Struktur Frasa Numeralia Dalam Bahasa Pesisir Sibolga :Analisis Teori X-Bar

(1)

STRUKTUR FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA : ANALISIS TEORI X-BAR

SKRIPSI

OLEH

ASMIRA RAHMA SARI LUBIS 070701030

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

STRUKTUR FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA : ANALISIS TEORI X-BAR

Oleh:

ASMIRA RAHMA SARI LUBIS 070701030

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra yang telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Gustianingsih, M.Hum

NIP 19640828 198903 2 001 NIP 19600725 198601 1 002 Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

NIP 196204219 198703 2 001 Drs. Nurhayati Harahap, M.Hum


(3)

PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang penulis perbuat ini tidak benar, penulis bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang penulis peroleh.

Medan, Desember 2010


(4)

FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA ANALISIS TEORI X-BAR

ASMIRA RAHMA SARI LUBIS

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan perilaku dan struktur frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga. Teori yang digunakan adalah teori X-bar oleh Noam Chomsky. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti dan teknik balik. Pada penyajian data digunakan metode formal dan informal. Struktur internal bahasa pesisir sibolga dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga tidak hanya terletak di kiri atau di awal saja melainkan juga dapat terdapat di kanan atau di akhir frasa, dan begitu pula halnya dengan keterangan yang bersifat opsional karena dapat terletak sebelum atau sesudah inti leksikal. Specifier dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga bersifat iteratif dan posisinya dapat berdampingan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kaidah struktur frasa numeralia dalam bahasa pesisir sibolga dapat dirumuskan menjadi 15 kaidah, yaitu FNum Inti , FNum Inti + Komp , FNum Inti + Ket , FNum Inti + Spec

, FNum Inti + Komp + Ket, FNum Inti + Komp + Spec , FNum Inti + Komp + Ket + Spec , FNum Komp+Inti + Ket , FNum Komp + Inti + Spec , FNum Ket + Inti, FNum Ket + Komp + Inti , FNum Spec + Inti , FNum Spec + Inti + Komp , FNum Spec + Inti + Spec , dan FNum Spec + Inti+ Komp + Ket

Kata Kunci: Struktrur Frasa, Kaidah Struktur Frasa, Frasa Numeralia, Bahasa Pesisir Sibolga, Sintaksis, Teori X-Bar, Tata Bahasa Generatif


(5)

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Dia sang pemberi petunjuk, Allah SWT, yang tidak henti hentinya memberikan segala curahan rahman dan

rahimnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Frasa Numeralia Dalam Bahasa Pesisir Sibolga: Analisis Teori X-bar.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan pihak atau lembaga yang ada disekitar penulis. Dengan salam penuh hormat, cinta dan kasih, penulis sampaikan terimakasih kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 2. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas

Sastra Universitas Sumatera Utara

3. Dra. Mascahaya, M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Gustianingsih, M.Hum sebagai dosen pembimbing I atas keikhlasannya memberikan ilmu, arahan dan motivasi kepada penulis. Beliau tak pernah kenal lelah, tak peduli waktu dengan tangan terbuka senantiasa membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat. Amin

5. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum sebagai dosen pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

6. Ibu Dr. Dwi Widayati, M.Hum sebagai dosen pembimbing akademik yang mau berbagi tawa dengan penulis.

7. Prof.Dr.Ikhwanuddin, M.Hum yang telah banyak memberikan informasi mengenai akademik.


(6)

8. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

9. DISBUDPARPORA Pemko Sibolga yang telah bersedia membantu penulis dalam penyediaan sumber data.

10. Inspirasi hidupku, cahaya jiwaku, semangat juangku, ayahanda, Drs. H. Habibun Nazar Lubis dan ibunda, Netty Duma Sari Hutapea. Beliau-beliaulah tempat menyandarkan tawa air mata, berusaha mengerti apa yang ingin dimengerti, serta peluk dan kasihnya yang memudarkan lelah. Ayahanda dan ibunda adalah orang terhebat sedunia. Doamu telah mengantar anakmu ke gerbang kesuksesan. Selalu sayang padamu dahulu, sekarang dan selamanya.

11. Loebz Broswiztah, saudara sekaligus menjadi sahabat penulis, bang kuyek Syawirhan Lubis, S.E. (sang pemimpin), ogek Ners Guslan Hadi Lubis, S.Kep. (sang penolong),

ethy Naila Sri Humairak Lubis, S.Pd. (sang penasehat), dan didenk Isma Rani Rukmana Lubis (sang pencerah)

[chemiland nyusul]

12. Bapak dan Ibu tercinta, Ir. H. Rama Yulis Nasution, M.T dan Dr. Hasrita Lubis, M.Pd. atas doa, nasehat serta motivasi yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. 13. Keluarga besar Lubis di Batang Serangan terkhusus untuk nenekku tersayang. 14. Keluarga besar Hutapea di Sibolga.

15. The 4rouses of thoink class, Wita si pooh, Devi si cute, dan Nisa si kalem, atas persahabatan yang diberikan suka duka yang kita lalui bersama. Semoga tetap bisa kita pertahankan sampai menutup mata.

[mira si pinky luan yaah,,buruan nyusul biar kita bareng nyari kerjanya]

16. Yang sering buat kesal sekaligus tawa, sahabatku Aliza Basrah Lubis, atas kebaikannya kepada penulis.


(7)

17. Kakak asuhku, Mustika Wulandari ’05 alias ticka perempuan, yang telah banyak memberi motivasi dan membantu penyediaan buku-buku kuliah selama penulis menjalani studi. Buku yang diberikan sangat bermanfaat.

18. Kakak Dedek yang telah banyak membantu dalam hal administrasi dan informasi di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

[maaf yah kak,, kalau bimbingan selalu buatmu lama menunggu]

19. Senior – senior, bang benk-benk, kak nanda, kak ipeh, kak rina, kak laito,kak desi “desot” yang telah banyak membantu dan berbagi pengalaman dengan penulis ketika menjalani studi.

20. Teman – teman stambuk ’07 (“waktu terasa semakin berlalu tinggalkan cerita tentang kita, akan tiada lagi kini tawamu tuk hapuskan smw sepi dihati, ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka saat kita tertawa”. Always remember it in Bunga Diana house’s)

[tetap semangat sobat-sobat!!]

21. Under Ground Community, Icha si chealsea [keju ma..keju ma..], Novel si motivator [gak boleh gituh bebh..], Enytime [jalan-jalan lah], Ticka si gokil [sakit apa tick? “Ini diagnosis gizi buruk”], Irma si cute [xinaga], Yuni si twin date [let it flow], Sri si makhluk tenang sedunia [rik ada tugas loh..“loost”], Widi alias ukhti [sholat yuk], Vivi si kalem, Hendra Winata alias komting [hmm,,bau apa neh? mandi kau ndra], Lutfi alias bang uphy

22. Kawan seperjuangan Risma, Novel, Nova atas kerja keras dan kerja sama kita mencapai target 3,5 tahun.


(8)

23. Keluarga di kost tercinta, ongku (alm), nenek, wak pon, ipho “posek”, bang Budi, kak Rina, dan adek-adek tersayang Nisa “aconk”, Tika “madut”, Nazwa “majeng”, Zaskia “cucun” atas kebaikan dan perhatiannya selama ini sampai penulis menyelesaikan studi. 24. Anggota atas, prastik dan wahyuni atas pengalaman yang luar biasa satu atap, makan gak

makan yang penting kumpul,,lapar dahaga ditanggung bersama. [aq luan yah,,titip kamar]

25. Lagu Bondan& fade2black, Pee Wee Gaskins, Sheila on7, dan Souljah yang telah setia menemani sekaligus sebagai motivator penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

26. Teman-teman Sahiva dan Kompas, atas persahabatan singkat kita yang sangat berarti untuk penulis.

27. Kepada seluruh pihak yang terkait.

Akhir kata, semoga segala kebaikan yang telah penulis terima dari berbagai pihak selama menyelesaikan skripsi ini menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat, tidak hanya berguna bagi penulis sendiri tetapi juga berguna bagi orang banyak nntinya. Amin.

Medan, Desember 2010 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ABSTRAK

PRAKATA………... i

DAFTAR ISI ……….. i

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN………..…………...ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Masalah……… 3

1.3 Pembatasan Masalah……….………... 3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 3

1.4.1 Tujuan Penelitian ……….. 3

1.4.2 Manfaat Penelitian………….……….... 4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ………... 5

2.1 Konsep………..………..……….. 5

2.1.1 Pengertian Frasa………...………….. 5

2.1.2 Frasa Numeralia dan Kategorinya………..……….. 10

2.2 Landasan Teori ……….………..………. 12

2.2.1 Teori X-bar……… 12

2.2.2 Kaidah Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga….. 14

2.3 Tinjauan Pustaka……….……….……… 17

BAB III METODE PENELITIAN ……….………. 19

3.1 Metode Penelitian………... 19

3.1.1 Sumber Data………..…………...……….. 19


(10)

3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data …...………..……. 22

3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data …...………….. 23

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Frasa Numeralia Bahasa Pesisir Sibolga….…26 4.1.1 Komplemen…………...26

4.1.2 Keterangan………....32

4.1.3 Specifier……….…...36

4.2 Kaidah Struktur Frasa Numeralia Bahasa Pesisir Sibolga………...……38

4.2.1 FNum Inti………..……38

4.2.2 FNum Inti + Komp………..….…39

4.2.3 FNum Inti + Ket………..………..40

4.2.4 FNum Inti + Spec...41

4.2.5 FNum Inti + Komp + Ket………..…………...42

4.2.6 FNum Inti + Komp + Spec………..………..……...43

4.2.7 FNum Inti + Komp + Ket + Spec………..…………...……44

4.2.8 FNum Komp + Inti + Ket………..………...…46

4.2.9 FNum Komp + Inti + Spec……….………..…47

4.2.10 FNum Ket + Inti………..………..48

4.2.11 FNum Ket + Komp + Inti…………..………..….49

4.2.12 FNum Spec + Inti………..………...…....51

4.2.13 FNum Spec + Inti + Komp………..………..…..52

4.2.14 FNum Spec + Inti + Spec………...……….…….53

4.2.15 FNum Spec + Inti + Komp + Ket………..………...54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………...55


(11)

