Melli Meilany : Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang NO.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan lagi.
16
Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 1 angka 2 tersebut bahwa konsumen yang dimaksud adalah konsumen akhir yang dikenal dalam
kepustakaan ekonomi. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwa “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
17
3. Produk dan Standardisasi Produk
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua orang adalah konsumen karena membutuhkan barang dan jasa untuk mempertahankan hidupnya sendiri,
keluarganya, ataupun untuk memeliharamerawat harta bendanya. Persoalan hubungan produsen dengan konsumen biasanya dikaitkan
dengan produk barang danatau jasa yang dihasilkan oleh teknologi. Maka persoalan perlindungan konsumen erat kaitannya dengan persoalan teknologi,
khususnya teknologi manufaktur dan teknologi informasi. Dengan makin berkembangnya industri dan teknologi memungkinakn semua lapisan masyarakat
terjangkau oleh produk teknologi, yang berarti juga memungkinkan semua masyarakat terlibat dengan masalah perlindungan konsumen ini.
16
Az. Nasution, Iklan dan Konsumen,Tinjauan dari Sudut Hukum dan Perlindungan Konsumen,Dalam Manajemen dan Usahawan Indonesia, Nomor 3 Thn. XXIII, LPM FE-UI,
Jakarta, 1994, Hal. 23.
17
Dalam literatur ekonomi dikenal dua macam konsumen, yaitu konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk,
sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya.
Melli Meilany : Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang NO.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam pengertian luas, produk ialah segala barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu proses sehingga produk berkaitan erat dengan teknologi.
Menurut Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen bahwa : “Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau
dimanfaatkan oleh konsumen”.
Sedangkan menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen bahwa “Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau
prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen”.
18
Untuk menghindari kemungkinan adanya produk yang cacat atau berbahaya, maka perlu ditetapkan standar minimal yang harus dipedomani dalam
Pemakaian teknologi yang makin baik, di satu sisi memungkinkan produsen mampu membuat produk beraneka macam jenis, bentuk, kegunaan,
maupun kualitasnya sehingga pemenuhan kebutuhan konsumen dapat terpenuhi lebih luas, lengkap, cepat dan menjangkau bagian terbesar lapisan masyarakat.
Akan tetapi, disisi lain penggunaan teknologi memungkinkan dihasilkannya produk yang tidak sesuai dengan persyaratan keamanan dan keselamatan pemakai
sehingga menimbulkan kerugian kepada konsumen. Berkaitan dengan cacat produk dapat ditemukan dalam tiga klasifikasi
menurut tahap-tahap produksi, yaitu kerusakan produk, kerusakan desain, dan pemberian informasi yang tidak memadai.
18
Pengertian tentang barang di dalam undang-undang ini sebenarnya menyalahi pembeda-bedaan benda menurut paham hukum perdata sebab istilah barang hanya ditujukan pada
benda bewujud, sedangkan untuk benda tidak berwujud lazim disebut dengan hak.
Melli Meilany : Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang NO.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
berproduksi untuk menghasilkan produk yang layak dan aman untuk dipakai. Usaha inilah yang disebut dengan standardisasi.
Menurut Gandi, standardisasi adalah : “Proses penyusunan dan penerapan aturan-aturan dalam pendekatan secara
teratur bagi kegiatan tertentu untuk kemanfaatan dan dengan kerja sama dari semua pihak yang berkepentingan, khususnya untuk meningkatkan
penghematan menyeluruh secara optimum dengan memperhatikan kondisi fungsional dan persyaratan keamanan. Hal ini didasarkan pada konsolidasi
dari hasil ilmu teknologi dan pengalaman”.
19
a Pemakaian bahan secara ekonomi, perbaikan mutu, penurunan ongkos
produksi, dan penyerahan yang cepat. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa dengan standardisasi akan diperoleh manfaat
sebagai berikut :
b Penyederhanaan pengiriman dana penanganan barang.
c Perdagangan yang adil, peningkatan kepuasan langganan.
d Interchangeability komponen memungkinkan subcontracting.
e Keselamatan kehidupan dan harta.
20
Dengan demikian, standardisasi berfungsi membantu menjembatani kepentingan konsumen dan produsen dengan menetapkan standar produk yang
tepat yang dapat memenuhi kepentingan dan mencerminkan aspirasi kedua belah pihak. Dengan adanya standardisasi produk ini akan memberi manfaat yang
optimum pada konsumen dan produsen, tanpa mengurangi hak milik dari konsumen.
21
19
Gandi, 1980, Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut Pengaturan Standarisasi Hasil Industri, Makalah Pada Simposium Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen,
BPHN – Binacipta, Jakarta, 1980, Hal. 80.
20
Ibid, Hal. 81-82.
21
Ibid, Hal. 82-83
Standardisasi ini berkaitan erat dengan keamanan dan keselamatan
Melli Meilany : Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang NO.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
konsumen, yaitu berkaitan dengan kelayakan suatu produk untuk dipakai atau dikonsumsi. Barang yang tidak memenuhi syarat mutu, khususnya makanan,
dapat menimbulkan malapetaka bagi konsumen, selain merugikan konsumen dari segi finansial dapat pula mengancam keamanan dan keselamatan masyarakat
umum. Untuk mencapai tujuan standardisasi itu, menurut Gandi, yang perlu
dimasukkan dalam standar produk adalah : a.
Terminologi dan definisi yang dapat dipakai sebagai bahasa yang sama-sama dimengerti oleh produsen, penjual, distributor, dan konsumen.
b. Perlu ditetapkan tingkat minimal bagi keselamatan, yang ditetapkan secara
ahli, yang memperhitungkan risiko yang dapat diterima. c.
Perlu ditetapkan cara dan produsen untuk menentukan apakah memenuhi persyaratan keselamatan minimum.
d. Perlu diusahakan kemungkinan dipertukarkan, baik bagi produk secara
keseluruhan maupun bagi komponennya. e.
Perlu ditetapkan kategori atau deret ukur yang cocok bagi konsumen; dan juga kemungkinan produsen untuk menghilangkan ragam produk yang tidak perlu.
f. Perlu dikembangkan seperangkat cara dan prosedur yang lengkap bagi
pengukuran kemampuan dan mutu.
22
4. Peranan Pemerintah