Sistem Kesesuaian Lahan Pangan Dan Hortikultura Berbasis Web
SISTEM KESESUAIAN LAHAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BERBASIS WEB
SKRIPSI OLEH: M. SALFARIZI AKBAR SARAGIH 070308044
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011
Universitas Sumatera Utara
SISTEM KESESUAIAN LAHAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BERBASIS WEB
SKRIPSI
OLEH:
M. SALFARIZI AKBAR SARAGIH 070308044/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Achwil Putra Munir STP, M.Si Ketua
Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Anggota
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
MUHAMMAD SALFARIZI AKBAR SARAGIH : Land Suitability System of Food Crop and Horticulture Based On WEB. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAY
Each land had its characteristics and had its respective limitations that will determine his capacity, therefore to develop them, process of evaluation was needed that was different for each type of land. Therefore, to grow the crop well, information recieved from survey of the land could predict the growth of the crop with low risk of failure. The reasearch was aimed at collecting data, information and knowledge on factors that played role in the determining compatibility of food crop and horticulture to type of land and to develop the information system that was cheap, fast, high-quality, flexible, and safe by optimising the utilisation of land resources and only utilised outside input as additional elements of the land resources. The development of the land suitability system of food crop and horticulture based on WEB was using WAMP (Windows, Apache, My SQL and PHP 5) and Adobe Dreamweaver softwares using land characteristic data and growth condition of crop data. The land suitability system of food crop and horticulture procedure was using the matching method, that is to match the attribute of land characteristics with growth condition of the crop to produced crop priority compatibility to each land.
Key words : Land Suitability, Matching Method, Food Crop and Horticulture, Land Evaluation and Computer Based Support System Decision
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MUHAMMAD SALFARIZI AKBAR SARAGIH : Sistem Kesesuaian Lahan Pangan dan Hortikultura Berbasis WEB. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAI.
Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan kemampuannya, sehingga untuk mengembangkannya diperlukan pengevaluasian tindakan khusus yang berbeda untuk setiap jenis tanah. Agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik maka informasi yang diperoleh dari hasil survei tanah dapat memprediksi pertumbuhan tanaman tersebut dengan resiko kegagalan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pangan dan hortikultura pada suatu lahan dan membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan dan hanya menggunakan pemanfaatan input luar sebagai pelengkap unsur-unsur yang kurang dalam sumber daya lahan tersebut. Pembangunan sistem kesesuaian lahan pangan dan hortikultura berbasis WEB ini menggunakan software WAMP (Windows, Apache, My SQL dan PHP 5) dan Adobe Dreamweaver, dengan data yang dibutuhkan adalah data karakteristik lahan dan data persyaratan tumbuh tanaman. Cara kerja sistem kesesuaian lahan menggunakan metode matching yaitu dengan mencocokan atribut dari karakteristik lahan dengan atribut persyaratan tumbuh tanaman sehingga dihasilkan prioritas kesesuaian tanaman pada setiap lahan.
Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Metode Matching, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Evaluasi Lahan dan Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Komputer
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Oktober 1988 dari ayah dr. Syahruddin Saragih Sp. PA dan ibu dr.Hj. Heriyanti. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Swasta Harapan 1 Medan dan pada tahun 2007 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMPRM, pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama kuliah penulis mengikuti kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai Wakil Ketua Bidang Sosial dan Pengabdian Masyarakat tahun 2010-2011. Penulis juga pernah menjadi asisten Laboratorium Mekanisasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Bahjambi, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sistem Kesesuaian Lahan Pangan dan Hortikultura Berbasis Web”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si., sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada ayahanda dr. Syahruddin Saragih Sp.PA dan ibunda dr. Hj. Heriyanti, serta abangda M. Donny Akbar Saragih ST dan kakanda Citra Amanda SE yang telah memberikan perhatian, doa dan dukungan moril maupun materil selama ini.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada temanteman mahasiswa Teknik Pertanian angkatan 2007 yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Juli 2011
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR TABEL ........................................................................................ v DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vii PENDAHULUAN Latar Belakang.............................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6 Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 6 TUJUAN PUSTAKA Pangan dan Hortikultura ............................................................................... 8 Pangan ......................................................................................................... 8 Hortikultura .................................................................................................. 9 Sistem Kesesuaian Lahan.............................................................................. 11 Konsep Evaluasi Lahan................................................................................. 11 Produktivitas................................................................................................. 13 Kualitas Lahan.............................................................................................. 14 Karakteristik Lahan....................................................................................... 16 Klasifikasi Kesesuaian Lahan........................................................................ 24 Model Matching ........................................................................................... 26 Sistem Pendukung Keputusan ....................................................................... 27
Defenisi SPK..................................................................................... 27 Karakteristik dan nilai guna ............................................................... 29 Komponen SPK................................................................................. 31 Proses Pembangunan SPK ................................................................. 34 Teknologi Web ............................................................................................. 35 Web-portal ................................................................................................. 37 Plug-ins......................................................................................................... ... 37 e-tehnology......... .......................................................................................... 39 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 40 Bahan dan Alat ............................................................................................. 40 Metode Penelitian ......................................................................................... 40 Pelaksanaan Penelitian.................................................................................. 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Perancangan Sistem ...................................................................................... 47 Perancangan Subsistem Model...................................................................... 47 Perancangan Pangkalan Data ........................................................................ 48 Tahap Analisis................................................................................... 48 Perancangan Logik ............................................................................ 49 Perancangan Fisik.............................................................................. 51 Perancangan Subsistem Dialog .......................................................... 54 Deskripsi Sistem ........................................................................................... 54
Universitas Sumatera Utara
Menu ................................................................................................ 54 Rincian Menu .................................................................................... 56 Proses Pencocokan ............................................................................ 57 Hasil Kesesuaian Lahan..................................................................... 66 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................. 69 Saran ............................................................................................................ 70 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71 LAMPIRAN ................................................................................................ 73
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Hal 1. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan .................... 17 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng ............................................................ 18 3. Tingkat bahaya erosi .............................................................................. 23 4. Kelas kemasaman (pH) tanah ................................................................. 23 5. Tabel perancangan fisik Kesesuaian Lahan ............................................. 51 6. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai ........................ 60 7. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman padi ............................ 60 8. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman jagung ......................... 61 9. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kacang hijau ................ 61 10. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman pisang .......................... 62 11. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kubis ........................... 62 12. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman tomat ........................... 63 13. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kentang ....................... 63 14. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman wortel .......................... 64 15. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman cabai ........................... 64 16. Hasil kesesuaian lahan pada setiap daerah .............................................. 66 17. Hasil prioritas tanaman pada setiap daerah .............................................. 67
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Fase pembangunan sistem penunjang keputusan ..................................... 46 2. E-R diagram kesesuaian lahan ................................................................ 49 3. Tampilan menu ...................................................................................... 55 4. Hasil Pencocokan ................................................................................... 59 5. Hasil detail pencocokan .......................................................................... 59
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
1. Gambar flowchart kesesuaian lahan ........................................................ 73 2. Gambar flowchart proses pencocokan ..................................................... 74 3. Gambar flowchart proses perangkingan ................................................... 75 4. Persyaratan tumbuh tanaman jagung ....................................................... 76 5. Persyaratan tumbuh tanaman kedelai ....................................................... 76 6. Persyaratan tumbuh tanaman pisang ........................................................ 77 7. Persyaratan tumbuh tanaman padi sawah ................................................. 77 8. Persyaratan tumbuh tanaman kacang hijau .............................................. 78 9. Persyaratan tumbuh tanaman cabai .......................................................... 78 10.Persyaratan tumbuh tanaman kentang ...................................................... 79 11.Persyaratan tumbuh tanaman kubis .......................................................... 79 12.Persyaratan tumbuh tanaman tomat ......................................................... 80 13.Persyaratan tumbuh tanaman wortel ........................................................ 80 14.Karakteristik lahan ................................................................................... 81 14.Suhu udara tahunan kecamatan Sibolangit................................................ 82 15.Curah hujan tahunan kecamatan Sibolangit ............................................. 83
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
MUHAMMAD SALFARIZI AKBAR SARAGIH : Land Suitability System of Food Crop and Horticulture Based On WEB. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAY
Each land had its characteristics and had its respective limitations that will determine his capacity, therefore to develop them, process of evaluation was needed that was different for each type of land. Therefore, to grow the crop well, information recieved from survey of the land could predict the growth of the crop with low risk of failure. The reasearch was aimed at collecting data, information and knowledge on factors that played role in the determining compatibility of food crop and horticulture to type of land and to develop the information system that was cheap, fast, high-quality, flexible, and safe by optimising the utilisation of land resources and only utilised outside input as additional elements of the land resources. The development of the land suitability system of food crop and horticulture based on WEB was using WAMP (Windows, Apache, My SQL and PHP 5) and Adobe Dreamweaver softwares using land characteristic data and growth condition of crop data. The land suitability system of food crop and horticulture procedure was using the matching method, that is to match the attribute of land characteristics with growth condition of the crop to produced crop priority compatibility to each land.
