TINDAKAN ORGANISASI KEWARTAWANAN DALAM MENYIKAPI KEKERASAN TERHADAP PERS (Studi pada AJI dan PWI Malang)
TINDAKAN ORGANISASI KEWARTAWANAN DALAM MENYIKAPI
KEKERASAN TERHADAP PERS(Studi pada AJI dan PWI Malang)
Oleh: AGUS RAHMAT ( 03220057 )
Communication Science
Dibuat: 20080808 , dengan 3 file(s).
Keywords: ORGANISASI KEWARTAWANAN ,PERS
Munculnya penelitian ini berangkat dari sebuah fenomena kehidupan pers. Bisa dibilang bahwa
pergantian rezim terkadang tidak menjadi jaminan lahirnya kehidupan pers yang kondusif dan
bebas. Setelah terkekang selama kekuasaan rezim orde baru (Orba), ternyata orde reformasi pun
mengalami hal yang sama. Padahal, lahirnya reformasi ini adalah babak baru dari keluarnya pers
pada posisi yang tertekan. Memang, sempat muncul angin segar yaitu dicabutnya beberapa
Peraturan Pemerintah (PP) yang mengekang pers, pencabutan SIUPP hingga lahirnya UU
No.40/1999 tentang pers.
Maraknya tindakan represif terhadap pers, sebenarnya membuktikan bahwa pers sejauh ini
belum bebas. Dari catatan AJI, tahun 2006 ada sekitar 45 kasus, sedangkan tahun 2007 melonjak
menjadi 70 kasus, dengan beragam pelaku seperti aparat pemerintah, massa, ormas, mahasiswa,
hingga satpam. Cerminan inilah yang dialami pers hingga sekarang ini.
Kekerasan yang dilakukan oleh massa pun merupakan imbas dari ketidaktahuan mereka ketika
konflik dengan pers. UU tidak dipahami sehingga timbul aksi pemukulan, penyerangan maupun
tuntutan hukum. Ketidaktahuan inilah yang menjadi pertanyaan bahwa siapa yang
bertanggungjawab. Tentu, salah satu elemen terpenting yang bertanggunjawab adalah organisasi
wartawan, dalam hal ini AJI dan PWI.
Melihat kondisi ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan agar kekerasan
terhadap pers ini bisa diminimalisir. Diambilnya Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) karena kedua organisasi ini memiliki historisitas yang hampir sama
walau era yang berbeda. PWI lahir ketika era kemerdekaan, dan AJI lahir ketika pemerintah
menerapkan sikap otiriter dan pengekangan terhadap pers.
Fokus utama dalam penelitian ini adalah bagaimana peran kedua organisasi wartawan ini dalam
upaya memerangi premanisme terhadap pers. Sebab, salah satu tanggungjawab organisasi
wartawan adalah melindungi dan mengupayakan terciptanya iklim pers yang kondusif.
Model empat teori pers oleh Siebert, Peterson dan Schramm dalam bukunya Four Theories of the
Press merupakan cerminan dari kondisi pers yang ada dibeberapa negara. Sebab, kondisi sosial
masyarakat dan pemerintah akan berpengaruh juga terhadap keadaan pers, apakah itu otoriter,
liberal, komunis maupun tanggungjawab sosial. Bagi bangsa Indonesia, teori tanggungjawab
sosial (responsibility theori) adalah tepat jika diterapkan. Lahirnya teori ini akibat dari
kekecewaan terhadap teori liberal yang pada pelaksanaannya lebih dominan kapitalis/ profit
ekonomis.
Dasar pemikiran utama dari teori ini ialah bahwa, kebebasan dan kewajiban berlangsung secara
beriringan dan pers yang menikmati kedudukan dalam pemerintahan yang demokratis
berkewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat dalam melaksanakan fungsinya.
Untuk memperoleh hasil, maka digunakan pendekatan data deskriptif dengan menggunakan jenis
data kualitatif. Pada penelitian deskriptif, juga dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah
variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Sehingga, masalah yang ada akan
dapat digali secara mendalam dan utuh.
Dari hasil penelitian dan analisa data, progresifitas AJI lebih menonjol dibandingkan dengan
PWI. Sejauh ini, AJI masih tetap konsisiten dalam perjuangan kebebasan pers dan mengecam
tindakan kekerasan terhadap pers. AJI mampu memberikan kegiatan dan antisipasi kongkrit
terkait problem ini. Diantara upaya yang dilakukan AJI adalah pelatihan peliputan pilkada,
kampanye anti suap, pelatihan organisir sarikat pekerja dan banyak lagi. Sedangkan PWI
mengalami kevakuman dalam bergerak, hampir semua jajaran kepengurusannya lumpuh
sehingga berbagai persoalan pers tidak mampu diatasi dan disikapi secara menyeluruh oleh PWI.
