5 1.
Apa kerangka teoritis yang melandasi formulasi konsep tenses dalam pemikiran nahwu Tammâm Hassân, sebagaimana tercermin dalam dua
karyanya: al-Lughah al- ‘Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ dan al-
Khulâshah al-Nahwiyyah? 2.
Bagaimana Tammâm Hassân memformulasikan konsep tenses dalam bahasa Arab kontemporer dalam dua karyanya: al-Lughah al-
‘Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ dan al-Khulâshah al-Nahwiyyah?
3. Apa implikasi semantik dari pemikiran nahwu Tammâm Hassân terhadap
penggunaan bahasa Arab kontemporer?
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kejelasan formulasi konsep tenses dalam bahasa Arab kontemporer yang dirumuskan oleh Tammâm Hassân. Secara
lebih rinci, penelitian ini berupaya menemukan jawaban faktual dan kontekstual mengenai hal-hal berikut:
1. Argumen dan kerangka teoritis yang melandasi formulasi konsep tenses
dalam pemikiran nahwu Tammâm Hassân; 2.
Formulasi konsep dan kategorisasi tenses dalam bahasa Arab kontemporer yang dipahami dari dua karya Tammâm Hassân: al-Lughah al-
‘Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ dan al-Khulâshah al-Nahwiyyah;
3. Elaborasi kontekstual mengenai implikasi semantik dari pemikiran nahwu
Tammâm Hassân terhadap penggunaan bahasa Arab kontemporer. Penelitian ini sangat signifikan bagi pengembangan wacana bahasa Arab
kontemporer, terutama mengenai pola struktur kalimat yang sedikit banyak dipengaruhi oleh Bahasa Inggris. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai
bahan pemikiran dan evaluasi dalam rangka pengembangan materi ajar nahwu, yang hingga saat ini tenses dalam bahasa Arab belum mendapat apresiasi dalam kurikulum
dan silabi nahwu. Pemahaman terhadap konsep tenses dalam bahasa Arab juga memudahkan pengkaji teks naskah bahasa Arab kontemporer yang relatif banyak
dihiasi oleh struktur kalimat yang mengandung tenses. Signifikansi penelitian ini juga sekaligus memberikan bukti bahwa ilmu nahwu itu tidak statis, tetapi dinamis.
6 Hanya saja dinamika perkembangan dan pengembangan nahwu sangat dipengaruhi
dan ditentukan oleh pengkajinya yang kritis dan kreatif seperti Tammâm Hassân.
D. Kerangka Teori 1. Konsep
Fi’l Verba
Fi’l verba, kata kerja adalah kata yang menunjukkan suatu makna peristiwa yang disertai dengan salah satu dari tiga konsep kala waktu: masa lampau,
sekarang, dan mendatang.
8
Fi’l merupakan unsur atau sendi penting dalam pengekspresian kalimat bahasa Arab sekaligus merupakan faktor paling kuatpenting
ahamm ‘âmil yang mempengaruhi unsur-unsur kalimat.
9
Keberadaan fi‘l dalam kalimat memungkinkan adalah
fâ’il pelaku, subyek, maf’ûl bih obyek, maf’ûl fih atau zharaf zamân keterangan waktu, hâl keadaan, dan sebagainya.
Fi’l dalam bahasa Arab dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Menurut shîghat dan zaman,
fi’l dibagi menjadi tiga, yaitu: fi’l mâdli, fi’l mudlâri’, dan
fi’l al-amr. Dari segi asalnya, fi’l dikelompokkan menjadi dua, yaitu: al-fi’l al- mujarrad verba yang masih asli, belum berimbuhan dan al-
fi’l al-mazîd verba berimbuhan. Dari segi kelengkapan pelaku dan tidaknya,
fi’l dibagi menjadi dua, yaitu: al-fi
’l al-tâmm dan al-fi’l al-nâqish. Menurut ada tidaknya huruf ‘illat, fi’l dikategorikan menjadi al-
fi’l al-shahîh dan al-fi’l al-mu’tall. Sedangkan menurut ada tidaknya perubahan,
fi’l dibagi menjadi al-fi’l al-mu’rab dan al-fi’l al-mabnî. Dari segi ada tidaknya penguat,
fi’l dikelompokkan menjadi al-fi’l al-Mu’akkad dan al-fi’l ghair al-
mu’akkad. Dan dari segi peristiwa al-hadats, fi’l dibedakan antara al-fi’l al-haqîqî dan al-
fi’l al-lafzhî.