Key words : Land Suitability, Matching Method, Food Crop and Horticulture, Land Evaluation and Computer Based Support System Decision
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MUHAMMAD SALFARIZI AKBAR SARAGIH : Sistem Kesesuaian Lahan Pangan dan Hortikultura Berbasis WEB. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAI.
Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan kemampuannya, sehingga untuk mengembangkannya diperlukan pengevaluasian tindakan khusus yang berbeda untuk setiap jenis tanah. Agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik maka informasi yang diperoleh dari hasil survei tanah dapat memprediksi pertumbuhan tanaman tersebut dengan resiko kegagalan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pangan dan hortikultura pada suatu lahan dan membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan dan hanya menggunakan pemanfaatan input luar sebagai pelengkap unsur-unsur yang kurang dalam sumber daya lahan tersebut. Pembangunan sistem kesesuaian lahan pangan dan hortikultura berbasis WEB ini menggunakan software WAMP (Windows, Apache, My SQL dan PHP 5) dan Adobe Dreamweaver, dengan data yang dibutuhkan adalah data karakteristik lahan dan data persyaratan tumbuh tanaman. Cara kerja sistem kesesuaian lahan menggunakan metode matching yaitu dengan mencocokan atribut dari karakteristik lahan dengan atribut persyaratan tumbuh tanaman sehingga dihasilkan prioritas kesesuaian tanaman pada setiap lahan.
Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Metode Matching, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Evaluasi Lahan dan Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Komputer
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional, karena ternyata sektor pertanian lebih tahan menghadapi krisis ekonomi dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu sektor pertanian berperan dalam mencukupi kebutuhan penduduk, meningkatkan pendapatan petani, penyediaan bahan baku industri, memberi peluang usaha serta kesempatan kerja, dan menunjang ketahanan pangan nasional (Adiwilaga, 1992).
Pembangunan pertanian memiliki arti yang sangat strategis. Membahas pertanian adalah membahas tentang ”kelangsungan hidup”. Pertanian adalah penyedia bahan pangan, bahan sandang dan bahkan bahan papan. Meskipun dalam kenyataannya, persepsi akan arti penting pertanian kadang-kadang dilupakan oleh banyak orang (Subejo, 2007).
Sampai saat ini ketergantungan pangan padi masih sangat besar. Dari total kalori yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, hampir 60 % dicukupi oleh beras. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi pola ketahanan pangan nasional. Penurunan produksi padi akibat gagal panen atau sebab lain akan berpengaruh besar terhadap kecukupan pangan nasional. Penganekaragaman sumber karbohidrat harus dilakukan jika ketahanan pangan nasional tetap ingin dijaga. Pengembangan sumber karbohidrat lain sangat strategis untuk dilakukan seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah dan lain-lain yang merupakan tanaman umbi potensial utama (Purwono dan Purnamawati, 2010)
Penyediaan pangan tentunya dapat ditempuh melalui : 1) produksi sendiri, dengan cara memanfaatkan dan alokasi sumber daya alam, manajemen dan
Universitas Sumatera Utara
pengembangan sumber daya manusia, serta aplikasi dan penguasaan teknologi yang optimal; dan 2) impor dari negara lain, dengan menjaga perolehan devisa yang memadai dari sektor perekonomian untuk menjaga neraca keseimbangan perdagangan luar negri (Arifin, 2004).
Pada umumnya selain tanaman pangan, isi kebun di Indonesia adalah tanaman hortikultura berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangiwangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan dan tanaman penghasil rempahrempah. Sementara itu, dinegara maju budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan suatu usaha tani berpola komersial, yakni diusahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas; misalnya perkebunan apel, anggur, tomat dan pear di Amerika; perkebunan mangga dan kelengkeng di Queensland, Australia; serta perkebunan tomat hidroponik di New Zealand (Zulkarnain, 2009).
Sektor pertanian yang bertumpu pada potensi sumber daya alam banyak mengalami pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya alam makin menurun. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa pembangunan berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain: 1) menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan, 2) berkurangnya daya dukung lingkungan, 3) meningkatnya konversi lahan pertanian produktif, 4) meluasnya lahan kritis, 5) meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan (Saptana dan Ashari, 2007).
Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem, contohnya sebagai media pertumbuhan tanaman. Mengingat tanah memainkan peranan amat penting dalam ekosistem, maka harus hati-hati dalam mengelola dan melindunginya dari kerusakan. Prediksi sifat-sifat tanah dan tanggapannya terhadap pengelolaan sangat diperlukan dalam bidang pertanian untuk memprediksi lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak serta lebih teliti berbagai tujuan yang lebih spesifik mengenai pengolahan tanah (Dent dan Young, 1981).
Survei tanah dapat memberikan informasi tentang sumber daya alam terutama tentang sifat-sifat dan faktor-faktor pembatas tanah untuk suatu tujuan-tujuan tertentu. Informasi ini sangat diperlukan untuk keputusan pengembangan sumber daya lahan baik untuk pertanian maupun untuk kepentingan lain, agar bermanfaat secara optimal dan berkesinambungan. Hasil dari survei tanah tersebut dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik tanah yang lebih dikenal dengan evaluasi lahan. Evaluasi lahan merupakan proses keragaan (performance) lahan untuk tujuan tertentu atau sebagai metode yang menjelaskan atau memprediksi kegunaan potensial dari lahan (van Diepen et al, 1991).
Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan informasi. Jenis informasi sumber daya lahan yang perlu dievaluasi terdiri atas 5 kelompok, yaitu tanah, iklim, topografi, geologi dan sosial ekonomi. Aspek tanah yang penting adalah kedalaman lapisan penghambat perakaran (kedalaman efektif tanah), drainase, tingkat kesuburan tanah, retensi hara, salinitas tanah, ada tidaknya unsur yang bersifat racun bagi tanaman, keadaan lengas tanah, kapasitas air dan kemungkinan mengalami penggenangan atau banjir. Informasi tentang keadaan topografi dan geologi meliputi derajat kemiringan dan panjang lereng, posisi dalam bentang lahan dan ketinggian tempat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas lahan.
Disamping sumber daya lahan, terdapat penentu yang lain yang menyebabkan setiap tempat berbeda-beda karakteristiknya, yaitu sumber daya agroklimat, sumber daya hayati dan sumber daya manusia dan nilai kultural. Oleh karena itu, pendekatan sumber daya setempat perlu dicermati dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian. Terutama keterbatasan pupuk dan harganya yang meningkat terus merupakan hambatan serius bagi pertumbuhan pertanian di Indonesia dilihat dari ketersediaan input lainnya. Tanpa ketersediaan sarana produksi pertanian, termasuk pupuk dalam jumlah memadai
Universitas Sumatera Utara
dan dengan kualitas baik dan relatif murah, sulit diharapkan para petani akan mampu meningkatkan produksi komoditas pertanian (Tambunan, 2008).
Dalam usaha tani ada beberapa alasan mengapa pengambilan keputusan menjadi sulit yaitu pertama, jumlah alternatif yang tersedia jauh lebih banyak dari pada sebelumnya karena sistem teknologi dan komunikasi telah meningkat. Semakin banyak data serta informasi yang tersedia semakin banyak alternatif yang dapat diidentifikasi dan dieksplorasi. Kedua, biaya akibat kesalahan dapat menjadi besar dan kompleksitas. Ketiga, ada perubahan terus-menerus di dalam lingkungan yang berfluktuasi dan semakin tidak jelas di beberapa elemen yang berpengaruh. Akhirnya keputusan harus diambil dengan cepat untuk merespon pasar. Kemajuan di bidang teknologi, khususnya web secara dramatis telah meningkatkan kecepatan untuk mendapatkan informasi dan untuk membuat keputusan yang efektif dan efisien (Vitt, dkk., 2002).
Terutama bagi petani, masalah yang dihadapi mulai dari masalah pada lahan pertanian maupun masalah kebutuhan petani akan informasi dan pengetahuan yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman juga sampai kepada masalah pengambilan keputusan atas beberapa alternatif pilihan dalam hal menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dipunyai sampai kepada informasi tentang pedoman bercocok tanam pada setiap tanaman yang ingin ditanam sehingga nantinya dapat menciptakan suatu pengoptimalan produksi, hal ini adalah tantangan bagi para praktisi sistem informasi dan para stake holder. Untuk itu diperlukan suatu pengembangan aplikasi sistem informasi yang ditujukan sebagai sistem pengambilan keputusan yang tentunya sistem ini harus didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi serta ketersediaan data, informasi, pengetahuan dan kepakaran (mengenai karakteristik suatu lahan dan persyaratan tumbuh suatu tanaman) dalam membantu mengatasi masalahnya.
