Pengembangan Model Desain Kemasan Minuman Ringan Berbasis Kansei Engineering

PENGEMBANGAN MODEL DESAIN KEMASAN MINUMAN
RINGAN BERBASIS KANSEI ENGINEERING

AZRIFIRWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pengembangan Model
Desain Kemasan Minuman Ringan Berbasis Kansei Engineering adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2017
Azrifirwan
NIM F361114011

RINGKASAN
AZRIFIRWAN. Pengembangan Model Desain Kemasan Minuman Ringan
Berbasis Kansei Engineering. Dibimbing oleh Taufik Djatna, M.Syamsul Ma’arif,
Mirwan Ushada dan Endang Warsiki.
Industri minuman ringan (ready to drink, RTD) minuman teh kemasan botol
saat ini mengalami volume penjualan yang signifikan sesuai dengan pertumbuhan
penduduk dan daya beli konsumen. Salah satu upaya agar produk tetap diminati
oleh konsumen dan memiliki daya tarik adalah inovasi desain kemasan. Daya tarik
desain kemasan adalah kombinasi antara elemen visual dan elemen struktur, yaitu
dapat mempengaruhi ekspektasi, persepsi dan kesukaan konsumen terhadap RTD.
Kompleksitasnya adalah ketika produsen mengeluarkan produk dengan format baru,
memiliki varian rasa dan perubahan visual kemasan produk. Karakteristik desain
kemasan botol harus memperhitungkan kombinasi dan proporsional antara elemen
warna, tulisan, gambar dan juga bentuk kemasan untuk memenuhi aspek ergonomik.
Kombinasi pada elemen desain akan membuat konsumen memiliki kata-kata
ekspresi sendiri untuk menggambarkan preferensi-persepsi mereka. Permasalahannya adalah proses desain kemasan saat ini cenderung kepada persepsi dan intuisi

desainer, tidak menggunakan teknik terukur yang dapat mengetahui persepsi konsumen serta memerlukan waktu lama. Relasi persepsi konsumen dengan elemen
desain tidak mudah untuk dilakukan, di mana memerlukan pemahaman terhadap
deskripsi semantik dan deskripsi atribut-variabel. Berdasarkan hal ini, dibutuhkan
sebuah pengembangan model desain kemasan yang mampu merepresentasikan
hubungan kompleks antara persepsi konsumen dan elemen-elemen desain. Model
yang dikembangkan diharapkan dapat menjadi pengetahuan, dan sebagai salah satu
metoda untuk menghasilkan desain kemasan inovasi. Selain itu model ini juga akan
menyederhanakan proses diagnosis kompleks menjadi lebih sederhana.
Tujuan penelitian ini berdasarkan penjelasan diatas adalah mengembangkan
model untuk desain kemasan RTD berbasis kepada Kansei Engineering dengan
menggunakan teknik data mining. Submodel pertama adalah membuat analisis
sistem dengan menggunakan metode Business Process Model and Notation
(BPMN) untuk mengetahui alur proses desain kemasan minuman ringan. Analisis
sistem menjelaskan bagaimana menghasilkan ide (idea generation), konsep desain
(concept generation), seleksi konsep (concept selection). Pemodelan proses bisnis
mendefinisikan aktor yang terlibat, menjelaskan interaksi antar aktor, dan
mengilustrasikan proses pengiriman data. Keluaran dari pemodelan proses bisnis
ini adalah pemahaman pengembangan desain kemasan RTD berbasis Kansei
Engineering (KE).
Submodel kedua adalah ekstraksi kata kunci dengan menggunakan metode

analisis wacana. Analisa wacana dengan menggunakan ekstraksi kata kunci dan
pemetaan pesan telah menghasilkan kumpulan kata-kata, yang didefinisikan
sebagai kata Kansei partisipan (konsumen). Hasil penelitian didapatkan bahwa
partisipan mampu menganalisis fungsionalitas, kegunaan dan memberikan
perhatian aspek ergonomi (human factor) terhadap desain kemasan RTD. Keluaran
analisis wacana adalah kata Kansei yang digunakan sebagai materi kuesioner, pada
submodel ketiga.

Submodel ketiga adalah reduksi dimensi kata Kansei dengan menggunakan
metode Principle Component Analysis. Pada tahap ini kuisioner digunakan untuk
menilai elemen desain minuman teh kemasan dengan menggunakan metode
semantic differential. Hasil reduksi data didapatkan dua kata Kansei yaitu eyecatching dan serius. Pada pemetaan kata Kansei dan elemen desain, konsumen
dapat mengidentifikasi elemen visual desain minuman teh dalam kemasan botol
seperti warna, tulisan, gambar, label, dan bentuk kemasan. Kata Kansei eyecatching dan serius digunakan sebagai atribut keputusan pada kaidah keputusan.
Submodel keempat adalah penyusunan kaidah keputusan dengan
menggunakan metode Bayesian Rough Set. Kaidah keputusan telah berhasil
mendefinisikan logika if-then antara atribut keputusan dan elemen-subelemen
visual dan struktur. Kata Kansei serius dicirikan oleh kombinasi tulisan teks produk
yang tidak legible, ukuran huruf kecil, warna tunggal pada teks, warna label
dominan cokelat, hitam, hijau dan tidak ada ilustrasi gambar. Kata Kansei eyecatching dipersepsikan oleh konsumen dengan kombinasi antara atribut desain

berupa ketajaman warna, tulisan teks, ukuran teks, warna teks dan warna label
dominan seperti cokelat, merah, hijau, putih, dan terdapat ilustrasi air. Suatu botol
RTD disebut ergonomis jika terdapat elemen struktur seperti tinggi botol, lengkung,
tutup botol dan diameter dasar botol.
Pengembangan model desain elemen pada kemasan minuman teh dapat
menjadi referensi untuk inovasi desain kemasan. Penelitian ini dapat memberi nilai
tambah untuk pengembangan desain kemasan bagi industri dan UMKM untuk
membuat desain yang menarik perhatian konsumen.
Kata kunci: analisis wacana, elemen desain, Kansei, kaidah keputusan, kemasan

SUMMARY
AZRIFIRWAN. Model Development of Ready to Drink Packaging Design based
on Kansei Engineering. Supervised by Taufik Djatna, M.Syamsul Ma’arif, Mirwan
Ushada dan Endang Warsiki.
Ready to drink, RTD, especially tea beverages bottled currently are
experiencing significant sales competition in accordance with the growth of
consumer purchasing potential. One of the efforts to keep consumers attractiveness
and interested is through the innovative packaging design. The magnetism of the
packaging design was a combination of visual and structural elements which can
influence the consumers expectations, perceptions, and preferences towards RTD.