10
Selain itu, dari segi perlu tidaknya obyek, fi’l dibagi
menjadi dua: fi’l lâzim intransitif dan fi’l muta’addi transitif.
Konsep kala waktu pada fi’l –yang dengannya fi’l berbeda dari ism kata
benda yang tidak mengandung makna tala-- bukan semata-mata karena bentuk lafazh
fi’l itu sendiri, melainkan karena posisi maqâm dan konteksnya dalam
8
‗Abd al-Ghanî al-Daqar, Mu’jam al-Qawâ’id al-‘Arabiyyah fi al-Nahwi wa al-Sharf wa Dzuyyila bi al-
Imlâ’, Damaskus: Dâr al-Qalam, 2001, Cet. III, h. 358-9.
9
Ibrâhîm al- Sâmirrâ‘î, al-Fi’l Zamânuhu wa Abniyatuhu, Beirût: Mu‘assasah al-Risâlah,
1983, Cet. III, h. 15.
10
George M. Abdul Masih dan Hani George Tabri, al- Khalîl: Mu’jam Mushthalahât al-Nahwi
al- ‘Arabî, Beirût: Maktabah Lubnân, 1990, Cet. I, h. 306.
7 kalimat yang dapat dipahami untuk masa lampu, sekarang, atau mendatang
11
. Misalnya saja kata
َحَتَ ف
tidak secara langsung dapat diartika n ―telah membuka‖. Kata
ini baru berarti ―telah membuka‖ jika diletakkan dalam struktur yang mengindikasikan hal itu, seperti:
سمأا حابص بابلا دمحأ حتف
[Ahmad telah membuka pintu kemarin pagi].
Selain itu, berbeda pendapat dengan aliran Bashrah, para tokoh nahwu aliran Kûfah merumuskan konsep tala dengan istilah: mâdli past, mustaqbal future, dan
dâim continous, konstan. Namun yang dimaksud dengan dâim oleh mereka adalah ism fâ
’il yang memerlukan obyek. Bahkan ism fâ’il itu sendiri disebut juga dengan fi’l dâim
مئاد لعف
karena bentuk ini dapat dialihkan pemaknaannya kepada al-hâl present dan al-mustaqbal future.
12
2. Tenses dalam Bahasa Arab
Tenses dalam bahasa Arab terkait dengan jumlah fi’liyyah kalimat verbal
atau jumlah ismiyyah kalimat nominal yang presiketnya berupa kata kerja. Dengan kata lain, tenses inhern dengan kalimat yang di dalamnya terdapat kata kerja. Selain
itu, konsep tenses tidak dapat dipisahkan dari zharaf zamân kata keterangan waktu dan partikel lain yang menunjukkan salah satu dari ketiga tala tersebut. Berikut ini
adalah zharaf zamân
13
yang menunjukkan tala dimaksud.
لبقتسملا نمزلا لاحلا رضاحلا نمزلا
يضاملا نمزلا مقرلا
دغلا دعب ،ادغ ايلاح ،مويلا ،نآا
سمأ لبق ،سمأاب ،سمأ 1
نحا دعب ،ليلق دعب نحا اذه ،ةعاسلا ذه
نحا لبق ،ليلق لبق ...
2 عوبسأا
- ،يآا رهشلا
دْقِعلا ،ةمداقلا ة سلا –
قلا نر
لبقما عوبسأا اذه
- ذه ،رهشلا
دْقِعلا اذه ،ة سلا –
نرقلا احا ...عوبسأا وأ
عوبسأا -
ة سلا ،يضاما رهشلا دْقِعلا ،ةيضاما
– يضاما نرقلا
3
...دغلا حابص ،دغلا ةليل ،اراه ،احابص ،ليللا اذه ،ايل
ءاسم ،ارهظ ...سمأا حابص ،ةحرابلا
4
ةلبقما مايأا يآا رصعلا ،
،ةرخأا مايأا ذه ،ةنوآا ... ذ م ،نامز ذ م
5
11
Mushthafâ Jamâl al- Dîn, ―Ra‘y fi Taqsîm al-Kalimat‖, dalam www.islamonline.net, diakses
pada 25 Oktober 2006.