5.2 Saran……….56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang

( ) batas konstituen ' bar / palang " bar tertinggi

mendominasi

Daftar Singkatan A adjektiva

Adv adverbia

FA frasa adjektiva

FAdv frasa adverbia

FNum frasa numeralia

Fprep frasa preposisi

FV frasa verba

Ket keterangan

Komp komplemen

N nomina

Num numeralia

Prep preposisi

Spec spec


(13)

FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA ANALISIS TEORI X-BAR

ASMIRA RAHMA SARI LUBIS

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan perilaku dan struktur frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga. Teori yang digunakan adalah teori X-bar oleh Noam Chomsky. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti dan teknik balik. Pada penyajian data digunakan metode formal dan informal. Struktur internal bahasa pesisir sibolga dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga tidak hanya terletak di kiri atau di awal saja melainkan juga dapat terdapat di kanan atau di akhir frasa, dan begitu pula halnya dengan keterangan yang bersifat opsional karena dapat terletak sebelum atau sesudah inti leksikal. Specifier dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga bersifat iteratif dan posisinya dapat berdampingan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kaidah struktur frasa numeralia dalam bahasa pesisir sibolga dapat dirumuskan menjadi 15 kaidah, yaitu FNum Inti , FNum Inti + Komp , FNum Inti + Ket , FNum Inti + Spec

, FNum Inti + Komp + Ket, FNum Inti + Komp + Spec , FNum Inti + Komp + Ket + Spec , FNum Komp+Inti + Ket , FNum Komp + Inti + Spec , FNum Ket + Inti, FNum Ket + Komp + Inti , FNum Spec + Inti , FNum Spec + Inti + Komp , FNum Spec + Inti + Spec , dan FNum Spec + Inti+ Komp + Ket

Kata Kunci: Struktrur Frasa, Kaidah Struktur Frasa, Frasa Numeralia, Bahasa Pesisir Sibolga, Sintaksis, Teori X-Bar, Tata Bahasa Generatif


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri yang membedakannya dari suku yang lain. Salah satu pembeda itu adalah bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2008:24).

Pembinaan dan pengembangan bahasa sangat penting terutama pada bahasa-bahasa daerah karena disamping sebagai pemerkaya kebudayaan nasional yang diungkapkan didalam kebudayaan nasional, nilai – nilai kebudayaan tradisional juga diungkapkan di dalam bahasa– bahasa daerah. Konsep kebudayaan tradisional hanya dapat dimengerti melalui ungkapan bahasa daerah msyarakatnya (Sibarani, 2003:1). Dengan berkembangnya bahasa-bahasa daerah, maka budaya etnis penutur tersebut akan dikenal dan kemungkinan pengkajian serta pengembangan budaya masyarakat penutur bahasa itu akan lebih cepat dilakukan. Oleh karena itu, bahasa daerah harus tetap dipelihara dan dibina agar tetap berkembang. Salah satu upaya melestarikan eksistensi bahasa-bahasa daerah itu adalah dengan cara melakukan kajian tentang bahasa-bahasa tersebut.

Salah satu bahasa daerah yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah bahasa Pesisir Sibolga. Perkembangan bahasa Pesisir Sibolga dipengaruhi oleh besarnya jumlah penutur. Penutur bahasa ini diperkirakan sekitar 84.444 jiwa dengan luas wilayah sekitar 10,77 kilo meter persegi di dataran Sumatera (Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik kota Sibolga tahun 2010). Selain itu, kota ini juga menjadi sebuah kota bahari yang identik dengan fungsi melayani kepentingan perdagangan antarpulau, antarnegara, melayani para


(15)

pelaut atau musafir yang berkelana dari berbagai penjuru negeri, dan melayani mereka yang hendak beristirahat atau sekedar bertamasya. Hal inilah yang menjadi pendukung perkembangan bahasa Pesisir Sibolga.

Secara geografis wilayah Sibolga terletak antara 1º 42'1º 46' Lintang Utara dan 98º 44' - 98º 48' Bujur Timur di Pantai Barat Pulau Sumatera Bagian Utara yaitu di Teluk Tapian Nauli, ± 350 Km Selatan Kota Medan. Secara administratif, kota Sibolga terdiri atas empat Kecamatan, yakni Sibolga Utara, Sibolga Kota, Sibolga Selatan, dan Sibolga Sambas.

Kemudian empat kecamatan itu dibagi menjadi 17 Kelurahan.

Bahasa Pesisir Sibolga dapat dikaji berdasarkan strukturnya seperti yang pernah dilakukan oleh Setiana Simorangkir (1986) dalam bukunya Struktur Bahasa pesisir Sibolga. Struktur tersebut termasuk mengenai frasa. Pembentuk frasa adalah kata. Kata, dalam tataran sintaksis, merupakan satuan gramatikal bebas terkecil, sehingga pembentuk frasa harus berupa morfem bebas. Misal, sangat cantik dan gedung tinggi. Dari pengertian di atas dapat juga dikatakan bahwa frasa adalah gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, artinya antara kedua unsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikat-objek. (Chaer, 1994 : 222).

Ramlan (1995: 151) memberi batasan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Sebagai suatu fungsi, frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat (Samsuri, 1985:93). Sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal yang berupa kata yang nonpredikatif (Kridalaksana dkk, 1994 : 162). Frasa dapat dikaji secara struktural maupun secara generatif. Secara struktural, frasa dikaji berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada, misalnya dalam menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata kerja harus berdistribusi dengan frasa “ dengan” dan kata sifat adalah kata yang dapat didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling” (Chaer, 1994:360). Sedangkan secara generatif, frasa dikaji berdasarkan hubungan bunyi dan


(16)

arti dalam bentuk kaidah-kaidah yang tepat dan jelas sebab frasa merupakan kumpulan kata yang terdiri atas deretan bunyi yang mempunyai makna.

Tata bahasa generatif adalah cabang linguistik teoretis yang bekerja untuk menyediakan seperangkat aturan yang secara akurat dapat memprediksi kombinasi kata yang mampu membuat tata bahasa kalimat yang benar. Studi tentang tata bahasa generatif dimulai pada tahun 1950-an oleh Noam Chomsky, seorang filsuf Amerika yang juga seorang penulis dan pengajar di bidang linguistik. Chomsky mengenalkan gagasan barunya melalui sebuah buku yang berjudul Syntactic Structure. Di dalam buku ini, Chomsky mengutarakan bahwa bahasa berkaitan dengan aktivitas mental yang sehubungan juga dengan probabilitas dan bukan berhadapan dengan data kajian yang tertutup dan selesai sehingga bahasa dapat dianalisis dan dideskripsikan secara pasti. Akibat konsep tersebut bahwa teori merupakan sebuah hipotesis yang memiliki hubungan secara internal antara yang satu dengan yang lainnya. Hipotesis tersebut memiliki dua ciri, pertama berisi pernyataan yang berfungsi untuk memahami sesuatu secara sementara yang dikembangkan melalui strategi heuristik dan kedua merupakan kreasi intelek yang sistematik, teliti tetapi sekaligus bersifat tentatif (Chomsky, 1981 dalam Adil) . Gagasan inilah yang dimaksud Chomky sebagai tata bahasa generatif. Sehubungan dengan itu maka pengertian tata bahasa generatif adalah tata bahasa yang berusaha menampilkan seperangkat kaidah kalimat yang terbatas dari kalimat yang tak terbatas jumlahnya.

Teori X-bar adalah salah satu bidang kajian Tata Bahasa Generatif Transformasi. Teori ini pada mulanya digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa. Permasalahan yang pertama adalah kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa hanya dapat diterapkan pada jenis proyeksi tertentu. Permasalahan kedua, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa terkesan terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan (Lieber dalam Sawirman, 2009). Teori X-bar


(17)

bukanlah sesuatu yang asing dalam literatur bahasa Indonesia. Sebagai contoh, teori ini telah diterapkan oleh Mulyadi dalam penelitiannya (1998) yang membicarakan frasa nomina bahasa Indonesia dan pada frasa preposisi bahasa Indonesia (2002).

Kajian struktur frasa terhadap bahasa Pesisir Sibolga masih terbatas termasuk di antaranya mengenai frasa numeralia. Numeralia dalam tata bahasa Pesisir Sibolga tidak dapat diabaikan begitu saja. Istilah numeralia digunakan untuk menghitung banyaknya maujud, misalnya, untuk menyatakan jumlah orang, binatang dan benda (Moeliono, 1988 : 194). Pada tataran frasa, numeralia bisa diperluas menjadi frasa numeralia dengan cara menambahkan konstituen lain sebelum atau sesudah inti leksikal. Namun, dalam sintaksis generatif (lihat Radford, 1988: 86), frasa numeralia dapat terbentuk tanpa adanya tambahan konstituen lain sebab frasa yang belum dimodifikasi memiliki distribusi dan status yang sama seperti sebuah frasa yang lengkap.

Dari uraian di atas, sejauh yang diamati peneliti terhadap struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga dengan menggunakan teori X-Bar sama sekali belum pernah dilakukan. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian tentang frasa numeralia dalam bahasa pesisir Sibolga.

1.2Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah dari penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec) dalam membentuk struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga berdasarkan teori X-bar?


(18)

1.3Pembatasan Masalah

Suatu penelitian mempunyai batasan masalah. Dengan adanya pembatasan masalah, maka penelitian yang dikaji dapat terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran terhadap masalah yang hendak diteliti, sehingga tujuan yang dimaksud dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi hanya pada struktur frasa, yakni frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga berdasarkan teori X-bar dan diteliti secara kepustakaan.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua tujuan yakni

2. Mendeskripsikan fungsi gramatikal, seperti komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan

specifier (Spec) dalam membentuk struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga berdasarkan teori X-bar.

3. Merumuskan kaidah struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga menurut teori X-bar.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis

1. Memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian sintaksis bahasa Pesisir Sibolga

2. Memperkaya pemerian bahasa Pesisir Sibolga, khususnya yang berhubungan dengan FNum dalam analisis teori X-bar


(19)

Manfaat Praktis

1. Sebagai sumber data bagi penelitian lanjutan tentang frasa numeralia maupun bahasa-bahasa daerah lain khususnya yang berhubungan dengan teori X-bar.

2. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian baru tentang bahasa Pesisir Sibolga.

3. Sebagai bahan perbandingan untuk pembelajaran antara struktur frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga dengan frasa lain.


(20)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Paparan konsep-konsep bersumber dari pendapat para ahli, pengalaman peneliti, dokumentasi, dan nalar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2.1.1 Pengertian Frasa

Menurut Keraf (1984:138) frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan. Kemudian Kridalaksana (1994:162) menyatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang nonpredikatif.

Radford (1988:86) frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal. Elson dan Picket (dalam Mulyadi, 1998:6) frasa adalah sebuah unit yang secara potensial terbentuk dari dua kata atau lebih, tetapi tidak memiliki ciri proposisi dalam kalimat. Ini berarti bahwa frasa tidak memiliki ciri klausa dan kalimat, atau secara aktual sebuah frasa mungkin saja terdiri atas satu kata.

Berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori kata, frasa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu frasa nomina, frasa verba, frasa numeralia, dan frasa keterangan (Ramlan, 1995:158). Menurut Chaer (1994:228) frasa berdasarkan kategori intinya dapat dibedakan atas empat golongan, yakni 1) Frasa nomina (FN), yaitu frasa yang intinya berupa nomina. Misalnya, kecap asin, bus sekolah, dan mahasiswa baru. 2) Frasa verba (FV), yaitu


(21)

frasa yang intinya berupa verba. Misalnya, tidak akan pergi, sedang tertawa, dan sudah makan. 3) Frasa adjektiva (FA), yaitu frasa yang intinya berupa adjektiva. Misalnya, kurang cepat, sangat baik, dan cantik sekali. 4) Frasa numeralia (FNum), yaitu frasa yang intinya berupa numeralia. Misalnya, lima ribu, satu meter, dan tiga kodi.

Kategori leksikal adalah kategori kata yang menentukan kategori frasanya (Radford, 1988:85). Misalnya, keempat frasa di atas jika diaplikasikan ke dalam teori X-bar akan terbentuk skema seperti di bawah ini :

1) Frasa Nomina

FN N + A

FN

N'

N A kecap asin


(22)

2) Frasa Verba

FV P + V

FV

V'

P V sudah makan

3) Frasa Adjektiva

FA Spec + A

FA

A'

Spec A sangat baik


(23)

4) Frasa Numeralia

FNum Num + Num

FNum

Num'

Num Num lima ribu

Namun, yang menjadi fokus penelitian peneliti adalah frasa numeralia. Frasa numeralia (FNum) adalah frasa yang terbentuk dari sebuah numeralia sebagai inti dan sebuah kategori lain sebagai pendamping atau atribut yang berfungsi sebagai kata keterangan bilangan (Samsuri, 1994:246).Misalnya, lima buah, beberapa orang, dan satu meter. Numeralia lima, beberapa, dan satu merupakan inti, sedangkan buah, orang, dan meter merupakan atribut atau pendamping.

2.1.2 Frasa Numeralia dan Kategorinya

Menurut Kridalaksana (1990:77) numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain , dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.

Berdasarkan uraian tersebut, Kridalaksana mengkategorikan numeralia menjadi 2 bagian, yakni


(24)

1) Numeralia Takrif, yakni numeralia yang menyatakan jumlah tentu. Kategori ini terbagi atas :

a) Numeralia Utama (Kardinal), yakni kata bilangan yang berfungsi untuk menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau himpunan.

Numeralia utama terdiri atas

1. Bilangan penuh yang menyatakan jumlah tertentu, seperti satu, sebelas, tiga puluh satu.

2. Bilangan pecahan yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dibubuhi preposisi, seperti setengah, seperlima, dan tiga pertujuh.

3. Bilangan gugus yang menyatakan sekelompok bilangan, seperti lusin, ton, kodi, ribu, ratus, juta, dan seterusnya.

b) Numeralia Tingkat (Ordinal), yakni kata bilangan yang berfungsi untuk menyatakan urutan dalam jumlah dan berstruktur ke- + Num.

Contoh: Kakakku menjadi juara ketiga lomba baca puisi.

c) Numeralia Kolektif, yakni kata bilangan yang berfungsi untuk menyatakan himpunan dan digunakan di depan kata benda

Contoh: Kelima anak itu datang terlambat.

2) Numeralia Tak Takrif, yakni numeralia yang menyatakan jumlah tidak tentu.

Contoh : semua, seluruh, beberapa, sebagian, tiap-tiap, segala, berbagai, sekalian, dan seterusnya.

Dalam penggunaannya, numeralia juga memiliki kata bantu bilangan, yakni kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal benda dan digunakan di belakang kata bilangan dalam menyebutkan jumlah suatu benda (Chair,2006: 116)

Kata bantu bilangan yang digunakan adalah sebagai berikut :


(25)

b) Ekor digunakan di depan kata benda yang menyatakan binatang. c) Buah digunakan di depan kata benda umum dan terhitung.

d) Batang digunakan untuk benda yang berbentuk panjang, bulat maupun persegi seperti pohon dan pipa

e) Lembar digunakan untuk benda pipih dan lebar, seperti papan, seng

f) Helai digunakan untuk benda tipis dan lebar, seperti daun, seng, dan uang

g) Butir digunakan untuk benda bulat bundar dan kecil, seperti telur dan kelereng.

h) Biji digunakan untuk benda pipih dan lebar, seperti papan, seng

i) Pucuk digunakan untuk surat

j) Laras digunakan untuk senjata api

k) Kuntum digunakan untuk bunga

l) Bilah digunakan untuk pisau dan keris

m) Mata digunakan untuk kail dan jarum

n) Tangkai digunakan untuk bunga dan sapu

o) Tandan digunakan untuk kelapa, pisang, dan pinang

p) Carik digunakan untuk kertas, kain, dan baju

q) Kaki digunakan untuk payung

r) Bentuk digunakan untuk cincin

s) Pasangdigunakan untuk kaki, sepatu, dan mata

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori X-bar

Penelitian ini menggunakan teori X-Bar. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Zellig Haris dan diteruskan oleh muridnya Noam Chomsky (Parera, 1987:74). Teori X-bar merupakan bagian dari transformasi generatif. Pada mulanya, teori ini digunakan untuk


(26)

menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa. Permasalahan pertama, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa hanya dapat diterapkan pada jenis proyeksi tertentu. Kedua, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa terkesan terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan (Lieber, 1992 dalam Sawirman). Kemudian, teori ini diterapkan pada tataran frasa (dengan simbol X") dan kategori antara (intermediate category), yakni kategori yang lebih besar dari kata, tetapi lebih kecil dari frasa (simbol X'). Misalnya, diantara Num dengan FNum terdapat Num'. Sebagai contoh dapat digambarkan pada skema berikut

 Lima buah (FNum)

FNum Num + FN

FNum

Num'

Num FN lima buah

Berdasarkan contoh di atas jelaslah bahwa diantara Num dengan FNum terdapat kategori antara, yaitu Num' ( Num-bar).

Noam Chomsky adalah orang pertama yang mengemukakan pendapat bahwa struktur frasa harus dikaji secara eksplisit. Teori ini menjelaskan bahwa struktur frasa tersebut direpresentasikan dengan menggunakan skema X-bar. Selanjutnya, Chomsky juga mengatakan (dalam Mulyadi, 1998) bahwa teori X-bar bersifat universal, artinya teori ini dapat digunakan untuk menganalisis struktur frasa bahasa di dunia meskipun


(27)

bahasa-bahasa itu bersusun VOS, SOV, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa teori ini dapat digunakan untuk mengkaji bahasa daerah, terutama bahasa Pesisir Sibolga.

Dalam teori X-bar semua frasa mempunyai satu inti leksikal yang merupakan simpul akhir (terminal node) yang mendominasi kata dan bisa iteratif (Haegemen, 1992: 95). Inti merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. Misalnya, frasa numeralia didominasi oleh numeralia sebagai inti. Inti dari lima hari adalah numeralia lima. Pada tataran ini, inti terletak lebih rendah dari konstituen inti tersebut. Kategori ini adalah kategori tanpa bar (X).

Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon (atau disebut juga tataran sintaksis). Pada tataran ini sebuah kategori leksikal seperti nomina, verba, numeralia, atau adjektiva (dalam hal ini disimbolkan dengan X), dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar lebih tinggi (X’) dan spesifier berkombinasi dengan X-bar lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X. Jadi, proyeksi X merupakan kategori bar (X’) dan proyeksi maksimal dari kategori X adalah frasa dengan bar tertinggi (X’’ atau FX).

2.2.2 Kaidah Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga

Kaidah struktur frasa numeralia (FNum) dalam teori X-bar berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec).

Komplemen adalah argumen internal yang letaknya dalam struktur FNum dibawahi langsung oleh Num' (Num-bar). Keterangan juga terletak di bawah Num-bar tetapi tatarannya berbeda.

Specifier sebagai satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh Num" (Num-bar ganda). Maka perilaku ketiganya dalam struktur FNum dirumuskan sebagai berikut :

Komplemen memperluas Num menjadi Num-bar


(28)

Specifier memperluas Num-bar menjadi Num-bar ganda atau FNum

Menurut Haegemen (1992:32) konstituen keterangan dalam struktur frasa bersifat opsional (tidak wajib), sedangkan komplemen bersifat wajib.

Specifier merupakan pewatas yang bersifat opsional karena dapat terletak di awal atau di akhir frasa. Pada posisi awal specifier berfungsi menerangkan frasa yang di depannya dan pada posisi akhir berfungsi menutup frasa. Specifier di awal FNum bahasa Pesisir Sibolga biasanya dimarkahi adverbia kiro-kiro ‘kira-kira’, sedangkan di akhir biasanya dimarkahi oleh kata penunjuk tu ‘itu’ dan ko ‘ini’.

Simbol X pada gambar struktur frasa di bawah ini merupakan pengganti dari kategori leksikal, sementara tanda titik (…) di sebelah kiri dan kanan adalah pengisi komplemen, keterangan, atau specifier yang didominasi oleh X-bar (X') atau pada tingkat yang lebih tinggi didominasi oleh frasa X (X").