Complexity of the design is when the manufacturers release new products which
has flavors and visual changes to package of product. Bottle packaging design
should take into account the combination and the proportion between the elements
of color, text, images and also shape of the packaging to meets the ergonomic
aspects.
The combination of design elements have made consumers posses their own
expressions words to describe their perceptions preference. The problem was
existing packaging design nowdays tends only depend on perception and intuition
of the designers, nevertheless it do not use a scalable technique to determine
consumer perceptions. This technique off course took longer time. However, to
attempt consumer perceptions in its relationship with design elements is not so easy
to be carried out, since it requires an understanding of semantic and attributevariable . It is therefore, it needs a packaging design model which is able to
represent the complex relationship between consumer perception and design
elements. Thus, this developed model can be acknowledged and referenced as a
method to produce innovative packaging design especially for RTD as well as
simplify the complexicity of process of package designing.
The purpose of this study was to develop a model for RTD-packaging design
basen on Kansei Engineering using data mining techniques. The first sub-model
was attempting to produce system analysis using BPMN (Business Process Model
and Notation) in order to determine the design process flow of the tea drinks bottle.

This system explained how to generate the idea and design concept as well as
concept selection. The business processes model defined actors who involve in the
packaging design process and explained the interaction among the actors that was
an illustration of data transmission. The output of sub model was an understanding
of development packaging design based Kansei Engineering (KE).
The second sub-model was the extraction of keywords by using discourse
analysis. Discourse analysis using keyword extraction and message mapping has
obtained a collection of words, which was defined as participants (consumers)
Kansei word. The results showed that participants were able to analyze the
functionality, usability and gave attention to the ergonomic aspects (human factor)
to the RTD packaging design. The output discourse analysis was a word that was
used as the material to Kansei questionnaire on the third sub-model.
The third sub-model was dimension reduction of the Kansei words using
Principle Component Analysis. At this stage, a questionnaire was used to assess the
design elements of tea drink using semantic differential. The result was obtained

two Kansei words i.e eye-catching and serious as word to be use as key word for
RTD bottle design. In mapping Kansei words and design elements, consumers
could identify the elements of visual design at tea drinks in bottles i.e color, text,
images, labels, and packaging aspects. Eye-catching and serious as the Kansei word

then they were used as attributes to decision rules – making for the next step.
The fourth sub-model was decision rules making by using Bayesian Rough
Set using Kansei words obtaining for the previous step. The rule has defined
successfully if-then logic between attributes and elements of decision-visual and
structures. Kansei words serious was characterized by a combination un-legible
text written in the propduct, small font size, a single color of the text, label color
dominant of brown, black, green and no illustrations. Kansei words eye-catching
was perceived by consumers, namely the combination of design attributes i.e color
sharpness, text writing, text size, text color and the dominant colors such as brown,
red, green and white and has illustration water. A product called ergonomic if there
were structural elements such as height bottles, curved, proposional lower part and
diameter of the bottom bottle. The decision rule resulted on components of design
elements that was usefull for expressing the bottle design.
The development of design model on the packaging of tea drinks has
benefecial as a reference for innovative packaging design. This study can provide
value to the development of packaging designs for industry and SMEs to create
such product packaging that has high attractiveness for the consumers.
Keywords: discourse analysis, design elements, decision rules, packaging

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGEMBANGAN MODEL DESAIN KEMASAN MINUMAN
RINGAN BERBASIS KANSEI ENGINEERING

AZRIFIRWAN

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji pada Ujian Tertutup: Prof Dr Ir Rizal Syarief Sjaiful, DESS
Dr Ir Sugiarto, MS
Penguji pada Sidang Promosi:Prof Dr Ir Rizal Syarief Sjaiful, DESS
Dr Ir Sugiarto, MS

PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil alamin, penulis mengucapkan, puji dan syukur kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga disertasi ini dapat
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pengembangan Model
Desain Kemasan Minuman Ringan Berbasis Kansei Engineering. Model ini diperlukan untuk pengembangan desain produk pada bidang sistem agroindustri.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eng Ir Taufik Djatna MSi,
Prof Dr Ir M Syamsul Ma’arif MEng Dipl DEA, Dr Mirwan Ushada STP MAppLife
Sc dan Dr Endang Warsiki STP MSi yang dengan sabar telah banyak membimbing,
memberikan masukan dan saran dalam pelaksanaan penelitian sampai kepada
penyusunan disertasi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof Dr Ir Rizal Syarief Sjaiful, DESS dan Dr Ir Sugiarto, MS masing-masing

sebagai penguji luar komisi pada sidang tertutup dan sidang promosi doktor.
Penghargaan juga diberikan kepada Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan
dan Sekretaris Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Dekan dan Wakil
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Ketua dan Sekretaris Program Studi
Teknologi Industri Pertanian yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan Doktor di IPB. Terima kasih yang tulus juga penulis
sampaikan kepada seluruh staf pengajar PS TIP untuk ilmu dan wawasan yang
diberikan, dan staf pengelola dilingkungan PSTIP untuk pelayanan selama
penyelesaian studi. Penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Rektor
Universitas Andalas, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian serta Ketua Jurusan
Teknologi Pertanian Universitas Andalas. Ucapan terima kasih juga kepada
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia atas
beasiswa dan bantuan dana penelitian.
Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman angkatan 2011, rekan
rekan mahasiswa Pascasarjana PSTIP, mahasiswa bimbingan grup Sensei, terutama
Arif, Hadi, Deni, Rino, Rahmah, Dr. Nurhayati dan Dr Iwan Aang, Sahabat baik
serta rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana IPB asal Sumatera Barat.
Penghargaan yang terhingga penulis sampaikan kepada ibunda Ir Zuraida
Zuki, istri tercinta Dedek Sri Aulia, SP serta adik-adik Dr Azrifitria Apt, Dr
Azrikusumadewi SP,MSi dan Dr Azrimaidaliza SKM, MSi yang telah memberikan

doa, dukungan moril dan materil untuk penyelesaian studi ini. Serta ucapan terima
kasih kepada keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat dan doa.
Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak disebutkan satu persatu,
tidak lupa diucapkan terima kasih, semoga Allah SWT memberikan pahala atas
kebaikan dan bantuan bapak, ibu, saudara/i. Akhir kata, semoga disertasi ini
memberi manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan
Bogor, Februari 2017
Azrifirwan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

