MEWUJUDKAN GERAKAN DAKWAH DI RANTING

Artikel Wawasan

MEWUJUDKAN GERAKAN DAKWAH DI
RANTING
Agus Sukaca

Disebutkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah,
Ranting adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau kawasan yang terdiri atas sekurangkurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan anggota.
Pimpinan Ranting memimpin Muhammadiyah dalam rantingnya serta melaksanakan kebijakan
Pimpinan di atasnya. Tugas utama Pimpinan Ranting adalah memimpin Anggota
Muhammadiyah di rantingnya untuk mengemban misi Muhammadiyah dan mewujudkan visi
atau tujuannya.
Misi Muhammadiyah sebagaimana ditulis dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah adalah
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Dalam Keputusan Muktamar Satu Abad
Muhammadiyah, misi tersebut diaktualisasikan dengan cara: (1) menegakkan Tauhid yang murni
berdasar Al-Qur’an dan As-Sunnah; (2) menyebarluaskan dan memajukan Ajaran Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahihah/maqbulah; (3) mewujudkan Islam
dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Misi tersebut merupakan langkah-langkah
untuk mewujudkan Visi Muhammadiyah “Terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenarbenarnya”

Mewujudkan Visi Muhammadiyah di Ranting

Masa depan Muhammadiyah ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh anggota, kader,
dan para pemimpinnya. Gerak yang mereka lakukan adalah langkah-langkah yang sangat
bermakna dan memberikan gambaran masa depan. Bila yang dilakukan tidak terkait dengan
tujuan Muhammadiyah, maka selamanya tujuan Muhammadiyah tidak akan terwujud. Tetapi bila
geraknya menuju tujuan Muhammadiyah, maka kita tinggal menunggu waktu untuk
menyaksikan terwujudnya.
Program dan aktifitas apapun yang dilakukan oleh anggota, kader, muballigh, dan para
pemimpin Muhammadiyah seharusnyalah dengan visi yang sama, yakni terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya. Bagi ranting, visi tersebut diterjemahkan menjadi “Terwujudnya
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di ranting yang bersangkutan”.

Penjelasan Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah menyebutkan, bahwa
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya secara umum dapat digambarkan sebagai keadaan
masyarakat yang sentosa dan bahagia, disertai nikmat Allah yang melimpah-limpah, sehingga
merupakan “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur” yakni suatu negara yang indah,
bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan yang Maha Pengampun. Masyarakat
semacam itu, selain merupakan kebahagiaan di dunia bagi seluruh manusia, akan juga menjadi
tangga bagi ummat Islam untuk memasuki gerbang surga “Jannatun Na’im” untuk
mendapatkan keridhaan Allah yang abadi.
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu adalah merupakan rahmat Allah bagi

seluruh alam, yang akan menjamin sepenuhnya keadilan, persamaan, keamanan, keselamatan,
dan kebebasan bagi semua anggota-anggotanya.
Secara sederhana, Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di ranting digambarkan
sebagai sebuah kawasan yang didominasi oleh pribadi-pribadi muslim yang sebenar-benarnya.
Mereka memberikan pengaruh kuat kepada keluarga dan masyarakat lingkungannya. Mereka
berjuang menjadikan keluarganya menjadi Keluarga Islam yang sebenar-benarnya. Peran sosial
yang mereka emban dilakoni sesuai dengan ajaran Islam dan dijadikan sebagai sarana
menyebarluaskan dan memajukan ajaran Islam. Mereka menjalani peran sosialnya dengan
menjadi ketua RT, ketua RW, lurah, kepala desa, guru, ustadz, pedagang, dan lain-lain.
Kunci pencapaian visi Muhammadiyah adalah pribadi muslim yang sebenar-benarnya.
Semakin banyak jumlah mereka, semakin dekat visi tercapai. Tugas Muhammadiyah membina
sebanyak-banyaknya orang. Bila di sebuah kawasan ranting berpenduduk 1.000 orang, maka
Pimpinan Ranting seharusnya menjadikan mereka semua menjadi sasaran dakwah. Selanjutnya
memetakan siapa-siapa di antara mereka yang muslim dan non muslim. Yang muslim dicatat,
berapa orang dan siapa-siapa saja yang anggota Muhammadiyah, yang simpatisan
Muhammadiyah, dan yang non simpatisan Muhammadiyah. Demikian pula yang non muslim,
berapa orang dan siapa-siapa saja yang beragama Kristen, Katolik, Hindu. Budha, dan lain-lain.
Energi terbesar hendaknya dicurahkan untuk membina anggota dan simpatisan. Terhadap
yang non simpatisan, kita menjaga hubungan baik, bersillaturrahim, menunjukkan kebaikan
Muhammadiyah, dan memberikan pelayanan yang bisa diberikan seperti pelayanan pendidikan,