FX

… X' …

… X …

Melalui skema di atas tidak dipelukan representasi dari setiap kategori karena telah mencakup generalisasi kaidah yang ada. Metode ini lebih menyederhanak teori struktur frasa. Hal inilah yang menjadi kelebihan teori X-bar. Jika skema di atas dilengkapi dengan komlemen, keterangan, dan specifier, maka strukturnya terlihat pada rumusan kaidah berikut


(29)

X" YP ; X

X' X' ; ZP

X' X ; WP

Keterangan :

YP = Specifier

ZP = Keterangan WP = Komplemen X = Kategori Leksikal Simpul X' dapat bersifat iteratif

Dengan demikian, berdasarkan teori di atas, maka dapat direpresentasikan kaidah struktur dasar frasa numeralia (FNum) dalam bahasa Pesisir Sibolga sebagai berikut :

FNum → Num

FNum

Num'

Num

sencek


(30)

Frasa numeralia mendominasi Num' dan inti leksikalnya tidak bercabang. Artinya frasa numeralia dapat langsung menurunkan Num tanpa mempunyai komplemen, keterangan, dan

specifier.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI,2003:18). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI, 203:912).

Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Radford (1988:86) frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal.

Menurut Chaer (1994) frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

Ramlan (1995:151) memberi batasan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa.

Mulyadi (1998) “Frasa Adjektiva Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar” menjelaskan bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata.

Mulyadi (2002) “Frasa Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar” menjelaskan bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata.

Sri Wahyuni Torong (1999) dalam skripsinya “Frasa Adjektiva Bahasa Karo: Analisis Teori X-Bar” menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva bahasa Karo dibentuk oleh Komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec). Struktur mendasar FA adalah adjektiva plus komplemen yang berkategori adverbial, adjektiva, dan frasa preposisi. Struktur


(31)

FA dapat diperluas dengan keterangan yang berkategori FP. Keterangan dapat terletak di kiri atau kanan inti leksikal dalam skema X-bar.

Penelitian teori X-bar pada frasa adjektiva (FA) bahasa Batak Karo juga telah dilakukan. Menurut July Fernando Siagian (2003) dalam skripsinya “Struktur Frasa Adjektiva Dalam Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar” menjabarkan dua belas struktur kaidah FA bahasa Batak Toba yang dapat dibentuk oleh adjektiva sebagai inti leksikal. FA dalam bahasa Batak Toba dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan

specifier (Spec). Dan specifier dapat bersifat iteratif (berulang) dalam skema X-bar.

Titin Sri Wahyuni (2004) dalam skripsinya “Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-Bar”. Dalam penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa perilaku frasa numeralia bahasa Indonesia tidak terbatas pada nomina dan numeralia saja tetapi juga dapat berupa adjektiva.

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penulis mencoba meneliti struktur frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Titin Sri Wahyuni. Pada penelitian terdahulu, pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik lanjutan berupa teknik perluas, sedangkan penelitian ini tidak menggunakan teknik tersebut. Kemudian, data penelitian terdahulu bersumber dari surat kabar, majalah buku bahasa Indonesia, dan novel, sedangkan penelitian ini datanya bersumber dari buku bahasa Pesisir Sibolga Masyarakat Budaya Dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga tahun 2008 oleh Sjawal Pasaribu.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2002: 740).

3.1.1 Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data tulis. Untuk mendapatkan data tulis digunakan studi pustaka (Nazir, 1988:111), yaitu dengan mencari buku yang menjadi sumber data.

Dalam penelitian ini data tulis bersumber dari buku Masyarakat Budaya Dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga yang ditulis oleh Sjawal Pasaribu tahun 2008. Buku ini menggunakan bahasa Pesisir Sibolga yang terdiri atas dua belas bab. Pada bab VI, Bahasa dan Sastra Pesisir, terdapat kumpulan cerita pendek, Sutan Manembak di Kualo oleh Ota Sikunek. Kumpulan cerita pendek tersebut terdiri dari 13 judul, diantaranya 1) Tasuo Lawan, yaknimenceritakan kecerdikan Kunek melawan Buyung yang suka mempamerkan uang lima puluh ribunya. Dalam cerita pendek ini terdapat 20 buah frase numeralia. 2) Balari Sambi Batilanjang, yakni menceritakan terjadinya peperangan antara pasukan Bejo dan pasukan Banteng di Sibolga sekitar tahun empat puluhan. Dalam cerita pendek ini terdapat 10 buah frase numeralia. 3) Omong Betawi, yakni menceritakan kesialan Kunek memberikan uang lima ratus sebanyak delapan belas helai kepada orang Betawi yang tidak dikenalnya. Dalam cerita pendek ini terdapat 19 buah frase numeralia. 4) Kue Bolu Adat, yakni menceritakan kekesalan Buyung dengan memakan bolu adat milik Udo Togang. Dalam cerita pendek ini terdapat 6 buah frase numeralia. 5) Akkal Mambali Durian, yakni menceritakan kiat - kiat Buyung membeli durian agar harganya lebih murah. Dalam cerita pendek ini terdapat 29


(33)

buah frase numeralia. 6) Tasosak….!!! , yakni menceritakan kisah Buyung dan Tuong ketika sakit perut. Dalam cerita pendek ini terdapat 14 buah frase numeralia 7) Tasinggung Pernyo, yakni menceritakan kisah lucu mak Etong ketika dibawa ke kantor polisi. Dalam cerita pendek ini terdapat 5 buah frase numeralia8) Abang Ogek, yakni menceritakan kecemburuan Upik terhadap suaminya, si Kunek. Dalam cerita pendek ini terdapat 1 buah frase numeralia 9) Onde-Onde, yakni menceritakan kisah lucu Kutar yang terobsesi memasak onde-onde. Dalam cerita pendek ini terdapat 4 buah frase numeralia 10) Cito-Cito Jadi Paralong-Along, yakni menceritakan keinginan Anga Collat menjadi penjual ikan. Dalam cerita pendek ini terdapat 2 buah frase numeralia11) Salah Pangartian, yakni menceritakan perbedaan bahasa antara Sidin,suku Padang, dan warga Kolang, suku Batak. Dalam cerita pendek ini terdapat 5 buah frase numeralia12) Ha ka Gopok…..! Ha ka Puteh, yakni menceritakan kesialan Kunek ketika berkunjung ke rumah Upik. Dalam cerita pendek ini tidak terdapat frase numeralia13)

Jago Karate, yakni menceritakan perselisihan Kunek dengan orang pendatang akibat salah memaknai bahasa. Dalam cerita pendek ini terdapat 5 buah frase numeralia.

Jadi, jumlah keseluruhan FNum yang terdapat pada 13 judul cerita pendek di atas adalah 120 buah frasa numeralia. Dengan rincian sebagai berikut :

Cerita I : 20 buah frasa Cerita VIII : 1 buah frasa Cerita II : 10 buah frasa Cerita IX : 4 buah frasa Cerita III : 19 buah frasa Cerita X : 2 buah frasa Cerita IV : 6 buah frasa Cerita XI : 5 buah frasa Cerita V : 29 buah frasa Cerita XII : - buah frasa Cerita VI : 14 buah frasa Cerita XIII : 5 buah frasa Cerita VII : 5 buah frasa


(34)

Selanjutnya, FNum tersebut diteliti dan dijadikan populasi data. Dari 120 jumlah frasa numeralia tersebut yang akan dijadikan sampel adalah sebanyak 24 buah FNum.

Penetapan populasi dan sampel di atas didasari oleh pendapat Arikunto (1998:120) yang menyatakan “Jika subjeknya (populasi yang ada) besar (lebih dari seratus), maka sampel yang dianggap baik (diambil) di antara 10-15% atau 15-20% atau lebih”. Sehingga dapatlah ditentukan rumus sebagai berikut :

Sampel = 20% x 120 = 24 buah

Maka, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 24 buah frasa numeralia yang akan dianalisis berdasarkan teori X-bar.

3.1.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Metode ini dilakukan dengan menyimak frasa numeralia (FNum) bahasa Pesisir Sibolga dengan membaca 13 judul cerita pendek yang ada didalam buku Masyarakat Budaya Dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Setelah menemukan FNum kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Teknik catat, yaitu dengan mencatat data-data FNum yang telah ditemukan pada 13 judul cerita pendek. Data-data FNum kemudian diklasifikasikan menurut inti leksikalnya. FNum mangisok rokkok sabatang

‘mengisap rokok sebatang’, misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kanan karena inti frasa tersebut adalah sabatang, sedangkan atribut mangisok rokkok terletak sebelum inti, yakni di sebelah kiri. Sedangkan, FNum satanga umu mandakkek kadinyo

‘setengah umur mendekat padanya’, misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kiri karena inti frasa tersebut adalah satanga, sedangkan atribut umu mandakkek kadinyo


(35)

Kemudian penelitian ini didukung oleh penggunaan data intuitif karena penulis merupakan penutur asli bahasa Pesisir Sibolga.

3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Setiap penelitian memerlukan sejumlah data untuk dianalisis. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti dan teknik balik (Sudaryanto, 1993 : 55).

Teknik bagi unsur langsung adalah membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian atau unsur yang daya baginya bersifat intuitif. Misalnya :

(1) waktu tu kepeng[sappuluh ribu ala bahago bana]

waktu itu uang [sepuluh ribu sudah berharga sekali] ‘Pada saat itu uang [sepuluh ribu sudah berharga sekali]’.

Teknik lesap dilaksanakan dengan melesapkan unsur tertentu untuk mengetahui kadar keintian yang dilesapkan. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menjadi pokok perhatian dalam analisis. Misalnya, pada frasa sappuluh ribu ala bahago bana ‘sepuluh ribu sudah berharga sekali’, unsur inti adalah sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’. Bila unsur ini dilesapkan, maka bentuknya menjadi tidak gramatikal. Namun, jika yang dilesapkan adalah ala bahago bana ‘sudah berharga sekali’, maka kata sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’ masih gramatikal karena kata sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’ merupakan inti dari unsur tersebut.