DAFTAR ISTILAH

vi

1 PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
Tinjauan Kebaruan
4
Sistematika Penulisan
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
6
Analisis Desain Kemasan Minuman Teh Kemasan Botol Berbasis Persepsi
Konsumen
6
Pengembangan Produk Berbasis Sistem Rekayasa Kansei
9
Text Mining dan Discourse Analysis
11
Konseptual Kaidah Keputusan (Decision Rule)
13
Posisi Penelitian
15
3 METODE PENELITIAN
16
Kerangka Umum Penelitian
16
Prosedur Penelitian
16
Perancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis
16
Konfigurasi Program
19
4 BUSINESS PROCESS MODEL UNTUK PROSES DESAIN KEMASAN
BOTOL MINUMAN TEH BERBASIS REKAYASA KANSEI
20
Pendahuluan
20
Metode
22
Hasil dan Pembahasan
26
Simpulan dan Saran
37
5 ANALISIS WACANA UNTUK MEMPEROLEH KATA-KATA KANSEI
PADA DESAIN ELEMEN KEMASAN BOTOL MINUMAN TEH
38
Pendahuluan
38
Metode
40
Hasil dan Pembahasan
46
Simpulan dan Saran
54
6 REDUKSI KATA KANSEI DAN PEMETAAN DESAIN ELEMEN
KEMASAN BOTOL MINUMAN TEH
55
Pendahuluan
55
Metode
57
Hasil dan Pembahasan
61

Simpulan dan Saran
7 KONSTRUKSI KAIDAH KEPUTUSAN UNTUK DESAIN ELEMEN
KEMASAN BOTOL MINUMAN TEH
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan dan Saran
8 PEMBAHASAN UMUM PENGEMBANGAN DESAIN KEMASAN
BERBASIS KANSEI ENGINEERING: STUDI KASUS MINUMAN TEH
KEMASAN BOTOL
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
SImpulan dan Saran
9 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

71

100
100
101
102
105
107
107
108

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

109
115
165

72
72
74
80
99

DAFTAR TABEL
2.1 Pertumbuhan volume berbagai jenis minuman ringan 2002-2007
2.2 Proyeksi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
(x1000)
2.3 Ulasan perkembangan penelitian Kansei Engineering
4.1 Stakeholder dan peran masing-masing pada proses bisnis desain
kemasan minuman ringan RTD
4.2 Input, proses, dan output pada sistem desain kemasan minuman
ringan RTD
5.1 Format pertanyaan FGD
5.2 Hasil percakapan dalam bentuk teks pada FGD 1
5.3 Ekspresi kebutuhan konsumen untuk desain RTD minuman teh
kemasan botol
5.4 Hasil tokenizing dengan komputasi aplikasi berbasis Java
5.4 Kata Kansei hasil perhitungan KEE
5.5 Hasil perhitungan centrality dan novelty pada diskusi 1
6.1 Data rata-rata penilaian semantic differential
6.2 Matriks covariance
6.3 Nilai eigenvalue
6.4 Nilai eigenvector
6.5 Nilai principle component loading
6.6 Interpretasi kata Kansei pada Principle Component 1
7.1 Format kuesioner elemen desain dan sub elemen desain
7.2 Sistem informasi data evaluasi
7.3 Matrik keputusan
7.4 Penilaian responden untuk sub elemen desain tipografi dan warna
7.5 Hasil attribute selection elemen desain tipografi
7.6 Hasil seleksi atribut sub-elemen desain warna
7.7 Hasil seleksi atribut sub-elemen desain image
7.8 Hasil seleksi atribut sub-elemen desain struktur
7.9 Karakteristik sub elemen desain
7.10 Tabulasi produk hasil pengelompokkan
7.11 Karakteristik sub elemen dan variabel desain minuman teh
kemasan botol
7.12 Elemen desain dan sub elemen (variabel)
7.13 Hasil perhitungan region positif, negatif dan boundary
7.14 Approximated decision classes Kansei Serius dengan nilai
beta = 0.2
7.15 Approximated decision classes Kansei Eyecathing dengan
nilai beta = 0.2
7.16 Discernibility matrik dengan rujukan approximate region
untuk atribut keputusan Serius
7.17 Discernibility matrik dengan rujukan approximate region
untuk atribut keputusan Eyecathing
7.18 Produk dan jumlah kaidah keputusan kata Kansei Serius
7.19 Kaidah keputusan kata Kansei Serius
7.20 Kaidah keputusan untuk kata Kansei Serius produk {Liang Cha,

6
7
10
25
27
46
47
48
49
51
52
62
63
64
64
66
67
75
77
79
81
81
81
81
82
83
84
85
85
86
87
88
89
89
90
91

Fruit Tea Apel, Teh Botol Sosro}
7.21 Produk dan jumlah kaidah keputusan kata Kansei Eyecathing
7.22 Kaidah keputusan kata Kansei Eyecathing
7.23 Elemen struktur desain
7.24 Kaidah keputusan struktur elemen desain

92
93
94
95
96

DAFTAR GAMBAR
2.1 Diagram Venn interaksi text mining dan enam bidang ilmu terkait
(Miner et al. 2012)
2.2 Posisi penelitian dari resume studi pustaka
3.1 Diagram alir kerangka penelitian
3.2 Diagram alir prosedur penelitian
3.3 Aliran proses pembuatan program
4.1 Alur tahapan permodelan proses bisnis desain kemasan RTD berbasis
Kansei engineering
4.2 Konstruksi entitas sistem (Wasson 2006)
4.3 Notasi pada BPMN 2.0 (Sumber Sybase 2012)
4.4 Aliran sup-model untuk pengembangan elemen desain kemasan RTD
4.5 Fragmen diagram BPMN preferensi pasar
4.6 Fragmen diagram BPMN preferensi pasar (lanjutan)
4.7 Fragmen diagram BPMN rekayasa desain kemasan
4.8 Fragmen diagram BPMN elemen desain dan pembuatan kuesioner
4.9 Fragmen diagram BPMN pre-processing audio voice
4.10 Fragmen diagram BPMN ekstraksi kata
4.11 Fragmen diagram BPMN pembuatan kuesioner semantic differential
4.12 Fragmen diagram BPMN pengisian kuesioner
4.13 Fragmen diagram BPMN pengklasteran kata dan kaidah keputusan
4.14 Fragmen diagram BPMN perancangan grafis visual 3D
4.15 Fragmen diagram BPMN validasi visual virtual
5.1 Diagram alir penelitian analisis wacana
5.2. Peta fitur pesan
5.3 Hasil Tokenizing dengan bantuan komputasi aplikasi berbasis java
5.4 Hasil filtering kata
5.5 Hasil KEE
5.6 Pesan topic trigger dan potential change minuman teh favorit
5.7 Peta pesan topic trigger evaluasi desain
6.1 Produk sampel bahan penelitian desain kemasan botol minuman teh
untuk pengambilan diskusi grup terfokus
6.2 Ilustrasi set data
6.3 Hasil plot eigenvalue
6.5 Plot kata Kansei pada Principle Component Loading (PC1)
dan (PC2)
6.6 Plot produk minuman teh dalam botol pada Principle Component
Loading (PC1) dan (PC2)
7.1 Diagram alir penelitian kaidah keputusan
7.2 Hasil pengelompokkan produk berdasarkan warna dan image

