Latar Belakang Masalah Relevansi Sistem Penjatuhan Pidana Dengan Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Terhadap Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi di Pengadilan Negeri Kota Malang)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum rechtsstaat, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka macthtstaat. 1 Hukum dibuat atau lahir dari masyarakat, pada dasarnya berlaku dan untuk ditaati, dengan demikian akan tercipta ketentraman dan ketertiban. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, menyatakan: 2 Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban juga meliputi lembaga-lembaga dan proses- proses guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai kenyataan dalam masyarakat. Demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, dan merata secara materi dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, penegakkan hukum harus dilaksanakan secara tegas dan konsisten. Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan perintah-perintah dan larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu. 3 Dari rumusan tersebut tampak bahwa hukum memerlukan kekuatan eksternal untuk menegakkannya, yaitu penegak hukum. 1 C.S.T Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta. Penerbit Balai Pustaka, Cetakan kedelapan. Hal. 346 2 Samidjo dan A. Sahal. 2000. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung. Penerbit Armiko, Cetakan kelima. Hal. 32. 3 C.S.T Kansil. Op.cit. Hal. 38 Kejahatan merupakan salah satu kenyataan dalam kehidupan yang mana memerlukan penanganan secara khusus. Hal tersebut dikarenakan kejahatan akan menimbulkan keresahan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, selalu diusahakan berbagai upaya untuk menanggulangi kejahatan tersebut, meskipun dalam kenyataannya sangat sulit untuk memberantas kejahatan secara tuntas karena pada dasarnya kejahatan akan senantiasa berkembang pula seiring dengan perkembangan masyarakat. 4 Salah satu bentuk kejahatan yang akhir-akhir ini sering terjadi dan sangat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat adalah kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana selanjutnya disingkat dengan KUHPidana kejahatan pencurian diatur dalam Buku Ke-2, Bab XXII mulai dari Pasal 362 sampai dengan Pasal 367, sedangkan bentuk pokok dari kejahatan pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHPidana. Pencurian kendaraan bermotor merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap harta benda yang banyak menimbulkan kerugian dan meresahkan masyarakat. Diberikannya sanksi yang cukup berat ternyata tidak begitu diindahkan oleh para pelaku, walaupun sebenarnya tujuan dari adanya sebuah sanksi selain membuat efek jera agar pelaku tidak mengulangi perbuatannya lagi juga agar terjadi ketertiban dalam masyarakat, namun tetap saja masih banyak pelaku- pelaku terhadap jenis kejahatan ini, malah ada pelaku yang sudah menjalani 4 Wirjono Prodjodikoro. 2002. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Jakarta. Penerbit PT. Refika Aditama. Hal. 15. hukuman dan setelah bebas tetap saja mengulangi kejahatannya. Tentunya ini bukan tanpa alasan, bisa saja dikarenakan putusan hakim yang terlalu ringan terhadap pelaku sehingga pelaku tidak takut melakukan tindak pidana tersebut dan tidak segan-segan untuk mengulangi kejahatan yang sama recidive. Sebagai contoh misalnya seperti di bawah ini : 5 Kapolres Bangkalan, Madura, Jawa Timur, AKBP Kasero Mangmaligolo, mengeluhkan rendahnya vonis hukuman yang dijatuhkan pengadilan terhadap pelaku tindak pidana kriminal. Masak pelaku tindak kejahatan yang ancamannya diatas lima tahun penjara, hanya divonis ringan oleh majelis hakim. Padahal, kami bersusah payah untuk bisa menangkap satu tersangka, keluh Kapolres Kasero Manggolo kepada sejumlah wartawan, Bangkalan, Jumat. Kasero menjelaskan, pihaknya terkejut setelah melihat salinan putusan dari pihak pengadilan kalau terdakwa kasus pencurian kendaraan bermotor hanya divonis beberapa bulan. Sehingga setelah diputus, yang bersangkutan bisa langsung bebas. Padahal, untuk menangkap satu orang pelaku saja, polisi sangat kesulitan, bahkan salah seorang anggotanya terpaksa harus luka karena disabet celurit saat melakukan penangkapan pelaku tindak pidana kriminal. Usai dipotong masa tahanan baik saat di Polres maupun di persidangan, maka terdakwa yang terjerat kasus kriminal tersebut bisa bebas. Ini terjadi karena vonis yang ditetapkan oleh pengadilan terlalu rendah, ungkapnya. Menurut Kasero, vonis tersebut membuat aparat kepolisian secara tidak langsung kecewa. Sebab, selama ini