 bc BC 4 0.17237 0.23866 K 4 = 4 3.34 b B 5 0.17555 0.2429 K 5 = 5 3.55 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan K 1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata dengan K 2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 3 , K 4 dan K 5 . Perlakuan K 2 memberi Universitas Sumatera Utara pengaruh berbeda nyata terhadap K 3 , berbeda sangat nyata terhadap K 4 dan K 5 . Perlakuan K 3 memberi pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan K 4 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 5 . Perlakuan K 4 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 5. Nilai organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan K 5 Konsentrasi ragi 5 sebesar 3.55 dan terendah terdapat pada perlakuan K 1 konsentrasi ragi 1 yaitu sebesar 2.86. Hubungan antara konsentrasi ragi dengan nilai organoleptik dapat dilihat pada Gambar 15 yang mengikuti garis regresi linier Gambar 15.Grafik hubungan konsentrasi ragi dengan nilai organoleptik Dari Gambar 15 dapat kita lihat bahwa ada pertambahan nilai organoleptik dari perlakuan K 1 1 menuju K 2 2 dan terus mengalami peningkatan hingga K 3 3, K 4 4 dan K 5 5. Hal ini dapat disebabkan oleh karena semakin besar konsentrasi ragi maka semakin besar pula kandungan mikroba perombak yang terdapat pada anggur dari buah nenas. Menurut Setyohadi 2006, semakin tinggi jumlah ragi tape, maka semakin banyak khamir Saccharomices cereviceae dan bakteri Acetobacter aceti di dalam bahan yang dibuat, enzim- enzim amilase yang dihasilkan oleh khamir pun akan semakin banyak. Enzim-enzim amilase ini dapat merombak pati menjadi glukosa. Glukosa tersebut akan dirubah menjadi alkohol dan ŷ = 0.170K + 2.673 r = 0.997 1 2 3 4 5 6 N il a i O rg a n o le p ti k Konsentrasi Ragi 3.70 3.50 3.30 3.10 2.90 2.70 0.00 Universitas Sumatera Utara menurut Buckle, et al., 1987 bakteri asam asetat seperti Acetobacter aceti dalam proses fermentasi bahan pangan akan mengoksidasi alkohol dan karbohidrat lainnya menjadi asam aestat. Dengan semakin besar persentasi ragi maka semakin banyak jumlah mikroorganisme perombak glukosa menjadi alkohol dan asam. Semakin tinggi jumlah gula, alkohol, asam asetat dan senyawa lainnya menbuat aroma minuman anggur semakin disukai. Pengaruh lama fermentasi terhadap nilai uji organoleptik Dari analisa sidik ragam pada lampiran 5 dapat diketahui bahwa penambahan lama fermentasi memberi pengaruh berbeda sangat nyata p0.01 terhadap Uji Organoleptik. Untuk mengetahui perbedaan Uji Organoleptik akibat lama fermentasi pada masing-masing taraf perlakuan maka dilanjutkan dengan uji LSR, Seperti tertera pada Tabel 19 . Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa taraf lama fermentasi perlakuan L 1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L 2 dan L 3 . Perlakuan L 2 memberi pengaruh berbeda sangat nyata pada perlakuan L 3 . Tabel 19.Uji LSR pengaruh lama fermentasi terhadap nilai organoleptik warna dan aroma numerik Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi 0.05

0.01 0.05