12
Ibrâhîm al- Sâmirrâ‘î, al-Fi’l Zamânuhu…, h. 21.
13
Mushthafâ al-Ghalayainî, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, Juz III, Beirût: al-Maktabah al-
‗Ashriyyah, 1984, Cet. XIII, h. 44-53.
8
رضاحا رصعلا
Sedangkan, adawât yang menjadi penunjuk tala dan menyertai jumlah yang bertenses adalah:
دقل ،دق
untuk masa lampau; sedangkan
فوس .. َس
untuk masa mendatang. Tidak ada adât partikel untuk masa kini sekarang secara spesifik;
masa kini hanya ditunjukkan oleh fi’l al-mudlâri’ dan zharaf zamân yang relevan.
Aplikasi dari konsep tala dan penggunaan partikel dalam penyusunan kalimat yang selama ini dirumuskan dalam buku-buku nahwu, dan belum diberikan istilah
tenses yang jelas, dapat diberikan contoh-contoh sebagai berikut:
لبقتسملا نمزلا رضاحلا وأ يلاحلا نمزلا
يضاملا نمزلا دغلا دعب ةرهاقلا إ بلاطلا رفاسي
ناضمر مايص نوملسما موصي ة يدما إ ةكم نم ي لا رجاه
ناحتماا ي بلاطلا حج ي فوس .ةلبقما ة سلا ي
ةليل لك نآرقلا باطلا أرقي ة سلا ي ةكم إ يأ رفاس دق
ةيضاما تيس
دغلا دعب ةيبرعلا ةغللا يخأ ملع ايلاح ةيبرعلا ةغللا يخأ ملعتي
ىح ةيبرعلا ةغللا ملعتي يخأ ناك نآا
عوبسأا ي ةيبرعلا ذيملتلا ملعتيس مداقلا
مويلا ةيبرعلا ذيملتلا ملعتي ةيبرعلا ملعتي ذيملتلا لازام
Dari kerangka teori ithâr nazharî tersebut, dapat ditegaskan bahwa secara faktual tenses sudah menjadi bagian dari bahasa Arab al-
Qur‘an, bahasa Arab klasik maupun kontemporer. Hanya saja konsepnya belum dirumuskan secara jelas, karena
para ulama nahwu selama ini cenderung melihat bentuk fi’l sebagai konsep sharaf,
dan tidak melihatnya dari perspektif nahwu dan semantik. Penelusuran terhadap berbagai buku nahwu yang ada, seperti al-Jumal fi al-Nahwi karya al-Khalîl ibn
Ahmad 100-170 H, al-Kitâb karya Sîbawaih w. 180 H, al-Muqtadlab karya al- Mubarrid 210-285 H, al-
Luma’ fi al-Lughah al-‘Arabiyyah karya Ibn Jinnî 321- 392 H, Alfiyyah karya Ibn Mâlik 600-672 H, Qathr al-Nada fi Ball al-Shada karya
Ibn Hisyâm al-Ansharî 708-761 H hingga Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah karya
Mushtafâ al-Ghalayaini, al-Kamil fi al-Nahwi wa al-Sharfi wa al- I’râb karya Ahmad
Qabasy, al- Marji’ fi al-Lughah al-‘Arabiyyah Nahwihâ wa Sharfihâ karya ‗Alî
Ridlâ, al- Qawâ’id al-‘Arabiyyah al-Jadîdah karya Ilyâs Dîb, dan al-Nahwu al-
9 Wâdlih
karya ‗Alî Jârim dan Mushthafâ Amîn, membuktikan bahwa konsep tenses dalam bahasa Arab kontemporer belum diformulasikan sedemikian rupa seperti yang
terdapat dalam al-Lughah al- ‘Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ karya Tammâm
Hassân. Fakta lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa istilah tenses lebih me
rupakan ―ciri khas‖ gramatika bahasa Inggris daripada bahasa Arab. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa konsep tenses tidak dimiliki oleh bahasa Arab.
3. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang konsep tenses dalam bahasa Arab relatif belum banyak dilakukan. Satu-satunya karya hasil kajian yang membahas tentang tenses, meskipun
topiknya mengenai fi’l, adalah
وحنلاو فيرصتلا نيب ُلُعْفَ يو َلَعَ ف
karya Mushtafâ al- Nuhâs. Rumusan tenses dalam karya ini juga sama persis dengan karya gurunya,
Tammâm Hassân, al-Lughah al- ‘Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ.
Adapun penelitian mengenai pemikiran linguistik Tammâm Hassân relatif sudah banyak dilakukan. Ah
mad ‗Ilm al-Dîn al-Jundî, salah seorang anggota Lembaga Bahasa Arab di Kairo, menulis artikel tentang ―Min Qadlâya al-Fikr al-
Ushûlî wa Atsarihi fi Taisîr al-Nahwi al- ‘Arabî Beberapa Persoalan Pemikiran
Ushûl al-Nahwi dan Pengaruhnya terhadap Pemudahan Nahwu 2002. Kajian ini difokuskan pada upaya menghadirkan landasan epistemologis berdasarkan khazanah
intelektual Arab dalam bentuk al-nahwu al- ta’lîmi nahwu untuk pembelajaran,
sebagai alternatif dari al-nahwu al- ‘ilmî nahwu sebagai ilmu.
14
Selanjutnya, Husâm Tammâm juga menulis sebuah kajian mengenai profil Tammâm H
assân berjudul: ―Tammâm Hassân… Mujaddid al-‘Arabiyyah‖. Menurutnya, ia layak diposisikan sebagai pembaharu bahasa Arab karena beberapa
alasan. Pertama, Tammâm dianggap sebagai pakar bahasa Arab pertama yang mengkaji
mu’jam kamus, ensiklopedi sebagai sebuah sistem linguistik integralistik yang dipertautkan oleh berbagai interkoneksi, bukan sekedar koleksi kosakata.
Kedua, ia juga dianggap ―berani‖ berbeda pendapat dengan aliran Bashrah dan
Kûfah mengenai asal isytiqâq derivasi. Jika aliran Bashrah berpendapat bahwa ―mashdar” infinitive itu sebagai akar kata, sedangkan aliran Kûfah berpendapat
bahwa akar kata itu fi’l mâdli, maka menurunya, akar itu adalah tiga huruf dominan
14
Ah mad ‗Ilm al-Dîn al-Jundî, ―Min Qadlâya al-Fikr al-Ushûlî wa Atsaruhi fi Taisir al-Nahwi
al- ‗Arabî‖ dalam ‗Abd al-Rahmân Husn al-‗Ârif Ed., Tammâm Hassân..., h. 37-45.
10 dari suatu kata:
fâ’, ‘ain, dan lâm. Ketiga, ia juga mengkritisi pembagian kata dalam bahasa Arab. Selama ini ulama nahwu hingga abad 20 masih cenderung mengikuti
pembagian lama, yaitu: ism, fi’l, dan harf; sementara itu, berdasarkan prinsip ma’na
dan mabna, ia mengklasifikasikannya menjadi tujuh, yaitu: ism, fi’l, shifat, zharaf,
dlamîr, khâlifah, dan harf.
15
Selain itu, Muhammad Shalâhuddin al- Syarîf menulis tentang ―al-Nizhâm al-
Lughawî Baina al-Syakl wa al- Ma’na min Khilal Kitâb Tammâm Hassân: al-
Lughah al- ‘Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ‖ yang dimuat dalam jurnal al-Jami’ah
al-Tunisiyyah 1979. Sa‘d Mashlûh juga meneliti pemikiran Nahwu Tammâm
Hassân dalam artikelnya yang dimuat dalam Jurnal Fakultas Adab Universitas Cairo, yang berjudul: ―al-Mazhhab al-Nahwî ‘inda Tammâm Hassân min Nahwi al-Jumlah
ila Nahwi al- Nashsh” 1999. Beberapa penelitian itu menunjukkan bahwa
pemikiran nahwu Tammâm Hassân cukup menarik perhatian banyak kalangan. Dan sejauh ini, pemikiran nahwunya mengenai tenses belum diteliti secara memadai.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian teks. Yang diteliti adalah teks yang berisi hasil pemikiran Tammâm Hassân di bidang gramatika bahasa Arab. Sumber primer
penelitian ini adalah dua karyanya: al-Lughah al- ‘Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ
dan al-Khulâshah al-Nahwiyyah. Pendekatan yang digunakan dalam memahami dan memaknai pemikirannya mengenai tenses adalah pendekatan kualitatif. Subyek
peneliti merupakan ―instrumen‖ yang berinteraksi langsung dengan ―wacana teks‖ yang ditelitinya. Teks diperlakukan sebagai sebuah sistem aktual actual system
yang berkaitan dengan strategi murtakazât, ekspektasi tawaqqu’ât, dan
pengetahuan ma’ârif kebahasaaraban. Ia hadir dalam konteks situasi tertentu
bahasa Arab kontemporer atau mauqif al-siyâq dan mengandung struktur internal
berupa koteks co-text atau siyâq al-binyah.
