28 NB : Jika ada gaya aksial Nu, maka Tc dan Vc harus direduksi dengan
1 + 0,3.Nu Ag dimana Nu bernilai positif untuk tekan dan negatif untuk tarik.
2.3.4 Perencanaan Kolom
Perhitungan tulangan kolom menurut buku CUR Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 , sebagai
berikut : Untuk mutu beton f’c = 15, 20, 25, 30 dan 35 Mpa
Mutu baja = 240 dan 400 Mpa
Mencari harga
h d
= 0,10; 0,15 dan 0,12 Grafik penulangan :
- Sumbu vertikal dengan nilai =
c gr
F A
Pu .
85 ,
. φ
2.87
- Sumbu vertikal dengan nilai =
c gr
F A
Pu .
85 ,
. φ
. ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ h
e
1
2.88 Dimana e
1
merupakan harga eksentrisitas = ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ P
Mu 2.89
Besaran pada kedua sumbu dapat dihitung dipetakan dalam bentuk grafik- grafik untuk mencari r.
A
s tot
= β.r ;
dimana β tergantung pada mutu beton
2.90
f’c β
15 20
25 30
35 0,6
0,8 1,0
1,2 1,33
Kapasitas kolom akibat lentur dua arah biaxial bending dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Boris
Bresler berikut ini :
29 Untuk Pn 0,1Pno
uo uy
ux u
P P
P P
1 1
1 1
− +
= atau
no ny
nx n
P P
P P
1 1
1 1
− +
= 2.91
dimana:
ux
P = Beban aksial arah sumbu x pada saat eksentrisitas tertentu
uy
P = Beban aksial arah sumbu y pada saat eksentrisitas tertentu
uo
P = Beban aksial maksimal
Sedangkan untuk Pn 0,5Pn
o
dapat digunakan rumus: 1
≤ +
y uy
x ux
M M
M M
atau
1 ≤
+
oy ny
ox nx
M M
M M
2.92 Pengembangan dari persamaan di atas menghasilkan suatu bidang
runtuh tiga dimensi dimana bentuk umum tak berdimensi dari metode ini adalah:
1
2 1
= ⎟
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎜ ⎝
⎛ +
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
α α
oy ny
ox nx
M M
M M
2.93 Besarnya
α
1
dan α
2
menurut Bresler dapat dianggap sebesar 1,5 untuk penampang bujur sangkar, sedangkan untuk penampang persegi
panjang nilai α bervariasi antara 1,5 dan 2,0 dengan harga rata-rata 1,75.
Dalam analisa kolom biaksial, dapat dilakukan konversi dari momen biaksial yang terdiri dari momen dua sumbu menjadi momen satu sumbu.
Penentuan momen dan sumbu yang berpengaruh adalah sebagai berikut : 1. Untuk M
ny
M
nx
bh β
β −
+ =
1 .
. h
b Mnx
Mny My
2.94 2. Untuk M
ny
M
nx
≤ bh
30
2 m
2 m
1 m 3 m
β β
− +
= 1
. .
b h
Mny Mnx
Mx 2.95
2.3.5 Perencanaan Tangga
Struktur tangga digunakan untuk melayani aksesibilitas antar lantai pada gedung yang mempunyai tingkat lebih dari satu. Tangga merupakan
komponen yang harus ada pada bangunan berlantai banyak walaupun sudah ada peralatan transportasi vertikal lainnya, karena tangga tidak
memerlukan tenaga mesin.
Gambar 2. 5 Model struktur tangga
Adapun parameter yang perlu diperhatikan pada perencanaan struktur tangga adalah sebagai berikut :
- Tinggi antar lantai - Tinggi Optrede
- Tinggi Antrede - Lebar Bordes
- Jumlah anak tangga - Lebar anak tangga
- Kemiringan tangga - Tebal selimut beton
- Tebal pelat beton - Tebal pelat tangga
31
a
o h
Gambar 2. 6 Pendimensian struktur tangga
Menurut Buku Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono o = tan
α x
a 2.96
2 x o + a = 61~ 65 2.97
dimana : o = optrade langkah naik
a = antrede langkah datar Langkah-langkah perencanaan penulangan tangga :
1. Menghitung kombinasi beban Wu dari beban mati dan beban hidup. 2. Menentukan tebal selimut beton, diameter tulangan rencana, dan tinggi
efektif arah x dx dan arah y dy. 3. Dari perhitungan SAP 2000, didapatkan momen pada tumpuan dan
lapangan baik pada pelat tangga maupun pada bordes. 4. Menghitung penulangan pelat tangga dan bordes.
Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada pelat tangga adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang.
b. Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y.
c. Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y. d. Membagi Mu dengan b x d
2
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
×
2
d b
Mu 2.98
32 dimana
b = lebar pelat per meter panjang d = tinggi efektif
e. Mencari rasio penulangan ρ dengan persamaan :
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
× ×
− ×
× =
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
× c
f fy
fy d
b Mu
588 ,
1
2
ρ φ
ρ 2.99
f. Memeriksa syarat rasio penulangan ρ
min
ρ ρ
mak
fy 4
, 1
min
= ρ
2.100
fy c
f fy
mak
85 ,
600 450
× ×
+ ×
= β
ρ 2.101
g. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan
6
10 ×
× ×
= d
b As
ρ 2.102
2.3.6 Perencanaan Balok Perletakan Mesin dan Balok Pengatrol Mesin