kesehatan, dan lain-lain. Siapa tahu lama-lama mereka bisa menjadi simpatisan. Terhadap yang
non muslim, kitapun harus menjaga hubungan baik selagi mereka tidak menghalang-halangi
ummat Islam untuk menjalankan agamanya, sambil mengajak mereka untuk mengerti Islam dan
menjadi muslim.
Sebagai modal perwujudan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, diperlukan pribadipribadi muslim yang jumlahnya mencukupi untuk mengatur dan mendominasi tata kehidupan
masyarakat di kawasan tersebut. Dalam kasus kawasan ranting yang berpendudukan 1.000 orang,
Pimpinan ranting harus berani menargetkan lebih dari 500 orang yang dibina secara serius.
Perjuangan utama anggota Muhammadiyah di ranting tersebut adalah membina mereka menjadi
pribadi-pribadi muslim yang sebenar-benarnya.

Gambaran Pribadi Muslim yang sebenar-benarnya

Pribadi Muslim yang sebenar-benarnya adalah pribadi yang memahami dan
mengamalkan ajaran Islam secara kaafah, dengan ciri-ciri: bertauhid murni, berakhlak mulia,
taat beribadah dengan cara yang dituntunkan Nabi, dan bermuamalat duniawiyat menurut
ajaran Islam. Contoh pribadi muslim yang sempurna adalah Rasulullah SAW. Pribadi Rasulullah
adalah puncak sesungguhnya dari kepribadian muslim yang sempurna, yang seharusnya kita
jadian acuan perjalanan hidup kita.
Menjadi pribadi seperti Rasulullah, seharusnya menjadi impian terbesar hidup kita,
menjadi obsesi kita, menjadi sesuatu yang kita perjuangkan dengan segala daya dan upaya yang

kita miliki. Hidup kita adalah perjuangan mewujudkan impian tersebut. Aktualisasinya adalah
dengan melangkahkan kaki dan memastikan bahwa langkah-langkah kita benar-benar menuju
puncak impian tersebut.
Kita harus mencurahkan segenap energi yang kita miliki untuk melangkah mendaki
menuju puncak kepribadian meskipun jauh lebih berat dibanding bila melangkah turun menjauhi
puncak. Bila kita melakukan perjalanan mendaki gunung, kita cukup dengan melangkahkan kaki
kanan dan kiri secara bergantian dan berulang-ulang sampai ribuan kali, dan akhirnya kita bisa
tiba di puncak. Demikian pula perjalanan menuju pribadi muslim yang sebenar-benarnya, kita
cukup melakukan dua langkah berulang-ulang tanpa kenal lelah.

Langkah pertama: menyelaraskan misi pribadi dengan misi Muhammadiyah.
Misi pertama Muhammadiyah adalah “menegakkan Tauhid yang murni berdasar AlQur’an dan As-Sunnah”. Misi tersebut kita aktualisasikan dalam pribadi kita masing-masing
sehingga menjadi :”menegakkan tauhid yang murni berdasar Al Qur’an dan As-Sunnah
dalam diri saya pribadi” Yang kita lakukan adalah mempelajari tauhid dan menjadikan hidup
kita sepenuhnya berdasar tauhid yang murni, bebas dari segala macam bentuk syirik. Inti dari
ajaran tauhid adalah kalimah laa ilaaha illallah –tidak ada ilah kecuali Allah - . Kata Ilah di
dalam Al Qur’an setidaknya digunakan untuk 3 hal: pertama, benda-benda atau berhala-berhala
yang dijadikan sesembahan. Kedua, manusia yang segala titahnya harus ditaati meskipun tidak
sesuai dengan aturan Allah, seperti yang dilakukan oleh Fir’aun. Ketiga, hawa nafsu, yakni
ketika dorongan nafsu berhasil mengatasi tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Orang yang bertauhid

