PESAN ANTI RASISME DALAM FILM (Analisis Isi PadaFilm “Freedom Writers”Karya Richard LaGravenese)

(1)

PESAN ANTI RASISME DALAM FILM

(Analisis Isi PadaFilm

“Freedom Writers”

Karya Richard LaGravenese)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Untuk Mendapat Gelar Sarjana (S-1)

Oleh: Dony Kurniawan

06220226

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Dony Kurniawan

NIM : 06220226

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi : Pesan Anti Rasisme Dalam Film

(Analisis Isi pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abdullah Masmuh, M.Si Dr. Ahmad Habib, MA

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Dony Kurniawan

Nim : 06220226

Konsentrasi : Komunikasi Audio Visual Judul Skripsi : Pesan Anti Rasisme Dalam Film

(Analisis Isi Pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese)

Telah Dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Dan dinyatakan LULUS/TIDAK LULUS

Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 29 Oktober 2011 Tempat : Ruang Dosen 607

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M. Si

Dewan Penguji:

1. ……… Penguji I (……….)

2. ……… Penguji II (……….)

3. ……… Penguji III (……….)


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dony Kurniawan

Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 25 Agustus 1988 Nomor Induk Mahasiswa : 06220226

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

PESAN ANTI RASISME DALAM FILM

(Analisi Isi Pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhannya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 10 Juli 2011 Yang menyatakan,


(5)

iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Dony Kurniawan

2. NIM : 06220047

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Audio Visual

6. Judul Skripsi : PESAN ANTI RASISME DALAM FILM (Analisis Isi Pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese)

7. Pembimbing : 1. Drs. Abdullah Masmuh, M. Si 2. Dr. Ahmad Habib, MA. 8. Kronologi Bimbingan

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Tgl Keterangan Paraf Tgl Keterangan Paraf

19-02-2011 Acc Judul 19-02-2011 Acc Judul

03-03-2011 Acc Proposal

Skripsi 03-03-2011

Acc Proposal Skripsi

10-03-2011 Seminar Proposal 10-03-2011 Seminar Proposal

18-08-2011 Acc Bab I 14-07-2011 Acc Bab I

18-08-2011 Acc Bab II 14-07-2011 Acc Bab II

18-08-2011 Acc Bab III 14-07-2011 Acc Bab III

19-08-2011 Acc Bab IV 14-07-2011 Acc Bab IV

19-08-2011 Acc Semua Naskah 14-07-2011 Acc Semua Naskah

Malang, 23 Agustus 2011 Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(6)

v

BERITA ACARA SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

Pada hari ini, Selasa tanggal 10 bulan Mei tahun 2011 telah dilaksanakan Seminar Proposal Skripsi oleh:

Nama Peneliti Dony Kurniawan

NIM 06220226

Kondentrasi Studi Audio Visual

Judul Proposal Pesan Anti Rasisme Dalam Film

(Analisi Isi Pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese)

Dihadiri oleh Dosen Pembimbing 1. Drs.Abdullah Masmuh, M. Si 2. Dr.Ahmad Habib, MA

Dan sejumlah………Mahasiswa (presensi terlampir)

Penyaji dinyatakan LULUS/Tidak LULUS dengan nilai……

Malang, 10 Mei 2011 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs.Abdullah Masmuh, M. Si Dr.Ahmad Habib, MA

Mengetahui, Ketua/Sekretaris Jurusan


(7)

vi

DAFTAR HADIR PESERTA SEMINAR

No Nama Nim Tanda Tangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Malang, 10 Mei 2011 Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN KODER I

Menyatakan telah bersedia menjadi pengkoding. Pengkodingan ini dilakukan untuk keperluan penelitian/skripsi yang berjudul:

PESAN ANTI RASISME DALAM FILM

(Analisi Isi Pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese)

Nama : Alet Ongita Mambia

Tempat/Tanggal Lahir : Magetan, 26 Januari 1988

Alamat : Jl. Tirto Utomo Gang 12 No.03

Landungsari, Malang

Pendidikan : Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas/Jurusan/Konsentrasi : FISIP/Ilmu Komunikasi/Audio Visual

Pekerjaan : Mahasiswa

Aktivitas(Diluar kemahasiswaan) : Kine Klub

Malang, 08 November 2011 Koder I


(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN KODER II

Menyatakan telah bersedia menjadi pengkoding. Pengkodingan ini dilakukan untuk keperluan penelitian/skripsi yang berjudul:

PESAN ANTI RASISME DALAM FILM

(Analisi Isi Pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese)

Nama : Bayu Kristanto

Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 08 Juni 1988

Alamat : Jl.Talun Pasar No.09, Malang

Pendidikan : Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas/Jurusan/Konsentrasi : FISIP/Ilmu Komunikasi/Audio Visual

Pekerjaan : Mahasiswa

Aktivitas(Diluar kemahasiswaan) : Shooting dan Editing

Malang, 08 November 2011 Koder II


(10)

ix

LEMBAR PERSEMBAHAN

Inilah Wujud Pengabdianku…

Sebuah Karya Tulis Yang Aku Persembahkan Untuk,,, Ayah dan Ibu Tercinta

Yang selalu mendukung, mendoakan, melindungiku, membimbingku serta memberi kasih sayang yang tak mungkin aku bisa membalasnya seumur hidupku. Semoga kalian selalu diberi perlindungan dan kesehatan oleh Allah

SWT. AMIN YA RABBAL ALAMIN…!!!

Kedua adikku dan Semua Saudaraku

Yang selalu memberi hiburan, nasehat dan omelan-omelan kalian yang menggugah semangatku untuk menjalankan

semua ini.

Motto

No Sacrifice, No Victory (Optimus Prime)

Jika kamu sayang kepada kekasihmu, lebih sayanglah kepada

orang tuamu…

Jika kamu patuh kepada pemimpinmu, maka lebih patuhlah

kepada orang tuamu…


(11)

x ABSTRAK

DONY KURNIAWAN, 06220226

PESAN ANTI RASISME DALAM FILM

(Analisis Isi Pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese)

(101 Halaman + 9 Tabel + 3 Lampiran) Bibliografi : Buku 19, Non Buku 1, Website 9

Dosen Pembimbing: 1. Drs. Abdullah Masmuh, M. Si 2. Dr. Ahmad Habib, MA Kata Kunci : Pesan Anti Rasisme, Film Freedom Writers

Film merupakan aktualisasi perkembangan kehidupan masyarakat pada masanya, yang juga merupakan karya cipta seni dan budaya dalam media komunikasi massa. Film juga berfungsi sebagai media informasi dan juga merupakan dokumen sosial. Melalui film, masyarakat dapat melihat secara nyata apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tertentu pada masa tertentu. Film Freedom Writers ini merupakan film yang di dalamnya memuat tentang pesan anti rasisme, dimana seorang guru mampu mengubah sikap para muridnya menjadi manusia yang lebih baik dengan menghilangkan sifat rasis mereka dalam memandang orang lain khususnya warna kulit. Film ini diangkat berdasarkan kisah nyata, yakni dari buku harian SMU Woodrow Wilson di Long Beach, California di ruang 203. Minimnya karya film saat ini yang kaya akan pesan-pesan positif serta banyaknya suku dan ras yang ada di Indonesia ini melatar belakangi dilakukannya penelitian ini. Melihat betapa pentingnya sebuah karya film dengan pesan-pesan positif didalamnya yang secara langsung mampu mendidik para penontonnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Seberapa banyak frekuensi kemunculan pesan Anti Rasisme dalam Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese, sedangkan tujuan penelitian adalah mengetahui seberapa banyak frekuensi kemunculan pesan anti rasisme dalam film Freedom Writers karya Richard LaGravenese.

Rasisme berarti suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya. Sedangkan Anti berarti melawan, menentang dan memusuhi. Anti Rasisme merupakan sikap menentang suatu paham yang rasis, sehingga memandang semua manusia itu sejajar tanpa harus melihat warna kulit dari orang tersebut. Disini peneliti membagi menjadi tiga pesan anti rasisme, yaitu pesan anti rasisme segi pendidikan, anti rasisme segi kebersamaan dan anti rasisme segi idealisme.

Merujuk pada latar belakang diatas peneliti melakukan penelitian terhadap film Freedom Writers yang difokuskan pada pesan anti rasisme yang ada dalam tiap scenenya. Peneliti disini menggunakan metode analisis isi (content analysis), menurut Barelson analisis isi adalah teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis dan menggambarkan secara kuantitatif mengenai isi media yang bersifat manifest. (Martono, 2010:76). Adapun peneliti menentukan tiga kategorisasi untuk memudahkan penelitian yaitu: kategorisasi pendidikan, kebersamaan dan idealisme. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis distribusi frekuensi dengan tujuan untuk mengetahui kemunculan masing-masing kategori.

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, serta merujuk pada rumusan masalah maka kesimpulan dari penelitian ini ditemukan hasil bahwa terdapat 61 scene yang mengandung pesan anti rasisme dalam film Freedom Writers karya Richard Lagravenese. Dari 61 kemunculan tersebut dijabarkan lagi menjadi tiga struktur kategori penjelasannya sebagai berikut: 1) Pesan anti rasisme melalui pendidikan dalam film ini terdapat 13 frekuensi atau 21.31%. 2) Pesan anti rasisme melalui kebersamaan antar ras terdapat 19 frekuensi atau 31.15%. 3) Pesan anti rasisme melalui sifat anti rasisme


(12)

xi

terdapat 29 frekuensi atau 47.54%. Dari penelitian ini nantinya kita harus lebih kritis dan selektif dalam memilih tayangan film yang akan kita tonton, terutama film yang bermuatan tentang pesan yang positif. Karena dengan menonton sebuah film dapat mempengaruhi dan merubah seseorang baik dalam perubahan tingkat pengetahuan, sikap, perilaku dan sosial masyarakat.

