Analisis Prospek Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PROSPEK EKSPOR KOPI INDONESIA KE EROPA

OLEH

Indra Ismayudi Tanjung 080501097

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ABSTRACT

This research couducted to analysis the factor’s that influence Prospects of Indonesian export coffee to Europe. Factors observed in this research are price of Indonesian export coffee to Europe, exchange rate, the volume of Indonesian export coffee to Europe year ago, and total of Indonesian export coffee to Europe.

The analysis, in object, introducing time series data from 1981-2010. Model used in this research, uppleed the ordinary least square (OLS).

The research results show that price of Indonesian export coffee to Europe, the volume of Indonesian export coffee to Europe year ago, and total of Indonesian export coffee to Europe Significantion effect Indonesian coffee export to Europe. While, exchange rate not significantion effect the Indonesian coffee export. And Indonesian export coffee to Europe show a bright prospects in the future.


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prospek ekspor kopi Indonesia ke eropa. Dimana faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah harga ekspor kopi Indonesia ke Eropa, nilai tukar rupiah terhadap dollar, volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya, dan total ekspor kopi Indonesia.

Untuk analisis, penelitian ini menggunakan data time series dari 1981 sampai 2010. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Teknik analisis akan menggunakan regresi linier Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ekspor kopi Indonesia ke Eropa, volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya, dan total ekspor kopi Indonesiasignifikan mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa, sedangkan nilai tukar tidak signifikan mempengaruhi perubahan volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa. Dan ekspor kopi Indonesia ke Eropa memiliki prospek yang cukup cerah dimasa yang akan datang.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

Skripsi yang berjudul ”Analisis Prospek Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa” ini disusun berdasarkan teori yang ada. Dalam skripsi ini penulis menjelaskan prospek dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Eropa. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak yang memberikan bantuan moril maupun materil. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari bahwa didalam skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2013


(5)

DAFTAR ISI ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Hipotesis... 5

1.4. Tujuan Penelitian... 5

1.5. Manfaat Penelitian... 6

1.6. Pembatasan Masalah... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Perkembangan Kopi Dunia... 7

2.2. Perkembangan Kopi di Indonesia... 8

2.3. Perdagangan Internasional... 9

2.4. Ekspor... 11

2.5. Kurs... 14

2.6. Harga Ekspor... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 22


(6)

3.3. Pengolahan Data... 23

3.4. Model Analisis Data... 23

3.5. Test Goodness Of Fit ( Uji Kesesuaian )... 25

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 26

3.7. Defenisi Operasional... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Produksi Kopi Indonesia... 30

4.2. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa... 32

4.3. Interpretasi Data... 35

4.4. Prospek Ekspor Kopi Indonesi ke Eropa... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 46

5.2. Saran... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

1.1. Ekspor Indonesia (dalam US Dollar)... 1 1.2. Pertumbuhan dan Kontribusi PDB Sektor Pertanian

(di luar Perikanan dan Kehutanan) Tahun 2009-2011... 2 1.3. Pertumbuhan Ekspor Sektor Pertanian Tahun 2008-2012

(dalam US Dollar)... 3 1.4. Ekspor Kopi Menurut Negara Tujuan Utama, 2007-2010 (dalam ton)... 3 4.1. Perkembangan Produksi Kopi Indonesia , Menurut Pengusahaan,

1981-2010...31 4.2. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa Tahun 1981-2010... 34 4.3. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi

Indonesia ke Eropa... 35 4.4. Perkembangan Total Produksi Kopi Negara Eksportir Tahun 2010... 43 4.5. Konsumsi Negara Importir Tahun 2005-2010 (dalam 000 bags)... 44


(8)

ABSTRACT

This research couducted to analysis the factor’s that influence Prospects of Indonesian export coffee to Europe. Factors observed in this research are price of Indonesian export coffee to Europe, exchange rate, the volume of Indonesian export coffee to Europe year ago, and total of Indonesian export coffee to Europe.

The analysis, in object, introducing time series data from 1981-2010. Model used in this research, uppleed the ordinary least square (OLS).

The research results show that price of Indonesian export coffee to Europe, the volume of Indonesian export coffee to Europe year ago, and total of Indonesian export coffee to Europe Significantion effect Indonesian coffee export to Europe. While, exchange rate not significantion effect the Indonesian coffee export. And Indonesian export coffee to Europe show a bright prospects in the future.


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prospek ekspor kopi Indonesia ke eropa. Dimana faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah harga ekspor kopi Indonesia ke Eropa, nilai tukar rupiah terhadap dollar, volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya, dan total ekspor kopi Indonesia.

Untuk analisis, penelitian ini menggunakan data time series dari 1981 sampai 2010. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Teknik analisis akan menggunakan regresi linier Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ekspor kopi Indonesia ke Eropa, volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya, dan total ekspor kopi Indonesiasignifikan mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa, sedangkan nilai tukar tidak signifikan mempengaruhi perubahan volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa. Dan ekspor kopi Indonesia ke Eropa memiliki prospek yang cukup cerah dimasa yang akan datang.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Globalisasi yang terjadi saat ini telah meningkatkan hubungan antar negara dalam bidang ekonomi. Perdagangan antar negara tidak dapat dihindari karena tidak ada negara yang mampu memproduksi seluruh kebutuhan dalam negeri. Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara partner dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, penduduk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan sebagainya (Halwani, 2002).

Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan ekspor sektor pertanian dikarenakan kondisi wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Nilai ekspor pertanian Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, namun dari tahun 2010 hingga tahun 2012 terus mengalami kenaikan.

Tabel 1.1. Ekspor Indonesia (dalam US Dollar) Tahun Total Oil and

Gas

Non Oil and GAs

Sektor

Agriculture Industry Mining Others 2008 137.020,38 29.126,25 107.894,23 4.584,63 88.393,48 14.906,16 24,46 2009 116.510,00 19.018,30 97.491,70 4.352,8 73.435,80 19.692,30 37,80 2010 157.778,80 28.039,60 129.739,50 5.002,1 98.033,10 26.655,50 9,90 2011 203.496,60 41.477,00 162.019,50 5.165,9 122.188,60 34.652,00 12,90 2012 190.031,83 36.977,25 153.054,65 5.570,73 116.135,14 31.329,94 18,70


(11)

Sektor pertanian Indonesia memiliki banyak sektor, salah satu sub-sektor potensial adalah perkebunan. Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kontribusi tanaman perkebunan selalu meningkat setiap tahunnya. Pada 2009 tanaman perkebunan memberikan kontribusi sebesar 1,84%, lalu meningkat menjadi 2,51% pada tahun 2010 dan akhirnya mencapai 6,06% pada tahun 2011.

Tabel 1.2. Pertumbuhan dan Kontribusi PDB Sektor Pertanian ( diluar Perikanan dan Kehutanan) Tahun 2009-2011

Sektor/Sub-sektor Tahun

2009 (%) 2010 (%) 2011* (%)

Pertumbuhan PDB 3,98 2,86 3,07

- Tanaman Bahan Makanan 4,97 1,81 1,93

- Tanaman Perkebunan 1,84 2,51 6,06

- Peternakan dan hasilnya 3,45 4,06 4,23

Kontribusi Terhadap PDB Nasional 11,34 11,49 11,88 Sumber : Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011.

*) sampai Triwulan III 2011.

Sub-sektor perkebunan Indonesia memiliki beragam tanaman, salah satunya adalah kopi. Komoditi kopi sebagai salah satu jenis tanaman subsektor perkebunan merupakan tanaman yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Kopi menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan sub-sektor perkebunan ke berbagai negara, selain beberapa komoditi ekspor lainnya seperti kelapa sawit, karet dan kakao. Tercatat bahwa dari tahun ke tahun nilai ekspor kopi Indonesia terus mengalami pertambahan nilai ekspor walaupun tetap mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008-2012, pertumbuhan ekspor kopi Indonesia terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi kopi Indonesia memiliki potensi untuk menjadi komoditi ekspor unggulan.