Universitas Sumatera Utara
Suatu pengembangan aplikasi sistem informasi diperlukan untuk membantu petani agar dapat memberikan berbagai kemudahan pada mereka. Oleh karena itu dikembangkan sebuah sistem yang disebut Sistem Kesesuaian Lahan Pangan dan Hortikultura Berbasis Web. Sistem yang dikembangkan ini adalah sistem pengambilan keputusan penentuan jenis tanaman pada suatu lahan dengan menggunakan metode pencocokan antara karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman. Sistem ini menggunakan internet sebagai teknologi informasi dan komunikasinya agar dapat diakses oleh para pengguna dengan cepat, murah dan batasan dimensi waktu dan wilayah yang luas. Dengan demikian diharapkan dapat membantu para petani dalam mengatasi masalah penentuan jenis tanaman pada lahan yang akan ditanam sehingga tercipta sentralisasi dan karakteristik suatu produk pertanian pada suatu wilayah tersebut yang selanjutnya akan menghantarkan petani pada masa depan dengan lebih pasti dan lebih sejahtera. Tujuan Penelitian
1. Menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pada suatu lahan.
2. Membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pada suatu lahan baik tanaman pangan atau tanaman hortikultura dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan dan hanya menggunakan pemanfaatan input luar sebagai pelengkap unsur-unsur yang kurang dalam sumber daya lahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem kesesuaian lahan pangan dan hortikultura berbasis web. 3. Bagi masyarakat, khususnya bagi petani untuk mempermudah penentuan kesesuaian tumbuh tanaman pada suatu lahan yang akan menghasilkan produktivitas yang optimal dan berkesinambungan serta untuk memberikan suatu cara pembudidayaan tanaman yang sesuai pada suatu lahan tersebut dengan baik dan benar secara lengkap. 4. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Pangan dan Hortikultura Pangan
Pangan diartikan sebagai salah satu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, pengolahan, atau pembuatan makanan dan minuman.
Batasan untuk tanaman pangan adalah kelompok tanaman sumber karbohidrat dan protein. Namun, secara sempit, tanaman pangan biasanya dibatasi pada kelompok tanaman yang berumur semusim. Batasan ini dimasa mendatang harus diperbaiki karena akan menyebabkan sumber karbohidrat menjadi terbatas. Tanaman pangan sebaiknya memasukkan jenis tanaman lain yang dapat menjadi sumber karbohidrat tanpa dibatasi pada kelompok tanaman semusim. Dengan perbaikan batasan ini, tanaman umbian selain ubi kayu, ubi jalar, dan talas dapat masuk ke dalam kelompok tanaman pangan (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Tanaman pangan menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah Indonesia meskipun sentra beberapa jenis tanaman pangan terdapat di daerah tertentu. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian lahan dan kultur masyarakat dalam mengembangkan jenis tanaman pangan tertentu. Sebagai contoh daerah utama penghasil jagung di Indonesia adalah Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kebutuhan terhadap tanaman pangan akan selalu ada. Hal ini disebabkan setiap hari tanaman pangan selalu dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ketersediaan pangan harus tetap terjaga. Namun, secara umum kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
beberapa jenis tanaman pangan masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga harus diimpor setiap tahunnya.
Pada tahun 2002, konsumsi energi masyarakat Indonesia rata-rata 1.789,04 Kal per hari, sedangkan konsumsi proteinnya rata-rata 49,11 g. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat dan protein tersebut dapat diperoleh dari tanaman pangan karena kandungan kedua zat gizi tersebut dalam tanaman pangan tergolong paling besar (Baharsjah, 1983). Hortikultura
Kata hortikultura (Horticulture) berasal dari Bahasa latin ‘hortus’ yang artinya kebun dan ‘colere’ yang artinya membudidayakan. Jadi hortikultura adalah membudidayakan tanaman di kebun. Konsep ini berbeda dengan “agronomi”, yang merupakan membudidayakan tanaman di lapangan. Budidaya di kebun bersifat lebih intensif, padat modal dan tenaga kerja. Namun, hortikultura akan akan menghasilkan pengembalian, apakah berupa keuntungan ekonomi atau kesenangan pribadi, yang sesuai dengan usaha yang intensif tersebut. Praktek hortikultura merupakan tradisi yang telah berkembang sejak sangat lama. Hortikultura merupakan perpaduan antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek hortikultura modern berkembang berdasarkan pengembangan ilmu yang menghasilkan teknologi untuk memproduksi dan menangani komoditas hortikultura yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maupun kesenangan pribadi. Dalam prakteknya, semua itu tidak terlepas dari seni.
Komoditas hortikultura berbeda dengan komoditas agronomi. Pada umumnya komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup sehingga perisibel (mudah rusak), dan air merupakan komponen penting dalam
Universitas Sumatera Utara
kualitas. Di lain pihak, komoditas agronomi dimanfaatkan sesudah dikeringkan, sehingga tidak hidup lagi. Tergantung pada cara pemanfaatannya, suatu spesies yang sama bisa tergolong menjadi komoditas hortikultura atau agronomi. Sebagai contoh, jagung (Zea mays). Jagung yang dipanen muda untuk sayuran (baby corn) atau sebagai jagung manis rebus (sweet corn) adalah komoditas hortikultura, tetapi jagung yang dipanen tua untuk makanan pokok, tepung maizena, atau makanan ternak adalah tanaman agronomi. Jagung tersebut walaupun sama spesiesnya, tetapi cara produksi dan pemanfaatan hasilnya sangat berbeda. Demikian pula kelapa, kalau dipanen muda untuk es kelapa, buah ini termasuk hortikultura, tetapi kalau dipanen tua untuk santan atau produksi minyak, dia menjadi komoditas agronomi (Harjadi, 1989).
Seluruh komoditas hortikultura mempunyai ciri penting yang sama satu dengan yang lain. Ciri-ciri penting inilah yang menyebabkan komoditas tersebut dikelompokkna sebagai hortikultura. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Komoditas ini (sebagian besar) dipasarkan dalam keadaan hidup. Artinya suatu saat akan mati/rusak dan tidak ada nilainya
2. Komoditas ini mudah rusak. Artinya komoditas ini tidak dapat disimpan lama, harus segera dipasarkan dan dikonsumsi
3. Komoditas ini diperdagangkan dengan kandungan air tinggi dan meruah (voluminous). Artinya untuk pengangkutan dan penggudangan memerlukan ruang yang luas. Transportasi lewat udara memerlukan biaya yang tinggi karena kandungan air
4. “Kualitas” adalah kata kunci pada komoditas ini. Produk hortikultura yang tidak berkualitas tidak ada harganya. Perbedaan kualitas menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
perbedaan harga yang menyolok. Kualitas tidak selalu berasosiasi dengan rasa yang manis saja (karena ada perbedaan selera akan rasa pada berbagai bangsa). Tetapi kualitas lebih sering berasosiasi dengan penampakan 5. Komoditas ini tidak dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat, tetapi sebagai sumber vitamain, mineral atau kesenangan 6. Komoditas ini diproduksi secara intensif. Karena kualitas penting, komoditas ini (terutama bunga, tanaman hias dan sayuran) biasanya diproduksi secara intensif (Edmon et al, 1997).
Sistem Kesesuaian Lahan
Konsep Evaluasi Lahan Jika kita mengamati tanah pada suatu tempat dan membandingkannya
dengan tanah di tempat lain, maka akan terlihat beberapa perbedaan warna, tekstur keadaan permukaan dan lain-lain. Belum lagi jika mengamati dan mendeskripsikan profil tanahnya, jelas sekali akan terlihat perbedaan dalam hal susunan dan sifat horizon tanah. Perbedaan-perbedaan itu kadang-kadang dapat terjadi di tempat-tempat yang berdekatan yang hanya berjarak beberapa meter saja karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi, dan geografi yang bervariasi. Variasi tersebut mempengaruhi penggunaan lahan yang lebih atau kurang sesuai dalam pengertian fisik dan atau ekonomi yang paling tidak sebagian terjadi secara sistematik dan sebab-sebab yang diketahui dengan pasti. Adanya perbedaan (variasi) tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan potensi masing-masing
Universitas Sumatera Utara
tanah bagi pengembangan suatu tanaman atau komoditas tertentu maupun untuk kepentingan di luar pertanian (Rositter, 1996).
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan .
Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase yang sesuai untuk usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif.
Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan kapabilitas atau kemampuannya, sehingga untuk mengembangkannya diperlukan suatu tindakan khusus yang berbeda-beda untuk tiap jenis tanah. Misalnya untuk memutuskan tindakan konservasi dan rehabilitasi lahan yang benar dan tepat, informasi tentang tanah dan kesesuaian lahannya untuk suatu penggunaan tertentu sangat diperlukan. Kebenaran informasi akan sangat menentukan ketepatan tindakan yang akan diambil untuk pengembangan sumber daya alam yang langka (Rayes, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas
Produktivitas merupakan hasil persatuan lahan, tenaga kerja, modal, waktu ataupun input lainnya (misalnya uang tunai, energi, air, dan unsur hara). Orang luar cenderung mengukur produktivitas usaha tani menurut hasil total biomassa, hasil komponen-komponen tertentu (misalnya gabah) hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan lahan. Para petani memiliki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mendefenisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan, atau dengan satuan air irigasi yang dimanfaatkan. Dalam hal ini pembahasan produktivitas difokuskan pada bagaimana penggunaan input atau masukan dapat ditekan seminimal mungkin tanpa harus mengurangi hasil produksi dari tanaman tersebut.
Berbicara tentang penggunaan input yang merupakan ukuran produktivitas pada sistem pertanian di daerah tropis, termasuk Indonesia cenderung kepada sistem pertanian penggunaan input yang berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem yaitu:
• Penggunaan input luar secara besar-besaran yang sering disebut “HEIA” (high external input agriculture). HEIA ini sangat tergantung pada input kimia buatan (pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan memanfaatkan bahan bakar minyak dan juga irigasi. Sistem pertanian ini berorientasi pasar dan membutuhkan modal yang besar, selain itu karena pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak seimbang menimbulkan dampak besar bagi ekologi.
Universitas Sumatera Utara
• Pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan input luar, hingga terjadi degradasi sumber daya alam yang disebut “LEIA” (low external input agriculture) Adapun sistem pertanian yang diharapkan pada waktu mendatang dapat
bersaing, produktif, menguntungkan, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesehatan, kualitas pangan, dan keselamatan adalah sistem pertanian berkelanjutan menggunakan input luar yang rendah atau disebut juga “LEISA” (low external input and sustainable agriculture) yaitu pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal tanpa mengesampingkan pemanfaatan input luar namun hanya sebagai pelengkap unsure-unsur yang kurang dalam ekosistem atau sumber daya lokal. LEISA tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dalam jangka panjang (Reijntjes et al, 2003).
Kualitas Lahan Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat
kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).
Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan lahan.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan terhadap penggunaan tertentu sehingga merupakan faktor pembatas. Sebagai contoh ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman menurut Beek (1978) dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, zona perakaran dan pecahan batuan/bahan kasar di dalam profil tanah.
Kualitas lahan yang berhubungan dan berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman, antara lain terdiri atas :
• Ketersediaan air • Ketersediaan hara • Ketersediaan oksigen dalam zona perakaran • Kondisi dan sifat fisik dan morfologi tanah • Kemudahan lahan untuk diolah • Salinitas dan alkalinitas • Toksisitas tanah (misalnya aluminium, pirit) • Ketahanan terhadap erosi • Hama dan penyakit tanaman yang berhubungan dengan kondisi lahan • Bahaya banjir • Rezim temperatur • Energi radiasi • Bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan) • Kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Lahan Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga.
Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas : a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah, lereng, dan lain lain. b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air, dan lain lain. Macam dan jumlah kualitas lahan dan karakteristik lahan dapat ditambah
atau dikurangi sesuai dengan skala dan tujuan evaluasi serta kondisi lahan. Penentuan nilai-nilai karakteristik lahan yang berhubungan dengan kedalaman tanah seperti tekstur, kedalaman efektif, kapasitas tukar kation (KTK), reaksi tanah atau derajat kemasaman tanah (pH), unsur hara dalam tanah (N, P2O5, K2O) yang disesuaikan dengan kedalaman zona perakaran dari tanaman. Untuk kualitas lahan retensi hara (KTK, pH) dan ketersediaan hara karena relatif lebih mudah diatasi tidak merupakan pembatas utama, sehingga hasil penilaian kalau ada pembatas tersebut tidak akan menjatuhkan ke kelas N.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan.
Kualitas Lahan Temperatur (tc) Ketersediaan air (wa)
Ketersediaan oksigen (oa) Keadaan media perakaran(rc)
Gambut
Retensi hara (nr)
Toksisitas (xc) Sodisitas (xn) Bahaya sulfidik (xs) Bahaya erosi (eh) Bahaya banjir (fh) Penyiapan lahan (lp) Sumber: Djaenudin et al. (2003).
Karakteristik Lahan Temperatur rata -rata (oC)
Curah hujan (mm), Kelembaban (%), Lamanya bulan kering (bln)
Drainase
Tekstur, Bahan kasar (%), Kedalaman tanah (cm)
Ketebalan (cm), Ketebalan (cm) jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan, Kematangan
KTK liat (cmol/kg), Kejenuhan basa (%), pH H2O, C-organik(%)
Salinitas (dS/m)
Alkalinitas/ESP (%)
Kedalaman sulfidik (cm)
Lereng (%), Bahaya erosi
Genangan
Batuan di permukaan (%), Singkapan batuan (%)
Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.
Universitas Sumatera Utara
Topografi
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng
No. Relief
Lereng (%)
1. Datar 2. Berombak/agak melandai 3. Bergelombang/melandai 4. Berbukit 5. Bergunung 6. Bergunung curam 7. Bergunung sangat curam
60
Iklim
Suhu Udara Ada dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan,
yaitu temperatur dan curah hujan. Di daerah tropis, faktor yang mempengaruhi temperatur udara adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut). Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut.
Universitas Sumatera Utara
Curah Hujan
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama satu hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.
Tanah
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.
1. Drainase Tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
Berlebihan
: air yang berlebihan segera keluar dari tanah dan tanah hanya akan menahansedikit air sehingga tanaman akan segera kekurangan air.
Universitas Sumatera Utara
Baik : tanah memiliki peredaran udara (aerasi) yang baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah >150 cm, berwarna terang dan seragam dan tidak terdapat karatan (bercak-bercak kuning coklat atau kelabu ).
Agak Baik
: tanah beraerasi baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercakbercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah).
Agak Buruk : lapisan tanah atas beraerasi baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah).
Buruk
: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
Sangat Buruk : seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
2. Tekstur
Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti pengelompokan kelas tekstur di bawah ini:
Halus
: Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang
: Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berrdebu, debu
Agak kasar : Lempung berpasir
Kasar
: Pasir, pasir berlempung
Sangat halus : Liat
3. Bahan Kasar Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap
lapisan tanah, dibedakan menjadi:
Sedikit Sedang Banyak Sangat Banyak
: < 15 % : 15 - 35 % : 35 - 60 % : > 60 %
4. Kedalaman Tanah
Kedalaman tanah, dibedakan menjadi:
Sangat Dangkal Dangkal
: < 20 cm : 20 - 50 cm
Universitas Sumatera Utara
Sedang Dalam
: 50 - 75 cm : > 75 cm
5. Ketebalan Gambut
Ketebalan gambut, dibedakan menjadi:
Tipis Sedang Agak Tebal Tebal Sangat Tebal
: < 60 cm : 60 - 100 cm : 100 - 200 cm : 200 - 400 cm : > 400 cm
6. Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3: Tingkat bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi
Sangat ringan (sr) Ringan (r) Sedang (s) Berat (b) Sangat berat (sb)
Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun) < 0,15 0,15 - 0,9 0,9 - 1,8 1,8 - 4,8 > 4,8
7. Kemasaman Tanah
Ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-50 cm seperti dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Kelas kemasaman (pH) tanah
Kelas Sangat masam Masam Agak masam Netral Agak alkalis Alkalis
pH tanah < 4,5 4,5 - 5,5 5,6 - 6,5 6,6 - 7,5 7,6 - 8,5 > 8,5
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk suatu penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Kelas kesesuaian lahan suatu kawasan dapat berbeda-beda, tergantung penggunaan lahan yang dikehendaki. Klasifikasi kesesuaian lahan menyangkut pencocokan antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang dinginkan. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat ordo, kelas, subkelas dan unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara umum atau global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan. Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo Sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu : Sangat Sesuai (S1), Cukup Sesuai (S2), dan Sesuai Marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo Tidak Sesuai (N) tidak dibedakan atas kelas kesesuaian ke dalam kelas-kelas. Sub-kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas. Satuan (unit) adalah keadaan tingkatan dalam subkelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.