12
15
17
18
19
23
23
25
28
28
30
31
31
32
32
33
33
34
35
36
41
45
49
50
51
53
53
58
59
65
68
69
75
82

7.3 Elemen dan subelemen struktur botol minuman teh
7.4 Model desain kemasan botol
7.4 Model desain kemasan botol (Lanjutan)
7.5 Model inovasi desain kemasan botol hasil kaidah keputusan

95
97
98
98

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kata Kansei hasil KEE
2. Format kuisioner
3. Data hasil semantic differential skala -3 sampai dengan 3
4. Aliran Proses Program pada Modul Analisis Wacana
5. Aliran Proses Program pada Modul Pemetaan Kata Kansei
6. Aliran Proses Program pada Modul Kaidah Keputusan
7. Discernibility matrik dengan rujukan approximate region untuk atribut
keputusan Serius
8. Discernibility matrik dengan rujukan approximate region untuk atribut
keputusan Eyecathing
9. Kaidah keputusan untuk kata Kansei Serius produk
(Liang Cha, Fruit Tea Apel, Teh Botol Sosro)
10. Kaidah keputusan kata Kansei Eyecathing
11. Data penilaian elemen desain oleh responden
12. Data karakteristik dimensi elemen struktur desain minuman
teh kemasan botol
13. Kode elemen struktur desain
14. Data karakteristik elemen desain struktur minuman teh kemasan
botol untuk kaidah keputusan
15. Data karakteristik elemen desain struktur minuman teh kemasan botol
16. Data karakterisitik elemen desain huruf, warna dan gambar
minuman teh kemasan botol
17 Ilustrasi desain kemasan eyecathing hasil kaidah keputusan

116
118
119
125
126
127
128
129
131
132
135
138
142
143
149
160
164

DAFTAR ISTILAH
Ready to drink : Ready to drink (RTD) adalah minuman siap saji seperti teh, kopi,
susu, minuman berenergi dan air mineral dalam kemasan.
Kemasan : Kemasan pada RTD adalah fungsi untuk memberi perlindungan pada
produk pangan agar aman dikonsumsi dalam waktu tertentu, media komunikasi
antara produsen dengan konsumen, refleksi identitas produsen dan kepribadian
pengguna-produsen serta sebagai fungsi pemasaran.
Desain kemasan : Desain kemasan pada RTD adalah kemampuan menyampaikan
pesan properti produk, memfasilitasi asosiasi mental konsumen,
mempengaruhi perasaan konsumen dan memunculkan harapan untuk membeli.
Elemen desain : Elemen-elemen pada kemasan yang meliputi elemen visual dan
elemen struktur.
Elemen visual : Elemen pada desain kemasan seperti gambar, tulisan, warna, dan
label

Elemen struktur : Elemen pada desain kemasan yang meliputi bentuk kemasan.
Persepsi konsumen : Nilai kesukaan konsumen terhadap produk kemasan yang
dibentuk oleh elemen desain, yang ditandai dengan ketertarikan untuk melihat
dan membeli produk.
Kansei : Terminologi dalam bahasa Jepang yang menunjukan ekspresi seseorang
dan ekspresi tersebut berdasarkan respons terhadap penglihatan, aroma, rasa,
pendengaran. Ekpresi tersebut dapat berupa perasaan, emosi, imej, afektif,
keinginan dan kebutuhan.
Kansei engineering : Teknologi, proses rekayasa dan kumpulan teknik untuk
mentransletkan perasaan konsumen ke dalam spesifik desain untuk membuat
produk baru atau melakukan inovasi berdasarkan data Kansei
Kata Kansei : Ekspresi konsumen berupa kata kata terhadap objek berdasarkan
pengamatan terhadap elemen desain.
Forward Kansei engineering : Sistem penunjang keputusan konsumen yaitu
evaluasi persepsi konsumen terhadap elemen desain.
Backward Kansei engineering : Sistem penunjang keputusan desainer dimana
desainer membuat produk baru dan meminta respons konsumen.
Data mining : Data mining adalah proses komputasi untuk menemukan pola pada
himpunan data jumlah besar yang melibatkan metode kecerdasan buatan,
pembelajaran mesin, statistik, dan sistem database yang bertujuan untuk
mengekstrak informasi dari kumpulan data dan mengubahnya menjadi struktur
yang dapat dimengerti untuk digunakan lebih lanjut.
Analisis sistem : Mekanisme untuk memahami data input atau aliran data secara
sistematis, melakukan proses atau transformasi dan menyimpan data, dan
mendapatkan output berupa informasi. Hal ini dilakukan untuk identifikasi dan
memecahkan masalah melalui analisa, desain dan implementasi perbaikan
dengan menerapkan sistem informasi yang terkomputerisasi untuk mendukung
tujuan pengguna dan aktivitas bisnis.
Bisnis proses model : Menjelaskan aktivitas-proses bisnis melalui analisis
kebutuhan sistem, identifikasi aliran objek dan proses desain sehingga ada
upaya peningkatan pada proses.
Bisnis proses model notation :Merupakan salah satu bahasa pemodelan yang
memiliki kerangka proses bisnis dan alur kerja yang standar yang dapat
dipahami semua pelaku bisnis dan pemangku kepentingan, dengan
menyediakan notasi grafis untuk menspesifikasi proses bisnis yang kompleks.
BPMN memiliki empat kategori elemen dasar yaitu flow object, connecting
objects, swimlanes dan artifacts.
Idea generation : Tahapan desain untuk menghasilkan ide-ide
Concept generation : Tahapan desain untuk menghasilkan konsep
Concept selection : Tahapan desain dimana konsep diseleksi
Analisis wacana : kumpulan pendekatan untuk menganalisa tulisan, percakapan
atau diskusi dimana ada pertukaran ide, gagasan tentang topik pembicaraan
Partisipan : Peserta diskusi grup fokus
Fungsionaliti (functionality) : Bagian dari hierarki consumers need dimana suatu
produk tidak akan berguna jika tidak menjalankan tugas sesuai fungsi yang
diinginkan.