(12)

Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2008-2012 (dalam US Dollar)

Tahun Total Sektor

Coffee, Tea And Spices Others

2008 4584,6 1.397,60 3187,0

2009 4352,7 1.206,30 3146,4

2010 5001,8 1.369,60 3632,2

2011 5165,8 1.602,30 3563,5

2012 5570,6 2.002,40 3568,2

Sumber :

Negara tujuan ekspor kopi Indonesia adalah negara-negara yang berada di kawasan Eropa, Asia dan Amerika. Pada tabel 1.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 negara yang menjadi tujuan ekpor terbesar adalah Jerman (63.688,4 ton), Amerika Serikat (63.048,0 ton), Jepang (59.170,9 ton), Italia (26.770,7 ton), Malaysia (26.200,1 ton), Inggris (24.343,1 ton), dan disusul negara lainnya.

Tabel 1.4. Ekspor Kopi Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama, 2007 2010 (dalam ton)

Negara Tujuan 2007 2008 2009 2010

Jepang 51.725,3 5.299,2 53.678,5 59.170,9

Singapura 12.630,6 7.237,0 7.305,8 6.079,0

Malaysia 12.407,5 17.370,4 17.803,2 26.200,1

India 8.294,9 12.085,0 9.950,7 9.733,3

Mesir 5.469,0 10.109,0 10.079,8 12.024,7

Maroko 6.247,8 6.860,4 7.900,2 8.369,1

Aljazair 8.379,6 23.205,6 26.531,9 10.303,2

Amerika Serikat 66.222,5 65.646,0 71.603,7 63.048,0

Inggris 8.822,6 15.125,3 16.425,5 24.343,1

Jerman 43.074,1 89.600,9 78.876,0 63.688,4

Italia 19.529,4 30.213,4 36.188,4 26.770,7

Rumania 4.613,4 4.565,9 4.816,9 2.219,4

Georgia 6.455,6 9.238,4 11.486,7 9.077,4

Lainnya 66.559,2 123.602,8 157.383,1 111.693,8

Total 320.431,5 467.852,3 510.030,4 432.721,1


(13)

Perkembangan ekspor kopi Indonesia ke negara-negara yang berada di kawasan Asia, Amerika dan Eropa memeiliki potensi yang menjanjikan khususnya negara-negara yang berada di kawasan Eropa. Berdasarkan data dari International Cofee Organization, kawasan Eropa merupakan kawasan yang paling besar dalam mengimpor kopi. Pada tahun 2011, total kopi yang diimpor oleh dunia adalah 72.355.000 ton dan impor Eropa sebesar 40.428.000 ton atau 55% dari impor dunia. Negara Eropa yang paling besar mengimpor kopi adalah Jerman (23%), Perancis (14%), Italia (14%), Spanyol (7%), Ingrris (7%) dan negara lainnya (35%). Hal ini merupakan prospek cerah bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan ekspor kopi ke kawasan Eropa.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Analisis Prospek Ekspor Kopi Indonesia Ke Eropa”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana pengaruh harga ekspor kopi terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa?

2. Bagaimana pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa?

3. Bagaimana pengaruh volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa?


(14)

4. Bagaimana pengaruh total ekspor kopi Indonesia terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa?

5. Bagaimana perkembangan dan prospek ekspor kopi Indonesia ke Eropa ?

1.3.Hipotesis

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

1. Harga ekspor kopi memiliki pengaruh positif terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

2. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat memiliki pengaruh positif terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

3. Volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

4. Total ekspor kopi Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

5. Perkembangan dan prospek ekspor kopi Indonesia ke Eropa akan meningkat.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis :

1. Pengaruh harga ekspor kopi terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa. 2. Pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat terhadap


(15)

3. Pengaruh volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

4. Pengaruh total ekspor kopi ekspor kopi Indonesia terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

5. Perkembangan dan prospek ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Menambah informasi dan wawasan peneliti tentang ekspor kopi Indonesia. 2. Dapat memberikan gambaran tentang perkembangan kopi Indonesia

sebagai salah satu hasil perkebunan.

3. Dapat memberikan informasi tentang ekspor kopi Indonesia ke Eropa sehingga bermanfaat untuk usaha pengembangan ekspor kopi Indonesia. 4. Sebagai masukkan maupun perbandingan bagi pihak lain yang ingin

melakukan penilitian tentang masalah ekspor komoditi pertanian Indonesia

1.6. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini, penulis hanya menganalisis tentang ekspor kopi Indonesia ke Jerman, Inggris dan Italia. Hal ini dilakukan karena keterbatasan penulis dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan.


(16)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1. Perkembangan Kopi Dunia

Kopi merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Asia Selatan, termasuk family Rubiaceae dengan tinggi mencapai 5 meter. Daunnya sekitar 5-10 cm panjang dan 5 cm lebar. Bunga kopi yang berwarna putih berbunga bersamaan, buah kopi sendiri berbentuk oval panjangnya sekitar 1,5 cm. Biasanya buah kopi berisikan 2 buah biji, tetapi sekitar 5-10% mempunyai hanya 1 biji saja yang dinamakan “peaberries” (Budiman, 2013).

Minuman kopi sangat digemari oleh bangsa Ethiopia dan Abessinia karena berkhasiat menyegarkan badan. Oleh karena itu ketika mereka mengembara ke wilayah-wilayah lain, buah kopi juga ikut terbawa dan tersebar kemana-mana antara lain negara-negara Arab, Persia, hingga tanaman kopi tumbuh subur di negari Yaman (Sri Jayanati dan Danarti, 1999).

Pada waktu itu minuman kopi terutama dikenal di negara Arab, karena negara itu merupakan tempat umat manusia yang beragama Kristen maupun Islam dari berbagai bangsa. Mereka setelah pulang ke negara masing-masing, kemudian memperkenalkan kopi tadi kepada para penduduk setempat. Peristiwa inilah yang menyebabkan permintaan biji kopi cepat meningkat, sehingga menimbulkan perdagangan yang menguntungkan (AAK, 1991).


(17)

Saat ini terdapat sekitar 4 500 jenis kopi yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yaitu: (1) Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang Robusta, (2) Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabika, (3) Coffea Excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa, dan (4) Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberika.

2.2. Perkembangan Kopi di Indonesia

Ditahun 1696, Gubernur Belanda di Malabar mengirimkan biji kopi ke Gubernur Belanda di Batavia, pengiriman pertama hilang karena banjir yang terjadi di Batavia, pengiriman kedua dilakukan tahun 1699. Ekspor kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dalam tempo 10 tahun ekspor meningkat sampai 60 ton/tahun. Indonesia adalah tempat perkebunan pertama di luar Arabia dan Ethiopia dan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 sampai 1780 (Budiman, 2013).

Besarnya keuntungan yang bisa didapat dari tanaman kopi membuat jumlah perkebunan kopi terus meningkat. Di pulau jawa, perkebunan ini banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur yakni di Semarang, Sala, Kedu, Besuki dan Malang. Di daerah pulau sumatera, perkebunan kopi meluas di daerah Lampung, Palembang, Sumatera barat dan sumatera Timur.

Pada perjalanan selanjutnya, sejarah perkembangan kopi di Indonesia pernah mengalami goncangan yaitu ketika pada tahun 1876 terjadi ledakan penyakit Hemeli vastatrix (HV) yang menyerang daun dan sangat membahayakan. Berbagai usaha untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Kemudian VOC mendatangkan kopi liberika dan robusta yang


(18)

diharapkan lebih tahan terhadap penyakit HV. Namun saat ini diketahui bahwa liberika juga mudah terserang penyakit itu (Sri Jayanati dan Danarti, 1999).

2.3. Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba menjelaskan mengapa sebuah negara mau melakukan kerja sama perdagangan dengan negara-negara lain. Secara umum teori perdagangan internasional dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori klasik dan teori neo-klasik.