murni adalah yang berhasil membebaskan diri segala macam pengaruh benda, sesama manusia,
dan hawa nafsu, dan hanya membuka peluang dan membenamkan diri dalam pengaruh yang
berasal dari Allah. Benda, manusia, hawa nafsu boleh mempengaruhi dirinya sepanjang sesuai
dengan yang dikehendaki Allah. Ia menjadi orang yang paling bebas karena bersandar kepada
Allah yang Maha Perkasa, tidak ada ikatan-ikatan lain yang membelenggunya.
Misi kedua Muhammadiyah adalah: “menyebarluaskan dan memajukan Ajaran Islam
yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahihah/maqbulah”. Kita jadikan
menjadi misi pribadi kita sehingga menjadi: “Saya belajar, menyebarluaskan, dan memajukan
Ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahihah/ maqbulah”.
Aktualisasi misi ini kita lakukan dengan senantiasa mempelajari Islam dengan membaca,
mengikuti pendidikan dan pengajian. Tiada hari tanpa belajar. Semakin lama kepahaman kita
terhadap ajaran Islam semakin baik.

Misi ketiga Muhammadiyah adalah “mewujudkan Islam dalam kehidupan pribadi,
keluarga, dan masyarakat”. Kita jadikan menjadi misi pribadi menjadi “Mewujudkan Islam
dalam kehidupan pribadi saya dan keluarga saya”. Menjalankan misi ketiga ini menghasilkan
komitmen untuk mengamalkan ajaran Islam secara kaafah. Setiap perintah Allah disikapi dengan
bersungguh-sungguh mengamalkannya. Setiap larangan Allah disikapinya dengan sungguhsungguh menghindarinya. Ia senantiasa bersungguh-sungguh menjalani kehidupan sesuai dengan
petunjuk Allah.


Langkah kedua: membangun kebiasaan positif.
Masa depan kita ditentukan oleh apa yang kita lakukan hari ini. Perbuatan baik yang
dilakukan terus menerus menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan baik yang dilakukan terus menerus
menjadi sikap, dan sikap berkembang menjadi karakter. Kesuksesan dimulai dengan membangun
kebiasaan baik, melakukan terus menerus apapun rintangannya. Boleh saja terjatuh, tetapi selalu
bangun lagi. Orang mengatakan jatuh bangun. Di situlah terjadi pembelajaran luar biasa. Setiap
kejatuhanan adalah guru yang membuat semakin arif dan vaksin yang menjadikan semakin kuat
sehingga ketika bangun menjadi semakin bijak dan kokoh. Tidak ada orang hebat yang tak
pernah jatuh.
Perbuatan baik yang harus kita biasakan dan perjuangkan menjadi kebiasaan anggota
Muhammadiyah dan pribadi-pribadi muslim, antara lain The Seven Golden Habit bagi seorang
Muslim. Bagi seorang Muslim, The Seven Golden Habit (tujuh kebiasaan emas) ini dapat
diterjemahkan dalam bentuk: pertama, tertib dalam melaksanakan shalat, yakni shalat fardhu di
awal waktu dan berjama’ah serta melaksanakan shalat tathawwu’, meliputi shalat sunnah
rawatib, shalat tahajud 11 raka’at setiap sepertiga malam akhir dan shalat dhuha setiap pagi.
Kebiasaan emas kedua adalah puasa sunnah, ketiga: berinfaq dan berzakat secara terprogram,
keempat: beramal shaleh dan berjihad setiap hari, kelima: membaca Al-Qur’an setiap hari dan
mengkhatamkannya (30 juz) setiap bulan, keenam: membaca buku minimal satu jam setiap hari,
dan ketujuh: berpikiran positif dan murah senyum.
Kedua langkah tersebut kita lakukan berulang-ulang terus menerus sampai ribuan kali

bahkan jutaan kali sepanjang hanyat masih di kandung badan. Setiap langkah yang benar
memberikan selapis peningkatan kualitas pribadi. Semakin banyak pengulangan langkah
semakin tinggi pula kualitas pribadi kita, dan semakin dekat terwujud pribadi muslim yang
sebenar-benarnya

Aktualisasi Gerakan di Ranting
Menurut Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Ranting Muhammadiyah dapat
berdiri apabila anggota-anggota Muhammadiyah di suatu kawasan telah mampu: (1)
Menyelenggarakan pengajian/kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan;
(2) Menyelenggarakan pengajian/kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam
sebulan; (3) Mendirikan Mushalla/surau/langgar sebagai pusat kegiatan; (4) Membentuk
jama’ah-jama’ah.