Kegunaan (Usability) : Bagian dari hierarki consumers need dimana konsumen
berharap produk tidak hanya memiliki fungsi tetapi juga aspek human factor
seperti mudah digunakan.
Pleasurable : Bagian dari hierarki consumers need dimana konsumen berharap
produk memiliki sesuatu yang extra, melibatkan emosi dan kesenangan dan ini
merupakan tantangan dalam pengembangan desain produk.
Ekstraksi kata kunci : Proses mendapatkan kata kunci dalam suatu percakapan yang
dimaknai sebagai kata Kansei
Centrality : Pesan yang muncul sebagai pusat pembicaraan dalam diskusi
Novelty : Pesan yang mengandung sesuatu yang baru dimana tidak disebutkan
dalam percakapan sebelumnya
Pemetaan pesan : Ploting kata dimana hasil centrality menjadi sumbu x dan kata
hasil novelty adalah y.
Ergonomi : Ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan elemen elemen
dalam suatu sistem yang berkaitan dengan kenyamanan kerja.
Principle component analysis : Metoda statistik dalam menemukan pola data
dengan melakukan reduksi nilai kata Kansei.
Warna : Elemen visual desain kemasan yang memiliki sub elemen warna label,
warna dominan dan ketajaman warna.
Tulisan (tipografi): Elemen visual desain kemasan yang memiliki sub elemen warna
teks, ukuran teks, legibility, tulisan, posisi huruf dan readability.
Gambar : Elemen visual desain kemasan yang memiliki sub elemen ilustrasi alam,
air, rasa, kipas dan abstrak.
Bentuk kemasan : Elemen desain struktur desain kemasan dengan sub elemen
bentuk, badan, tinggi mulut, tebal botol, tinggi botol dan diameter dasar botol.
Kaidah keputusan : kaidah keputusan atau decision atribut adalah teknik logika if
then untuk mendapatkan interaksi antara kata Kansei dengan elemen desain.
Bayesian Rough set : Teori matematika untuk menyelesaikan persoalan yang samar
(vague) dengan ketidakpastian dalam himpunan data, sehingga diperlukan
perhitungan probabiliti. Sehingga didapatkan aturan (rules) untuk menemukan
relasi antara respons konsumen dengan elemen desain penyusun produk
berdasarkan kombinasi atribut kondisional.
Tabel keputusan : Tabel yang memiliki informasi tentang objek (produk), atributatribut, dimana atribut dibagi atas kondisional atribut dan Kumpulan data data
Atribut kondisional : Atribut penyusun pada produk seperti warna, ukuran, bentuk,
jenis tulisan
Atribut keputusan : Ekspresi kata Kansei konsumen ketika melihat suatu atribut
kondisional
Kelas keputusan (Decision class) : Nilai pada atribut keputusan
Inconsistent Table : Nilai atribut kondisional sama namun ekspresi konsumen pada
atribut keputusan berbeda
Prior probabilitas: Peluang terjadi suatu atribut keputusan ditentukan oleh decision
class
Conditional probability : Peluang terjadi suatu atribut keputusan ditentukan oleh
atribut-atribut pada produk Ei
Information gain : Nilai perbandingan antara prior probability dengan conditional
probability
Legibility : Tingkat dimana individu karakter tulisan dapat dikenal dan dipahami

Readability : Kemudahan suatu teks dapat dibaca dan dipahami
Warna dominan : Warna yang mendominasi label kemasan
Saturation: kemurnian atau ketajaman warna
Inovasi : adalah ide, gagasan, praktek atau objek yg diterima lingkungan sebagai
hal yg baru berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, menjawab kebutuhan
industri dan memberi daya saing bisnis.
Sistem inovasi : Sistem yang melibatkan individu-lembaga yang berkontribusi
dalam pengembangan pengetahuan-difusi teknologi baru untuk mempengaruhi
proses inovasi dan menggerakkan perekonomian bangsa

s

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri minuman ringan atau ready-to-drink (RTD) memiliki potensi yang
terus berkembang di Indonesia. Potensi ini dikarenakan jumlah populasi penduduk
yang besar, berdasarkan data-data BPS (2013), proyeksi jumlah penduduk usia 2029 tahun di tahun 2015 adalah 42.258.300 dan terus meningkat yaitu pada tahun
2035 diperkirakan 46.730.600 orang. Hal ini menstimulasi kebutuhan minuman
ringan yang terus meningkat setiap tahunnya. Minuman ringan seperti air dalam
kemasan, minuman bersoda, teh dalam kemasan, susu dalam kemasan, minuman
energi, minuman isotonik dan kopi susu dari waktu ke waktu terus mengalami
peningkatan dalam volume penjualan, dengan nilai pasar mencapai Rp 40
triliun/tahun (Mardiani 2014).
Industri RTD memiliki potensi untuk terus berkembang. Potensi ini didorong
oleh perubahan gaya hidup instan orang muda yang suka berkumpul dan
beraktivitas diluar rumah. Hal ini membuat persaingan industri semakin ketat
dengan munculnya kompetitor baru. Persaingan antar perusahaan lokal dan
multinasional memicu setiap produsen memiliki lebih banyak varian produk,
menciptakan lebih banyak pengguna, menggunakan dan menawarkan lebih banyak
nilai produk. Sementara itu, waktu yang diperlukan oleh konsumen untuk
memutuskan membeli produk sangat singkat. Rata-rata waktu yang diperlukan oleh
pembeli untuk memutuskan membeli sebuah produk sekitar 2.6 detik dan 70%
pengambilan keputusan terjadi di toko atau supermarket (Calver 2004). Karenanya,
produsen harus mengetahui dan dapat mempengaruhi emosi-persepsi konsumen
melalui inovasi pada desain kemasan.
Inovasi kemasan saat ini trendnya adalah pada kemasan cerdas (smart
packaging) dan kemasan aktif (active packaging). Namun, desain kemasan tetap
menjadi perhatian perekayasa-desainer dan konsumen karena inovasi pada elemen
desain kemasan dapat menciptakan ceruk–niche pasar baru, memberikan benchmark pada produk, dapat mempertahankan kepercayaan dan kesetiaan pelanggan.
Moskowitz et al. (2009) menyebutkan satu dari lima kunci sukses pemasaran
produk pangan adalah kemasan, lainnya adalah harga, produk, posisi, dan promosi.
Kemasan pada industri pangan memiliki fungsi memberi perlindungan pada
produk pangan agar aman dikonsumsi dalam waktu tertentu, media komunikasi
antara produsen dengan konsumen, refleksi identitas produsen dan kepribadian
pengguna-produsen serta sebagai fungsi pemasaran. Karakteristik produk pangan
memberi dimensi pada aspek fungsionalitas kemasan. Pada aspek yang lain, desainer kemasan membuat kemasan menjadi media atraktif untuk menarik perhatian
konsumen guna membeli produk di antara berbagai pilihan produk yang tersedia.
Hal ini mendorong desainer dan perekayasa berusaha menghasilkan kemasan
dengan cara yang efektif, efisien, aman, dan mengandung informasi tentang produk.
Perusahaan minuman menampilkan beragam jenis kemasan, sebagai upaya
memenangkan kompetisi produk. Hal ini karena konsumen tidak lagi memilih produk dari kekuatan dan fungsi semata, tetapi kombinasi dari komponen yang terukur
dan tidak terukur. Moskowitz et al. (2009) menyatakan perbandingan satu produk
dengan produk lain merupakan upaya evaluasi terhadap produk yang dihasilkan,