Tokoh ekonomi klasik yang memberikan kontribusi yang besar adalah Adam Smith dan David Ricardo. Adam Smith mencetuskan teori keunggulan mutlak (absolute advantage), danDavid Ricardo muncul dengan teori keunggulan komparatif (comparative advantage). Sedangkan tokoh neo-klasik yang memiliki sumbangan berarti untuk perdagangan internasional adalah Eli Heckscher dan Bertil Ohlin dengan sebutan teori H-O.

a. Teori Keunggulan Mutlak (Adam Smith)

Pemikiran Adam Smith ini menerangkan bagaimana kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dari perdagangan internasional. Keunggulan absolut merupakan kemampuan suatu negara untuk memproduksi suatu barang lebih murah daripada negara lain. Keunggulan Absolut (absolut advantage) terjadi apabila suatu negara dapat memproduksi suatu barang dengan harga yang jauh lebih murah dan/atau dengan kualitas yamg lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara manapun. Sebagai contoh suatu negara dapat memproduksi barang tertentu, misalnya barang M yang mempunyai keunggulan dalam bidang


(19)

pengolahan (manufacture) dibandingkan dengan mitra dagangnya yang mempunyai keunggulan dalam memproduksi barang X yang merupakan komoditas pertanian (primer) (Halwani, 2002).

Adam Smith mengemukakan idenya tentang pembagian kerja internasional yang membawa pengaruh besar bagi perluasan pasar barang-barang negara tersebut serta akibatnya berupa spesialisasi internasional yang dapat memberikan hasil berupa manfaat perdagangan yang timbul dari dalam atau berupa kenaikan produksi serta konsumsi barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Adam Smith bahwa dengan melakukan spesialisasi internasional, maka masing-masing negara akan berusaha untuk menekan produksinya pada barang-barang tertentu yang sesuai dengan keuntungan yang dimiliki.

b. Teori Keunggulan Komparatif (David Ricardo)

Teori keuntungan mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith kemudian dikritik oleh David Ricardo. Ricardo mempertanyakan apakah suatu negara yang tidak memiliki keunggulan mutlak tidak akan melakukan perdagangan internasional. Menurut Ricardo perdagangan internasional dapat saja terjadi meskipun negara itu tidak memiliki keuntungan mutlak, tetapi memiliki keunggulan komparatif dari negara lain (Sumanjaya dkk, 2008).

Apabila suatu negara dapat memproduksi jenis barang yang lebih baik dan lebih murah dikarenakan lebih baiknya faktor produksi maka negara tersebut mendapatkan keunggulan. Hal ini disebabkan oleh tingginya produktifitas negara tersebut untuk memproduksi suatu barang dengan biaya yang lebih murah dari negara lain.


(20)

c. Teori H-O (Heckscher dan Ohlin)

Teori Perdagangan Internasional modern terjadi ketika ekonom asal Swedia yaitu Eli Hecskher dan Bertil Ohlin mengemukakan pandangan mereka mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif.

Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas antar negara. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas terjadi karena adanya jumlah faktor pendukung (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan.

Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

2.4. Ekspor

2.4.1. Pengertian Ekspor

Ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersama dengan sruktur politik yang tidak stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain ekspor mencerminkan aktifitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan


(21)

dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara-negara yang lebih maju (Todaro, 2000).

Pengertian ekspor menurut Amir M. S. (2004) adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing.

Ada beberapa faktor faktor yang mempengruhi ekspor, yaitu : 1. Harga Internasional

Seakin tinggi harga suatu barang dipasar internasional dari pada harga di dalam negeri akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan di ekspor menjadi bertambah.

2. Nilai Tukar Uang (Exchange Rate)

Makin tinggi nilai tukar uang suatu negara maka harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi tinggi. Sebaliknya, makin rendah nilai mata uang suatu negara, maka harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi lebih rendah.

3. Proteksi

Secara umum, hal ini dilakukan untuk melindungi produksi dalam negeri terhadap persaingan barang impor. Halwani (2002) menjabarkan beberapa bentuk proteksi, yaitu :


(22)

Kuota adalah hambatan kuantitatif, yang membatasi impor barang secara khusus dengan spesifikasi jumlah unit atau nilai total tertentu per periode waktu.

b. Perdagangan oleh pemerintah (State Trading Practices)

Hakikatnya pemerintah merupakan pelaku utama, hal ini merupakan pola yang sering dilakukan oleh negara-negara komunis atau sosialis, dengan kata lain merupakan tindakan monopoli importir.

c. Kontrol devisa (Exchange Control)

Kontrol devisa merupakan hambatan administrasi atau transaksi yang melibatkan mata uang asing. Kontrol devisa dikenakan pada pembayaran impor dimana semua transaksi impor harus izin bank sentral terutama untuk membeli mata uang asing umtuk pembayaran impor barang-barang oleh perusahaan.

d. Larangan impor (Import Prohibition)

Adalah bentuk hambatan langsung dimana larangan ini merupakan bentuk yang paling ketat darri segala hambatan impor dengan melakukan larangan impor untuk kategori tertentu, misalnya untuk barang mewah atau barang terlarang lainnya seperti obat terlarang, senjata api dan lain-lain yang membahayakan keamanan negara.

2.4.2. Prosedur Ekspor

Menurut lembaga pendidikan kejuruan Indonesia Zulkarnaen Djamin (1993), dalam melakukan pemasaran ekspor dapat di tempuh dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut :


(23)

1. Ekspor Biasa

Dalam hal ini barang-barang dikirim keluar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diabaikan dengan importir di luar negeri.

2. Barter

Barter adalah pengiriman barang-barang keluar negeri untuk ditukar langsung dengan barang-barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Dalam hal ini berarti yang mengirimkan barang tidak menerima pembayaran dalam uang asing tetapi dalam bentuk barang. Barang dapat dijual di dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayarannya dalam mata uang rupiah.

3. Konsinyasi (Consignment)

Konsinyasi adalah pengiriman barang-barang keluar negeri untuk dijual sedangkan hasil penjualannya diperlukan sama dengan hasil ekspor biasa. Dalam hal ini barang-barang akan dikirim keluar negeri bukan untuk ditukarkan dengan barang atau untuk memenuhi transaksi, melainkan dijual di pasar bebas atau diikutsertakan dalam lelang (Comodities Exchange).

2.5. Kurs


(24)

Dalam perdagangan internasional pertukaran antara suatu mata uang dengan mata uang lainnya menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Kurs adalah harga mata uang domestik terhadap mata uang asing di hitung berdasarkan rata-rata tertimbang. Nilai tukar rill dari negara mitra dagang Indonesia, Rupiah Indonesia digunakan sebagai proyeksi dari nilai tukar negara mitra dagang Indonesia (Syarif, 2003).

Menurut Sartono (1995), nilai tukar (kurs) adalah harga suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar diartikan sebagai titik keseimbangan antara penawaran dan permintaan dari suatu mata uang di pasar mata uang. Perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor secara langsung akan menggunakan nialai tukar (kurs).

Kurs merupakan salah satu harga terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang sedemikian besar bagi transaksi berjalan maupun terhadap variabel-variabel ekonomi lainnya. Kurs juga memainkan peranan sentral dalam perdagangan internasional. Kurs dapat berubah secara mendadak sesuai dengan beritaberita atau bahkan desas-desus yang sering kali tidak jelas asal-usulnya yang beredar mengenai nilai mata uang tersebut dimasa yang akan datang.

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan mengalami fluktuasi yang berdampak langsung pada harga barang-barang ekspor dan impor (Dominic, 1997). Perubahan yang dimaksud adalah :


(25)

1. Apresiasi, yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekeuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal. Sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah.

2. Depresiasi, yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas, sebagai akibat perubahan kurs ini produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi mahal. 3. Devaluasi, merupakan penurunan nilai tukar satu mata uang domestik,

misalnya rupiah, relative terhadap mata uang asing tertentu, misalnya US Dollar, yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Devaluasi hanya dapat terjadi jika nilai Rupiah dikaitkan terhadap US Dollar dan pemerintah dengan sengaja mengubah nilai Rupiah relative terhadap US Dollar. Jika pemerintah tidak mengaitkan Rupiah terhadap US Dollar dan perubahan nilai tukar terjadi dengan sendirinya, istilah ini tidak berlaku lagi. Jadi istilah devaluasi hanya berlaku dalam sistem nilai tukar tetap dimana suatu mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing tertentu.

4. Revaluasi, merupakan kenaikan nilai tukar satu mata uang domestik terhadap satu mata uang asing tertentu. Sama dengan devaluasi, istilah


(26)

revaluasi hanya berlaku pada system nilai tukar tetap.