0.01 - - - L 1 = 4 hari 3.20 b B 2 0.12365 0.17131 L 2 = 8 hari 2.72 c C 3 0.12982 0.17952 L 3 = 12 hari 3.65 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada 0.05 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada 0.01 huruf besar Nilai organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan L 3 lama fermentasi 12 hari yaitu sebesar 3.65. Sedangkan nilai Organoleptik terendah terdapat pada perlakuan L 1 lama fermentasi 4 hari yaitu sebesar 2.72. Hubungan antara konsentrasi ragi dengan nilai organoleptik dapat dilihat pada Gambar 16. Universitas Sumatera Utara Gambar 16.Grafik hubungan konsentrasi ragi dengan nilai organoleptik Dari Gambar 16 dapat kita lihat bahwa ada penurunan nilai organoleptik dari perlakuan K 1 1 menuju K 2 2. Kemudian ada peningkatan nilai organoleptik dari perlakuan L 2 lama fermentasi 8 hari menuju L 3 lama fermentasi 12 hari. Semakin lama waktu fermentasi maka kadar alkohol akan semakin meningkat. Peningkatan kadar alkohol akan menyebabkan anggur memiliki berat jenis yang lebih kecil sehingga sel khamir dan komponen lain yang menyebabkan kekeruhan akan mengendap sehingga anggur terlihat jernih. Hal ini sesuai dengan Suryadarma 1986 peningkatan konsentrasi gula mengakibatkan peningkatan jumlah alkohol, anggur buah dengan kadar alkohol lebih tinggi akan mempunyai berat jenis yang lebih kecil sehingga sel khamir dan komponen lain penyebab kekeruhan akan mengendap. Semakin lama proses fermentasi berlangsung maka semakin banyak alkohol dan asam- asam organik yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan literatur Amerine, et al. 1972 yang menyatakan semakin lama fermentasi, maka asam-asam mudah menguap yang dihasilkan semakin banyak. Dengan semakin banyaknya asam-asam mudah menguap, alkohol, dan senyawa lainnya akan membuat aroma lebih disukai. ŷ= 0.044L 2 - 0.648L + 5.083 R 2 = 1 4 8 12 16 N il a i O rg a n o le p ti k lama Fermentasi Hari 4.00 3.50 3.00 2.50 0.00 Universitas Sumatera Utara Pengaruh Interaksi Penambahan Konsentrasi Ragi Dan Lama Fermentasi Terhadap Nilai Organoleptik Dari analisa sidik ragam pada Lampiran 5 pengaruh interaksi penambahan konsentrasi ragi dan lama fermentasi memberi pengaruh yang tidak nyata p0.05 terhadap kandungan asam mudah menguap yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian pengaruh penambahan konsentrasi ragi dan lama fermentasi dari sari buah nenas terhadap mutu anggur sari buah nenas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Penambahan konsentrasi ragi memberi pengaruh berbeda sangat nyata tehadap total padatan terlarut, kadar asam mudah menguap, pH, kadar alkohol , dan uji organoleptik. Semakin tinggi konsentrasi ragi maka akan semakin besar jumlah mikroba perombak yang merombak gula-gula sederhana menjadi alkohol dan alkohol menjadi asam asetat, sehingga semakin besar konsentrasi ragi maka nilai total padatan terlarut, kadar asam mudah menguap, kadar alkohol dan uji organoleptik meningkat sedangkan nilai pH menurun. 2. Lama fermentasi memberi pengaruh berbeda sangat nyata tehadap total padatan terlarut, kadar asam mudah menguap, pH, kadar alkohol, dan uji organoleptik dari anggur sari buah nenas. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin besar jumlah alkohol dan asam mudah menguap yang dihasilkan, sehingga nilai total padatan terlarut dan pH semakin menurun sedangkan nilai kadar asam mudah menguap, kadar alkohol, dan uji organoleptik meningkat. 