2

meliputi grafik, bentuk, ukuran, tutup, densitas dan lainnya. Jordan (2000) menyebutkan evaluasi terhadap produk juga harus mempertimbangkan human factor, di
mana pendekatan desain melihat kesukaan konsumen, tidak hanya aspek kognitif
dan karakteristik fisik produk. Desain kemasan botol minuman memiliki karakteristik pada aspek fisik dan aspek grafis. Karakteristik ini tidak hanya pada elemenelemen/atribut yang memberi daya tarik pada konsumen dan memiliki kata-kata
yang dapat diungkapkan oleh konsumen. Desain kemasan botol sangat kompleks di
samping memenuhi elemen-elemen desain seperti warna, tulisan, gambar dan ditentukan juga oleh bentuk kemasan dan memenuhi aspek ergonomis. Bentuk kemasan
juga menentukan volume kemasan, harga produk, durability dan recyclability.
Kemasan memiliki kemampuan menyampaikan pesan properti produk.
Kemasan dapat memfasilitasi asosiasi mental konsumen, mempengaruhi perasaan
konsumen dan memunculkan harapan untuk membeli. Karakteristik ini berbeda
untuk setiap produk, seperti untuk kemasan jenis minuman, makanan, obat-obatan,
bahkan untuk setiap jenis kemasan itu sendiri juga berbeda. Berdasarkan ini,
desainer kemasan harus mampu memilih elemen-elemen kemasan yang menjadi
ciri produk, dapat mengkomunikasikan ‘brand’ produk (Jedlicka 2009),
(Moskowitz et al. 2009).
Permasalahan pelaku desain kemasan adalah belum optimalnya
mengembangkan sistem inovasi desain yang mempertimbangkan aspek emosional
produk dan faktor faktor afektif desain. Perekayasa membutuhkan model yang
dapat dieksplorasi kemampuan intuisi dan keahlian artistiknya, parameter yang
dapat diukur, dan memiliki aturan-kebakuan metode yang dipakai. Kebakuan
metode dalam mengembangkan desain kemasan ini harus mampu menjelaskan
proses bisnis dan visual grafik dalam pengembangan desain, dapat menangkap
karakteristik elemen-elemen kemasan, menstimulasi harapan konsumen terhadap
produk, mengekspresikan pengertian tersembunyi dari kata-kata yang memiliki arti,
mencari relasi ekspresi dengan elemen desain serta menemukan pola ekspresi
konsumen dengan elemen yang menjadi karakter minuman RTD.
Proses bisnis tersebut harus dapat menggambarkan kebutuhan konsumen,
dapat menjelaskan
dinamis data-informasi yang relevan, menjelaskan
kompleksitas proses desain kemasan sebagai konsekuensi dari adanya varian
produk. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak yang terlibat dalam proses
desain kemasan, yaitu adanya analisa sistem desain kemasan. Sehingga pemangku
kepentingan memiliki pengetahuan emosi-persepsi konsumen, saat sekarang
menjadi dasar dalam pengembangan produk.
Persepsi verbal konsumen sangat kompleks, proses ekstraksi kata untuk
menemukan relasi persepsi konsumen dengan elemen desain tidak mudah untuk
dilakukan. Hal ini memerlukan pemahaman terhadap deskripsi semantik dan
deskripsi atribut dan variabel. Teknik untuk mengkuantifikasi serta membuat
kaidah antara kata dan elemen desain, apabila dilaksanakan dengan cara
konvensional memerlukan waktu lama dan cenderung tidak efisien. Berdasarkan
hal diatas, industri kemasan membutuhkan model pengembangan produk yang
mampu merepresentasikan hubungan kompleks antara persepsi konsumen dan
elemen-elemen desain.
Konsep pengembangan produk dengan metode seperti quality function
deployment (QFD) dan axiomatic design telah menangkap kebutuhan konsumen di
tahap awal proses desain, namun memiliki keterbatasan untuk mengeksplorasi eks-

3

presi kata-kata yang ada dalam pikiran konsumen berkaitan dengan objek yang
didesain. Ahmady (2010) menyebutkan QFD hanya menggunakan beberapa
pengukuran kualitatif untuk menemukan hubungan antara karakteristik produk dan
permintaan konsumen. Metode ini belum dapat menjelaskan hubungan holistik
antara ekspresi dengan elemen desain, sementara ada kebutuhan pada teknik
komputasi yang dapat memberikan pengetahuan terhadap persepsi konsumen.
Salah satu metoda untuk pengembangan produk desain yang berorientasi
kepada emosi-persepsi konsumen dan menghubungkan dengan atribut-atribut
produk adalah Kansei Engineering (KE). Metode KE pada prinsip dasarnya adalah
setiap orang memiliki ekspresi terhadap suatu objek, ungkapan tersebut
diekspresikan karena adanya atribut yang menjadi karakter dari objek tersebut.
Metode KE didukung oleh banyak instrumen kuantitatif untuk memberikan
pengetahuan pada setiap tahapan desain.
Pentingnya pengetahuan ini seperti yang dinyatakan Frischknecht et al.
(2009) adalah atribut persepsi seperti kemewahan, keamanan atau keberlanjutan
memiliki pengaruh kuat pada pilihan produk konsumen tetapi memiliki resistensi
terhadap perhitungan, karena mereka memiliki kesulitan untuk mengekspresikan
fungsi yang dapat dihitung dari variabel-variabel desain. Sementara Moskowitz et
al. (2009) menegaskan bahwa pengetahuan emosi-persepsi konsumen berkenaan
dengan kreativitas inovasi produk pada setiap fase desain, akan menghemat biaya
dan waktu untuk pengembangan produk berikutnya. Berdasarkan hal diatas penting
sebuah model yang dapat merepresentasikan hubungan komplek dalam proses
desain kemasan RTD.
Penelitian ini melakukan pengembangkan model desain dengan cara melakukan evaluasi terhadap elemen desain minuman teh kemasan botol yang sudah ada.
Pemilihan minuman teh kemasan botol sebagaimana diuraikan diatas yaitu
kompleksnya sistem desain dan tingginya kompetitif antar produk. Model
penelitian diuraikan menjadi setiap sub-model pada setiap bab pembahasan dimana
bab pertama dimulai dengan melakukan analisis desain. Untuk itu penulis memulai
tahapan penelitian dengan membuat analisis desain, memahami persepsi konsumen,
memahami atribut dan variabel desain kemasan, memahami relasi persepsi dengan
atribut-variabel desain kemasan. Output dari setiap sub-model penelitian menjadi
input bagi tahap penelitian selanjutnya. Melalui evaluasi desain terhadap kemasan
botol minuman komersial yang sudah ada di pasar akan didapatkan pengetahuan
dimana diharapkan memberikan manfaat kepada pengguna model seperti usaha
mikro kecil menengah (UMKM) dan industri kemasan untuk membuat dan
mengembangkan desain kemasan baru.
Pengembangan model desain kemasan ini nantinya memberikan perspektif
bagaimana proses inovasi dilakukan terhadap produk baru. Dengan demikian
penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk pengembangan industri kreatif,
karena model pengembangan produk ini menggunakan data, informasi dan pengetahuan yang fokus pada proses kreasi dan inovasi yang berdasarkan kepada persepsi
konsumen. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Kementrian Perindustrian RI
yang menyebutkan bahwa penting untuk mendorong industri kreatif sebagai
pendukung kegiatan ekonomi nasional karena sektor ini tumbuh 5.67%, serapan
tenaga kerja 11.8 juta dengan unit usaha 5.4 juta unit (Kemenperin RI 2016).