2.5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs

Menurut Sadono Sukirno (2000), perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, yaitu :

1. Perubahan dalam Cita Rasa Masyarakat.

Cita masyarakat memepengaruhi corak konsumsi mereka atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat juga meningkatkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor lebih besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan pada valuta asing.

2. Perubahan Harga Barang Ekspor impor.

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga impor akan menaikkan jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Demikian perubahan haga barang-barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang tersebut.


(27)

3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi).

Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini wujud disebabkan efek inflasi yang berikut: (i) inflasi menyebabkan harga-harga barang di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan harga-harga barang-barang ekspor lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan keatas valuta asing bertambah, dan keadaan (ii) menyebabkan penawaran keatas valuta asing berkurang: maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot).

4. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi.

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke Negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir ke sesuatu negara, permintaan keatas mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang sesuatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar


(28)

negeri karena tingkat suku bunga dan pengembalian investasi yang tinggi di negara-negara lain.

5. Pertumbuhan Ekonomi

Efek yang akan disebabkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan ini terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan keatas mata uang itu bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang itu naik. Akan tetapi apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai mata uang tersebut akan merosot.

2.6. Harga Ekspor

Menurut Pappas dan Mark Hitschey (1995) permintaan adalah jumlah barang dan konsumen selama periode tertentu berdasarkan kondisi tertentu. Dalam membahas permintaan suatu barang tidak terlepas dari mempelajari tingkah laku konsumen, dimana seorang konsumen senantiasa ingin memaksimalkan kepuasan. Dengan demikian di pasar ada dua kekuatan yaitu produsen dan konsumen. Proses selanjutnya melalui mekanisme pasar yaitu tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran diperoleh harga dan kuantitas yang di sepakati. Dari sinilah analisa permintaan sangat penting dalam mengambil keputusan oleh produsen/pengusaha.


(29)

Menurut Pappas dan Mark Hitschey (1995) fungsi dari permitaan adalah hubungan antara jumlah barang yang diminta (Q) dan variabel-variabel yang mempengaruhinya, sedangkan kurva permintaan adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang di minta dan harga barang yang diminta. Sehingga model matematis fungsi permintaan secara sederhana adalah sebagai berikut :

Qx = F(Px) atau Qx = a- Px

Dengan asumsi varibel-variabel lain dianggap tetap (cateris paribus), dengan demikian diasumsikan bahwa permintaan terhadap suatu barang hanya dipengaruhi oleh harga barang tersebut. Variabel yang mempengaruhi suatu permintaan barang antara lain:

1. Harga barang yang diminta (The Price of Goods. X = Px)

Permintaan merupakan fungsi dari harga suatu barang. Apabila harga suatu barang itu naik, maka permintaan akan turun. Sebaliknya apabila harga barang turun permintaan akan naik.

2. Harga barang lain ( The Price Of Relatid goods or service = Pr) dengan kondisi :

a. Hubungan barang substitusi. Pengaruh harga barang substitusi terhadap barang tersebut adalah bahwa apabila ada kenaikan harga barang pokok, maka permintaan terhadap barang substiusi naik. Hal ini disebabkan harga barang substitusi lebih mahal dibanding harga barang pokok.


(30)

b. Hubungan barang komplementer. Apabila harga barang komplementer naik, sehingga berakibat permintaan terhadap pokok juga naik.

3. Fakor-faktor lain.

Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan permintaan suatu barang antara lain adalah faktor eksternal (peraturan pemerintah, kondisi ekonomi suatu negara/daerah dan lain-lain)

Dari faktor diatas maka permintaan suatu barang / jasa dapat dirumuskan sebagai berikut :

Odx = F(Px,Pr,O) Dimana :

Odx adalah kuantitas permintaan barang / jasa Px adalah harga dari barang / jasa X

Pr adalah harga dari barang lain yang berkaitan O adalah faktor-faktor spesifik lain

Dari indikasi di atas dapat dijelaskan bahwa permintaan terhadap suatu barang sangat di pengaruhi oleh suatu variabel. Masing-masing variabel akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap permintaan konsumen, harga barang/jasa. Variabel harga produk akan mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan konsumen. Suatu masyarakat dengan pendapatan per kapita rendah mempunyai daya beli yang rendah pula. Dalam membelanjakan uangnya mereka akan memberikan prioritas pada pemenuhan kebutuhan. Harga barang lain (substitusi) akan mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan konsumen.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas pengaruh harga ekspor kopi, nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat, volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya, dan total ekspor kopi Indonesia. Pembahasan dan analisis lebih difokuskan kepada perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Eropa selama kurun waktu 30 tahun (1981-2010)

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berdasarkan data time series dari tahun 1981-2010. Data-data sekunder ini bersumber dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Bank Indonesia Medan, dan bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian seperti jurnal, karya ilmiah, website dan lainnya.


(32)

3.3. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.4. Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis yaitu suatu pernyataan hubungan matematis yang digunakan dalam menentukan hubungan yang berlaku diantara harga ekspor kopi, nilai kurs, volume ekspor kopi Indonesia tahun sebelumnya, dan total ekpsor kopi Inodonesia terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini menggunakan alat analisis ekonometrika yaitu meregresikan variabel-variabel yang ada dengan Metode Ordinary Least Square (OLS). Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis ekonometriks. Variabel independen yang mempunyai variabel dependen dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut :

Y= F (X1, X2, X3,X4) ...(1)

Dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β3X4 + μ ...(2)

Dimana :

Y = Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa (ton) α = Intercept


(33)

X1 = Harga Ekspor Kopi Indonesia (US$) X2 = Kurs (Rp/US$)

X3 = Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa Tahun

Sebelumnya (ton)

X4 = Total ekspor kopi Indonesia (ton)

μ = Term Of Eror Bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut :

Artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Harga Ekspor Kopi

Indonesia), maka Y (Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa) akan mengalamikenaikan, cateris paribus.

Artinya jika terjadi kenaikan X2 (Nilai Tukar Rupiah terhadap

Dollar AS), maka Y (Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

Artinya jika terjadi kenaikan X3 (Volume Ekspor Indonesia ke

Eropa Tahun Sebelumnya), maka Y (Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

Artinya jika terjadi kenaikan X4 (Total Ekspor Kopi Indonesia),

maka Y (Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.


(34)

3.5. Test Goodness Of Fit ( Uji Kesesuaian ) 3.5.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independent secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen.

3.5.2. Uji t- Statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan mengetahui apakah masing-masingkoefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = b Ha : bi ≠ b

Bila nilai t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan tertentu. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

T- Hitung =

Dimana :

(bi) = Koefisien Variabel b = Nilai Hipotesis Nol


(35)

3.5.3. Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

Ho : β1 = β2...bk = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : β1 ≠β2 ...bk ≠0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F hitung < F-tabel maka Ho dierima, yang berarti variabel independen secara bersama sama mempengaruhi variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

R2= Koefisien Determinasi

k = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu Persamaan n = Jumlah sampel

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1. Multikolineritas

Multikolineritas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lain. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi variabel independen satu sama lain dapat dilihat dari nilai


(36)

R-square, F-hitung, t-hitung, serta standart error. Adanya multikolineritas ditandai dengan Standart error tidak terhingga.

a. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α 5%, α 10% b. Terjadi perubahan tanda yang tidak sesuai dengan teori

c. R2 sangat tinggi

3.6.2. Auto Korelasi

Terjadi bila Error term (μ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa Error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila : Variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk I ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu :

1. Dengan Durbin-watson (Uji D-W Test)

Uji Durbin-Watson (Uji D-W) digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autocorelasi diantara variabel-variabel yang diamati. Uji Durbin -Watson dirumuskan sebagai berikut :

Σe2 t Σ(et-(et-l ))2

Dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis di dan du dalam tabel distribusi durbin - watson untuk berbagai nilai. Nilai hitung statistik d dibandingkan dengan nilai d tabel, yaitu


(37)

dengan batas bawah (dL) dan batas atas (dU). Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti sebagai berikut:

1. Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif, bila nilai DWstatistik terletak antara 0 < d < dl.

2. Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi negatif, bila nilai DWstatistik terletak antara 4- dl < d < 4.