The appearance this research is be come from is fenomenal and the rigme exchange is doesnt hail
for condusif difree pers lived. After inhibit her power new sosiopolitical regime in fact
cevermation is in the same filling. And because this reformation appearance at new episode
while it in pressiue possition. Indeed, there a new issue with removed same goverment regulation
about restraint of press. Removed SIUPP with become UU No.40/1999 about press.
How flare but repressive measure to the press up actually it to be prive that the press is unfree.
From AJI’s documentation. There 45 example in year 2006 but in 2007 it to be 70 example. With
other agent goverment, mass organization, mass, student, till securuty guard. To this be some
reflect with this different.
Aircurrent of mass is force is from they unknown when conflict with press. UU is doesnt realized
untill become strike action, firce till law demand. With this unknown will be some question that
who renspossible of course the responsible, one of important element is journalist organization in
AJI and PWI.
With this condition, the researcher will to know how far the effort to minimize the force is
difference era with press. Made AJI and PWI because they organization has the same historisity.
PWI made when liberaled era, and AJI made when the goverment apply the authoritarian system
and resistens to the press.
The first focus in the research is how the two organization inside the effort to war the
criminalism to the press. Because, one of journalist organization responsible is protect in try to
make press season is condusive.
From model of four theories of the press are Siebert, Peterson and Schram in their book Four
Theory of Press is comparis on from press condution in some nation. Because, social community
condution in goverment would influence with press efect, what is authoritarian, unconventional,
communist also social responsibility. As indonesian, responsibility theory is a applications
exactly. This theory is result from disppointment to unconventional theory while the praktice
more dominant of capitalist.
Base of prominent think from this theory is make the freedom in obligation walk together in the
press who’s enjoy inside democrative goverment to be a responsible to the community in their
job.
Forget a mark, make same approach descriptive data with kualitative data in discriptive research.
Its mean to exploration and klarification about same fenomena or real sosiality. With describe
many variable that on the problem and the unit in through. Until the problem can discovere by
intensive and infact.
From research crop and analysis data, AJI’s progressiviness is more conspicious than PWI. So
far, AJI still consistent in press freedom struggle and investigate the hardness to the press. AJI
can give same activity and solid anticipation with this problem about AJI’s effort is exercise of
Pilkada’s cover, the campaign antibribery worker united excercise in ect. While the PWI is
vacum from activity, almost all of leadership vacum untill all of press problem can’t be
overcome in think good by PWI.
KEKERASAN TERHADAP PERS(Studi pada AJI dan PWI Malang)
Oleh: AGUS RAHMAT ( 03220057 )
Communication Science
Dibuat: 20080808 , dengan 3 file(s).
Keywords: ORGANISASI KEWARTAWANAN ,PERS
Munculnya penelitian ini berangkat dari sebuah fenomena kehidupan pers. Bisa dibilang bahwa
pergantian rezim terkadang tidak menjadi jaminan lahirnya kehidupan pers yang kondusif dan
bebas. Setelah terkekang selama kekuasaan rezim orde baru (Orba), ternyata orde reformasi pun
mengalami hal yang sama. Padahal, lahirnya reformasi ini adalah babak baru dari keluarnya pers
pada posisi yang tertekan. Memang, sempat muncul angin segar yaitu dicabutnya beberapa
Peraturan Pemerintah (PP) yang mengekang pers, pencabutan SIUPP hingga lahirnya UU
No.40/1999 tentang pers.
Maraknya tindakan represif terhadap pers, sebenarnya membuktikan bahwa pers sejauh ini
belum bebas. Dari catatan AJI, tahun 2006 ada sekitar 45 kasus, sedangkan tahun 2007 melonjak
menjadi 70 kasus, dengan beragam pelaku seperti aparat pemerintah, massa, ormas, mahasiswa,
hingga satpam. Cerminan inilah yang dialami pers hingga sekarang ini.
Kekerasan yang dilakukan oleh massa pun merupakan imbas dari ketidaktahuan mereka ketika
konflik dengan pers. UU tidak dipahami sehingga timbul aksi pemukulan, penyerangan maupun
tuntutan hukum. Ketidaktahuan inilah yang menjadi pertanyaan bahwa siapa yang
bertanggungjawab. Tentu, salah satu elemen terpenting yang bertanggunjawab adalah organisasi
wartawan, dalam hal ini AJI dan PWI.
Melihat kondisi ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan agar kekerasan
terhadap pers ini bisa diminimalisir. Diambilnya Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) karena kedua organisasi ini memiliki historisitas yang hampir sama
walau era yang berbeda. PWI lahir ketika era kemerdekaan, dan AJI lahir ketika pemerintah
menerapkan sikap otiriter dan pengekangan terhadap pers.
