Lima Dosen UMM ke Eropa

Universitas Muhammadiyah Malang
www.umm.ac.id

Lima Dosen UMM ke Eropa
Malang Post : Selasa, 2010-06-29 | 14:43
MALANG - Lima dosen dan 24 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam waktu dekat segera
dikirim ke Eropa. Mereka akan diberangkatkan ke universitas-universitas anggota konsorsium Erasmus Mundus
External Cooperation Windows (EMECW) enam negara di Eropa. Yaitu, Italia, Austria, Turki, Jerman, Spanyol,
Portugal dan Finlandia.

Kepala Humas UMM, Nasrullah menuturkan dua dosen, yakni Dr. Trisakti Handayani dan Fardini Sabilah, M.Ed, sudah
lebih dulu berangkat ke Austria pekan lalu. Masing-masing untuk program post-doctoral dan staff exchange.

“Selebihnya akan berangkat pada Juli dan pertengahan Agustus mendatang,” kata Nasrullah yang juga menjadi
peserta yang lolos seleksi EMECW. Ia berangkat ke Turki, Rabu (30/06) untuk program education staff exchange di
Atilim University selama 40 hari.

UMM merupakan salah satu di antara tiga universitas di Indonesia, selain Unair dan ITB, yang proposalnya lolos
menjadi mitra EMECW. Program yang diberi nama Bridging the Gap lot 12 ini dibiayai Komisi Uni Eropa dengan total
beasiswa sekitar Rp 70 Miliar untuk periode 2010-2013.


Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri (BKLN) UMM, Suparto, menjelaskan program ini hanya untuk dosen dan
mahasiswa UMM. Untuk dosen, ada dua skema, yakni post-doctoral dan staff exchange. Kegiatan utama selama di
Eropa adalah mengajar dan melakukan riset bersama. Durasi post-doctoral dipatok enam bulan, sedangkan staff
exchange selama satu bulan. “Tujuannya memang untuk memperkuat kerjasama akademik di antara universitas di
negara-negara Asia dengan di Eropa,” terangnya.

Lebih lanjut, Suparto menambahkan, program untuk mahasiswa adalah kuliah satu hingga dua semester di universitas
partner. Angka kredit dari universitas di Eropa dapat ditranfer ke UMM, demikian juga bagi mahasiswa Eropa yang
kuliah di UMM, nilainya bisa dikonversi di Eropa.
“Jadi ada pengakuan kualitas akademik di antara universitas-universitas yang ditunjuk,” lanjut Suparto.

Selain mengirim mahasiswa, dalam program ini UMM juga menerima tujuh mahasiswa Eropa. Mereka akan mengikuti
perkuliahan reguler selama satu semester dan berbaur dengan mahasiswa UMM lainnya. Seperti halnya dosen dan
mahasiswa UMM, mahasiswa asal Eropa juga harus melalui tahap seleksi kelayakan. Di antaranya, kesesuaian
program studi, mata kuliah dan penguasaan bahasa.

“Tidak semua negara Eropa berbahasa Inggris, jadi syarat bahasa ini juga diterapkan agar mahasiswa bisa mengikuti
kuliah di UMM dengan baik. Demikian juga, dosen dan mahasiswa UMM diseleksi pihak Eropa, baik proposal research,
teaching maupun kesesuaian mata kuliahnya,” terang Suparto lebih lanjut.


Keberhasilan UMM menjangkau kerjasama dengan universitas-universitas di Eropa ini tidak mengherankan. Sebab,
sebelumnya, UMM juga dikenal sebagai perguruan tinggi yang sudah lama memiliki kerjasama permanen dengan
konsorsium belasan universitas di Australia dalam Australian Consortium for In-countries Indonesia Studies (Acicis).
Selain itu, dengan univeritas-universitas di Amerika Serikat dan Timur Tengah juga sudah terjalin baik.(oci/eno)

page 1 / 1