3. Terima Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif, bila nilai DWstatistik terletak antara du < d < 4 - du. 4. Tidak ada kesimpulan bila dl ≤ d ≤ du.

5. Tidak ada kesimpulan bila 4 - du ≤ d ≤ 4 – dl.

3.6.3. Uji Normalitas

Asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa faktor pengganggu (μ) mempuyai nilai rata-rata yang sama dengan nol, tidak berkorelasi dan mempunyai nilai yang konstan. Dengan dasar asumsi ini OLS sebagai estimator atau penaksir akan memenuhi sifat-sifat statistik yang diinginkan seperti ketidakbiasan dan mempunyai varians yang minimum.

Untuk dapat mengetahui normal atau tidaknya faktor pengganggu μ dilakukan dengan J.B Test (Jarque – Bera test). Uji menggunakan hasil estimasi residual dan chisquare probability distribution, adalah dengan membandingkan nilai JB hitung dengan nilai X2 tabel, dengan kriteria keputusan sebagai berikut :

a. Bila nilai JB test hitung > nilai X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual μ adalah berdistribusi normal ditolak.


(38)

b. Bila nilai JB test hitung < nilai X2 tabel, maka yang menyatakan bahwa residual μ adalah berdistribusi normal diterima.

3.7. Defenisi Operasional

1. Ekspor kopi Indonesia ke Eropa adalah total volume kopi Indonesia ke Eropa yang diukur dalam ton.

2. Harga ekspor kopi adalah harga kopi per ton dipasar internasional yang dinyatakan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat (US$).

3. Kurs adalah perbandingan antara mata uang dalam negeri dengan mata uang asing (Rp/US$).

4. Total ekspor kopi Indonesia adalah jumlah keseluruhan kopi yang diekspor keluar negeri yang diukur dalam satuan ton.


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Produksi Kopi Indonesia

Sejalan dengan perkembangan luas areal perkebunan kopi Indonesia, produksi kopi Indonesia juga mengalami peningkatan. Perkembangan produksi kopi Indonesia paling pesat terjadi pada periode 1986-1996. Pada tahun 1986 produksi kopi Indonesia tercatat sebesar 356.822 ton, kemudian mengalami peningkatan menjadi sebesar 459.206 ton pada tahun 1996. Kemudian pada tahun 1997 produksi kopi Indonesia mengalami penurunan menjadi sebesar 428.418 ton. Pada tahun 1998 produksi kopi mengalami peningkatan sebesar 20.08 persen dari tahun sebelumnya. Setelah itu perkembangan produksi berjalan lambat bahkan terjadi penurunan produksi setelah mencapai produksi tertinggi sebesar 682.019 ton pada tahun 2002.

Dalam kurun waktu 1981-2010, perkembangan produksi kopi Indonesia rata-rata sebesar 2,96 persen tiap tahunnya. Perkembangan tertinggi produksi kopi Indonesia terjadi pada periode tahun 1997-1998, yaitu sebesar 20.08 persen, sedangkan perkembangan terendah berupa penurunan produksi kopi Indonesia terjadi pada pada periode tahun 1981-1982, yaitu menurun sebesar 10,68 persen.

Berdasarkan Tabel 4.1. terlihat bahwa produksi kopi di perkebunan rakyat lebih besar dibandingkan dengan produksi kopi di perkebunan besar negara dan


(40)

besar swasta. Hal ini disebabkan luas areal pada perkebunan rakyat yang lebih

besar dibandingkan perkebunan besar negara dan swasta.

Tabel 4.1. Perkembangan Produksi Kopi Indonesia, Menurut Pengusahaan,

Tahun Produksi (ton)

Perkebunan Rakyat

Perkebunan Negara

Perkebunan Swasta

Total Perkembangan


(41)

1981-2010

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012, (data diolah).

1982 262247 13297 5707 281251 -10.68

1983 287183 10147 8318 305648 8.67

1984 291291 14775 9423 315489 3.21

1985 288404 12635 10359 311398 -1.29

1986 329605 17664 9553 356822 14.58

1987 367835 13043 7791 388669 8.92

1988 362311 16072 12712 391095 0.62

1989 376579 13466 11003 401048 2.54

1990 384464 15566 12737 412767 2.92

1991 399088 16755 12462 428305 3.76

1992 408808 16890 11232 436930 2.01

1993 410048 17266 11554 438868 0.44

1994 421682 17468 11041 450191 2.58

1995 429569 16824 11408 457801 1.69

1996 435757 13184 10265 459206 0.30

1997 396155 21050 11213 428418 -6.70

1998 469671 25759 19021 514451 20.08

1999 493940 26208 11539 531687 3.35

2000 514896 29754 9924 554574 4.30

2001 541476 18111 9467 569234 2.64

2002 654281 18128 9610 682019 19.81

2003 644657 17007 9591 671255 -1.57

2004 618227 17025 12134 647385 -3.55

2005 615556 17034 7775 640365 -1.08

2006 653261 17017 11880 682158 6.53

2007 652336 13642 10498 676476 -0.83

2008 669942 17332 10742 698016 3.18

2009 653918 14387 14385 682690 -2.20

2010 657909 14065 14947 686921 0.62


(42)

Produksi kopi pada perkebunan rakyat meningkat lebih dua kali lipat dalam kurun waktu 1982-2002. Apabila pada tahun 1982 produksi kopi pada perkebunan rakyat sebesar 262.247 ton, maka pada tahun 2002 produksi kopi pada perkebunan rakyat meningkat menjadi 654.281 ton. Setelah itu produksi kopi mengalami penurunan, pada tahun 2003 produksi kopi Indonesia menjadi sebesar 644.657 ton. Pada kurun waktu 1981-1996 terjadi fluktuasi produksi kopi pada perkebunan besar negara. Kemudian perkembangan produksi kopi pada perkebunan besar negara berjalan lambat bahkan terjadi penurunan produksi kopi setelah mencapai produksi tertinggi sebesar 29.754 ton pada tahun 2000.

Pada perkebunan besar swasta fluktuasi produksi kopi juga terjadi. Berdasarkan Tabel 4.1. terlihat bahwa pada tahun 1999 produksi kopi terbesar tercapai sebesar 19.021 ton. Kemudian perkembangan produksi kopi pada perkebunan besar swasta mengalami penurunan, pada tahun 2005 tercatat produksi kopi pada perkebunan besar swasta sebesar 7.775 ton. Ditinjau dari perkembangan pangsa produksi kopi Indonesia, maka pangsa produksi kopi pada perkebunan rakyat lebih besar dibandingkan dengan produksi kopi pada perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta.

4.2. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa

Sampai saat ini, Eropa masih merupakan salah satu kawasan yang cukup potensial untuk ekspor kopi Indonesia. Selama periode tahun 1981- 2010 volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa rata-rata sebesar 76.21 ribu ton tiap tahunnya dengan nilai ekspor rata-rata sebesar USD 103.02 juta. Volume ekspor


(43)

kopi Indonesia tertinggi ke Eropa terjadi pada tahun 1990 sebesar 158.3 ribu ton dan volume ekspor terendah terjadi pada tahun 1981 sebesar 18.9 ribu ton. Sementara nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar USD 263.6 juta dan nilai ekspor terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar USD 30.0 juta (Tabel 4.2.).

Berdasarkan Tabel 4.2., perkembangan volume dan nilai ekspor kopi Indonesia ke Eropa selama periode 1981-2010 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, tetapi secara rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selama periode tahun 1981-2010 pertumbuhan volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa rata-rata meningkat sebesar 13.86persen tiap tahunnya dengan pertumbuhan nilai ekspor rata-rata sebesar 103.0 persen. Pertumbuhan volume ekspor dan nilai ekspor tertinggi terjadi pada periode tahun 1985-1986 masin-masing sebesar 122.18 persen dan 187.35persen. Sedangkan pertumbuhan volume dan nilai ekspor terendah terjadi pada periode 2000-2001 masing-masing sebesar -40.36 persen dan -52.23 persen (penurunan).