Persyaratan pendirian ranting tersebut merupakan ketentuan strategis yang dapat
menjamin gerakan dakwah Muhammadiyah dapat terlaksana di kawasan ranting. Pengajian,
kursus berkala, mushalla, dan jama’ah merupakan media pembinaan yang efektif untuk
pembinaan ummat. Pimpinan Ranting berkewajiban menyelenggarakan media-media pembinaan
tersebut menjadi lembaga yang punya nama di kawasan ranting sehingga memiliki daya panggil
yang kuat dan digemari masyarakat.
Pengajian/Kursus Anggota Berkala

Pengajian Anggota adalah pengajian khusus bagi anggota-anggota Muhammadiyah.
Tujuannya memberikan pengajaran dan bimbingan kepada anggota agar menjadi muslim yang
taat, memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang benar sesuai dengan yang dipahami
Muhammadiyah, dan mampu menjadi subyek dakwah terutama sebagai inti jama’ah. Kita dapat
mensosialisasikan himpunan putusan tarjih, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah,
Tuntunan Keluarga Sakinah, kaidah-kaidah perjuangan Muhammadiyah serta produk-produk
pemikiran resmi Muhammadiyah lainnya. Diselenggarakan sekurang-kurang sekali dalam
sebulan, idealnya diselengarakan seminggu sekali karena otak lebih mudah mengingatnya dan
lebih mudah menjadikannya sebagai kebiasaan mingguan. Pimpinan Ranting berkewajiban
memotivasi setiap anggota Muhammadiyah yang berada dalam kawasan ranting senantiasa hadir
di setiap pengajian anggota.
Kursus Anggota Berkala adalah kursus-kursus yang diselenggarakan khusus untuk
anggota Muhammadiyah. Bentuknya bisa berupa Baitul Arqam, Darul Arqam, Mabit Bersama,
Kursus Penyelenggaraan Jama’ah, dll.
Pengajian/Kursus Umum Berkala
Pengajian Umum adalah pengajian untuk anggota Muhammadiyah dan masyarakat
umum. Pengajian ini menjadi media Muhammadiyah dalam menyebarluaskan ajaran Islam
kepada masyarakat umum. Karena sifatnya yang umum, dalam pengajian ini sebaiknya
mengajarkan topik-topik yang tidak mudah menimbulkan gejolak atau sikap pro dan kontra di
kalangan ummat Islam. Sesuai dengan misi Muhammadiyah, materi yang paling tepat

adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pengajian umum ini dapat dikembangkan menjadi lembaga
pengajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah yang komperhensif, berorientasi pada peningkatan
pemahaman dan pengamalan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. ART Muhammadiyah
mensyaratkan ranting menyelenggarakannya sekurang-kurangnya sebulan sekali. Lebih bagus
bila dapat diselenggarakan seminggu sekali sehingga mudah diingat dan menjadi agenda rutin
mingguan.
Kursus Umum Berkala; adalah kursus-kursus yang diselenggarakan untuk mengajarkan
ketrampilan tertentu kepada anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Kursus-kursus yang
diselenggarakan ranting antara lain: Kursus Shalat, Kursus Merawat Jenazah, Kursus Manasik
Haji dan Umrah, Kursus Penyembelihan, dan lain-lain.
Masjid/Mushalla/Surau/Langgar sebagai pusat Kegiatan

Pimpinan Ranting berkewajiban membina masyarakat agar menjadikan
masjid/mushalla/surau/ langgar sebagai pusat kegiatan anggota dan simpatisan Muhammadiyah
serta masyarakat muslim pada umumnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain: pertama,
mengelola masjid/mushalla/surau/langgar dengan baik dengan cara: menetapkan imam masjid
dari kader Muhammadiyah, membentuk Pengurus Ta’mir dari kalangan anggota dan simpatisan
Muhammadiyah
aktif,
dan

