PENGELOLAAN IMPRESI PENGEMIS DI KOTA MALANG(Studi Terhadap Pengemis yang Beroperasi di Alun-Alun Kota Malang)

PENGELOLAAN IMPRESI PENGEMIS DI KOTA MALANG(Studi Terhadap
Pengemis yang Beroperasi di Alun-Alun Kota Malang)
Oleh: Eko Susanto ( 03240019 )
Sociology
Dibuat: 2010-06-07 , dengan 6 file(s).

Keywords: Pengelolaan Impresi, Pengemis di Kota Malang
ABSTRAK
Konsepsi pengemis dalam fakta yang terjadi di kota besar bukanlah sebuah permasalahan ringan tentang
kemiskinan, keberadaan pengemis selalu bertambah dan terus berkembang. Ketiadaan ketrampilan dan adanya
tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup membuat orang memilih untuk menjadi pengemis. Atau mungkin ini
lebih karena sifat kurangnya harga diri dan malas sehingga banyak orang yang sebenarnya bisa bekerja, tetapi
lebih memilih untuk menjadi pengemis. Hal ini terlihat banyak para pengemis yang masih tegar kuat dan sehat
melakukan aktifitas mengemis. Bahkan yang terjadi para pengemis merubah penampilanya untuk menjadi sosok
orang yang benar-benar harus di kasihani. Dalam konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh
pengemis, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri.
Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah
kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang
tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa
tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat
homogen pengemis, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru

membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Hal ini terjadi di Kota Malang sebagai salah satu kota besar
kedua di Jawa Timur, dimana jumlah pengemis semakin meningkat dari tahun ketahun. Di Kota Malang seperti di
alun-alun Kota Malang, karena saat penulis telusuri kehidupan pengemis di Kota Malang semakin lama semakin
pesat dengan peran yang berbeda-beda.
Permasalahannya adalah bagaimana pengemis melakukan pengelolaan impresi kehidupan sebagai pengemis di
Kota Malang? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pengemis melakukan pengelolaan impresi
kehidupan sebagai pengemis di Kota Malang
Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dramatugis. Teori dramatugis (Goffman)
mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari
perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku
yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran
merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui: Observasi dan wawancara. Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahanya,
data dianalisis dengan cara penyajian data sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil data yang diperoleh bahwa pengemis melakukan pengelolaan impresi kehidupan sebagai pengemis di
alun-alun Kota Malang adalah dengan memainkan perannya sebagai pengemis yang mayoritas dilatarbelakangi
oleh faktor ekonomi dan profesi. Untuk selesai mengemis tidak ditentukan oleh waktu, melainkan ditentukan
dengan target yang mereka peroleh dari mengemis seharian. Selain itu motivasi pengelolaan impresi kehidupan
sebagai pengemis adalah karena dilatar belakangi oleh faktor keturunan dari orang tua yang menjadi pengemis,

pasrah menerima nasib, pengaruh perkawinan dan lingkungan tempat tinggal yang mayoritas menjadi pengemis.
Berkaitan dengan tujuan Dramatisme adalah memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan
manusia, atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan.Dramatisme memperlihatkan bahasa sebagai
model tindakan simbolik ketimbang model pengetahuan. Bentuk dramaturgis para pengemis adalah dengan (1)
menadahkan tangan dengan pakaian yang compang camping; (2) meletakkan dan membawa mangkok; (3)
Menggendong atau mengajak anak kecil dengan jalan menyewa pada tetangga (4) berpura-pura cacat dengan
wajah bersedih.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Pemerintah Kota Malang agar membuat peraturan dan larangan yang
lebih tegas, memberikan pelatihan keterampilan dan pemberian modal kepada pengemis termasuk pengemis tua
dan cacat, adanya kerja sama antara pihak-pihak swasta. Sedangkan kepada masyarakat agar dapat
membedakan-bedakan dalam memberikan bantuan kepada pengemis yang benar-benar membutuhkan bantuan
dengan yang tidak benar-benar membutuhkan bantuan. Disamping itu disarankan kepada peneliti lain untuk
melanjutkan penelitian yang lebih mendalam yang masih belum terungkap dalam penelitian ini.

ABSTRACT
Beggar conception in fact that happened in metropolis is not a light problems about poorness, existence of beggar
always increase and continue to expand. No skilled and existence of demand to fulfill requirement of life make
people chosen to become beggar. Or possible this is more because nature of the lack of selfregard and lazy so that
many people which in fact can work, but rather chosen to become beggar. This matter seen many all beggar which
still hale and hearty obstinate conduct activity cadge. Even that happened all beggar change its to become

buttonhole one who really have to in feeling pity for. In concept of dramaturgis and game of role conducted by
beggar, created by interaction condition and atmospheres which later;then give separate meaning. appearance of
meaning this is very depend on social background society itself. Formed later;then society capable to adapt with
various life pattern and atmosphere. Society which remain in heterogeneous community of urban, creating
podiums alone making it can come up as community which can live on with its. So also with homogeneous society
of beggar, creating podiums alone through its interaction, which sometimes exactly form proteksi alone with other
community. This matter happened in Malang Town as one of the second metropolis in East Java, where amount of
beggar progressively mount from year to year. In Malang Town as in Malang Town plaza, because writer moment
trace life of beggar in Malang Town longer fast progressively with role which different each other.
Its problems is how beggar do management of life impresi as beggar in Malang Town? Intention of this research is
to know the way of beggar domanagement of life impresi as beggar in Malang Town.
Approach of theory which is used in this research is theory of dramatugis. theory of Dramatugis (Goffman) study
context of behavior of human being in reaching its target and non to study result of from its behavior. Dramaturgi
comprehend that in interaction between human being there is " agreement" behavioral which agreed able to send
to final purpose of social interaction intention. Play at role represent one of the appliance able to relate to reaching
of agreement.
This research is conducted by using approach qualitative with descriptive method. Technique data collecting
through: Observation and interview. After done by its inspection of him, data analysed by presentation of data is at
the same time analysed and withdrawal of conclusion.
From result of obtained data that beggar do management of life impresi as beggar in Malang Town plaza is by

playing its role as beggar which is background majority by economic factor and profession. To have to cadged is
not defined by time, is but determined with goals which they obtain;get from cadging all day long. Besides
motivation management of life impresi as beggar is because background overshadow by clan factor of old fellow
becoming beggar, surrenderness accept chance, influence of residence environment and marriage which is majority
become beggar. Relate to the target of Dramatisme is to give logical clarification to comprehend human being
action motif, or why human being do what them of doit.Dramatisme show Ianguage as symbolic action model
compared to knowledge model. Form dramaturgis all beggar is with ( 1) receive hand with clothes which is bad; (
2) putting down and bringing tumbler; ( 3) Carrying on the back or inviting moppet by way of renting at neighbour
( 4) defect pretense with face sorrow.
From result of this research is suggested to Government of Malang Town so that making regulation and prohibition
order more coherent, giving training of skill and giving of capital to beggar of including defect and old beggar,
existence of same activity among private sector party. While to society so that earning differentiating in giving aid
to really requiring beggar of aid with do not really is requiring of aid. Beside that suggested to other researcher to
continue more circumstantial research which still not yet been expressed in this research