Pada Tabel 4.2. terlihat pula bahwa perkembangan harga ekspor kopi Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, namun secara rata-rata meningkat tiap tahunnya sebesar 3.82persen. Pertumbuhan harga ekspor tertinggi terjadi pada periode tahun 1993-1994 sebesar 123.19 persen sedangkan pertumbuhan harga ekspor terendah terjadi pada periode tahun 1995-1996 sebesar -37.72 persen (penurunan). Sementara itu, selama Indonesia mengekspor kopi ke Eropa pada periode tahun 1981-2010 harga tertinggi ekspor kopi indonesia adalah


(44)

sebesar 2738.2 USD/ ton pada tahun 1986 dan harga terendah sebesar 545.6

USD/ton pada tahun 2002.

Tabel 4.2. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa Tahun 1981-2010

Tahun

Ekspor Perkembangan

Volume (ribu ton)

Nilai (US$ juta)

Harga (US$/ton)

Volume (%)

Nilai (%)

Harga (%)

1981 18.9 36.3 1920.6 - - -

1982 21.0 44.9 2138.1 11.11 23.69 11.32

1983 21.7 46.8 2156.7 3.33 4.23 0.87


(45)

Sumber : Badan Pusat Statistik (data diolah).

4.3. Interpretasi Data

Dalam melihat hubungan antara variabel bebas yaitu harga ekspor kopi Indonesia ke Eropa, kurs Dollar AS, volume ekspor kopi ke Eropa tahun

1985 23.9 50.6 2117.2 -9.13 -20.31 -12.31

1986 53.1 145.4 2738.2 122.18 187.35 29.34

1987 41.5 74.5 1795.2 -21.85 -48.76 -34.44

1988 39.9 73.9 1852.1 -3.86 -0.81 3.17

1989 75.5 93.2 1234.4 89.22 26.12 -33.35

1990 158.3 125.7 794.1 109.67 34.87 -35.67

1991 116.8 100.2 857.9 -26.22 -20.29 8.04

1992 73.3 59.2 807.6 -37.24 -40.92 -5.86

1993 99.0 105.1 1061.6 35.06 77.53 31.45

1994 67.4 159.7 2369.4 -31.92 51.95 123.19

1995 59.1 149.2 2524.5 -12.31 -6.57 6.55

1996 92.1 144.8 1572.2 55.84 -2.95 -37.72

1997 74.2 116.2 1566.0 -19.44 -19.75 -0.39

1998 79.8 125.9 1577.7 7.55 8.35 0.74

1999 82.0 99.2 1209.8 2.76 -21.21 -23.32

2000 78.3 62.8 802.0 -4.51 -36.69 -33.70

2001 46.7 30.0 642.4 -40.36 -52.23 -19.90

2002 79.0 43.1 545.6 69.16 43.67 -15.07

2003 94.7 62.9 664.2 19.87 45.94 21.74

2004 85.6 59.6 696.3 -9.61 -5.25 4.83

2005 125.7 121.3 965.0 46.85 103.52 38.60

2006 100.0 128.6 1286.0 -20.45 6.02 33.26

2007 71.4 127.4 1784.3 -28.60 -0.93 38.75

2008 134.9 263.6 1954.0 88.94 106.91 9.51

2009 131.5 186.9 1421.3 -2.52 -29.10 -27.26

2010 114.8 190.2 1656.8 -12.70 1.77 16.57


(46)

sebelumnya dan total ekspor kopi Indonesia terhadap variabel terikat yaitu volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa, maka digunakan regresi linier berganda.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu data yang telah diolah ke dalam model melalui perhitungan komputer dengan menggunakan program Eviews 5.1, dapat dilihat dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat diperoleh hasil estimasi sebagai berikut :

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 07/17/13 Time: 17:17 Sample: 1981 2010

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -53590.43 17230.32 -3.110240 0.0046

X1 -10.74089 4.909386 -2.187827 0.0382

X2 -1.162688 0.885890 -1.312451 0.2013

X3 0.228565 0.089735 2.547125 0.0174

X4 0.408191 0.048970 8.335573 0.0000

R-squared 0.876187 Mean dependent var 76213.33

Adjusted R-squared 0.856377 S.D. dependent var 36914.91

S.E. of regression 13989.90 Akaike info criterion 22.08107

Sum squared resid 4.89E+09 Schwarz criterion 22.31460

Log likelihood -326.2161 F-statistic 44.22923


(47)

1) Harga ekspor kopi indonesia ke Eropa (X1) mempunyai pengaruh negatif terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa dengan koefisien sebesar 10,74089. Artinya apabila harga ekspor kopi Indonesia ke Eropa meningkat sebesar satu US$/ton, maka akan mengakibatkan volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa turun sebesar 10,74089 ton. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis dikarenakan harga kopi yang dipergunakan dalam analisis bukanlah harga kopi dunia, melainkan harga permintaan kopi oleh eropa.

2) Kurs Dollar AS (X2) mempunyai pengaruh negatif terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa dengan koefisien sebesar 1,162688. Artinya apabila terjadi peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS sebesar satu Rp/US$, maka akan mengakibatkan volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa turun sebesar 1,162688 ton. Hal ini tidak dikarenakan pengaruh harga kopi yang dipergunakan dalam analisis bukanlah harga kopi internasional.

3) Volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa dengan koefisien sebesar 0,228565. Artinya apabila volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya meningkat sebesar satu ton, maka akan mengakibatkan volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa naik sebesar 228,565 kg. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun


(48)

sebelumnya memiliki pengaruh positif terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

4) Total ekspor kopi Indonesia (X4) mempunyai pengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa dengan koefisien sebesar 0,408191. Artinya apabila total ekspor kopi Indonesia meningkat sebesar satu ton, maka akan mengakibatkan volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa naik sebesar 408,191 kg. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa total ekspor kopi Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

4.3.1 Test goodness of fit

1) Analisis koefisien determinasi

Koefisien determinasi (R-square) dari model diatas adalah 0,876187 atau 87,62%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas seperti harga ekspor kopi Indonesia ke Eropa, kurs Dollar AS, volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya, dan total ekspor kopi Indonesia dapat memberikan penjelasan terhadap variabel terikat, yaitu volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa sebesar 87,62% sedangkan sisanya yaitu sebesar 12,38% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.


(49)

Uji F- Statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel harga ekspor kopi indonesia ke Eropa (X1), kurs Dollar AS (X2), volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya (X3), dan total ekspor kopi Indonesia (X4) mampu secara bersama-sama mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa (Y).

Hipotesis : H0 : b1 = b2 = b3 = b4 H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 Kriteria : Ho diterima bila Fhitung < Ftabel

Ha diterima bila Fhitung > Ftabel Dari hasil regresi diketahui Fhitung = 44,229 α = 5% ; df1 = k-1; df2 = n-k

n = 30, k = 4 df1 = 3, df2 = 26 maka Ftabel = 2,975

Hasilnya adalah Fhitung > Ftabel (44,229 > 2,975), maka Ho ditolak (model eksis). Artinya secara bersama-sama variabel harga ekspor kopi indonesia ke Eropa (X1), kurs Dollar AS (X2), volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya (X3), dan total ekspor kopi Indonesia (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa (Y).


(50)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Dala uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut

H0: b1 = b Ha: b1 ≠ b

Kriteria : Jika nilai uji t statistik bernilai positif Ho diterima apabila t hitung < t tabel Ha diterima apabila t hitung > t tabel Jika nilai uji t statistik bernilai negatif Ho diterima apabila t hitung > t tabel Ha diterima apabila t hitung < t tabel Variabel Harga Ekspor Kopi Indonesia

Dari hasil regresi diketahui t hitung = -2,187 α = 5%,

df = n-k-1 = 30-4-1 = 25 -t tabel = -1,708

Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa harga ekspor kopi Indonesia signifikan pada α = 5% dengan -t hitung < -t tabel (2,187 < -1,708 ). Dengan demikian Ha diterima artinya variabel harga ekspor kopi Indonesia (X1) berpengaruh nyata terhadap perubahan volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa pada tingkat kepercayaan 95%.


(51)

Dari hasil regresi diketahui t hitung = -1,312 α = 5%

df = n-k-1

= 30-4-1 = 25 -t tabel = -1,708

Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa kurs Dollar AS signifikan pada α = 5% dengan t hitung > t tabel (-1,312 > -1,708 ). Dengan demikian Ho diterima artinya variabel kurs Dollar AS (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa pada tingkat kepercayaan 95%.