Peneliti

Dony Kurniawan

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(13)

xii ABSTRACT

DONY KURNIAWAN, 06220226

ANTI RACISM MESSAGE IN MOVIE

(Content analysis in Freedom Writers Movie by Richard LaGravenese)

(101 pages + 9 tables + 3 attachments)

Bibliographies: books 19, Non books 1, Websites 9 advisors: 1. Drs. Abdullah Masmuh, M. Si

2. Dr. Ahmad Habib, MA

keywords: Anti Racism message, Freedom Writers movie

movie is an actualization of people’s life development in its era, which also displayed art and culture in mass communication media. Movie also functioned as information media and also social document. Through movie, people can see in realm, what happened among certain people in certain time. Freedom Writers movie is a movie which implied anti-racism message, where a teacher is able to change her students attitude into better human, by eliminating their racist attitude in viewing someone else, especially colors. This movie comes from real story, which is Woodrow Wilson High School in Long Beach, California Diary in room 203. The minimum movie work recently which rich of positive message also various ethnic and races in Indonesia is the background of the research. Seeing how important a movie with positive message inside which directly able to educate its viewers. Statement of problem in this research is, how much frequency of anti-racism message appearance in Freedom Writers movie directed by Richard Lagravenese, while the research purpose is to find out how much frequency of anti-racism message appearance in Freedom Writers movie directed by Richard Lagravenese.

Racism means belief or doctrine stated that biological difference in human race decided culture or individual achievement, that certain race is more superior and has rights to rule others. While anti means against, challenged, and opposite. Anti-racism is challenged attitude to racist school so, it view all human at the same line without seeing skin color of the person. Here, the researcher divided three anti-racism message, they are education anti-racism message, togetherness anti-racism, and idealism anti-racism.

According to above background, the researcher did research to Freedom Writers movie focused on anti-racism inside all its scenes. Researcher here used content analysis method. According to Barelson content analysis is research technique done objectively, systematic, and described quantitatively about media content with manifest character. (Martono, 2010:76). Researcher here decided three categorization to make the research easier, they are: through education, togetherness among races, and through anti-racism attitude. data analysis technique used is frequency distribution analysis aimed to find out the appearances of each category.

According to the research done, and related to statement of problems, the conclusion of this research found result that there are 61 scenes contained anti-racism message in Freedom Writers movie directed by Richard Lagravenese. From 61 appearances, there elaborated again into three category structure. The explanation are: 1) anti racism message through education in this movie, there are 13 frequencies or 21.31%. 2) anti racism message through togetherness among races, there are 19 frequencies or 31.15%. 3) anti racism message through anti-racism attitude, there are 29 frequencies or 47.54%. From the research, we shall be more critical and selective in selecting movie we watched, especially movie with positive message. Since watching a movie can influence and change someone whether in knowledge, attitude, and social.


(14)

xiii Researcher

Dony Kurniawan

Approved by

Advisor I Advisor II


(15)

xiv

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut penulis ungkapkan kecuali ucapan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. Karena atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta karunia-Nya. Kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, hingga waktunya tiba penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pesan Anti Rasisme Dalam Film (Analisis Isi Pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese). Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi pada jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polotik, Universitas Muhammadiyah Malang.

Perlu kita ketahui ada banyak sekali jenis film yang ada saat ini, diantara sekian banyak film tersebut penulis disini tertarik untuk meneliti salah satu film yang memuat kisah nyata dari kehidupan dimasa itu. Film ini berjudul “Freedom Writers”, diangkat berdasarkan kisah nyata yang diambil dari buku harian anak-anak SMU Wodrow Wilson, ruang 203 Long Beach California. Dalam film ini terdapat banyak sekali pesan positif yang disampaikan kepada penonton, yang mampu membuka mata kita pada kenyataan dunia saat itu bahkan hingga sekarang. Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang guru bernama Erin Gruwell diperankan oleh Hillary Swank, yang mengajak para muridnya untuk menjadi manusia yang lebih baik, dengan mengubah sifat rasis mereka dalam memandang teman ataupun orang dari warna kulit. Dengan menanamkan pemahaman anti rasisme kepada para murid, Erin berharap kekerasan antar ras diantara mereka bisa dikurangi.

Anti Rasisme adalah kualitas perbuatan maupun pemikiran yang menolak atau menentang adanya rasisme, yakni membeda-bedakan bahkan mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan warna kulit mereka. Anti rasisme dalam cerita dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang sifatnya praktis, sehingga pesan anti rasisme itu sendiri adalah suatu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan sebagai kontrol individu dalam menyikapi kehidupan di masyarakat. Pesan anti rasisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala perbuatan yang muncul dalam setiap scene pada Film


(16)

xv

Freedom Writers, yang bertujuan sebagai sarana kontrol sosial terhadap jalannya sebuah kehidupan bermasyarakat dalam sistem sosial.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tidaklah mungkin karya tulis ini akan dapat terselesaikan, oleh karena itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimah kasih yang tak terhingga kepada :

1. Allah SWT yang selalu melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya. 2. Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan bagi umat-umatnya.

3. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP, Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si. Selaku Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Ibu Dra. Frida Kusumastuti, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si. Selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas kesabaran dan ketelatenan dalam membimbing sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan lancar.

7. Bapak Dr. Ahmad Habib. MA. Selaku dosen pembimbing II, terima kasih yang juga atas kesabaran dan ketelatenan dalam membimbing hingga skripsi dapat terselesaikan.

8. Kedua Orang Tuaku tercinta Bapak Suroto dan Ibu Suciati, yang selalu mendukung, mendoakan serta menuntunku dengan penuh kesabaran dan kasih sayangnya yang tiada batas. Kalian adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk selalu menjagaku.

9. Kedua adikku Vita Anugrahayu dan Dicky Vernanda, kalian adalah pemicu semangatku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.


(17)

xvi

10.Sahabat dan saudara Big Family Corp. Ivan, Nana, Behel, Ane, Rista, Catur, Alet, Casper dan Eddy. Kalian adalah teman hidupku serta penyemangatku selama menempuh pendidikan, hingga terselesaikan skripsi ini.

11.Semua keluarga besar kost L.J, Bapak dan Ibu Kost. Juna, Yono “DMC”terima kasih atas bantuannya, Riki “Kinyong”, Bemo, Dodon “Al Ustadz”, terima kasih atas bimbingan spiritualnya, dan semua bantuan dalam mengerjakan skripsi, beserta segala tingkah dan polah kalian yang menjadi penyemangatku hingga terselesaikan karya ilmiah ini.

12.Terima kasi untuk Bayu.K dan Alet.O yang mau meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk menjadi koder.

13.Sahabat dan teman ngopi Aldo, Alim, Casper, Uca, Tobong, Ibrahim “Bibir” dan Akbar, yang selama ini menjadi teman sharing dan tumpuan keluh kesahku saat mengerjakan skripsi.

14.Semua teman-teman IKOM ’06, yang akan selalu dihati. Semoga kalian menjadi apa yang kalian inginkan. Amin Ya Rabbal Alamiiiinnn. Serta teman-teman lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu.

Akhirnya kepada Allah SWT semua penulis kembalikan, dan semoga Allah SWT tidak menutup mata hati kita untuk selalu berbuat baik antar sesama di masa sekarang dan nanti. Amin.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu penulis mengharapkan sekali saran dan kritik dari pembaca untuk kesempurnaankarya ini. Semoga karya ilmiah (skripsi) ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan bagi penulis sendiri.

Malang, 20 Agustus 2011


(18)

xvii DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Pernyataan Orisinalitas ... iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv

Berita Acara Seminar Proposal Skripsi ... v

Daftar Hadir Peserta Seminar ... vi

Lembar Pernyataan Koder I ... vii

Lembar Pernyataan Koder II ... viii

Lembar Persembahan ... ix

Abstrak ... x

Abstract ... xii

Kata Pengantar ... xiv

Daftar Isi ... xvii

Daftar Tabel ... xx

Daftar Lampiran ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Kegunaan Penelitian ... 8

D.1 Kegunaan Praktis ... 8

D.2 Kegunaan Akademis ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 8

E.1 Komunikasi Massa ... 8


(19)

xviii

E.3 Pemahaman Tentang Film ... 17

E.4 Pesan ... 19

E.5 Pemahaman Anti Rasisme ... 20

E.6 Pesan Anti Rasisme Dalam Film ... 21

E.7 Definisi Metode Analisis Isi ... 26

F. Definisi Konseptual ... 28

F.1 Film ... 28

F.2 Pesan ... 28

F.3 Anti Rasisme ... 29

G.Struktur Kategorisasi ... 30

H.Metode Penelitian ... 32

H.1 Jenis Penelitian ... 32

H.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 33

H.3 Unit Analisis ... 33

H.4 Satuan Ukur ... 33

H.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33

H.6 Teknik Analisis Data ... 34

H.7 Uji Reliabilitas ... 35

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN A.Profil Penulis dan Sutradara Film ... 38

B.Sekilas Tentang Film Freedom Writers ... 38

C.Crew dan Tokoh ... 42

C.1 Tokoh Utama ... 42

C.2 Crew Film ... 43


(20)

xix

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A.Penyajian Data ... 45

B.Analisis Data ... 61

B.1 Kategori Melalui Pendidikan ... 63

B.2 Kategori Melalui Kebersamaan Antar Ras... 67

B.3 Kategori Sifat Anti Rasisme ... 75

B.4 Analisis Data Koder I ... 87

B.5 Analisis Data Koder II ... 90

C.Uji Reliabilitas ... 104

C.1 Peneliti dengan Koder I ... 104

C.2 Peneliti dengan Koder II ... 107

BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan ... 97


(21)

xx Daftar Tabel

Tabel 1 : Contoh Lembar Koding ... 34

Tabel 2 : Lembar Distribusi Frekuensi ... 35

Tabel 3 : Isi Scene Dalam Film Freedom Writers ... 45

Tabel 4 : Tabel Distribusi Frekuensi Peneliti ... 62

Tabel 5 : Tabel Distribusi Frekuensi Koder I ... 87


(22)

xxi

Daftar Lampiran Lampiran 1 : Hasil Koding Peneliti

Lampiran 2 : Hasil Koding Koder I Lampiran 3 : Hasil Koding Koder II


(23)

97

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta, Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Cetakan ke 3. Jakarta, Prena Media. Dominick, Wimmer. 2003. Mass Media Research An Introduction. Edisi ke 7

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film, Yogjakarta, Panduan dan Yayasan Konfiden. Effendy, Heru. 2002. Industri Perfilman Indonesia. Jakarta, Erlangga.

