Dasar Pertimbangan Dalam Tindak Pidana Pencurian dengan pemberatan (Studi Pencurian Kendaraan Bermotor Pada Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang).

SARI

Kurnia. Angga. 2007. Dasar Pertimbangan Dalam Tindak Pidana Pencurian dengan
pemberatan (Studi Pencurian Kendaraan Bermotor Pada Pengadilan Negeri
Kabupaten Semarang). Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Semarang.
Kata Kunci: Pidana dengan pemberatan. Pencurian kendaraan bermotor
Penelitian ini dilatarbelakangi rumusan hukum yang berfungsi sebagai
pengatur dan pelindung kepentingan-kepentingan masyarakat. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah Apa saja pedoman pidana dalam tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor dengan pemberatan di Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang?
dan bagaimanakah praktek penjatuhan pidana pada tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor dengan pemberatan di Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang?.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pedoman pemidanaan
pencurian kendaraan bermotor dengan pemberatan yang menjadi dasar Hakim
memberi pertimbangan pemberatan pidana terhadap tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor dan mengetahui praktek penjatuhan pidana dalam tindak pidana
pencurian kendaraan bermotor dengan pemberatan di Pengadilan Negeri Kabupaten
Semarang.
Pedoman pemidanaan pencurian kendaraan bermotor dengan pemberatan
diharuskan melalui beberapa proses yang gunanya memperkuat adanya unsur-unsur

pemberat pada pasal 363, 365 dan 486 KUHP terhadap terdakwa yaitu dengan melihat
jenis-jenis alat bukti yang ada, meliputi; keterangan saksi ahli, keterangan ahli, surat,
petunjuk, dan keterangan terdakwa. Hakim dalam memberikan putusannya harus
mencakup semua unsur pembuktian seperti yang tertera diatas, yaitu berdasarkan
pasal 183 dan 184 KUHAP dan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman, untuk pengumpulan bukti-bukti dilakukan penyidik yang
dalam hal ini memiliki wewenang khusus dan telah diatur dalam Undang-Undang No.
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pasal 1 ayat (1),
pasal 4-6 KUHAP, ssedangkan tugas jaksa dalam hal ini membuat dakwaan terhadap
terdakwa sesuai dengan kejahatannya dan bukti-bukti yang didapat penyidik,
wewenang jaksa dalam hal ini adalah Undang-Undang No 16 Tahum 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia dan pasal 1 ayat (1) dan (2), pasal 13-15 KUHAP
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan hakim.
Sedangkan proses penjatuhan pidana pencurian kendaraan bermotor dengan
pemberatan ini dibagi dalam tiga tahap yaitu, sebelum persidangan, persidangan dan
pelaksanaan putusan. proses tersebut dilakukan dengan pembuktian, yang meliputi
penyelidikan, penentuan, pemeriksan dalam pelaksanaan persidangan, pengamatan
dan pengawasan. Semua proses tersebut diatas merupakan kerjasama yang baik antar
instansi hukum yang terkait dan memiliki wewenang khusus, seperti Hakim dalam hal
ini diatur dalam UU No. 4 Th 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, wewenang Jaksa

dalam penuntutan dan menjalankan putusan hakim yang diatur dalam UU No. 16 Th.
2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dan peran Penyidik yang telah diatur
dalam UU No 2 Th. 2002 tentang Kepolisian Negara Republi Indinesia.
Dengan penelitian secara kualitatif, peneliti membatasi dan memfokuskan
pada; Penelitian pemidanaan yang menjadi landasan hakim dalam memberikan
pidana. Praktek penjatuhan penberatan pidana pada tindak pidana–pencurian

kendaraan bermotor di Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang. Penelitian
mengambil sumber data melalui pengamatan / obseravasi, wawancara, pencatatan
sumber dan didukung data dari buku-buku literatur peraturan perundangan dan
dokumen-dokumen resmi yang berhubungan dengan pertimbangan pemberatan
pidana dalam tindak pidana pencurian kendaraan bermotor.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk mencegah terjadinya tindak
pidana pencurian kendaraan bermotor dengan pemberatan ,dapat dimulai dari
antisipasi dan waspada pada diri sendiri .berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
untuk mencegah terjadinya tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan
pemberatan, dapat dimulai dari antisipasi dan waspada pada diri sendiri. Yaitu dengan
cara, meningkatkan dengan menjalankan siskamling, antisipasi diri terhadap tempattempat rawan.


Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Peran Polri Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Sebagai Kejahatan Terorganisir Di Wilayah Hukum Polda SUMUT

3 117 71

Relevansi Sistem Penjatuhan Pidana Dengan Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Terhadap Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi di Pengadilan Negeri Kota Malang)

1 5 30

ANALISIS YURIDIS PEMBUKTIAN DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN

0 5 15

DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Studi Pada Pengadilan Negeri Liwa)

3 20 96

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan Pidana Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Krg).

0 3 19

LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN Langkah-Langkah Penanganan Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Kasus Di Polres Karanganyar).

0 4 17

PERAN RESERSE SEBAGAI PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN Peran Reserse Sebagai Penyidik Dalam Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Kasus Di Polresta Surakarta, Polres Sragen Dan Polres Sukoharjo).

1 9 20

Dasar Pertimbangan Dalam Tindak Pidana Pencurian dengan pemberatan (Studi Pencurian Kendaraan Bermotor Pada Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang).

0 2 98

SANKSI HUKUM PELAKU PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PEMBERATAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Makassar)

0 0 88

KEKUATAN KETERANGAN SAKSI DALAM PERKARA PIDANA DI PERSIDANGAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG (STUDI KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN DI PENGADILAN NEGERI SEMARANG) - Unika Repository

0 0 9