Teknik ganti digunakan dengan menggantikan satuan lingual yang menjadi pokok perhatian dengan satuan lingual pengganti. Misalnya, numeralia sappuluh ‘sepuluh’ pada frasa sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’. Apabila numeralia sappuluh ‘sepuluh’ diganti dengan

lapan ‘delapan’ menjadi lapan ribu ‘lapan ribu’, maka bentuk yang dihasilkan masih berterima atau gramatikal.


(36)

Teknik balik dilaksanakan dengan membalik unsur satuan lingual data. Jika hasil penggunaannya berupa tuturan yang gramatikal informasi yang dihasilkan tidak berubah. Teknik ini berguna untuk menentukan bahwa komponen yang dapat dibalik adalah keterangan. Misalnya, sappuluh ribu ala bahago bana. Frasa numeralia sappuluh ribu ala bahago bana dapat dipindahletakkan ke sebelah kiri menjadi ala bahago bana sappuluh ribu

‘sudah berharga sekali sepuluh ribu’dengan informasi yang tidak berubah.

3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian data dilakukan dengan menggunakan dua metode, yakni metode informal dan metode formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto,1993:145).

Penyajian secara formal tampak dalam penggambaran hierarki struktural dari frasa numeralia (FNum) bahasa Pesisir Sibolga. Struktur tersebut digambarkan dengan menggunakan diagram pohon yang merupakan salah satu ciri dari sintaksis generatif yang dikembangkan Chomsky (Parera, 1991:49). Sedangkan penyajian (FNum) bahasa Pesisir Sibolga secara informal adalah menjelaskan dengan kata-kata biasa. Hal ini dilakukan mengingat masih banyak yang mengalami kesulitan dalam memahami diagram pohon terutama orang yang masih awam terhadap sintaksis generatif. Oleh sebab itu, sangat diperlukan penjelasan secara informal agar penelitian ini dapat dipahami oleh masyarakat yang lebih luas.

Penerapan metode informal dan formal ke dalam teori X-bar akan terlihat pada contoh berikut :


(37)

(2) ala mangartilah inyo [saketek-saketek bahaso urang Batak tu]

suda h mengertilah dia [ sedikit-sedikit bahasa orang Batak itu]. ‘Suda h mengertilah dia [ sedikit-sedikit bahasa orang Batak itu]’.

(3) FNum Num + N + FN + Spec

FNum

Num' Spec

Num' FN

Num N

saketek-saketek bahaso urang Batak tu

‘sedikit-sedikit bahasa orang Batak itu’

Kemudian, dari hasil penerapan kaidah struktur frasa numeralia bahasa pesisir sibolga secara metode formal di atas berupa skema X-bar dapat pula dijelaskan menurut metode informalnya, yakni dengan kata-kata agar mempermudah dalam pemahamannya. Metode secara informalnya dapat diuraikan sebagai berikut

Num-bar (Num') pertama membawahi inti leksikal saketek-saketek ‘sedikit-sedikit’ dan komplemen bahaso ‘bahasa’. Pada tingkatan di atasnya bar kedua membawahi Num-bar pertama dan keterangan berupa FN urang Batak ‘orang Batak’ serta sebagai proyeksi maksimal hadir FNum yang membawahi Spec tu ‘itu’. Elemen bahaso ‘bahasa’ dikatakan sebagai komplemen karena letaknya selalu menyertai atau terletak sesudah inti leksikal


(38)

sedangkan FN urang Batak ‘orang Batak’ dikatakan sebagai keterangan karena letaknya bisa sesudah atau sebelum inti leksikal. Dari skema di atas maka kaidah struktur frasa yang terbentuk adalah Num + N + FN + Spec


(39)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Frasa Numeralia Bahasa Pesisir Sibolga

Kaidah struktur frasa numeralia (FNum) dalam teori X-bar berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec).

Komplemen adalah argumen internal yang letaknya dalam struktur FNum dibawahi langsung oleh Num' (Num-bar). Keterangan juga terletak di bawah Num-bar tetapi tatarannya berbeda.

Specifier sebagai satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh Num" (Num-bar ganda).

4.1.1 Komplemen (Komp)

Komplemen (Komp) adalah bentuk internal yang posisinya langsung dibawahi oleh X-bar dan letaknya di sebelah kanan maupun kiri inti leksikal. Komplemen merupakan realisasi dari kategori leksikal yang kehadirannya bersifat wajib. Artinya, apabila komplemen tidak hadir maka struktur yang terbentuk menjadi tidak gramatikal. Komplemen berfungsi sebagai pelengkap sebuah kata dalam pembentukan sebuah frasa. Komplemen yang sering melengkapi frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga adalah komplemen yang berkategorikan nomina dan numeralia. Hal ini dapat dilihat pada contoh-contoh berikut

(4)a. Lakki-lakki [satanga umu] mandakkek kadinyo

laki-laki setengah umur mendekat padanya ‘Laki-laki setengah umur mendekat padanya’ b. Kakkinyo tarantuk kapado [sabuah barang]

kakinya terbentur kepada sebuah barang ‘Kakinya terbentur pada sebuah barang’


(40)

Pada (4a dan 4b) FNum satanga umu ‘setengah umur’ dan sabuah barang ‘sebuah barang’ mempunyai inti leksikal satanga ‘setengah’ dan sabuah ‘sebuah’. Kedua elemen N

umu ‘umur’ dan barang ‘barang’ berfungsi sebagai komplemen karena kedua elemen tersebut langsung dibawahi oleh inti leksikal. Kedua elemen tersebut diperlukan inti leksikal untuk membentuk FNum. Jika elemen tersebut dilesapkan atau dipindah letaknya, maka struktur yang terbentuk menjadi tidak gramatikal.

(5) a.* Lakki-lakki [umu satanga] mandakkek kadinyo

laki-laki umur setengah mendekat padanya ‘Laki-laki umur setengah mendekat padanya’ b. *Kakkinyo tarantuk kapado [barang sabuah]

kakinya terbentur kepada barang sebuah ‘Kakinya terbentur pada barang sebuah’ c. * Lakki-lakki [satanga] mandakkek kadinyo

laki-laki setengah mendekat padanya ‘Laki-laki setengah umur mendekat padanya’ d. * Kakkinyo tarantuk kapado [sabuah]

kakinya terbentur kepada sebuah ‘Kakinya terbentur pada sebuah’


(41)

(6) FNum Num + N

FNum

Num'

Num N

sabuah / satanga barang / umu

‘sebuah / setengah barang / umur’

Dalam bahasa Pesisir Sibolga, komplemen FNum tidak terbatas pada FN saja, melainkan juga berupa Numeralia itu sendiri. Artinya, numeralia yang pertama berfungsi sebagai inti, sedangkan numeralia yang kedua berfungsi sebagai komplemen. Selain itu, FNum yang dibentuk oleh inti leksikal dan komplemen Num ini mempunyai dua tipe inti leksikal. Pertama, inti leksikal yang terdiri atas satu kata, misal sencek ‘satu’, sadonyo ‘semua’, limo

‘lima’, dan lain-lain. Kedua, inti leksikal yang terdiri atas dua kata atau lebih, misal ampek puluh ampek ‘empat puluh empat’, tigo puluh ampek ‘tiga puluh empat’, limo bale ‘lima belas’, dan lain-lain.

Perhatikan contoh berikut

(7) a. Tuong mangagih kepeng lembaran [sappuluh ribu]

tuong memberikan uang lembaran [sepuluh ribu] ‘Tuong memberikan uang lembaran [sepuluh ribu]’

b. Kiro-kiro [satanga kilo meter] baranti pulo ditampek pajaga durian


(42)

‘Kira-kira [setengah kilometer] berhenti pula ditempat penjual durian’

FNum sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’ dan satanga kilometer ‘setengah kilometer’ mempunyai inti leksikal sappuluh ‘sepuluh’ dan satanga ‘setengah’. Inti leksikal ini memperlihatkan numeralia yang memiliki tipe inti leksikal yang pertama. Elemen ribu ‘ribu’ dan kilometer ‘kilometer’merupakan ketegori numeralia yang berfungsi sebagai komplemen. Kedua elemen ini sangat diperlukan oleh inti leksikal untuk membentuk FNum. Jika elemen ini dilesapkan atau dipindah letaknya, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal. (8) a. *Tuong mangagih kepeng lembaran [sappuluh]

tuong memberikan uang lembaran [sepuluh] ‘Tuong memberikan uang lembaran sepuluh’

b. *Kiro-kiro [satanga] baranti pulo ditampek pajaga durian

kira-kira setengah berhenti pula ditempat penjual durian ‘Kira-kira setengah berhenti pula di tempat penjual durian’ c. *Tuong mangagih kepeng lembaran [ribu sappuluh]

tuong memberikan uang lembaran [ribu sepuluh] ‘Tuong memberikan uang lembaran ribu sepuluh’

d. *Kiro-kiro [kilo meter satanga] baranti pulo ditampek pajaga durian kira-kira kilo meter setengah berhenti pula ditempat penjual durian ‘Kira-kira kilometer setengah berhenti pula di tempat penjual durian’

Apabila struktur frasa (7) diaplikasikan ke dalam teori X-bar, maka akan terbentuk skema berikut


(43)

(9) FNum Num + Num

FNum

Num'

Num Num

sappuluh / satanga ribu / kilometer

‘sepuluh / setengah ribu / kilometer’

Bandingkan struktur frasa numeralia (7) dengan contoh berikut (10) a. si Kunek mambaok kepeng ketek sabanyak [limo puluh ribu]

si Kunek membawa uang kecil sebanyak lima puluh ribu ‘Kunek membawa uang kecil sebanyak lima puluh ribu’

b. memang rancak kileknyo sarupo ameh [duo puluh ampek karat]

memang indah kilaunya seperti emas dua puluh empat karat ‘Kilaunya seindah emas dua puluh empat karat’

Pada contoh (10a dan 10b) FNum limo puluh ribu ‘lima puluh ribu’ dan duo puluh ampek karat ‘dua puluh empat karat’ mempunyai inti leksikal limo puluh ‘lima puluh’ dan

duo puluh ampek ‘dua puluh empat’. Tipe inti leksikal ini berbeda dengan tipe inti leksikal yang ada pada contoh (7). Memperlihatkan FNum yang inti leksikalnya terdiri atas dua kata dan tiga kata. Jika masing-masing inti leksikal di ubah ke dalam angka akan menjadi 50 dan