Effendy, Onong Uhcjana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung, PT.Citra Aditya Bakti.

Hamidi. 2006. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi.Malang, UMM Press. Haviland, William.A.1988.Antrologi Edisi Keempat Jilid 1.Jakarta, Erlangga. Horton, Hunt. 1989.Sosiologi Edisi Ke Enam Jilid 2. Jakarta, Erlangga.

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta, Kencana Prenada Group.

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik. Yogyakarta: LkiS.

Martono, Nanang. 2010.Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta, Pt.Raja Grafindo Persada. Mulyana, Deddy.2005. Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung, PT.Remaja

Rosdakarya.

Noordjanah, Andjarwati.2004. Komunitas Tionghoa Di Surabaya. Semarang,

Mesiass(Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah).

Nurudin.2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta, Raja Grafindo Persada. Sjaifullah, Wuryo. 1983. Pengantar Ilmu Jiwa Sosial. Jakarta, Erlangga.

S.Susanto. Astrid. 1988. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta, Binacipta.

Widjaja. H.A.W. 1997.Komunikasi (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat). Jakarta, Bina Aksara


(24)

98

Yahya, Harun. 2002.Bencana Kerusakan Akibat Darwinisme.Jakarta,Global Cipta Publishing.

Non Buku

Skripsi Yulia Shinta K, 2010.Anti Rasisme Pada Tokoh Erin Gruwell Dalam Film Freedom Writers Karya Richard Lagravenese. Universitas Diponegoro.

Website

http://www.artikata.com/arti-8213-anti-rasisme.html (pukul 21.00)

http://dkvumbforever.4umer.com/t12-kapan-sih-pertama-kali-film-diciptakan (pukul 21.45 WIB)

http://archive.kaskus.us/thread/4811571 (pukul 22.30 WIB)

http://ayonana.tumblr.com/post/390644418/definisi-film (pukul 00.30 WIB) (di akses pada tgl 28-02-2011)

http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/06/rasisme-yang-mendarah-daging-di- indonesia/ (pukul 19.00 WIB)

http://www.imdb.com/title/tt0463998/ (pukul 20.15 WIB)

http://www.hollywood.com/celebrity/189249/Richard_LaGravenese (pukul 23.15 WIB)

http://ceritafilm.com/paramount-pictures.html (pukul 23.30) http://id.wikipedia.org/wiki/Paramount_Pictures (pukul 23.30) (di akses pada tgl 01-03-2011)


(25)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat dan hal tersebut mendukung berkembangnya komunikasi kearah yang lebih efektif. Komunikasi juga dapat dilakukan dengan mudah dan cepat karena berkembangnya suatu teknologi mempengaruhi kemajuan teknologi media dalam berkomunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi manusia, karena komunikasi adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan untuk mendapat maupun bertukar informasi. Karena selain sebagai makhluk individu kita juga berperan penting sebagai makhluk sosial, dimana kita haruslah saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai proses mengalirnya pesan dari komunikator menuju komunikan dengan berbagai hambatan tertentu.

Dahulu komunikasi yang ada sangatlah minim, sebelum mengenal bahasa dan berbicara komunikasi yang dilakukan yaitu melalui isyarat atau tanda-tanda serta lambang yang dibuat manusia pada masa itu. Menurut Nasution, (1989) sekitar 500 tahun SM Raja Persia Darius menempatkan prajuritnya disetiap puncak bukit lalu saling berteriak satu sama lain, sehingga jarak 450 mil dapat diliput selama dua hari. (Bungin, 2006:108).

Sekitar 300.000 s/d 200.000 tahun SM, barulah manusia mengenal bahasa. Namun penggunanaan bahasa tersebut masih sangat sederhana, lalu selanjutnya


(26)

sekitar 5.000 tahun SM manusia mulai memasuki abad dimana mereka mengenal tulisan. Hal ini dirasa masih sangat kurang untuk mendapat informasi yang lebih. Karena komunikasi itu sendiri tidak hanya tidak diperoleh dari sesama manusia saja tetapi juga didapat dari media, atau dalam bidangnya lebih mengacu pada komunikasi massa.

Komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang bersifat heterogen dan anonim, yang penyebaranya melalui media massa. Baik media cetak maupun media elektronik. Seiring dengan hal ini maka teknologi dalam bidang komunikasipun berkembang pesat seperti saat ini, seperti adanya handphone, televisi, internet, musik atau bahkan film. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi, hiburan, serta pendidikan bagi umat manusia, serta sebagai sarana penyampaian pesan yang lebih efektif.

Mendengar kata film kita tentunya sudah dapat menerka dan memahami apa film itu. Secara sederhana Film merupakan perpaduan antara Audio “Suara” dan Visual “Gambar” yang didalamnya terdapat unsur cerita atau ide gagasan dari komunikator dan isinya pun sangat beragam. Biasanya isi dari film itu sendiri tidak jauh dari sebuah realita atau fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.

Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan


(27)

atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya. (Effendy, 2008:63).

Film saat ini juga berkembang sangat pesat sehingga mampu melahirkan berbagai macam genre film, diantaranya: Animasi, Drama, Dokumenter, Horor, Trhiller/Pembunuhan, Misteri, Aksi, War/Peperangan dan Scifi. Di Indonesia sendiri muncul satu genre film yang popular dan banyak digemari, yaitu film dengan genre Horor Komedi. Film genre ini merajai pasar industry perfilman di Indonesia karena isi yang disajikan banyak berisi adegan-adegan sensual, bahkan tak tanggung-tanggung sutradara film itu sendiri berani membayar mahal beberapa bintang film panas dari luar negeri hanya untuk berakting memperlihatkan kemolekan tubuhnya. Bukannya takut dan ngeri saat melihat film genre ini, namun penonton akan terangsang nafsu seksualnya.

Dalam hal ini mereka para sutradara atau pembuat film tidak memperhatikan kaidah-kaidah positif, seperti isi pesan yang ada dalam film tersebut. Film Horor Komedi itu sendiri sebenarnya bukan satu genre tertentu, film genre ini dibentuk berdasarkan kepentingan seperti bisnis dan keuntungan pribadi pembuat film. Bagi penikmat film yang pasif, mereka akan sangat senag dengan kehadiran film ini dan sama sekali tidak memperhitungkan baik dan buruknya film genre ini. Yang mereka butuhkan hanyalah kepuasan nafsu setelah menonton film ini, hasrat keingin tahuan akan para bintang film panas semakin tinggi. Akan tetapi bagi para penikmat film yang aktif dan kritis, film genre ini tidak memiliki tanggung jawab sosial dan moral. Semakin mempercacat insan perfilman di negeri ini.


(28)

Film merupakan media yang paling mudah dan cepat jika digunakan untuk menyampaikan suatu pesan atau bahkan informasi bagi khalayak. Karena film juga merupakan media yang sangat menarik dan menghibur, serta mudah dipahami oleh kita semua. Selain itu film juga memiliki efek yang mempengaruhi penontonnya, baik itu dalam hal yang positif maupun hal yang negative tergantung isi pesan dan cerita yang terdapat dalam film tersebut.

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. (Widjaja, 1997). Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the content of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya. Lambang utama dalam film disini berupa gambar dan suara. (Effendy, 2000:313).

Pesan dalam film biasanya menggambarkan kejadian atau fenomena yang berada disekitar kita, seperti peperangan, kisah cinta, pembunuhan, kejahatan mafia dan banyak lagi yang lainnya. Film yang bagus adalah film yang memiliki isi pesan yang mampu di jadikan inspirasi oleh para penikmat film, sebuah film bisa dikatakan berkualitas jika tema dan isi pesannya mengandung makna yang positif dan bersifat kuat. Sehingga mampu mempengaruhi para penonton, mampu menggugah nurani dari audience. Kemudian film itu akan selalu melekat di kepala masyarakat luas, bukan sekedar terhibur dari apa yang mereka lihat.

Di Indonesia sendiri sebenarnya dunia perfilman sudah berkembang pesat, namun sayang dari sekian banyak film yang sudah diproduksi hanya beberapa film yang mengandung pesan yang positif. Sisanya merupakan film yang dibuat


(29)

berdasarkan kepentingan serta keuntungan pribadi, seperti film drama cinta dikalangan remaja, seperti FTV.

Kemudian film horror komedi (mesum) yang ceritanya monoton, seperti “Suster Keramas, Diperkosa Setan dan sebagainya”. Efek yang ditimbulkan dari film ini adalah suatu tindakan imitasi yang buruk, karena kebanyakan masyarakat kita masih pasif dalam menerima pesan-pesan dari apa yang mereka lihat. Mau tidak mau kita sebagai penonton harus lebih aktif dan kritis, harus pandai dalam memilih film yang akan kita tonton. Beberapa hal di atas sedikit memberikan kita gambaran tentang film, berangkat dari penjelasan diatas peneliti berkeinginan meneliti sebuah film yang bermuatan positif serta mengetahui lebih dalam lagi isi pesan yang disampaikan.

Berangkat dari penjelasan tadi, peneliti memilih film karya Richard LaGravenese yang berjudul “Freedom Writers”. Diterbitkan oleh Broadway pada tahun 1999, The Freedom Writers Diary adalah kisah nyata guru bahasa Inggris bernama Erin Gruwell, yang bertugas mengajar di Long Beach, California. Film ini juga mendapat penghargaan sebagai “A Truly Moving Picture” (kategori film kisah nyata) dalam Festival Film Heartland tahun 2006 di Indianapolis.

Film ini mengusung tema pendidikan, yang menggambarkan kisah nyata seorang guru yang mendidik dan memperhatikan muridnya melebihi guru lainnya. Bahkan ia (Erin Gruwell) rela mengkorbankan rumah tangganya, demi kepentingan orang banyak. Seorang guru yang inspiratif dan patut ditiru dikalangan pendidikan dan kalangan umum. Ia berusaha menghapuskan rasisme


(30)

dari benak para murid-muridnya dengan berbagai cara, agar nantinya para murid bisa melakukan sesuatu yang berguna daripada saling bunuh antar ras.

Rasisme bukanlah perkara yang sepele, “Rasisme” berarti suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya. Sedangkan pengertian “Ras” itu sendiri yaitu golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik, seperti warna kulit, warna rambut, ukuran tubuh dan warna mata.