16
Data penelitian ini dikumpulkan melalui studi teks literatur dan akses internet dengan keyword: al-zaman al-nahwî, al-
fi’l, dan Tammâm Hassan melalui proses
15
H usâm Tammâm, ―Tammâm Hassân…Mujaddid al-‗Arabiyyah‖, diakses dari
www.islamonline.net melalui situs Google, pada 30 April 2006.
16
Robert de Beaugrande, al-Nashsh wa al-Khithâb, wa al- Ijrâ’, Terj. dari Text, Discourse, and
Process toward a Multidiciplinary Science of Texts oleh Tammâm H assân, Kairo: ‗Âlam al-Kutub,
1998, h. 89-91.
11 pembacaan ulang, pemahaman versetehen, kategorisasi, dan sistematisasi.
Pembacaan teks dari dua karya tersebut difokuskan pada topik bahasan mengenai al- zaman nahwî tenses. Analisis yang digunakan dalam memahami data bibliografis
penelitian ini adalah analisis linguistik dan analisis wacana tahlîl al-khithâb. Prosedur analisis linguistik al-tahlîl al-lughawî ditempuh melalui langkah-langkah
berikut: 1. Penentuan area ruang lingkup topik penelitian: teks yang berisi wacana
mengenai al-jumal al- ‘Arabiyyah al-lati tatadlamman al-zaman al-nahwi
kalimat Arab yang mengandung tenses; 2. Pemahaman terhadap al-
‘alâqat baina al-kalimât fi al-jumal interkoneksi antar kata dalam kalimat;
3. Penentuan ragam al- qarâ’in relasi penyerta pada struktur kalimat;
4. Pemahaman siyâq al-kalâm konteks pembicaraan; 5. Interpretasi terhadap al-
ma’ânî al-wadlîfiyyah al-nahwiyyah makna fungsi- onal gramatikal;
6. Penyimpulan dan formulasi al-zaman al-nahwi tenses.
17
Sedangkan analisis wacana digunakan untuk mengungkap isi teks, tetapi juga untuk memahami bagaimana teks itu dibuat dimunculkan, karena teks bukan
merupakan sesuatu yang datang dari langit, juga bukan ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi, teks dibentuk oleh praktik wacana, berupa kognisi sosial dan konteks
yang melingkupinya. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan [tentang tenses], analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari
suatu teks.
18
Dan untuk pengayaan konseptualisasi tenses, konsep tenses dalam bahasa Inggris juga dijadikan sebagai perbandingan.
Penelitian ini dilandasi oleh sebuah asumsi dasar bahwa konsep tenses terdapat dalam bahasa Arab. Formulasi konsep ini dimatangkan oleh Tammâm
Hassân berdasarkan kerangka teoritis yang berakar dari warisan khazanah intelektual Arab yang dipadukan dengan sistem linguistik modern. Konsep tenses dalam bahasa
Arab kontemporer relevan untuk pengembangan dan pengayaan materi ilmu nahwu.
17
Khalîl Ah mad ‗Amâyirah, Fi al-Tahlil al-Lughawi: Manhaj Washfî Tahlîlî, al-Zarqâ‘:
Maktabah al-Manâr, 1987, Cet. I, h. 83.
18
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LkiS, 2001, Cet. I, h.xv dan 222.
12 Dan konsep ini mempunyai implikasi semantik yang signifikan, baik untuk
pengembangan empat keterampilan berbahasa maupun untuk studi naskah dan proses penerjemahan dari dan ke dalam bahasa Arab.
F. Hasil Penelitian dan Analisis 1. Biografi Intelektual Tammâm Hassân