(44)

Elemen ribu ‘ribu’ dan karat ‘karat’ merupakan ketegori numeralia yang berfungsi sebagai komplemen dan keduanya memiliki jenis numeralia yang berbeda, ribu ‘ribu’ sebagai numeralia gugussedangkan karat ‘karat’ sebagai numeralia ukuran. Kedua elemen ini sangat diperlukan oleh inti leksikal untuk membentuk FNum. Jika elemen ini dilesapkan atau dipindah letaknya, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal. Seperti contoh berikut

(11) a. *si Kunek mambaok kepeng ketek sabanyak [limo puluh]

si Kunek membawa uang kecil sebanyak lima puluh ‘Kunek membawa uang kecil sebanyak lima puluh’

b. *memang rancak kileknyo sarupo ameh [duo puluh ampek]

memang indah kilaunya seperti emas dua puluh empat ‘Kilaunya seindah emas dua puluh empat’

c. *si Kunek mambaok kepeng ketek sabanyak [ribu limo puluh]

si Kunek membawa uang kecil sebanyak ribu lima puluh ‘Kunek membawa uang kecil sebanyak ribu lima puluh’

d. *memang rancak kileknyo sarupo ameh [karat duo puluh ampek]

memang indah kilaunya seperti emas karat dua puluh empat ‘Kilaunya seindah emas karat dua puluh empat’

Jika struktur frasa (10) diaplikasikan ke dalam teori X-bar, maka akan terbentuk skema berikut


(45)

(12) FNum Num + Num

FNum

Num'

Num Num

limo puluh / duo puluh ampek ribu / karat

4.1.2 Keterangan (Ket)

Keterangan (Ket) adalah atribut pendamping yang posisinya juga dibawahi oleh X-bar tetapi tatarannya berbeda dengan komplemen, yakni pada X-bar tertinggi. Dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga, keterangan bisa terletak di sebelah kanan maupun kiri inti leksikal dan kehadirannya bersifat opsional (tidak wajib). Artinya, meskipun keterangan dihilangkan atau dipindahkan letak strukturnya, maka frasa yang terbentuk masih gramatikal dan kalimat yang dihasilkan masih berterima dalam tataran sintaksis bahasa Pesisir Sibolga. Adapun komplemen yang sering melengkapi frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga adalah komplemen yang berkategorikan nomina, adjektiva, dan preposisi. Hal ini dapat dilihat pada contoh-contoh berikut

(13) Buyung mambari tau kapado Tuong bahwa durian tu ado [ampek buah]

buyung memberi tahu kepada Tuong bahwa durian itu ada [empat buah] ‘Buyung memberi tahu Tuong bahwa durian itu ada empat buah’


(46)

Pada (13) FNum ampek buah memiliki inti leksikal ampek ‘empat’ dan elemen N buah

sebagai keterangan. Apabila elemen ini dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan masih dapat berterima sebab inti leksikal ampek dapat berdiri sendiri seperti pada contoh berikut

a. Buyung mambari tau kapado Tuong bahwa durian tu ado [ampek]

buyung memberi tahu kepada Tuong bahwa durian itu ada [empat] ‘Buyung memberi tahu Tuong bahwa durian itu ada empat’

Namun, apabila inti leksikal ampek yang dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal sebab elemen keterangan tidak dapat berdiri sendiri. Sebagai pembuktiannya dapat dilihat pada contoh berikut

b. *Buyung mambari tau kapado Tuong bahwa durian tu ado [buah]

buyung memberi tahu kepada Tuong bahwa durian itu ada [buah] ‘Buyung memberi tahu Tuong bahwa durian itu ada buah’

Pada struktur frasa (14) sama halnya seperti pada (13) bahwa inti leksikal tidak dapat dilesapkan, sedangkan elemen keterangan dapat dilesapkan, hanya saja peneliti ingin menunjukkan bahwa keterangan yang mendampingi inti leksikal numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga bukan saja berkategorikan nomina melainkan dapat juga berupa kategori adjektiva seperti pada contoh berikut

(14) Balun abis ala dimintaknyo pulo talu lauk kakkap [sapiring gadang]

belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap [sepiring besar] ‘Belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap sepiring besar’

Inti leksikal pada (14) sapiring ‘sepiring’tetap dapat berdiri sendiri dan menghasilkan kalimat yang gramatikal walaupun elemen A gadang ‘besar’ dilesapkan. Hal ini terbukti pada contoh di bawah ini

a. Balun abis ala dimintaknyo pulo talu lauk kakkap [sapiring]


(47)

‘Belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap sepiring’

Namun, apabila yang dilesapkan adalah elemen A gadang maka kalimat yang dihasilkan tetap gramatikal namun telah membentuk makna baru sehingga pada posisi ini eleman A tetap tidak dapat berdiri sendiri tanpa mendampingi inti leksikal.

b. *Balun abis ala dimintaknyo pulo talu lauk kakkap [gadang]

belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap [besar] ‘Belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap besar’

Berdasarkan analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi keterangan dalam mendampingi FNum bahasa Pesisir Sibolga bersifat opsional (tidak wajib). Artinya, tanpa kehadirannya konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal.

Selanjutnya, contoh-contoh di atas direpresentasikan ke dalam skema X-bar sebagai berikut

(15) FNum Num + N

FNum

Num'

Num' N

Num

ampek buah


(48)

(16) FNum Num + A

FNum

Num'

Num' A

Num

sapiring gadang

‘sepiring besar’

Selain kategori nomina dan ajektiva, Frasa Numeralia (FNum) bahasa Pesisir Sibolga dapat juga diikuti oleh atribut keterangan berupa preposisi. Seperti pada contoh berikut (17) Hotel Fansyuri talatak [di simpang ampek] manuju pasa

Hotel Fansyuri terletak di simpang empat menuju pasar ‘Hotel Fansyuri terletak di simpang empat menuju pasar’.


(49)

(18) FNum FPrep + Num

FNum

Num'

FPrep Num'

Num

di simpang ampek

‘di simpang empat’

Keterangan pada frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga (18) berkategorikan FPrep yang letaknya berada di awal frasa atau sebelah kiri inti leksikal.

4.1.3 Specifier (Spec)

Specifier (Spec) adalah satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh Num" (Num-bar ganda) atau FNum. Kategori ini merupakan proyeksi akhir pada sebuah frasa. Posisi specifier dalam bahasa Pesisir Sibolga bersifat opsional, artinya dapat terletak di awal frasa (sebelah kiri inti leksikal) maupun di akhir frasa (sebelah kanan inti leksikal). Pada posisi awal, specifier berfungsi menerangkan FNum di depannya, sedangkan pada posisi akhir berfungsi menutup frasa. Specifier di awal FNum bahasa Pesisir Sibolga biasanya dimarkahi Adverbia kiro-kiro ‘kira-kira’, sedangkan di akhir biasanya dimarkahi Pronomina


(50)

(19) Sakajab sajo durian nan [ampek tu] tandeh dibahe urang tu.

sebentar saja durian yang empat itu habis dibuat orang itu ‘Sebentar saja durian yang empat itu habis dibuat orang itu’

Pada (19) FNum ampek tu dibentuk oleh inti leksikal ampek ‘empat’ kemudian di sebelah kanan inti leksikal hadir kategori berupa pronomina tu ‘itu’ yang berfungsi sebagai

specifier.Specifier muncul sebagai proyeksi akhir yang berfungsi menutup frasa.

Inti leksikal ampek diproyeksikan pada Num. Kemudian pada tingkatan tertinggi hadir FNum yang merupakan proyeksi maksimal dari specifier. Jika diaplikasikan ke dalam teori X-bar, maka akan dihasilkan skema sebagai berikut

(20) FNum Num + Spec

FNum

Num' Spec

Num

ampek tu

‘empat itu’

(21) Kadatangan urang tu [sakali ko] lain dari pado nan lain

kedatangan orang itu sekali ini lain dari pada yang lain ‘Kedatangan orang itu sekali ini lain dari pada yang lain’


(51)

Pada (21) FNum sakali ko dibentuk oleh inti leksikal sakali ‘sekali’ kemudian diikuti oleh kategori specifier berupa pronomina ko ‘ini’. Specifier ini jugamuncul sebagai proyeksi akhir yang berfungsi menutup frasa. Inti leksikal sakali diproyeksikan pada Num. Kemudian pada tingkatan tertinggi hadir FNum yang merupakan proyeksi maksimal dari specifier. Berikut hasil representasi struktur frasanya

(22) FNum Num + Spec

FNum

Num' Spec

Num

sakali ko

‘sekali ini’

4.2 Kaidah Struktur Frasa Numeralia Dalam Bahasa Pesisir Sibolga 4.2.1 FNum Inti

Dalam bahasa Pesisir Sibolga frasa dapat terdiri dari satu kata yang memiliki distribusi yang sama dengan frasa lengkap. Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut

(23) Nasi [duo] bungkus

nasi dua bungkus ‘Nasi dua bungkus’


(52)

(24) FNum

Num'

Num

duo

‘dua’

Pada skema (24) simpul FNum mendominasi Num' (num-bar) dan inti leksikalnya tidak bercabang sebab hanya ada satu garis pada FNum. Artinya, FNum dapat menurunkan langsung Num tanpa harus mempunyai komplemen, keterangan, dan specifier.

4.2.2 FNum Inti + Komp

(25) Lakki-lakki [satanga umu] mandakkek kadinyo

laki-laki setengah umur mendekat padanya ‘Laki-laki setengah umur mendekat padanya’

(26) FNum

Num'

Num N

satanga umu


(53)

Struktur frasa numeralia (26) dibentuk oleh inti leksikal satanga ‘setengah’ dan komplemen N umu ‘umur’. Keterangan dan specifier tidak hadir dalam struktur frasa ini sehingga simpul Num' (num-bar) tidak bersifat iteratif (berulang). Selanjutnya, proyeksi maksimal FNum tidak bercabang dan mendominasi konstituen Num'.