Pembagian dan defenisi secara kualitatif masing-masing kelas dengan menggunakan 3 kelas untuk ordo Sesuai dan 2 kelas untuk ordo Tidak Sesuai, adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
• Kelas S1: Sangat Sesuai Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatasnya bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
• Kelas S2 : Cukup Sesuai Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan s
SKRIPSI OLEH: M. SALFARIZI AKBAR SARAGIH 070308044
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011
Universitas Sumatera Utara
SISTEM KESESUAIAN LAHAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BERBASIS WEB
SKRIPSI
OLEH:
M. SALFARIZI AKBAR SARAGIH 070308044/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Achwil Putra Munir STP, M.Si Ketua
Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Anggota
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
MUHAMMAD SALFARIZI AKBAR SARAGIH : Land Suitability System of Food Crop and Horticulture Based On WEB. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAY
Each land had its characteristics and had its respective limitations that will determine his capacity, therefore to develop them, process of evaluation was needed that was different for each type of land. Therefore, to grow the crop well, information recieved from survey of the land could predict the growth of the crop with low risk of failure. The reasearch was aimed at collecting data, information and knowledge on factors that played role in the determining compatibility of food crop and horticulture to type of land and to develop the information system that was cheap, fast, high-quality, flexible, and safe by optimising the utilisation of land resources and only utilised outside input as additional elements of the land resources. The development of the land suitability system of food crop and horticulture based on WEB was using WAMP (Windows, Apache, My SQL and PHP 5) and Adobe Dreamweaver softwares using land characteristic data and growth condition of crop data. The land suitability system of food crop and horticulture procedure was using the matching method, that is to match the attribute of land characteristics with growth condition of the crop to produced crop priority compatibility to each land.
Key words : Land Suitability, Matching Method, Food Crop and Horticulture, Land Evaluation and Computer Based Support System Decision
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MUHAMMAD SALFARIZI AKBAR SARAGIH : Sistem Kesesuaian Lahan Pangan dan Hortikultura Berbasis WEB. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAI.
Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan kemampuannya, sehingga untuk mengembangkannya diperlukan pengevaluasian tindakan khusus yang berbeda untuk setiap jenis tanah. Agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik maka informasi yang diperoleh dari hasil survei tanah dapat memprediksi pertumbuhan tanaman tersebut dengan resiko kegagalan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pangan dan hortikultura pada suatu lahan dan membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan dan hanya menggunakan pemanfaatan input luar sebagai pelengkap unsur-unsur yang kurang dalam sumber daya lahan tersebut. Pembangunan sistem kesesuaian lahan pangan dan hortikultura berbasis WEB ini menggunakan software WAMP (Windows, Apache, My SQL dan PHP 5) dan Adobe Dreamweaver, dengan data yang dibutuhkan adalah data karakteristik lahan dan data persyaratan tumbuh tanaman. Cara kerja sistem kesesuaian lahan menggunakan metode matching yaitu dengan mencocokan atribut dari karakteristik lahan dengan atribut persyaratan tumbuh tanaman sehingga dihasilkan prioritas kesesuaian tanaman pada setiap lahan.
Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Metode Matching, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Evaluasi Lahan dan Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Komputer
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Oktober 1988 dari ayah dr. Syahruddin Saragih Sp. PA dan ibu dr.Hj. Heriyanti. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Swasta Harapan 1 Medan dan pada tahun 2007 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMPRM, pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama kuliah penulis mengikuti kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai Wakil Ketua Bidang Sosial dan Pengabdian Masyarakat tahun 2010-2011. Penulis juga pernah menjadi asisten Laboratorium Mekanisasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Bahjambi, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sistem Kesesuaian Lahan Pangan dan Hortikultura Berbasis Web”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si., sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada ayahanda dr. Syahruddin Saragih Sp.PA dan ibunda dr. Hj. Heriyanti, serta abangda M. Donny Akbar Saragih ST dan kakanda Citra Amanda SE yang telah memberikan perhatian, doa dan dukungan moril maupun materil selama ini.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada temanteman mahasiswa Teknik Pertanian angkatan 2007 yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Juli 2011
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR TABEL ........................................................................................ v DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vii PENDAHULUAN Latar Belakang.............................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6 Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 6 TUJUAN PUSTAKA Pangan dan Hortikultura ............................................................................... 8 Pangan ......................................................................................................... 8 Hortikultura .................................................................................................. 9 Sistem Kesesuaian Lahan.............................................................................. 11 Konsep Evaluasi Lahan................................................................................. 11 Produktivitas................................................................................................. 13 Kualitas Lahan.............................................................................................. 14 Karakteristik Lahan....................................................................................... 16 Klasifikasi Kesesuaian Lahan........................................................................ 24 Model Matching ........................................................................................... 26 Sistem Pendukung Keputusan ....................................................................... 27
Defenisi SPK..................................................................................... 27 Karakteristik dan nilai guna ............................................................... 29 Komponen SPK................................................................................. 31 Proses Pembangunan SPK ................................................................. 34 Teknologi Web ............................................................................................. 35 Web-portal ................................................................................................. 37 Plug-ins......................................................................................................... ... 37 e-tehnology......... .......................................................................................... 39 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 40 Bahan dan Alat ............................................................................................. 40 Metode Penelitian ......................................................................................... 40 Pelaksanaan Penelitian.................................................................................. 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Perancangan Sistem ...................................................................................... 47 Perancangan Subsistem Model...................................................................... 47 Perancangan Pangkalan Data ........................................................................ 48 Tahap Analisis................................................................................... 48 Perancangan Logik ............................................................................ 49 Perancangan Fisik.............................................................................. 51 Perancangan Subsistem Dialog .......................................................... 54 Deskripsi Sistem ........................................................................................... 54
Universitas Sumatera Utara
Menu ................................................................................................ 54 Rincian Menu .................................................................................... 56 Proses Pencocokan ............................................................................ 57 Hasil Kesesuaian Lahan..................................................................... 66 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................. 69 Saran ............................................................................................................ 70 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71 LAMPIRAN ................................................................................................ 73
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Hal 1. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan .................... 17 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng ............................................................ 18 3. Tingkat bahaya erosi .............................................................................. 23 4. Kelas kemasaman (pH) tanah ................................................................. 23 5. Tabel perancangan fisik Kesesuaian Lahan ............................................. 51 6. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai ........................ 60 7. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman padi ............................ 60 8. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman jagung ......................... 61 9. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kacang hijau ................ 61 10. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman pisang .......................... 62 11. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kubis ........................... 62 12. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman tomat ........................... 63 13. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kentang ....................... 63 14. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman wortel .......................... 64 15. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman cabai ........................... 64 16. Hasil kesesuaian lahan pada setiap daerah .............................................. 66 17. Hasil prioritas tanaman pada setiap daerah .............................................. 67
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Fase pembangunan sistem penunjang keputusan ..................................... 46 2. E-R diagram kesesuaian lahan ................................................................ 49 3. Tampilan menu ...................................................................................... 55 4. Hasil Pencocokan ................................................................................... 59 5. Hasil detail pencocokan .......................................................................... 59
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
1. Gambar flowchart kesesuaian lahan ........................................................ 73 2. Gambar flowchart proses pencocokan ..................................................... 74 3. Gambar flowchart proses perangkingan ................................................... 75 4. Persyaratan tumbuh tanaman jagung ....................................................... 76 5. Persyaratan tumbuh tanaman kedelai ....................................................... 76 6. Persyaratan tumbuh tanaman pisang ........................................................ 77 7. Persyaratan tumbuh tanaman padi sawah ................................................. 77 8. Persyaratan tumbuh tanaman kacang hijau .............................................. 78 9. Persyaratan tumbuh tanaman cabai .......................................................... 78 10.Persyaratan tumbuh tanaman kentang ...................................................... 79 11.Persyaratan tumbuh tanaman kubis .......................................................... 79 12.Persyaratan tumbuh tanaman tomat ......................................................... 80 13.Persyaratan tumbuh tanaman wortel ........................................................ 80 14.Karakteristik lahan ................................................................................... 81 14.Suhu udara tahunan kecamatan Sibolangit................................................ 82 15.Curah hujan tahunan kecamatan Sibolangit ............................................. 83
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
MUHAMMAD SALFARIZI AKBAR SARAGIH : Land Suitability System of Food Crop and Horticulture Based On WEB. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAY
Each land had its characteristics and had its respective limitations that will determine his capacity, therefore to develop them, process of evaluation was needed that was different for each type of land. Therefore, to grow the crop well, information recieved from survey of the land could predict the growth of the crop with low risk of failure. The reasearch was aimed at collecting data, information and knowledge on factors that played role in the determining compatibility of food crop and horticulture to type of land and to develop the information system that was cheap, fast, high-quality, flexible, and safe by optimising the utilisation of land resources and only utilised outside input as additional elements of the land resources. The development of the land suitability system of food crop and horticulture based on WEB was using WAMP (Windows, Apache, My SQL and PHP 5) and Adobe Dreamweaver softwares using land characteristic data and growth condition of crop data. The land suitability system of food crop and horticulture procedure was using the matching method, that is to match the attribute of land characteristics with growth condition of the crop to produced crop priority compatibility to each land.