3. Interaksi perlakuan penambahan konsentrasi ragi dan lama fermentasi memberi pengaruh berbeda nyata terhadap kadar alkohol dan nilai pH tetapi memberi pengaruh tidak nyata terhadap total padatan terlarut, kadar asam mudah menguap dan uji organoleptik. Saran Universitas Sumatera Utara 1. Untuk memperoleh mutu minuman anggur yang bermutu baik dari sari buah nenas disarankan dilakukan penambahan ragi sebesar 1 dan lama fermentasi 12 hari karena pada kombinasi perlakuan ini akan diperoleh minuman anggur sari buah nenas dengan kadar alkohol dan asam asetat yang tidak terlalu tinggi dan ph yang tidak terlalu rendah. Kadar alkohol yang diperoleh sebesar 4.75, asam mudah menguap 2.63 x 10 -2 dan pH sebesar 3.88. 2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan faktor penambahan gula untuk mengetahui mutu yang lebih baik dari minuman beralkohol sari buah nenas. DAFTAR PUSTAKA Universitas Sumatera Utara Amerine, M. A., dan C.S. Ough., 1980. Methods for Analysis of Musts and Wines. John Wiley Sons, Inc., New York. Amerine, M.A., H.W. Berg, R.E. Kunkee, C.S. Ough, V.I. Singleton, and A.D. Webb, 1982, Technology of Wine Making, The AVI Publ. Co., Inc., Westport, Connecticut. Anonymous, 1978, Laporan Penataran Pengusaha Minuman Beralkohol, Departemen Perindustrian BPK Ujung Pandang, No. 40XIV378. Atres, J.C., J.O. Mundt, and W.E. Sandine, 1980, Microbiologgy of Foods, W.H. Freeman and Co., San Fransisco. Bangun, M.K., 1991, Rancangan Percobaan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, M. Wootton, 1987, Ilmu Pangan, Terjemahan Hari Purnomo dan Adiono, UI-Press, Jakarta. Budiyanto, M.A.K, 2004. Mikrobiologi Terapan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Collins, J.L., 1960, The Pine Apple, Interscience Publisher Inc., Leonard Hill, London. Departemen Perindustrian, 1973, Mutu dan Cara Uji Minuman Beralkohol, Jakarta. Departemen Perindustrian, 1975, Penelitian Pembuatan Alkohol dari Nira Aren dan Lontar, BPK Ujung Pandang, Proyek Nomor 28XIX575. Departemen Perindustrian, 1977, Proses Pembuatan Minuman Asal Buah-buahan, Proyek Bimbingan dan Penegmbangan Industri Kecil. Departemen Kesehatan, 1989, Daftar Komposisi Zat Makanan, Direktorat Gizi, Jakarta. Desrosier, N.W., 1988, Teknologi Pengawetan Pangaan, Terjemahan Muchji Mulohardjo, UI- Press, Jakarta. Djatmiko, H, 1985. Nenas, Budidaya, Guna, Hasil Olahan, C.V. Yasaguna, Jakarta. Gaman, PM, dan Sherrington KB. 1992, Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Judoamidjojo, M., A. A. Darwis dan E. G. Sa’id, 1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali Press, Jakarta. Logman Group, 1975, Vegetables Food Product, Ltd. London. Universitas Sumatera Utara Lodder, J. 1970. The Yeast, A Taxonomic Study Second Revised and Enlarged Edition, The Netherland, Northolland Publishing Co, Amsterdam. Masuda, M., M. Yamamoto dan Y. ASAPURA, 1985., Direct gas chromatographic analysis of fusel alcohols, fatty acid and esters of distilled alcoholic beverages, j. food. sci. Nikon. 2009. Saccharomyeces yeast cells : nikon microscopy . phase contrast lmageGaIlery .httpwww.microscopyu.comgalleriespliasecontrast saccharomvcessmall .html November 2009 . Prescot, S.C., and G.C. Dunn, 1959, Industrial Mikrobiologi, Mc. Graw Hill Book Company, Inc., New York. Rismunandar, 1989, Membudidayakan tanaman Buah-buahan, Penerbit Sinar Bru Bandung. Rahman, 1989. Penuntun Praktikum Teknologi Fermentasi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi- IPB Bogor. Reed, G. 1982. Industryal Microbiology. Avi publ. Company., Inc., Westport, Connecticut. Reed, G. dan H.J. Peppler, 1973. Yeast Teknologi Fermentasi. P.T Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Sa’id, E.G., 1987, Bio Industri Penerapan teknologi Fermentasi. P.T Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Sanger. 