4.2.3 FNum Inti + Ket

(27) Diserahkannyo durian [ampek buah] tu

diserahkannya durian empat buah itu

Diserahkannya empat buah durian itu’

(28) FNum

Num'

Num' N

Num

ampek buah

‘empat buah’

Pada skema di atas struktur frasanya melibatkan dua konstituen Num'. Konstituen Num' terendah mendominasi sebuah inti leksikal ampek ‘empat’. Konstituen Num' tertinggi mendominasi konstituen Num' terendah dan keterangan N buah ‘buah’. Selanjutnya, proyeksi


(54)

maksimal FNum mendominasi konstituen Num' tertinggi. Dalam struktur FNum tersebut proyeksi maksimalnya tidak bercabang.

4.2.4 FNum Inti + Spec

(29) Urang nan [baduo tu] pun masuklah ka dalam lapou si Uccok kalek

orang yang berdua itu pun masuklah ke dalam kedai si Ucok Kalek ‘Orang yang berdua itu pun masuklah ke dalam kedai si Ucok Kalek’ Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut

(30) FNum

Num' Spec

Num

baduo tu

‘berdua itu’

Pada (30) FNum baduo tu dibentuk oleh inti leksikal baduo ‘berdua’ kemudian diikuti oleh specifier Pronomina tu ‘itu’. Dalam struktur ini, FNum tidak memiliki komplemen dan keterangan sehingga simpul Num' yang mendominasi inti leksikalnya tidak bercabang. Kemudian pada tingkatan tertinggi hadir FNum yang merupakan proyeksi maksimal dari

specifier.


(55)

4.2.5 FNum Inti + Komp + Ket

(31) [Satiok urang mancuritokan Barus], indak lupo manyabuik Gurindam Barus

setiap orang menceritakan Barus, tidak lupa menyebut Gurindam Barus ‘Setiap orang menceritakan Barus tidak lupa menyebut Gurindam Barus’

(32) FNum

Num'

Num' FV

Num N

satiok urang mancuritokan Barus

‘setiap orang menceritakan Barus’

Berdasarkan kaidah struktur FNum di atas inti leksikal satiok ‘setiap’ bersama dengan komplemen urang ‘orang’ didominasi langsung oleh Num'. Komplemen terletak di sebelah kanan inti leksikal dan tidak dihadiri oleh specifier. Pada tingkatan berikutnya, Num' dengan keterangan mancuritokan Barus ‘menceritakan Barus’ diproyeksikan pada Num' kedua. Proyeksi maksimal dari kaidah struktur di atas adalah hadirnya FNum.


(56)

4.2.6 FNum Inti + Komp + Spec

Kaidah struktur FNum dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat dibentuk oleh sebuah

specifier. Contoh :

(33)a. [Salamo bulan tu] inyo indak bapuaso

selama bulan itu dia tidak berpuasa ‘Dia tidak puasa selama bulan itu’ b. Diserahkannyo durian [ampek buah tu]

diserahkannya durian empat buah itu ‘Diserahkannya durian empat buah itu’

c. Indak tau pulo siapo nan mamulai diantaro [duo pasukan tu]

Tidak tahu pula siapa yang memulai diantara dua pasukan itu ‘Tidak tahu pula siapa yang memulai diantara dua pasukan itu’.

Pada (25) specifier muncul sebagai proyeksi akhir yang berfungsi menutup frasa. Sebab

Specifier tidak dapat diperluas lagi. Specifier tersebut dimarkahi oleh kata penunjuk tu ‘itu’, sedangkan FNum dibentuk oleh inti leksikal salamo ‘selama’, ampek ‘empat’, dan duo ‘dua’, selanjutnya diikuti oleh komplemen bulan ‘bulan’, buah ‘buah’, dan pasukan ‘pasukan’. Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut


(57)

(34) FNum

Num' Spec

Num N

salamo / ampek / duo bulan / buah / pasukan tu

selama / empat / dua bulan / buah / pasukan itu

Inti leksikal diproyeksikan pada Num dan pada tingkatan di atasnya hadir komplemen yang diproyeksikan pada Num'. Keterangan tidak muncul dalam kaidah struktur ini. Selanjutnya, specifier tu bersama dengan konstituen Num' membentuk proyeksi maksimal FNum.

4.2.7 FNum Inti + Komp + Ket + Spec

Kaidah struktur frasa numeralia pada (27) adalah struktur frasa yang sangat lengkap karena inti leksikal hadir bersamaan dengan ketiga fungsi gramatikal, yakni komplemen, keterangan, dan specifier.

(35)a. ala mangartilah inyo [saketek-saketek bahaso urang Batak tu]

suda h mengertilah dia [sedikit-sedikit bahasa orang Batak itu] ‘Suda h mengertilah dia [sedikit-sedikit bahasa orang Batak itu]’ b. Kiro-kiro [sappuluh meter dari lapou tu] pas jalan masuk ka onan

kira-kira sepuluh meter dari kedai itu tepat jalan masuk ke pasar ‘Kira-kira sepuluh meter dari kedai itu adalah jalan masuk ke pasar’


(58)

Pada (35a dan 35b) FNum saketek-saketek bahaso urang Batak tu dan sappuluh meter dari lapou tu mempunyai inti leksikal saketek-saketek ‘sedikit-sedikit’ dan sappuluh

‘sepuluh’. Kedua inti tersebut diproyeksikan pada Num, sedangkan pada tingkatan di atasnya hadir N bahaso ‘bahasa’ dan Num meter ‘meter’ sebagai komplemen yang diproyeksikan terhadap Num-bar. Kemudian FN pada (35a) dan FPrep pada (35b) hadir sebagai keterangan pada Num-bar kedua. Selanjutnya pada tingkatan tertinggi hadir specifier yang dimarkahi oleh kata penunjuk tu ‘itu’ yang terletak di akhir FN dan FPrep yang berfungsi untuk menutup frasa. Kategori ini langsung diproyeksikan pada Num-bar tertinggi. Representasi struktur frasa (35a) dapat terlihat pada skema X-bar (36) dan struktur frasa (35b) dapat terlihat pada skema X-bar (37)

(36) FNum

Num' Spec

Num' FN

Num N

saketek-saketek bahaso urang Batak tu


(59)

(37) FNum

Num' Spec

Num' FPrep

Num Num

sappuluh meter dari lapou tu

‘sepuluh meter dari kedai itu’

4.2.8 FNum Komp + Inti + Ket

Komplemen dapat juga hadir di sebelah kiri inti leksikal. Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut

(38) Tapakso Buyung [mambai sadonyo makkanan urang tu]

terpaksa Buyung membayar semua makanan mereka ‘Terpaksa Buyung membayar semua makanan mereka’


(60)

(39) FNum

Num'

Num' FN

V Num

mambai sadonyo makkanan urang tu ‘membayar semua makanan mereka’

Berdasarkan kaidah sruktur FNum di atas inti leksikal sadonyo ‘semua’ bersama dengan komplemen mambai ‘membayar’ didominasi langsung oleh Num'. Komplemen terletak di sebelah kiri inti leksikal dan tidak dihadiri oleh specifier. Pada tingkatan berikutnya, Num' dengan keterangan makanan urang tu ‘makanan mereka’ diproyeksikan pada Num' kedua. Proyeksi maksimal dari kaidah struktur di atas adalah hadirnya FNum.

4.2.9 FNum Komp + Inti + Spec

(40) [Balarilah katigonyo tunggang-langgang] sampe sarawanyo lapeh

berlarilah ketiganya tunggang-langgang sampai celananya lepas. ‘Berlarilah ketiganya tunggang-langgang sampai celananya lepas’.


(61)

(41) FNum

Num' Spec

V Num

balarilah katigonyo tunggang-langgang ‘berlarilah ketiganya tunggang-langgang’

Pada kaidah struktur (41) komplemen yang berkategorikan V balarilah hadir bersama inti leksikal katigonya. Komplemen terletak di sebelah kanan inti leksikal membentuk konstituen Num'. Kemudian pada tataran yang lebih tinggi hadir specifier yang berkategorikan Adv tunggang-langgang. Kategori ini berkombinasi dengan Num' untuk membentuk proyeksi maksimal FNum atau Num" (num-bar ganda).

4.2.10 FNum Ket + Inti

(42) Hotel Fansyuri talatak [di simpang ampek] manuju pasa

Hotel Fansyuri terletak di simpang empat menuju pasar ‘Hotel Fansyuri terletak di simpang empat menuju pasar’.


(62)

(43) FNum

Num' FPrep Num'

Num

di simpang ampek

‘di simpang empat’

Dalam kaidah struktur (43) FNum tidak memiliki komplemen dan specifier. Struktur FNum hanya memuat inti leksikal ampek ‘empat’ serta keterangan di simpang ‘di simpang’. Struktur di atas mempunyai dua konstituen Num'. Konstisuen pertama mendominasi inti leksikal. Konstituen kedua mendominasi konstituen pertama dan keterangan FPrep. Kemudian proyeksi maksimal FNum mendominasi konstituen Num' tertinggi.

4.2.11 FNum Ket + Komp + Inti

(44) Sampela urang tu [di rumah makkan nan di pasa tu jam satanga ampek].

sampailah mereka di rumah makan yang di pasar itu jam setengah empat ‘Sampailah mereka di rumah makan yang di pasar itu jam setengah empat’


(63)

(45) FNum

Num'

FPrep Num'

N Num

di rumah makkan nan di pasa tu jam satanga ampek

‘di rumah makan yang di pasar itu jam setengah empat’

Kaidah struktur FNum yang dihadiri keterangan dan komplemen secara berdampingan di sebelah kiri inti leksikal terlihat pada (45). Dalam hal ini, N jam adalah komplemen, Fprep di rumah makkan nan di pasa tu adalah keterangan, sedangkan specifier

tidak muncul dalam struktur frasa ini. Struktur internal FNum tersebut mempunyai dua konstituen Num'. Konstituen Num' yang terendah mendominasi inti leksikal dan komplemen. Konstituen Num' yang tertinggi mendominasi konstituen Num' yang terendah dan keterangan FPrep. Selanjutnya, proyeksi maksimal FNum mendominasi konstituen Num' tertinggi.

4.2.12 FNum Spec + Inti

(46) [Baru sabulan] awaknyo tingga di nagari panghasil havea tu

baru sebulan dia tinggal di negeri penghasil karet itu


(64)

(47) FNum

Spec Num'

Num'

baru sabulan

baru sebulan’

Dalam kaidah struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga (47) tidak memiliki komplemen dan keterangan sehingga simpul Num' yang mendominasi inti leksikalnya tidak bercabang.