Abad ke 20 yang baru saja kita lalui merupakan abad kegelapan, dimana banyak dari umat manusia dibelahan dunia disiksa, di aniaya, terlantar tanpa rumah. Semua itu terjadi tanpa tujuan apapun selain membela ideology yang menyimpang, salah satunya adalah rasisme itu sendiri. Hampir setiap waktu dan tempat lahir seorang pemimpin yang kejam, dictator dan memiliki ideology yang menyimpang. Mereka adalah Stalin, Lenin, Trotsky, Mao Tse Tung, Hittler, Musolin dan sebagainya. Beberapa orang tadi merupakan potret buruk dari gambaran seorang pemimpin yang membenarkan sebuah ideology sesat, dimana ideology mereka berangkat dari teori Darwin atau biasa disebut Darwinisme.

Dalam bukunya Harun Yahya yang berjudul “Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme” bahwa Teori Darwinisme itu berbunyi “yang kuat akan bertahan hidup, sedangkan yang lainnya kalah dan musnah”. Berangkat dari pemahaman ini banyak dari orang-orang yang salah memahami kemudian membenarkan suatu paham rasisme, fasisme dan kolonialisme, yang akhirnya ditanamkan kepada anak cucunya hingga sekarang.


(31)

Di Indonesia sendiri masalah rasisme juga tak jarang terjadi, keberadaan etnik Tionghoa di Indonesia tak pernah lepas dari kontroversi. Sejarah mencatat setidaknya ada lima peristiwa tragis yang mendera kaum Tionghoa. Yaitu Geger Pecinan pada tahun 1740, tragedy 1965, Malari 1974, Geger Pecinan di Solo dan Semarang tahun 1981, dan kerusuhan pada tahun 1998 di Jakarta dan Solo. Eksistensi orang tionghoa selalu dihadapkan pada stereotip buruk oleh warga pribumi, seperti anggapan bahwa orang tionghoa hidup eksklusif dengan social tertutup, berorientasi keduniawian, dan enggan bergaul dengan warga disekitanya terutama dengan warga pribumi. Pandangan itu masih tetap hidup dibenak warga pribumi hingga saat ini.

Berangkat dari latar belakang diatas, peneliti merumuskan sebuah judul Pesan Anti Rasisme Dalam Film (Analisis Isi Pada Film Freedom Writers Karya Richard LaGravenese). Dengan menggunakan metode analisis isi, peneliti ingin mengetahui pesan Anti Rasisme yang terdapat dalam Film Freedom Writers. Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan mampu member gambaran pada kita semua, bahwa rasisme haruslah di hilangkan dari benak kita. Agar tidak terulang hal buruk yang pernah terjadi dimasa lampau, kemudian yang baik bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi kita.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut: Seberapa Banyak Frekuensi Kemunculan Pesan Anti Rasisme Dalam Film “Freedom Writers” Karya Richard LaGravenese?


(32)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak frekuensi kemunculan pesan anti rasisme yang terdapat dalam film “Freedom Writers” Karya Richard LaGravenese.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi manfaat bagi masyarakat pecinta film dalam menerima dan memahami pesan-pesan positif yang ada dalam film khusunya pesan anti rasiasme, serta menerapkan isi pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan juga mampu menjadi referensi bagi insan perfilman, dalam membuat suatu karya seni khususnya film, sehingga mampu menghasilkan film yang memiliki pesan kuat yang mendidik.

2. Kegunaan Akademis

Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memotivasi dan meberi referensi bagi peneliti lain, untuk lebih mengembangkan dan memperluas berbagai penelitian analisis isi di masa yang akan datang. Adanya pesan-pesan positif yang terdapat dalam film ini terutama pesan anti rasisme, dapat kita jadikan inspirasi, rujukan serta motivasi dalam memproduksi film bagi para pemula. Agar terlahir film-film yang berkualitas sehingga bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, tanpa adanya efek yang negatif.


(33)

E. Tinjauan Pustaka E.1 Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa, media massa itu sendiri yang memiliki ciri khas, yakni berkemampuan memikat perhatian khlayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaeous) yaitu pers, radio, televisi dan film. (Effendy, 2000:313). Film itu sendiri merupakan hasil perkembangan terkini dari teknologi dan juga salah satu bentuk komunikasi massa, karena sifatnya yang mampu menjangkau khalayak masyarakat secara luas. Kemampuan film sebagai alat media komunikasi massa, adalah hasil dari perkembangan teknologi komunikasi yang mampu memvisualkan pesan dan gambar dengan yang mampu menjangkau wilayah masyarakat di mana pun.

Ada banyak definisi tentang komunikasi yang telah dikemukakan para ahli, khususnya ahli komunikasi. Hingga kini ada sekitar ratusan definisi komunikasi. Seringkali suatu definisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan definisi lainya. Menurut Harold Lasswel. Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? ( Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Apa?). Sedangkan menurut Everett M. Rogers. Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.(Winarni. 2003:2-3). Komunikasi sebagai suatu proses sebab-akibat atau reaksi yang arahnya bergantian Dimana seorang menyampaikan pesan (baik verbal atau non verbal) dan seorang penerima


(34)

bereaksi dengan memberikan jawaban verbal atau non verbal. Kemudian orang pertama bereaksi terhadap respon atau umpan balik dari orang kedua, dan seterusnya.(Winarni. 2003:3).

Secara umum komunikasi massa sebenarnya adalah suatu proses yang menggambarkan bagaimana komunikator secara professional menggunakan teknologi pembagi (media) dalam menyebarluaskan pengalamannya yang melampui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak. Menurut Severin (1977), Tan (1981) dan Wright (1986). Komunikasi Massa adalah bentuk komunikasi yang merupakan penggunaan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara missal, berjumlah banyak bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. (Winarni. 2003:8). Komunikasi Massa yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses penyampaian pesan kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari intuisi publik tersampaikan kepada masyarakat luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu yang cepat dan singkat. (Bungin. 2006:80). Adapun ciri-ciri komunikasi massa (Nurudin, 2007:19-35) sebagai berikut: 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator disini tidak hanya satu orang saja, namun kumpulan orang yang tergabung dari berbagai unsur dan kemudian bekerja sama antara satu dengan yang lainya melalui suatu lembaga.

2. Komunikan bersifat Heterogen


(35)

Jika kita melihat suatu film, kita tahu bahwa film itu sendiri bukan hanya kita atau perorangan yang bias menontonya. Melainkan seluruh komunikan yang tersebar di berbagai daerah, bahkan di seluruh dunia yang menikmati film tersebut. Karena hal inilah mengapa komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen, artinya komunikan disini adalah orang banyak dan bermacam-macam dan bukan perorangan.

3. Pesannya bersifat Umum

Seperti yang kita tahu, karena komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen maka pesan yang disampaikan juga bersifat umum. Dengan kata lain pesan yang disampaikan disini tidak menyangkut golongan tertentu. 4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Ketika kita sedang membaca majalah, koran atau buku, maka komunikasi yang terjadi disitu hanya satu arah, yakni dari media massa kepada kita. Berbeda lagi saat kita melakukan komunikasi tatap muka, dengan seorang teman misalnya. Saat kita mengajaknya berbicara kemudian dia membalasnya dengan umpan balik, dari kita ke teman begitu juga sebaliknya.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Di dalam komunikasi massa terdapat keserempakan dalam penyebaran pesanya, artinya khalayak disini hamper bersamaan di dalam menerima pesan dari media tersebut.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis


(36)

Media Massa disini merupakan alat yang utama dalam penyampaian pesan yang ada, akan tetapi tetap didukung dengan peralatan teknis atau lebih mengacu pada media elektronik.

Kajian tentang media dapat dilakukan dari dua dimensi komunikasi massa. Dimensi pertama disebut juga dimensi mikro, dapat menjelaskan hubungan antara media dengan audience, audience dalam pengertian individual maupun kelompok. Teori-teori mengenai hubungan antara media dengan audience, menekankan adanya komunikasi massa pada individu dan kelompok sebagai hasil interaksi dengan media.

Dimensi kedua disebut sebagai kajian dimensi makro, dimana kajian ini memandang dari sisi pengaruh media kepada masyarakat luas beserta intuisi-intuisinya. Dimensi ini menjelaskan keterkaitan antara media dengan berbagai intuisi lain di masyarakat seoerti politik, budaya, social, ekonomi, pendidikan, agama, dan sebagainya. Kemudian mengkaji posisi atau kedudukan media dalam masyarakat, dimana keduanya saling mempengaruhi satu dengan lainya.(Bungin, 2006:256).

E.2 Film Sebagai Bentuk Media Komunikasi Massa

Media dalam komunikasi massa dibagi menjadi dua, yaitu media cetak dan elektronika. Media cetak terdiri dari surat kabar, majalah dan buku. Film merupakan salah satu hasil dari perkembangan komunikasi massa, dalam hal ini film masuk pada media elektronika bersama radio, televisi dan rekaman musik. Keberadaan film sebagai media sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan social masyarakat, karena di dalam film terdapat berbagai tema dan isi pesan


(37)

yang ingin disampaikan komunikator atau pembuat film kepada komunikator atau khalayak.

Pesan dalam sebuah film sangat bermacam-macam tergantung pada komunikan tentang hal apa yang ingi disampaikan, bisa berupa kritikan, propaganda, pesan tentang moral, social, agama dan masih banyak lagi, sehingga bisa saja pesan itu mempengaruhi dan mengubah suatu khalayak untuk menjadi lebih baik lagi. Adapun teori efektivitas komunikator, Yang menyatakan bahwa, jika komunikator memiliki tingkat dapat dipercaya (trustwoerthness) dan keahlian (expertise) yang tinggi, maka pesan-pesanya akan efektif. (Hamidi, 2006:23).

Pesan merupakan hal yang paling penting selain komunikator dan komunikan, tanpa adanya pesan atau informasi yang akan disampaikan maka suatu komunikasi tersebut tidak akan mampu berjalan dengan semestinya. Dengan kata lain suatu komunikasi itu akan terhambat karena tidak adanya pesan yang akan disampaikan. Film itu sendiri merupakan media yang paling efektif dalam penyampaian informasi kepada khalayak, karena disajikan dengan berbagai macam tema serta di kemas dengan sangat menarik oleh pembuat film itu sendiri.