2004. Peptidase of saccharomyces cerevisea. httpmerops. sanger.ac.uk speccardspeptidasespoo0895 . htm. 20 juli 2009 Setyohadi, 2006. Proses Mikrobiologi Pangan Proses Kerusakan dan Pengolahan. USU-Press, Medan Siddharta, F.M. 1989, Pemanfaatan Limbah Pengolahan Nenas sebagai Bahan Baku Pembuatan Silase secara Biologis. Skripsi Fateta, IPB Bogor. Suryadarma, L., 1986, Mempelajari pengaruh jenis starter, konsentrasi gula dan lama pemeraman terhadap buah rambutan Nephelium lappaceum L., Skripsi Fateta, IPB Bogor. Suriawiria, U. 1990. Pengantar Biologi Umum. Penerbit angkasa. Bandung Tim Penulis UNAIR, 2007. Ragi. http:www.kimia.fmipaunair.ac.id. 1 Mei 2010 Winarno, F.G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz, 1980, Pengantar Teknologi Pangan, PT. Gramedia, Jakarta. Winarno, F.G., S. Fardiaz, 1990, Biofermentasi dan Biosintesa Protein, Angkasa, Bandung. Universitas Sumatera Utara Winton, A.L., and K.B. Winton, 1958, The Analysis of Food, New York-John Wiley and Sons, Inc., Chapman and Hall, Ltd. London. Wirakusumah, E.S. 2000. Buah Dan Sayur Untuk Terapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Lampiran-1. Data Hasil Analisa Total Padatan Terlarut o Brix Perlakuan Ulangan Total Rataan I II Universitas Sumatera Utara K 1 T 1 8.70 8.50 17.20 8.60 K 1 T 2 8.30 8.50 16.80 8.40 K 1 T 3 5.40 5.70 11.10 5.55 K 2 T 1 8.20 8.40 16.60 8.30 K 2 T 2 7.90 8.00 15.90 7.95 K 2 T 3 5.20 5.50 10.70 5.35 K 3 T 1 7.90 7.70 15.60 7.80 K 3 T 2 7.80 7.60 15.40 7.70 K 3 T 3 5.10 5.20 10.30 5.15 K 4 T 1 7.60 7.40 15.00 7.50 K 4 T 2 7.30 7.40 14.70 7.35 K 4 T 3 4.70 4.90 9.60 4.80 K 5 T 1 7.40 7.00 14.40 7.20 K 5 T 2 7.20 7.00 14.20 7.10 K 5 T 3 4.20 4.60 8.80 4.40 Total 206.30 Rataan 6.88 Daftar analisa Sidik Ragam Total Padatan Terlarut SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01 Perlakuan 14 56.5687 4.0406 142.61008 2.42 3.54 K 4 6.2087 1.5522 54.782353 3.06 4.89 K Lin 1 6.2082 6.2082 219.11176 4.54 8.68 K Kuad 1 0.0001 0.0001 0.0042017 tn 4.54 8.68 K Kub 1 0.0002 0.0002 0.0058824 tn 4.54 8.68 K Kuar 1 0.0002 0.0002 0.007563 tn 4.54 8.68 T 2 50.2127 25.1063 886.10588 3.68 6.36 T Lin 1 40.0445 40.0445 1413.3353 4.54 8.68 T Kuad 1 10.1682 10.1682 358.87647 4.54 8.68 KxT 8 0.1473 0.0184 0.65 tn 2.64 4.00 Error 15 0.4250 0.0283 Total 29 56.9937 Keterangan: FK 1418.6563 KK 0.0244777 2.44777 sangat nyata nyata tn tidak nyata Universitas Sumatera Utara Lampiran-2. Data Hasil Analisa Asam Mudah Menguap x10 -2 Perlakuan Ulangan Total Rataan I II K 1 T 1 2.10 1.92 4.02 2.01 K 1 T 2 2.70 2.88 5.58 2.79 K 1 T 3 3.18 3.00 6.18 3.09 K 2 T 1 2.76 2.58 5.34 2.67 K 2 T 2 2.94 3.12 6.06 3.03 K 2 T 3 3.48 3.36 6.84 3.42 K 3 T 1 2.88 3.00 5.88 2.94 K 3 T 2 3.36 3.48 6.84 3.42 K 3 T 3 3.78 3.66 7.44 3.72 K 4 T 1 3.12 3.36 6.48 3.24 K 4 T 2 3.66 3.60 7.26 3.63 K 4 T 3 4.08 4.14 8.22 4.11 K 5 T 1 3.42 3.72 7.14 3.57 K 5 T 2 3.84 4.14 7.98 3.99 K 5 T 3 4.50 4.62 9.12 4.56 Total 100.38 Rataan 3.35 Daftar analisa Sidik Ragam Asam Mudah Menguap SK DB JK KT F Hit F