Fokus utama dalam penelitian ini adalah bagaimana peran kedua organisasi wartawan ini dalam
upaya memerangi premanisme terhadap pers. Sebab, salah satu tanggungjawab organisasi
wartawan adalah melindungi dan mengupayakan terciptanya iklim pers yang kondusif.
Model empat teori pers oleh Siebert, Peterson dan Schramm dalam bukunya Four Theories of the
Press merupakan cerminan dari kondisi pers yang ada dibeberapa negara. Sebab, kondisi sosial
masyarakat dan pemerintah akan berpengaruh juga terhadap keadaan pers, apakah itu otoriter,
liberal, komunis maupun tanggungjawab sosial. Bagi bangsa Indonesia, teori tanggungjawab
sosial (responsibility theori) adalah tepat jika diterapkan. Lahirnya teori ini akibat dari
kekecewaan terhadap teori liberal yang pada pelaksanaannya lebih dominan kapitalis/ profit
ekonomis.
Dasar pemikiran utama dari teori ini ialah bahwa, kebebasan dan kewajiban berlangsung secara
beriringan dan pers yang menikmati kedudukan dalam pemerintahan yang demokratis
berkewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat dalam melaksanakan fungsinya.
Untuk memperoleh hasil, maka digunakan pendekatan data deskriptif dengan menggunakan jenis
data kualitatif. Pada penelitian deskriptif, juga dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah
variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Sehingga, masalah yang ada akan
dapat digali secara mendalam dan utuh.
Dari hasil penelitian dan analisa data, progresifitas AJI lebih menonjol dibandingkan dengan
PWI. Sejauh ini, AJI masih tetap konsisiten dalam perjuangan kebebasan pers dan mengecam
tindakan kekerasan terhadap pers. AJI mampu memberikan kegiatan dan antisipasi kongkrit
terkait problem ini. Diantara upaya yang dilakukan AJI adalah pelatihan peliputan pilkada,
kampanye anti suap, pelatihan organisir sarikat pekerja dan banyak lagi. Sedangkan PWI
mengalami kevakuman dalam bergerak, hampir semua jajaran kepengurusannya lumpuh
sehingga berbagai persoalan pers tidak mampu diatasi dan disikapi secara menyeluruh oleh PWI.
The appearance this research is be come from is fenomenal and the rigme exchange is doesnt hail
for condusif difree pers lived. After inhibit her power new sosiopolitical regime in fact
cevermation is in the same filling. And because this reformation appearance at new episode
while it in pressiue possition. Indeed, there a new issue with removed same goverment regulation
about restraint of press. Removed SIUPP with become UU No.40/1999 about press.
How flare but repressive measure to the press up actually it to be prive that the press is unfree.
From AJI’s documentation. There 45 example in year 2006 but in 2007 it to be 70 example. With
other agent goverment, mass organization, mass, student, till securuty guard. To this be some
reflect with this different.
Aircurrent of mass is force is from they unknown when conflict with press. UU is doesnt realized
untill become strike action, firce till law demand. With this unknown will be some question that
who renspossible of course the responsible, one of important element is journalist organization in
AJI and PWI.
With this condition, the researcher will to know how far the effort to minimize the force is
difference era with press. Made AJI and PWI because they organization has the same historisity.
PWI made when liberaled era, and AJI made when the goverment apply the authoritarian system
and resistens to the press.
The first focus in the research is how the two organization inside the effort to war the
criminalism to the press. Because, one of journalist organization responsible is protect in try to
make press season is condusive.
From model of four theories of the press are Siebert, Peterson and Schram in their book Four
Theory of Press is comparis on from press condution in some nation. Because, social community
condution in goverment would influence with press efect, what is authoritarian, unconventional,
communist also social responsibility. As indonesian, responsibility theory is a applications
exactly. This theory is result from disppointment to unconventional theory while the praktice
more dominant of capitalist.
Base of prominent think from this theory is make the freedom in obligation walk together in the
press who’s enjoy inside democrative goverment to be a responsible to the community in their
job.
Forget a mark, make same approach descriptive data with kualitative data in discriptive research.
Its mean to exploration and klarification about same fenomena or real sosiality. With describe
many variable that on the problem and the unit in through. Until the problem can discovere by
intensive and infact.
From research crop and analysis data, AJI’s progressiviness is more conspicious than PWI. So
far, AJI still consistent in press freedom struggle and investigate the hardness to the press. AJI
can give same activity and solid anticipation with this problem about AJI’s effort is exercise of
Pilkada’s cover, the campaign antibribery worker united excercise in ect. While the PWI is
vacum from activity, almost all of leadership vacum untill all of press problem can’t be
overcome in think good by PWI.