Film juga memiliki segmentasi yang beragam, mulai dari anak-anak seperti film kartun, animasi yang dikemas dengan tampilan dan cerita yang lucu. Kemudian remaja, seperti film-film aksi, drama remaja. Bahkan film untuk kategori dewasa yang biasanya bercerita tentang drama sebuah kemuarga dan masih banyak yang lainnya.


(38)

E.3 Pemahaman Tentang Film

Mendengar kata film kita pastinya sudah tidak asing lagi, film merupakan hasil perpaduan dari beberapa unsur. Yaitu, gambar gerak atau visual, kemudian suara atau audio, serta terdapat unsur pesan. Dari unsur-unsur tadi maka komunikator mengolahnya sedemikian rupa dengan bantuan teknologi, hingga jadilah sebuah film yang didalamnya mengandung pesan yang bisa dengan mudah dipahami atau dicerna oleh khalayak. Film merupakan media yang efektif dalam komunikasi massa. Bagaimana tidak, saat kita menonton film seolah-olah kita ikut masuk kedalam suasana yang digambarkan dalam film tersebut. Saat adegan sedih kita bisa saja ikut merasakan kesedihan, saat pemeran antagonis muncul bisa saja kita ikut terpengaruh dan marah. Atau mungkin saat adegan lucu yang ditampilkan, kita tertawa dengan keras dan begitu seterusnya.

Gambar gerak pertama dihasilkan oleh tangkapan sebuah kamera yang ditemukan tahun 1888 di laboratorium milik Thomas Alfa Edison. Disusul tahun 1895 ditemukannya proyektor oleh dua orang bersaudara Lumiere di paris. Di Amerika Serikat pada tahun 1903 hadirnya film cerita pertama oleh Edwin.S Porter dibawah judul Great Train Robberty. Yang paling tenar pada tahun 1917 ialah hadirnya film hiburan pertama yang dimainkan bintang film tenar Charlie Chaplin menyusuk tahun 1939 hadir film Gone With The Wind. Semuanya berkembang bagi kaum elit hingga tahun 1948. (Winarni, 2003:37).

Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video,


(39)

dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya. (Effendy, 2008:63).

Definisi lain mengatakan, Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera. (http://ayonana.tumblr.com/ post/390644418/definisi-film) diakses pada (tgl 28-02-2011pukul 00.30 WIB).

Di Indonesia sendiri film pertamakali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep”. Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang. Film adalah sebuah film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu maha. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat penonton. Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1905 yang diimpor dari Amerika. Film- film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu. Film cerita impor ini cukup laku di Indonesia. Jumlah


(40)

penonton dan bioskop pun meningkat. Daya tarik tontonan baru ini ternyata mengagumkan. Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926. Sebuah film cerita yang masih bisu. Agak terlambat memang. Karena pada tahun tersebut, di belahan dunia yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi.

Industri film lokal sendiri baru bisa membuat film bersuara pada tahun 1931. Film ini diproduksi oleh Tans Film Company bekerjasama dengan Kruegers Film Bedrif di Bandung dengan judul Atma de Vischer. Selama kurun waktu itu (1926-1931) sebanyak 21 judul film (bisu dan bersuara) diproduksi. Jumlah bioskop meningkat dengan pesat. Film rueve (majalah film pada masa itu) pada tahun 1936 mencatat adanya 227 bioskop. Teknologi saat ini sangatlah jauh berbeda dengan dahulu, dengan munculnya beberapa teknologi baru film sekarang lebih kreatif dan lebih inovatif. Hal ini terbukti dengan munculnya film yang bertemakan animasi, dengan efek yang lebih bagus dan cerita atau isi pesan yang sangat menarik sehingga mampu memikat para khalayak. (http://dkvumb

forever.4umer.com/t12-kapan-sih-pertama-kali-film-diciptakan) diakses pada

(tgl 28-02-2011 pukul 21.45 WIB).

Adapun jenis-jenis film, (Heru Effendy, 2002:11-13) adalah sebagai berikut: 1. Film Dokumenter (Documentary Film)

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karaya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Intinya film dokumenter berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Kini documenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia.


(41)

Hal ini bisa dilihat dari banyaknya film documenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. 2. Film Cerpen (Short Film)

Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak Negara seperti Jerman, Australi, Kanada, dan Amerika Serikat, Film pendek biasanya dijadikan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini biasanya banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik.

3. Film Cerita Panjang (Feature-Length Film)

Film dengan durasi lebih dari 60 menit, lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop pada umumnya termasuk dalam kelompok ini. Selain itu ada juga beberapa genre film saat ini, yaitu:

a. Drama/Romance

Film jenis ini lebih banyak bercerita tentang kisah cinta, dan tak jarang cerita diambil dari kisah nyata sebuah kehidupan suatu keluarga. Biasanya segmentasi film genre ini ditujukan kepada remaja dan dewasa.

b. Action/Aksi

Film aksi kebanyakan menonjolkan aspek kekerasan didalamnya, seperti perkelahian, tembak menembak, kriminalitas, dan bahkan mengangkat tentang perang.

c. Horor


(42)

Film genre ini cukup digemari karena ceritanya yang menyeramkan sehingga mampu membuat adrenalin para penonton naik turun. Biasanya cerita dalam film horror mengangkat suatu misteri tentang adanya makhluk ghaib yang belm terpecahkan.

d. Thriller

Film ini berisi tentang pembunuhan, balas dendam, bahkan kisah tentang seorang psikopat. Para penikmat film ini wajib berhati-hati dan lebih selektif dalam memahami film jenis ini, karena jika penonton benar-benar terbawa maka bisa saja film genre ini dijadikan contoh untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Animasi/Kartun.

Film jenis ini biasanya sangat digemari anak-anak, karena film ini dibuat dari beberapa gambar gerak yang di buat sendiri oleh manusia sehingga ceritanya menjadi lucu dan unik.

E.4 Pesan

Film sudah tentu memiliki tema dan di dalam tema tersebut pasti terselip pesan, pesan itulah yang nantinya akan dicerna oleh penonton. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. (Widjaja, 1997). Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the content of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya. Lambang utama dalam film disini berupa gambar dan suara. (Effendy, 2000:313). Pada dasarnya komunikasi itu


(43)

mempunyai 4 fungsi, yaitu: menginformasikan, mendidik, menghibur, mempengaruhi. Sama seperti halnya sebuah film, di dalam film sebenarnya tidak hanya berfungsi sebagai hiburan belaka, akan tetapi didalamnya menyimpan makna atau pesan bahkan informasi yang terkandung serta ingin disampaikan kepada komunikan atau khalayak.

a. Fungsi Informasi

Suatu film biasanya mengandung unsur informasi didalamnya, dimana informasi tersebut sangat di butuhkan oleh khalayak.

b. Fungsi Mendidik

Apabila didalam film memuat suatu pesan yang mendidik tentunya akan sangat berguna bagi kita sebagai khalayak untuk menjadi lebih baik lagi, sehingga bisa dijadikan pelajaran untuk kehidupan yang akan datang.

c. Fungsi Menghibur

Hiburan disini dimaksudkan untuk melemaskan ketegangan pikiran kita, misalnya didalam film tersebut diselingi dengan komedi setelah suatu adegan yang menegangkan atau menyedihkan. Sehingga kita bias tertawa karena terhibur.

d. Fungsi Mempengaruhi

Mempengaruhi disini jika film itu memiliki pesan yang sangat kuat maka secara tidak langsung kita sebagai khalayak akan terpengaruh oleh pesan yang ada pada film tersebut, baik itu pesan yang mendidik atau bahkan malah pesan yang merusak.


(44)

Pesan dalam sebuah film sangat bermacam-macam tergantung pada komunikan tentang hal apa yang ingi disampaikan, bisa berupa kritikan, propaganda, pesan tentang moral, social, agama dan masih banyak lagi, sehingga bisa saja pesan itu mempengaruhi dan mengubah suatu khalayak untuk menjadi lebih baik lagi. Pesan merupakan hal yang paling penting selain komunikator dan komunikan, tanpa adanya pesan atau informasi yang akan disampaikan maka suatu komunikasi tersebut tidak akan mampu berjalan dengan semestinya. Dengan kata lain suatu komunikasi itu akan terhambat karena tidak adanya pesan yang akan disampaikan.

Apabila di dalam film tersebut mengangkat tentang suatu pesan yang baik mengenai sosial maka pesan tersebut tidak akan mudah dilupakan oleh khalayak, dalam film “Freedon Writers” misalnya. Disini terdapat banyak sekali pesan yang yang ingin disampaikan komunikator kepada komunikan atau khalayak, karena didalamnya memuat pesan tentang anti rasisme. Tentunya hal ini bisa menjadi referensi atau gambaran untuk kehidupan manusia di masa yang akan datang, bahwa rasisme harus dihapuskan dari dunia ini, kapan saja dan dimana saja agar manusia dapat hidup damai didalam perbedaan ras. Kemudian tidak ada lagi anggapan tentang salah satu ras yang harus di unggulkan di masa yang akan datang. Hal ini bisa benar terjadi apabila komunikator tersebut benar-pandai mengolah pesan dan pesan itu bisa dipertanggungjawabkan.

E.5 Pemahaman Anti Rasisme

Pengertian menurut bahasa “Anti” berarti melawan, menentang, memusuhi, sedangkan “Rasisme” berarti suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang


(45)

menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya. Sedangkan pengertian “Ras” itu sendiri yaitu golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik, seperti warna kulit, warna rambut, ukuran tubuh dan warna mata.

Kata "rasisme" pertama kali digunakan secara umum pada 1930-an. Fenomena rasisme sebenarnya sudah muncul jauh sebelumnya. Pengertian rasisme itu sendiri selalu berubah. Tribalisme/sukuisme, xenophobia (perasaan benci (takut, waswas) terhadap orang asing atau sesuatu yg belum dikenal; kebencian pada yang serba asing), keangkuhan dan prasangka serta permusuhan dan perasaan negatif terhadap satu kelompok etnis atau bangsa yang lain kadang diiringi dengan sikap brutal, sering kali dihubungkan dengan rasisme.