Variabel Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa Tahun Sebelumnya Dari hasil regresi diketahui t hitung = 2,547

α = 5% df = n-k-1

= 30-4-1 = 25 t tabel = 1,708

Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya signifikan pada α = 5% dengan t hitung > t tabel ( 2,547 > 1,708). Dengan demikian Ha diterima artinya variabel volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya (X3) berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa pada tingkat kepercayaan 95%.


(52)

Dari hasil regresi diketahui t hitung = 8,335 α = 5%

df = n-k-1

= 30-4-1 = 25 t tabel = 1,708

Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa total ekspor kopi Indonesia signifikan pada α = 5% dengan t hitung > t tabel (8,335 > 1,708). Dengan demikian Ha diterima artinya variabel total ekspor kopi Indonesia (X4) berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa pada tingkat kepercayaan 95%.

4.3.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

1) Uji Multikolinieritas

Uji multikollinieritas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel bebas antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat terlihat koefisien korelasi masing-masing variabel

X1 X2 X3 X4

X1 1.000000 -0.485064 -0.466819 -0.364832

X2 -0.485064 1.000000 0.494644 0.549531

X3 -0.466819 0.494644 1.000000 0.556769

X4 -0.364832 0.549531 0.556769 1.000000


(53)

Uji Durbin-Watson (Uji D-W) a. Hipotesa

H0: ρ = 0 H1: ρ ≠ 0 b. K = 4 dan n = 30

α = 5%

dl = 1,14 dan du = 1,73 c. Kriteria :

1. Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif, bila nilai DWstatistik terletak antara 0 < d < dl.

2. Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi negatif, bila nilai DWstatistik terletak antara 4- dl < d < 4.

3. Terima Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif, bila nilai DWstatistik terletak antara du < d < 4 - du.

4. Tidak ada kesimpulan bila dl ≤ d ≤ du.

5. Tidak ada kesimpulan bila 4 - du ≤ d ≤ 4 – dl. d. Hasil

Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa D-W = 1,86 memenuhi kriteria ke-3, du < d < 4 - du (1,14 < 1,86 < 2,27), ini berarti tidak ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif pada tingkat kepercayaan 95%.


(54)

Metode yang dapat digunakan untuk uji normalitas adalah uji

Jarque – Bera (JB). Kriteria pengujian : jika JB hitung < x2 tabel maka data terdistribusi normal.

Dari hasil uji JB yang dilakukan, JB hitung yang didapat adalah 14,163. Kemudian dibandingkan dengan nilai x2 tabel (0,05) degree of freedom ( derajat kebebasan ) = 26, maka diperoleh nilai 38,88. JB hitung < x2 tabel ( 4,18 < 38,88 ), berarti terpenuhi asumsi bahwa data yang dianalisis dengan mengunakan statistik parametris terdistribusi normal.

4.4. Prospek Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa

Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara ekportir kopi dunia pada tahun 2010 (Tabel 4.2.). Posisi ini sangat potensial untuk terus meningkatkan jumlah ekspor kopi Indonesia. Produksi kopi Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 10.255 ribu ton dengan ekspor kopi berjumlah 6.922 ribu ton.

Tabel 4.4. Perkembangan Total Produksi Kopi Negara Eksportir, Tahun 2010

No Negara Produksi (000 bags) Ekspor (000 bags)

1 Brazil 43.783 24.773

2 Vietnam 18.646 17.251

3 Indonesia 10.255 6.922

4 Columbia 8.311 7.022

5 Ethiopia 7.216 3.919

6 Lainnya 39.939 29.343

Total 128.148 89.228

Sumber :

Tabel 4.5. Konsumsi Negara Importir, Tahun 2005-2010, (dalam 000 bags)


(55)

Sumber : www.ico.org

Rata-rata perkembangan ekspor kopi Indonesia dari tahun 1981-2010 adalah 13,86 % (Tabel 4.2.). Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan

2005 2006 2007 2008 2009 2010

European Union 39.414 41.103 40.670 40.230 39.657 40.764

Austria 772 612 847 908 886 903

Belgium 1.158 1.537 1.103 650 934 871

Bulgaria 430 420 364 445 409 395

Cyprus 70 55 69 77 75 74

Czech Republic 656 631 679 621 525 470

Denmark 795 822 794 688 676 806

Estonia 145 167 101 154 123 105

Finland 1.102 1.047 1057 1 115 1 058 1 080

France 4.787 5.278 5628 5 152 5 677 5 713

Germany 8.665 9.151 8627 9 535 8 897 9 292

Greece 870 857 1015 978 974 994

Hungary 570 598 522 494 445 376

Ireland 223 203 244 115 134 160

Italy 5.552 5.593 5821 5 892 5 806 5 781

Latvia 144 181 131 115 88 99

Lithuania 193 213 230 204 210 223

Luxembourg 227 233 251 239 222 232

Malta 16 29 16 23 14 12

Netherlands 1.927 2.129 2 292 1 324 898 1 347

Poland 2.267 1.993 1 554 1 681 2 001 2 156

Portugal 656 671 684 654 709 750

Romania 857 835 824 807 775 796

Slovakia 293 281 356 341 213 337

Slovenia 181 176 195 194 198 205

Spain 3.007 3.017 3 198 3 485 3 352 3 232

Sweden 1.170 1.315 1 244 1 272 1 133 1 221

UK 2.680 3.059 2 824 3 067 3 220 3 134

Japan 7.128 7.268 7 282 7 065 7 130 7 192

Norway 743 721 771 715 715 746

Switzerland 1.099 932 989 1 149 966 1 012

Tunisia 190 200 253 317 289 301

Turkey 464 497 516 484 521 610

USA 20.998 20.667 21 033 21 652 21 436 21 783


(56)

ekspor kopi Indonesia ke Eropa setiap tahunnya. Prospek ekspor kopi Indonesia cukup tinggi apabila melihat dari perbandingan jumlah impor kopi Eropa dan jumlah ekspor kopi Indonesia. Pada Tabel 4.4., dapat dilihat pada tahun 2010, total jumlah kopi yang diimpor Eropa adalah sebesar 18.207.000 bags ( Inggris = 3.134.000 bags, Italia = 5.781.000 bags, Jerman = 9.292.000 bags). Sementara jumlah ekspor kopi Indonesia hanya sebesar 6.922.000 bags atau hanya 38% dari total impor Inggris, Italia dan Jerman., sedangkan 62% diimpor dari negara lain.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Harga ekspor kopi indonesia ke Eropa (X1) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

2. Kurs Dollar AS (X2) mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

3. Volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa tahun sebelumnya (X3) mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

4. Total ekspor kopi Indonesia (X4) mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa.

5. Prospek ekspor kopi Indonesia ke Eropa cukup cerah karena rata-rata perkembangan ekspor kopi setiap tahunnya sebesar 13,68% dan persentase volume ekspor Indonesia hanya sebesar 38% dari total impor Eropa, sedangkan 62% disumbangkan oleh negara lain.


(58)

2. Saran

1. Perlunya peningkatan pengembangan produksi kopi dengan menguasai teknologi, melaksanakan research and development serta pengembangan jaringan usaha untuk meningkatkan produksi kopi Indonesia.

2. Faktor yang paling mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa adalah total ekspor kopi Indonesia. Apabila ingin meningkatkan volume ekpor kopi Indonesia ke Eropa maka total ekspor kopi Indonesia harus ditingkatkan.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1991. Budidaya Tanaman Kopi, Kanisius, Yogyakarta. Amir, M.S, 2004. Strategi memasuki Pasar Ekspor, PPM, Jakarta.

Budiman, Haryanto, 2013. Prospek Tinggi Bertanam Kopi : Pedoman Meningkatkan Kualitas Perkebunan Kopi, Pustaka Baru Press, Yogyakarta. Djamin, Zulkarnaen, 1993. Peranan Ekspor Nonmigas dalam PJP II Prospek

dan Permasalahan, FE UP. Jakarta.

Halwani, Hendra R. 2002. Ekonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Jhingan, M.L., 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Najiyati, Sri dan Danarti, 1999. Kopi : Budidaya dan Penenganan Lepas Panen, Penebar Swadaya, Jakarta.