Key words : Land Suitability, Matching Method, Food Crop and Horticulture, Land Evaluation and Computer Based Support System Decision
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MUHAMMAD SALFARIZI AKBAR SARAGIH : Sistem Kesesuaian Lahan Pangan dan Hortikultura Berbasis WEB. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAI.
Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan kemampuannya, sehingga untuk mengembangkannya diperlukan pengevaluasian tindakan khusus yang berbeda untuk setiap jenis tanah. Agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik maka informasi yang diperoleh dari hasil survei tanah dapat memprediksi pertumbuhan tanaman tersebut dengan resiko kegagalan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pangan dan hortikultura pada suatu lahan dan membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan dan hanya menggunakan pemanfaatan input luar sebagai pelengkap unsur-unsur yang kurang dalam sumber daya lahan tersebut. Pembangunan sistem kesesuaian lahan pangan dan hortikultura berbasis WEB ini menggunakan software WAMP (Windows, Apache, My SQL dan PHP 5) dan Adobe Dreamweaver, dengan data yang dibutuhkan adalah data karakteristik lahan dan data persyaratan tumbuh tanaman. Cara kerja sistem kesesuaian lahan menggunakan metode matching yaitu dengan mencocokan atribut dari karakteristik lahan dengan atribut persyaratan tumbuh tanaman sehingga dihasilkan prioritas kesesuaian tanaman pada setiap lahan.
Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Metode Matching, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Evaluasi Lahan dan Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Komputer
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional, karena ternyata sektor pertanian lebih tahan menghadapi krisis ekonomi dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu sektor pertanian berperan dalam mencukupi kebutuhan penduduk, meningkatkan pendapatan petani, penyediaan bahan baku industri, memberi peluang usaha serta kesempatan kerja, dan menunjang ketahanan pangan nasional (Adiwilaga, 1992).
Pembangunan pertanian memiliki arti yang sangat strategis. Membahas pertanian adalah membahas tentang ”kelangsungan hidup”. Pertanian adalah penyedia bahan pangan, bahan sandang dan bahkan bahan papan. Meskipun dalam kenyataannya, persepsi akan arti penting pertanian kadang-kadang dilupakan oleh banyak orang (Subejo, 2007).
Sampai saat ini ketergantungan pangan padi masih sangat besar. Dari total kalori yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, hampir 60 % dicukupi oleh beras. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi pola ketahanan pangan nasional. Penurunan produksi padi akibat gagal panen atau sebab lain akan berpengaruh besar terhadap kecukupan pangan nasional. Penganekaragaman sumber karbohidrat harus dilakukan jika ketahanan pangan nasional tetap ingin dijaga. Pengembangan sumber karbohidrat lain sangat strategis untuk dilakukan seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah dan lain-lain yang merupakan tanaman umbi potensial utama (Purwono dan Purnamawati, 2010)
Penyediaan pangan tentunya dapat ditempuh melalui : 1) produksi sendiri, dengan cara memanfaatkan dan alokasi sumber daya alam, manajemen dan
Universitas Sumatera Utara
pengembangan sumber daya manusia, serta aplikasi dan penguasaan teknologi yang optimal; dan 2) impor dari negara lain, dengan menjaga perolehan devisa yang memadai dari sektor perekonomian untuk menjaga neraca keseimbangan perdagangan luar negri (Arifin, 2004).
Pada umumnya selain tanaman pangan, isi kebun di Indonesia adalah tanaman hortikultura berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangiwangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan dan tanaman penghasil rempahrempah. Sementara itu, dinegara maju budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan suatu usaha tani berpola komersial, yakni diusahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas; misalnya perkebunan apel, anggur, tomat dan pear di Amerika; perkebunan mangga dan kelengkeng di Queensland, Australia; serta perkebunan tomat hidroponik di New Zealand (Zulkarnain, 2009).
Sektor pertanian yang bertumpu pada potensi sumber daya alam banyak mengalami pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya alam makin menurun. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa pembangunan berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain: 1) menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan, 2) berkurangnya daya dukung lingkungan, 3) meningkatnya konversi lahan pertanian produktif, 4) meluasnya lahan kritis, 5) meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan (Saptana dan Ashari, 2007).
Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem, contohnya sebagai media pertumbuhan tanaman. Mengingat tanah memainkan peranan amat penting dalam ekosistem, maka harus hati-hati dalam mengelola dan melindunginya dari kerusakan. Prediksi sifat-sifat tanah dan tanggapannya terhadap pengelolaan sangat diperlukan dalam bidang pertanian untuk memprediksi lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak serta lebih teliti berbagai tujuan yang lebih spesifik mengenai pengolahan tanah (Dent dan Young, 1981).
Survei tanah dapat memberikan informasi tentang sumber daya alam terutama tentang sifat-sifat dan faktor-faktor pembatas tanah untuk suatu tujuan-tujuan tertentu. Informasi ini sangat diperlukan untuk keputusan pengembangan sumber daya lahan baik untuk pertanian maupun untuk kepentingan lain, agar bermanfaat secara optimal dan berkesinambungan. Hasil dari survei tanah tersebut dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik tanah yang lebih dikenal dengan evaluasi lahan. Evaluasi lahan merupakan proses keragaan (performance) lahan untuk tujuan tertentu atau sebagai metode yang menjelaskan atau memprediksi kegunaan potensial dari lahan (van Diepen et al, 1991).
Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan informasi. Jenis informasi sumber daya lahan yang perlu dievaluasi terdiri atas 5 kelompok, yaitu tanah, iklim, topografi, geologi dan sosial ekonomi. Aspek tanah yang penting adalah kedalaman lapisan penghambat perakaran (kedalaman efektif tanah), drainase, tingkat kesuburan tanah, retensi hara, salinitas tanah, ada tidaknya unsur yang bersifat racun bagi tanaman, keadaan lengas tanah, kapasitas air dan kemungkinan mengalami penggenangan atau banjir. Informasi tentang keadaan topografi dan geologi meliputi derajat kemiringan dan panjang lereng, posisi dalam bentang lahan dan ketinggian tempat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas lahan.
Disamping sumber daya lahan, terdapat penentu yang lain yang menyebabkan setiap tempat berbeda-beda karakteristiknya, yaitu sumber daya agroklimat, sumber daya hayati dan sumber daya manusia dan nilai kultural. Oleh karena itu, pendekatan sumber daya setempat perlu dicermati dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian. Terutama keterbatasan pupuk dan harganya yang meningkat terus merupakan hambatan serius bagi pertumbuhan pertanian di Indonesia dilihat dari ketersediaan input lainnya. Tanpa ketersediaan sarana produksi pertanian, termasuk pupuk dalam jumlah memadai
Universitas Sumatera Utara
dan dengan kualitas baik dan relatif murah, sulit diharapkan para petani akan mampu meningkatkan produksi komoditas pertanian (Tambunan, 2008).
Dalam usaha tani ada beberapa alasan mengapa pengambilan keputusan menjadi sulit yaitu pertama, jumlah alternatif yang tersedia jauh lebih banyak dari pada sebelumnya karena sistem teknologi dan komunikasi telah meningkat. Semakin banyak data serta informasi yang tersedia semakin banyak alternatif yang dapat diidentifikasi dan dieksplorasi. Kedua, biaya akibat kesalahan dapat menjadi besar dan kompleksitas. Ketiga, ada perubahan terus-menerus di dalam lingkungan yang berfluktuasi dan semakin tidak jelas di beberapa elemen yang berpengaruh. Akhirnya keputusan harus diambil dengan cepat untuk merespon pasar. Kemajuan di bidang teknologi, khususnya web secara dramatis telah meningkatkan kecepatan untuk mendapatkan informasi dan untuk membuat keputusan yang efektif dan efisien (Vitt, dkk., 2002).
Terutama bagi petani, masalah yang dihadapi mulai dari masalah pada lahan pertanian maupun masalah kebutuhan petani akan informasi dan pengetahuan yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman juga sampai kepada masalah pengambilan keputusan atas beberapa alternatif pilihan dalam hal menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dipunyai sampai kepada informasi tentang pedoman bercocok tanam pada setiap tanaman yang ingin ditanam sehingga nantinya dapat menciptakan suatu pengoptimalan produksi, hal ini adalah tantangan bagi para praktisi sistem informasi dan para stake holder. Untuk itu diperlukan suatu pengembangan aplikasi sistem informasi yang ditujukan sebagai sistem pengambilan keputusan yang tentunya sistem ini harus didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi serta ketersediaan data, informasi, pengetahuan dan kepakaran (mengenai karakteristik suatu lahan dan persyaratan tumbuh suatu tanaman) dalam membantu mengatasi masalahnya.