Jadi anti rasisme merupakan sikap dan tindakan penentangan dan penolakan suatu paham rasis yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.

E.6 Pesan Anti Rasisme Dalam Film

Film merupakan media yang sangat menghibur bagi khalayak, selain itu dalam film juga terdapat berbagai unsur. Salah satunya adanya unsure pesan, dengan adanya pesan ini maka film akan semakin mudah dipahami oleh penontonnya. Pesan Anti Rasisme dimaksudkan disini merupakan pesan yang terkandung pada beberapa scene dalam film Freedom Writers, karena peneliti menilai adanya pesan anti rasisme yang ada dalam film tersebut. Pesan anti rasisme merupakan suatu sikap dan tindakan yang menentang dan menolak rasisme, yakni stereotip buruk tentang ras lain. Karena dengan adanya rasisme ini


(46)

akan sangat membahayakan diri sendiri dan orang lain, rasisme sendiri berpotensi tumbuh dan berkembang di benak siapapun. Inilah yang menjadi masalah sosial dimanapun hingga sekarang.

Sikap individu terhadap lingkungan sosialnya dapat berupa penolakan, penerimaan, dan sikap netral terhadap lingkungan. Individu menolak lingkungan bila ia merasakan tidak adanya kesesuaian dengan keadaan lingkungannya. Individu dapat memberikan bentuk pada lingkungan sesuai dengan apa yang ia harapkan asalkan itu berdampak positif. Contohnya dalam kehidupan bermasyarakat, kadang kala orang tidak sesuai atau tidak cocok dengan norma-norma yang ada dalam lingkungannya, maka seseorang dapat memberikan pengaruh pada lingkungan tersebut. Namun hal tersebut bukanlah hal yang mudah dan salah satu faktor yang akan ikut menentukan berhasil tidaknya usaha itu adalah status atau posisi individu yang bersangkutan.

Individu menerima lingkungan bila keadaan lingkungan sesuai atau cocok dengan keadaan individu. Dengan demikian ia akan menerima keadaan lingkungan tersebut. Sedangkan individu akan bersikap netral terhadap lingkungannya apabila ia tidak cocok dengan lingkungannya namun tidak mengambil langkah bagaimana semestinya. Individu bersikap diam dan berpendapat biarlah lingkungan yang dalam keadaan tersebut.

Dalam film Freedom Writers ini digambarkan 4 macam ras, yang sesuai dengan apa yang di jelaskan menurut Thomas Well dalam Alo Liliweri Prasangka dan Konflik. Kempat ras itu meliputi:

1. Warga kulit putih atau White Anglo Saxon Protestant


(47)

Warga kulit putih atau White Anglo Saxon Protestant adalah sebuah tradisi atau bahkan bisa disebut ideologi tentang siapa yang seharusnya menjadi penguasa Amerika Serikat. Pada awalnya tradisi ini diperkenalkan oleh orang-orang Inggris yang merasa dirinya superior. Karena merekalah yang pertama masuk ke Amerika Serikat dan Membangun Amerika dengan pengetahuan dan ketrampilan tertentu dengan orientasi kerja dalam berbagai bidang ekonomi dan politik. Keyakinan tersebut juga didorong oleh moralitas agama protestan yang diasumsikan sebagai agama yang paling kuat mendorong orang bekerja lebih produktif.

Warga kulit putih cenderung tidak disukai atau dianggap tidak baik oleh berbagai ras yang ada karena perbuatan mereka pada jaman dahulu hingga sekarang. Menurut Killian warga kulit hitam diketahui memiliki prasangka buruk kepada warga kulit putih dikarenakan perlakuan warga kulit putih pada jaman perbudakan Amerika Selatan terhadap warga kulit hitam. Selain itu ras kulit putih di awal kedatangannya melakukan tindakan yang biadab dengan melakukan pembantaian terhadarp warga asli Amerika yakni Suku Indian.

2. Warga kulit hitam atau Africans-Americans

Warga kulit hitam adalah kelompok etnik pertama dari benua Afrika yang dijadikan budak oleh orang-orang Spanyol dalam eksplorasi ke dunia baru Amerika, sejak tahun 1619 sampai akhir abad ke-18. Jumlah warga kulit hitam di AS diperkirakan 10 juta orang yang tinggal di bagian barat


(48)

benua masalah umum yang dihadapi warga kulit hitam adalah pendapatan mereka yang rendah, kemiskinan, dan diskriminasi oleh orang-orang kulit putih di berbagai sendi kehidupan sosial.

Warga kulit hitam seringkali tidak disukai atau dianggap negatif oleh warga kulit putih karena mereka dulu menjadi budak warga kulit putih. namun seiring dengan kemajuan jaman, keberadaan warga kulit hitam juga terus maju. Dengan munculnya berbagai pertentangan, serta pembuktian. Akhirnya warga kulit hitam menjadi ras menampik stereotip miring tentang mereka. Hal tersebut dianggap sebagai keaadaan yang mengancam warga kulit putih.

3. Warga Asia yang tinggal di Amerika atau Asian-Americans

Adalah warga Asia yang tinggal di Amerika atau yang biasa disebut Asian-Americans. Mereka adalah orang Amerika dengan subkultur Asia. Jumlah waraga Asian-Americans adalah sekitar 4% dari warga Amerika. Mayoritas dari mereka berasal dari Cina dan Jepang, di samping imigran dari Filipina, Korea, Kamboja dan yang terakhir dari Vietnam.

Warga Amerika-Asia kurang disukai keberadaannya, karena sejak pertama kali datang ke Amerika kedatangan mereka dianggap merusak standar buruh yang ada. Warga dari ras lain sering menganggap warga Amerika-Asia sebagai orang-orang yang serakah. Bahkan di Amerika sempat memiliki peraturan yang melarang kedatangan warga Asia ke Amerika. Selain itu warga Asia adalah sesosok warga yang rajin, ulet dan pekerja keras. Sehingga banyak diantara mereka yang menjadi kaya dan


(49)

menguasai beberapa sector perekonomian, hal inilah yang menjadikan warga Asia disisihkan di Amerika.

4. Warga Hispanic-Americans

Merupakan warga Meksiko, Puerto Rico dan Cuba. Jumlah keturunan Amerika Hispanik diperkirakan mencapai 12% dari penduduk AS. Prosentase ini cenderung meningkat karena imigrasi dan tingkat kelahiran yang tinggi.

Warga Amerika-Hispanik dimusuhi keberadaanya oleh berbagai ras di Amerika karena keberadaan mereka yang seringkali menyebabkan keresahan karena tindakan anarkis yang mereka lakukan pada masa lalu di Los Angeles. Serta berbagai macam tindak pidana, seperti penjualan obat-obatan terlarang, imigran gelap.

Keempat ras tadi digambarkan saling bertindak rasis dalam film Freedom Writers ini, hingga muncul seorang sosok guru yang bersikap netral. Ia bernama Erin Gruwell, seorang guru dari warga kulit putih yang memiliki pandangan berbeda. Dimana orang-orang disekitarnya mendukung dan cenderung bersikap rasis terhadap ras lain, namun tidak dengan Erin. Ia lebih memandang semua manusia sama dan berhak mendapat perlakuan yang sama, tidak dipandang dari warna kulit ataupun ras mereka. Sikap dan tindakan anti rasisme nya inilah yang nantinya akan di turunkan kepada para murid dan orang lain.

Peneliti melihat adanya pesan anti rasisme yang digambarkan dalam beberapa scene, yakni melalui pendidikan, setelah mendapat pendidikan


(50)

dari berbagai cara akhirnya para murid mulai mengubah sikapnya sedikit demi sedikit. Mengubah tindakan serta pemikiran mereka yang sebelumnya saling acuh dengan teman mereka yang berbeda ras dengan dirinya, kemudian menjadi akrab dan bisa menerima perbedaan diantara mereka.

E.7 Definisi Metode Analisis Isi

Dalam bukunya Nanang Martono dijelaskan. Secara umum, analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi di balik data yang disajikan oleh media atau teks. Analisis isi dapat didefinisikan sebagai teknik mengumpulkan dan menganalisis isi dari suatu teks. Dalam hal ini dapat berupa kata, arti (makna), gambar, symbol, ide, tema atau beberapa pesan yang dapat dikomunikasikan. (Neuman, 2003).

Menurut Barelson, analisis isi merupakan teknik penelitian yang objektif, sistematis dan menggambarkan secara kuantitatif mengenai isi media komunikasi yang bersifat manifest.(Martono, 2010:76). Sumber data dalam analisis isi adalah objek berupa sumber tertulis atau sumber lain yang dapat diamati. Sumber data tersebut harus memiliki pola yang sama, bila diperoleh dari media massa, sumber data harus bersifat rutin (seperti rubric, iklan, film, berita, acara televisi, komik dan sebagainya).(Neuman, 2003) dalam (Martono, 2010:78).

Analisis isi bermanfaat untuk mengungkapkan tiga tipe permasalahan. Pertama, analisis isi membantu dalam masalah yang melibatkan isi atau informasi yang cukup banyak dalam suatu teks atau symbol. Kedua, analisis isi dapat membantu ketika topic penelitian memiliki jarak. Ketiga, analisis isi


(51)

membantu peneliti untuk meng analisis pesan (teks) yang sulit diamati dengan metode pengamatan biasa. (Neuman, 2003) dalam (Martono, 2010:78).

Sedangkan menurut Mc Quail dalam buku Mass Communication Theory (2000:305) dalam Rachmat Kriyantono, bahwa tujuan dilakukannya analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah:

1. Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media. 2. Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas social.

3. Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta system kepercayaan masyarakat.

4. Mengetahui fungsi dan efek media. 5. Mengevaluasi media performance. 6. Mengetahui apakah ada bias media.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis isi, menurut Neuman (2003) dalam Nanang Martono (2010), langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah penelitian 2. Melakukan studi pustaka

3. Menentukan unit analisis 4. Menentukan sampel 5. Menentukan variabel

6. Membuat kategorisasi dan pedoman koding 7. Melakukan koding data

8. Mengolah data


(52)

9. Menyajikan data dan memberi interpretasi 10.Menyusun laporan hasil penelitian

F. Definisi Konseptual F.1 Film

Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya. (Effendy, 2008:63).