dirinya bersama anggota polisi yang lain berusaha keras untuk menangkap pelaku kejahatan. Tidak hanya ini, tapi dampak psikologi terhadap keluarga korban kalau tahu jika pelaku kejahatan mendapatkan vonis ringan. Tentunya, mereka akan merasa kecewa terhadap vonis itu, paparnya. Disatu sisi, sambung Kasero, vonis ringan ini membuat para pelaku kejahatan tidak akan jera melakukan tindak kejahatan. Sebab, meski melakukan tindak kriminal, mereka berpikir akan mendapatkan vonis rendah nantinya. Hal semacam itu harus diantisipasi dengan memberikan hukuman yang setimpal pada penjahat, ucapnya. Kasero menambahkan, paling tidak majelis hakim harus memberikan hukuman minimal dua atau tiga tahun penjara pada para 5 Stevy Maradona. Kapolres Bangkalan Gusar: Capek-capek Tangkap Maling Motor Malah Divonis Ringan oleh Hakim. http:www.republika.co.id. Diakses tanggal 20 November 2014. Pukul 15.00 WIB. penjahat. Jangan sampai dibawah itu, karena tidak akan membuat penjahat kapok. Hakim sebagai salah satu aparat penegak hukum mempunyai peranan penting dalam menentukan vonisnya. Oleh karena itu, dalam memberi hukuman pidana, maka hakim harus melalui tahapan yang bersifat kompleks, sehingga mendapatkan keyakinan untuk menjatuhkan pidana kepada pelaku. Haruslah dipilih fakta-fakta konkrit yang berupa perbuatan-perbuatan orang dan kejadian- kejadian lainnya, serta hal-hal yang penting dan berkaitan dengan hukum yang bersangkutan agar putusan tersebut dapat mencapai tujuan dari pemidanaan. Malang merupakan salah satu kota yang masih marak terjadinya kasus pencurian kendaraan bermotor. Keadaan ini sangat memprihatinkan mengingat timbulnya keresahan dalam masyarakat sebagai korban kejahatan pencurian kendaraan bermotor setiap tahunnya. Berdasarkan data Polresta Malang, kasus curanmor pada tahun 2012 mencapai 1.200 dan pada tahun 2013 mencapai 1.188 laporan kehilangan yang tercatat. Dibandingkan kasus kriminal lain seperti pemalsuan, penipuan, penggelapan, pengeroyokan, kasus curanmor memiliki angka yang cukup tinggi. Sedangkan jumlah pencurian kendaraan bermotor roda dua memiliki jumlah prosentase 99 dari data kasus yang ada pada tahun 2012 dan tahun 2013. 6 Sehubungan dengan masih maraknya tingkat pencurian di kota Malang seperti yang telah diungkapkan diatas, maka penulis menjadikannya sebagai objek kajian di dalam membuat skripsi ini. Untuk melihat bagaimana sistem penjatuhan 6 Nabila Ayu Azmi. 2014. Modus Operandi Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua. Artikel Ilmiah. Fakultas Hukum. Universitas Brawijaya. Hal. 4. http:hukum.studentjournal.ub.ac.id. Diakses tanggal 20 November 2014. Pukul 14.00 WIB. pidana terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dan bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan berat ringannya pidana terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis judul skripsi yang berjudul “RELEVANSI SISTEM PENJATUHAN PIDANA DENGAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP KASUS PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR Studi di Pengadilan Negeri Kota Malang. ”

B. Rumusan Permasalahan

Dokumen yang terkait

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PUTUSAN TERHADAP TINDAK PIDANA DENGAN PELAKU ANAK DI BAWAH UMUR DI PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA

0 3 3

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi kasus di Pengadilan Negeri Purworejo).

0 2 16

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi kasus di Pengadilan Negeri Purworejo).

0 3 12

PENDAHULUAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi kasus di Pengadilan Negeri Purworejo).

0 3 12

PENUTUP PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi kasus di Pengadilan Negeri Purworejo).

0 2 5

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PUTUSAN PERKARA PIDANA PERSETUBUHAN DENGAN ANAK Di BAWAH UMUR ( Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta).

1 12 15

PENDAHULUAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PUTUSAN PERKARA PIDANA PERSETUBUHAN DENGAN ANAK Di BAWAH UMUR ( Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 6 18

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN ( Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Kelas I B Pariaman ).

0 1 4

Dasar Pertimbangan Dalam Tindak Pidana Pencurian dengan pemberatan (Studi Pencurian Kendaraan Bermotor Pada Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang).

0 0 2

Dasar Pertimbangan Dalam Tindak Pidana Pencurian dengan pemberatan (Studi Pencurian Kendaraan Bermotor Pada Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang).

0 2 98