Pappas, James dan Mark H, 1995. Ekonomi Managerial, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Salvator, Dominic, 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga Edisi Ke Tujuh, Erlangga. Jakarta.

Sartono, 1995. Manajemen Keuangan Internasional, BPFE. Yogyakarta. Sukirno, Sadono, 2000. Makro Ekonomi Modern, Rajawali Press, Jakarta. Sumanjaya, Rahmat dkk, 2008. Ekonomi Internasional, USU Press, Medan. Todaro, Michel, 2000. Pembangunan Ekonomi, Bumi Aksara, Jakarta.


(60)

Lampiran 1. Data yang Digunakan dalam Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa

Y X1 X2 X3 X4

18900 1921 643 18800 210595

21000 2138 692 18900 226985

21700 2157 994 21000 241238

26300 2414 1076 21700 294471

23900 2117 1131 26300 282671

53100 2738 1655 23900 298124

41500 1795 1652 53100 286316

39900 1852 1729 41500 298998

75500 1234 1795 39900 357035

158300 794 1901 75500 421833

116800 858 1992 158300 380666

73300 808 2062 116800 269352

99000 1062 2110 73300 349916

67400 2369 2200 99000 289288

59100 2525 2308 67400 230201

92100 1572 2383 59100 366602

74200 1566 4650 92100 313430

79800 1578 8025 74200 357550

82000 1210 7100 79800 352967

78300 802 9595 82000 340887

46700 642 10400 78300 250818

79000 546 8940 46700 325009

94700 664 8465 79000 323520

85600 696 9290 94700 344077

125700 965 9830 85600 445829

100000 1286 9020 125700 413500

71400 1784 9419 100000 321404

134900 1954 10950 71400 468749

131500 1421 9400 134900 433600

114800 1657 8991 131500 433595

Keterangan :

Y = Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa (ton) X1 = Harga Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa (US$)

X2 = Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat (Rp/US$) X3 = Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa Tahun Sebelumnya (ton) X4 = Total Ekspor Kopi Indonesia (ton)


(61)

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 07/17/13 Time: 17:17 Sample: 1981 2010

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -53590.43 17230.32 -3.110240 0.0046

X1 -10.74089 4.909386 -2.187827 0.0382

X2 -1.162688 0.885890 -1.312451 0.2013

X3 0.228565 0.089735 2.547125 0.0174

X4 0.408191 0.048970 8.335573 0.0000

R-squared 0.876187 Mean dependent var 76213.33

Adjusted R-squared 0.856377 S.D. dependent var 36914.91

S.E. of regression 13989.90 Akaike info criterion 22.08107

Sum squared resid 4.89E+09 Schwarz criterion 22.31460

Log likelihood -326.2161 F-statistic 44.22923


(62)

Lampiran 3. Korelasi Antar Variabel

X1 X2 X3 X4

X1 1.000000 -0.485064 -0.466819 -0.364832

X2 -0.485064 1.000000 0.494644 0.549531

X3 -0.466819 0.494644 1.000000 0.556769


(63)

Lampiran 4. Uji Normalitas

0 1 2 3 4 5 6 7 8

-20000 0 20000

Series: Residuals Sample 1981 2010 Observations 30

Mean -9.09e-12

Median 281.6823

Maximum 33184.51

Minimum -19849.82

Std. Dev. 12989.29

Skewness 0.809370

Kurtosis 3.853699

Jarque-Bera 4.186399 Probability 0.123292


(1)

2. Saran

1. Perlunya peningkatan pengembangan produksi kopi dengan menguasai teknologi, melaksanakan research and development serta pengembangan jaringan usaha untuk meningkatkan produksi kopi Indonesia.

2. Faktor yang paling mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia ke Eropa adalah total ekspor kopi Indonesia. Apabila ingin meningkatkan volume ekpor kopi Indonesia ke Eropa maka total ekspor kopi Indonesia harus ditingkatkan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1991. Budidaya Tanaman Kopi, Kanisius, Yogyakarta. Amir, M.S, 2004. Strategi memasuki Pasar Ekspor, PPM, Jakarta.

Budiman, Haryanto, 2013. Prospek Tinggi Bertanam Kopi : Pedoman Meningkatkan Kualitas Perkebunan Kopi, Pustaka Baru Press, Yogyakarta. Djamin, Zulkarnaen, 1993. Peranan Ekspor Nonmigas dalam PJP II Prospek

dan Permasalahan, FE UP. Jakarta.

Halwani, Hendra R. 2002. Ekonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Jhingan, M.L., 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Najiyati, Sri dan Danarti, 1999. Kopi : Budidaya dan Penenganan Lepas Panen, Penebar Swadaya, Jakarta.

Pappas, James dan Mark H, 1995. Ekonomi Managerial, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Salvator, Dominic, 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga Edisi Ke Tujuh, Erlangga. Jakarta.

Sartono, 1995. Manajemen Keuangan Internasional, BPFE. Yogyakarta. Sukirno, Sadono, 2000. Makro Ekonomi Modern, Rajawali Press, Jakarta. Sumanjaya, Rahmat dkk, 2008. Ekonomi Internasional, USU Press, Medan. Todaro, Michel, 2000. Pembangunan Ekonomi, Bumi Aksara, Jakarta.


(3)

Lampiran 1. Data yang Digunakan dalam Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa

Y X1 X2 X3 X4

18900 1921 643 18800 210595

21000 2138 692 18900 226985

21700 2157 994 21000 241238

26300 2414 1076 21700 294471

23900 2117 1131 26300 282671

53100 2738 1655 23900 298124

41500 1795 1652 53100 286316

39900 1852 1729 41500 298998

75500 1234 1795 39900 357035

158300 794 1901 75500 421833

116800 858 1992 158300 380666

73300 808 2062 116800 269352

99000 1062 2110 73300 349916

67400 2369 2200 99000 289288

59100 2525 2308 67400 230201

92100 1572 2383 59100 366602

74200 1566 4650 92100 313430

79800 1578 8025 74200 357550

82000 1210 7100 79800 352967

78300 802 9595 82000 340887

46700 642 10400 78300 250818

79000 546 8940 46700 325009

94700 664 8465 79000 323520

85600 696 9290 94700 344077

125700 965 9830 85600 445829

100000 1286 9020 125700 413500

71400 1784 9419 100000 321404

134900 1954 10950 71400 468749

131500 1421 9400 134900 433600

114800 1657 8991 131500 433595

Keterangan :

Y = Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa (ton) X1 = Harga Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa (US$)

X2 = Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat (Rp/US$) X3 = Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa Tahun Sebelumnya (ton) X4 = Total Ekspor Kopi Indonesia (ton)


(4)

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Eropa

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 07/17/13 Time: 17:17 Sample: 1981 2010

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -53590.43 17230.32 -3.110240 0.0046 X1 -10.74089 4.909386 -2.187827 0.0382 X2 -1.162688 0.885890 -1.312451 0.2013 X3 0.228565 0.089735 2.547125 0.0174 X4 0.408191 0.048970 8.335573 0.0000 R-squared 0.876187 Mean dependent var 76213.33 Adjusted R-squared 0.856377 S.D. dependent var 36914.91 S.E. of regression 13989.90 Akaike info criterion 22.08107 Sum squared resid 4.89E+09 Schwarz criterion 22.31460 Log likelihood -326.2161 F-statistic 44.22923 Durbin-Watson stat 1.867307 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Lampiran 3. Korelasi Antar Variabel

X1 X2 X3 X4

X1 1.000000 -0.485064 -0.466819 -0.364832 X2 -0.485064 1.000000 0.494644 0.549531 X3 -0.466819 0.494644 1.000000 0.556769 X4 -0.364832 0.549531 0.556769 1.000000


(6)

Lampiran 4. Uji Normalitas

0 1 2 3 4 5 6 7 8

-20000 0 20000

Series: Residuals Sample 1981 2010 Observations 30

Mean -9.09e-12

Median 281.6823

Maximum 33184.51

Minimum -19849.82

Std. Dev. 12989.29

Skewness 0.809370

Kurtosis 3.853699

Jarque-Bera 4.186399