Film merupakan bentuk dari komunikasi massa yang sangat efektif, mengingat disini terdapat unsur menghibur, menginformasikan, mendidik dan mempengaruhi. Karena semua itu dikemas dalam bentuk suara (audio) dan gambar gerak untuk memvisualkan pesan yang ada pada film tersebut, tentunya semua pesan akan sangat mudah dipahami oleh khalayak.

F.2 Pesan

Film sudah tentu memiliki tema dan di dalam tema tersebut pasti terselip pesan, pesan itulah yang nantinya akan dicerna oleh penonton. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan merupakan sesuatu yang dihayati oleh komunikan melalui komunikator, diterima dalam artian dijadikan milik bersama di antarany keduanya. Dengan tujuan


(53)

kesejahteraan bersama dalam kehidupan yang lebih baik serta bisa dipertanggung jawabkan.

Berlo menyebutkan bahwa proses meyakini pesan merupakan proses menghubungkan antara harapan dan manfaat. Sesuatu yang diusulkan dapat diterima apabila komunikan ada harapan memperoleh manfaat atau dalam istilah aslinya Expectation of reward. Manfaat tersebut baik dalam arti positif maupun negative. Dalam arti positif ialah memperoleh sesuatu, sedangkan dalam arti negative kemungkinan untuk menghindari sesuatu (Astrid, 1977:11)

F.3 Anti Rasisme

Pengertian menurut bahasa “Anti” berarti melawan, menentang, memusuhi, sedangkan “Rasisme” berarti suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya.(http://www.artikata .com/arti-8213-anit-rasisme.html) diakses pada (tgl 28-02-2011 pukul 21.00)

Sedangkan rasisme menurut Kombium dalam Sunarto dalam Pengantar

Sosiologi berarti sebuah ideologi yang didasarkan pada keyakinan bahwa ciri

tertentu yang dibawa sejak lahir menandakan pemilik ciri tersebut lebih rendah sehingga mereka dapat didiskriminasi (2004:145). (Dalam Skripsi Yulia Shinta, 2010)

Jadi anti rasisme merupakan suatu sikap dan tindakan yang menentang dan menolak rasisme atau menolak dan menentang stereotip buruk tentang ras lain. Karena dengan adanya rasisme ini akan sangat membahayakan diri sendiri dan


(54)

orang lain, rasisme sendiri berpotensi tumbuh dan berkembang di benak siapapun.

G. Struktur Katergori

Penelitian yang menggunakan metode analisis isi, validitas serta hasil-hasilnya sangat ditentukan oleh kategori-kategorinya. Seperti yang telah diterangkan oleh Bernard Barelson, bahwa analisis isi tidak bisa lebih baik dari kategori-kategorinya. Kategorisasi pada penelitian ini didasarkan pada sesuatu yang terjadi karena perbuatan manusia itu sendiri didalam suatu sistem sosial yang ada disekitar. Adapun kategorisasi yang disusun dalam penelititian ini untuk analisis isi film “Freedom Writers” Karya Richard LaGravenese adalah sebagai berikut:

1. Pesan Anti Rasisme melalui Pendidikan

Dalam skripsi Yulia Shinta, di jelaskan oleh Gerungan dalam bukunya

Psokologi Sosial mengatakan bahwa pembentukan perilaku tidak terjadi dengan

sendirinya atau dengan sembarangan saja. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan obyek tertentu. Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat merubah perilaku atau membentuk perilaku baru. Yang dimaksud dengan interaksi di luar kelompok adalah interaksi dengan hasil buah kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku, risalah, dan lain-lainnya.

Indikatornya:

a. Metode pembelajaran melalui buku tentang kekerasan dan konflik


(55)

b. Metode pembelajaran melalui digital library/perpustakaan digital tentang kekerasan dan konflik.

c. Metode pembelajaran melalui tatap muka dengan sumber/orang yang pernah terlibat langsung dengan kekerasan.

2. Pesan Anti Rasisme melalui kebersamaan antar ras

Dalam skripsi Yulia Shinta, Walgito menjelaskan dalam Psikologi Sosial

(Suatu Pengantar) menyebutkan bahwa lingkungan sosial adalah lingkungan

masyarakat yang di dalamnya terdapat interaksi individu dengan individu lainnya. Hubungan antara individu dengan lingkungan sosial tidak hanya berlangsung searah. Tidak hanya lingkungan sosial saja yang memiliki pengaruh terhadap individu, tetapi antara individu dengan lingkungan sosialnya terdapat hubungan yang saling timbal balik. Jadi lingkungan sosial dapat berpengaruh pada individu dan individu juga dapat berpengaruh pada lingkungan sosialnya.

Indikatornya:

a. Sosialisasi dengan ras lain

b. Adanya rasa simpati dengan ras lain 3. Sifat Anti Rasisme

Menurut Wuryo dan Sjaifullah (1983) menjelaskan dalam bukunya

Pengantar Ilmu Jiwa Sosial, sifat sosial yaitu sifat yang tertuju kepada pribadi

manusia-manusia lain. Sifat ini melahirkan dua jenis kesediaan luhur pada manusia yaitu kesediaan untuk selalu ingin mengadakan kontak dan sesamanya dan kesediaan untuk memperhatikan kepentingan orang lain, yang dapat meningkat menjadi kesediaan berkorban untuk orang lain. Sifat sosial dapat


(56)

melahirkan sikap yang dapat menciptakan kenyataan sosial yang diidamkan seperti persatuan, kerja sama, pengorbanan sosial dan sebagainya.

Indikatornya:

a. Sifat anti rasisme yang berhubungan dengan sifat sosial pada diri individu, dimana seseorang itu mau memperhatikan kepentingan orang lain

b. Sifat anti rasisme yang berhubungan dengan sifat sosial dalam diri individu, yang melahirkan sikap dimana ia dapat menciptakan persatuan

H. Metode Penelitian H.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis isi. Alasan menggunakan analisis isi karena akan memperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa secara objektif dan sistematis. Seperti yang di jelaskan dalam (Nanang Martono, 2010:19), Analisi isi (content analysis) merupakan tipe penelitian yang memanfaatkan informasi atau isi yang tertulis sebagai sinbol-simbol material. Sumber data dalam penelitian ini dapat berupa majalah, Koran, iklan, televisi atau media yang lain.

Analisis isi dikategorikan dalam tipe penelitian non reaktif (nonreactive research) dikarenakan objek yang menjadi sasaran penelitian tidak member reaksi atau pengaruh terhadap peneliti. Dengan menggunakan analisis isi peneliti dapat membandingkan berbagai simbol di dalam media atau teks tertentu dan menganalisanyanya dengan teknik kuantitatif. Menurut Barelson, analisis isi


(57)

merupakan teknik penelitian secara objektif, sistematis dan menggambarkan secara kuantitatif mengenai isi media komunikasi yang bersifat manifes. (Martono, 2010:19).

H.2 Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah film “Freedom Writers” yang difokuskan pada tiap scene yang berupa adegan dimana setiap scene akan diambil dan kemudian dimasukan kedalm pesan moral berdasarkan kategorisasi yang ada. Kategorisasi pesan anti rasisme dalam film ini adalah semua hal yang menyangkut tentang Anti Rasisme dari, kebersamaan, dan tindakan.

H.3 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan adalah adegan dalam scene yang terdapat pada Film “Freedom Writers” berupa adegan yang mengandung pesan anti rasisme. Yang dibagi menjadi 3 kategorisasi, yaitu pesan anti rasisme melalui pendidikan, pesan anti rasisme melalui kebersamaan antar ras, dan sifat anti rasisme.

H.4 Satuan Ukur

Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari frekuensi kemunculan kategori di setiap adegan atau jumlah adegan dari setiap kategori yang muncul dalam film “Freedom Writers”. Sehingga perhitungan didasarkan pada berapa kali kemunculan pesan anti rasisme pada scene, dari setiap struktur kategori yang telah ditentukan.

H.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang merupakan teknik pengumpulan data dengan menelaah


(58)

catatan-catatan, informasi sebagai sumber data. Kemudian pada praktiknya, untuk penelitian ini dilakukan pemutaran film “Freedom Writers”. Kemudian data di pilih-pilih kemudian dimasukkan kedalam kategorisasi yang telah di tentukan kemudian melakukan pengamatan dengan cara menggunakan lembar koding yang dibuat berdasarkan kategori yang ada dalam adegan yang ada dialam film tersebut.

Tabel 1 Lembar Coding

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti

Scene Struktur Kategori

Melalui Pendidikan Melalui Kebersamaan

Sifat Anti Rasisme

a b c a b a b

1 … … … … … … …

2 … … … … … … …

3 … … … … … … …

4 … … … … … … …

Keterangan:

Tabel di atas diisi dengan tanda

√ = menyatakan ada unsur pesan anti rasisme - = menyatakan tidak ada pesan anti rasisme

H.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Dalam penerapannya, data berupa setiap isi pesan anti rasisme yang terdapat dalam Film


(59)

“Freedom Writers” dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat distribusi frekuensi untuk mengetahui frekuensi kemuculan dari setiap kategori tema penelitian.

Tabel 2

Tabel Distribusi Frekuensi

No Struktur Kategori Frekuensi % 1 Pesan Anti Rasisme melalui Pendidikan

Ind 1.a

1.b 1.c 2 Pesan Anti Rasisme melalui Kebersamaan Antar Ras

Ind 2.a

2.b 3 Sifat Anti Rasisme

Ind 3.a

3.b Jumlah Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti

H.7 Uji Reliabilitas

Dalam uji reliabilitas kategori, penulis menggunakan sistem koding, dimana penulis dibantu oleh koder guna mengukur ketepatan penilaian penulis terhadap pesan moral yang terkandung dalam tiap scene pada film ” Freedom Writers”. Sistem ini dirasa penulis paling tepat karena untuk melakukan sebuah analisis dalam scene film, diperlukan pemikiran subyektif, dan untuk menyamakan perspektif subyektifitas tersebut, diperlukan sebuah pembanding.

Untuk menguji reliabilitas, penelitian ini dibantu oleh dua orang koder (orang yang melakukan pengkodingan) dalam pengkodingan data. Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap kategori yang digunakan dalam penelitian. Hal ini untuk mengetahui apakah kategori atau indikator yang digunakan sudah reliable


(60)

atau belum. Pada dua orang koder yang telah dipilih diberikan definisi struktur kategori, unit analisis, bahan yang akan dikoding (Scene dalam film ”Freedom Writers ”) dan tabel kerja koding.

Berdasarkan definisi struktur kategori atau indikator dan unit analisis yang telah ditetapkan, koder diminta menilai bahan dan memberikan tanda (kode) pada tabel koding. Hasil pengkodingan dari dua orang koder dalam tabel kerja koding dikumpulkan dan dihitung secara statistik.

Dua orang koder tersebut harus memiliki kredibilitas dalam audio visual yang akan diberikan oleh peneliti kepada koder tersebut. Koder tersebut dapat mengerti tentang audio visual dan dapat memahami isi film tersebut. Mengerti dalam hal ini, adalah yang bersangkutan bisa menilai tentang unsur-unsur audio visual yang ada, baik verbal maupun non verbal yang ada di film tersebut. Selain itu, koder mampu beraktifitas maupun berkecimpung dalam dunia film dan selalu mengikuti perkembangan film secara terus menerus serta dapat dibuktikan dengan keaktifannya berorganisasi tentang perfilman lokal atau pun menghasilkan suatu karya perfilman yang dianggap layak untuk dipublikasikan.

Untuk mencapai tingkat reliabilitas yang diisyaratkan, maka perlu dilakukan pendefinisian batas kategori sedetail mungkin, memberikan pengertian dan pelatihan terhadap koder. Reliabilitas antar koder dapat di hitung dengan formula yang dibuat Holsty (1969), yang digunakan untuk menentukan reliabilitas data nominal. Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penilaian para koder peneliti menggunakan rumus Holsty sebagai berikut:


(61)

Keterangan :

C.R : Coefisien Reliability

M : Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1, N2 : Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti.

Dari hasil yang diperoleh, akan ditemukan observed agreement yang diperoleh dari penelitian. Penyempurnaan untuk memperkuat hasil reabilitas digunakan rumus Scott yaitu:

Keterangan :

Pi : Nilai keterhandalan

Observed Agreement : Nilai pernyataan yang disetujui antar pengkode yaitu nilai C.R

Expected Agreement : Persetujuan yang diharapkan dalam suatu kategori

yang sama nilai matematisnya, dinyatakan dalam jumlah hasil pengukuran dari proposi seluruh kajian. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan dua koder lain. Masing-masing koder diberikan kategorisasi yang sama dengan yang dilakukan peneliti. Kemudian dari hasil tersebut dihitung dengan rumus diatas.


(1)

melahirkan sikap yang dapat menciptakan kenyataan sosial yang diidamkan seperti persatuan, kerja sama, pengorbanan sosial dan sebagainya.

Indikatornya:

a. Sifat anti rasisme yang berhubungan dengan sifat sosial pada diri individu, dimana seseorang itu mau memperhatikan kepentingan orang lain

b. Sifat anti rasisme yang berhubungan dengan sifat sosial dalam diri individu, yang melahirkan sikap dimana ia dapat menciptakan persatuan

H. Metode Penelitian H.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis isi. Alasan menggunakan analisis isi karena akan memperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa secara objektif dan sistematis. Seperti yang di jelaskan dalam (Nanang Martono, 2010:19), Analisi isi (content analysis) merupakan tipe penelitian yang memanfaatkan informasi atau isi yang tertulis sebagai sinbol-simbol material. Sumber data dalam penelitian ini dapat berupa majalah, Koran, iklan, televisi atau media yang lain.

Analisis isi dikategorikan dalam tipe penelitian non reaktif (nonreactive research) dikarenakan objek yang menjadi sasaran penelitian tidak member reaksi atau pengaruh terhadap peneliti. Dengan menggunakan analisis isi peneliti dapat membandingkan berbagai simbol di dalam media atau teks tertentu dan menganalisanyanya dengan teknik kuantitatif. Menurut Barelson, analisis isi


(2)

merupakan teknik penelitian secara objektif, sistematis dan menggambarkan secara kuantitatif mengenai isi media komunikasi yang bersifat manifes. (Martono, 2010:19).

H.2 Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah film “Freedom Writers” yang difokuskan pada tiap scene yang berupa adegan dimana setiap scene akan diambil dan kemudian dimasukan kedalm pesan moral berdasarkan kategorisasi yang ada. Kategorisasi pesan anti rasisme dalam film ini adalah semua hal yang menyangkut tentang Anti Rasisme dari, kebersamaan, dan tindakan.

H.3 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan adalah adegan dalam scene yang terdapat pada Film “Freedom Writers” berupa adegan yang mengandung pesan anti rasisme. Yang dibagi menjadi 3 kategorisasi, yaitu pesan anti rasisme melalui pendidikan, pesan anti rasisme melalui kebersamaan antar ras, dan sifat anti rasisme.

H.4 Satuan Ukur

Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari frekuensi kemunculan kategori di setiap adegan atau jumlah adegan dari setiap kategori yang muncul dalam film “Freedom Writers”. Sehingga perhitungan didasarkan pada berapa kali kemunculan pesan anti rasisme pada scene, dari setiap struktur kategori yang telah ditentukan.

H.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang merupakan teknik pengumpulan data dengan menelaah


(3)

catatan-catatan, informasi sebagai sumber data. Kemudian pada praktiknya, untuk penelitian ini dilakukan pemutaran film “Freedom Writers”. Kemudian data di pilih-pilih kemudian dimasukkan kedalam kategorisasi yang telah di tentukan kemudian melakukan pengamatan dengan cara menggunakan lembar koding yang dibuat berdasarkan kategori yang ada dalam adegan yang ada dialam film tersebut.

Tabel 1 Lembar Coding

Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti

Scene Struktur Kategori

Melalui Pendidikan Melalui Kebersamaan

Sifat Anti Rasisme

a b c a b a b

1 … … … … … … …

2 … … … … … … …

3 … … … … … … …

4 … … … … … … …

Keterangan:

Tabel di atas diisi dengan tanda

√ = menyatakan ada unsur pesan anti rasisme - = menyatakan tidak ada pesan anti rasisme

H.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Dalam penerapannya, data berupa setiap isi pesan anti rasisme yang terdapat dalam Film


(4)

“Freedom Writers” dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat distribusi frekuensi untuk mengetahui frekuensi kemuculan dari setiap kategori tema penelitian.

Tabel 2

Tabel Distribusi Frekuensi

No Struktur Kategori Frekuensi %

1 Pesan Anti Rasisme melalui Pendidikan

Ind 1.a

1.b 1.c 2 Pesan Anti Rasisme melalui Kebersamaan Antar Ras

Ind 2.a

2.b 3 Sifat Anti Rasisme

Ind 3.a

3.b Jumlah Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti

H.7 Uji Reliabilitas

Dalam uji reliabilitas kategori, penulis menggunakan sistem koding, dimana penulis dibantu oleh koder guna mengukur ketepatan penilaian penulis terhadap pesan moral yang terkandung dalam tiap scene pada film ” Freedom Writers”. Sistem ini dirasa penulis paling tepat karena untuk melakukan sebuah analisis dalam scene film, diperlukan pemikiran subyektif, dan untuk menyamakan perspektif subyektifitas tersebut, diperlukan sebuah pembanding.

Untuk menguji reliabilitas, penelitian ini dibantu oleh dua orang koder (orang yang melakukan pengkodingan) dalam pengkodingan data. Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap kategori yang digunakan dalam penelitian. Hal ini untuk mengetahui apakah kategori atau indikator yang digunakan sudah reliable


(5)

atau belum. Pada dua orang koder yang telah dipilih diberikan definisi struktur kategori, unit analisis, bahan yang akan dikoding (Scene dalam film ”Freedom Writers ”) dan tabel kerja koding.

Berdasarkan definisi struktur kategori atau indikator dan unit analisis yang telah ditetapkan, koder diminta menilai bahan dan memberikan tanda (kode) pada tabel koding. Hasil pengkodingan dari dua orang koder dalam tabel kerja koding dikumpulkan dan dihitung secara statistik.

Dua orang koder tersebut harus memiliki kredibilitas dalam audio visual yang akan diberikan oleh peneliti kepada koder tersebut. Koder tersebut dapat mengerti tentang audio visual dan dapat memahami isi film tersebut. Mengerti dalam hal ini, adalah yang bersangkutan bisa menilai tentang unsur-unsur audio visual yang ada, baik verbal maupun non verbal yang ada di film tersebut. Selain itu, koder mampu beraktifitas maupun berkecimpung dalam dunia film dan selalu mengikuti perkembangan film secara terus menerus serta dapat dibuktikan dengan keaktifannya berorganisasi tentang perfilman lokal atau pun menghasilkan suatu karya perfilman yang dianggap layak untuk dipublikasikan.

Untuk mencapai tingkat reliabilitas yang diisyaratkan, maka perlu dilakukan pendefinisian batas kategori sedetail mungkin, memberikan pengertian dan pelatihan terhadap koder. Reliabilitas antar koder dapat di hitung dengan formula yang dibuat Holsty (1969), yang digunakan untuk menentukan reliabilitas data nominal. Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penilaian para koder peneliti menggunakan rumus Holsty sebagai berikut:


(6)

Keterangan :

C.R : Coefisien Reliability

M : Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1, N2 : Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti.

Dari hasil yang diperoleh, akan ditemukan observed agreement yang diperoleh dari penelitian. Penyempurnaan untuk memperkuat hasil reabilitas digunakan rumus Scott yaitu:

Keterangan :

Pi : Nilai keterhandalan

Observed Agreement : Nilai pernyataan yang disetujui antar pengkode yaitu nilai C.R

Expected Agreement : Persetujuan yang diharapkan dalam suatu kategori yang sama nilai matematisnya, dinyatakan dalam jumlah hasil pengukuran dari proposi seluruh kajian. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan dua koder lain. Masing-masing koder diberikan kategorisasi yang sama dengan yang dilakukan peneliti. Kemudian dari hasil tersebut dihitung dengan rumus diatas.