4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan umum penelitian ini dalam
kerangka mengembangkan metodologi pada perancangan desain kemasan minuman ringan dan mendapatkan pengetahuan desain sebagai berikut:
1. Menganalisis pengembangan desain kemasan botol minuman ringan berbasis
rekayasa Kansei.
2. Mengembangkan teknik ekstraksi teks untuk memperoleh kata Kansei elemen
desain minuman teh kemasan botol
3. Reduksi kata Kansei dan memetakan elemen desain minuman teh kemasan
botol
4. Mengembangkan kaidah keputusan (decision rule) untuk memahami relasi kata
Kansei dengan elemen desain minuman teh kemasan botol
Setiap bab memiliki tujuan khusus penelitian. Setiap bab disusun untuk
menjawab sub-model, di mana keluaran pada satu bab akan menjadi masukan dan
pengetahuan dalam konstruksi bab berikutnya.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah elemen desain yang membentuk ekspresi kata Kansei
konsumen, dan apakah konsumen dapat mengetahui esensi pada elemen desain
kemasan
2. Diperoleh model pengembangan produk untuk desain kemasan
3. Menjadi panduan bagi pengguna UMKM dan industri dalam pengembangan
desain baru kemasan yang berdasarkan persepsi konsumen

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dilaksanakan sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan dengan responden mahasiswa dengan objek penelitiannya
adalah produk minuman ringan teh dalam kemasan botol.
2. Penelitian difokuskan pada evaluasi visual kemasan botol minuman, elemenelemen yang mempengaruhi karakteristik kemasan seperti warna, bentuk,
tipografi, proporsi, dan ukuran.

Tinjauan Kebaruan
Kebaruan pada penelitian ini dilihat dari dua aspek yaitu metodologi dan
substansi penelitian. Penelitian ini mengusulkan suatu metodologi yang komprehensif dalam mendesain kemasan RTD dengan memetakan kata Kansei konsumen
dengan melakukan analisis wacana pada aspek kenyamanan (pleasurable) product,
mengidentifikasi variabel dan elemen elemen yang berkontribusi pada produk RTD
serta membuat kaidah keputusan untuk mengetahui relasi kata Kansei dan elemen
desain RTD. Komposisi metodologi ini belum ditemukan dalam studi pustaka yang

5

telah dilakukan. Secara substansi, kebaruan substansi utama penelitian ini ada dua
hal. Pertama diperoleh model pengembangan desain terhadap kemasan botol
minuman komersial yang ada di pasar di mana menjadi basis pengetahuan untuk
sistem inovasi terhadap proses pengembangan produk Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). Kedua adalah mendapatkan model yang dapat
mengkuantifikasi dan dapat dilacak persepsi konsumen dalam memahami relasi
kata Kansei dengan elemen desain dan komponen elemen pembentuk ekspresi.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disertasi dibuat dengan cara setiap bab memiliki
pendahuluan, metoda dan pembahasan tersendiri. Sistematika sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan berisi latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian, ruang lingkup, tinjauan kebaruan dan sistematika penulisan. Bab
kedua adalah tinjauan pustaka berisi kajian mengenai desain kemasan berbasis
desain afektif, pengembangan produk berbasis rekayasa Kansei, text mining dan
analisis wacana, dan kaidah keputusan. Bab ketiga adalah metode penelitian yang
berisi kerangka umum penelitian dan diagram alir prosedur penelitian. Bab keempat
adalah adalah bisnis proses model yang menjelaskan analisis kebutuhan sistem dan
identifikasi aliran objek dan proses desain. Bab kelima membahas tentang persepsi
konsumen dan menangkap kata Kansei konsumen untuk desain kemasan RTD
berbasiskan analisis wacana. Bab keenam adalah reduksi kata Kansei dan pemetaan
ekspresi kata Kansei dengan elemen desain kemasan RTD. Bab kelima dan bab
enam ini menjelaskan konseptual dan teori serta aplikasi text mining, ekstraksi
elemen kunci, languange processing, reduksi dan memetakan kata Kansei-elemen
desain konsumen. Bab ketujuh membahas tentang pengembangan kaidah keputusan
untuk desain kemasan botol minuman teh dengan metode Bayes Rough set berguna
untuk melihat hubungan ekspresi kata Kansei dengan elemen desain. Bab kedelapan
adalah pembahasan umum
yang berisi tinjauan kebutuhan untuk model
pengembangan desain kemasan untuk diimplementasikan pada industri dan
UMKM. Bab kesembilan berisi kesimpulan dan saran atas seluruh proses penelitian.

6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Desain Kemasan Minuman Teh Kemasan Botol Berbasis Persepsi
Konsumen
Fast moving consumer goods (FMCG) merujuk kepada barang dengan harga
murah, berupa barang yang dijual di supermarket, terdiri dari produk berupa
makanan, minuman dan kebutuhan rumah tangga. Kontribusi FMCG pada aktivitas
ekonomi global sangat besar, misal di Inggris pada tahun 2004 belanja untuk produk
ini sebesar € 125 milyar (Francis et al. 2008). FMCG memiliki kelebihan dengan
pembelian yang tinggi dengan karakter kemasan yang mampu menarik perhatian
konsumen. Konsumen memilih produk berdasarkan merek yang sudah dikenal, dan
produsen baru memiliki peluang untuk memasarkan produk baru dengan tampilan
kuat pada kemasan. Salah satu contoh FMCG adalah minuman ringan atau biasa
disebut juga ready-to-drink (RTD).
Industri minuman ringan di Indonesia tumbuh sangat pesat. Zeffry (2011)
menyebutkan bahwa berdasarkan data CCBI 2007 pertumbuhan volume berbagai
jenis minuman ringan tahun 2002-2007 ada 5 jenis terbesar, dapat dilihat pada
Tabel 2.1. Data terbaru menunjukkan pertumbuhan rata-rata per tahun minuman
RTD diperkirakan tumbuh rata-rata 12% per tahun. Pertumbuhan yang tinggi
diperkirakan terjadi untuk produk RTD kopi (18,8%), jus buah (15,6%), minuman
sport-energi (14,8%) dan teh (13,7%) (Dunia industri, 2016). Foodreview (2016)
menyebutkan bahwa teh pada tahun 2011 dan seterusnya akan memiliki market
share yang lebih tinggi, dimana sebesar 8,9% di tahun 2010, dan trennya akan terus
berkembang. Hal ini didukung inovasi minuman teh dalam berbagai varian, seperti
teh berkarbonasi, teh mengandung sari buah, antioksidan dan lainnya, seperti TEBS,
Fruitea, Frestea, dan lainnya.
Tabel 2.1 Pertumbuhan volume berbagai jenis minuman ringan 2002-2007
Pangsa pasar
Rata-rata pertumbuhan
Jenis minuman
volume 2007 (%)
2002-2007 (%)
Air dalam kemasan
61.0
10.0
Minuman bersoda
10.0
-4.0
Teh dalam kemasan
13.0
9.0
Susu dalam kemasan
6.0
15.0
Minuman energi
2.7
12.0
Air dengan sirop perasa
2.0
31.0
Jus dalam kemasan
1.0
16.0
Minuman Isotonik
3.3
57.0
Kopi dalam kemasan
0.0
-6.0
Total minuman ringan
100.0
9.0
Sumber: Zeffry (2011)
Konsumen memilih jenis minuman berdasarkan kebutuhan, gaya hidup dan
kemanfaatan pada saat dikonsumsi. Perbedaan karakter individu merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Karakteristik
individu seperti jenis kelamin, usia, pengeluaran memberikan perbedaan terhadap

7

kebutuhan minuman ringan. Zeffry (2011) menyebutkan bahwa berdasarkan data
CCI tahun 2003 sikap dan perilaku konsumen dalam mengonsumsi minuman ringan
maka konsumen dibagi dalam 6 kelompok usia 12-15 tahun, 16-19 tahun, 20-24
tahun, 25-29 tahun, 30-39 tahun dan 40-49 tahun. Indonesia berdasarkan data-data
BPS (2013) memiliki keuntungan secara demografi. Pada Tabel 2.2 terlihat jumlah
demografi penduduk dengan kisaran umur 20-29 tahun sangat besar, dimana ini
merupakan potensi pasar yang signifikan. Kelompok umur tersebut sangat responsif
terhadap perubahan produk, memiliki gaya hidup anak muda yang suka beraktivitas
dan berkumpul sambil menikmati minuman. Berdasarkan Tabel 2.2 dimana pola
populasi yang terus meningkat dan kelas menengah yang tumbuh, maka industri
harus berinovasi agar dapat memanfaatkan potensi pertumbuhan. Potensi pertumbuhan yang harus didukung oleh sistem inovasi nasional, dimana pelaku usaha tidak
berjalan sendiri.
Tabel 2.2 Proyeksi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin (x1000)
Umur
15-19
20-24
25-29
30-34

2013
21931,2
21250,7
20663,8
20348,1

2014
22024,7
21352,4
20716,3
20430,9

2015
22095,4
21447,9
20810,4
20448,3

2016
22161,0
21569,0
20911,4
20487,0

2017
22219,9
21703,6
21022,2
20509,1

2018
2019
22241,9 22294,2
21823,3 21917,6
21125,3 21228,0
20528,2 20582,2
Sumber: BPS (2013)

Jedlicka (2009) menyebutkan desainer memerlukan tiga tipe informasi untuk
menangkap sistem desain kemasan yaitu visual, deskripsi dan relasi. Moskowitz et
al. (2009) menyatakan tantangan dalam desain kemasan adalah apakah karakteristik-atribut-elemen desain yang mampu menarik perhatian konsumen, dan apakah
kemasan mampu melakukan fungsi sesuai dengan propertinya. Calver (2004)
menyatakan tantangan dalam industri kemasan adalah bagaimana desainer menghasilkan hal yang kuat tentang produk dan memvisualisasikan dalam bentuk simpel
dan efektif, meninggalkan persepsi positif kepada konsumen untuk kembali membeli di antara pilihan produk sejenis.
Chen et al. (2009) dan Calver (2004) menyebutkan sifat-sifat material pada
kemasan mempengaruhi keputusan afektif dan persepsi konsumen seperti kekerasan, kesat, kelembutan, kelicinan dan hangat. Barnes et al. (2003) menyatakan ada
pengaruh bentuk kemasan terhadap kesukaan pembelian konsumen. Calver (2004)
menjelaskan elemen-elemen desain kemasan terbagi dalam struktur desain dan
grafis, dimana dibagi lagi atas bentuk dan fungsi, material dan cara penyelesaian,
merek dan tata huruf, gambar dan warna. Moskowitz et al. (2009) menyatakan ide
dasar desain kemasan adalah himpunan lapisan-lapisan (silo), dimana masingmasing lapisan mempunyai beberapa pilihan-pilihan alternatif (elemen).
Youjian dan Xiaoyu (2010) dan Moskowitz et al. (2009) menyebutkan
elemen-elemen desain dan nilai atribut terdiri sebagai berikut yaitu elemen-elemen
desain estetik (bentuk dan ukuran, warna, tipografi (merek dan nama perusahaan)),
ilustrasi (pola, logo, komposisi, gambar), elemen-elemen fungsi (struktur desain
(proteksi, penyimpanan, mekanisme pembuka dan penutup), material desain (dapat
dilipat, daur ulang dan isi ulang)).

8

Perilaku pembeli dan konsumen mempengaruhi keputusan untuk membeli
produk minuman kemasan. Pada riset ini istilah yang digunakan adalah kedua
domain terminologi tersebut. Pembeli adalah seseorang yang membeli produk atau
jasa layanan, sementara konsumen adalah pengguna produk atau jasa layanan.
Produsen harus memiliki benchmark sehingga konsumen memutuskan membeli
produk mereka. Benchmark menjadi penciri satu produk dengan produk lainnya.
Frischknecht et al. (2009) menyatakan dalam konteks KE, penting untuk diketahui
bagaimana mengetahui kata-kata Kansei konsumen sebagai ungkapan ekspresi dan
elemen-elemen desain yang membangun produk.
Desain kemasan berarti melindungi makanan selama proses penyimpanan dan
transportasi, mengartikulasikan dan mengkomunikasikan kesan merek yang
diinginkan (Orth, Ulrich R. dan Malkowitz 2008, Williams et al. 2008). Jordan
(2000) menyebutkan kebutuhan konsumen yang dipengaruhi oleh human factor
dibagi atas tiga hal yaitu fungsionalitas (functionality), kegunaan (usability) dan
kenyamanan (pleasurable). Lebih jauh disebutkan bahwa fungsionalitas adalah
sesuatu yang harus dipenuhi oleh produk u