Specifier yang berkombinasi dengan Num' berfungsi membentuk proyeksi maksimal FNum.

4.2.13 FNum Spec + Inti + Komp

(48) [Ala duo bulan] sasudah nikkah

sudah dua bulan sesudah nikah


(65)

(49) FNum

Spec Num'

Num'

Num N

ala duo bulan ‘sudah dua bulan’

Pada kaidah struktur FNum (49) adverbia ala adalah specifier, sedangkan N bulan

adalah komplemen. Inti leksikal duo dan komplemen bulan membentuk konstituen Num'. Struktur ini tidak dihadiri oleh keterangan. Berikutnya, specifier bersama dengan konstituen Num' membentuk proyeksi maksimal FNum.

4.2.14 FNum Spec + Inti + Spec

Struktur FNum dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat juga dibentuk oleh dua specifier

sekaligus. Namun, struktur specifier plus numeralia plus specifier jumlahnya lebih terbatas dibandingkan dengan struktur FNum yang lain. Contohnya dapat dilihat sebagai berikut

(50) [Ala banyak bana] ruponya simakkanan dirasonyo.

sudah banyak sekali ternyata makanan dicicipinya ‘Sudah banyak sekali ternyata makanan dicicipinya’


(66)

(51) FNum

Num' Spec

Spec Num

ala banyak bana

‘sudah banyak sekali’

Pada (51) ada dua specifier yang terletak di kiri dan kanan inti leksikal banyak ‘banyak’.

Specifier ala ‘sudah’ yang terletak di kiri berfungsi menerangkan FNum di depannya dan

specifier bana ‘sekali’ yang terletak di kanan berfungsi sebagai penutup FNum. Hal inilah yang membuktikan bahwa dalam struktur frasa sebuah specifier bersifat itertif (berulang).

4.2.15 FNum Spec + Inti + Komp + Ket

(52) [Kiro-kiro saratus meter dari mobil tu] ado urang manjua durian

kira-kira seratus meter dari mobil itu ada orang menjual durian ‘Kira-kira seratus meter dari mobil itu ada orang menjual durian’


(67)

(53) FNum

Spec Num'

Num' FPrep

Num N

kiro-kiro saratus meter dari mobil tu

‘kira-kira seratus meter dari mobil itu’

Pada contoh kaidah struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga di atas, inti leksikal didampingi oleh ketiga fungsi gramatikal sekaligus, yakni komplemen, keterangan, dan

specifier. Dalam hal ini, N meter adalah komplemen, Fprep dari mobil itu adalah keterangan, sedangkan Adv kiro-kiro adalah specifier. Inti leksikal saratus bersama komplemen N meter

berada pada tataran terendah. Di atasnya hadir keterangan yang berkategorikan Fprep dari mobil itu yang berada pada tataran yang lebih tinggi daripada inti leksikal dan komplemen. Kemudian pada tataran berikutnya, specifier yang berkategorikan Adv kiro-kiro hadir di sebelah kiri inti leksikal. Pada tataran tertinggi maksimal dihadiri oleh FNum atau Num-bar ganda.


(68)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Struktur internal FNum bahasa Pesisir Sibolga dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal, yakni komplemen, keterangan, dan specifier. Struktur mendasar FNum adalah numeralia plus komplemen. Komplemen dalam bahasa Pesisir Sibolga tidak terbatas pada kategori nomina saja, melainkan juga pada kategori numeralia. Selanjutnya, struktur FNum dapat diperluas dengan keterangan. Kategori leksikal yang berfungsi sebagai keterangan adalah kategori nomina, adjektiva, dan preposisi, sedangkan specifier berkategorikan adverbia dan pronomina.

Dalam bahasa Pesisir Sibolga komplemen, keterangan dan specifier dapat terletak di awal frasa (di sebelah kiri inti leksikal) dan juga di akhir frasa (di sebelah kanan inti leksikal). Fungsi gramatikal specifier bersifat iteratif karena dapat hadir lebih dari satu kali dalam skema X-bar.

Kaidah struktur FNum yang terbentuk dalam bahasa Pesisir Sibolga ada 15 kaidah, yakni sebagai berikut :

1) FNum Inti

2) FNum Inti + Komp 3) FNum Inti + Ket 4) FNum Inti + Spec

5) FNum Inti + Komp + Ket 6) FNum Inti + Komp + Spec

7) FNum Inti + Komp + Ket + Spec

8) FNum Komp + Inti + Ket 9) FNum Komp + Inti + Spec


(69)

10) FNum Ket + Inti

11) FNum Ket + Komp + Inti 12) FNum Spec + Inti

13) FNum Spec + Inti + Komp 14) FNum Spec + Inti + Spec

15) FNum Spec + Inti + Komp + Ket

5.2 Saran

Menyadari betapa pentingnya fungsi bahasa daerah di Indonesia sebagai kekayaan budaya bangsa perlu diadakan pelestarian dan pembinaan agar kemurnian bahasa daerah tetap terjaga dari masyarakat pemakai bahasa. Oleh sebab itu, perlu digalakkan penelitian terhadap bahasa daerah di Indonesia oleh masyarakat sastra Indonesia khususnya dan masyarakat pecinta bahasa pada umumnya.

Penelitian terhadap bahasa Pesisir Sibolga ini telah memaparkan perilaku dan kaidah struktur frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga dengan menggunakan teori X-bar, namun masih terbatas pada sumber data yang dijadikan referensi kajian peneliti. Untuk itu peneliti berharap penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti-peneliti berikutnya agar mencapai kesempurnaan dalam hal penganalisisannya. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelestarian dan pengembangan bahasa daerah khususnya bahasa Pesisir Sibolga.


(1)

Harry Prasetyo. 2008. Tata Bahasa Transformasi, (Online), (

, diakses 29 September 2010)

http://tongkronganbudaya.wordpress.com/2008/03/08/tata-bahasa-generatif-transformatif/html, diakses 25 Oktober 2010)

Sawirman. 2009. Resensi Buku Rochelle Lieber (Online),


(2)

LAMPIRAN

SUMBER DATA

Judul Buku : Masyarakat Budaya Dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga

Tahun : 2008

Pengarang : Sjawal Pasaribu

Penyunting : Drs. Antilan Purba, M.Pd Sofyan Tanjung

Letkol Albiner Sitompul Tebal : 303 halaman

Penerbit : Pemerintah Tapanuli Tengah – Sibolga Kota Penerbitan : Sibolga

FNum pada Cerita I

1. nan sakali awaknyo 2. saurang pamurah 3. kami ba duo

4. paruik hanyo sabuah 5. limo puluh ribu 6. sakali lai

7. limo puluh ribu ko sajo 8. nan sakali

9. sabanyak limo puluh ribu 10. urang nan baduo tu

11. sakali-sakali anyo kito basuo 12. sapiring gadang

13. sakali-sakali anyo 14. saribu kali maleset 15. duo bungkus

16. tujuh ribu rupiah sajo 17. kepeng tujuh ribu 18. limo puluh ribu


(3)

20. tukkaran saribu-saribu

FNum pada Cerita II

1. lapan taun

2. ampek puluhan lapan 3. duo pasukan tu

4. tiok pagi jongon patang 5. sagalo maccam tembakan 6. sapanjang jalan

7. duo jam basi tembakan 8. rokkok sabatang

9. tadanga sabuah-sabuah 10. satanga jam

FNum pada Cerita III

1. satu pribahaso 2. satiok urang 3. itu kasadomyo 4. satanga masak 5. salabihnyo urang 6. sakali inyo pai 7. banyak dibaoknyo 8. sorang lakki-lakki 9. lakki-lakki satanga umu 10. sappuluh ribu sajo 11. kepeng sappuluh ribu 12. ala duo bale gr 13. duo puluh tigo karat

14. ameh duo puluh ampek karat 15. duo kali

16. sambilan ribu 17. saribu premi


(4)

19. lapan bale hale

FNum pada Cerita IV

1. pabanyak doso 2. salamo bulan tu

3. sagalo maccam juadah 4. sabuah kue bolu 5. kaduo incek mato 6. sagadang mato jaring

FNum pada Cerita V

1. banyaknyo durian 2. duo ribu rupiah

3. ampek ribu rupiah sabuah 4. nan sakali

5. ampek buah 6. sappuluh ribu 7. satanga kilo meter 8. tigo kali

9. saratus meter dari mobil 10. ampek buah

11. tujuh ribu lima ratus sajo 12. limo ribu

13. anam ribu

14. kepeng hago limo ribu 15. sahalei

16. limo ratus perak 17. tujuh ribu 18. limo ratus 19. ampek buah tu 20. limo ribu rupiah

21. ampek buah gadang-gadang 22. hago tujuh ribu


(5)

25. ampek buah tu 26. kepeng duo ribu 27. limo ratus rupiah 28. ampek tu

29. urang tu baduo

FNum pada Cerita VI

1. di simpang ampek 2. dihuni satu kaluarga 3. nan sakali

4. tigo puluh taun 5. ampek pulu ampek tu 6. sakali ko

7. jam satanga ampek patang 8. sagalo maccam gulei 9. duo kali

10. duo nasi 11. ampek tambu 12. sidak baduo 13. kiro-kiro puku tigo 14. kiro-kiro sappuluh meter

FNum pada Cerita VII

1. sakali ko

2. ala banyak bana 3. limo menit

4. ala duo kali mamintak tambuh 5. sabuah barang

FNum pada Cerita VIII


(6)

FNum pada Cerita IX

1. jam duo malam 2. satu-satunyo nak gadi 3. ala duo bulan

4. duo miggu di Pakkat

FNum pada Cerita X

1. limo ribu 2. satanga jalan

FNum pada Cerita XI

1. sabuah nagai 2. baru sabulan

3. sakatek-saketek bahaso urang batak tu 4. hago gatah naik saketek

5. ka tigonyo tunggang-langgang

FNum pada Cerita XII -

FNum pada Cerita XIII

1. sasenti meter 2. saorang lakki-lakki 3. sagadang alu 4. sajauh sameter