Universitas Sumatera Utara
Suatu pengembangan aplikasi sistem informasi diperlukan untuk membantu petani agar dapat memberikan berbagai kemudahan pada mereka. Oleh karena itu dikembangkan sebuah sistem yang disebut Sistem Kesesuaian Lahan Pangan dan Hortikultura Berbasis Web. Sistem yang dikembangkan ini adalah sistem pengambilan keputusan penentuan jenis tanaman pada suatu lahan dengan menggunakan metode pencocokan antara karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman. Sistem ini menggunakan internet sebagai teknologi informasi dan komunikasinya agar dapat diakses oleh para pengguna dengan cepat, murah dan batasan dimensi waktu dan wilayah yang luas. Dengan demikian diharapkan dapat membantu para petani dalam mengatasi masalah penentuan jenis tanaman pada lahan yang akan ditanam sehingga tercipta sentralisasi dan karakteristik suatu produk pertanian pada suatu wilayah tersebut yang selanjutnya akan menghantarkan petani pada masa depan dengan lebih pasti dan lebih sejahtera. Tujuan Penelitian
1. Menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pada suatu lahan.
2. Membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pada suatu lahan baik tanaman pangan atau tanaman hortikultura dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan dan hanya menggunakan pemanfaatan input luar sebagai pelengkap unsur-unsur yang kurang dalam sumber daya lahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem kesesuaian lahan pangan dan hortikultura berbasis web. 3. Bagi masyarakat, khususnya bagi petani untuk mempermudah penentuan kesesuaian tumbuh tanaman pada suatu lahan yang akan menghasilkan produktivitas yang optimal dan berkesinambungan serta untuk memberikan suatu cara pembudidayaan tanaman yang sesuai pada suatu lahan tersebut dengan baik dan benar secara lengkap. 4. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Pangan dan Hortikultura Pangan
Pangan diartikan sebagai salah satu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, pengolahan, atau pembuatan makanan dan minuman.
Batasan untuk tanaman pangan adalah kelompok tanaman sumber karbohidrat dan protein. Namun, secara sempit, tanaman pangan biasanya dibatasi pada kelompok tanaman yang berumur semusim. Batasan ini dimasa mendatang harus diperbaiki karena akan menyebabkan sumber karbohidrat menjadi terbatas. Tanaman pangan sebaiknya memasukkan jenis tanaman lain yang dapat menjadi sumber karbohidrat tanpa dibatasi pada kelompok tanaman semusim. Dengan perbaikan batasan ini, tanaman umbian selain ubi kayu, ubi jalar, dan talas dapat masuk ke dalam kelompok tanaman pangan (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Tanaman pangan menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah Indonesia meskipun sentra beberapa jenis tanaman pangan terdapat di daerah tertentu. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian lahan dan kultur masyarakat dalam mengembangkan jenis tanaman pangan tertentu. Sebagai contoh daerah utama penghasil jagung di Indonesia adalah Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kebutuhan terhadap tanaman pangan akan selalu ada. Hal ini disebabkan setiap hari tanaman pangan selalu dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ketersediaan pangan harus tetap terjaga. Namun, secara umum kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
beberapa jenis tanaman pangan masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga harus diimpor setiap tahunnya.
Pada tahun 2002, konsumsi energi masyarakat Indonesia rata-rata 1.789,04 Kal per hari, sedangkan konsumsi proteinnya rata-rata 49,11 g. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat dan protein tersebut dapat diperoleh dari tanaman pangan karena kandungan kedua zat gizi tersebut dalam tanaman pangan tergolong paling besar (Baharsjah, 1983). Hortikultura
Kata hortikultura (Horticulture) berasal dari Bahasa latin ‘hortus’ yang artinya kebun dan ‘colere’ yang artinya membudidayakan. Jadi hortikultura adalah membudidayakan tanaman di kebun. Konsep ini berbeda dengan “agronomi”, yang merupakan membudidayakan tanaman di lapangan. Budidaya di kebun bersifat lebih intensif, padat modal dan tenaga kerja. Namun, hortikultura akan akan menghasilkan pengembalian, apakah berupa keuntungan ekonomi atau kesenangan pribadi, yang sesuai dengan usaha yang intensif tersebut. Praktek hortikultura merupakan tradisi yang telah berkembang sejak sangat lama. Hortikultura merupakan perpaduan antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek hortikultura modern berkembang berdasarkan pengembangan ilmu yang menghasilkan teknologi untuk memproduksi dan menangani komoditas hortikultura yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maupun kesenangan pribadi. Dalam prakteknya, semua itu tidak terlepas dari seni.
Komoditas hortikultura berbeda dengan komoditas agronomi. Pada umumnya komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup sehingga perisibel (mudah rusak), dan air merupakan komponen penting dalam
Universitas Sumatera Utara
kualitas. Di lain pihak, komoditas agronomi dimanfaatkan sesudah dikeringkan, sehingga tidak hidup lagi. Tergantung pada cara pemanfaatannya, suatu spesies yang sama bisa tergolong menjadi komoditas hortikultura atau agronomi. Sebagai contoh, jagung (Zea mays). Jagung yang dipanen muda untuk sayuran (baby corn) atau sebagai jagung manis rebus (sweet corn) adalah komoditas hortikultura, tetapi jagung yang dipanen tua untuk makanan pokok, tepung maizena, atau makanan ternak adalah tanaman agronomi. Jagung tersebut walaupun sama spesiesnya, tetapi cara produksi dan pemanfaatan hasilnya sangat berbeda. Demikian pula kelapa, kalau dipanen muda untuk es kelapa, buah ini termasuk hortikultura, tetapi kalau dipanen tua untuk santan atau produksi minyak, dia menjadi komoditas agronomi (Harjadi, 1989).
Seluruh komoditas hortikultura mempunyai ciri penting yang sama satu dengan yang lain. Ciri-ciri penting inilah yang menyebabkan komoditas tersebut dikelompokkna sebagai hortikultura. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Komoditas ini (sebagian besar) dipasarkan dalam keadaan hidup. Artinya suatu saat akan mati/rusak dan tidak ada nilainya
2. Komoditas ini mudah rusak. Artinya komoditas ini tidak dapat disimpan lama, harus segera dipasarkan dan dikonsumsi
3. Komoditas ini diperdagangkan dengan kandungan air tinggi dan meruah (voluminous). Artinya untuk pengangkutan dan penggudangan memerlukan ruang yang luas. Transportasi lewat udara memerlukan biaya yang tinggi karena kandungan air
4. “Kualitas” adalah kata kunci pada komoditas ini. Produk hortikultura yang tidak berkualitas tidak ada harganya. Perbedaan kualitas menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
perbedaan harga yang menyolok. Kualitas tidak selalu berasosiasi dengan rasa yang manis saja (karena ada perbedaan selera akan rasa pada berbagai bangsa). Tetapi kualitas lebih sering berasosiasi dengan penampakan 5. Komoditas ini tidak dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat, tetapi sebagai sumber vitamain, mineral atau kesenangan 6. Komoditas ini diproduksi secara intensif. Karena kualitas penting, komoditas ini (terutama bunga, tanaman hias dan sayuran) biasanya diproduksi secara intensif (Edmon et al, 1997).
Sistem Kesesuaian Lahan
Konsep Evaluasi Lahan Jika kita mengamati tanah pada suatu tempat dan membandingkannya
dengan tanah di tempat lain, maka akan terlihat beberapa perbedaan warna, tekstur keadaan permukaan dan lain-lain. Belum lagi jika mengamati dan mendeskripsikan profil tanahnya, jelas sekali akan terlihat perbedaan dalam hal susunan dan sifat horizon tanah. Perbedaan-perbedaan itu kadang-kadang dapat terjadi di tempat-tempat yang berdekatan yang hanya berjarak beberapa meter saja karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi, dan geografi yang bervariasi. Variasi tersebut mempengaruhi penggunaan lahan yang lebih atau kurang sesuai dalam pengertian fisik dan atau ekonomi yang paling tidak sebagian terjadi secara sistematik dan sebab-sebab yang diketahui dengan pasti. Adanya perbedaan (variasi) tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan potensi masing-masing
Universitas Sumatera Utara
tanah bagi pengembangan suatu tanaman atau komoditas tertentu maupun untuk kepentingan di luar pertanian (Rositter, 1996).
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan .
Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase yang sesuai untuk usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif.
Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan kapabilitas atau kemampuannya, sehingga untuk mengembangkannya diperlukan suatu tindakan khusus yang berbeda-beda untuk tiap jenis tanah. Misalnya untuk memutuskan tindakan konservasi dan rehabilitasi lahan yang benar dan tepat, informasi tentang tanah dan kesesuaian lahannya untuk suatu penggunaan tertentu sangat diperlukan. Kebenaran informasi akan sangat menentukan ketepatan tindakan yang akan diambil untuk pengembangan sumber daya alam yang langka (Rayes, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas
Produktivitas merupakan hasil persatuan lahan, tenaga kerja, modal, waktu ataupun input lainnya (misalnya uang tunai, energi, air, dan unsur hara). Orang luar cenderung mengukur produktivitas usaha tani menurut hasil total biomassa, hasil komponen-komponen tertentu (misalnya gabah) hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan lahan. Para petani memiliki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mendefenisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan, atau dengan satuan air irigasi yang dimanfaatkan. Dalam hal ini pembahasan produktivitas difokuskan pada bagaimana penggunaan input atau masukan dapat ditekan seminimal mungkin tanpa harus mengurangi hasil produksi dari tanaman tersebut.
Berbicara tentang penggunaan input yang merupakan ukuran produktivitas pada sistem pertanian di daerah tropis, termasuk Indonesia cenderung kepada sistem pertanian penggunaan input yang berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem yaitu:
• Penggunaan input luar secara besar-besaran yang sering disebut “HEIA” (high external input agriculture). HEIA ini sangat tergantung pada input kimia buatan (pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan memanfaatkan bahan bakar minyak dan juga irigasi. Sistem pertanian ini berorientasi pasar dan membutuhkan modal yang besar, selain itu karena pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak seimbang menimbulkan dampak besar bagi ekologi.
Universitas Sumatera Utara
• Pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan input luar, hingga terjadi degradasi sumber daya alam yang disebut “LEIA” (low external input agriculture) Adapun sistem pertanian yang diharapkan pada waktu mendatang dapat
bersaing, produktif, menguntungkan, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesehatan, kualitas pangan, dan keselamatan adalah sistem pertanian berkelanjutan menggunakan input luar yang rendah atau disebut juga “LEISA” (low external input and sustainable agriculture) yaitu pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal tanpa mengesampingkan pemanfaatan input luar namun hanya sebagai pelengkap unsure-unsur yang kurang dalam ekosistem atau sumber daya lokal. LEISA tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dalam jangka panjang (Reijntjes et al, 2003).
Kualitas Lahan Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat
kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).
Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan lahan.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan terhadap penggunaan tertentu sehingga merupakan faktor pembatas. Sebagai contoh ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman menurut Beek (1978) dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, zona perakaran dan pecahan batuan/bahan kasar di dalam profil tanah.
Kualitas lahan yang berhubungan dan berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman, antara lain terdiri atas :
• Ketersediaan air • Ketersediaan hara • Ketersediaan oksigen dalam zona perakaran • Kondisi dan sifat fisik dan morfologi tanah • Kemudahan lahan untuk diolah • Salinitas dan alkalinitas • Toksisitas tanah (misalnya aluminium, pirit) • Ketahanan terhadap erosi • Hama dan penyakit tanaman yang berhubungan dengan kondisi lahan • Bahaya banjir • Rezim temperatur • Energi radiasi • Bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan) • Kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Lahan Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga.
Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas : a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah, lereng, dan lain lain. b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air, dan lain lain. Macam dan jumlah kualitas lahan dan karakteristik lahan dapat ditambah
atau dikurangi sesuai dengan skala dan tujuan evaluasi serta kondisi lahan. Penentuan nilai-nilai karakteristik lahan yang berhubungan dengan kedalaman tanah seperti tekstur, kedalaman efektif, kapasitas tukar kation (KTK), reaksi tanah atau derajat kemasaman tanah (pH), unsur hara dalam tanah (N, P2O5, K2O) yang disesuaikan dengan kedalaman zona perakaran dari tanaman. Untuk kualitas lahan retensi hara (KTK, pH) dan ketersediaan hara karena relatif lebih mudah diatasi tidak merupakan pembatas utama, sehingga hasil penilaian kalau ada pembatas tersebut tidak akan menjatuhkan ke kelas N.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan.
Kualitas Lahan Temperatur (tc) Ketersediaan air (wa)
Ketersediaan oksigen (oa) Keadaan media perakaran(rc)
Gambut
Retensi hara (nr)
Toksisitas (xc) Sodisitas (xn) Bahaya sulfidik (xs) Bahaya erosi (eh) Bahaya banjir (fh) Penyiapan lahan (lp) Sumber: Djaenudin et al. (2003).
Karakteristik Lahan Temperatur rata -rata (oC)
Curah hujan (mm), Kelembaban (%), Lamanya bulan kering (bln)
Drainase
Tekstur, Bahan kasar (%), Kedalaman tanah (cm)
Ketebalan (cm), Ketebalan (cm) jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan, Kematangan
KTK liat (cmol/kg), Kejenuhan basa (%), pH H2O, C-organik(%)
Salinitas (dS/m)
Alkalinitas/ESP (%)
Kedalaman sulfidik (cm)
Lereng (%), Bahaya erosi
Genangan
Batuan di permukaan (%), Singkapan batuan (%)
Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.
Universitas Sumatera Utara
Topografi
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng
No. Relief
Lereng (%)
1. Datar 2. Berombak/agak melandai 3. Bergelombang/melandai 4. Berbukit 5. Bergunung 6. Bergunung curam 7. Bergunung sangat curam
60
Iklim
Suhu Udara Ada dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan,
yaitu temperatur dan curah hujan. Di daerah tropis, faktor yang mempengaruhi temperatur udara adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut). Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut.
Universitas Sumatera Utara
Curah Hujan
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama satu hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.
Tanah
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.
1. Drainase Tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
Berlebihan
: air yang berlebihan segera keluar dari tanah dan tanah hanya akan menahansedikit air sehingga tanaman akan segera kekurangan air.
Universitas Sumatera Utara
Baik : tanah memiliki peredaran udara (aerasi) yang baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah >150 cm, berwarna terang dan seragam dan tidak terdapat karatan (bercak-bercak kuning coklat atau kelabu ).
Agak Baik
: tanah beraerasi baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercakbercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah).
Agak Buruk : lapisan tanah atas beraerasi baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah).
Buruk
: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
Sangat Buruk : seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
2. Tekstur
Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti pengelompokan kelas tekstur di bawah ini:
Halus
: Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang
: Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berrdebu, debu
Agak kasar : Lempung berpasir
Kasar
: Pasir, pasir berlempung
Sangat halus : Liat
3. Bahan Kasar Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap
lapisan tanah, dibedakan menjadi:
Sedikit Sedang Banyak Sangat Banyak
: < 15 % : 15 - 35 % : 35 - 60 % : > 60 %
4. Kedalaman Tanah
Kedalaman tanah, dibedakan menjadi:
Sangat Dangkal Dangkal
: < 20 cm : 20 - 50 cm
Universitas Sumatera Utara
Sedang Dalam
: 50 - 75 cm : > 75 cm
5. Ketebalan Gambut
Ketebalan gambut, dibedakan menjadi:
Tipis Sedang Agak Tebal Tebal Sangat Tebal
: < 60 cm : 60 - 100 cm : 100 - 200 cm : 200 - 400 cm : > 400 cm
6. Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3: Tingkat bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi
Sangat ringan (sr) Ringan (r) Sedang (s) Berat (b) Sangat berat (sb)
Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun) < 0,15 0,15 - 0,9 0,9 - 1,8 1,8 - 4,8 > 4,8
7. Kemasaman Tanah
Ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-50 cm seperti dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Kelas kemasaman (pH) tanah
Kelas Sangat masam Masam Agak masam Netral Agak alkalis Alkalis
pH tanah < 4,5 4,5 - 5,5 5,6 - 6,5 6,6 - 7,5 7,6 - 8,5 > 8,5
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk suatu penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Kelas kesesuaian lahan suatu kawasan dapat berbeda-beda, tergantung penggunaan lahan yang dikehendaki. Klasifikasi kesesuaian lahan menyangkut pencocokan antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang dinginkan. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat ordo, kelas, subkelas dan unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara umum atau global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan. Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo Sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu : Sangat Sesuai (S1), Cukup Sesuai (S2), dan Sesuai Marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo Tidak Sesuai (N) tidak dibedakan atas kelas kesesuaian ke dalam kelas-kelas. Sub-kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas. Satuan (unit) adalah keadaan tingkatan dalam subkelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.
Pembagian dan defenisi secara kualitatif masing-masing kelas dengan menggunakan 3 kelas untuk ordo Sesuai dan 2 kelas untuk ordo Tidak Sesuai, adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
• Kelas S1: Sangat Sesuai Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatasnya bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
• Kelas S2 : Cukup Sesuai Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan s