❏ Jeladu Kosmas
Frasa Preposisional dan Struktur Adjung dalam Bahasa Rongga
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume IV No. 1 April Tahun 2008 Halaman 32
posisi mana pun, baik pada awal, akhir, bahkan di tengah klausa. Konstituen klausa yang paling
memiliki peluang tinggi bisa muncul pada setiap posisi klausa adalah frasa preposisional dan
adverbial, yang secara fungsional kedua-duanya mengisi fungsi gramatikal adjung ADJ sebagai
fungsi di luar inti non-core function.
Hal yang menarik sekaligus unik dari frasa preposisional bahasa Rongga adalah
preposisi sebagai unsur inti frasa preposisional itu sendiri. Bila dikomparasikan dengan preposisi di
dalam bahasa Indonesia, preposisi di bisa digunakan untuk menunjuk letak tempat secara
bebas, tidak masalah tempat yang ditunjuk itu berada di timur, barat, utara, dan selatan atau
terdapat di puncak bukit dan di lembah. Tidak demikian halnya dalam bahasa Rongga. Tingi–
rendahnya letak suatu tempat yang diacu atau ditunjuk, turut mempengaruhi pemilihan preposisi
yang digunakan. Jadi, preposisi di di dalam bahasa Indonesia, direalisasikan berbeda-beda dalam
bahasa Rongga. Adanya realisasi yang berbeda- beda itu dipengaruhi oleh letak tempat yang
berbeda-beda pula. Hal itulah yang memotivasi penulis untuk mengangkat topik: Frasa
Preposisional dan Struktur Adjung Bahasa Rongga, untuk dijadikan sebagai bahan kajian dari
sudut pandang morfosintaksis. Pembahasan lebih lanjut tentang topik tersebut, dapat diikuti pada
bagian 2 dan 3 berikut ini.
1.2 Masalah
Berdasarkan pemaparan pada butir latar belakang di atas, masalah penelitian dalam tulisan
ini dapat dirumuskan seperti berikut. 1 Apa sajakah keunikan preposisi dan frasa
preposisional dalam bahasa Rongga? 2
Bagaimanakah perilaku sintaktis frasa preposisional dalam bahasa Rongga?
3 Bagaimanakah posisi adjung bahasa Rongga dalam struktur konstituen?
1.3 Metode Penelitian
Data dalam tulisan ini semuanya diperoleh melalui penelitian lapangan. Data
tersebut diperoleh melalui narasumber informan dengan menggunakan metode wawancara dan
pengamatan, dengan melibatkan teknik elisitasi, pengamatan berpartisipasi, rekam, dan catat. Data
yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode padan dan metode agih,
yang diimplementasikan dalam teknik perluas, lesap, dan ubah ujud. Penyajian analis data
ditampilkan dalam bentuk formal dan informal.
Penelitian dilakukan di sebuah kelurahan, yakni Kelurahan Tanah Rata dan tiga desa, yakni
Desa Watu Nggene, Desa Komba, dan Desa Bamo. Satu kelurahan dan tiga desa tersebut semuanya
menjadi wilayah administratif Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Propvinsi
Nusa Tenggara Timur NTT.
2. FRASA PREPOSISIONAL BAHASA RONGGA
2.1 Pengertian
Frasa preposisional adalah frasa yang kategori pengisi utamanya adalah preposisi.
Preposisi itu sendiri merupakan konstituen inti dalam frasa preposisional. Kategori lain yang
mengikuti preposisi adalah nomina. Hal ini sejalan dengan pengertian preposisi sebagai kategori yang
terletak di depan kategori lain, terutama nomina, sehingga terbentuklah frasa eksosentris direktif
Kridalaksana 1994:95; 2005:95.
Secara semantis, preposisi dapat menandai berbagai hubungan makna antara
konstituen yang terdapat di depan preposisi tersebut dengan konstituen yang terdapat di
belakangnya. Sebagai contoh, preposisi ke dalam frasa preposisional bahasa Indonesia pergi ke
pasar, menyatakan hubungan makna ‘arah’ antara verba intransitif pergi dengan nomina lokatif
pasar.
Secara sintaktis, preposisi merupakan kategori yang selalu muncul di depan kategori lain,
yaitu di depan nomina, adjektiva, dan adverbial sehingga terbentuklah frasa preposisional, seperti
ke pasar, sampai punah, dan dengan segera lihat Alwi dkk.2000:288. Frasa preposisional
sesungguhnya merupakan konstituen klausa atau kalimat yang kehadirannya dalam kalimat bisa
bersifat manasuka, tetapi dalam konstruksi tertentu, kehadirannya dalam kalimat bersifat
wajib. Yang menentukan wajib atau tidaknya kehadiran frasa preposisional dalam kalimat adalah
implikasi semantis dari kalimat itu secara keseluruhan, terutama nilai semantis dari verba
sebagai unsur inti kalimat atau klausa. Frasa preposisional zhili Jakarta pada kalimat bahasa
Rongga, kazhi ndi’i zhili Jakarta ‘dia tinggal di Jakarta’ kehadirannya bersifat wajib, sedangkan
frasa preposisional zheta tolo watu pada kalimat kazhi po’o zheta tolo watu ‘dia duduk di atas batu’
tidak wajib hadir karena tanpa kehadirannya kalimat itu tetap memiliki makna yang utuh.
Bila dibandingkan dengan kategori gramatikal yang lainnya, seperti verba, adjektiva,
nomina, dan adverbia, preposisi sebagai bagian dari kata tugas, tidak mempunyai makna leksikal.
Perposisi hanya memiliki makna gramatikal, yaitu makna yang ditimbulkan oleh akibat dari adanya
interaksi antara kata yang satu dengan kata yang lainnya dalam struktur frasa atau kalimat.
Sementara itu, kategori utama seperti verba, adjektiva, nomina, dan adverbia masing-masing
memiliki makna leksikal. Tanpa dikaitkan dengan kata lainnya dalam suatu konstruksi, kata-kata
tersebut memiliki makna bebas yang bisa berdiri sendiri.
❏ Jeladu Kosmas
Frasa Preposisional dan Struktur Adjung dalam Bahasa Rongga
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume IV No. 1 April Tahun 2008 Halaman 33
2.2 Jenis-jenis Preposisi dalam Bahasa Rongga