menempel  pada  kulit,  sehingga  meningkatkan  kadar  kulit  biji.  Kadar  kulit  biji kakao  hasil  fermentasi  PB  lebih  besar  diduga  karena  cairan  yang  keluar  dari
komponen  keping  biji  lebih  banyak  dan  menempel  pada  kulit,  sehingga  kadar kulit  tinggi.  Selain  itu,  penebalan  kulit  biji  kakao  dapat  dikarenakan  pulp  yang
masih menempel akibat proses fermentasi yang kurang sempurna Nuraeni, 1995. Nursalam  2005  menyatakan  bahwa  selama  proses  fermentasi  terjadi
penguraian  karbohidrat  pada  pulp.  Semakin  lama  fermentasi  berlangsung,  proses penguraian  karbohidrat  akan  semakin  sempurna  dan  sisa  pulp  yang  menempel
pada  kulit  akan  semakin  sedikit  sehingga  kadar  kulit  biji  kakao  akan  semakin rendah.
Hasil  analisis  sidik  ragam  Tabel  4.2  diketahui  bahwa  perbedaan
perlakuan  fermentasi  memberikan  pengaruh  berbeda  tidak  nyata  terhadap  kadar kulitnya.  Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pengadukan pada wadah karung
plastik  tidak  berpengaruh  signifikan  terhadap  kadar  kulit  biji  kakao  yang dihasilkan.
4.2.3 Kadar Biji Cacat
Uji nilai cacat pada biji kakao dilakukan sesuai dengan persyaratan khusus mutu  biji  kakao  yang  telah  ditetapkan  oleh  SNI  2323:2008.  Berdasarkan  hasil
pengujian  uji belah disajikan pada Gambar 4.6. Gambar  4.6
menunjukkan  bahwa  kadar  biji  slaty  dari  yang  terendah berturut-turut  yaitu  perlakuan  PB  sebesar  0,3,  KPP  sebesar  3,3,  KP  sebesar
23,3,  dan  TF  sebesar  37,7.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  penggunaan  wadah kotak kayu dan karung plastik berpengaruh pada jumlah biji slaty yang dihasilkan.
Variasi  perlakuan  pengadukan  pada  wadah  karung  plastik  menunjukkan penurunan  jumlah  biji  slaty  yang  dihasilkan.  Biji  slaty,  untuk  biji  jenis  forastero
berwarna  ungu  dan  memiliki  cita  rasa  yang  pahit.  Selama  fermentasi  terjadi oksidasi  polifenol  oleh  enzim  polifenol  oksidase  dengan  bantuan  udara
membentuk senyawa tanin yang  menimbulkan rasa sepat dan warna coklat.
Gambar 4.6 Nilai rata-rata kadar biji kakao cacat, PB praktek baik, KP karung
plastik  tanpa  pengadukan,  KPP  karung  plastik  dengan pengadukan, TFtanpa fermentasi.
Kadar biji berjamur dari yang paling rendah perlakuan TF dan KP sebesar 0,  KPP  sebesar  0,8  dan  PB  sebesar  14,8.  Biji  berjamur  disebabkan  oleh
kapang  yang  menyerang  permukaan  biji lalu  berpenetrasi  ke  dalam  biji  tersebut. Hal ini dikarenakan aktivitas air water activity pada biji kakao mulai berkurang.
Biji kakao berjamur memiliki citarasa musty, mouldy, dan earthy Yusianto, et al., 1995.
Menurut  Haryadi  dan  Supriyanto  2001,  kapang  yang  tumbuh  selama proses  fermentasi  sulit  dihindari  karena  kondisi  lingkungan  sekitar  yang  terbuka
dapat  menjadi  sumber  kontaminan  spora  kapang.  Kapang  yang  tumbuh  pada permukaan  tidak  akan  menimbulkan  kerugian.  Namun  apabila  kapang
berpenetrasi ke dalam biji maka akan merusak warna dan flavor biji kakao. Agar tidak terjadi kontaminasi kapang dalam biji kakao yang cukup besar, maka proses
fermentasi harus dihentikan ketika kapang mulai tumbuh diatas permukaan biji.
4.3 Karakteristik Kimia Biji Kakao Kering 4.3.1 Indeks Fermentasi