menyelenggarakan
pelatihan
“Penyelenggaraan
Masjid/Mushalla/Surau/ Langgar” bagi Pengurus Ta’mir.
Kedua,
menyelenggarakan
pengajian/kursus
anggota
dan
umum
di
masjid/mushalla/langgar. Ketiga, menyelenggarakan Pengajian Anak-Anak. Keempat,
menyediakan tempat untuk kegiatan-kegiatan masyarakat, seperti: acara akad nikah, walimah,
dan kelima, mengajak masyarakat Islam untuk memakmurkan masjid dengan shalat fardhu 5
waktu berjama’ah
Jama’ah
Buku Pedoman Pokok Pembentukan Jama’ah terbitan PP Muhammadiyah (1972)
disebutkan, bahwa Jama‘ah adalah sekelompok orang atau keluarga dalam satu lingkungan
tempat tinggal yang merupakan satu ikatan yang diusahakan pembentukannya oleh seorang atau
beberapa orang anggota Muhammadiyah dalam lingkungan tersebut. Jama‘ah merupakan

dakwah dengan menggunakan sistem pembinaan masyarakat dengan menggiatkan anggota
Muhammadiyah dalam tugasnya sebagai muballigh. Idealnya setiap jama’ah terdiri atas 5–10
keluarga. Dalam setiap jama’ah terdapat satu atau lebih anggota Muhammadiyah.
Jama’ah merupakan amal usaha wajib bagi ranting. Kewajiban membina jama’ah
mengisyaratkan bahwa setiap anggota Muhammadiyah haruslah berada dalam jama’ah. Dengan
berjama’ah, semangat ber-Islam akan terjaga, dan hidupnya akan terpimpin. Dalam jama’ah,
pembinaan akan intensif dan berlangsung dalam jangka lama.
Jama’ah dipimpin oleh seorang Kader Muhammadiyah yang bertugas antara lain: (1)
memotivasi dan menjaga agar masing-masing anggota jama’ahnya mengikuti pengajian rutin
dan kursus-kursus yang diselenggarakan; (2) membimbing anggota jama’ah membiasaan “The
Seven Golden Habit” dan mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya; (3) membimbing
anggota jama’ah dalam mengaktualisasikan ajaran Islam pada bidang tugas dan pekerjaan
masing-masing; (4) menjaga agar anggota jama’ahnya senantiasa berada dalam jama’ah, dan
tidak keluar dari jama’ah sampai akhir hayat; (5) apabila anggota jama’ahnya pindah tempat
tinggal, ia menghubungkan dengan jama’ah yang ada di tempat tinggalnya yang baru dan
menyerahkannya kepada pemimpin jama’ahnya untuk pembinaan lebih lanjut; (6)
menduplikasikan kemampuannya memimpin jama’ah kepada anggota-anggotanya dengan
mensponsori mereka menjadi kader.
Dengan dipimpin oleh Pemimpin Jama’ah inilah, anggota dan
Muhammadiyah diproses dalam sistem pembinaan melalui pengajian dan kursus.

simpatisan

Alur pembinaan dimulai dengan proses rekruitmen anggota jama’ah oleh para kader dari
kalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Selanjutnya mengajak mereka mengikuti
pengajian rutin dan kursus-kursus, membina dalam jama’ah, mensponsori menjadi anggota,
mengikutsertakan dalam perkaderan dan pelatihan muballigh hingga akhirnya sebagian di antara
mereka menjadi kader dan muballigh. Kader yang dihasilkan melakukan hal yang serupa mulai

dari rekruitmen sampai menjadi kader. Kewajiban seorang kader adalah menduplikasikan dirinya
kepada anggota jama’ah binaannya sehingga menjadi kader seperti dirinya. Dengan cara ini
sistem pembinaan menjadi terstruktur, dilaksanakan secara bertahap, sampai menjadi pribadi
yang dicita-citakan.
Jama’ah yang berhasil adalah jama’ah yang mampu mengantarkan anggota-anggotanya
menjadi pribadi muslim yang sebenar-benarnya, dan mampu membentuk jama’ah baru.

Penutup
Basis Perwujudan Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang dicita-citakan
Muhammadiyah adalah ranting. Aktualisasi dakwah di ranting dilaksanakan secara terpimpin
melalui jama’ah-jama’ah, dengan kegiatan utama berupa pengajian-pengajian dan kursuskursus keagamaan , berbasis di masjid, mushalla, surau atau langgar. Anggota Muhammadiyah
apapun jabatannya, seharusnyalah berjama’ah. Wallahu A’lam.
Sumber: http://tabligh.muhammadiyah.or.id/content-14-sdet-artikel.html